• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI (STUDI KASUS UD.CAHAYA PADI DI DESA CENRANA KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE) SATRIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI (STUDI KASUS UD.CAHAYA PADI DI DESA CENRANA KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE) SATRIANI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI (STUDI

KASUS UD.CAHAYA PADI DI DESA CENRANA

KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)

SATRIANI 105960117512

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi (Studi Kasus UD.Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone).

Skripsi Ini merupaka tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr, Syafiuddin M.Si, Selaku Pembimbing I dan Bapak Firmansyah SP, MSi Selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Ir.Saleh Molla,MM Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Amruddin S.Pt,MSi Selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda Syamsul Dan Ibunda Suaebah Dan Saudara-Saudara Tercinta Dan Segenap Keluarga yang senantiasa

(3)

memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Bone Dan khususnya kepada Bapak H.Ambo Sakka Selaku Pemilik Perusahaan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di usaha tersebut 7. Kepada Teman-Teman Seperjuangan Di Agribisnis Angkatan 2012

khususnya Miss Rempong Dan Kalomang Cs yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

8. Kepada M.Arsyad S,P yang selalu setia menemani dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman KPA SAYAP MAKASSAR yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin

Makassar, April 2016

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Padi ... 7

2.2 Pasca Panen Padi ... 7

2.3 PenggilinganPadi ... 9

2.4 Biaya ... 12

2.5 NilaiTambah...………… ……….. 17

2.6 Kerangka Pikir……….. 19

(5)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Teknik Penentuan Informan ... 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 23

3.5 TeknikAnalisis Data……….. 23

3.6 DefinisiOperasional……….... 24

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………. 26

4.1. Sejarah Berdirinya Penggilingan Padi UD.Cahaya Padi…………. 26

4.2. Visi Dan Misi UD.Cahaya Padi……….. 27

4.3. Struktur Organisasi………... 28

4.4. Tugas Dan Tanggung Jawab UD Cahaya Padi……….. 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 31

VI.KESIMPULAN DAN SARAN………. 40 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati. 2009. Analisis Kesetimbangan Massapada Pabrik Penggilingan

Gabah UD Sumber Hidup di Kec. Bantimurung Kab. Maros. Fakultas

Pertanian Makassar : Universitas Hasanuddin.

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bone. BPS. Bone

Basri. 2012. Mempelajari pola kandungan zat kapur Pada biji padi (Oryza

sativavarietas ciherang Dan ciliwung berdasarkan posisi bulir Pada malai. FakultasPertanian, Makassar : Universitas Hasanuddin

Damardjati, D.S. 1988. Struktur Kandungan Biji Beras.

Hayami. 1987. Agricultur Marketing and Processing in Upland Java, a

Perspective From Sunda Village. CGPRT Center. Bogor.

Irwanto. 1980. Ekonomi Engeenering di Bidang Mekanisasi Pertanian Khotimah. 2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha

Loekman, S. 1984. Dasar-dasar Usaha Tani di Indonesia. Yayasan Obor

Palloge, Halim. 2012. Kebijaksanaan pemerintah daerah dalam pemanfaatan

Alsintan untukmemacu pembangunan pertanian Di sulawesi selatan.

Purwandi. 1999. Ekonomi Teknik. Gramedia. Jakarta.

Ritonga, Arya Widura, et al. 2008. Pasca PanenTanaman padi

Soedjatmiko. 1997. Pencetakan Sawah dan Pengembangan Tanah Pertanian Utomo, M., Nazarudin. 2002. Bertani Padi Sawah tanpa Olah Tanah

Penebar Swadaya. Jakarta

(7)
(8)
(9)

i |

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI (STUDI

KASUS UD.CAHAYA PADI DI DESA CENRANA

KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)

SATRIANI 105960117512

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(10)

ii |

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi(Studi Kasus UD.Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu

Kabupaten Bone) Nama : Satriani

Nim : 105960117512

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Syafiuddin.MSi Firmansyah SP,MSi

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

(11)

iii |

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi (Studi Kasus UD. Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu

Kabupaten Bone) Nama : Satriani

NomorInduk : 105960117512

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1.Prof.Dr.Syafiuddin,MSi KetuaSidang 2.Firmansyah SP,MSi Sekretaris 3.Ir. IrwanMado, MP Anggota

4. Dewi Sartika STP,MSi Anggota

(12)

iv |

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi(Studi Kasus UD.Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Maret 2016

Satriani 105960117512

(13)

v |

ABSTRAK

SATRIANI .105960117512.Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi(Studi Kasus

UD Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone) dibimbing oleh SYAFIUDDIN Dan FIRMANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi beras dan menganalisis Nilai tambah yang diperoleh pada UD.Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

Pengumpulan data melalui informan yang berjumlah 5 orang. Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang menggunakan Rumus Hayami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses Produksi yang dilakukan oleh UD Cahaya Padi dimulai dari Pembelian Gabah/Pengadaan Bahan Baku,Penjemuran gabah basah,penyimpanan,penggilingan gabah menjadi beras,pengemasan dan yang terakhir yaitu pemasaran beras.

Nilai tambah yang diperoleh UD Cahaya Padi sebanyak Rp.219.219.750 diperoleh dari hasil penjualan beras dan dedak.hal ini menunjukkan bahwa jika gabah diolah jadi beras lebih menguntungkan dibandingkan jika gabah langsung dijual sebelum diolah.

(14)

vi |

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Data Karyawan UD.Cahaya Padi ……….. 21 2. Jenis Biaya Yang Digunakan Dalam Satu Kali Proses Produksi Beras UD

Cahaya Padi ………3 3. Besarnya biaya penyusutan pada usaha penggilingan

padi selama periode ………..37 4. Analisis nilai tambah padi menjadi beras UD.Cahaya padi selama satu kali

(15)

vii |

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran………. 20

2. Struktur Organisasi……….. 29

(16)

viii |

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Daftar Pertanyaan……… 46

(17)

ix |

RIWAYAT HIDUP

Satriani dilahirkan di desa Carima Kecamatan Kahu Kabupaten Bone pada tanggal 01 desember 1993 anak dari pasangan Syamsul Dan Suaebah. Satriani merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis dimulai dari SD INP.12/79 Carima, kemudian di SMPN 1 Kahu, Lanjut di SMAN 1 Kahu dan lulus tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan,penulis pernah aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis periode 2014/2015. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ”Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi (Studi Kasus UD.Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone) ”

(18)

1

1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dengan penduduk yang mayoritas mengkonsumsi beras, harus dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara ketersediaan cadangan pangan nasional khususnya beras dengan jumlah konsumsi beras masyarakat setiap tahunnya. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah. Dalam mencapai Surplus Dua Juta Ton Beras di Sulawesi Selatan pada Tahun 2013 atau Surplus Nasional Sepuluh Juta Ton Beras pada Tahun 2014. Industri penggilingan padi setiap tahun menggiling lebih dari 60 juta ton gabah kering giling (GKG) dan akan terus meningkat. Tahun 2010 saja ada 65 juta ton GKG yang digiling dengan nilai perdagangan gabah lebih dari Rp 195 triliun. Jumlah itu jauh melebihi nilai perdagangan industri tekstil, dan unggas. Besarnya nilai perdagangan ini baru menghitung perdagangan gabah yang diolah industri penggilingan.

Sulawesi Selatan memiliki daerah pengembangan padi yang sangat potensial dengan luas lahan yaitu sekitar 380.806 Ha, dengan hasil produksi rata-rata gabah /ha yaitu 54,06Kw/Ha (Palloge, 2012).Untuk mendukung potensi ini maka berbagai hal ditempuh, salah satunya dengan meningkatkan aspek penanganan pasca panen dengan teknologi yang memadai. Penanganan pasca panen padi merupakan serangkaian sistem yang mencakup kegiatan mulai dari panen sampai dengan menghasilkan beras. Pada prinsipnya penanganan pasca panen meliputi beberapa tahap kegiatan, salah satunya tahapan penggilingan.

(19)

2

Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting, peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan menyebar hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut Asmawati (2009), dalam judulnya Analisis Kesetimbangan Massa pada Pabrik Penggilingan Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Bantimurung Kab. Maros menyatakan bahwa besarnya jumlah penggilingan padi yang tersebar di sejumlah daerah tidak menjamin kualitas beras yang dihasilkan akan lebih baik.

Proses penggilingan padi secara umum yang terdapat dimasyarakat hampir tidak memperhatikan kualitas mutu maupun rendemen beras yang dihasilkan.Hal ini dapat dilihat pada saat proses penggilingan yang tidak memperhatikan jenis varietas, karakter fisik seperti ukuran maupun tingkat kekerasan pada saat penggilingan. Dalam penelitian yang dilakukan Basri (2012) menyatakan bahwa hampir semua varietas diperlakukan sama dengan proses penggilingan yang standar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik setiap harinya.

Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan dalam pasca panen padi yaitu suatu proses pelepasan sekam dari beras. Karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki

(20)

bagian-3

bagian yang tidak dapat dimakan, atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan satu demi satu sampai akhirnya didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan beras sosoh atau beras putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses penggilingan padi. Beras sosoh adalah gabungan beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir sering disebut sebagai hasil samping karena tidak dikonsumsi sebagai nasi seperti halnya beras kepala dan beras patah besar. Hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul dan menir.

Mesin-mesin penggilingan padi berfungsi melakukan pelepasan dan pemisahan bagian-bagian butir padi yang tidak dapat dimakan dengan seminimal mungkin, membuang bagian utama beras dan sesedikit mungkin merusak butiran beras. Terdapat dua tahap pegilingan yaitu husking dan polishing. Husking adalah tahap melepaskan beras yang menghasilkan beras pecah kulit (brown rice). Dari struktur butiran gabah, bagian-bagian yang akan dilepaskan adalah palea,

lemma, dan glume. Seluruhnya bagian tersebut dinamakan kulit gabah atau sekam.

Sebagian besar gabah yang dimasukkan ke dalam mesin pemecah kulit (husker) akan terkupas dan masih ada sebagian kecil yang belum terkupas. Butiran gabah yang terkupas akan terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras pecah kulit dan sekam. Selanjutnya butiran gabah yang belum terkupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk dimasukkan kembali ke dalam mesin pemecah kulit setelah itu akan menghasilkan beras yang putih.

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai

(21)

4

garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan kearah utara. Secara umum perekonomian daerah Kabupaten Bone didominasi sektor pertanian, khususnya sub sektor pertaniantanaman pangan, selanjutnya sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.

Luas panen tanaman padi di Kabupaten Bone tahun 2010 sebesar 141.931 hektar sedangkan produksinya tercatat 832.507 ton gabah kering giling atau rata-rata produksi 5,86 ton/ha. Luas panen tanaman jagung 45.745 Ha dan produksi mencapai 217.632 ton atau rata-rata 4,76 ton/ha, ubi kayu 815 Ha dan produksi mencapai 8120 ton, ubi jalar 667 Ha dan produksi mencapai 5.586 ton, kacang tanah 12.545 Ha dan produksi 20.875, kedelai 12.358 Ha dan produksi 21.647 ton. Dilihat dari sisi sektoral, pada tahun 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bone yaitu sekitar 49,09 persen, diikuti oleh sektor Jasa-jasa sekitar 17,62 persen (BPS,2010).

Ini menandakan bahwa perekonomian di Kabupaten Bone masih ditopang oleh sektor pertanian. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan pertanian adalah peningkatan produktifitas dan kualitas tanaman pangan. Pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan diarahkan untuk meningkatkan produksi padi, palawija dan hortikultura.

Peningkatan produksi padi dilakukan melalui program dalam bentuk pencetakan sawah baru dan peralatan yang memadai dan dengan pembangunan usaha penggilingan padi yang diutamakan dalam setiap desa maupun kecamatan agar mampu menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan daerah.

(22)

5

Penggilingan padi yang dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Bone sudah hampir merata di setiap desa bahkan sekarang ada yang lebih modern yaitu penggilingan padi keliling menggunakan mobil sehingga lebih memudahkan masyarakat. Setiap pabrik memiliki waktu penggilingan yang berbeda-beda ada yang beroperasi setiap hari namun adapula yang hanya beroperasi saat musim panen tiba pabrik yang biasa beroperasi saat panen adalah pabrik besar yang mampu memproduksi ratusan ton beras.

Beras yang dihasilkan setiap penggilingan berbeda-beda terkadang ada yang menghasilkan beras yang mutunya tidak baik.Selain itu hampir setiap peggilingan padi tidak memiliki informasi secara pasti tentang harga satuan unit baik dari gabah maupun dari beras yang dihasilkan oleh penggilingan, jumlah biaya yang mereka gunakan dalam suatu proses penggilingan belum diketahui secara pasti begitu juga dengan hasil penggilingan maupun pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dalam melakukan usaha penggilingan padi belum dapat diketahui secara spesifik.hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian pada salah satu usaha penggilingan padi yang ada di Kabupaten Bone khususnya bagian Bone Selatan di Kecamatan Kahu yaitu usaha penggilingan padi UD. Cahaya padi yang beroperasi hanya pada saat panen saja atau hanya beroperasi dua kali dalam satu tahun.

(23)

6 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses produksi padi yang dilakukan pada UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone?

2. Berapa Besar Nilai Tambah yang diperoleh pada UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas maka adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Nilai Tambah yang diperoleh pada Usaha Penggilingan Padi UD. Cahaya Padi Di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca khususnya bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian khususnya pengusaha penggilingan padi.

2. Bagi petani agar dapat mengetahui biaya, pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dalam menjalankan usaha penggilingan padi.

(24)

7

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Padi

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempat urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae.

Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak (Utomo dan Nazarudin, 2002).

Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah.

(25)

8

Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi. Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.

Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain. Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT).

2.2. Pasca Panen Padi

Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari benda lain yang bercampur seperti jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Benda lunak seperti jerami akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan benda keras seperti batu akan merusak mesin penggiling. Penggilingan gabah dimulai dengan proses:

(26)

9 1) Pengeringan

Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan. Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar matahari. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka. Penggunaan lantai semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima gabah. Bila tidak memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen maka halaman tanah pun dapat dipakai untuk penjemuran. Gabah perlu diletakkan pada alas anyaman bambu, tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini dilakukan agar gabah tidak bercampur dengan tanah. Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila cuaca cerah dan matahari bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya berlangsung sekitar 2 – 3 hari. Bila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis dan terkadang panas. Waktu penjemurannya dapat berlangsung lama, sekitar seminggu.

2) Penggilingan

Penggilingan dalam pasca panen padi merupakan kegiatan memisahkan beras dari kulit yang membungkusnya. Pemisahan beras dari kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa huller. Hasil yang diperoleh pada penggilingan, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.

3) Penyimpanan / penggudangan

Beras yang sudah digiling dapat langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka perlu ada

(27)

10

tempat penyimpanan, dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Hama lebih menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus tetap kering dan di lengkapi dengan ventilasi udara.

4) Pemasaran

Pemasaran merupakan proses output atau proses penjualan hasil usahatani. Umumnya ada dua cara pemasaran beras yang dilakukan di kabupaten bone pertama petani menjual langsung di lahan pada saat sudah siap panen kepada pedagang pengumpul yang disebut penebas. Penebas inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih lanjut menjadi beras. Kedua, petani sendiri yang memanen, mengeringkan, lalu menjualnya ke pedagang pengumpul, baik berupa gabah kering giling atau sudah menjadi beras. Penjualan beras biasanya dilakukan petani langsung kepada pedagang beras di pasar, dititipkan ke pasar swalayan atau dijual langsung ke konsumen.

2.3. Penggilingan Padi

Penggilingan padi merupakan proses pelepasan sekam dari beras. Karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan satu demi satu sampai akhirnya didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan beras sosoh atau beras putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses

(28)

11

penggilingan padi. Beras sosoh adalah gabungan beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir sering disebut sebagai hasil samping karena tidak dapat dikonsumsi sebagai nasi seperti halnya beras kepala dan beras patah besar. Jadi, hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir (Ritonga et al, 2008).

Penggilingan padi berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menghasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras. Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).

Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/ sekam, (huller atau husker), Connveyor, mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung).

2.4. Biaya

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam

suatu usaha tani dan Pendapatan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

(29)

12

Apabila seorang petani hendak memiliki alat dan mesin pertanian hendaknya harus menentukan buatan, ukuran, dan tipe mesin apa yang paling efesien untuk usaha tani. Ketika seseorang petani membeli mesin dan peralatan untuk usaha taninya, petani tersebut harus menanggung sejumlah pengeluaran tertentu.

Biaya-biaya usaha tani diklasifikaikan menjadi dua, yaitu (a) Biaya tetap (fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya yang tidak tetap adalah biaya total yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Sebagai contoh sarana produksi, jika menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, Sehingga biaya ini sifatnya tidak tetap dapat berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang diinginkan. (Loekman, 1984).

Dimana komponen biaya terdiri dari:

1. Biaya Tetap (Fix Cost)

Biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank dan asuransi (Khotimah, 2002).

Menurut Irwanto (1980) Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap per jam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin tidak dipergunakan. Komponen biaya ini

(30)

13

sama sekali bersifat independen terhadap pemakaian dari pada mesin atau alat. menyatakan bahwa yang termasuk unsur biaya tetap mesin adalah:

a) Penyusutan

Penyusutan adalah berkurangnya nilai suatu benda modal karena pemakaian sepanjang umur pakainya akibat berkurangnya fisik benda modal tersebut dan berkurangnya fungsi benda modal. Wijanto (1996) menyatakan bahwa harga pembelian mesin adalah harga mesin sampai di lokasi. Nilai sisa adalah harga jual mesin setelah mencapai umur teknisnya. Nilai sisa diperkirakan senilai 10% dari harga pembelian. Irwanto (1980) menyatakan biaya penyusutan bervariasi menurut umur desain dan perkiraan umur pemakaian dari mesin atau alat. Penyusutan dapat didefinisikan sebagai penurunan (pemerosotan) dari nilai modal suatu mesin atau alat akibat pertambahan umurnya. Biaya penyusutan sering merupakan biaya yang terbesar per jamnya dan juga dapat merupakan penurunan nilai suatu mesin atau alat selama waktu yang terus berjalan tanpa perduli apakah mesin atau alat tersebut dipakai atau tidak. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai suatu mesin atau alat dapat merosot adalah:

- Adanya bagian-bagian mesin atau alat menjadi rusak karena pemakaian tidak dapat bekerja lagi seefektif pada keadaan sebelumnya, umumnya yang dimaksud bagian mesin atau alat disini adalah bagian utama yang tidak ekonomis lagi bila diganti.

- Adanya peningkatan biaya oprasi yang dibutuhkan per unit out put yang sama pada tingkat performance mesin yang sudah terpakai lama dibandingkan dengan yang masih baru.

(31)

14

- Munculnya mesin atau alat model baru yang lebih efesien dan praktis akibat perkembangan teknologi. Model baru ini mengakibatkan nilai mesin atau alat yang lama menjadi merosot.

- Adanya pengembangan proyek atau perusahaan. Proyek atau perusahaan yang bertambah besar mengakibatkan mesin atau alat yang ada dan sudah lama menjadi lebih tidak sesuai lagi dengan perkembangannya yang baru, sehingga mesin atau alat yang lama menjadi merosot nilainya.

b) Biaya Bunga Modal

Bunga modal dihitung dengan modal yang dianggap diinvestasikan di tempat lain dengan tingkat bunga tertentu. Irwanto (1980) menyatakan bahwa biaya modal (interest) diperhitungkan untuk mengembalikan bunga modal yang ditanam sehingga akhir umur peralatan diperoleh satu nilai uang yang sama dengan nilai modal yang ditanam.

c) Biaya Pajak Alat/ Mesin Pertanian

Biaya pajak tiap tahun bagi mesin/ alat pertanian sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Di Amerika diperkirakan beban pajak yang digunakan besarnya sekitar 2% dari harga awal pertahun, sedangkan beban asuransi kira-kira 0 – 24% dari harga awal perubahan. Pada umunya bila diketahui besar pajak maka dapat diperhitungkan pajak dari bunga serta asuransi dijumlahkan tahunnya. d) Beban Garasi atau Gudang

Beban garasi/ gudang terhadap mesin alat pertanian tidak nyata nilai uangnya tetapi dapat terlihat terhadap alat/ mesin pertanian. Umumnya garasi/ gudang dapat memberikan menejemen yang lebih baik, perbaikan yang mudah

(32)

15

dan aman, penampilan yang teratur dan baik, dapat mengurangi kerusakan tehadap alat/ mesin akibat terkena suhu pada cuaca tertentu.Di Amerika Serikat beban garasi/ gudang terhadap mesin/ alat pertanian persamaan diperkirakan 0,5 – 1% dari harga awal pertahun. Umumnya digunakan 1% per tahun untuk mesin/ alat pertanian. Dugaan menunjukkan bahwa beban ini sangat kecil dan kemungkinan dapat diabaikan (Irwanto, 1980).

2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Menurut Purwandi (1999), biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi alat dan mesin pertanian. Biaya Operasi baru ada, apabila alat dan mesin pertanian dioperasikan dan besarnya pun berbeda-beda tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan, serta usia penggunaan alat dan mesin pertanian. Biaya tidak tetap ini bervariasi menurut pemakaiannya. Unsur biaya tetap terdiri dari : a.) Biaya Bahan Bakar

Bahan bakar yang dibutuhkan alat mesin pertanian dihitung berdasarkan bahan bakar yang digunakan oleh alat tersebut. Perkiraan penggunaan bahan bakar 0,2 liter/ Hp 100 jam tiap daya mesin. Irwanto (1980) menyatakan bahwa biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter yang digunakan adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/ peralatan yang tepat (liter per jam) adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam kondisi kerja yang diberikan.

(33)

16

b.) Biaya Pelumas

Irwanto (1980) menyatakan bahwa perkiraan penggunaan minyak pelumas (MP) 0,8 liter per HP 100 jam setiap daya mesin. Minyak pelumas untuk mesin meliputi oli mesin, oli transmisi, oli final drive, oli hydraulic. Biaya oli mesin dimaksudkan sebagai jumlah volume oli baru yang diisikan ke dalam mesin tiap periode tertentu.

c.) Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Mesin Sumber Tenaga

Soedjatmiko (1997) telah dapat mengestimasikan bahwa biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin sumber tenaga dianggap tetap karena kerusakannya hanya sekali dalam setahun. Wijanto (1996) menyatakan bahwa biaya perbaikan dan perawatan setiap seratus jam kerja mesin diperkirakan 2 – 4% dari (harga pembelian-nilai sisa). Perawatan dan perbaikan sangat erat dengan operator dan ketersediaan suku cadang. Apabila operator merawat mesin dengan baik sesuai dengan petunjuk penggunaan dan perawatannya maka biaya perbaikan dapat ditekan sampai batas wajar. Akan tetapi, bila operator ceroboh maka dalam waktu singkat dapat terjadi kerusakan mesin yang fatal. Dalam perawatan dan perbaikan mesin maka keterampilan operator, ketersediaan suku cadang, serta pemilihan dan pelatihan kepada calon operator merupakan bahan pertimbangan dalam memilih mesin (Wijanto, 1996).

d.) Biaya Operator (Tenaga Kerja)

Wijanto (1996) menyatakan bahwa mesin biasanya dilayani oleh dua (2) orang operator secara bergantian. Jumlah jam kerja mereka diperkirakan 8 jam perhari. Irwanto (1980) menyatakan biaya operator per jam tergantung pada

(34)

17

keadaan lokal. Besar gaji operator bervariasi menurut lokasi. Besar biaya operator per jam dapat diambil dari gaji operator bulanan atau jumlah pertahun dibagi dengan total jam kerja.

2.5. Nilai Tambah

Nilai tambah (Value added)adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan,pengangkutan,ataupun penyimpanan dalam suatu produksi.menurut Hayami(1987),nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.

Nilai tambah menurut Hardjanto (1991) didefinisikan sebagai pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan.input fungsional tersebut dapat berupa perubahan bentuk(form utility),pemindahan tempat(place utility), maupun proses penyimpan an(time utility). faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah faktor teknis dan non teknis.

Menurut Hardjanto (1991) Faktor teknis meliputi unsur kualitas (mutu) produk, pe nerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsure tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual produk, sedangkan faktor non teknis (faktor pasar) meliputi harga jual, output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi teknologi dan nilai input lainnya. Faktor non teknis dapat mempengaruhi faktor konversi (banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku) dan biaya produksi.

Menurut Hayami (1987), tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk menaksir balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja langsung dan pengelola.

(35)

18

Analisis nilai tambah metode Hayami memperkirakan perubahan bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Analisis nilai tambah menurut Hayami mempunyai kelebihan. yaitu:

a. Produktivitas produksi. dimana rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja dapat diestimasi.

b. Balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi. konsep pendukung dalam analisis nilai tambah metode Hayami pada subsistem pengolahan adalah:

- Faktor konversi, menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan masukan.

- Nilai keluaran, menujukan nilai keluaran yang dihasilkan dari satu satuan masukan.

2.6. Kerangka Pikir

Di Dunia bisnis di Indonesia timbul begitu banyak persaingan dibidang

usaha dan industri, baik itu industri besar maupun kecil.termasuk pada usaha penggilingan padi yang pendapatannya tidak menentu setiap tahunnya.

Penggilingan padi yang dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Bone sudah hampir merata di setiap desa bahkan sekarang ada yang lebih modern yaitu penggilingan pabrik keliling menggunakan mobil sehingga lebih memudahkan masyarakat. Setiap pabrik memiliki waktu penggilingan yang berbeda-beda ada yang beroperasi setiap hari namun adapula yang hanya beroperasi saat musim panen tiba.

(36)

19

pabrik yang biasa beroperasi saat panen adalah pabrik besar yang mampu memproduksi ratusan ton beras.Beras yang dihasilkan setiap penggilingan berbeda-beda terkadang ada yang menghasilkan beras yang mutunya tidak baik. Selain itu hampir setiap peggilingan padi tidak memiliki informasi secara pasti tentang harga satuan unit baik dari gabah maupun dari beras yang dihasilkan oleh penggilingan, jumlah biaya yang mereka gunakan dalam suatu proses penggilingan belum diketahui secara pasti begitu juga dengan hasil penggilingan maupun pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dalam melakukan usaha penggilingan padi belum dapat diketahui secara spesifik. hal inilah yang menjadi latar belakang dalam melakukan penelitian pada salah satu usaha penggilingan padi yang ada di Kabupaten Bone khususnya bagian Bone Selatan di Kecamatan Kahu yaitu usaha penggilingan padi UD Cahaya padi yang beroperasi hanya pada saat panen saja atau hanya beroperasi Dua kali dalam satu tahun.

Gabah biasanya diperoleh dari para petani kemudian gabah tersebut dijemur sampai kering. setelah kering, gabah disimpan dalam sebuah gudang besar selama kurang lebih 3 bulan. setelah harga beras naik barulah gabah tersebut digiling kemudian di pasarkan.

(37)

20

Gambar 1 : Kerangka Pikir Analisis Nilai Tambah Usaha penggilingan padi

Studi Kasus (UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)

Padi

Pengemasan Beras Proses Produksi Beras - Pengeringan - Penggudangan - Penyimpanan - Penggilingan Penyimpanan Nilai Tambah

(38)

21

III.METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha penggilingan padi UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, pada bulan Maret - Mei 2016.

3.2. Teknik Penentuan Informan

Unit analisis dalam penilitian ini adalah proses pelaksanaan pengilingan padi yang dilaksanakan oleh UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Adapun informan yang diharapkan memberikan informasi pada penelitian ini adalah mereka yang dianggap mengetahui tentang proses pelaksanaan pengilingan padi tersebut mulai dari pemilik usaha pengilingan padi, karyawan, baik karyawan yang digudang maupun dibagian penggilingan, ataupun teknisi mesin/operator yang menjalankan pabrik.

Adapun teknik penentuan informan diambil dari semua karyawan UD. Cahaya Padi sebanyak 5 orang.Data karyawan UD Cahaya Padi dapat dilihat pada tabel 1. sebagai berikut:

(39)

22

Tabel 1: Data Karyawan UD Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

No Nama Status Di Perusahaan 1. H.Ambo Sakka Pemilik Perusahaan

2. Mina Bendahara 3 Ady Karyawan 4 Ardi Karyawan 5 Arsyad Karyawan Sumber: Data Primer UD. Cahaya Padi

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara :

1. Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung di tempat usaha penggilingan padi UD. Cahaya Padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

2. Wawancara yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan pemilik usaha penggilingan padi di Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

3. Dokumentasi yaitu dengan mengambil gambar atau foto-foto yang ada ditempat penelitian.

(40)

23 3.4.Jenis Dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dimana data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada pemilik usaha penggilingan padi

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor desa dan instansi terkait.

Terdapat dua jenis data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun bersifat kuantitatif. secara umum, pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survai yaitu dengan melakukan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau dokumentasi dan dari buku-buku atau laporan-laporan penelitian dan sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dihitung secara matematis kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Besarnya nilai tambah dapat dihitung dengan mengunakan rumus Hayami (1987) sebagai berikut:

(41)

24  NT = NO – NI Dimana : NT = Nilai Tambah (Rp/Kg) NO = Nilai Output (Rp/Kg) NI = Nilai Input (Rp/Kg)

 BB = Biaya Bahan Baku + Biaya Penolong

Dimana :

BB = Biaya Bahan (Rp/bln)  Blain = BBB + BP + Bpny + BTK

Dimana :

BBB = Biaya Bahan Bakar (Rp/bln) BP = Biaya Pemasaran (Rp/bln)

BPny = Biaya Penyusutan Alat Bagunan (Rp/bln) BTK = Biaya Tenaga Kerja (Rp/bln)

2.7. Definisi Operasional

a. Penggilingan padi adalah proses pelepasan sekam dari beras atau proses mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.

b. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usaha tani.

c. Pendapatan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. d. Biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya

(42)

25

e. Biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi alat dan mesin pertanian.

f. Nilai tambah adalah pertambahan suatu nilai komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi.

g. Bahan baku adalah Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan produk yang dihitung dalam Rp/Kg

h. Bahan bakar adalah Bahan yang digunakan untuk mengoperasikan mesin/pabrik

i. Bahan penolong adalah Bahan tambahan yang digunakan sebagai campuran bahan baku atau bahan pelengkap.

j. Tenaga kerja adalah Orang yang ikut membantu dalam usahatani dan diberikan upah/gaji.

k. Penyusutan adalah berkurangnya nilai suatu benda karena pemakaian atau berkurangnya fungsi benda.

(43)

26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Penggilingan Padi UD. Cahaya Padi

UD Cahaya Padi merupakan salah satu usaha penggilingan padi yang terletak di desa cenrana kecamatan kahu kabupaten bone yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran beras yang berdiri sejak Tahun 2000. Pendiri Usaha ini bernama Bapak H.Ukkase. Beliau seorang petani yang memiliki jiwa wiraswasta merasa terdorong mendirikan perusahaan ini karena ia melihat di kecamatan kahu belum banyak perusahaan yang bergerak di bidang penggilingan padi, padahal sumber penghasilan utama dari sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani, walaupun ada akan tetapi kapasitas produksinya tidak terlalu besar sehingga tidak memberikan dampak signifikan terhadap derajat taraf hidup petani di desa bersangkutan. Dari latar belakang tersebut, maka Bapak H.Ukkase mendirikan Perusahaan Penggilingan Padi yang diberi nama UD Cahaya Padi.

Tujuan awal dari pendirian perusahaan ini hanyalah berfungsi untuk penggilingan padi saja, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pada akhirnya perusahaan ini berkembang menjadi tempat jual beli beras dan juga hasil samping penggilingan.

Banyak hal yang melatarbelakangi terbentuknya perusahaan ini. Salah satu diantaranya adalah H.Ukkase ingin mengajarkan kepada anak-anaknya untuk berbisnis.maka pada tahun 2007 perusahaan pun diserahkan kepada anak beliau untuk dijalankan oleh H.Ambo Sakka. UD. Cahaya Padi Dulunya beroperasi

(44)

27

setiap hari akan tetapi pada saat telah dikelola oleh H.Ambo Sakka maka penggilingan pun hanya beroperasi dua kali dalam setahun yaitu jika panen saja.seiring berjalannya waktu pada tahun 2009 mesin yang dulunya kecil diganti menjadi mesin yang berkapasitas besar.

4.1 Visi dan Misi UD Cahaya Padi

Visi perusahaan merupakan suatu pandangan yang hendak dicapai pada masa yang datang. Sebelum menjalankan dan mengembangkan usahanya, banyak perusahaan menetapkan visinya terlebih dahulu. Suatu visi perusahaan mencerminkan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (Manggala, 2001).

Adapun visi yang ingin dicapai oleh UD Cahaya Padi yaitu Ikut menjaga Stabilitas pangan lokal dan nasional.

Misi adalah suatu tindakan yang terus menerus diarahkan untuk mewujudkan visi perusahaan yang merupakan tugas harus dilaksanakan secara bersama-sama dan menyeluruh untuk mencapai harapan dan cita-cita serta tujuan.

Misi UD Cahaya Padi yaitu :

1. Menyediakan dan melakukan penjualan beras untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

2. Menciptakan lapangan kerja guna turut andil dalam upaya menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

4.2 Struktur Organisasi UD Cahaya Padi

Dalam suatu perusahaan yang dijalankan seseorang, untuk mewujudkan operasi perusahaan yang dapat berjalan dengan baik, maka perusahaan harus

(45)

28

mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan aktivitas perusahaan. Mengingat pentingnya struktur organisasi ini, maka pada umumnya perusahaan membentuk struktur organisasi untuk memperjelas pembagian wewenang dan tanggung jawab setiap karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

Struktur organisasi suatu perusahaan dibuat dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi dan pengawasan dari pihak pimpinan perusahaan terhadap bawahannya. Dengan kata lain struktur organisasi sebuah perusahaan harus memungkinkan adanya sebuah koordinasi usaha di antara satuan jenjang dan mengambil tindakan – tindakan yang dianggap perlu sehingga perusahaan mampu mencapai tujuannya.

Adapun struktur organisasi di UD. Cahaya Padi dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemilik industri tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

(46)

29

Gambar 2 : Struktur Organisasi di Kelompok UD Cahaya Padi

4.4 Tugas Dan Tanggungjawab UD.Cahaya Padi

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing komponen yang ada dalam struktur usaha penggilingan padi adalah sebagai berikut :

1. Pemilik UD Cahaya Padi

Pemilik merupakan penentu garis kebijakan yang bertugas mengawasi pekerjaan selama dalam proses produksi. Begitu juga dengan perusahaan UD Cahaya Padi yang dimana pemimpin perusahaan ini yang bertugas mengkordinir semua kegiatan atau aktifitas anggotanya dalam melakukan aktifitasnya baik itu dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pengemasan, sampai ke pemasaran itu di bawah pimpinan perusahaan.

Bendahara Mina Bagian gudang & peralatan Arsyad Bagian produksi Ady Bagian pengemasan Ardi Bagian pemasaran Ady Direktur H.Ambo Sakka

(47)

30

2. Bagian penggudangan

Bertugas untuk mengatur bahan baku yang di kirim dari berbagai daerah Disamping itu dia juga mengatur peralatan produksi UD Cahaya Padi

3. Bagian produksi

Bertugas untuk melakukan kegiatan produksi yang sudah diberikan amanat oleh pimpinannya. Tenaga kerja yang di bagian produksi bertugas untuk menjemur padi sampai penggilingan

4. Bagian pengemasan

Bertugas untuk melakukan kegiatan pengemasan produk yang sudah keluar dari tempat produksi.

5. Bagian pemasaran

Bertugas untuk melakukan pemasaran atau distribusi penyaluran barang baik pada toko-toko maupun masyarakat umum.

4.5 Tenaga Kerja Dan Karyawan

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.atau orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15-64 tahun.

Adapun tenaga kerja yang dimiliki oleh UD Cahaya Padi dalam melakukan proses produksi mulai dari pembelian gabah basah sampai pemasaran beras berjumlah 4 orang.masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda. Ada yang bekerja dibagian mesin penggilingan,ada yang bekerja dibagian penjemuran sampai pada bagian pengemasan dan pemasaran beras.

(48)

31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Produksi UD Cahaya Padi

Kegiatan produksi adalah upaya mengubah bentuk suatu benda ke dalam bentuk yang lebih baik dari pada bentuk semula. Sedangkan produksi adalah usaha/kegiatan manusia untuk menambah, mempertinggi, menciptakan nilai guna suatu barang/jasa sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kegiatan Produksi penggilingan padi pada UD Cahaya Padi melalui beberapa proses yang dimulai dari:

Gambar 3. Skema Proses Produksi UD Cahaya Padi Pengadaan Bahan Baku Proses Pengolahan/Penggilingan - Penjemuran - Penyimpanan - Penggilingan Pengemasan -Karung Penyimpanan Pemasaran

(49)

32

Kegiatan produksi yang dilakukan dalam pengolahan padi menjadi beras ini merupakan kegiatan yang dimulai dari pengadaan bahan baku sampai dengan pemasaran. Dalam satu kali proses produksi yang dilakukan membutuhkan waktu satu bulan lamanya mulai dari pembelian gabah dari petani, penjemuran/pengerin gan gabah, penyimpanan,kemudian penggilingan padi menjadi beras setelah itu pemasaran.

5.2 Pengadaan Bahan Baku Dan Bahan Penolong

1. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang dimaksud yaitu gabah yang diperoleh dari para petani setempat. yang biasanya langsung menjual gabah mereka ke perusahaan UD Cahaya Padi. Harga Beli dari petani yaitu Rp.3500/Kg harga tersebut jauh lebih murah di banding tahun lalu. Adapun pembelian gabah dalam satu kali panen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2: Pembelian gabah UD Cahaya Padi dalam satu kali panen

Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam satu kali panen, UD Cahaya padi membeli gabah sebanyak 100 ton atau 100.000 Kg.dalam sehari gabah yang dibeli sebanyak 3500 Kg,dalam seminggu sebanyak 25.000 Kg dan dalam sebulan sebanyak 100.000 Kg yang akan dijemur lalu disimpan dalam beberapa bulan dan pada saat harga beras naik barulah gabah tersebut digiling.

No Volume Pembelian Gabah Jumlah(Kg)

1 Hari 3.500

2 Minggu 25.000

3 Bulan 100.000

(50)

33

2.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan untuk kegiatan industri sebagai bahan penolong untuk melengkapi bahan baku.adapun bahan penolong dalam UD Cahaya Padi yaitu Bahan Bakar berupa solar dan oli. solar dibeli dengan harga Rp. 5.500/Liter sedangkan Oli dibeli dengan harga Rp.25.000/Liter. Dalam satu bulan penggilingan, solar yang digunakan sejumlah 750 Liter x Rp.5.500=4.125.000 dan oli yang dipakai yaitu 6 Liter x Rp. 25.000 =150.000 jadi total biaya bahan penolong yaitu Rp.4.125.000+Rp.150.000=Rp.4.2 75.000/bulan.

5.3 Proses Pengolahan/Penggilingan

1. Proses Penjemuran

Gabah yang sudah dibeli sebanyak 100 ton dari para petani kemudian dijemur di tempat penjemuran padi yang berukuran 70 x 30 yang mampu menjemur gabah basah sebanyak 10 ton.jika cahaya matahari bagus maka penjemuran gabah hanya 2-3 hari akan tetapi jika keadaan kurang panas maka penjemuran padi biasa 5-7 hari sampai gabah bisa kering.

Alur proses produksi padi menjadi beras dimulai dari pembelian gabah basah kemudian dilakukan penjemuran selama 1-2 hari sampai gabah betul-betul kering kemudian gabah yang sudah kering akan di masukkan kedalam penggilingan mesin 1 dan akan diproses menjadi beras kepala dan beras patah. Selain itu menghasilkan dedak dan sekam dedak yang dihasilkan berjumlah 30 ton dan biasa dijual ke pedagang seharga Rp. 2000/Kg. Kulit padi atau sekam

(51)

34

digunakan untuk membakar batu bata sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar.

2. Penyimpanan

Gabah yang sudah dijemur sebanyak 100 ton tersebut dimasukkan kedalam karung besar kemudian disimpan dalam gudang yang berukuran 30 x 15 dalam beberapa minggu.jika harga beras sudah naik barulah gabah tersebut kemudian digiling lalu dipasarkan.

3. Penggilingan

Gabah kering yang disimpan kemudian digiling di dalam mesin besar yaitu mesin Mitsubishi puso 12 silinder yang dalam satu jam kerja mampu menghasilkan 1.200 Kg Beras.

Dari 100 ton gabah basah menghasilkan beras sebanyak 60 ton beras yang sudah digiling kemudian dimasukkan dalam karung khusus yang berukuran 50 Kg. karung tersebut kemudian dijahit menggunakan mesin jahit, setelah itu disusun rapi didalam gudang yang berukuran 30 m X 15 m.

Perbedaan penggilingan padi besar dan penggilingan padi kecil: 1. Penggilingan besar :

1. Mesinnya lengkap dan terdiri atas mesin perontok, pecah kulit, pemutih, grader dan elevator.

2. kapasitas produksi rillnya lebih besar 0,7 ton beras / jam. 2. Penggilingan kecil :

(52)

35

2. Proses pemindahan dari alat yang satu kea lat lainnya menggunakan tenaga manusia.

3. Kapasitas produksi nilainya 0,3 beras /jam.

Proses penggilingan padi dimulai dari gabah yang dimasukkan kedalam mesin kemudian menghasilkan beras kepala, beras patah, menir, dedak dan sekam (kulit padi).

4. Pemasaran a. Beras

Proses akhir yaitu pemasaran, dalam proses pemasaran yang dilakukan di UD Cahaya Padi yaitu Karyawan membawa semua beras hanya pada satu tempat yaitu di pelabuhan kajuara atau lebih dikenal dengan pelabuhan Tuju-Tuju dengan menggunakan mobil truk yang bisa mengangkut beras sekitar 7 Ton setiap kali jalan. Setelah sampai di pelabuhan sudah ada kapal besar yang menunggu atau jadi langganan tetap. Beras tersebut biasanya dibawa keluar kota atau keluar daerah. Biaya pemasaran dalam satu kali jalan Rp. 500.000.

b. Menir

Gabah yang sudah digiling selain menghasilkan beras utuh juga menghasilkan beras patah yang disebut dengan menir.tingkat keutuhan beras tergantung pada keadaan air gabah jika kadar airnya tinggi maka banyak beras yang patah. Menir yang dihasilkan di UD Cahaya Padi sebanyak 1200 Kg lalu dijual dengan harga Rp.3000/Kg sehingga diperoleh Rp.3.600.000.

(53)

36

c. Dedak

Selain menir, gabah yang digiling menghasilkan dedak. dari 100 ton gabah menghasilkan dedak sebanyak 30 ton. Dedak dijual dengan harga Rp.2000/Kg. jadi dari 40 ton dedak diperoleh sebanyak Rp.60.000.000.

d. Sekam

Hasil akhir yaitu sekam atau kulit padi. kulit padi tersebut biasanya dijual dengan harga murah yaitu Rp.500/Karung.Sekam yang dihasilkan oleh UD Cahaya Padi yaitu 1100 karung X Rp.500 = Rp.550.000. Sekam tersebut biasanya digunakan untuk proses pembakaran batu bata.sehingga sekam tersebut tidak mencemari lingkungan sekitar.

5.4 Peralatan Produksi Dan Penyusutan

Peralatan produksi merupakan alat/media untuk mengolah bahan menjadi produk dengan bantuan tenaga kerja. Adapun peralatan produksi yang dimiliki oleh UD Cahaya Padi yaitu: 1 Buah mesin penggiling besar yaitu mesin Mitsubishi Puso 12 Silinder yang dalam satu jam kerja mampu menghasilkan 1.200 Kg beras, Mesin Pemecah 4 unit yang berfungsi untuk membersihkan kulit gabah yang tercampur dalam beras pecah kulit.mesin pemutih dan pembersih yang berfungsi untuk memoles atau mengurangi beras patah serta 1 buah timbangan dan mesin jahit yang berfungsi untuk menjahit karung yang telah diisi oleh beras.

(54)

37

Tabel 3: Jenis dan Besar Biaya Penyusutan Penggilingan Padi Beras Selama Satu Kali Produksi di UD Cahaya Padi

No Jenis Alat Jumlah Alat (Unit) Nilai Awal (Rp) Jumlah Ekonomis (Tahun) Nilai Akhir (Rp) Penyusutan Alat (Rp) 1 Mesin Penggiling 1 65.000.000 6 20.000.000 7.500.000 2 Mesin Pemecah 4 60.000.000 6 15.000.000 7.500.000 3 Mesin Pemutih 1 10.000.000 6 4.000.000 1.000.000 4 Mesin Pembersih 1 5.000.000 6 2.000.000 500.000 5 Mesin Sendokan 3 10.000.000 6 5.000.000 833.000 6 Tali Fanbell 27 2.774.500 2 1.000.000 887.250 7 Karet/Roll 8 1.800.000 1 900.000 900.000 8 Pipa 10 2.500.000 6 500.000 333.000 9 Gerobak 3 1.500.000 5 500.000 200.000 10 Timbangan 1 2.500.000 5 1.000.000 300.000 11 Mesin Jahit 1 700.000 3 500.000 66.000 12 Benang 7 70.000 - - - 13 Karumg Beras 1000 2.500.000 - - - 14 Karung Gabah 300 3.300.000 2 - - 15 Saringan Beras 5 400.000 3 200.000 66.000 Jumlah 164.044.000 57 50.600.000 20.085.250 Sumber: Data Primer UD Cahaya Padi 2016

Biaya penyusutan peralatan untuk penggilingan padi menjadi beras dapat dihitung menggunakan rumus:

Penyusutan = Nilai Awal-Nilai Akhir Umur Ekonomis

5.5 Nilai Input

Nilai Input adalah nilai (biasanya dalam rupiah) dari semua yang dipergunakan produsen dalam proses produksi.adapun nilai input yang diperoleh pada UD Cahaya Padi yaitu pembelian gabah basah sebanyak 100.000 Kg dengan harga beli Rp.3.500/Kg menghasilkan nilai input sebesar Rp.350.000.000/bulan.

5.6 Nilai Output

Nilai Output adalah nilai (biasanya dalam rupiah)dari hasil proses produksi. Adapun nilai Output dari gabah basah yang berjumlah 100.000 Kg

(55)

38

menghasilkan beras sebanyak 60.000 Kg yang dijual dengan harga Rp. 9.000 sehingga menghasilkan nilai output sebesar Rp. 540.000.000 ditambah dengan penjualan dedak sebanyak 30 ton x Rp.2.000 menghasilkan Rp.60.000.000.

penjualan Sekam sebanyak 1100 karung X Rp.500 = Rp.550.000 Dan Penjualan Menir sebanyak 1200 Kg X Rp.3000 = Rp.3.600.000.

5.7 Nilai Tambah

Adapun nilai tambah yang diperoleh UD Cahaya Padi dalam satu kali panen dari penjualan beras, dedak, menir dan sekam yaitu Rp. 604.150.000 dikurangi dengan biaya bahan baku, bahan penolong, penyusutan, tenaga kerja, pemasaran dan pajak pbb yang berjumlah Rp. 384.930.250 sehingga menghasilkan nilai tambah Rp. 219.219.750/panen. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4 :

(56)

39

Tabel 4: Nilai Tambah yang diperoleh UD Cahaya Padi

No Nilai Total Nilai Tambah

1 Nilai Output - Beras = 60.000 Kg x Rp 9.000 = Rp 540.000.000 - Dedak = 30.000 Kg x Rp 2.000 = Rp 60.000.000 - Sekam = 1100 karung x Rp 500 = Rp 550.000 - Menir = 1200 Kg x Rp 3.000 = Rp 3.600.000

Jumlah= Rp. 604.150.000

2 Nilai Input - Bahan Baku = 100.000 Kg x Rp 3.500 = Rp 350.000.000 - Bahan Penolong

- Solar = 750 L x Rp 5.500 = Rp.4.125.000 - Oli = 6 L x Rp. 25.000 = Rp. 150.000

Jumlah = Rp. 4.275.000 - Penyusutan = Rp.20.085.250

- Tenaga Kerja = 4 Orang x Rp.50.000/Hari = Rp.6.000.000 - Pemasaran = Rp. 4.500.000

- PBB = Rp. 70.000

Jumlah = Rp. 30.655.250 Jumlah Total NT= NO – NI = Rp.604.150.000 – Rp.384.930.250 =

Rp.219.219.750/Panen

Tabel 4 menunjukkan bahwa total nilai tambah yang diperoleh UD Cahaya Padi dalam satu kali produksi adalah Rp.219.219.75/Tahun,hal itu menunjukkan

(57)

40

bahwa pengusaha akan lebih untung jika gabah diolah menjadi beras kemudian dijual dibandingkan jika gabah dijual langsung tanpa diolah.

5.8 Kendala yang di Hadapi

Adapun kendala yang dihadapi UD. Cahaya Padi yaitu : 1. Manajemen pemasaran yang hanya disatu tempat.

2. Sumber daya yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku (kualitas yang bervariasi) dan kapasitas mesin yang terbatas.

3. Kesulitan mendapatkan bahan baku jika tidak dalam masa panen.

4. Keadaan cuaca yang tidak mendukung sehingga mengakibatkan proses pengeringan padi terhambat dan beras yang dihasilkan bermutu jelek sehingga harga akan turun.

(58)

41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses Produksi yang dilakukan oleh UD. Cahaya Padi dimulai dari Pemb elian Gabah/Pengadaan Bahan Baku, Penjemuran gabah basah, penyimpan an, penggilingan gabah menjadi beras, pengemasan dan yang terakhir yaitu pemasaran beras.

2. Nilai tambah yang diperoleh UD. Cahaya Padi sebanyak Rp.219.219.750 dalam satu tahun diperoleh dari hasil penjualan beras, menir, sekam dan dedak. Hal ini menunjukkan bahwa jika gabah diolah jadi beras lebih menguntungkan dibandingkan jika gabah langsung dijual sebelum diolah.

6.2 Saran

1. Kepada Pengusaha

Disarankan agar usaha penggilingan padi lebih mengembangkan dan meningkatkan usahanya.

2. Kepada Pemerintah

Dengan mempertimbangkan modal investasi awal yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi cukup besar, maka pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi para pengusaha penggilingan padi dalam hal akses permodalan pengembangan usaha, antara lain berupa : Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit investasi, modal kerja lainnya. Untuk meningkatkan kualitas dan jaminan

(59)

42

ketersediaan bahan baku secara lokal, pemerintah diharapkan membina petani untuk bekerja sama dengan usaha penggilingan melalui pola kemitraan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar melakukan penelitian yang lebih terperinci tentang nilai tambah, pendapatan riil pengusaha, B/C, dan studi kelayakan usaha penggilingan padi, serta analisis saluran pemasaran guna memperoleh manfaat lain dari pengolahan tersebut dan hal-hal lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.

(60)
(61)

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Judul Kegiatan Kegiatan dalam bulan ke minggu

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV 1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Penelitian Observasi Wawancara Dokumentasi Pengumpulan Data Analisis data 4 Penulisan Skripsi 5 Seminar Hasil 6 Perbaikan 7 Ujian Skripsi

(62)

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Tempat penjemuran padi UD Cahaya Padi

(63)

Gambar 3. Gabah kering yang akan dimasukkan di penggilingan 1

(64)

Gambar 5. Penggilingan Pemecah

(65)

Gambar 7. Penggilingan yang menghasilkan beras.

(66)

Gambar 9. Dedak yang dihasilkan.

(67)

Gambar 11. Beras yang dihasilkan oleh UD. Cahaya Padi

(68)

Lampiran 1. Data karyawan UD Cahaya Padi

No Nama Status Di Perusahaan 1. H.Ambo Sakka Pemilik Perusahaan

2. Mina Bendahara 3 Ady Karyawan 4 Ardi Karyawan 5 Arsyad Karyawan

(69)

Lampiran 2.Nilai tambah yang diperoleh UD Cahaya Padi dalam satu kali produksi. No Nilai Total Nilai Tambah

1 Nilai Output - Beras = 60.000 Kg x Rp 9.000 = Rp 540.000.000 - Dedak = 30.000 Kg x Rp 2.000 = Rp 60.000.000 - Sekam = 1100/ karung x Rp 500 = Rp 550.000 - Menir = 1200 Kg x Rp 3.000 = Rp 3.600.000

Jumlah= Rp. 604.150.000

2 Nilai Input - Bahan Baku = 100.000 Kg x Rp 3.500 = Rp 350.000.000 - Bahan Penolong

- Solar = 750 L x Rp 5.500 = Rp.4.125.000 - Oli = 6 L x Rp. 25.000 = Rp. 150.000

Jumlah = Rp. 4.275.000 - Penyusutan = Rp.20.085.250

- Tenaga Kerja = 4 Orang x Rp.50.000/Hari = Rp.6.000.000 - Pemasaran = Rp. 4.500.000

- PBB = Rp. 70.000

Jumlah = Rp. 30.655.250

(70)

Lampiran 3. Jenis dan besar biaya penyusutan penggilingan padi beras selama satu kali produksi di UD Cahaya Padi.

No Jenis Alat Jumlah Alat (Unit) Nilai Awal (Rp) Jumlah Ekonomis (Tahun) Nilai Akhir (Rp) Penyusutan Alat (Rp) 1 Mesin Penggiling 1 65.000.000 6 20.000.000 7.500.000 2 Mesin Pemecah 4 60.000.000 6 15.000.000 7.500.000 3 Mesin Pemutih 1 10.000.000 6 4.000.000 1.000.000 4 Mesin Pembersih 1 5.000.000 6 2.000.000 500.000 5 Mesin Sendokan 3 10.000.000 6 5.000.000 833.000 6 Tali Fanbell 27 2.774.500 2 1.000.000 887.250 7 Karet/Roll 8 1.800.000 1 900.000 900.000 8 Pipa 10 2.500.000 6 500.000 333.000 9 Gerobak 3 1.500.000 5 500.000 200.000 10 Timbangan 1 2.500.000 5 1.000.000 300.000 11 Mesin Jahit 1 700.000 3 500.000 66.000 12 Benang 7 70.000 - - - 13 Karumg Beras 1000 2.500.000 - - - 14 Karung Gabah 300 3.300.000 2 - - 15 Saringan Beras 5 400.000 3 200.000 66.000 Jumlah 164.044.000 57 50.600.000 20.085.250

Gambar

Gambar  1  :  Kerangka  Pikir  Analisis    Nilai  Tambah  Usaha  penggilingan  padi                 Studi Kasus (UD
Gambar 3. Skema Proses Produksi UD Cahaya Padi Pengadaan Bahan Baku Proses Pengolahan/Penggilingan -  Penjemuran -  Penyimpanan -  Penggilingan  Pengemasan -Karung Penyimpanan Pemasaran
Tabel 2: Pembelian gabah UD Cahaya Padi dalam satu kali panen
Gambar 1. Tempat penjemuran padi UD Cahaya Padi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai persatuan yang muncul dari kehidupan kerja para pekerja Penggilingan padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen pada aspek kesatuan

Judul Proposal Skripsi : Pencerminan Nilai Persatuan dan Tanggung jawab pada Pekerja (Studi Kasus Pada Penggilingan Padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan

Kansil, C.S.T dan kasil Chistine, 1999, Pancasila dan Undng-Undang Dasar 1945 (Pendidikan Pancasila di perguruan Tinggi), jakarta: PT.. Pradnya Paramita Kansil, C.S.T dan