ABSTRAK
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN
BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014
Adi Pramono, 2015 Pembimbing 1: drg. Donny Pangemanan, SKM Pembimbing 2: dr. Budi Widyarto Lana, M.H.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti
(W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori, ditularkan melalui cucukan nyamuk. Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung merupakan daerah yang endemis filariasis. Di desa ini ada penderita yang meninggal karena filariasis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis pada tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 247 responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pengetahuan mengenai filariasis adalah cukup (96,35%), sikap responden mengenai upaya pencegahan filariasis cukup (100%) dan tingkat perilaku responden secara keseluruhan adalah cukup (99,6%).
Simpulan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat Bandung tentang filariasis adalah cukup.
ABSTRACT
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT
BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS
Adi Pramono, 2015 1st Advisor: drg. Donny Pangemanan, SKM
2nd Advisor: dr. Budi Widyarto Lana, M.H.
Filariasis is a disease caused by worms Wuchereria bancrofti (W. bancrofti), Brugia (B) malayi and B. timori and transmitted through mosquito bites. Nanjung village Margaasih District of Bandung Regency is an area that is filarial endemic. In this village there are patients who died due to filariasis.
This study aims to achieve description of knowledge, attitude, and behaviour of the people at RW 1 Nanjung village subdistrict Margaasih Bandung regency West Java about filariasis in 2014.
This study is a descriptive cross-sectional study design. Data obtained using a questionnaire distributed to 247 respondents at RW 1 Nanjung village subdistrict Margaasih Bandung regency West Java.
The results obtained are the level of respondents knowledge about filariasis which is adequate (96,35%), respondents' attitudes regarding prevention of filariasis adequate (100%) and the overall level of respondent behavior is adequate (99,6%).
Conclusion The level of knowledge, attitudes and behavior of respondents in the RW 1 village Nanjung subdistrict Margaasih Bandung Bandung West Java district of filariasis is adequate.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I:PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1. Manfaat Akademis ... 4
1.4.2. Manfaat Praktis ... 4
1.5. Landasan Teori ... 4
BAB II:TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ... 6
2.1.1. Pengetahuan ... 6
2.1.2. Sikap ... 7
2.1.3. Perilaku ... 9
2.2.1. Definisi ... 10
2.2.2. Epidemiologi ... 10
2.2.3. Faktor Risiko ... 12
2.2.4. Etiologi ... 13
2.2.6. Morfologi Cacing dan Siklus Hidup... 15
2.2.6.1. Filariasis Bancrofti ... 15
2.6.2. Filariasis Malayi ... 18
2.7. Gejala Klinis ... 21
2.7.1. Gejala dan Tanda Klinis Akut: ... 21
2.7.2. Gejala dan Tanda Klinis Kronis: ... 22
2.7.3. Tropical Eosinophilia, Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE) ... 23
2.8. Pemeriksaan Penunjang ... 23
2.8.1. Filariasis Bancrofti ... 23
2.8.2. Filariasis Malayi ... 24
2.9. Penatalaksanaan ... 24
2.10. Pencegahan ... 31
BAB III:METODOLOGI PENELITIAN ... 33
3.1. Bahan dan Subjek Penelitian ... 33
3.1.1. Bahan Penelitian ... 33
3.1.2. Subjek Penelitian ... 33
3.2. Metode Penelitian ... 33
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.4. Populasi dan Sampel... 33
3.4.1. Populasi ... 33
3.4.2. Sampel ... 33
3.5. Prosedur Penelitian ... 34
3.5.1. Cara Pengambilan Data ... 34
3.6. Definisi Operasional ... 34
3.7. Analisis Data ... 35
3.8. Aspek Etik Penelitian ... 36
BAB IV:HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37
4.1.1. Kondisi Geografi Wilayah ... 37
4.1.2. Kependudukan ... 37
4.3. Pengetahuan ... 40
4.4. Sikap ... 47
4.5. Perilaku ... 49
BAB V:KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
5.1. Kesimpulan ... 56
5.2. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 60
KUESIONER ... 60
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan pada kaki. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan kaki gajah (elephantiasis).
Cacing masuk melalui cucukan nyamuk yang terinfeksi oleh telur-telur cacing tersebut. Kemudian telur-telur cacing dibawa ke pembuluh limfe, lalu tumbuh dewasa dan menyumbat pembuluh limfe serta menghasilkan jutaan telur yang akan dibawa oleh darah yang kemudian akan dibawa oleh nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang sering menyebarkan penyakit ini adalah nyamuk culex.
Umumnya penyakit ini menyerang masyarakat usia dewasa muda yang aktif bekerja, sehingga menurunkan produktivitas akibat adanya demam yang kerap menyerang penderita selama 3-5 hari. Demam yang diderita umumnya terjadi 2-3 kali setahun yang disertai dengan pembengkakan kelenjar lipat paha (Anorital & Dewi, 2004).
Dengan pembesaran kaki, akan mengganggu aktivitas penderita, menurunkan rasa percaya diri dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup. Disamping itu, penyakit ini bisa menjadi irreversibel
bila sudah parah.
Penyakit ini menyerang hampir di seluruh dunia, World Health Organization
(WHO) mencatat hampir 1,4 miliar orang di 73 negara di seluruh dunia terancam oleh filariasis limfatik, umumnya dikenal sebagai kaki gajah. Sekitar 65% dari mereka yang terinfeksi hidup di Kawasan Asia Tenggara, 30% di wilayah Afrika, dan sisanya di daerah tropis lainnya (World Health Organization, 2013).
Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota. Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dengan survey endemisitas
filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Di dunia, penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang diharapkan dapat tereradikasi pada tahun 2020. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah, jika tidak dilakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis. Sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31 propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.914 kasus kronis (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Filariasis limfatik menimpa lebih dari 25 juta orang dengan penyakit genital dan lebih dari 15 juta orang dengan lymphoedema. Karena prevalensi dan intensitas infeksi yang terkait dengan kemiskinan, eliminasinya dapat berkontribusi untuk mencapai United Nations Millennium Development Goals
(UN MDG) (World Health Organization, 2013).
Untuk mengatasi penyakit ini, WHO meluncurkan Program global untuk menghilangkan filariasis limfatik, yaitu Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) pada tahun 2000. Tujuan dari GPELF adalah menghilangkan filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2020. Strategi ini didasarkan pada dua komponen utama yaitu (1) Mengganggu transmisi melalui program tahunan skala besar pengobatan, dikenal sebagai pemberian obat massal, dilaksanakan untuk menutupi seluruh populasi
berisiko; (2) Mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh filariasis limfatik melalui manajemen morbiditas dan pencegahan kecacatan (World Health
Organization, 2013).
dan 139 kabupaten/kota (28,1%) yang tidak endemis filariasis. Daerah dengan mikrofilaria rate tertinggi tahun 2009 adalah kabupaten Bonebolango (40%) selanjutnya diikuti oleh kabupaten Manokwari (38,57%) Kota Cilegon (37,50 %), Mamberamo Raya (31,46%) dan Kutai Kertanegara (26,00%) (Wahyono, 2010). Jumlah penderita filariasis di kabupaten Bandung tahun 2013 sebanyak 46 orang, diantaranya 10 kasus baru. Di kecamatan Margaasih terdapat total 4 penderita
filariasis, terdiri dari 1 laki-laki dan 3 perempuan. (Dinkes Kabupaten Bandung 2013).
Penulis tertarik melakukan penelitian di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat karena merupakan daerah yang endemis filariasis di kabupaten bandung. Dilaporkan juga terdapat penderita yang meninggal di daerah tersebut. Penelitian dilakukan di RW 1, karena di RW ini terdapat seorang penderita filariasis yang meninggal dunia.
1.2. Identifikasi Masalah
Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai filariasis di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tahun 2014?
Bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai filariasis di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tahun
2014.
Bagaimana sikap masyarakat mengenai filariasis di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis tahun 2014.
2. Untuk mengetahui tingkat sikap masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis tahun
2014.
3. Untuk mengetahui tingkat perilaku masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis
Sebagai masukkan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan filariasis khususnya di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat.
1.4.2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan atau wawasan khususnya mengenai filariasis.
1.5. Landasan Teori
Pengetahuan akan filariasis disertai dengan sikap dan perilaku dalam hal cara
pencegahan, pengobatan berperan penting dalam mengurangi bahkan menghilangkan angka kesakitan filariasis.
Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing, terutama oleh
W.bancrofti. penyakit ini menyebabkan terjadinya penyumbatan kelenjar limfe sehingga terjadi pembengkakan pada kaki yang disebut juga elephantiasis, masyarakat menyebutnya dengan kaki gajah. Penyebaran penyakit ini melalui cucukan nyamuk.
Republik Indonesia, 2009). Tingkat endemisitas di Indonesia berkisar antara 0%-40% (Wahyono, 2010).
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori merupakan tiga spesies tersering yang menyebababkan filariasis (Natadisastra & Agoes, 2009). Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh jenis spesies nyamuk. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tingkat pengetahuan responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu sebesar 96,35%
2. Sikap responden terhadap filariasis adalah cukup, yaitu sebesar 100% 3. Perilaku responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu
sebesar 99,6%
5.2. Saran
1. Penyuluhan mengenai filariasis dilakukan lebih menyeluruh ke seluruh masyarakat.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Adi Pramono
NRP : 1110217
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 31 Maret 1994
Agama : Islam
Alamat : Jalan Sukamulya Indah 6 No.1a-2 Bandung
Riwayat Pendidikan : 1997 – 1998 TK Alamanda Bandung 1998 – 1999 TK Swandayani Bandung
1999 – 2000 SD Negeri Banjarsari 1 Bandung 2000 – 2002 SD Pardomoan Bandung
2002 – 2005 SD Kartika 1-2 Medan 2005 – 2008 SMP Kartika 1-2 Medan 2008 – 2009 SMA Negeri 4 Medan 2009 – 2011 SMA Negeri 3 Bandung
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN
BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT
BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS
Donny Pangemanan1, Budi W. Lana2, Adi Pramono3
1Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha,
2Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
3Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti),
Brugia(B) Malayi dan B. Timori, ditularkan melalui cucukan nyamuk. Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung merupakan daerah yang endemis filariasis. Di desa ini ada penderita yang meninggal karena filariasis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis pada tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 247 responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pengetahuan mengenai filariasis adalah cukup (96,35%), sikap responden mengenai upaya pencegahan filariasis cukup (100%) dan tingkat perilaku responden secara keseluruhan adalah cukup (99,6%).
Simpulan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat Bandung tentang filariasis adalah cukup.
Kata Kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, filariasis
ABSTRACT
Filariasis is a disease caused by worms Wuchereria bancrofti (W. bancrofti), Brugia (B) malayi and B. timori and transmitted through mosquito bites. Nanjung village Margaasih District of Bandung Regency is an area that is filarial endemic. In this village there are patients who died due to filariasis.
This study is a descriptive cross-sectional study design. Data obtained using a questionnaire distributed to 247 respondents at RW 1 Nanjung village subdistrict Margaasih Bandung regency West Java.
The results obtained are the level of respondents knowledge about filariasis which is adequate (96,35%), respondents' attitudes regarding prevention of filariasis adequate (100%) and the overall level of respondent behavior is adequate (99,6%).
Conclusion The level of knowledge, attitudes and behavior of respondents in the RW 1 village Nanjung subdistrict Margaasih Bandung Bandung West Java district of filariasis is adequate.
Keywords: knowledge, attitude, behaviour, filariasis
PENDAHULUAN
Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi
dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan pada kaki. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan kaki gajah (elephantiasis).
Cacing masuk melalui cucukan nyamuk yang terinfeksi oleh telur-telur cacing tersebut. Kemudian telur-telur cacing dibawa ke pembuluh limfe, lalu tumbuh dewasa dan menyumbat pembuluh limfe serta menghasilkan jutaan telur yang akan dibawa oleh darah yang kemudian akan dibawa oleh nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang sering menyebarkan penyakit ini adalah nyamuk culex.
Umumnya penyakit ini menyerang masyarakat usia dewasa muda yang aktif
bekerja, sehingga menurunkan
produktivitas akibat adanya demam yang kerap menyerang penderita selama 3-5 hari. Demam yang diderita umumnya terjadi 2-3 kali setahun yang disertai dengan pembengkakan kelenjar lipat paha (1).
Dengan pembesaran kaki, akan mengganggu aktivitas penderita, menurunkan rasa percaya diri dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas
serta menurunkan kualitas hidup. Disamping itu, penyakit ini bisa menjadi
irreversibel bila sudah parah.
Penyakit ini menyerang hampir di seluruh dunia, World Health Organization (WHO) mencatat hampir 1,4 miliar orang di 73 negara di seluruh dunia terancam oleh filariasis limfatik, umumnya dikenal sebagai kaki gajah. Sekitar 65% dari mereka yang terinfeksi hidup di Kawasan Asia Tenggara, 30% di wilayah Afrika, dan sisanya di daerah tropis lainnya (2).
Di Indonesia sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31 propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.914 kasus kronis (3).
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi.
Di dunia, penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang diharapkan dapat tereradikasi pada tahun 2020. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah, jika tidak dilakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis. Sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31 propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.914 kasus kronis (4).
Filariasis limfatik menimpa lebih dari 25 juta orang dengan penyakit genital dan lebih dari 15 juta orang dengan
lymphoedema. Karena prevalensi dan intensitas infeksi yang terkait dengan kemiskinan, eliminasinya dapat berkontribusi untuk mencapai United Nations Millennium Development Goals
(UN MDG) (2).
Untuk mengatasi penyakit ini, WHO meluncurkan Program global untuk menghilangkan filariasis limfatik, yaitu
Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) pada tahun 2000. Tujuan dari GPELF adalah menghilangkan filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2020. Strategi ini didasarkan pada dua komponen utama yaitu (1) Mengganggu transmisi melalui program tahunan skala besar pengobatan, dikenal sebagai pemberian obat massal, dilaksanakan untuk menutupi seluruh populasi berisiko; (2) Mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh filariasis limfatik melalui manajemen morbiditas dan pencegahan kecacatan (2).
Jumlah kasus klinis filariasis terbanyak pada tahun 2009 terdapat di kabupaten Aceh Utara (1.353) selanjutnya diikuti oleh kabupaten Manokwari (667), Mappi (652), Sikka (619) dan Ende (244). Jumlah Kabupaten/kota yang endemis filariasis tahun 2009 adalah 356 kabupaten/kota dari 495 kabupaten/kota (71,9%) dan 139 kabupaten/kota (28,1%) yang tidak endemis filariasis. Daerah dengan mikrofilaria rate tertinggi tahun 2009
adalah kabupaten Bonebolango (40%) selanjutnya diikuti oleh kabupaten Manokwari (38,57%) Kota Cilegon (37,50 %), Mamberamo Raya (31,46%) dan Kutai Kertanegara (26,00%) (3).
Jumlah penderita filariasis di kabupaten Bandung tahun 2013 sebanyak 46 orang, diantaranya 10 kasus baru. Di kecamatan Margaasih terdapat total 4 penderita filariasis, terdiri dari 1 laki-laki dan 3 perempuan (5).
Penulis tertarik melakukan penelitian di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat karena merupakan daerah yang endemis filariasis di kabupaten bandung. Dilaporkan juga terdapat penderita yang meninggal di daerah tersebut. Penelitian dilakukan di RW 1, karena di RW ini terdapat seorang penderita filariasis yang meninggal dunia.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpul data berupa kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang disebarkan kepada sebanyak 247 responden yang merupakan masyarakat yang terpilih di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian. Responden menandatangani lembar persetujuan (informed concent) dan memberikan tanda tangan diatas lembar persetujuan tersebut. Peneliti melakukan wawancara, lalu menginterpretasikan data yang sudah diolah dan dianalisis dalam bentuk laporan tertulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
[image:16.595.114.507.339.541.2]Tabel 1 menjabarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku responden secara keseluruhan. Terdapat 238 responden (96.35%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan 9 responden (3.64%) memiliki pengetahuan rendah. 247 responden (100%) memiliki sikap baik, sedangkan 0 responden (0 %) memiliki sikap kurang. 246 responden (99,6 %) memiliki perilaku baik, sedangkan 1responden (0,4 %) yang memiliki Perilaku kurang.
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Secara Keseluruhan
Kriteria Tingkat Jumlah (n=247) Persentase (%)
Pengetahuan Cukup 238 96,35
Kurang 9 3,64
Jumlah 247 100
Sikap Cukup 247 100
Kurang 0 0
Jumlah 247 100
Perilaku Cukup 246 99,6
Kurang 1 0,4
Jumlah 247 100
KESIMPULAN
Tingkat pengetahuan responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu sebesar 96,35%, sikap responden terhadap filariasis adalah cukup, yaitu sebesar 100%, dan perilaku responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu sebesar 99,6%.
DAFTAR PUSTAKA 1
.
Anorital , Dewi RM. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Filariasis Malayi Selama Pelaksanaan Pengobatan di Kabupaten Tabalong Kalsel. Media Litbang Kesehatan. 2004; XIV: p. 52-50.
2 .
World Health Organization.
3 .
Wahyono TYM. Analisis Epidemiologi Deskriptif Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010; 1: p. 1-8.
4 .
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [Online].; 2010 [cited 2014 January 18. Available from: http://pppl.depkes.go.id/_asset/_downlo ad/NATIONAL_PLAN_FILARIASIS_20 10-IND__2010-14.pdf.
5 .
Dinkes Kabupaten Bandung, 2014.
TABEL PROFIL DINKES KAB BANDUNG 2013 - perApril2014,
DAFTAR PUSTAKA
Anorital & Dewi, R. M., 2004. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Filariasis Malayi Selama Pelaksanaan Pengobatan di Kabupaten Tabalong Kalsel. Media Litbang Kesehatan, Volume XIV, pp. 52-50.
Centers for Disease Control and Prevention, 2013. CDC - Parasites - Lymphatic
Filariasis. [Online]
Available at: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/ [Accessed 12 8 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Departemen Kesehatan Republik Indonesia - Hasil Investigasi kejadian Ikutan Paska Pengobatan
Massal Filariasis di Kabupaten Bandung. [Online]
Available at: http://www.depkes.go.id/article/view/73/hasil-investigasi-
kejadian-ikutan-paska-pengobatan-massal-filariasis-di-kabupaten-bandung.html
[Accessed 12 8 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Mengenal Filariasis (Penyakit
Kaki Gajah). [Online]
Available at:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/mengenal_filariasis_1.pdf [Accessed 12 8 2014].
Ditjen P2M PLP, Depkes RI, 1999. Pedoman Pemberantasan Filariasis di Indonesia. Pedoman Pemberantasan Filariasis di Indonesia, pp. 1-10.
Garjito, T. A. dkk., 2005. FILARIASIS DAN BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENULARANNYA DI DESA PANGKU-TOLOLE, KECAMATAN AMPIBABO, KABUPATEN PARIGI-MOUTONG, PROVINSI SULAWESI TENGAH.
Hadidjaja, P. & Kurniawan, A., 2011. Dasar Parasitologi Klinik. 1 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. [Online]
Available at:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/NATIONAL_PLAN_FILARIASI S_2010-IND__2010-14.pdf
[Accessed 18 January 2014].
Longo, D. et al., 2012. Harrisons Manual of Medicine. 18 ed. s.l.:McGraw-Hill Professional.
Medscape, 2013. Medscape - Filariasis Treatment & Management. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/217776-treatment [Accessed 21 10 2014].
Molyneux, D., 2003. Lymphatic Filariasis (Elephantiasis) Elimination: A public health success and development opportunity. Filaria Journal, Volume 2, pp. 1-6.
Natadisastra, D. & Agoes, R., 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Parasitology Illustrated, 2011. Parasitology Illustrated - Nematodes
(Roundworms). [Online]
Available at:
http://parasitologyillustrated.com/classes_of_parasites/nematodes/nematodes. html
[Accessed 12 8 2014].
Purwantyastuti, 2010. Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis.
Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1, p. 15.
Putri, Y. V., Lukman, M. & Susanti, R. D., 2012. Upaya Dalam Pencegahan Primer Filariasis di Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
R, K. S., 2013. Clinical and Pathological Aspects of Filarial Lymphedema and Its
Management. [Online]
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2553332/ [Accessed 20 january 2014].
Sudomo, M., Izhar, A. & Oemijati, S., 2002. Lymphatic Filariasis in Indonesia.
Jurnal Ekologi Kesehatan, Volume 1, pp. 37-43.
Supali, T., 2010. Keberhasilan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1, pp. 20-23. Wahyono, T. Y. M., 2010. Analisis Epidemiologi Deskriptif Filariasis di
Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1, pp. 1-8.
World Health Organization, 2013. Lymphatic filariasis. [Online] Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ [Accessed 19 january 2014].
World Health Organization, 2013. LYMPHATIC FILARIASIS: MANAGING MORBIDITY AND PREVENTING DISABILITY. WORLD HEALTH ORGANIZATION GLOBAL PROGRAMME TO ELIMINATE LYMPHATIC FILARIASIS.
World Health Organization, 2014. World Health Organization - Lymphatic
filariasis. [Online]