• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI SUMATERA UTARA."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Bidang Ilmu Ekonomi

Oleh:

NARTO SUSENO NIM : 8136162020

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

NARTO SUSENO. Analisis Faktor–faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara masih belum mampu masuk kedalam tiga besar peringkat indeks pembangunan manusia secara Nasional bila dibandingkan dengan Provinsi lain diluar Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, dan ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan model analisis data panel melalui pendekatan fixed effect model. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder diperoleh dari publikasi data badan pusat statistik Indonesia (BPS) dan data Kemenkeu dengan kurun waktu 2009-2013, dengan data antar ruang 33 Kabupaten/Kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari lima variabel diduga mempengaruhi IPM di Provinsi Sumatera Utara, dengan asumsi kondisi ceteris paribus bahwa: Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap IPM karena peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,000000293. Persentase penduduk miskin tidak berpengaruh terhadap IPM. Pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan tidak berpengaruh terhadap IPM. Pengeluaran pemerintah dibidang kesehatan berpengaruh signifikan positif terhadap IPM serta ketimpangan pendapatan tidak berpengaruh .

Kata Kunci: IPM, Pertumbuhan ekonomi, IW, Dana Pendidikan, Dana Kesehatan dan Persentase penduduk miskin,Fixed effect Model, Provinsi Sumatera utara.

(6)

ABSTRACT

Narto suseno. Analysis of Factors Affecting Human Development Index in the province of North Sumatra. Graduate Program, State University of Medan, 2015. This research is motivated by the fact that the human development index (HDI) in the province of North Sumatra is still not able to get into the top three human development index ranking nationally when compared with other provinces outside of Java. This study aimed to analyze the effect of economic growth, the percentage of poor people, government spending in education, government expenditures in health, and unequal distribution of income affect the human development index (HDI) in the province of North Sumatra. This study uses panel data analysis model with fixed effect model approach. Source of data used is secondary data obtained from the publication of data center Indonesian statistics agency (BPS) and the data of Ministry of Finance with the period 2009-2013, with the data between the space 33 District / City. The results of this study indicate that five variables expected to affect IPM in North Sumatra province, assuming ceteris paribus condition that: economic growth is a positive significant effect on the HDI due to an increase in the economic growth of 0.000000293. The percentage of poor people has no effect on the HDI. Government spending in education has no effect on the HDI. Government spending in the health sector has a significant positive effect on the HDI and inequality of income has no effect.

Keywords: IPM, economic growth, IW, Education Fund, Health Fund and the percentage of poor people, fixed effect model, Province

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Analisis Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara”.

Selama melaksanakan penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus selaku Penguji.

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si selaku Pembimbing II. yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D. dan Bapak Dr. Arwansyah, M.Si selaku Penguji, yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah banyak memberikan motivasi dan pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(8)

iv

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Mismin dan Seneng yang telah banyak memberi motivasi dan doa tanpa pamrih untuk masa depan anaknya, dan buat Istriku Anita Sagala, S.Pd, maafkan suamimu yang kurang memperhatiakanmu, dan anak-anakku tercinta Bagus Pribadi, Dwi Fauziah Ananta dan Naura Alia.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 kelas B1 Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan, informasi dan semangat bersama selama menjalankan perkuliahan.

Penulis juga menyadari bahwa walaupun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan tesis ini namun masih jauh dari sempurna, sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan tesis ini. .

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintah dan masyarakat.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Narto Suseno

NIM : 8136162020

(9)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Depenisi Pembangunan Manusia... 16

2.1.2 Indeks Pembanguan Manusia ... 19

2.1.2.1 Pengukuran Indeks Pembanguan Manusia (IPM) ... 20

2.1.2.2 Komponen Komponen IPM... 21

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.1.4 Kemiskinan ... 27

2.1.4.1 Pengertian Kemiskinan... 27

2.1.4.2 Penyebab kemiskinan ... 28

2.1.4.3 Karakter atau ciri–ciri Penduduk Miskin... 32

2.1.5 Pengeluaran Pemerintah ... 33

2.1.6 Ketimpangan Distribusi Pendapatan... 35

2.1.6.1 Tehnik Perhitungan Ketimpangan Distribusi Pendapatan .... 36

2.1.7 Hubungan antara Pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah (Pendidikan dan Kesehatan) dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan terhadap IPM ... 38

2.1.7.1 Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan IPM... 38

2.1.7.2 Hubungan antara Tingkat Kemiskinan dengan IPM ... 42

2.1.7.3 Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah dengan IPM ... 45

2.1.7.4 Hubungan antara Ketimpangan Distribusi Pendapatan dengan IPM ... 48

2.2 Penelitian Sebelumnya... 51

2.3 Kerangka Konseptual... 56

2.4 Hipotesis ... 58

BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian... 59

(10)

3.2 Jenis dan Sumber Data... 59

3.3 Teknik Analisis Data ... 60

3.3.1 Regresi data Panel... 61

3.3.2 Uji Signifikansi Model ... 62

3.4 Uji Asumsi Klasik ... 63

3.4.1 Uji Normalitas ... 63

3.4.2 Uji Multikolinearitas ... 64

3.4.3 Uji Heteroskedassitas ... 65

3.4.4 Uji Autokorelasi ... 65

3.5 Uji Simultan... 65

3.5.1 Uji F... 65

3.5.2 Koefisien Determinan (R2)... 66

3.6 Pengujian Parsial (Uji Statistik t) ... 66

3.7 Depenisi Operasional Variabel... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara dan Variabel yang mempengaruhinya ... 68

4.1.1 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara... 68

4.1.2 Produk Domestik Regional Bruto... 70

4.1.3 Persentase Penduduk Miskin ... 72

4.1.4 Pengeluaran Pemerintah bidang Pendidikan ... 73

4.1.5 Pengeluaran Pemerintah bidang Kesehatan... 75

4.1.6 Ketimpangan Pendapatan ... 76

4.2 Hasil Estimasi Regresi Data Panel Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Sumatera Utara dan Variabel yang mempengaruhinya... 78

4.2.1 Analisis Deskriptif Statistik... 78

4.2.2 Uji Spesifikasi Model Regresi Data Panel... 78

4.2.3 Hasil Estimasi Regresi Data Panel dengan Metode fixed Effect Model... 80

4.2.4 Hasil Uji Statistik Kesesuaian Model ... 89

4.2.5 Pengujian Asumsi ... 91

4.2.6 Pengujian Hipotesis pada masing–masing Variabel bebas terhadap IPM di Provinsi Sumatera Utara ... 93

4.3 Interpretasi Ekonomi ... 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN... 107

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara

2004-2013... 9 Tabel 4.1 Perkembangan indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/

Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013... 69 Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara atas dasar Harga Konstan menurut Lapangan usaha Tahun 2009-2013 ... 71 Tabel 4.3 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2009–2013... 72 Tabel 4.4 Penetapan Alokasi dana Pendidikan Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 – 2013... 74 Tabel 4.5 Penetapan Alokasi dana Kesehatan Kabupaten /Kota di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009–2013... 75 Tabel 4.6 Ketimpangan Pendapatan Penduduk Kabupaten /Kota di

Provinsi Sumatera Utara menurut Indeks Ketimpangan Williamson ... 77 Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel IPM... 78 Tabel 4.8 Hasil Statistik Uji chow (likelihood test)... 79 Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Data Panel dengan Fixed Effect

Model ... 81 Tabel 5.0 Hubungan Variabel Bebas (PDRB, DP, DK, IW, PK)

terhadap variabel terikat (IPM) di Provinsi Sumatera Utara .... 96

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Grafik Indeks Pembangunan Manusia secara Nasional

(2004-2013) ... 10

Gambar 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia ... 21

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Indeks Pembangunan Manusia ... 58

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Durbin Watson ... 92

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Penelitian Indeks Pembangunan Manusia ... 107

2. Hasil Estimasi Regresi data Panel dengan Fixed effect Model ... 113

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara 2004-2013 ... 9

Tabel 4.1 Perkembangan indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013 ... 69

Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara atas dasar Harga Konstan menurut Lapangan usaha Tahun 2009-2013 ... 71

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009–2013 ... 72

Tabel 4.4 Penetapan Alokasi dana Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 – 2013 ... 74

Tabel 4.5 Penetapan Alokasi dana Kesehatan Kabupaten /Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009–2013 ... 75

Tabel 4.6 Ketimpangan Pendapatan Penduduk Kabupaten /Kota di Provinsi Sumatera Utara menurut Indeks Ketimpangan Williamson ... 77

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel IPM ... 78

Tabel 4.8 Hasil Statistik Uji chow (likelihood test) ... 79

Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Data Panel dengan Fixed Effect Model ... 81 Tabel 5.0 Hubungan Variabel Bebas (PDRB, DP, DK, IW, PK)

terhadap variabel terikat (IPM) di Provinsi Sumatera Utara .... 96

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Grafik Indeks Pembangunan Manusia secara Nasional

(2004-2013) ... 10

Gambar 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia ... 21

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Indeks Pembangunan Manusia ... 58

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Durbin Watson... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian Indeks Pembangunan Manusia ... 107

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan pemerataan pembangunan dan hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat

menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini nampaknya sederhana. Tetapi seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. (UNDP: Humant Development Report, 2000).

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan

yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan. Arti penting manusia dalam pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan

yang artinya pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih

dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal. Alasan mengapa pembangunan manusia perlu

(18)

2

mendapat perhatian adalah: pertama, banyak negara berkembang termasuk

Indonesia yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan. Kedua, banyak negara maju yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi ternyata tidak berhasil mengurangi

masalah-masalah sosial, seperti: penyalahgunaan obat, AIDS, alkohol, gelandangan, dan kekerasan dalam rumah tangga. Ketiga, beberapa negara berpendapatan rendah mampu mencapai tingkat pembangunan manusia yang

tinggi karena mampu menggunakan secara bijaksana semua sumber daya untuk mengembangkan kemampuan dasar manusia.

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan

manusia, UNDP telah menerbitkan suatu indikator yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) untuk mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah suatu tolak ukur angka

kesejahteraan suatu daerah atau negara yang dilihat berdasarkan tiga dimensi yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf (literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling),

dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan terakhir indikator daya beli

mengukur standar hidup. Ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan

(19)

3

pembangunan manusia (IPM) yang tinggi menandakan keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu negara.

Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India

Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav

Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of

Economics. UNDP dalam model pembangunannya, menempatkan manusia

sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan pembangunan.

Menurut UNDP (1995) paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4

(empat) komponen utama, yaitu:

1. Produktifitas

Masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan

berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan

pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

bagian dari jenis pembangunan manusia.

2. Ekuitas

Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil.

Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar

masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari

kesempatan-kesempatan ini.

3. Kesinambungan

Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk

generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk

(20)

4

4. Pemberdayaan

Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk

mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan

dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan

peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat

sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif.

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori Cobb-Douglas, Todaro (2006)

mengemukakan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari

kualitashuman capital. Dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi

diyakini juga akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini misalnya dilihat dari

tingkat pendidikan, kesehatan, ataupun indikator-indikator lainnya. Oleh sebab

itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan

pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah. Kebijakan

pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas manusia hanya akan

membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dari daerah yang lain, termasuk

dalam hal kinerja ekonominya.

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan

hasil-hasilnya. Pemerataan kesempatan harus tersedia, baik semua orang, perempuan

maupun laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan

mereka. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang

(21)

5

kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya

(pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia

hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan.

Pemerintah dalam hal ini memiliki berbagai peran dalam perekonomian.

Terdapat tiga peran utama yang harus dapat dilaksanakan dengan baik dalam

perekonomian oleh pemerintah, menurut Guritno (2001) yaitu:

1. Peran Stabilisasi.

Pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator untuk menjaga agar

perekonomian berjalan normal, menjaga agar permasalahan yang terjadi pada

satu sektor perekonomian tidak merembet ke sektor lain.

2. Peran Distribusi

Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber

daya ekonomi dilaksanakan secara efisien agar kekayaan suatu negara dapa

terdistribusi secara baik dalam masyarakat.

3. Peran Alokasi

Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas.

Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki

akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publik, dan seberapa

besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang individu.

Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan

warganya, seberapa besar yang harus disediakan oleh pemerintah, dan

(22)

6

Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam rangka

menjalankan ke-tiga peran yang ada, maka tentunya diperlukan pula dana yang

besar sebagai bentuk pengeluaran segala kegiatan pemerintah yang berkaitan

dengan ke-tiga peran tersebut. Pengeluaran pemerintah ini merupakan

konsekuensi dari berbagai kebijakan yang diambil dan diterapkan melalui ketiga

peran tersebut.

Pengeluaran pemerintah dapat digunakan sebagai cerminan kebijakan yang

di ambil oleh pemerintah dalam suatu wilayah. Kebijakan pemerintah dalam tiap

pembelian barang dan jasa guna pelaksanaan suatu program mencerminkan

besarnya biaya yang akan dikeluarkan pemerintah untuk melaksanakan program

tersebut. Pengeluaran pemerintah digunakan untuk membiayai sektor-sektor

publik yang penting, diantara kesemua sektor publik saat ini yang menjadi

prioritas pemerintah dalam mencapai pembangunan kualitas sumber daya manusia

dalam kaitannya yang tercermin dari indeks pembangunan manusia adalah

investasi pada sektor pendidikan dan kesehatan diharapkan investasi pada sektor

ini akan berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

mengurangi kemiskinan. Pembangunan kesehatan dan pendidikan harus

dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, yang antara lain diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM).

Dalam pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM), kesehatan dan

pendidikan adalah salah satu komponen utama selain pendapatan. Kesehatan serta

pendidikan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi

(23)

7

Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan membutuhkan manusia yang

berkualitas sebagai modal dasar bagi pembangunan. Manusia dalam peranannya

merupakan subjek dan objek pembangunan yang berarti manusia selain sebagai

pelaku dari pembangunan juga merupakan sasaran pembangunan. Dalam hal ini

dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana untuk mendorong peran manusia dalam

pembangunan. Oleh karenanya dibutuhkan investasi untuk dapat menciptakan

pembentukan sumber daya manusia yang produktif.

Investasi pada modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif

terhadap kinerja perekonomian yang salah satunya dapat diamati dari aspek

tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Investasi modal manusia

ini yang mencakup pengembangan sumber daya manusia membutuhkan kebijakan

pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Menurut Mankiw (2007) pengembangan sumber daya manusia

dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia.

Tentu dalam kaitan itu juga penting adanya distribusi pendapatan. Dengan

distribusi pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi

pendapatan maka tingkat kesehatan dan juga pendidikan akan lebih baik dan pada

gilirannya juga akan memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja. Studi

Alesina dan Rodric dalam Meier dan Rauch (2000) menemukan bahwa distribusi

pendapatan yang tidak merata berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi

yang pada akhirnya akan berdampak buruk juga pada pembangunan manusia

(24)

8

Selain itu rumah tangga masyarakat memegang peranan penting dalam

pembangunan manusia, di mana pengeluaran rumah tangga memiliki kontribusi

langsung terhadap pembangunan manusia, seperti: makanan, kesehatan dan

pendidikan. Pengeluaran rumah tangga ditentukan oleh pendapatan. Penduduk

miskin akan lebih banyak atau bahkan seluruh pendapatannya digunakan untuk

kebutuhan makanan, dibandingkan penduduk kaya. Akibatnya penduduk miskin

tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan

kesehatan yang layak jika hanya mengandalkan pendapatannya. Di sinilah

perlunya campur tangan pemerintah untuk membantu penduduk yang kurang

mampu atau miskin (Ginting, 2008).

Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi nutrisi

bergizi, mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati lingkungan yang

menunjang bagi hidup sehat. Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan

menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan

memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Hal ini juga berimbas pada

terbatasnya upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh. Sehingga dalam

perkembangannya hal ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di

suatu daerah.

Dalam kasus di Provinsi Sumatera Utara sendiri, data publikasi (BPS,

2013) memperlihatkan indeks pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara

tidak mengalami peningkatan. Malah sebaliknya indeks pembangunan manusia

(IPM) menjadi menurun. Semangkin banyak masyarakat miskin. Dalam beberapa

(25)

9

Tabel 1.1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara (2004 s/d 2013)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013 (data diolah)

Capaian kinerja indeks pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara

memang memiliki kecenderungan meningkat secara absolut. Namun peningkatan

tersebut ternyata tidak cukup kuat untuk mengangkat posisi relatif indeks

pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara ke level yang diharapkan

secara nasional. Jika dibandingkan dengan Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara,

Riau, D.I Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Utara masih sedikit

tertinggal. Posisi Provinsi Sumatera Utara bergerak menurun dan tetap dari

peringkat ke- 7 tahun 2004 menjadi ke- 8 dari tahun 2005 sampai dengan 2013.

Hal ini tentunya menjadi sebuah masalah oleh pemerintah daerah Provinsi

Sumatera Utara, sehingga perlu adanya upaya yang harus terus berkesinambungan

untuk mendongkrak peringkat indeks pembangunan manusia (IPM). Provinsi

Sumatera Utara yang memiliki sumber daya alam yang bagus tentunya dapat

(26)

10

indeks pembangunan manusia (IPM) yang lebih baik lagi tentunya. Hal ini dapat

terlihat melalui Grafik1.1 Peringkat indeks pembangunan manusia secara

Nasional.

Sumber: BPS, 2013 (data diolah)

Gambar 1.1Grafik Indeks Pembangunan Manusia secara Nasional (2004-2013).

Capaian ini masih tampak jauh dari posisi yang ditargetkan. Bahkan

capaian ini menjadi tampak buruk mengingat berbagai dimensi pembangunan

daerah lainnya justru menunjukkan kinerja yang cukup impresif, seperti

pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan.

Menurut UNDP, indeks pembangunan manusia dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi.

Dimana laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mengalami

(27)

11

Sementara itu persentase penduduk miskin tahun 2012 tercatat sebanyak

10,41% kemudian tahun 2013 turun menjadi 10,28% (BPS Provinsi Sumatera

Utara, 2013). Dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke

tahun serta menurunnya tingkat kemiskinan, peningkatan laju pembangunan

manusia sudah seharusnya juga dapat meningkat secara signifikan sebesar

peningkatan laju pertumbuhan serta penurunan tingkat kemiskinan. Tetapi

dalam kenyataannya perkembangan indeks pembangunan manusia di Provinsi

Sumatera Utara mengalami kenaikan walaupun kenaikannya tidaklah terlalu

besar, (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013).

2. Ketimpangan distribusi pendapatan.

Di Provinsi Sumatera Utara dapat dikategorikan ketimpangan rendah

karena angka gini rasio tidak lebih dari 0,40% namun cenderung meningkat

tiap tahun dimana pada tahun 2012 angka gini rasio tercatat 0,35% dan

meningkat menjadi 0,38% pada tahun 2013. (BPS Provinsi Sumatera Utara,

2013). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami

penurunan. Dengan tidak meratanya distribusi pendapatan maka akan

berdampak pada pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara.

3. Pengeluaran pemerintah.

Pengeluaran sektor kesehatan berbeda dengan pengeluaran pemerintah

sektor pendidikan. Pada tahun 2013 pengeluaran pemerintah bidang kesehatan

hanya sebesar 50,758 Milyar rupiah dari total belanja APBD Sumatera Utara

sebesar 8,1 Triliun rupiah dan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan

(28)

12

(BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013). Rendahnya pengeluaran pemerintah

akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia khususnya di kedua sektor

ini. Mengingat kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan

adalah hal pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.

Selain itu, tidak membaiknya secara signifikan peringkat indeks

pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara secara Nasional

disebabkan oleh pergerakan nilai indeks pembangunan manusia di Provinsi

Sumatera Utara yang tidak cukup akseleratif. Bahkan beberapa dimensi

pembentuk indeks pembangunan manusia (IPM) menunjukkan nilai yang lebih

rendah, meskipun peningkatannya sedikit lebih cepat dibandingkan dengan

capaian Nasional. Sekedar komparasi, angka melek huruf secara Nasional pada

tahun 2013 sudah mencapai 94,1%, sedangkan di Provinsi Sumatera Utara baru

mencapai 91,46%. (BPS, 2013). Indikator angka melek huruf menunjukkan

kinerja yang paling mengkhawatirkan, bukan hanya karena memiliki kesenjangan

yang sangat tajam dengan angka Nasional, tetapi juga bergerak naik sangat

lamban.

Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah masih 7,2 tahun dan meningkat

menjadi 7,8 tahun pada tahun 2010. Angka ini masih berada di bawah angka

rata-rata nasional, yang saat ini sudah mencapai 7,9 tahun (BPS, 2013). Ini berarti

bahwa secara rata-rata, penduduk di Provinsi Sumatera Utara hanya mampu

menyelesaikan pendidikan kelas I SMP dan putus sekolah pada saat menjelang

(29)

13

Data publikasi BPS memperlihatkan angka harapan hidup di Provinsi

Sumatera Utara meningkat lebih cepat dibanding angka Nasional, namun masih

lebih rendah dari angka Nasional. Angka harapan hidup di Provinsi Sumatera

Utara meningkat cukup signifikan, yaitu dari 70,2 tahun pada tahun 2007 menjadi

70,8 tahun pada tahun 2010. Meskipun demikian, angka ini masih sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan angka harapan hidup rata-rata nasional yang sudah

mencapai 70,9 tahun pada tahun 2010.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilihat sejauh

mana pengaruh beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat

kemiskinan, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah

bidang kesehatan dan ketimpangan distribusi pendapatan dapat mempengaruhi

indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu

penelitian tertarik untuk magangkat judul penelitian yang berjudul “Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Provinsi

Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan masalah

Pembangunan ekonomi suatu daerah tidak hanya melihat berapa besar

tingkat gross domestic bruto(GDP) saja tetapi melihat sejauh mana pembangunan

tersebut dapat diterjemahkan kedalam beberapa aspek sehingga muncul suatu

kondisi yang sejahtera. Salah satu bentuk keberhasilan pembangunan dapat dilihat

dari tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Pembangunan manusia

(30)

14

pembangunan nasional. Oleh karenanya dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam

menangani masalah peningkatan pembangunan manusia.

Salah satu permasalahan pembangunan manusia di Provinsi Sumatera

Utara, yaitu capaian kinerja indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi

Sumatera Utara memang memiliki kecenderungan meningkat secara absolut.

Namun peningkatan tersebut ternyata tidak cukup kuat untuk mengangkat posisi

relatif indeks pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara ke level yang

diharapkan. Capaian ini diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi mengingat

berbagai dimensi pembangunan daerah lainnya seperti: DKI Jakarta, Sulawesi

Utara, Riau, D.I Yogyakarta, Kalimantan Timur (BPS, 2013) justru menunjukkan

kinerja yang cukup impresif, seperti pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka

kemiskinan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah:

“Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin,

pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang

kesehatan, dan ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap indeks

pembangunan mnusia di Provinsi di Sumatera Utara“.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah

(31)

15

distribusi pendapatan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di

Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga sebagai tolak ukur atau gambaran pembangunan

manusia di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu

yang penulis tekuni.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi masyarakat yang ingin

(32)

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disajikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara, dapat dikatakan berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji regresi ternyata memiliki nilai sig = 0,0000 < 0,05, karena nilai sign kurang dari 0,05 berarti ada pengaruh positif dan signifikan. Dengan demikian hipotesis terbukti. 2. Pengaruh jumlah persentase penduduk miskin, terhadap indeks pembangunan

manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara berpengaruh signifikan. Dari hasil uji regresi diketahui bahwa nilai sig = 0,000 < 0,05 berarti ada pengaruh negatif dan signifikan dengan IPM.

3. Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial untuk pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan memiliki nilai sig = 0,6970 > 0,05, berarti tidak berpengaruh. Dengan demikian hipotesis tidak terbukti. 4. pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan berpengaruh positif terhadap

IPM yang memiliki nilai sig 0,5131< 0,05, karena nilai sig = 0,7238 > 0,05 berarti tidak berpengaruh. Dengan demikian hipotesis tidak terbukti.

(33)

101

5. Pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap IPM yang menunjukkan nilai sig = 0,1657 > 0,05 berarti tidak berpengaruh . Dengan demikian hipotesis tidak terbukti.

5.2. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah perlu memperhatikan masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya. Pemerataan kesempatan harus tersedia baik semua orang, perempuan maupun laki-laki harus diberdayakan.

2. Pemerintah perlu memperhatikan masalah yang berhubungan dengan pengurangan kemiskinan dengan peningkatan produktivitas masyarakat melalui investasi di bidang pendidikan dan kesehatan agar indeks pembangunan manusia dapat lebih ditingkatkan.

3. Pemerintah perlu memperhatikan masalah yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan yakni dengan menganggarkan budget yang lebih di sektor pendidikan karena merupakan sektor yang krusial untuk dapat memperbaiki indeks pembangunan manusia.

(34)

102

masyarakat miskin serta posyandu khususnya pada daerah pedesaan serta daerah tertinggal.

(35)

1

DAFTAR PUSTAKA

Andaiyani, 2012. Pengaruh Indeks Pembagunan Manusia, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Belanja Operasional Tehadap Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Tesis Kalimantan Barat: Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi Tanjung Pura.

Azizah, 2013. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Perkapita dan

Tingkat Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jambi .Jurnal Ilmiah Vol.13 No.1. Jambi: Universitas Batanghari Jambi. Basri,A.F.M,& Rivai V. 2005. Performance Appraisal Jakarta PT Raja Grafindo

Persada.

Boediono, 1999.Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE UGM Yogyakarta

BPS-Statistic Indonesia, UNDP, BAPPENAS, 2004. National Human

Development Report 2004. The Economics of Democracy: Financing Human Development in Indonesia.

Brata, Aloysius Gunadi, 2002. Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian– Universitas Atma Jaya.

Brata, Aloysius Gunadi, 2005. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan distribusi pendapatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.Yogyakarta: Lembaga Penelitian–Universitas Atma Jaya.

Dumairy, 1997.Perekonomian Indonesia.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Febrianto, Alex M, 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia.(Skripsi: tidak dipublikasikan).

Ginting, Charisma Kuriata S, 2008. Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Tidak dipublikasikan)

Gujarati, Damodar, 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Terjemahan oleh Julius A. Mulyadi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Irawan, Ilham, 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Lincolin, Arsyad, 1997. Ekonomi Pembangunan. Ed. 3, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

(36)

2

---, 2004. Ekonomi Pembangunan. Ed. 4, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

---, 2010. Ekonomi Pembangunan. Ed. 5, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Lanjouw, P, M. Pradhan, F. Saadah, H. Sayed, R. Sparrow, 2001. Poverty, Education and Health in Indonesia: Who Benefits from Public Spending?. World Bank Working Paper No. 2739. Washington D.C: World Bank. Diakses dari: http://papers.ssrn.com

Maipita, Indra, 2013. Memahami dan Mengukur Kemiskinan, Yogyakarta : Absolute Media.

---, 2014. Mengukur Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mankiw N. Gregory, 2007,Principle of Economic.Pengantar Ekonomi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat .

Maryani,Tri, 2010. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah.Yogyakarta: Jurnal UPN .

Meier M. Gerald and Rauch E James. Leading Issues in Economic Development , 7 th edition Oxford University Press, 2000

Midgley , James , 1995. Artikel in many developing countries, poverty persists in the midst of unprecedented affluence.

Mangkoesoebroto, Guritno, 1994.Ekonomi Publik.Yogyakaarta: BPFE.

Mangkoesoebroto, Guritno, 2001.Ekonomi Publik.Edisi 3 Yogyakaarta: BPFE. Mulyaningsih, Yani, 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Public

terhadap peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Napitupulu, S, Aprilliyah. 2007. Basics Pengaruh Indikator Komposit

Ekonometrics, McGraw Hill. Indeks Pembangunan Manusia Internasional Company

Nasikun, 2001.Diktat Mata Kuliah Isu dan Penanggulangan Kemiskinan. UPI Pratowo, 2010. .Analisis Faktor–Faktor yang berpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia “Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Variabel Belanja Daerah, Gini Rasio, Rasio Ketergantungan dan Proporsi Pengeluaran Non Makanan. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

(37)

3

Osman, Syarifah, 1998. Dikir Barat in Kelantan and Singapore: looking beyond its superficiality. Tesis University of Singapore.

Ramirez, Ranis, and Stewart, 1998. The Meaning of Development “International Development Review’Journal Vol. XIX Number 2.

Ramirez, A., G. Ranis, and F. Stewart, 1998. “Economic Growth and Human Capital”.QEH Working PaperNo. 18.

Salim, Emil 1976. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Sitepu, Rasidin K dan Bonar M, Sinaga, 2004. “ Dampak Investasi Sumber Daya Manusia Terhadap pertumbuhan Ekonomi dan kemiskinan di Indonesia”. Pendekatan Model Komputable General Equilibrium. Diakses tanggal 11 Maret 2015.

Setiawan, Rahmat, 2006. Faktor–faktor yang memeperngaruhi Struktur modal dalam perspectif packing order Teory. studi pada industri makanan dan minuman dibursa Efek Jakarta Majalah Ekonomi Thn XVI.

Sukirno, Sadono, 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Suparmoko, 1994. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.

Suryadi, Ace dan Tilaar, 1994. Analisis Kebijakan Pendidikan (Suatu Pengantar) Bandung: Penerbit PT. Remaja Remaja Rosdakarya.

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan; Problematika dan Pendekatan, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria.

Todaro, Michael P, 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1, diterjemahkan oleh Haris Munandar. Edisi kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ul Haq, Mahbub. Human Development Report: The Human Development

Concept.

Widarjono, Agus, 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi kedua. Ekonisa FE UII, Yogyakarta.

Yusri, 2010. Analisis Determinan Indeks Pembangunan Manusia di Aceh “Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat variabel penelitian signifikan yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Propinsi Aceh.Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Widodo, dkk, 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor

(38)

4

(39)

5

Lampiran 1. Data Penelitian Indeks Pembangunan Manusia

Year Regency IPM PDRB DP DK IW PK

2009 ASA 72,16 5.134.419,75 41.398,00 9.045,00 0,0258 12,09

2010 ASA 72,54 5.389.827,77 23.271,00 5.723,00 0,0245 11,42

2011 ASA 73,25 5.679.512,85 25.172,40 5.711,60 0,0300 10,85

2012 ASA 73,80 5.995.603,41 36.218,17 4.582,67 0,0300 10,52

2013 ASA 74,23 6.345.250,90 37.183,26 6.923,18 0,0300 11,60

2009 BAT 71,25 7.066.220,53 13.059,00 8.488,00 0,2953 12,87

2010 BAT 71,62 7.394.490,94 20.683,20 4.919,50 0,2959 12,29

2011 BAT 72,08 7.772.026,98 16.020,80 4.152,70 0,1900 11,67

2012 BAT 72,71 8.111.471,07 26.755,53 4.316,53 0,1800 11,24

2013 BAT 73,26 8.382.807,21 20.855,06 4.534,93 0,1800 11,92

2009 BIN 76,09 1.905.182,86 10.603,00 5.425,00 0,0344 7,04

2010 BIN 76,41 2.020.895,76 15.458,70 3.457,80 0,0340 7,33

2011 BIN 76,88 2.147.820,19 9.416,70 7.003,00 0,0100 7,00

2012 BIN 77,36 2.284.050,92 8.813,38 6.107,19 0,0100 6,72

2013 BIN 77,79 2.426.087,35 15.715,96 4.026,13 0,0100 6,75

2009 DAI 72,38 1.952.585,92 21.966,00 8.231,00 0,0155 10,03

2010 DAI 72,86 2.050.671,37 20.139,00 6.259,30 0,0190 9,97

2011 DAI 73,49 2.158.857,53 18.976,20 2.708,40 0,0200 9,48

2012 DAI 73,86 2.276.257,83 12.442,17 5.310,33 0,0200 9,28

2013 DAI 74,22 2.400.452,21 21.576,36 5.237,12 0,0200 8,68

2009 DEL 74,67 13.698.059,53 56.303,00 9.058,00 0,1413 5,17

2010 DEL 75,28 14.516.728,53 49.987,70 10.325,50 0,1410 5,34

2011 DEL 75,78 15.389.010,15 35.892,60 7.636,00 0,0500 5,10

2012 DEL 76,17 16.322.035,14 28.815,16 11.772,18 0,0500 4,78

2013 DEL 76,82 18.409.796,91 43.814,84 3.171,62 0,0400 4,71

2009 GGS 71,33 813.260,17 0,00 0,00 0,0011 35,00

2010 GGS 71,67 867.974,32 11.384,80 4.663,00 0,0039 33,87

2011 GGS 72,21 924.073,84 23.386,10 9.210,10 0,0200 32,12

2012 GGS 72,61 982.526,42 27.645,14 6.855,87 0,0200 30,85

2013 GGS 72,99 1.044.887,12 15.215,33 6.852,08 0,0200 30,94

2009 HUM 71,64 954.552,73 23.911,00 5.890,00 0,0097 11,31

2010 HUM 71,94 1.006.561,13 12.244,70 4.287,70 0,0123 10,61

2011 HUM 72,43 1.066.344,00 14.227,90 2.666,40 0,0400 10,09

2012 HUM 72,80 1.130.255,36 9.898,06 4.600,37 0,0400 9,73

(40)

6

Lampiran : 1 Lanjutan

2009 LAB 73,61 5.134.419,75 18.379,00 10.991,00 0,0275 9,85

2010 LAB 74,03 3.261.566,16 23.340,50 3.727,80 0,0246 10,67

2011 LAB 74,65 3.448.176,05 19.976,40 4.185,70 0,0300 10,15

2012 LAB 75,29 3.659.462,42 55.608,20 3.094,93 0,0300 9,61

2013 LAB 75,71 3.879.005,56 25.080,87 5.402,86 0,0300 8,53

2009 LBS 73,52 2.685.094,52 0,00 0,00 0,0286 16,00

2010 LBS 73,84 2.835.768,13 11.841,60 3.767,40 0,0288 15,58

2011 LBS 74,38 3.009.512,94 12.217,10 4.318,30 0,0100 14,86

2012 LBS 74,90 3.200.070,89 17.419,52 4.280,28 0,0100 13,96

2013 LBS 75,48 3.393.576,50 23.687,73 7.238,22 0,0100 12,36

2009 LBU 73,10 2.993.328,33 0,00 0,00 0,0915 12,73

2010 LBU 73,45 3.163.216,40 13.015,10 2.141,60 0,0878 12,32

2011 LBU 74,14 3.359.752,30 18.029,90 6.330,50 0,0100 11,77

2012 LBU 74,92 3.574.050,62 13.338,59 7.352,24 0,0100 11,34

2013 LBU 75,70 3.800.372,65 24.935,74 2.989,30 0,0100 11,34

2009 LKT 72,82 6.819.233,67 28.757,00 9.697,00 0,0235 12,75

2010 LKT 73,18 7.210.562,22 34.315,10 6.548,70 0,0279 10,85

2011 LKT 73,63 7.626.997,33 31.134,90 4.427,00 0,0500 10,31

2012 LKT 73,98 8.058.645,95 22.738,71 9.890,80 0,0500 10,02

2013 LKT 74,38 8.527.344,25 36.181,28 6.446,69 0,0500 10,44

2009 MAN 70,27 1.909.486,99 21.951,00 6.799,00 0,0704 13,02

2010 MAN 70,60 2.031.959,60 31.941,40 7.141,20 0,0730 12,60

2011 MAN 71,04 2.161.929,86 22.459,40 3.163,70 0,0800 11,98

2012 MAN 71,44 2.300.486,94 16.575,62 6.980,02 0,0800 11,58

2013 MAN 71,72 2.447.979,55 15.093,26 6.689,15 0,0800 9,62

2009 MED 76,99 33.430.051,02 20.993,00 9.691,00 0,5839 9,58

2010 MED 77,36 35.822.224,73 35.120,80 16.409,60 0,5888 10,05

2011 MED 77,81 38.576.234,25 44.857,40 13.302,60 0,3600 9,63

2012 MED 78,25 41.519.320,25 36.799,48 11.655,08 0,3700 9,33

2013 MED 78,62 43.303.956,38 49.038,37 5.564,04 0,3600 9,64

2009 NIA 68,26 478.510,07 32.960,00 13.393,00 0,1595 22,57

2010 NIA 68,66 510.793,15 28.147,60 4.173,00 0,0464 19,98

2011 NIA 69,09 545.563,64 19.089,10 7.001,30 0,0600 19,11

2012 NIA 69,55 579.580,19 23.101,25 4.122,16 0,0600 18,67

2013 NIA 69,93 616.872,70 15.601,60 5.409,06 0,0600 17,28

2009 NIB 65,96 239.040,31 0,00 0,00 0,0440 31,00

(41)

7

Lampiran : 1 Lanjutan

2011 NIB 67,10 271.274,74 21.926,20 9.881,70 0,0500 29,32

2012 NIB 67,59 284.646,41 34.204,42 5.237,45 0,0500 28,57

2013 NIB 67,91 301.197,34 20.717,72 3.688,68 0,0500 29,65

2009 NIS 66,27 1.182.897,80 15.854,00 8.026,00 0,0743 22,19

2010 NIS 67,15 1.231.579,09 42.052,80 5.024,70 0,0776 20,73

2011 NIS 67,72 1.286.515,90 32.670,40 5.039,30 0,0800 19,71

2012 NIS 68,23 1.360.871,88 37.585,86 6.395,60 0,0800 19,05

2013 NIS 68,58 1.431.029,45 32.444,77 11.595,19 0,0800 18,83

2009 NIU 67,36 459.232,61 0,00 0,00 0,0432 32,00

2010 NIU 67,75 490.124,94 13.820,70 4.522,90 0,0442 31,94

2011 NIU 68,18 522.868,69 20.500,40 7.383,20 0,0600 30,44

2012 NIU 68,71 553.636,78 16.203,67 3.454,16 0,0600 29,50

2013 NIU 69,39 588.254,16 19.745,75 3.779,26 0,0600 30,94

2009 PAL 71,68 703.084,62 0,00 1.797,00 0,0728 11,90

2010 PAL 71,98 750.290,69 21.676,50 5.006,10 0,0737 11,13

2011 PAL 72,55 798.255,31 12.419,30 6.252,70 0,0800 10,56

2012 PAL 72,96 848.654,88 13.120,32 7.318,13 0,0900 9,80

2013 PAL 73,27 900.591,17 11.439,38 3.859,39 0,0900 8,59

2009 PDS 74,77 884.655,59 14.110,00 5.853,00 0,0323 9,77

2010 PDS 75,21 936.093,56 9.332,50 4.280,90 0,0388 10,53

2011 PDS 75,58 991.122,19 9.253,10 3.190,60 0,0600 10,08

2012 PDS 76,04 1.052.825,51 7.324,15 6.109,13 0,0600 9,60

2013 PDS 76,31 1.118.065,08 14.086,07 6.225,20 0,0600 9,04

2009 PEM 77,18 1.926.299,50 19.728,00 5.906,00 0,0180 12,25

2010 PEM 77,51 2.039.000,29 10.772,20 6.246,80 0,0136 11,72

2011 PEM 77,93 2.161.768,39 10.513,10 4.981,00 0,0100 11,15

2012 PEM 78,27 2.285.211,24 12.959,71 6.037,15 0,0100 10,79

2013 PEM 78,62 2.403.103,55 24.616,91 4.952,83 0,0100 10,93

2009 PLU 72,11 710.757,21 0,00 7.775,00 0,0696 11,83

2010 PLU 72,52 783.761,72 16.545,00 4.036,20 0,0684 11,19

2011 PLU 73,25 837.152,05 16.217,80 5.653,90 0,0800 10,64

2012 PLU 73,59 890.593,45 20.221,90 4.683,87 0,0800 9,98

2013 PLU 73,96 945.198,26 14.142,73 3.203,17 0,0800 10,28

2009 PPK 70,36 154.420,18 14.024,00 5.760,00 0,0265 13,99

2010 PPK 70,80 164.878,49 7.637,30 5.250,00 0,0275 13,81

2011 PPK 71,20 174.743,59 9.229,40 1.985,60 0,0300 13,16

(42)

8

Lampiran : 1 Lanjutan

2013 PPK 72,54 196.125,86 8.481,02 5.485,63 0,0300 11,28

2009 SAM 73,42 1.670.057,00 26.897,00 7.031,00 0,0101 17,55

2010 SAM 73,70 1.761.932,00 20.941,30 6.132,20 0,0129 16,51

2011 SAM 74,27 1.854.522,00 14.533,50 2.706,20 0,0000 15,67

2012 SAM 74,72 1.956.867,00 13.432,31 2.724,12 0,0000 15,17

2013 SAM 75,02 2.057.483,00 14.251,15 4.817,47 0,0000 14,01

2009 SER 72,94 4.287.253,13 35.447,00 8.296,00 0,0025 9,51

2010 SER 73,25 4.550.679,05 32.412,30 6.659,60 0,0027 10,59

2011 SER 73,64 4.822.988,27 32.661,50 5.563,10 0,0300 10,07

2012 SER 74,07 5.112.213,30 33.126,57 6.410,27 0,0300 9,89

2013 SER 74,41 5.417.216,91 32.602,59 7.420,47 0,0300 9,35

2009 SIB 74,82 697.916,30 14.323,00 7.480,00 0,0113 15,82

2010 SIB 75,08 740.037,16 8.684,00 2.950,20 0,0108 13,91

2011 SIB 75,50 777.721,30 7.409,60 4.715,90 0,0000 13,18

2012 SIB 75,73 819.307,85 7.501,69 2.354,70 0,0000 13,00

2013 SIB 76,19 866.829,09 12.039,77 4.956,01 0,0000 12,90

2009 SIM 73,13 5.299.691,11 46.077,00 9.824,00 0,0493 12,67

2010 SIM 73,50 5.571.105,01 37.374,30 5.690,00 0,0536 10,73

2011 SIM 73,94 5.894.588,30 37.434,10 3.798,20 0,0600 10,21

2012 SIM 74,35 6.251.833,13 58.894,22 8.189,53 0,0600 9,97

2013 SIM 74,55 6.531.900,75 43.731,78 6.084,58 0,0600 10,45

2009 TBT 76,10 1.099.238,84 11.421,00 7.080,00 0,0003 14,58

2010 TBT 76,49 1.165.579,00 8.039,80 2.900,50 0,0017 13,06

2011 TBT 76,91 1.243.352,35 7.292,50 5.011,50 0,0100 12,44

2012 TBT 77,34 1.327.227,81 5.040,70 5.363,81 0,0100 11,93

2013 TBT 77,96 1.419.000,08 14.850,67 4.570,33 0,0100 11,74

2009 TJG 73,64 1.333.259,30 12.118,00 11.840,00 0,0305 17,10

2010 TJG 74,14 1.396.610,17 9.440,20 3.401,50 0,0293 16,32

2011 TJG 74,72 1.464.527,49 6.108,00 6.217,40 0,0000 15,52

2012 TJG 75,06 1.537.531,92 4.696,08 2.628,13 0,0000 14,86

2013 TJG 75,44 1.607.029,96 8.454,04 5.079,62 0,0100 14,85

2009 TKR 74,84 3.175.599,37 22.057,00 7.633,00 0,0258 11,42

2010 TKR 75,34 3.367.185,28 22.218,90 3.871,30 0,0297 11,02

2011 TKR 75,79 3.589.129,60 14.836,30 2.433,50 0,0100 10,49

2012 TKR 76,79 3.816.810,59 12.404,38 5.352,04 0,0100 9,93

2013 TKR 76,22 3.996.714,24 16.835,64 4.866,93 0,0100 9,79

2009 TOB 76,22 1.002.459,21 21.600,00 6.338,00 0,0292 10,07

(43)

9

Lampiran : 1 Lanjutan

2011 TOB 76,93 1.121.617,00 15.310,30 2.881,00 0,0100 9,67

2012 TOB 77,21 1.189.691,10 18.901,55 5.231,04 0,0100 9,43

2013 TOB 77,49 1.266.559,04 14.177,72 6.385,04 0,0100 9,54

2009 TPS 73,64 1.697.914,58 32.171,00 0,00 0,0370 12,67

2010 TPS 74,02 1.792.303,24 19.751,20 4.346,70 0,0371 11,96

2011 TPS 74,45 1.886.828,69 20.119,60 4.512,10 0,0400 11,40

2012 TPS 74,78 1.995.112,55 18.322,47 6.610,35 0,0400 11,10

2013 TPS 75,13 2.099.003,80 18.390,99 5.607,12 0,0400 11,33

2009 TPT 70,91 1.129.320,84 25.330,00 6.723,00 0,0815 17,83

2010 TPT 71,21 1.198.513,69 29.855,40 6.160,40 0,0842 16,74

2011 TPT 71,63 1.273.671,41 23.332,40 5.911,60 0,0900 15,96

2012 TPT 72,04 1.354.571,00 19.670,95 6.655,06 0,0900 15,03

2013 TPT 72,55 1.447.374,30 21.546,99 7.050,62 0,0900 15,41

2009 TPU 73,85 1.529.396,54 33.676,00 7.102,00 0,0189 13,10

2010 TPU 74,31 1.614.372,07 26.955,60 5.532,80 0,0226 12,50

2011 TPU 74,33 1.703.749,59 27.727,10 3.947,60 0,0500 11,89

2012 TPU 75,81 1.805.193,56 18.381,73 5.459,76 0,0500 11,55

2013 TPU 75,81 1.914.415,17 24.356,35 5.413,48 0,0500 11,68

Keterangan : Year: Tahun

Regency: Data penelitian kabupaten IPM: Indeks pembangunan manusia PDRB:Product domestic regional bruto DP: Dana pendidikan

DK: Dana kesehatan

(44)

10

MAN: Mandailing Natal MED: Medan

NIA: Nias NIB: Nias Barat NIS: Nias Selatan NIU: Nias Utara PAL: Padang Lawas PDS: Padang Sidempuan PEM: Pematang Siantar PLU: Padang Lawas Utara PPK: Pakpak Barat

SAM: Samosir

SER: Serdang Bedagai SIB: Sibolga

(45)

11

Lampiran 2. Hasil estimasi regresi data panel denganfixed effect model

Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 09/03/15 Time: 22:39

Sample: 1 5

Included observations: 5 Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 165

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 79.24095 0.497905 159.1489 0.0000

PDRB? 2.95E-07 6.02E-08 4.895139 0.0000

DP? 1.55E-06 3.97E-06 0.390211 0.6970

DK? 4.27E-06 1.21E-05 0.354150 0.7238

IW? 2.388922 1.713477 1.394196 0.1657

PK? -0.515262 0.023712 -21.73004 0.0000

(46)

12

_TBT--C 3.869059

_TJG--C 2.960748

_TKR--C 0.834380

_TOB--C 2.251155

_TPS--C 0.484953

_TPT--C 0.120870

_TPU--C 1.178012

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.990731 Mean dependent var 93.29451

Adjusted R-squared 0.988031 S.D. dependent var 42.68280

S.E. of regression 0.417601 Sum squared resid 22.14756

F-statistic 366.8823 Durbin-Watson stat 1.330043

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.982166 Mean dependent var 73.52970

Sum squared resid 22.88365 Durbin-Watson stat 1.155951

Gambar

Gambaran Umum Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi
Gambar 1.1Grafik Indeks Pembangunan Manusia secara Nasional
Gambar  1.1 Grafik Indeks Pembangunan Manusia secara Nasional   (2004-2013) ..........................................................................
Tabel 1.1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah saya belajar pendidikan Pancasila di universitas, saya berkomitmen bahwa saya harus bisa membawa, membanggakan, membahagiakan negara dengan menjalani kehidupan

Kereta Api Indonesia (persero) divisi regional Sumatera Utara &amp; NAD, dengan pedoman kepada peraturan, ketentuan perusahaan, anggaran pendapatan dan anggaran biaya serta

Tidak hanya itu kita juga hanya di tuntut menjadi agen professional sebaik mungkin tanpa berpikir dampak pada sector sector lain, contoh nyata nya adalah kita belajar tentang

Pengaruh ModernisasiI Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Utara. Terdapat pengaruh yang

menggunakan uji t dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan perkebunan penghasil

Karena jangkauannya yang luas, Internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana suatu informasi dari suatu situs animania yaitu komunitas untuk penggemar kartun Jepang

Dari waktu yang disediakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa selama 2 jam ( 09.00 s/d 11.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen kualifikasi paket

Namun sekarang ini alat komunikasi yang sering digunakan dan dibicarakan adalah internet, karena internet bermanfaat bagi semua orang, terutama karena fungsinya sebagai pusat