• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NUMERIK STABILITAS LERENG DENGAN DRAINASE HORISONTAL KARENA RAPID DRAWDOWN UNTUK BERBAGAI KEMIRINGAN (178G)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NUMERIK STABILITAS LERENG DENGAN DRAINASE HORISONTAL KARENA RAPID DRAWDOWN UNTUK BERBAGAI KEMIRINGAN (178G)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NUMERIK STABILITAS LERENG DENGAN DRAINASE HORISONTAL KARENA RAPID DRAWDOWN UNTUK BERBAGAI KEMIRINGAN

(178G)

M. Farid Ma’ruf

1

1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37, Jember Email: farid.teknik@unej.ac.id

ABSTRAK

Kestabilan lereng bendungan berada pada kondisi kritis pada saat terjadi permukaan air surut secara cepat (rapid drawdown). Sehingga berbagai usaha dilakukan agar pada kondisi tersebut tidak terjadi longsor. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan drainase horisontal sehingga tekanan air pori dapat lebih cepat terdisipasi ketika muka air turun. Analisis numerik dilakukan untuk melihat stabilitas lereng bendungan dengan menggunakan drainase horizontal pada kondisi rapid drawdown. Simulasi dilakukan untuk berbagai kemiringan lereng bendungan dengan bantuan PLAXIS 2D. Hasil simulasi menunjukkan bahwa drainase horisontal mampu memberikan peningkatan stabilitas lereng pada saat rapid drawdown, terutama ketika lereng bendungan relatif landai. Sementara jika lereng bendungan curam, drainase horisontal kurang bermanfaat.

Kata kunci: stabilitas lereng, rapid drawdown, drainase horisontal

1. PENDAHULUAN

Rapid drawdown atau penurunan muka air permukaan secara cepat merupakan salah satu kondisi kritis yang harus diperhatikan pada saat menganalisis stabilitas lereng suatu bendungan atau tanggul sungai. Penurunan muka air secara tiba-tiba akan mengubah kesetimbangan gaya di tubuh bendungan. Lereng bagian hilir tubuh bendung yang sebelumnya mendapatkan tekanan dari air sebagai penyeimbang tekanan air pori tiba-tiba kehilangan tekanan tersebut. Sementara tekanan air pori di dalam tubuh bendung tidak dapat turun secepat penurunan muka air sehingga menyebabkan terbentuknya tekanan air pori berlebih (excess pore pressure) yang pada akhirnya menyebabkan lereng menjadi tidak stabil (Alonso dan Punyol, 2009).

Kestabilan lereng pada saat rapid drawdown dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kemiringan lereng, karakteristik tanah, konduktivitas hidraulik (Viratjandr dan Michalowski, 2006), kuat geser unsaturated, serta kecepatan penurunan muka air (Souliyavong, dkk. 2012). Peneliti terakhir menyatakan lereng dam di bagian hulu yang memiliki permeabilitas lebih tinggi cenderung lebih stabil ketika rapid drawdown terjadi. Namun demikian semakin tinggi permeabilitas berarti semakin besar angka pori dan sekaligus semakin kecil tingkat kepadatan tanahnya. Pada kondisi normal, lereng akan semakin stabil seiring dengan peningkatan tingkat kepadatan.

Usaha untuk mengurangi bahaya longsor pada saat rapid drawdown banyak dilakukan. Penurunan kelandaian lereng merupakan cara konvensional yang sering digunakan. Zomorodian dan Abodollahzahdeh (2010) dan Moharrami, dkk. (2013) menggunakan drainase horisontal di lereng hilir untuk meningkatkan stabilitas lereng ketika rapid drawdown terjadi. Simulasi numerik menunjukkan bahwa penambahan drainase horisontal tersebut mampu menurunkan tekanan air pori berlebih dan meningkatkan stabilitas lereng. Namun demikian juga terjadi peningkatan debit air yang mengalir melalui tubuh bendungan. Panjang drainase bukan merupakan parameter yang secara signifikan mempengaruhi stabilitas lereng.

Uraian di atas memperlihatkan pentingnya stabilisasi lereng pada saat rapid drawdown. Drainase horisontal mampu meningkatkan stabilitas lereng namun juga meningkat debit air yang mengalir melalui tubuh bendung. Sehingga kombinasi drainase horisontal dengan usaha lain perlu dilakukan. Artikel ini akan mensimulasikan stabilitas lereng pada kondisi rapid drawdown dengan melakukan variasi kemiringan lereng dan kecepatan penurunan muka air.

Pengaruh drainase horisontal juga diperhitungkan pada setiap kemiringan lereng.

2. DRAINASE HORISONTAL UNTUK STABILISASI LERENG

Drainase horisontal banyak digunakan untuk stabilisasi lereng alami. Tujuannya adalah untuk mengalirkan air tanah

keluar dari lereng sehingga tanah tetap kering. Keberhasilan drainase horisontal untuk stabilisasi lereng dipengaruhi

oleh lokasi, panjang, dan jarak drainase selain karakteristik tanah dan geometri lerengnya. Rahardjo, dkk. (2003)

mengevaluasi efektifitas drainase horisontal berdasarkan data-data lapangan dan membandingkannya dengan

(2)

simulasi numerik. Evaluasi tersebut menghasilkan rekomendasi bahwa drainase horisontal akan efektif jika diletakan di bawah muka air tanah, sehingga mampu menurunkan muka air tanah tersebut. Drainase horisontal kurang signifikan untuk meminimasi infiltrasi pada lereng unsaturated.

Pada bendungan, drainase horisontal biasanya diletakkan pada kaki bagian hilir untuk merubah arah aliran air tanah dan mencegah piping yang merupakan awal dari longsor di lereng hilir. Malekpour, dkk. (2012) berdasarkan pengujian model fisik bendungan berkesimpulan bahwa panjang drainase horisontal di kaki tersebut kurang signifikan dalam mempengaruhi stabilitas lereng di sisi hulu. Tebal dan panjang drainase merupakan parameter yang saling berkaitan yang menentukan efektifitas dari drainase tersebut.

Drainase horisontal pada lereng hulu memiliki tujuan berbeda dengan di lereng hilir maupun untuk lereng alami. Di lereng hulu, drainase horisontal bertujuan untuk mempercepat air mengalir dari tubuh bendung di atas drainase.

Ketika permukaan air turun dengan cepat, air di tubuh bendung di atas drainase juga ikut keluar melalui drainase horisontal. Akibatnya pembentukan tekanan pori berlebih dapat diminimasi.

3. METODE ANALISIS

Metode elemen hingga dengan menggunakan software PLAXIS akan dimanfaatkan untuk menganalisis masalah stabilitas lereng pada kondisi rapid drawdown. Perilaku tanah dimodelkan dengan menggunakan model elastis plastis Mohr Coulomb. Sedangkan faktor keamanan dihitung dengan menggunakan phi/c reduction. Perhitungan tersebut mirip dengan perhitungan faktor keamanan di metode irisan. Pada metode phi/c reduction, tan φ (sudut geser dalam) dan kohesi c akan tereduksi secara gradual sampai runtuh terjadi. Pengali total ∑Msf digunakan untuk mendefinisikan kuat geser tanah pada langkah dimana perhitungan sedang dilakukan. ∑Msf dihitung dengan menggunakan persamaan:

tereduksi input tereduksi

input

c Msf c

tan tan tan

tan =

∑ = φ φ (1)

Dimana pembilang adalah nilai parameter yang diinputkan, sedangkan pembagi adalah nilai parameter yang tereduksi pada saat perhitungan. Faktor keamanan merupakan ∑Msf pada saat terjadi runtuh.

4. MODEL GEOMETRIK

Bendungan urugan sederhana yang terdiri atas inti di tengah dan badan bendung di sebelah luar digunakan untuk simulasi. Model geometriknya disajikan seperti Gambar 18, dimana tinggi bendung H dan tinggi muka air h masing- masing adalah 30 m dan 25 m. Lebar dasar tubuh bendung bervariasi tergantung kemiringan lereng. Kemiringan lereng didefinisikan dengan menggunakan parameter kemiringan lereng R yang merupakan rasio antara H dan L.

Drainase horisontal diletakkan pada ketinggian 20 m dan 15 m. Sementara parameter yang digunakan untuk simulasi disajikan pada Tabel 1.

Gambar 18. Lay out model geometrik

5. HASIL SIMULASI

Rapid drawdown dilakukan dalam berbagai skenario dengan penurunan muka air setinggi 20 m dari muka air awal.

Setiap skenario dibedakan oleh waktu penurunan muka air. Pemilihan variasi waktu penurunan mengacu pada

terminologi “rapid” dimana penurunan dinyatakan sebagai rapid drawdown jika lajunya lebih besar dari 1 m/hari

(Alonso dan Punyol, 2009). Variasi waktu penurunan muka air yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, dan 50 hari.

(3)

Tabel 1. Parameter untuk pemodelan

Inti Urugan Tanah dasar

Model material Mohr coulomb Mohr coulomb Mohr coulomb

Tipe drainase Undrained Drained Drained

γ

unsat

(kN/m

3

) 16 16 17

γ

sat

(kN/m

3

) 18 20 21

Modulus young (kN/m

2

) 1.5e10

3

2.0e10

4

5.0e10

4

Angka poisson 0.35 0.33 0.3

Kohesi (kN/m

2

) - 5.0 1.0

Kuat geser undrained (kN/m

2

) 5.0

Sudut geser (

o

) 31 35

Sudut dilatansi (

o

) 1.0 5.0

Permeabilitas horisontal m/hr 1.0e10

4

0.25 0.001

Permeabilitas vertikal m/hr 1.0e10

4

0.25 0.001

Studi parametrik dilakukan dengan melakukan simulasi untuk berbagai kemiringan lereng. Rentang variasi rasio kemiringan lereng adalah 1.9, 2.2, 2.6. 2.9, dan 3.2. Pada setiap kemiringan lereng, simulasi dilakukan dengan berbagai skenario rapid drawdown dan kondisi air normal sebagai kontrol.

Sebagai langkah awal, simulasi dilakukan untuk melihat apakah terminologi - . hanya merupakan fungsi waktu atau merupakan fungsi tinggi penurunan muka air juga. Untuk mengevaluasi masalah tersebut, simulasi dilakukan dengan menggunakan variasi waktu dan tinggi penurunan muka air. Hasil simulasi (Gambar 19) menunjukkan bahwa pada saat laju penurunan muka air 1 m/hr namun dengan ketinggian penurunan yang berbeda akan memberikan faktor keamanan yang berbeda. Ketinggian penurunan sebesar 20 m dan 5 m akan memberikan faktor keamanan 1.1 dan 1.3 secara berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa rapid drawdown merupakan fungsi dari laju dan ketinggian penurunan muka air. Namun demikian, tinggi penurunan muka air perlu diteliti lebih lanjut apakah merupakan tinggi mutlak atau merupakan rasio antara tinggi penurunan terhadap tinggi bendungan.

a. Tinggi penurunan muka air tetap b. Waktu penurunan muka air tetap Gambar 19. Angka keamanan untuk berbagai waktu dan ketinggian penurunan muka air (R = 2.6)

Sementara itu, untuk ketinggian penurunan muka air yang sama, semakin cepat laju penurunan muka air, maka lereng di hulu bendung akan semakin tidak stabil. Pada saat ketinggian penurunan muka air berubah, laju penurunan muka air juga memberikan perubahan stabilitas lereng. Namun demikian, besarnya penurunan muka air juga memberikan konstribusi terhadapa perubahan tersebut. Semakin kecil penurunan muka air, semakin stabil lereng hulu tubuh bendung. Pengaruh ketinggian penurunan muka air dapat diassosiasikan dengan panjang garis aliran air tanah. Semakin besar penurunan muka air, semakin panjang garis aliran. Sehingga semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh air di dalam pori tanah untuk mengalir. Akibatnya, semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya dissipasi tekanan air pori.

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

air normal air surut 50ht - 20m air surut 20 hr - 20m air surut 15 hr - 20 m air surut 10 hr - 20 m air surut 5 hr 20 m

ΣMsf

|u| m Tanpa drainase horisontal

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

air normal air surut 5 hr - 5 m air surut 5 hr - 10 m air surut 5 hr - 15 m air surut 5 hr - 20 m

ΣMsf

|u| m

(4)

Gambar 20. Tekanan air pori pada saat air surut 5 hr -20m tanpa drainase horizontal (R = 2.6)

Gambar 21. Tekanan air pori pada saat air surut 5 hr -20m dengan drainase horizontal (R = 2.6)

Gambar 22. Tekanan air pori berlebih pada saat air surut 5 hr -20m tanpa drainase horizontal (R = 2.6)

(5)

Tekanan Air Pori

Tekanan air pori dianggap sebagai parameter yang paling bertanggung-jawab atas penurunan stabilitas lereng ketika rapid drawdown terjadi. Disipasi tekanan air pori yang lambat menyebabkan terbentuknya tekanan air pori berlebih, sehingga lereng menjadi tidak stabil.

Penambahan drainase horisontal akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air pori di tubuh bendung (Gambar 20 dan Gambar 21). Jarak lintasan aliran air di dalam tubuh bendung menjadi lebih pendek sehingga air di atas drainase horisontal menjadi lebih cepat mengalir melalui saluran tersebut. Hal ini menyebabkan disipasi tekanan air pori menjadi lebih cepat.

Terbentuknya tekanan air pori berlebih pada saat rapid drawdown ditunjukkan oleh Gambar 22. Tekanan air pori berlebih terbentuk pada lereng hulu bagian bawah. Kondisi ini menyebabkan daerah tersebut merupakan daerah paling kritis ketika rapid drawdown terjadi. Drainase horisontal mampu mengeliminasi terbentuknya tekanan air pori berlebih (Gambar 23). Sehingga daerah kritis tersebut dapat dihilangkan dan selanjutnya akan membuat lereng lebih stabil dibandingkan jika tanpa drainase horisontal.

Gambar 23. Tekanan air pori berlebih pada saat air surut 5 hr -20m dengan drainase horizontal (R = 2.6)

Gambar 24. Angka keamanan untuk berbagai waktu dan ketinggian penurunan muka air dengan memakai drainase horizontal (R = 2.6)

Faktor Keamanan

Faktor keamanan untuk berbagai skenario rapid drawdown pada R = 2.6 tanpa drainase horisontal sudah ditunjukkan pada Gambar 19 di bagian sebelumnya. Faktor keamanan pada kemiringan yang sama dengan menggunakan drainase horisontal disajikan pada Gambar 24. Gambar tersebut menunjukkan bahwa drainase

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

air normal air surut 50ht - 20m air surut 20 hr - 20m air surut 15 hr - 20 m air surut 10 hr - 20 m air surut 5 hr 20 m

ΣMsf

|u| m Dengan drainase horisontal

(6)

horinsontal mampu meningkatkan faktor keamanan lereng hulu bendung. Peningkatan faktor keamanan yang paling besar terjadi pada kondisi air normal. Pada saat laju penurunan air 4 m/hr (5 hr – 20 m), drainase horisontal dapat meningkatkan faktor keamanan dari lebih kecil dari satu menjadi sekitar 1.1. atau meningkat sekitar 9%. Rata-rata peningkatan faktor keamanan adalah sekitar 12%, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada saat laju penurunan adalah 20 cm/hr.

a. Tanpa drainase horisontal b. Dengan drainase horisontal Gambar 25. Angka keamanan untuk berbagai kemiringan dan kondisi muka air

Variasi faktor keamanan untuk berbagai kondisi ditunjukkan oleh Gambar 25. Pada kondisi tanpa drainase horisonal (Gambar 25a), faktor keamanan akan meningkat seiiring dengan peningkatan rasio kemiringan R pada saat air normal. Dengan kata lain, semakin landai lereng, semakin tinggi faktor keamanan. Peningkatan faktor keamanan terjadi sangat siginifikan pada saat nilai R kecil sampai dengan R mendekati 3. Setelah R lebih besar dari 3, peningkatan faktor keamanan yang terjadi sangat kecil menuju konstan.

Kondisi sebaliknya terjadi pada saat rapid drawdown. Pada rasio kemiringan kecil peningkatan faktor keamanan relatif lebih kecil dibanding pada rasio kemiringan besar. Titik perubahan gradien peningkatan kemiringan terjadi pada R sekitar 2.6.

Sementara itu, selisih faktor keamanan antara kondisi air normal dan rapid drawdown meningkat pada saat rasio kemiringan semakin besar. Dengan istilah lain semakin landai kemiringan, penurunan angka keamanan semakin besar.

Perilaku di atas kemungkinan berkaitan dengan laju dissipasi tekanan air pori. Semakin curam kemiringan lereng, semakin pendek jarak horisontal tubuh bendung. Sehingga semakin cepat juga air mengalir keluar saat terjadi rapid drawdown. Sehingga tekanan air pori berlebih yang terbentuk semakin sedikit.

Laju disipasi air pori juga dapat dikaitkan dengan variasi faktor keamanan lereng ketika ditambahkan drainase horisontal (Gambar 25b). Pada lereng yang curam, drainase horisontal kurang memberikan peningkatan faktor kemanan. Sebaliknya, faktor keamanan meningkat signifikan ketika lereng landai.

Fenomena yang menarik adalah peningkatan faktor keamanan pada rasio kemiringan R kecil untuk kondisi air normal. Seharusnya pada saat air normal tidak terjadi perubahan tekanan air pori. Tekanan air pori berlebih juga tidak terbentuk. Drainase horisontal seharusnya tidak memiliki pengaruh apapun. Namun demikian, faktor keamanan meningkat sangat signifikan pada R kecil. Fenomena ini harus dianalisis lebih mendalam dengan melihat hubungan antara kuat geser, deformasi dan tekanan air pori sehingga diketahui mekanisme yang terjadi.

Variasi peningkatan faktor keamanan terhadap kemiringan lereng dapat dilihat di Gambar 26. Pada kondisi air normal, peningkatan faktor keamanan menurun dengan semakin landainya lereng tubuh bendung (R mengecil) sampai dengan R mendekati 3 kemudian cenderung konstan. Sedangkan pada kondisi rapid drawdown, peningkatan tersebut cenderung tinggi ketika R semakin besar.

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4

air normal air surut 50ht - 20m air surut 20 hr - 20m air surut 15 hr - 20 m air surut 10 hr - 20 m air surut 5 hr 20 m

ΣMsf

Rasio kemiringan

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4

air normal air surut 50ht - 20m air surut 20 hr - 20m air surut 15 hr - 20 m air surut 10 hr - 20 m air surut 5 hr 20 m

ΣMsf

Rasio kemiringan

(7)

Gambar 26. Besar peningkatan faktor keamanan untuk berbagai kondisi

6. DISKUSI

Stabilitas lereng, baik natural maupun buatan manusia, sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori. Pada lereng natural, drainase horisontal digunakan untuk mengurangi jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Sehingga tekanan air pori tidak meningkat. Sebaliknya, drainase horisontal pada bendungan dimanfaatkan untuk mempercepat aliran air dari tanah diatas saluran drainase. Sehingga tekanan air pori lebih cepat terdrainase dan tekanan air pori berlebih tidak terbentuk.

Namun demikian, drainase horisontal tidak selalu memberikan peningkatan stabilitas lereng yang signifikan. Pada kondisi rapid drawdown, drainase horisontal meningkatkan stabilitas lereng hulu secara siginifikan pada saat kemiringan tubuh bendung relatif landai. Hal ini terkait dengan panjang aliran air yang harus ditempuh ketika rapid drawdown terjadi. Semakin landai lereng, semakin panjang jarak aliran air. Sehingga semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh air pori untuk terdisipasi. Pada kondisi itu, drainase horisontal secara efektif mampu meningkatkan laju disipasi air pori. Sehingga tekanan air pori berlebih dapat dikurangi.

Perhatian lebih harus diberikan pada keterkaitan antara laju penurunan muka air dan ketinggian penurunan muka air.

Laju penurunan bukan merupakan parameter individu yang menyebabkan penurunan stabilitas lereng pada saat rapid drawdown. Sehingga penelitian lebih lanjut mengenai hubungan dua parameter tersebut menjadi sangat penting. Pengetahuan hubungan antara dua parameter tersebut dapat dijadikan dasar manajemen pengaturan air tampungan dikaitkan dengan stabilitas lereng bendung.

7. KESIMPULAN

Simulasi numerik tentang stabilitas lereng pada saat rapid drawdown sudah dilakukan dengan bantungan PLAXIS 2D. Hasil simulasi menunjukkan bahwa drainase horisontal berhasil meningkatkan stabilitas lereng pada saat rapid drawdown. Namun demikian, kelandaian lereng juga mempengaruhi efektifitas peningkatan stabilitas lereng karena drainase horisontal. Semakin landai lereng, semakin besar peningkatan stabilitas lereng yang dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, E., & Pinyol, N. (2009). Slope stability under rapid drawdown conditions. Rainfall-Induced

!!+ !! " #!%!" !  &   &!"!

Picarelli, P. Tommasi, G. Urciuoli and P. Versace. Naples, Italy: Doppiavoce, pp. 11I27

Malekpour, A., Farsadizadeh, D., Hosseinzadeh Dalir, A., & Sadrekarimi, J. (2012). Effect of horizontal drain size on the stability of an embankment dam in steady and transient seepage conditions. Turkish Journal of Engineering & Environmental Sciences, 36(2), 139-152.

Moharrami, A., Hassanzadeh, Y., Salmasi, F., Moradi, G., & Moharrami, G. (2013). Performance of the horizontal drains in upstream shell of earth dams on the upstream slope stability during rapid drawdown conditions.

Arabian Journal of Geosciences, 1-8.

Rahardjo, H., Hritzuk, K. J., Leong, E. C., & Rezaur, R. B. (2003). Effectiveness of horizontal drains for slope stability. Engineering Geology, 69(3), 295-308.

0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5

1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4

air normal air surut 50 hr - 20 m air surut 15 hr - 20 m air surut 10 hr - 20 m air surut 5 hr - 20 m

ΣMsf

Rasio kemiringan lereng R

(8)

Souliyavong, T., Gallage, C., Egodawatta, P., & Maher, B. (2012). Factors affecting the stability analysis of earth dam slopes subjected to reservoir drawdown. In Proceedings of the Second International Conference on Geotechnique, Construction Materials and Environment (pp. 507-512). The GEOMATE International Society.

Viratjandr, C., & Michalowski, R. L. (2006). Limit analysis of submerged slopes subjected to water drawdown.

Canadian Geotechnical Journal, 43(8), 802-814

Zomorodian, S. M. A., and Abodollahzadeh, S. M. (2010). Effect of Horizontal Drains on Upstream Slope Stability

During Rapid Drawdown Condition. International Journal of Geology, 4(4), 85 – 90.

Referensi

Dokumen terkait

(Eulipoa wallacei) meliputi pengetahuan lokal teknik pengambilan telur yang memperhatikan prinsip kelestarian, teknik konservasi in situ yaitu cara pengeraman telur

kompetitif Var R at a- ra ta St d. Nilai Minimum adalah sebesar 24, sedangkan nilai maksimum adalah sebesar 38. Standar Deviasi sebesar 27,90 tersebut menunjukkan

[r]

Melihat rendahnya minat untuk mempelajari matematika yang berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa, maka beberapa upaya yang ada kaitannya dengan

Apabila Islam sebagai sebuah agama yang dijadikan kerangka bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan sistem pendidikan Islam maka sudah barang tentu menjadi penting

Hasil penelitian Misra & Lager (2008), menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakitnya, sehingga dapat

Bagaimana merancang bangunan perpustakaan dengan performance bangunan yang merepresentasikan citra Soekarno, pada kawasan makam Bung Karno di Blitar yang konseptual dan

Jadi rumusan masalah yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran ekonomi dengan diterapkannya asesmen