• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas wilayah km 2, terdiri atas 14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas wilayah km 2, terdiri atas 14"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Administrasi Wilayah Penelitian

2.1.1 Lokasi Wilayah Penelitian

Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas wilayah 1.336 km2, terdiri atas 14 Kecamatan dan 75 Nagari (setingkat kelurahan di wilayah kota). Dilihat dari luas wilayah, kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanjung Baru dengan luas 43,14 Km2. Sedangkan kecamatan dengan wilayah yang paling luas adalah Kecamatan Lintau Buo Utara yakni 204,31 km2., kemudian diikuti oleh Kecamatan X Koto dengan luas wilayahnya 152,02 km2 (Kabupaten Tanah Datar, 2020).

Peta 2 1 Wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat (Sumber : Google Earth 2019)

(2)

Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar berada di sekitar kaki Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sago, serta diperkaya dengan lima sungai. Danau singkarak yang cukup luas sebagian diantaranya merupakan wilayah Kabupaten Tanah Datar yakni terletak di Kecamatan Batipuh Selatan dan Rambatan.

Diantara seluruh kecamatan yang ada, tiga kecamatan terletak pada ketinggian antara 700 s.d 1000 mdpl, yaitu Kecamatan X Koto, Salimpaung dan Tanjung Baru.

Sementara itu empat kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Gantiang dan Sungai Tarab pada ketinggian 450 s.d 550 mdpl. Tujuh kecamatan yang terletak pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buo yang terletak pada ketinggian antara 200 s.d 750 mdpl.

Kabupaten Tanah Datar terletak antara 000 17dan 000 39LS antara 1000 19– 1000 51 BT. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Tanah Datar memiliki batas, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, dan sebelah timur berbatasan dengan Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung.

Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada koordinat antara 0o25'28,71'' LU dan 0o 22'14,52'' LS antara 100o15'44,10"–100o50'47,80'' BT. Luasnya mencapai 3.354,30 km2 yang berarti 7,94 % dari luas Provinsi Sumatera Barat yang mencapai 42.229,64 km2. Kabupaten Lima Puluh Kota diapit oleh empat kabupaten dan satu Provinsi yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Pasaman serta Provinsi Riau. Kabupaten

(3)

Lima Puluh Kota terdiri atas 13 kecamatan, yang terluas adalah Kecamatan Kapur IX seluas 723,36 km2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Luak yaitu 61,68 km2 (Kabupaten Lima puluh kota, 2020).

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

2.2 Kondisi Geografis Wilayah Penelitian

2.2.1 Iklim dan Topografi

Sumatera Barat khususnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki curah hujan tiap bulan dalam setahun dengan rata-rata 62 sampai 1.500 mm. Adapun uraian lebih jelas mengenai iklim akan dipaparkan di bawah ini :

Tabel 1 Rata-Rata Curah Hujan Menurut Per/Bulan Dari Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 133,3

Februari 132,8

Maret 195,5

April 139,0

Mei 182,3

Juni 120,9

(4)

Juli 63,5

Agustus 187,6

September 153,5

Oktober 62,5

November 169,1

Desember 185,3

Tabel 2 Jumlah Curah Hujan Kabupaten Lima Puluh Kota

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 39.00

Februari 202.00

Maret 213.00

April 1,531.00

Mei 92.00

Juni 65.00

Juli 111.00

Agustus 75.00

September 207.00

Oktober 639.00

November 264.00

Desember 339.00

(5)

Jumlah 2013 3,759.00 2012 2,931.00 2011 2,427.00 2010 2,936.00 2009 2,96840

Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Tanah Datar merupakan wilayah dengan kondisi topografi bervariasi mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit dengan elevasi ± 200 – 1000 mdpl.

Tabel 3 Ketinggian Kabupaten Tanah Datar No

.

Kecamatan Ketinggian(M)

1 X koto 700–1000

2 Batipuh 500–850

3 Batipuh Selatan 500–850

4 Pariangan 500–800

5 Rambatan 600–700

6 Lima Kaum 450–550

7 Tanjung Emas 450–550

8 Padang Ganting 450–550

9 Lintau Buo 200–750

10 Lintau Buo Utara 200–750

11 Sungayang 400–750

12 Sungai Tarab 450–550

13 Salimpaung 750–1000

14 Tanjung Baru 750–1000

Sumber : (Pokja Sanitasi Dinas Air Dan Penyehatan Lingkungan, 2010) Buku Putih Tanah Datar

(6)

Kabupaten Tanah Datar berada di cekungan gunung dan perbukitan yang melingkar dengan ketinggian berkisar antara 100 – 2.891 mdpl. Motif bentang alam yang sekarang ini merupakan pencerminan dari proses alam yang bekerja di daerah Tanah Datar, dengan proses pembentukan bentang alam sangat di pengaruhi oleh jenis-jenis batuan, struktur geologi serta intensitas proses (erosi). (Pokja Sanitasi Dinas Air Dan Penyehatan Lingkungan, 2010)

Berdasarkan kemiringan lahan, Kabupaten Tanah Datar di bagi menjadi enam bagian yaitu (Pokja Sanitasi Dinas Air Dan Penyehatan Lingkungan, 2010):

1. Daerah dengan kemiringan lahan 0-3% (Datar) sebagian besar tersebar di Kecamatan Tanjung Emas, Rambatan, Lintau Buo, Tanjung Barudan Kecamatan Padang Ganting.

2. Daerah dengan kemiringan lahan 3-8% (Agak Landai) sebagian besar tersebar di Kecamatan Lima Kaum, Rambatan, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Sungayang.

3. Daerah dengan kemiringan lahan 8-15% (Bergelombang), sebagian besar tersebar di Kecamatan Lintau Buo Utara, Pariangan, Sungai Tarab, X Koto dan Kecamatan Batipuh.

4. Daerah dengan kemiringan lahan 15-25% (Agak Curam), penyebarannya hampir di seluruh kecamatan sama, kecuali bagian tengah wilayah Kabupaten Tanah Datar meliputi; sebelah utara Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan Rambatan, sebelah selatan Kecamatan Lintau Buo Utara, Sungayang, Pariangan dan Kecamatan

(7)

Sungai Tarab. Lahan dengan kemiringan 15-25% ini merupakan wilayah paling luas dan dominan di Kabupaten Tanah Datar.

5. Daerah dengan kemiringan lahan 25-45% (Curam), sebagian besar tersebar di Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Sungayang dan Tanjung Emas.

6. Daerah dengan kemiringan lahan > 45% (Sangat Curam), sebagian besar tersebar di sebelah barat, utara dan bagian timur wilayah tanah datar.

Komponen kelerengan diatas 45% ini menjadikan kendala dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Tanah Datar karena kawasan dengan kelerengan sangat curam berpotensial terancam bahaya longsor dan erosi.

Tabel 4 Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lahan Di Kabupaten Tanah Datar

No Klasifikasi Kemiringan

Lereng(%) Luas(Ha) Persentase(%)

1 Datar dan Agak Landai 0–3 6,189 4,63

2 Landai 2–8 3,594 2,69

3 Bergelombang 8–15 43,922 32,88

4 Agak Curam 15–30 79,895 59,80

5 Curam 30–45

6 Sangat Curam >45

Jumlah 133,600 100,00

Topografi daerah Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar, bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara

(8)

110 m dan 2.261 m. Daerah ini terdapat tiga gunung berapi yang tidak aktif yaitu Gunung Sago (2.261 mdpl), Gunung Bungsu (1.253 mdpl) dan Gunung Sanggul (1.495 mdpl) serta memiliki 17 sungai besar dan kecil yang mengalir dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengairan/irigasi.

Tabel 5 Tinggi Wilayah Dari Permukaan Laut Kabupaten Lima Puluh Kota

Kecamatan

Tinggi Wilayah Mdpl

2015

Payakumbuh 540

Akabiluru 600

Luak 668

Lareh Sago Halaban 487

Situjuah Limo Nagari 651

Harau 523

Guguak 554

Mungka 541

Suliki 621

Bukik Barisan 696

Gunuang Omeh 837

Kapur IX 129

Pangkalan Baru 118

Sumber : (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota, 2019) Badan Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota

(9)

2.3 GUA PRASEJARAH DI SUMATERA BARAT

Wilayah Sumatera Barat banyak memiliki gua-gua prasejarah, akan tetapi gua yang memiliki seni cadas hanya terdapat dibeberapa gua atau ceruk di kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun penjelasan tentang gua yang memiliki seni cadas pada wilayah Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

2.3.1 Ceruk Batu Basurek

Ceruk Batu Basurek terletak pada Jorong Gunung Seribu, Nagari Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.

Kecamatan ini terletak pada koordinat 0.26′ 13″ – 0.33′ 59″ LS dan 100.43′ 42″ – 100.50′ 24″ BT. Secara geografisnya, Kecamatan Lintau Buo memiliki batas-batas bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Lintau Buo Utara, selatan berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto, barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Ganting, dan timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung.

Ceruk Batu Basurek ini juga sering disebut oleh masyarakat sebagai Pamalaman Inyiak Uda.

Pada ceruk ini ditemukan beberapa tinggalan arkeologi berupa seni cadas prasejarah, tinggalan seni cadas yang terdapat di Lintau masih tergolong sangat sedikit yang salah satunya baru ditemukan hanya pada Ceruk Batu Basurek. Ceruk Batu Basurek terletak pada celah bukit kapur yang berada di kawasan perbukitan karst Nagari Tigo Jangko (Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, 2016).

Seni cadas Ceruk Batu Basurek berada di Panel dengan ukuran 2,5 m x 1,25 m dengan motif berupa antropomorfik dengan gaya kangkang dan motif geometris.

(10)

Kondisi seni cadas banyak yang aus atau masih terlihat tapi tidak terlalu jelas. Seni cadas yang terdapat pada Ceruk Batu Basurek berjumlah keseluruhan 11 motif yang masih terlihat jelas.

Foto 2. 2 Motif geometris Ceruk Batu Basurek (Dok. Bpcb Sumbar)

Motif yang terdapat pada Ceruk Batu Basurek Pamalaman Inyiak Uda umumnya berbentuk manusia kangkang. Selain motif yang ditemukan di Ceruk Batu Basurek juga ditemukan motif yang sama di sekitar wilayah Situmbuk,

Foto 2. 1 Motif antromorfik Ceruk Batu Basurek

(Dok. Bpcb Sumbar)

(11)

Salimpaung yang masih digunakan oleh kepercayaan yang menghubungkan dengan leluhur atau arwah tertua atau ulama di desa tersebut (Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, 2016).

Motif manusia berbentuk posisi kangkang ditemukan diwilayah Tanah Datar ditemukan juga pada tinggalan megalitik yaitu situs Medan Nan Bapaneh Ateh Lago. Medan Bapaneh ini berada di Nagari Sungai Patai, Kecamatan Sungayang.

Dari sekian banyak kursi batu yang ada lokasi tersebut, hanya satu batu sandaran yang memiliki pahatan (timbul) dengan motif manusia dengan posisi kangkang dan kuda. Manusia dengan gaya kangkang berada dibagian atas dan bawah yang tengah- tengahnya terdapat pahatan kuda. Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti terkait dengan makna simbol manusia dan kuda di Medan Nan Bapaneh Ateh Lago namun, secara umum batu sandaran yang memiliki pahatan manusia dan kuda tersebut merupakan tempat duduk dari kepala rapat atau diistilahkan dengan

(Sumber: BPCB Sumbar, 2016)

Foto 2. 3 Gambar manusia kangkang di Medan Bapaneh Ateh Lago

(12)

penghulu pucuk (Panghulu pucuak) (Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, 2016).

2.3.2 Gua Lida Ajer

Gua Lida Ajer yang berada di Kawasan Perbukitan Kojai, Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota. Secara astronomis kawasan ini berada pada titik koordinat 0°19’06.6″ LS dan 100°35’37.3″ LT dengan ketinggian permukaan laut 500-700 m. Kecamatan Situjuah Limo Nagari terdiri dari empat batas daerah, sebelah Utara yaitu Kecamatan Payakumbuh Selatan, sebelah Selatan Kabupaten Tanah Datar sebelah Barat yaitu Kecamatan Luak dan sebelah Timur yaitu Luak (Kabupaten Limapuluh Kota, 2018).

Gua Lida Ajer berada pada lereng Bukit Sidayu. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Sidayu, sebelah selatan dengan Bukit Patopang, sebelah barat dengan Bukit Sidayu, dan sebelah timur berbatasan dengan Puncak Itiak (Sumbar, 2017).

Gua ini merupakan gua batuan kapur yang tergolong pada gua horizontal yaitu dengan motifan lorongnya relatif mendatar. Gua lida ajer memiliki ornamen diantaranya Stalaktit, Stalakmit, dan Column (pilar). Kondisi didalam gua cukup kering, dengan permukaan tanahnya yang sudah cukup landai karena sudah dilakukan ekskavasi yang membuat permukaan tanah gua tidak datar lagi. Mulut gua menghadap ke arah timur, yang secara teknis dapat memberikan akses cahaya matahari ke area dalam gua. Lebar mulut gua ini adalah 3,8 m dan tinggi 2,5 m dari permukaan tanah. Gua ini memiliki 2 ruangan utama yang sangat luas. Bagian dalam gua memiliki panjang 7,7 m dan lebar 9 m dengan ketinggian kurang lebih 8

(13)

m. Pada dinding sebelah utara ada pertemuan antara stalaktit dan stalakmit yang menyatu dan seperti sebuah pilar.

Pada gua ini ditemukan beberapa tinggalan arkeologi berupa seni cadas prasejarah yang dominan berbentuk antrofomorfis berupa manusia dengan posisi kangkang yang memiliki warna hitam dan putih. Seni cadas yang terdapat di gua ini terletak hampir diseluruh dinding gua, dari pintu masuk hingga bagian dalam gua. Selain itu, terdapat beberapa seni cadas yang terletak dibagian pilar gua.

Foto 2. 4 Motif antropomorfik gua Lida Ajer (Sumber: Yola Pebi Daniska, 2019)

Foto 2. 5 Motif antropomorfik gua Lida Ajer (Sumber: Yola Pebi Daniska, 2019)

(14)

Ruangan dari gua Lida Ajer memiliki ruang yang cukup luas, untuk memasuki ruangan kedua itu dibatasi dengan pintu yang terbuat dari besi teralis yang cukup kecil. Keadaan didalam ruangan kedua ini cukup lembab karena stalaktit dan stalakmitnya masih banyak yang aktif, didalamnya juga sangat gelap karena tidak adanya cahaya yang masuk, kemudian kurangnya sirkulasi udara dan terdapat banyak kelelawar didalamnya.

Ruangan ini tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat hunian, namun didalam ruangan ini E. Dubois menemukan fosil atau fragmen gigi.

Kemudian penelitian selanjutnya yang dipimpin KE Westaway dari Macquarie University Sydney, memastikan fosil gigi yang ditemukan E. Dubois di gua Lida Ajer adalah fosil gigi manusia modern atau Homo Sapiens, dan mereka meyakini gigi tersebut berusia antara 63000 ribu hingga 73000 tahun lalu.

Foto 2. 6 Motif antropomorfik gua Lida Ajer (Sumber: Yola Pebi

Daniska, 2019)

(15)

Berdasarkan temuan fragmen gigi di gua Lida Ajer yang ditemukan oleh E.

Dubois merupakan fragmen gigi manusia modern atau homo sapiens dengan usia fragmen antara 63000 hingga 73000 tahun lalu (K. E. Westaway et al., 2017).

Temuan fragmen gigi ini menunjukkan bahwa gua yang terdapat di Sumatera Barat merupakan gua tinggalan prasejarah.

Foto 2. 7 Temuan Gigi Di Gua Lida Ajer

Sumber : K. E. Westaway “An Early Modern Human Presence in Sumatra 73,000-63,000 Years Ago”

2.3.3 Gua Tompok Syohihah I

Gua yang terdapat di Nagari Situmbuk, Kecamatan Salimpaung terletak pada koordinat S 00o35 42,1dan E 100o 5819,07. Gua Tompok merupakan gua berstalaktit dan mulut gua menghadap ke Selatan, mulut gua cukup terang dengan bagian permukaan cukup kering.

Pada gua ini ditemukan beberapa tinggalan arkeologi berupa seni cadas prasejarah yang berbentuk antropomorfik dan geometris dengan warna putih. Gua tompok ini juga banyak terdapat bekas pembakaran oleh orang yang numpang berteduh maupun orang yang melakukan semedi serta banyak terdapat vandalisme

(16)

sehingga banyak seni cadas yang tidak terlihat atau aus karena vandalisme tersebut.

Selain itu, juga ditemukan sebuah menhir yang berada di tengah gua dengan orientasi nisan Timur-Barat yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai makam Datu Sahih dan ditutup bebatuan sebagai jirat. Dari dulu sampai sekarag gua ini dikeramatkan dan menjadi tempat untuk bersemedi atau mencari ilmu kebatinan.

Dikaitkan dengan indikasi pemanfaatan gua cukup terang dengan tradisi megalitik yaitu mempercayai tempat-tempat tertentu berkaitan dengan hal gaib (Susilowati &

dkk, 2016).

Foto 2. 8 Antropomorfik gua Tompok Syohihah I (Dok. Yola

Pebi Daniska, 2019)

Foto 2. 9 Geometris gua Tompok Syohihah (Dok. Yola Pebi Daniska, 2019)

(17)

Di Kecamatan Salimpaung terdapat medan nan bapaneh Patir yang sudah di fungsikan lagi dan Situs ini digunakan terakhir kali pada tahun 1972 atau 1973.

Medan nan bapaneh dahulunya di fungsikan untuk menyelesaikan permasalahan

yang di musyawarahkan bersama-sama (Susilowati & dkk, 2016). Walaupun tidak di gunakan lagi Medan nan bapaneh masih berada pada lokasi semula. Pada saat ini kursi-kursi batu dalam posisi rebah dan hanya satu kursi yang masih lengkap denga sandarannya. Pada bagian tengah terdapat meja batu dan terdapat menhir yang dahulunya terletak diatas meja batu.

Gambar

Tabel 1 Rata-Rata Curah Hujan  Menurut Per/Bulan Dari Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017
Tabel 2 Jumlah Curah Hujan Kabupaten Lima Puluh Kota
Tabel 3 Ketinggian Kabupaten Tanah Datar  No .  Kecamatan       Ketinggian(M)  1  X koto  700–1000  2  Batipuh  500–850  3  Batipuh Selatan  500–850  4  Pariangan  500–800  5  Rambatan  600–700  6  Lima Kaum  450–550  7  Tanjung Emas  450–550  8  Padang Ga
Tabel 4 Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lahan  Di Kabupaten Tanah Datar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Akademik adalah aplikasi yang dirancang dan dibuat untuk mengolah data-data yang berhubungan dengan informasi akademik, meliputi data mahasiswa,

yang jelas juga mempengaruhi kinerja karyawan karena ketika karyawan tau apa saja tugas yang harus dikerjakanya maka segala sesuatu yang di kerjakan oleh karyawan

Terdapat ramai pengarca diseluruh dunia menggunakan kimpalan besi arka dan gas serta teknik peleburan yang sofistikated dalam membentuk seni arca besi mereka berbanding

Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Sadikin (2011) Analisis Abnormal Return Saham dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi pada

Hal ini sejalan dengan penelitian Ferdiansyah (2014) dalam Gustina (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan diet pasien Diabetes

JICT yang dibuat financial advisor (DB) diarahkan untuk mendukung opsi perpanjangan ( extension ) dengan mitra lama (HPH) tanpa mempertimbangkan opsi pengelolaan

Lensa merupakan bagian utama dari kamera, elemen kaca atau plastik yang terdiri atas susunan elemen optik yang berfungsi untuk menangkap gambar di depan

Guide wawancara yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan ciri-ciri optimisme yang dikemukakan McGinnis (1995) yaitu Jarang terkejut ketika menghadapi