• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG RUMAHSUSUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG RUMAHSUSUN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

JENISRAPAT HARiffGL.

RUMAHSUSUN

PANJA

KAMIS, 19 JULI 2011

SEKRETARIAT KOMISI V DPR-RI

JAKARTA 2011

(2)

Tahun Sidang Mas a

Persidangan Jenis Rapat Sifat Hari/Tanggal Waktu Dengan

Tern pat Ketua Rapat Sekretaris Acara

Anggota Hadir

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAP AT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

RUMAHSUSUN 2010-2011

III

Panitia Kerja Tertutup

Senin, 19 Juli 2011

Pukul21.50 WIB s.d 23.20 WIB

Sekretaris Menteri Perurnahan Rakyat, Dirjen Cipta Karya Kernenterian Pekerjaan Urnurn dan Kernenterian Hukurn dan HAM

Ruang Rapat H. Mulyadi

Dra. Hani Yuliasih

Pernbahasan RUU tentang Rurnah Susun

dari Anggota Panja RUU Rurnah Susun, terdiri dari

Daftar Tim Panitia Kerja : PIMPINAN:

1. H. MUHIDIN M. SAID, SE, MBA/A271/KETUA TIMUS

2. Dra. YASTI SOEPREDJO MOKOAGOW/A.144/KETUA KOMISI 3. Ir. H. MUL YADIIA.434/WAKIL KETUA KOMISI

4. NUSYIRWAN SOEJONO, ST/A.361/WAKIL KETUA KOMISI FRAKSI DEMOKRA T :

(3)

5. Drs. UMAR ARSAL/A.553

6. Ir. H. ROESTANTO WAHIDI D, MM/A.467 7. USMA WARNIE PETER/446

8. Ir. NOVA IRIANSYAH, MT/A.414 9. AGUS BASTIAN, SE, MM/A.506 10. Ir. SUTARIP TULIS WIDODO/A.504 11. ETHA BULO/A.557

FRAKSIPARTAIGOLKAR

12. Ir. ALI WONGSO HALOMOAN SINAGA/180 13. Drs. H. ROEM KONO/A.261

14. Drs. RISWAN TONY DK/A.198 15. Drs. H. HIKMAT TOMET, MM/A.203 16. Ir. H. EKO SARJONO PUTRO, MM/A.226 17. Drs. H. ROEM KON0/261

FRAKSI PDIP : 18. Ir. SUDJADI/A.363

19. Ir. RENDY A LAMADJIDO, MBA/ A.

20. DADOES SOEMARWANT0/381 21. LASARUS. S.SOS.,M.SI

22. Hj. SADARESTUWATI, SP, M.MA FRAKSIPKS:

23. Ir. H. YUDI WIDIANA ADIA, M.Si/A.69 24. Ir. H. SIGIT SOSIANTOMO/A.85

25. Drs. CHAIRUL ANWAR, APT/A.51 FRAKSI PAN:

26. Ir. SUNARTOYO/A.128 27. H.A. BAKRI HM, SE/A.113

FRAKSI PPP:

28. USMAN JA'FAR/A.311

29. CAPT. H. EPYARDI ASDA, M.MAR/A.284 FRAKSIPKB:

30. Drs. MOHAMMAD TOHA, S.Sos, M.Si/A.

31. H. IMAMNAHRAWI, S.Ag/A.159 FRAKSI GERINDRA:

32. Ir. FARY DJEMY FRANSCIS, MMA/A.

33. NUR ISWANTO, SH, MM/A.20 FRAKSI HANURA :

34. SALEH RUSIN, SE, M.Si/A.13

IR.MULYADI ( KETUA RAP AT):

Terima kasih, Assalamualaikum Wr. Wb. selamat malam, yang terhormat Pimpinan dan seluruh anggota PANJA Rumah Susun. Yang terhormat Menteri Pekerja Umum beserta se1uruhjajarannya. Sesuai dengan tata tertib kita bahwa kehadiran anggota P ANJA sudah lebih dari setengah unsur fraksi, sehingga rapat pada malam ini dinyatakan

"Korum". Dan tertutup untuk umum. Dengan mengucapkan Bismillah, maka rapat kami buka. Tadi Rapat Panja Internal Komisi V, terkait dengan Panja Rumah susun telah mencoba membuat rumusan beberapa alternative terkait dengan amanat dari Raker tadi yaitu dengan semangat hasil "lomi" tadi bagaimana kita bias mengsahkan karena telah di agendakan oleh Pak Mus dan Pimpinan DPR pada rapat Paripurna tanggal 21 hari kamis.

Didasari oleh semangat tersebut maka kami punya opsi yang akan kami sampaikan pada

(4)

pihak Pemerintah pada kesempatan hari ini, dan setelah itu tentu kami meminta tanggapan dari Pemerintah terkait dengan opsi yang disampaikan oleh Panja, yang baru saja selesai dibahas oleh Panja RUU rumah susun. Oleh karena itu saya rasa mungkin pada pihak Pemerintah kalau bisa kami langsung memberikan usulan, setelah itu kalau ada usulan atau tanggapan yang terkait dengan hal yang akan kita selesaikan malam ini maka kami persilahkan Pemerintah setelah itu. Setuju Pak Menteri seperti itu.? Dari kita dulu, seetelah itu baru dari Pemerintah. Terima kasih dari pihak Pemerintah telah mensetujui, dan silahkan disampaikan hasil Rapat Panja Internal kita tadi. Jadi tadi substansi yang ditawarkan adalah "bagaimana BPRS ini mandatorinya tidak dilakukan terburu-buru" tadi diusulkan adalah" paling lambat3 tahun setelah di Undangkan" kalau terkait dengan persiapan Kepresidenannya segala macamnya mungkin baru paling cepat 2015 ya efektifuya, tentu sudah cabinet baru, DPR baru dan lain sebagainya. Oleh karena itu ditawarkan, 3 tahun tetapi penempatan 3 tahun ini kita ingin berkonsultasi dengan Menteri Hukum dan HAM, memang Yurispudensinya ada kita lihat dibelakang ada, tadi Undang-Undang Lalu lintas tadi ada yang ditetetapkan dibelakang, kalau memang bisa didepan, juga diberikan didepan. Yang pertama adalah solusinya adalah di pasal 72 tetapi tadi ada usulan di pasal 74, yang pertama itu kalau tidak bisa di pasal 72, mungkin yang paling banyak tadi bukan yang didepan, ada di pasal 74, BPRS di bentuk paling lama 3 tahun, terhitung sejak Undang-Undang ini di Undangkan, dalam hal belum terbentuknya BPRS, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tugas dan fungsi BPRS dilaksanakan oleh Pemerintah. Inilah dua pasal yang diharapkan bisa menjadi solusi kita pada malam hari ini, atau ada lagi alternative lain, ini ada kita mencontoh di Undang-Undang Lalu lintas, terkait dengan macam-macam yang di amanatkan itu, apakah itu presentasi, apakah itu Forum, Badan, apakah itu Lembaga, itu ditempatkan di ketentuan penutup, yang dibentuk paling lambat sekian tahun terhitung sejak Undang-Undang itu di Undangkan.

Nah ini tentu nanti kita minta pendapat dari Menteri Hukum dan HAM, tentu melalui Pak Menteri. Cuma kita pada malam hari ini ingin mengsepakati substansinya dulu, terkait dengan usulan PANJA yang sudah kita bahas sebelumnya. Saya rasa itu ya, karena ini hasil pembahasan kita, sebelum kita tanggapi dan mungkin bisa langsung kita sampaikan, Pemerintah dan Pemerintah silahkan untuk menyampaikan tanggapan atau usulan, pada Pak Menteri kami persilahkan Pak.

JOKO KIRMANTO ( MENTERI PU) :

Terima kasih. Assalamualaikum Wr.Wb. selamat malam Pimpinan dan Anggota Komisi V yang kami hormati, tadi sebelum kita pulang kita sudah sempat merumuskan ini juga, dibahas dengan 2 Kementerian, masing-masing diwakili oleh Pak Sesmen dan Pak Dirjen, dan menurut saya ini sudah sesuai dengan apa yang tadi saya sampaikan.

Kami Pak untuk "Kelembagaan" jadi judulnya Bab X "kelembagaan", yang kiri itu adalah asli yang ada di draft tadi, yang kanan kita ingin mengusulkan seperti itu. Jadi yang pasal 72 semula, tertulis "untuk mewujudkan penyediaan rumah susun yang layak dan terjangkau bagi MBR dibentuk Badan Pelaksana Rumah Susun" yang kami usulkan

"Untuk mewujudkan penyediaan rumah susun yang layak dan terjangkau bagi MBR

Pemerintah dapat menugasi dan atau membentuk Badan Pelaksana" jadi kami masih

sangat menginginkan adanya "dan menugasi" karena di dalam benak kami ini, mungkin

kita akan menugasi seperti PERUMNAS itu sudah tidak tertutup, tidak harus membentuk

wadah baru. Kemudian "pembentukan BPRS sebegaiamana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk penugasan dan A pembentukan Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ini bertujuan" ini mempercepat sama saja dengan yang dibawah. Jadi saya

kira yang ayat (2) itu kepalanya kita agak revisi sedikit, tapi seterusnya sama persis

substansinya, lalu kemudian nomor 3 dan 4 dihapus, nomor 5 kita menyesuaikan saja, ini

sama hanya kepalanya ada perubahan sedikit, untuk melaksanakan fungsi dan seterusnya

sama ini sampai G, F ada perubahan sedikit, "semula melaksanakan verifikasi" kita

usulkan menjadi "mengawasi Pelaksanaan verifikasi". Nah mengapa kita melakukan

pengawasan itu, karena pembangunan ini sudah banyak di desentralisasikan ke daerah,

jadi kita tidak "melaksanakan" ya. Yang G sama, pasal 73 dihapus sama, pasal 74

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penugasan dan atau Pembentukan Badan Pelaksana oleh

Pemerintah sebgaiamana dimaksud pada ini, diatur pada Peraturan Pemerintah. Saya kira

itu Pak usulan Kami. Bapak-lbu sekalian kami mengusulkan betul-betul kita mempunyai

(5)

semangat untuk mencoba mengambil jalan tengah atau apa yang sudahjadi, dan apa yang tadi diusulkan saya berusaha agar ini betul-betul merupakan jalan tengah yang bisa kita terima karena saya sangat mengaharapkan bahwa Undang-Undang ini memang jadi gitu.

Karena tadi ada 8 point yang disampaikan oleh Pak Mulyadi itu betul-betul sangat-sangat kemajuannya ada disitu kalau kita banding dengan Undang-Undang yang lalu, sehingga kalau bisa segera dipenuhi. Tapi kalau kami betul-betul hanya ingin melaksanakan exorsi daripada Presiden. Terima kasih Pak Pimpinan.

KETUA RAP AT:

Terima kasih, jadi tadi adalah konsep kita, kelihatannya tidak ada ya tanggapan dari konsep kita langsung ada konsep barn, jadi tetap begini ujungnya ada 2 konsep, Cuma konsep baru ini kalau saya lihat substansinya ini adalah kalau "menugasi" hanya jadi "Pemerintah menugasi atau membentuk badan pelaksana, Cuma merubah struktur seperti BPRS tadi kita sampaikan sudah kait-mengkait denga satu sama lain kita ganti dengan Badan Pelaksana atau disir ulang. Oleh karena itu sebelum saya menyimpulkan lebihjauh saya minta pendapat dari anggota dulu, silahkan Pak Riswan Tony.

RISWAN TONY ( F.PG) :

Terima kasih Pak Ketua, Pak Menteri PU yang saya hormati dan beserta Sesmenpera, Pak Dirjen Cipta Karya. Secara prinsip sebenamya kita sama-sama Pak Menteri konteksnya adalah pertama Undang-Undang ini hams jadi, kedua juga kepentingan masyarakat. Jadi dasar pembentukan pada Badan ini juga karena untuk pelaksanaannya tidak ada suatu lembaga yang kuat atau berpihak terhadap masyarakat MBR, tidak ada kita yang mengurus itu, yang ada adalah keberpihakan kita terhadap RUSUNA W A, yang konsepnya memang tidak mengarah kesana, karena asset tanahnya adalah milik PEMDA, oleh karenanya Konsep Pemerintah yang terakhir ini sangat bertentangan dengan RUU yang sudah diketuk sebelumnya Pak, jauh sekali, apalagi ini hanya sekedar penugasan. Oleh karenanya Pak Ketua, saya rasa ini perlu pendalaman lagi atas konsep kita yang sudah kita sepakati tadi, khususnya Panja diluar Pemerintah, terhadap juga Pemerintah diluar Panja. Oleh karena itu ini sangat bertentangan, padahal tadi kita sudah coba mengalah konsep kita katakanlah ada keberatan, kami siap untuk melaksanakan Undang-Undang ini khususnya pembentukan BPRS 3 tahun kedepan.

Kira-kia itu yang kita tawarkan tadi, sementara itu Pak Makasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak Riswan, memang apapun yang kita bahas, landasannya saya rasa hams kita sepakati adalah semangat untuk mencari "Jalan tengah" karena kita sepakat dengan Pemerintah, apapun yang terjadi kita akan sahkan Undang-Undang ini.

Begitupun tadi Bu Ketua mengatakan "apapun yang tidak bisa disepakati, tentu kembali pada pandangan fraksi-fraksi" tetapi sebelum kembali pada fraksi-fraksi itu, kita cari jalan tengah, karena ini sudah ditunggu. Mungkin kalau kita menghayati, banyak hal-hal yang sudah kita diskusikan untuk kepentingan MBR ini termasuk juga perbaikan- perbaikannya, mungkin Pak Dirjen, Pak Sesmen, Pak Deputi walaupun berganti-ganti ya, tetapi keseluruhan memang ada semangat seperti yang disampaikan Pak Menteri tadi. Itu apapun yang kita pikirkan di kepala kita hams yang pertama adalah kepentingan Bangsa dan Negara, itu dulu, landasan berpikir kita itu dulu. Dan itulah yang menyemangati kita untuk mencari titik temu, bagaimana gar tidak terjadi perubahan yang sangat mendasar seperti apa yang disampaikan oleh pemerintah kita coba rekomendasikan. Jadi apa yang disampaikan Pak Riswan itu yang bisa saya (suara tidak jelas) selanjutnya silahkan Bu Sadarestuwati.

SADARESTUWATI ( F.PDIP):

Terima kasih Pimpinan, setelah tadi kami tidak menghadirkan rapat fraksi, dan

kami mendapatkan arahan dari Pimpinan Fraksi, bahwa kami tetap mengacu pada

Undang-Undang BKP dimana dalam pasal 40 ayat

(1 ),

dalam melaksanakan tanggung

jawab dan seterusnya, Pemerintah dan atau Pemerintah daerah menugasi dan atau

membentuk lembaga atau badan yang menangani pembangunan perumahan dan

seterusnya, maka dari itu pada sore tad setelah rapat beklok, kemudian kami tidak

(6)

rnengadakan rapat fraksi dan karni rnenyepakati apa yang draft yang sudah disarnpaikan oleh Pernerintah pada rnalarn hari ini dengan harapan kelernbagaan yang sudah ada atau rnungkin kelernbagaan baru yang akan dibentuk bisa rnelaksanakan tugasnya dengan baik dan betul-betul berpihak pada kepentingan rakyat, jadi ini adalah keputusan dari fraksi karni. Terirna kasih Pirnpinan.

KETUA RAP AT:

Terirna kasih Bu Estu, sebetulnya kita rapat sekarang itu (suara tidak jelas ) jadi kenapa kita rapat ini, karena kita belurn rnernbacakan pandangan fraksi, jadi lebih kepada kita sebagai PANJA dulu, kita rnencoba cari jalan keluarnya, karena tadi Pak Riswanto dan ternan-ternan yang lain juga akan rnenyarnpaikan sikap sewaktu di rapat kita, jangan dulu kita rnenyarnpaikan sikap, karena apabila kita telah rnenyarnpaikan sikap, tidak perlu

lagi kita cari. ·

SADARESTUWATI ( F.PDIP):

Maaf Pirnpinan, saya sedikit rnenjelaskan bahwasanya, karena dari anggota Panja dari fraksi karni banyak yang tidak bisa hadir, kebetulan karni ditugasi untuk rnenyarnpaikan apa yang sedang rnenjadi keputusan fraksi karni. Terirna kasih.

KETUARAPAT:

Jadi saya rnengerti, jadi kita sebetulnya sernua sudah ada tinggal dibacakan, tetapi kalau kita bacakan, itu yang dirninta oleh Pernerintah, jangan dulu rnernbacakan pandangan fraksi, betulkan Pak Menteri ya, jadi Pak Menteri ini jangan dulu rnenyarnpaikan rapat pandangan fraksi. (suara tidakjelas), nanti kita lihat suara terbanyak dari kita, kita voting. Tetapi kitajangan itu dulu, kita carikan dulu solusinya. Saya rasa ini adalah konsep kita, bagairnana jalan akhir dari rapat kita, karena apapun yang terjadi besok kita akan tetap Rakerkan dan tetap akan rnenyarnpaikan pandangan fraksi seperti yang disarnpaikan oleh Ibu Estu tadi, rnasing-rnasing fraksi pasti akan rnenyarnpaikan pandangan dan sikap (suara tidak jelas) silahkan ternan-ternan kita belurn rnasuk substansi ini. Silahkan.

FARY DJEMI FRANCIS ( F.GERINDRA):

Terirna kasih. Kalau kita rnencoba rnernaharni apa yang disarnpaikan oleh ternan- ternan dari Pemerintah dengan apa yang kita tawarkan, memang secara mendasar itu memang ini dua hal sangat berbeda. Dan bisa kita katakan ini jauh sekali, sementara kita formnya, itu kita mencoba secm·a khusus untuk MBR itu ditangani secara khusus oleh badan yang perlu kita perkuat, yang kita sebut dengan BPRS ini. (suara tidak jelas) kita bisa sarna-sarna memahami bahwa kita punya keiinginan khusus untuk MBR ini ada Badan Pengelola secara khusus. Tetapi kalau sementara kita membaca atas tawaran dari Pemerintah nampaknya badan pelaksana itu hanya semacam tidak banyak berfungsi, posisinya itu tidak jelas, dan siapa yang mengendalikannya disitu tidak jelaskan.

Sementara kita perlu agar Badan ini bisa punya kekuatan untuk secara khusus untuk MBR. (suara tidak jelas), jadi sebenamya kita mendengarkan dulu apa yang disampaikan oleh Pemerintah dan setelah kita mendengarkan dan apa yang dia tawarkan, (Suara tidak jelas) substansinya seperti itu. Begitu saja Pak terirna kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak Fary, mernang makanya saya kernbalikan tadi itu Pak dari hasil kesepakatan kita dari menterjemahkan "win win" itu, kalau "win win" itu kalau yang satu hilang 5, satunya lagi hilang 5, itu yang artinya "win win" dalarn pengertian karni ya,

"win win" itu sarna-sarna rnengalah, tercapai suatu kesepakatan. Tapi rnemang mohon rnaaf ini Pak Menteri, karni rnernang disini rnenterjernahkan disini bukan "win win", ini akan merubah sesuatu yang sangat fundamental didalarn Undang-Undang ini, akan terjadi perubahan, apalagi BPRS ini sangkut-menyangkut ke lain-lainya, tetapi tadi dalarn pembahasan kita ada dua hal yang kita sepakati, apakah Pelaksanaannya kita bikin 3 sampai 5 tahun.? Ataukah (suara tidak jelas). Akhirnya opsi yang kedua adalah perpanjang masa pelaksana, misalnya 3 tahun, 4 tahun, tadi saya dengar dari Pak Menteri menyampaikan 5 tahun ya, itu rnasih bisa dibicarakan dan tunggu dari rekan-rekan Panja.

(7)

Karena tentu hasil rapat kita ini harus didasari hasil logika, yang memungkinkan secara cepat,itu yang dipersoalkan, karena besok langsung di Rakerkan, kalau tidak dimungkinkan secara cepat, itu yang menyebabkan sesuatu harus perlu pembahasan.

Selanjutnya sebelum sampai ke anggota, bagaimana kita ke pandangan Pemerintah lagi terkait dengan apa yang kita sampaikan tadi, silahkan Pak Menteri.

JOKO KIRMANTO ( MENTERI PU) :

Pak Pimpinan dan Bapak-Ibu sekalian, saya melihatnya sebenarnya tidak berubah, saya tidak membandingi apa yang disampaikan sekarang, tetapi saya mencoba kembali kepada konsep yang tadi pagi yang kesepakatan tadi yang disampaikan (Suara tidak jelas), Cuma kami pertama "Badan Pelaksana Rumah Susun" pak ya, ini kita hanya bicara "Badan Pelaksana" dan hanya menambahkan kata "Menugasi" maksudnya kita lebih ke efisiensi, apakah masih ada peluang untuk melakukan efisiensi, tidak selalu menambahkan badan baru, tetapi kita bisa menugasi eksekusi yang ada PERUMNAS (Suara tidakjelas) memang disini kita tidak disebut BPRS hanya "Badan Pelaksana" saja, karena kami anggap ini masih generic, nanti diatur di dalam Peraturan Pemerintah kemudian selanjutnya yang bawah itu, selain BPRS diganti dengan "Badan Pelaksana"

kan fungsinya sama itu Pak antara kiri dan kanan, kiri yang lama kanan yang baru setelah kita rapat tadi, jadi intinya isinya tidak berubah, kecuali mengubah BPRS dengan kata

"Badan Pelaksana" dan kita menambahkan tidak harus "selalu" tetapi bisa "Menugasi"

dengan situasi yang ada. Itu menurut pendapat saya. Terima kasih.

KETUA RAP AT:

Terima kasih Pak Menteri, mungkin bisa juga diartikan di ayat

(1)

bisa juga seperti itu Pak, mungkin ada hal yang fundamental Pak Menteri ya itu dengan menghapusnya "Merupakan lembaga Pemerintah dan Kementerian yang bertanggung jawab kepada Presiden" itu yang salah satunya bisa jadi hal yang sangat fundamental, kalau "menugasi" bisa saja Pemerintahan itu kan Kementerian menugaskan PERUMNAS misalnya, jadi ini pembahasan yang cukup panjang, karena hampir diseluruh Negara yang sukses terhadap penyelenggaraan rumah susun itu bertanggung jawab kepada kalau tidak Menteri atau ke Presiden, dan yang paling rendah itu ke wakil Presiden. Yang kita Tanya langsung bagaimana Pemerintah ini.? Itu semangatnya pak, j adi mungkin kalau lokasinya bisa mungkin tidakjadi masalah, makasih Pak.

JOKO KIRMANTO (MENTERI PU) :

Ini kita diskusi saja ya, mohon izin Pak. Masalahanya sewaktu (Suara tidak jelas) saya, kan1i semua itu memperhatikan usulan daripada Pak Dirjen tadi, jadi kalau begitu rencana-rencana seperti 3 dan 4 itu menurut beliau tidak perlu ada itu nanti harus rinci dituangkan di dalam PERPRES. Begitu pak penjelasan kami, dan saya membawakan saja tadi pesan daripada Pak Dirjen dan Kementerian Hukum dan HAM.

KETUARAPAT:

Betul Pak, jadi ini persoalannya apakah itu "harus ada, bisa ada atau bisa tidak ada" kan, jadi kalau memang "bisa ada" mungkin saya tdak kembalikan, jadi itu memang langsung ditugasi bisa saja (suara tidak jelas) jadi kalau ini ada, Pak Menteri tidak keberatan ya. (suara tidak jelas), jadi yang dihapus ini tidak bisa dimunculkan setelah itu silahkan didiskusikan, itu pun kalau ternan-ternan ingin mengomentari, jadi mungkin sebelum masuk pada ayat (3) dan (4) saya tetap minta pandangan pada rekan Panja.

FARY DJEMI FRANCIS ( F.GERINDRA):

Pak Ketua (suara tidak jelas) tadi kan ini sudah kita sampaikan, oleh itu kita membahas bahwa itu hasil kita, kita kan tadi sampai jam 9 sudah punya kesepakatan itu pak, sekarang kan tinggal bagaimana kita mencari (suara tidakjelas) terima kasih Pak.

KETUA RAP AT:

Terima kasih Pak, kalau memang itu, makanya saya minta ketegasan, jadi tadi sebelum rapat itu, itu adalah (Suara tidak jelas) konfinnasi saja kepada yang hadir, siapa

tau ada

perubahan, tapi tadi sudah disampaikan seperti yang ditawarkan tadi, sekarang

(8)

tinggal tergantung pemerintah. Rekan-rekan yang ikut pembahasan tadi yang mewakili lebih dari setengah fraksi, rasanya sudah mencari yang terbaik, dan tentu saya sebagai Ketua Panja hanya menyampaikan apa yang diputuskan oleh forum, pada kesempatan hari ini. Silahkan Pale

USMAN JAFAR ( F.PPP) :

Pemikiran kita pada malam ini, yang pertama-tama kita kan sudah sepakat pada tanggal 21 Undang-Undang ini kita Paripumakan. Yang kedua ada pembedaan antara istilah badan tadi yaitu pasal 72 ayat (1 ), yang diusulkan tadi disini kan berubah menjadi

"penugasan" ataupun membentuk badan pelaksana, badan pelaksana itu dengan BPR sama ya, j adi ayat ( 1) ini tidak ada pembendaan yang mendasar ya. Badan pelaksana dengan BPRS ini, BPRS ini juga badan pelaksana ini, Rumah susun, Cuma disini tidak ada Rumah Susunnya. Kemudian disini ada penugasan yang kita sepakat tadi, kalau bias ada "Badan" ditunjuk untuk melaksanakan ini, kalau dimungkinkan, tapi kalau tidak harus dibentuki badan baru, nah ini ayat (1) pasal 72 yang ada perbedaan. Kemudian ayat (3) dan (4) disini juga diharapkan diminta pemerintah untuk dihapus, nah ini juga agak lebih mendasar, bahwa lembaga ini adalah non Kementerian dan bertanggung jawab ke Presiden, kedudukannya di ibu kota dengan bisa membentuk BPRS di daerah sesuai dengan kebutuhan. Jadi (3) dan (4) ini mungkin jadi topic diskusi kita. Kemudian pembedaan berikutnya adalah pasal 73, BPRS dipimpin oleh Kepala Badan, Kepala Badan yang dimaksud diangkat oleh Presiden, ya ini perbedaan-perbedaan yang mungkin bisa dicari jalan tengahnya, dan kedua tadi kita ada usul agar BPRS ini tidak cepat-cepat kita bentuk, tetapi bias memakan waktu sampai 3 tahun, kedua sebelum BPRS ini dibentuk, tugas-tugas BPRS ini dilaksanakan oleh Pemerintah. Ini singkatnya hal-hal yang menjadi topic diskusi kita untuk meloloskan Undang-Undang ini. Terima kasih.

KETUA RAP AT:

Terima kasih, mungkin tadi untuk pembahasan P ANJA internal kita mungkin Paki Usman tidak hadir ya, kalau hadir seharusnya sudah mengerti apa yang disampaikan oleh Pak Fahry tadi, apa yang disampaikan tadi diputuskan oleh P ANJA tadi. Karena tadi di rapat P ANJA kita tadi yang sah secara rapat tadi, namun ada persoalan yang sangat fundamental perubahan yang ditawarkan oleh Pemerintah, nah ini yang disampaikan Pak Fary tadi, bagaimana kita mencari titik temu kalau terlalujauh "desperitasnya".

USMAN JAF AR ( F.PPP ) :

Pembedaan ini ayat ini saja Pak, 3 dan 4 ini dengan 73, kalau yang 1 tadi dapat kita terima maka perbedaan ada disini. Maksud say a men gap a kita tidak membahas ini.?

Karena yang lain-lain sama.

KETUARAPAT:

Karen a tadi say a j elaskan Pak itu "Ruhnya" dari yang kita sampaikan tadi.

Mungkin Bapak yang lain, silahkan Pak Hikmat.

HIKMAT TOMET ( F.PG):

Terima kasih Pak. Ini saya juga jadi bingung, kita kan permasalah di Panja ini, kemasalah kelembagaan, kita juga sudah berdebat kenapa perlu ada "lembaga", sampai muncul permasalahan tadi, ini laporan dari PANJA ke Pimpinan pun jadi buyar, sekarang muncul tanpa mengurangi rasa hormat, draft dari Pemerintah, saya orang awam, mungkin masyarakat juga akan menangkapnya bahwa Bab X Kelembagaan ini, kalau menurut say a ini Bab "Abu-Abu", padahal ini sedang menjadi sorotan masyarakat, ini persoalan buat kami selaku PANJA, tapi kami terus terang setelah "Deblok" kami rapat dan ada satu kesepakatan, jadi kami mohon kepada Ketua juga tolong diutarakan hasil kesepakatan tadi, P ANJA ini yang bicara, agar pendekatannya relevan dengan apa yang diusulkan dengan Pemerintah pada waktu awal, soal pemberlakuan badan ini, tadi sudah ada titik temu masalah waktu, 1 tahun terlalu pendek, 3 tahun malah tadi ada yang bicara 5 tahun, ini persoalannya jadi loncat, jadi ini bukan yang perlu dibahas lagi, tapi bagaimana hasil PANJA keberadaan kelembagaan ini harus kita tegaskan di PANJA ini, jadi mohon Ketua hasil pembicaraan kita tadi juga diutarakan ke Pemerintah, dimana pendekatannya adalah

(9)

masa bagaimana berlakunya Undang-Undang ini setelah diUndangkan. Terima kasih Ketua.

KETUARAPAT:

Makasih Pak Hikmat, jadi saya kembalikann ke Pemerintah, bahwa tadi ada konsep dari DPR di kira bias disepakati sebagai sebuahjalan keluar atau memang itu sulit disepakati sehingga akhirnya kita bias menyimpulkan hasil pertemuan pada malam hari ini. Silahkan Pak.

MENTERI PU ( JOKO KIRMANTO) :

Terima kasih Pak, usulan yang kita usulkan sekarang itu kan jalan tengah hasil dari apa yang kita bahas disana tadi, karena tadi pada saat rapat kita di Korus, kita kan memang mencari jalan tengah dan disepakati. Dasarnya adalah dari hasil yang kita bahas tadi. Kita telah berusaha untuk mangakomodasi yang sebelah kiri ke kanan itu hampir seluruhnya Pak kecuali yang 3 dan 4 itu, dari segi Kementerian Hukum dan HAM nanti, saya teerpaksa harus minta dia, kareria tadi yang mengusulkan ini dihapus adalah beliau, jadi untuk yang 2 pasal ini kita serahkan kepada Beliau. Karena menurut saya selebihnya ini seriama sekali Pak. Makasih Pak.

KETUA RAP AT :

Ada Menteri Hukum dan HAM nya Pak.? Yang bias memberikan pandangan.?

Karena tadi waktu balms itu, waktu MENKUMHAM menyampaikan itu kita sampaikan kalau itu dihilangkan, itu persoalannya sangat fundamental. Silahkan melalui Pak Menteri dari KUMHAM.

PEMERINTAH ( KUMHAM) :

Mohon izin Pak Menteri, terima kasih Pak. Disini kami menghapuskan pasal 73 ayat (1) dan (2) karena memang nanti ketentuan terse but sudah tertampung di pasal 73 Pak, jadi ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan dan atau pembentukan badan pelaksana oleh Pemerintah ini diatur dalam Peeraturan Pemerintah, nanti didalam Peraturan Pemerintah itu yang dinyatakan, 'siapa sih yang memimpin BPRS, kedudukan BPRS itu ada dimana dan sebagainya' itu nanti di Peraturan Pemerintah, jadi walaupun tidak dinyatakan dalam rumusan ini nanti didalam peraturan pemerintah itu yang akan diatur lebih lanjut. Terima kasih Pak.

KETUA RAP AT:

Yang saya Tanya, itu kalau dituliskan tidak ada masalah kan.? Ini bukan substansi bu, tidak ada masalah, substansi nanti pada Pak Menteri. Kalau dihapus, nah itu tadi yang jadi

"ruh"

dari undang-undang ini tadi yang disampaikan, jadi tidak ada kepastian. Jadi kalau diluar Kementerian kita bikin saja badannya dibawah kementerian, kan lebih jelas.

Silahkan Pak Nova.

NOV A IRIANSYAH. MT ( F.PD) :

Terima kasih Pimpinan. Saya mencoba berdiskusi secara imaginer dengan diri saya sendiri, apabila BAB X Kelembagaan ini saya setujui, saya terima ternyata kata kunci di pasal 72 usulan Pemerintah adalah "dapat" kata "dapat" ini Pak. Jadi saya berdiskusi dengan diri saya sendiri, jadi kan jawabannya boleh iya, boleh tidak, apabila iya, maka usulan Pemerintah dibawah ini berlaku lah, tapi simulasi lainnya, apabila tidak maka BAB X ini hilang Pak. Karena kata "dapat" dipasal 72 ini bermakna "Boleh" iya boleh tidak. Ini yang saya pahami yang diakatakan Pimpinan, Pak Mul ya "Ruhnya" itu hilang. Mungkin itu saja. Terima kasih.

KETUA RAP AT:

Masih ada lagi.? Silahkan dari PKS dulu.

YUDI WIDIANA ADIA ( F.PKS ) :

Terima kasih Pak. Tidak menyangka bahwa hasil diskusi tadi diluar usulan Pemerintah begitu terlalu masuk pada imajinasi yang justru yang tidak dalam koridor

(10)

pembahasan di Panja kita, jadi saya sependapat dengan ternan-ternan kita tadi bahwa memang titik tengahnya saya mengusulkan di pelaksanaan yang tadi waktu di 3. itu saja Pak.

KETUA RAP AT :

Terima kasih. Jadi dari PKS tadi melihat sesuai dengan pembahasan tadi, mainnya itu di angka 3 tahun, kalau 3 tahun dianggap masih pendek ditambah lagi, itu yang dimaknain ternan-ternan sebagai sesuatu jalan keluar agar tidak dianggap cepat-cepat, sehingga persiapannya sangat didasari denga kesiapan yang matang. Selanjutnya kami persilahkan dari PAN, Pak Sunartoyo.

SUNARTOYO ( F.P AN ) :

Pak Pimpinan, saya masih berkontemplasi dulu.

KETUARAPAT:

Silahkan Pak Menteri, atau Menteri Keuangan, semakin dekat semakin baik.

DEPUTI HUKUM KEM.KEUANGAN :

Terima kasih Bapak Pimpinan PANJA dan Bapak-Ibu anggota DPR yang saya hormati di Komisi V. terlepas dari apapun nanti yang akan diputuskan dan saya kira semuanya demi bangsa, dan saya menghormati tapi izinkanlah kami dari bagian Pemerintah yaitu Kementerian Keuangan menyampaikan, apapun yang akan dipilih alternatifnya, tetapi tolonglah diingat kembali apa yang sudah pernah kami sampaikan di rapat-rapat sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat telah diputuskan bahwa kami pernah menyampaikan bahwa pembentukan lembaga bam atau badan baru, itu yang paling utama adalah menambah beban APBN, apakah bapak-ibu semua memahami bahwa Pemerintah sanggup nanti atau sudah menyiapkan APBN yang besar untk membiayai lembaga terse but. Yang kedua adalah menambah "birokrasi" tanpa suatu penilitan tapi kita bias melihat gambaran dari kedua ini dalam berita kompas dalam dua hari ini, bahwa pembentukan lembaga-lembaga, badan-badan itu tidak efektif, membebani anggaran dan malah menjadikan disfungsi lembaga yang sudah ada. Yang ketiga adalah, bawha pembentukan badan yang baru nantinya akan bersinggungan dengan tugas dan fungsi yang sudah ada. Karena itu bapak-ibu sekalian mohonlah ketiga hal yang itu tadi dipertimbangkan dan ada pertanyaan mendasar "apakah dengan membentuk lembaga atau badan bam sudah meenjamin efektifnya pelaksanaan Undang-Undang ini.?

Bukankah efektifnya itu tergantung penerapan atau pelaksanaan dari RUU ini sendiri, dan setelah menjadi Undang-Undang" karena kami melihat bahwa di dalam RUU ini sudah dijamin adanya kepastian MBR untuk memiliki rumah, karena ada presentasinya, ada larangan pengalihan, ada sanksi untuk dialihkan, nah kalau demikian halnya, kenapa harus menekankan bahwa efektifnya RUU ini nanti menjadi Undang-Undang lebih pada pembentukan badan, jadi dengan segala hormat ketika memutuskan mohon dipertimbangkan. Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih. Saya tadi mengira yang berbicara akan mendegarkan, karena Pak Menteri tadi berbicara "masukan dari belakang agar kita semakin dekat dan menjadi titik temu" rupanya ini cerita lain, cerita di bahasan P ANJA, yang sudah kita putuskan saya rasa kita tidak perlu ulang lagi, kalau kita bicara konsep, sudah kita bahas secara fakta data, siap kita lakukan bahkan dulu kita siapkan diskusi-diskusi panjang. Jadi semangat kita kan menjadi titik temu, itu yang kita sampaikan, tetapi kalau apabila itu tidak dapat juga sesuai tata tertib kita kembali ke RAKER. Disana saya akan menyampaikan seluruh pandangan fraksi, memang haknya masing-masing fraksi untuk menyampaikan pandangannya maka Pemerintah berhak menyampaikan pandangannya. (suara tidak jelas), kalau Pemerintah belum sepakat,tetap kita laporkan di paripurna, karena pada rapat ini kan sudah di agendakan dan saya sudah laporkan di (suara tidak jelas) dan dihadiri dengan Pimpinan fraksi, RAMUS adalah Forum tertinggi setelah Paripurna. Dan seluruh fraksi hadir di Ramus dan masalah badan saya sampaikan secara mendetail di Ramus, dan seluruh fraksi hadir. Dan tidak ada satupun fraksi yang menyampaikan keberatan

(11)

terhadap hal yang saya sarnpaikan. Itu lah dasar saya, karena saya tidak mungkin menyampaikan kalau tidak melalui Ramus. (suara tidak jelas) jadi silahkan Pak Roem Kono.

ROEM KONO ( F.PG) :

Terima kasih. Persoalannya bukan masalah beberapa besar atau biaya (suara tidak jelas) tapi yang kita urus disini untuk kepentingan rakyat, beberapapun biaya yang kita keluarkan asalakan demi kepentingan rakyat, say a rasa tidak ada masalah ya. Yang kedua ini, saya kira skors yang tadi itu ssudah bisa menghasilkan sesuatu yang baik, tetapi saya lihat temyata hanya sedikit, krusial ya masalah pasal 72 ini, karena itu saya berkesimpulan bahwa pertmuan pada malarn ini saya kira tidak akan mendapatkan suatu titik temu, karena itu saya minta pertemuan ini kita skors dulu atau ditunda agar kita bias mengambil kesimpulan lebih lanjut. Saya kira itu, terima kasih.

KETUA RAP AT :

Terima kasih,selain dari Pak Roem Kono, saya kembalikan ke Pemerintah, sebelumnya silahka Pak Ali wongso selaku Pemerintah.

ALI WONGSO ( F.PG) :

Terima kasih. Saya kira apapun yang kita lakukan malam ini, rakyat punya harapan, harapannya adalah sebagaimana juga amanat Konstitusi, pasal 28 yang intinya adalah Undang-Undang ini kalau bias menjadi Undang-Undang, bisa memecahkan masalah "deblok" dan keterjangkauan secara bertahap dan optimum. Oleh karena itu, apa yang kita lakukan dan tidak kita lakukan akan menentukan harapan itu bias kita dekati ataukah rakyat akan kecewa. Kita bisa memecahkan semua masalah asalkan ada semangat yang sama, visi dan semangat kami ungkapkan tadi. Didalam RUU ini yang sudah kita bahas bersama berbulan-bulan tentu dimaksudkan penguatan sistim untuk memecahkan masalah tadi, menurut hemat kami adalah, selain konsepsi juga adalah institusi dan tentu (suara tidakjelas), tadi oleh Pimpinan dikatakan, dari pengamatan kita terhadap apa yang dilakukan oleh berbagai Negara memcahkan masalah atau untuk pemenuhan kebutuhan perumahan bagi rakyatnya apakah itu di Malaysia, Singapura, philipina dan sebagainya kita lihat selalu ada tanah, di singapura bukan hanya bentuk perurnahan mereka juga bentuk badan untuk utilitas umum, meski di singapur itu ada juga Menteri perumahannya, nah kita juga lihat bagaimana tertib pengaturannya disana, terrnasuk misalnya penghuniannya, itu yang terjadi di kita banyak masalah yang menjadi pr kita, apakah ia sebenarnya bukan MBR tetapi penghuni Rumah susun, apakah ia bukan MBR dan memliki banyak unit sarusun dirumah susun umum. Ini semua adalah bagian daripada banyak masalah yang masih kita hadapi, dan kita berpikir ini melalui dialog proses yang sangat panjang bersarna Pemerintah, lahirlah draft itu, tapi kita juga mencatat, paling tidak pada catatan kita ada, ini masih belum pas di persepsi Pemerintah, dan malam ini itu muncul dan coba kita selesaikan, sebab rakyat menunggu. Tadi karni oleh Pak Mul sudah sampaikan, setelah berdialog panjang ada opsi, solusi, barangkali BPRS yang di draft ini tidak semudah yang kita pikirkan untuk mewujudkannya, banyak hal dan banyal( aspek yang perlu diperhatikan oleh karena itu kita kasih jangka waktu paling lama 3 tahun, itu pun masih kita bahas. Itu salah satu opsi dan bilamana itu belum dibentuk, fungsi-fungsi yang kita prediksikan dalarn konsepsi ini untuk fungsi BPRS ini harus jalan karena rakyat ini membutuhkan, oleh karena itu coba jalan keluamya itu dilaksanakan oleh Pemerintah kalau itu belum terbentuk. Kalau tidak bias kita carikan opsi lain, (suara tidak jelas ), jadi kita hanya coba membangun sebuah system tadi, system bilik, dalarn rangka (suara tidakjelas) tapi kalau draft dari usulan barusan apalagi ada kata "Dapat" ini memang membuat keraguan dari karni, sejauh mana kemauan politik Pemerintah dan seperti membuat ketidak pastian terhadap sebuah pemuatan system, kalau dibentuk siapa isi BPRS ini sebenamya, disini juga sangat fleksibel, bias juga PERUMNAS itu ditransfer kesitu nanti, atau bagaimana terserah Pemeintah. Jadi opsi lain barangkali diluar soal waktu 3tahun atau lebih, adalah pertanggung jawaban kepada Presiden melalui Menteri atau dibawah Menteri, itu saya kira bisa dipertimbangkan, menurut saya bisa kita cari jalan keluar, agar tanggal 21 ini bisa kita sahkan, tapi kalau juga buntu saya mengusulkan kita coba ini diperpanjang, jadi jangan sampai periode

(12)

2014-2019 begitu, kita coba cari jalan. Jadi bagaimanapun kepentingan rakyat kita perjuangkan dala hal peerumahan ini dan kita juga percaya Pemerintah punya semangat yang sama, tinggal mencari bagaimana titik temunya. Terima kasih.

KETUARAPAT:

Teriman kasih Pak Ali Wongso, tadi memberikan masukan, memang ada hal yang kami khawatirkan terus terang Pak Menteri, persoalan yang kita bahas ini seakan menjadi persoalan politsasi, (suara tidak jelas) ini menjadi persoalan politik kalau kami melihat, padahal ini adalah pembahasan Komisi V dengan Pemerintah (suara tidak jelas). Yang kedua, "secara apakah aturan ke DPR-an" ktia semua sudah berjalan, apa yang saya sampaikan di PANJA, saya selaku Pimpinan di Komisi V melaporkan di Ramus yang dipimpin oleh Pimpinan DPR salah satu Ketua DPR adalah (suara tidak jelas) kita tanyakan ke seluruh fraksi yang ada "apakah ini sepakat untuk diteruskan, di paripumakan tang gal 21" tentu Pak Pramono ( suara tidak

j

elas) begitulah mekanisme di DPR begitu teratur dan jelasnya aturan-aturan yang dibuat (suara tidak jelas) tentu saya melakukan sesuatu sesuai dengan tata aturan yang berlaku. J adi memang ini ada masalah tersendiri kalau memang kita membuat diskusi yang begitu panjang, akhirnya dilihat oleh pihak ini ada hal-hal yang bisa ia terjemahkan dengan persepsinya sendiri-sendiri, ini yang dikhawatirkan. Saya rasa itu, silahkan Pak Riswan Tony.

RISW AN TONY ( F.PG ) :

Karena apapun tentu apakah ini tidak kita sepakati tentu ini terbuka untuk umum. Karena di DPR ini kita tidak bisa kita memutuskan sesuatu secara tertutup dan diam-diam, tentu apapun yang terj adi akan sampai ke pandangan fraksi, apakah pandangan fraksi itu ditunda, dan Pemerintah apapun yang terjadi harus menyampaikan pandangan akhir Pemerintah, kalau memang kita tidak bisa menyelesaikan sekarang, tentu itu kita harus sampaikan secara terbuka dan apapun alasannya. Oleh karena itu kami minta pendapat akhir dari Pemerintah terkait dengan hal ini agar kita bisa sampaikan.

KETUARAPAT:

Gimana Pak Menteri, bagaimanapun tentu solusinya tetap kita coba, tapi pada akhimya juga usaha-usaha itu juga harus kita putuskan sejauh mana kita bisa melakukan itu. Jadi mungkin itu dari Pemerintah, kira-kira apabila memang konsep itu tidak memungkinkan diterima Pemerintah tentu harus kita kembali pada pandangan akhir Pemerintah yang disampaikan di RAKER besok pak, saya rasa begitu saja Pak, karena sulit juga dipaksakan karena ini menyangkut seluruh fraksi dan juga Pemerintahpun dan menterinya ada dua juga harus menyamakan juga, karena surat Presidennya untuk Menteri perumahan dan Menteri PU dan MENKUMHAM, saya rasa mungkin terakhira clair Pemerintah sebelum saya tutup, kata terakhir dari Pak Menteri.

MENTERI PU ( JOKO KIRMANTO) :

Terima kasih Bapak-bapak sekalian, saya tetap optimis besok ada, karena menurut kami ini sudah mendekat, antara kiri dan kanan ini bedanya tidak banyak, menurut saya, jadi yang hilang tadi bisa ditampung didalam Peraturan Pemerintahnya, jadi jangan putus asa dulu bahwa kita bahas tidak akan ketemu, saya yakin masih ada. Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak Menteri. Silahkan Pak.

SUNARTOYO ( F.PAN) :

Saya kira apa yang diusulkan Pemerintah ini, kalau dibilang Pak Menteri dekat, sepertinya jauh sekali, fundamental, maka kalau tadi Pak Menteri Optimis, jsutru saya sebaliknya, dengan hanya waktu itu besokkayanya tidak mungkin mencapai suatu kesepakatan, maka tadi saya katakana Pimpinan, bagaimanapun juga dari Pemerintah mengatakan demi rakyat DPR pun juga demi rakyat, tentu kalau dua-duanya demi rakyat, Undang-undang ini harus jadi, tidak boleh lagi ada Undang-Undang nanti jadi batal karena ketiadaan waktu. U sulan say a tadi sore bahwa apa tidak sebaiknya diusulkan

(13)

untuk masa siding keempat perpanjangan waktu, agar ini dibahas lebih tenang. Makasih Pak.

KETUA RAP

AT:

Terima kasih Pak, tadi kan sudah kita sampaikan, kalau memang pandangan fraksi lalu pandangan Pemerintah tidak ada kesepakatan, memang akhirnya akan diperpanjang atau ditunda yang tentu dengan konsekuensi secara poltik, itu yang saya khawatirkan tadi.

Makanya nanti betul-betul bagaimana mengemasnya, tapi apapun yang sampaikan Pak Menteri kita jangan pesimis dulu Pak, tetapi semangatnya yang

kita

kuatkan. Jadi terima kasih Pak Menteri, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat yang sudah hadir malam hari ini, Pak Dirjen,Pak Deputi, rekan-rekan, dari Ketua kementerian, dan memang ini adalah konsekuensi dari kita harus menyelesaikan sebuah tugas kosntitusional

kita.

Jadi sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada anggota Panja, Pimpinan dan Anggota, mudah- mudahan besok kita bisa lebih jernih pikiran kita untuk menyelesaikan ini.

Terima kasih, rapat ini maka rapat PANJA saya tutup dengan mengucapkan Wassalamualaikum Wr.Wb.

RAP AT DITUTUP PKL. 23.20 WIB

Jakarta, 19 Juli 2011 KETUARAPAT,

IR.MULYADI

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa materi ada 3 materi sampai dengan tadi pukul 18.30 Panja menyelesaikan rapatnya belum tertuntaskan di tingkat Panja yakni yang berkaitan dengan posisi atau

Yang kedua, yang ingin kami beri catatan. Ada kesan seolah-olah sekretariat di KPU pun sebagian kawan-kawan yang termasuk cendekiawan mempersyaratkan keuangan yang cukup berat

Karena kita harus menghormati kedaulatan pemerintah daerah di dalam hal- hal yang bukan listrik ya, dan listrik ini harus mengacu atau mematuhi peraturan- peraturan

Yang pertama saya ingin menyampaikan bahwa RUU Tentang Veteran ini sejak awal kami mengikuti jadi kami masuk dalam Anggota team yang menyiapkan RUU ini dan membahas dan pada saat

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

Jadi saya kira kalau saya Pimpinan meminta supaya kita meng adopt saja penuh dari Nanggroe karena dan nanti yang kita diskusikan sedikit adalah soal Pasal 46 ayat (4),

Kegiatan menggambar pada anak dipercaya sebagai salah satu bentuk penyaluran emosia yang efektif dan kegiatan menggambar juga dapat sebagai bentuk terapi yang