• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ill. Ill Ill Ill Ill. Ill Ill. Ill

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ill. Ill Ill Ill Ill. Ill Ill. Ill"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KETUA PANSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENT ANG

MAHJ<AMAH KONSTITUSI

DISAMPAIKAN DALAM

RAPAT PARIPURNA LUAR BIASA TANGGAL 6 AGUSTUS 2003

I Ill

II

Ill Ill Ill Ill Ill Ill Ill Ill

Ill

Ill

111 Ill

II

I

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

(2)

UEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang terhormat Saudara Ketua dan Wakil Ketua DPR-RI;

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, dan

Saudara Jaksa Agung beserta Staf yang mewakili Pemerintah;

Yang terhormat para Anggota Dewan.

Hadirin yang berbahagia.

Alhamdulillah, pada malam yang bersejarah ini kita dapat berkumpul bersama dalam rangka mengambil keputusan persetujuan atas Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Mudah-mudahan malam · yang cerah hari ini juga merupakan perlambang kecerahan kita untuk menatap hari esok yang lebih baik dari hari ini. Untuk itu marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur kehadhirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena semua itu hanya bisa terjadi semata-mata berkat ridho dan karunia-Nya.

Perlu kami f aporkan kepada Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat, bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi merupakan Rancangan Undang-Undang Usul DPR-RI yang diputuskan dalam Sidang Paripurna tanggal 23 Januari 2003 yang berasal dari usul inisiatif Sadan Legislasi DPR-RI telah diajukan pada tanggal 15 Nopember 2002. Dalam penyusunan dan pembahasan Sadan Legislasi telah melakukan studi banding

(3)

ke beberapa negrn ~1 yang tel ah r-nempunyai Undang-Undang Maflkamafl Konstitusi seperti negara Thailand, Korea Selatan, melakukan kajian akadernis cf an penelitian kepustakaan serta melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan beberapa universitas di daerah serta para pakar hukum.

Di sarnping itu telah menerima kedatangan para Hakim Konstitusi dari Republik Jerman, Republik Korea, dan Ketua Mahkamah Konstitusi Thailand yang langsung berdialog dalam rapat Badan Legislasi DPR RI.

Keanggotaan Pansus Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi teJah diputuskan dalam Sidang Paripurna DPR RI tanggal 13 Mei 2003 dan Pimpinan Pansus Rancangan Undang- Undang tentang Mahkamah Konstitusi terdiri dari :

Ketua

Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua

: Zain Badjeber : Zainal Arifin

: Azhar Muchlis, SH

: Ors. Ali Masykur Musa, M.Si.

dengan seluruh anggota berjumlah 50 orang.

Demikian pula selama Pansus Rancangan Undang-Undang tentang Mahkarnah Konstitusi melangsungkan rapatnya telah melakukan dengar pendapat dengan para' pakar hukum tata negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) dan Komisi Hukum Nasional (KHN) sejak tanggal 5 Juni 2003 sampai dengan rapat terakhir tanggal 5 Agustus 2003, ketika Pansus menyelesaikan tugasnya.

Hal-hal ini perlu kami sampaikan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi tidak dibuat terburu-buru semata-mata mengejar target sesuai ketentuan Pasal 111 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tetapi telah dibahas secara matang di DPR RI.

(4)

3 Sela11jl1l11yc1 I )Cf kc11a11ka1 llal l kat l li r11cr1y<l111µaikar1 rnekanisn1e pembahasan :

1. Rapat Kerja Pansus dengan Pemerintah (tanggal 4 dan 5 Juli 2003) dilanjutkan tanggal 30 Juli s.d. 5 Agustus 2003.

Dalam Rapat Pansus, seluruh Fraksi dan Pemerintah bersepal<at untuk membahas hal-hal yang bersifat pokok (substansial). Dari 95 (sembilan puluh lirna) Pasal yang diusulkan dalam draft Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi usul DPR RI, Pemerintah membaginya dalam bentuk DIM sebanyak 355 nomor. Seluruh DIM tersebut baik yang bersifat substansial, perubahan rurnusan, perubahan struktur, yang dihapus, maupun yang disetujui Pemerintah.

Rapat memutuskan bahwa :

a. Pembahasan bersifat rumusan diserahkan kepada Panja sebanyak 239 DIM;

b. Substansi tetap diserahkan kepada Timus sebanyak 116 DIM;

c. Struktur penyusunan dan penyeragaman kata diserahkan k'epada Tim Sinkronisasi.

Dengan demikian yang dibahas Pansus tinggal 35 DIM yang bersifat substansial. Sedangkan pembahasan tentang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi atas permintaan Pemerintah tidak dibahas di Pansus, tetapi untuk dibahas Rapat Panja dengan alasan, pihak Pemerintah perlu didampingi para ahlinya karena sangat bersifat teknis.

2. Rapat Panja.

Rapat Panja dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 18 Juli 2003, dan tanggal 29 s.d 30 Juli 2003.

Untuk itu pembahasan ditempuh mekanisme sebagai berikut : a. Pembahasan dimulai dengan :

1) Bab I s.d Bab VI, berkaitan dengan Susunan dan Kedudukan Mahkamah Konstitusi;

2) Bab VIII Ketentuan Peratihan.

3) Bab IX Ketentuan Lain-l<lin.

(5)

4) Bab X Ketentu~11 Penutup; sel8njutny8

5) Bab VII Mengenai Hukurn Acara yang pembahasannya juga dilakukan dengan cara : membahas materi muatan hukum acara yang bersifat umum terlebih dahulu, kemudian materi muatan hukum acara yang bersifat khsusus menurut kewenangan Mahkarnah Konstitusi:

b. Perkembangan pembahasan di tingkat Panja cukup alot sehingga materi muatan hukum acara yang bersifat khusus diserahkan ke Timus sebelurn di bawa kembali ke Rapat Panja;

c. Rapat Timus.

Rapat Timus dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 19 Juli 2003.

Untuk rnembahas materi muatan Hukum Acara, Timus melanjutkan pembahasan Hukum Acara bersifat umum yang belum selesai dan menugaskan beberapa Anggota untuk membahas Hukum Acara Khusus bersama wakil Pemerintah.

3. Rapat Pansus.

Rapat Kerja Pansus diadakan kembali pada tanggal 30 Juli 2003, pukul 23.30 WIS, setefah setengah jam sebelumnya Rapat Panja diakhiri dengan menyisakan 2 (dua) hal krusial, yaitu mengenai salah satu persyaratan ca Ion Hakim Konstitusi (Pasal 16 ayat ( 1) huruf b) dan perlu tidaknya Mahkamah Agung untuk ditegaskan dalarn Pasal 64 sebagai Lembaga Negara yang tidak dapat dijadikan pihak dalarn sengketa di Mahkamah Konstitusi.

Akan tetapi setelah Panja melaporkannya kepada Pansus, Wakil Pemerintah menyampaikan permintaan untuk menunda pengambilan Keputusan dalam Pansus dengan memberi kesempatan Wakil Pemerintati berkonsuttasi dengan Presiden.

Pansus pada tanggal 31 Juli 2003, pukul 00.05 WIB ditunda sampai pukul 12.00 WIB tanggal 31 Juli 2003 sehingga tidak mungkin Pansus dapat melaporkan hasitnya dalam Rapat Paripurna Luar Biasa DPR RI pukul 09.00 WIB pagi. Ternyata Rapat Pansus pukul -12.30 WIB tanggal 31 Juli 2003 sekali lagi

(6)

5

Wakil Pernerintah n1asih merninta perpanjangan waktu untuk mengajukan rnateri baru yang sebelurnnya tidak terdapat dalam 01M. Sebenarnya hal ini lelah dikemukakan Wakil Pemerintah dalam Ra pat Panja, tetapi di tolak Panja karena dinilai bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 24 C ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang hanya memerintahkan pembuatan undang-undang yang mengatur pengangkatan dan pemberhentian Hakim Konstitusi, Hukum Acara dan lain-lain tentang Mahkamah Konstitusi.

Sedangkan usul Pemerintah dimaksud menyangkut pengaturan hukurn materiil untuk memperjelas maksucl Pasal 24 C ayat ( 1) dan (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Materi susulan dari Pemerintah sebanyak 2 masalah, yaitu penambahan ayat dalam Pasal 10 sebanyak 5 ayat, sehingga Pasal 10 menjadi 7 ayat dan tambahan Pasal baru ditempatkan antara Pasal 49 dan Pasaf 50 sernentara disebut Pasal 49 A.

Pembahasan dilakukan Pansus mulai tanggal 2 Agustus 2003 dan dilanjutkan tanggal 3 Agustus malam hari. Disepakati tanggal 5 Agustus 2003 sudah harus diakhiri Rapat Pansus dan Pansus memutuskan meminta Pimpinan DPR RI memajukan

'

Sidang Paripurna Luar Biasa dari tanggal 11 Agustus 2003 menjadi tanggal 6 Agustus 2003. Oleh karena masih terdapat perbedaan diantara Anggota Pansus terhadap beberapa masalah termasuk yang diajukan Pemerintah, Rapat Pansus dilanjutkan dengan Lobby pada tanggal 4 Agustus 2003 siang. Lobby berhasil hanya menyisakan 1 Pasal dengan 2 alternatif, yaitu Pasal 49A.

Ketika hasil lobby dilaporkan ke Rapat Pansus pada tanggal 5 Agustus 2003 malam untuk disetujui, ternyata masalah "syarat pendidikan" Ca Ion Hakim Konstitusi dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b yang sudah disepakati dalam lobby mentah kembali dengan 2 alternatif seperti keadaan semula sebelurn lobby diadakan.

(7)

LJsaha rnenyatukan kernbali pendapat diantara sesama anggota Pansus dan sesarna Fraksi tidak berhasil sehingga diputuskan untuk membawa kedua masalah ini ke Rapat Paripurna Luar Biasa malam ini.

Kedua masalah dirnaksud adalah Pasal 16 ayat (1) huruf b dan Pasal 49A (untuk sementara diberi nornor 49A), berbunyi :

1. Pasal 16.

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Konstitusi seorang calon harus memenuhi syarat :

a ...

Alternatif 1 :

b. berpendidikan sarjana hukum;

Alternatif 2 :

b. berpendidikan sarjana hukum dan sarjana lainnya.

Catatan :

Alternatif 1 disetujui oleh Pemerintah dan Fraksi-fraksi, kecuali Fraksi Reformasi.

Alternatif 2 diajukan oleh Fraksi Reformasi.

2. Pasal 49A.

Alternatif 1 :

Undang-undang yang dapat dimohonkan untuk diuji adalah undang-undang yang diundangkan setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan "setelah perubahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945"

adalah perubahan pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada tangga 19 Oktober 1999.

Alternatif 2 :

Pasal ini tidak diperlukan.

(8)

Catalan :

Alternatif 1 diajufrnn oleh Pernerintah dengan Fraksi-fraksi kecuali FPDI P.

Alternatif 2 diajukan oleh FPDI P.

Dengan dernikian dari 95 Pasal dalam usul DPR mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi pada akhirnya disetujui DPR dan Pemerintah menjadi 87 Pasal dengan kemungkinan bertambah satu pasal yang masih krusial. Draft akhir Rancangan Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi tersebut telah ditandatangani oleh Wakil wakil Fraksi dan Pemerintah pada tanggal 5 Agustus 2003, pukul 22.30 malam.

Mudah-mudahan telah dibagikan dan diterima anggota DPR yang terhormat sebelum rapat ini. Pansus Rancangan Undang- Undang tentang Mahkamah Konstitusi mengharapkan setelah penyampaian Pendapat Akhir Fraksi terhadap Rancangan

Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi ini, sebelum pengambilan Keputusan, Pimpinan dapat mengundang para Pimpinan Fraksi untuk lobby dalam mencapai kesepakatan.

Perlu diketahui bahwa Pemerintah telah menyampaikan pendiriannya dalam Rapat Pansus, apabila pengambilan keputusan dilakukan dan ternyata alternatif pasal-pasal yang disetujui Pemerintah ditolak DPR, dengan demikian Pemerintah tidak akan menyetujui keputusan dimaksud. Alasannya karena pengambilan keputusan dalam sidang ini hanya bersifat internal DPR. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : 11Setiap Rancangan Undang-undang _yang dibahas DPR dengan Presiden '

untuk mendapat persetujuan bersama". Sedangkan ayat (3) menegaskan : "Jika Rancangan Undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, Rancangan Undang-undang itu tidak boleh diajukan dalam persidangan DPR masa itu". Hal-hal tersebut perlu kita cermati bersama. Demikian pula, melalui Rapat Pansus tetah disampaikan oleh Pemerintah untuk kami

(9)

teruskan pada sidang yang terhormat ini, kiranya dalarn hal sebuall Rancangan Undang-Undang usul DPR seyogyanya kepada Pernerintah diberikan kesempatan menyampaikan Pendapat Akhir, yaitu bukan sekedar Sambutan sebagaimana diatur dalarn Peraturan Tata Tertib DPH Pasal 122.

Dalam laporan ini, kami tidak perlu menguraikan isi dari Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi yang telah disepakati, karena dapat dibaca dengan baik dalam naskah yang telah disampaikan.

Dalam kesempatan ini, yang perlu kami sampaikan bahwa Pansus telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan seluruh materi Rancangan Undang-undang. Namun demikian masih terdapat satu pasal yang sebagian belum dapat disetujui oleh sesama Fraksi maupun dengan Pemerintah (Pasal 161ayat (1) huruf b), dan satu pasal belum sepenuhnya disetujui (Pasal 49A) seperti yang telah diuraikan di atas.

Untuk itu kami menyerahkan sepenuhnya keputusannya dalam Sidang yang terhormat ini keseluruhan materi Rancangan Undang- Undang tentang Mahkamah Konstitusi hasil Pansus tersebut.

Saudara Ketua dan Sidang yang terhormat.

Akhirnya pada kesempatan yang berbahagia ini kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kami kepada para praktisi, akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan pengamat masalah-masalah hukum yang telah rnemberikan saran dan surnbangan pikirannya

·-r dalam ikut mewarnai pembahasan Rancang Undang-undang ini yang nama-namanya tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Tak lupa pula kami sampaikan ucapkan terima kasih dan penghargaan kami kepada Sekretariat Jenderal DPR RI khususnya yang telah mendukung tugas-tugas Panitia Khusus tanpa mengenal waktu libur maupun tengah malam. Dernikian pula kepada rekan-rekan Pers

(10)

9

dan media elektronik yang tiada henti-hentinya mengkomunikasikan perkernbangan pernbahasan Rancangan Undang-undang ini kepada masyarakat luas, Untuk itu kami sarnpaikan penghargaan dan terima kasih. Seluruh amal baik Saudara-saudara semoga tidak sia- sia dan mendapatkan balasan Altah SWT sesuai amalnya. Atas nama Panitia l<husus, para rekan Pimpinan Panitia Khusus perkenankanlah pada akhirnya menyampaikan penghargaan yang setinggin-tingginya serta terima kasih yang sedalam-dalamnya atas kepercayaan dan kerjasama yang telah dilimpahkan sehingga memudahkan pelaksanaan tugas Pimpinan Panitia Khusus. Tidak lupa pula kami memanjatkan puji dan syukur atas selesainya pengembanan lugas kesejarahan ini adalah senantiasa pada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Selanjutnya perkenankan1ah kami menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi ini kepada Sidang Paripurna hari ini guna diambil keputusan.

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 6 Agustus 2003 KETUA PANITIA KHUSUS

RUU TENTANG MAHKAMAH l<ONSTITUSI,

Referensi

Dokumen terkait

Akad dalam jual-beli dengan sistem tebasan ini berfariasi, artinya akad bisa dilakukan dirumah kedua belah pihak baik petani maupun pembeli, atau akad bisa

Pemikiran divergen adalah proses yang menghasilkan banyak ide yang inovatif dan sekaligus menjadi aspek penting dari kreativitas anggota dalam organisasi

(Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004),Hal 9. 22 Misahardi wilamarta, op.cit.. 173 mengetahui bukti audit yang menjadi dasar bagi auditor dalam menyatakan

Penelitian yang dilakukan oleh Brown &amp; Kasser (dalam Gonzalez-Gomez, 2014) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara perilaku individu yang

najis dengan kotoran syirik kepada Allah, sedang mereka itu mengakui kekafiran mereka, adapun wanita yang berhaid, maka ianya bukan najis syirik hinggakan dirinya dilarang untuk

Contoh tanaman.perkebunan besar yang tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 200 m di atas per- mukaah air laut, adalah

Evaluasi Keberhasilan Studi Pada Akhir Program Pasca Sarjana Jumlah nilai kredit minimum yang harus dikumpulkan oleh seseorang mahasiswa untuk menyelesaikan program studi

Beberapa hal yang disetujui yakni fasilitasi dan kerja sama di bidang transportasi laut barang dan penumpang yang dilakukan antara pelabuhan para pihak (ASEAN dan