• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Julianti &

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Julianti &"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Riviu Penelitian Terdahulu

Untuk menekankan orisinalitas penelitian, peneliti mengambil beberapa penelitian terdahulu, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Julianti &

Nanang, 2019). Penelitian mereka berjudul “Strategi Manajemen Pasokan Dan Biaya Produksi Di Kedai Kopi (Studi Kasus: Analisis Pada Kedai Aroem Kopi Bantul)”.Fokus dari penelitian ini yaitu melakukan analisis pada analisis manajemen persediaan serta manajemen biaya produksi dari kedai Aroem Kopi.

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dalam proses pengumpulan datanya didasarkan pada fakta di lapangan yang mengambil lokasi penelitian di Kedai Aroem Kopi yang terletak di Kabupaten Bantul, Jogjakarta. Penelitian ini meneliti variabel tunggal yang memiliki dua sub variabel, yaitu manajemen pasokan dan manajemen biaya produksi. Sehingga peneliti memberi saran kepada Kedai Areom kopi agar bisa melakukan penghematan biaya dari pemasok, dan dalam hal inventory control, Kedai Aroem Kopiperlu melakukan sedikit perubahan metodeagar dapat menghemat biaya serta membuat perputaran modal lebih efektif dengan sistem inventory control ABC.

Selanjutnya penelitian dari Andre Henri Slat (2013). Penelitian ini mengambil judul “Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing Dan Penentuan Harga Jual”.Fokus dari penelitian ini yaitu penentuan harga pokokproduk dengan metode full costing dan penentuan harga jual berdasarkan cost plus pricing dalam menentukan profitabilitas perusahaan pada CV. Anugerah

(2)

Genteng Manado. Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yakni melalui Studi Kepustakaan yaitu teknik ini dilakukan dengan cara mendapatkan informasi dari teori-teoridengan cara mempelajari serta mencatat dari buku-buku yang berhubungan erat dengan masalah yangakan dibahas atau diteliti untuk digunakan sebagai dasar teori yang melengkapi proses penyusunanskripsi ini. Dan Studi Lapangan yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan tinjauan secara langsung pada CV.Anugerah Genteng Manado yang menjadi objek dari penelitian. Adapun cara yang telah ditetapkanoleh penulis dalam melakanakan penelitian lapangan ini, yaitu dengan cara peninjauan langsung(Observasi), yaitu teknik pengumpulan data, dimana penulis langsung ke lokasi pabrik dan melakukanpengamatan terhadap proses produksi perusahaan.

Sehingga peneliti memberikan saran Perusahaan sebaiknya memasukan biaya penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin dan peralatan, dan biaya asuransi dalam perhitungan harga pokok produksi, agar perhitungan harga pokokproduksi dan penentuan harga pokok produk menjadi lebih tepat.

Ketiga yaitu penelitian menurut (Bahri & Rahmaawaty, Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menentukan Harga Jual Produk (Studi Empiris Pada Umkm Dendeng Sapi Di Banda Aceh), 2019),Penelitian ini mengambil judul ”Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual Produk (Studi Empiris Pada UMKM Dendeng Sapi di Banda Aceh)”

menganalisis tentang penentuan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual pada UMKM Dendeng Sapi di Banda Aceh. Hasil dari analisis menyatakan bahwa UMKM Dendeng Sapi selama ini belum menentukan harga pokok

(3)

produksi. Peneliti menganalisis harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costingdan full costing. Hasil menunjukkan bahwa perolehan dengan metode full costing maupun variable costing lebih tepat digunakanpada UMKM Dendeng Sapi.

B. Tinjauan Pustaka Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pengukuran, penganalisaan, perhitungan dan pelaporan biaya, profitabilitas dan kinerja operasi untuk kepentingan internal perusahaan (Siregar, Dody, Eko, Erlina, Lita, & Nurofik, 2013)

(Supriyono, 2011) menyatakan bahwa akuntansi biaya adalah cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.

Menurut (Bastian & Nurlela, 2008) Akuntansi biaya merupakan bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari ‘suatu produksi’ yang di produksi dan di jual kepada pemesan maupun untuk pasar, serta persediaan produk yang akan dijual.

Tujuan Dan Manfaat Akuntansi Biaya

Menurut (Supriyono, 2011) tujuan dan manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen dan mengelolah perusahaan, yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk: perencanaan dan pengendalian

(4)

biaya, penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti, dan pengambilan keputusan oleh manajemen. Adapun penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan ada empat, yaitu:

a) Fungsi produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

b) Fungsi pemasaran, merupakan fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan sampai dengan pengumpulan kas dari hasil penjualan.

c) Fungsi administrasi dan umum, merupakan fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). Kegiatan fungsi ini berhubungan dengan fungsi pokok yang lain, tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasi langsung pada fungsi lain tersebut.

d) Fungsi keungan, merupakan fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusaan.

(5)

Prilaku Biaya

Hansen dan Mowen (2006) menyatakan bahwa perilaku biaya adalah istilah umum yang menggambarkan perubahan biaya ketika tingkat output berubah.

Perilaku biaya merupakan hal yang penting dalam pengambilankeputusan, estimasi biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, perilaku biaya dibagi menjadi:

1. Biaya Tetap: biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatantertentu.

a. Commitedfixedcosttimbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala dantidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan dengan keluaran.Contoh : biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, sewa, asuransi dan gaji karyawanutama.

b. Discretionaryfixedcost disebabkan oleh keputusan tahuanan yang dibuat olehmanajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh:

Biaya R&D, biaya iklan,dan biaya konsultan.

2. Biaya Variabel: biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volumekegiatan.

a. EngineeredCost memiliki spesifikasi hubungan fisik yang eksplisit dengan pelaksanaansuatu aktivitas. Contoh: biaya bahan baku.

b. DiscretionaryVariableCost terjadi karena adanya perubahan yang besar dalam tingkataktivitas. Contoh: Biaya iklan.

(6)

3. Biaya Semivariabel: biaya yang di dalamnya terdiri dari elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel.

Harga Pokok Produksi

Menurut (Samsul, 2013), harga pokok produksi adalah biaya untuk menghasilkan produk pada perusahaan manufaktur.

(Bastian & Nurlela, 2008)penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja”.

Menurut (Hansen & Mowen, 2004)harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu. Menurut (Setiadi, 2014)harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva (aset) tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban.

Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan manufaktur disebut biaya produksi (production cost or manufacturing cost). Biaya-biaya yang timbul pada proses produksi akan mempengaruhi perubahan harga pokok produksi. Baik peningkatan maupun penurunan biaya-biaya tersebut akan mempengaruhi proses penentuan harga pokok prosduksi. Biaya-biaya yang biasanya akan mempengaruhi proses produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Wasilah, Dunia, & Firdaus, 2011). mengklasifikasikan biaya produksi dalam tiga elemen utama sehubungan dengan produk yang dihasilkan yaitu; bahan langsung

(7)

(direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan overheadpabrik (factory overhead). Pengklasifikasian ini bertujuan untuk pengukuran laba, dan penentuan harga pokok produk yang akurat atau tepat serta pengendalian biaya. Dimana dalam suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya digunakan seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead. Sedangkan untuk jasa biaya merupakan pengorbanan moneter yang dilakukan dalam menyediakan jasa (Hidayat, 2014)

Fungsi Harga Pokok Produksi

Menurut (Mulyadi, 2015) dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan Harga Jual Produk.

Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang, dengan demikian biaya produksi dihitung dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penentuan harga jual produksi, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain dan data non biaya.

2. Memantau Realisasi Biaya Produksi.

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu akuntansi biaya digunakan untuk menggumpulkan informasi biaya produksi

(8)

mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

3. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu.

Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.

4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca.

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

Elemen Harga Pokok Produksi

Menurut (Agus, Wibowo, & Muslim, 2016)Harga Pokok Produksi merupakan biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual. Harga Pokok Produksi pada perusahaan pemanufakturan terdiri atas elemen-elemen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

(9)

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai.

Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk tersebut. Sebagai contoh adalah kayu yang digunakan untuk membuat daun pintu dan jendela, kertas yang digunakan untuk membuat buku ini, benang yang digunakan untuk membuat kain mori, dan kain mori yang digunakan untuk membuat baju.

Menurut (Mulyadi, 2015)bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri. Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain.

Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan (order costs), biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku, merupakan usnur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

(10)

Tenaga kerja adalah tenaga yang langsung menangani proses produksi.

Pembuat daun pintu dan jendela, operator mesin fotokopi, penjahit dan tukang las, serta tukang batu adalah contoh tenaga kerja langsung. Mereka menangani secara langsung proses produksi dan oleh karena itu dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau upah tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi.

Menurut (Mulyadi, 2015)tenaga kerja merupakan usaha fisik atau metal yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar berikut ini:

a. Gaji dan Upah

Gaji dan upah reguler yaitu jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan potongan-potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua. Cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan dengan mengalihkan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode waktu tertentu.

b. Premi Lembur

Perlakuan terhadap premi lembur tergantung atas alasan-alasan terjadinya lembur tersebut. Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadinya lembur tersebut. Perlakuan ini dapat dibenarkan bila pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan pelangganan/pemesan mau menerima beban tambahan karena lembur tersebut.

(11)

c. Biaya yang Berhubungan dengan Tenaga Kerja.

1) Setup Time

Sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula produksi (set up costs). Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran- pengeluaran untuk membuat rancangan bangun, penyusunan mesin dan peralatan, latihan bagi karyawan, dan kerugian-kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman.

2) Waktu Mengganggur (Idle Time)

Dalam mengolah produk, seringkali terjadi hambatan-hambatan, kerusakan mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan waktu menganggur bagi karayawan. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama waktu menggangur ini diperlakukan sebagai unsur biaya overheadpabrik.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang.Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:

a. Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

(12)

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin- mesin dan ekuipmen, kendaraan.

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.

Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung.

d. Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian Terhadap Aktiva Tetap

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul Sebagai Akibat Berlalunya Waktu

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan.

f. Biaya Overhead Pabrik Lain yang SecaraLangsung Memerlukan Pengeluaran Uang Tunai

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan sebagainya.

(13)

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi yang akurat sangat penting untuk analisisprofitabilitas dan keputusan strategis yang berkenaan dengan desain produk,penetapan harga dan bauran produk. (Mulyadi, 2013), menyatakan bahwa manfaat informasi harga pokok produksi yaitu menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, menentukan hargapokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Dalam menentukan harga pokok produksi terdapat berbagai cara atau metode yang dapat digunakan seperti full costing dan variable costing

1. Full costing

Full costing merupakan penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi yang terdiri dari biayabahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berprilaku variabel maupun tetap.

Dengan demikian harga pokok produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi yaitu:

a. Biaya bahan baku langsung

Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk selesai. Misalnya, papanatau kayu pada perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan produsen tegel. Tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suata produk, memang diklasifikasikan sebagai

(14)

bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan produsen mebel, umpamanya barangkali tidak diklasifikasi sebagai bahan baku. Ini disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produknya. Bahan - bahan yang relatif kecil nilainya seperti itu disebut bahan penolong dandiklasifikasikan sebagai bagian dari biaya produksi tak langsung.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja yang secara praktis dapat

diidentifikasi dengan kegiatan pengolahan bahan menjadi produk selesai. Gaji dan upah operator mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananyakegiatanproduksi mungkin saja tidak digolongkan sebagai biaya tenagakerjalangsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibedakanmenjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja tak langsung meliputi semua biaya tenaga kerja selain yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Gaji dan upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung tersebut. Adalah tidak praktis untuk mengidentifikasikan biaya, seperti halnya gaji dan upah mandor itu kepada produk tertentu, sementara itu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk.

(15)

c. Biaya overhead pabrik tetap

Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya depresiasi atau biaya sewa mesin - mesin produksi pada perusahaan yang memproduksi lebih dari satu macam produk, merupakan contoh dari biaya overhead pabrik.

d. Biaya Overhead Pabrik variabel

Biaya ini meliputi biaya yang tak menentu yang digunakan untukmendukung produksi, biaya ini tidak tetap dari waktu ke waktu atau dapatberubah-ubah sesuai kebutuhan.

Biaya overhad pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaanproduk dalam proses akhir dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan barang dianggap sebagai biaya apabila produk tersebut telah terjual (Gersil & Kayal, 2016)

Produksi tidak akan terjadi tanpa timbulnya biaya overhead pabrik tetap, maka absorption costing/ full costing menganggap biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya perolehan persediaan. Lebih lanjut Gersil dan Cevdet menjelaskan bahwa full costing lebih banyak digunakan oleh para manajerperusahaan untuk pengambilan keputusan jangka panjang, dan Memungkinkan manajer perusahaan dalam

(16)

meningkatkan pendapatan operasional dengan meningkatkan produksi bahkan ketika permintaan sedang surut.

2. Variable costing

Variable costing adalah metode yang menentukan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan unsur biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Sedangkan untuk biaya tetap akan dibebankan pada periode tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan variable costing barang yang akan dijual tidak mengandung biaya overhead tetap. Variabel costing lebih banyak digunakan untuk pengambilan keputusan jangka pendek. Dimana variable costing merupakan metode kalkulasi biaya persediaan dimana semua biaya variabel dimasukkan sebagai biaya persediaan (Gersil & Kayal, 2016) Dengan demikian harga pokok produksi menurut VariabelCosting terdiri dari unsur biaya produksi, yaitu:

a. Biaya bahan baku langsung b. Biaya tenaga kerja langsung c. Biaya overhead pabrik variabel

Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Metode pengumpulan harga pokok produksi pada dasarnya ditentukan berdasarkan cara kerja perusahaan dalam melakukan proses produksi. Tujuan dari

(17)

metode harga pokok adalah untuk menentukan harga pokok atau biaya per unit yaitu dengan membagi biaya pada suatu periode tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode tersebut (Wasilah, Dunia, & Firdaus, 2011).

Secara ekstrim pola pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu (Supriyono, 2011):

1) Metode harga pokok pesanan

Metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpetual yang menghitung biaya menurut pekerjaan tertentu. Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan indentitasnya.

Artinya metode harga pokok pesanan akan melakukan proses produksinya ketika ada pesanan dari konsumen atau pelanggan. Pembuatan produk dilakukan sesuai dengan spesifikasi atau karakteristik yang telah ditentukan dan dipesan oleh pelanggan. Jadi metode ini lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumen yang berbeda-beda. Bahwa pekerjaan atau sistem pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut (Wasilah, Dunia, & Firdaus, 2011) a. Tiap-tiap pekerjaan harus dapat diidentifikasikan menurut sifat fisiknya

dan masing-masing biayanya.

(18)

b. Setiap pekerjaan harus dapat dibedakan secara fisik sehingga pembebanan biaya dapat dibedakan dan dicatat dengan tepat untuk pekerjaan yang bersangkutan.

c. Permintaan atau pemakain bahan baku dan biaya-biaya tenaga kerja langsung diidentifikasikan menurut nomor dan masing-masing pekerjaan.

d. Overhead pabrik yang merupakan biaya produksi tidak langsung biasanya dibebankan kepada masing-masing pekerjaan berdasarkan suatu tarif yang ditetapkan lebih dahulu.

e. Setiap pekerjaan mempunyai daftar biaya atau kartu harga pokok yang menghimpun dan mengidentifikasikan biaya-biaya yang dibebankan kepada masing-masing pekerjaan yang bersangkutan.

f. Laba atau rugi serta biaya atau harga pokok persatuan produk ditentukan untuk masing-masing pekerjaan.

2) Metode harga pokok proses

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan, ataupun tahunan. Metode ini lebih menekankan pada pesediaan produk yang selanjutnya akan dijual kepada konsumen.

Karakteristik dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut (Supriyono, 2011):

a. Biaya-biaya diakumulasikan menurut depertemen atau pusat biaya.

b. Biaya produksi atau pengolahan dibebankan kepada akun barang dalam proses dari masing-masing depertemen.

(19)

c. Jumlah unit dari barang dalam proses dalam setiap depertemen harus dinyatakan dalam bentuk tingkat penyelesaiannya dan unit yang dianggap selesai, diperoleh dengan mengkonversikan jumlah unit yang belum selesai secara proposional dengan tingkat penyelesaian pada akhir periode.

d. Biaya per unit dihitung menurut depertemen atau pusat biaya.

e. Pada saat produk selesai dalam suatu depertemen produksi, jumlah unit yang selesai dan biayanya dipindahkan ke depertemen produksi berikutnya atau gudang barang jadi.

f. Untuk mengumpulkan meniktisarkan, dan menghitung biaya baik secara total maupun per unit menurut masing-masing depertemen digunakan formulir laporan biaya produksi.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Full Costing

Penentuan harga pokok produk adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk jadi dan persediaan barang dalam proses (Maghfirah & BZ, 2016).

Menurut (Mulyadi, 2015) metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Dalam memperhitungan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.

(20)

Mengacu pada pendapat (Bastian & Nurlela, 2006) harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir. Full costing merupakan metode harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.Harga pokok produksi menurut metode full costing dapat dihitung menggunakan perhitungan berikut ini:

Persediaan produk dalam proses awal XXX Bahan baku yang digunakan XXX Biaya tenaga kerja langsung XXX Biaya overhead pabrik tetap XXX Biaya overhead baprik variable XXX + Persediaan produk dalam proses akhir XXX - Harga Pokok Produksi XXX

(Bastian & Nurlela, Akintansi Biaya, 2006)

Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

(21)

Harga Jual Produk

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Slat, 2013). Sedangkan, harga jual adalah sejumlah biaya yang dikelurkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk di dalam suatu periode akan dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual produk (Adam, 2019)

Penentuan Harga Jual Produk

Penentuan harga jual produk pada suatu perusahaan pada umumnya ditentukan berdasarkan penjumlahan semua biaya baik yang bersifat produksi maupun non produksi. Keputusan penentuan harga adalah keputusan manajemen tentang apa yang harus dibebankan kepada produk atau jasa (Horngren, Srikant, &

George, 2008). Penetapan harga jual yang dilakukan manajer harus menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang maupun jasa dan ditambah persentase laba yang diinginkan perusahaan. oleh sebab itu untuk mencapai suatu laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang perlu dilakukan untuk menarik suatu minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga produk dengan tepat untuk dijual (Waryanto, R, & Nasrulloh, 2014).

(22)

Salah satu metode yang biasa digunakan untuk menentukan harga jual yaitu metode cost plus pricing. Metode cost plus pricing merupakan metode penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.

Harga Jual = Biaya total + Margin

Referensi

Dokumen terkait

Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya

Merencanakan dan melakukan administrasi perkara, mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan

(1) Paban III/Latga dijabat oleh seorang Perwira Menengah TNI berpangkat Kolonel (M), sebagai pembantu utama Asops Panglima TNI di bidang latihan gabungan

23 Yayat dan Acep Komara, Op. 24 Achmad Slamet dan Sumarli, Op.. 1) Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

1) Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penggolongan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual. 2) Fungsi pemasaran, yaitu

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

Hasil penelitian terhadap 41 jajanan pasar yang dijual di enam pasar Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta sebanyak 15 sampel mengandung rhodamin B, yaitu: 42,86% di pasar Kadipolo,