• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan-gagasan yang disampaikan dapat berupa lisan maupun tulisan, yakni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gagasan-gagasan yang disampaikan dapat berupa lisan maupun tulisan, yakni"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana 2008:24). Berinteraksi antar manusia mengutamakan bahasa sebagai salah satu syarat kelancaran komunikasi yang dijalin antar keduanya. Bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan, bahasa juga digunakan untuk menyampaikan gagasan.

Gagasan-gagasan yang disampaikan dapat berupa lisan maupun tulisan, yakni jika dengan lisan manusia dapat mengungkapkannya secara langsung dari ucapan penutur dan didengarkan oleh mitra tutur. Jika berupa tulisan manusia dapat mengutarakan gagasan tersebut dengan media seperti televisi, surat, media sosial, dan lainnya. Keberadaan media sosial ini membantu masyarakat agar mudah berkomunikasi dengan masyarakat lainnya tanpa melakukan tatap muka secara langsung (face to face) dan bisa menggunakan emotikon yang menunjukkan ekspresi wajah, sikap, atau emosi yang biasa digunakan dalam media sosial, komunikasi elektronik, dan sebagainya.

Keikutsertaan media sosial dalam kehidupan masyarakat memberikan pengaruh tersendiri, salah satunya yakni memudahkan masyarakat saling berinteraksi jarak jauh secara cepat dan mudah sebagai wadah komunikasi dan sosialisasi. Meluasnya suatu koneksi, maka masyarakat merasa lebih mudah untuk saling mengomunikasikan sesuatu dan bebas menyampaikan gagasan kepada siapa, dimana, dan kapan saja. Hal tersebut diakses dengan

(2)

2

menggunakan media sosial berupa Line, WhatsApp, Twitter, Instagram, YouTube, dan sebagainya. Sehingga media sosial sering digunakan oleh masyarakat untuk mempermudah kegiatan sehari-hari yang dapat dijangkau.

Setiap media sosial memiliki kegunaan yang berbeda-beda, seperti halnya YouTube yang telah menjadi salah satu media sosial paling diminati oleh masyarakat di era milenial. YouTube merupakan situs unggah video yang didukung oleh tiga karyawan perusahaan finance online di Amerika Serikat, bernama Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim pada tahun 2005 (Chandra, 2017:407). Sebuah kedai pizza dan restoran Jepang di San Mateo, California menjadi inspirasi terbentuknya nama YouTube tersebut. YouTube melaporkan di blog perusahannya bahwa situsnya menerima empat miliar kunjungan per hari mulai tahun 2011 hingga saat ini yang kian pesat. Pada tahun yang sama, YouTube meluncurkan antarmuka baru yakni kanal video ditampilkan di kolom tengah halaman utama, sama seperti umpan berita situs- situs jejaring sosial dan membuat logo YouTube yang baru berwarna merah gelap.

Saat ini YouTube dapat dikatakan sebagai pengganti televisi karena tayangan televisi juga terunggah pada akun YouTube yang dinamakan sesuai dengan program di televisi. Banyak akun YouTube yang menjadikan seseorang tersebut terkenal karena konten miliknya diminati oleh setiap kalangan, sehingga kontennya dapat masuk di kanal trending atau banyak diakses oleh masyarakat. Para artis juga sedang marak menggunakan YouTube sebagai pekerjaan sampingan jika sedang tidak memiliki job di televisi. Kepopuleran artis di YouTube seolah membentuk pikiran masyarakat

(3)

3

bahwa dengan mudah mengakses kegiatan idolanya melalui unggahannya di YouTube tidak selalu melihat televisi. Hal tersebut menambah minat masyarakat untuk selalu menggunakan YouTube demi mengikuti kegiatan yang dilakukan idolanya.

Setiap media sosial memiliki berbagai fitur sebagai pendukung kelancaran dan meningkatkan kenikmatan penggunanya. YouTube memiliki fitur diantaranya suka/tidak suka, bagikan, unduh, simpan, kolom komentar, dan lainnya yang mempunyai kegunaannya masing-masing. Fitur komentar tidak terdapat pada media konvensional seperti koran atau majalah, inilah salah satu perbedaan antara media online dengan media konvensional (Rusmina, 2018:25). Kolom komentar merupakan wadah untuk para netizen mengkritik atau memberi saran mengenai sesuatu yang dilihatnya dan YouTube termasuk dalam kepemilikan fitur tersebut. Dalam kolom komentar mengandung dua aspek, yaitu aspek positif berupa kata-kata halus dan memberikan dampak semangat atau senang bagi narasumber, sedangkan aspek negatif berupa kata-kata kasar yang kemungkinan menurunkan mental narasumber. Hal tersebut terdapat dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) di setiap unggahan videonya.

Indonesia Lawyers Club (ILC) merupakan sebuah program unggulan tvOne berupa acara talkshow yang dikemas secara interaktif dan komunikatif untuk menyajikan perkara terkait masalah hukum (Anggraeni, 2015:5).

Program tersebut ditayangkan dengan durasi selama 210 menit dan dipandu oleh Karni Ilyas seorang tokoh jurnalis dan pejuang hukum Indonesia.

Program tvOne tersebut juga mengunggah talkshow Indonesia Lawyers Club

(4)

4

(ILC) dalam akun YouTube dengan menggunakan nama yang sama. Hal itu dilakukan agar mempermudah masyarakat untuk menyaksikan ulang tayangan-tayangan yang telah disiarkan di televisi. Adanya akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) mempermudah netizen berkomentar sesuai dengan keinginannya.

Indonesia Lawyers Club (ILC) memiliki episode yang berbeda setiap tayangannya dan memiliki rating tinggi. Salah satu episode yang memiliki rating tinggi, yaitu berjudul “Anies Baswedan di Pusaran Bully” diunggah pada 13 Agustus 2019 di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC).

Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully terdiri dari 4 video potongan atau cuplikan dan 1 video versi lengkapnya. Episode tersebut membahas tentang Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang mengalami bullying atau intimidasi oleh masyarakatnya. Kejadian tersebut tentunya menuai pro dan kontra dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC). Bahasa yang digunakan dalam komentar pun beragam mulai dari komentar membangun, memberi semangat, mendukung, lalu ada pula berupa menjatuhkan, merendahkan, bahkan penghinaan secara fisik menggunakan kata atau kalimat kasar atau pengasaran yang biasa disebut disfemia (Chaer, 2008:144).

Isi kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully menuai pro dan kontra terhadap argumen yang diutarakan oleh narasumber dan netizen. Komentar kontra yang diberikan oleh netizen berupa ujaran disfemia untuk menyampaikan pendapatnya. Berlaku sebaliknya, komentar yang pro menggunakan eufemia

(5)

5

untuk mengutarakan pendapatnya. Komentar yang kontra juga berisikan kalimat membandingkan kinerja Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta periode ini dengan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat sebelumnya, seperti Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini menjabat sebagai Presiden Indonesia periode (2019-2024) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebelumnya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Joko Widodo. Joko Widodo yang sebelumnya menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2012 – 16 Oktober 2014 menjadi Presiden Indonesia periode (2014-2019) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pengganti Joko Widodo untuk menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta pada 19 November 2014 – 9 Mei 2017. Selajutnya, Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta periode (2017-2022).

Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully memiliki isi pembicaraan yang berbeda dari episode lainnya. Gubernur Anies Baswedan menyebutkan beberapa janji kampanye yang dilakukan beberapa diantaranya, yakni membuka 200.000 lapangan kerja baru dengan membangun dan mengaktifkan 44 pos pengembangan kewirausahaan warga untuk menghasilkan pewirausahaan baru selama 5 tahun; mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan; mengendalikan harga kebutuhan pokok dan ketersediaan bahan baku; menghentikan reklamasi teluk jakarta;

membangun pemerintahan yang bersih, modern, dan transparansi; dan rumah DP 0% untuk masyarakat. Selain itu, Anies Baswedan tidak menindaklanjuti program kerja yang sebelumnya dicanangkan oleh Basuki Tjahaja Purnama salah satunya mengenai reklamasi teluk jakarta, bahkan Anies Baswedan

(6)

6

menghentikan dan mencabut Rancangan Peraturan Daeran tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta untuk dikaji lagi.

Menurut Anies, pihaknya ingin membangun kawasan pantai Jakarta dengan mempertimbangkan aspek geopolitik, sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Pada tayangan ini juga menggambarkan situasi debat dan diskusi yang memancing suasana forum menjadi lebih hidup dari penyampaian pendapat yang unik dan berbeda. Bentuk kritikan kepada petinggi-petinggi Negara, sehingga menjadi pencerahan untuk kepentingan bersama. Diskusi di forum Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully berjalan menegangkan, namun tetap memiliki unsue menghibur, humor, dan dinamis sehingga terarah serta tidak kaku dan membosankan.

Pada Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully yang termuat dalam Akun YouTube Indonesia Lawyers Club, Anies Baswedan selaku narasumber utama tidak dapat hadir tepat waktu dikarenakan Beliau sedang ada urusan di tempat lain. Anies Baswedan hadir 20 menit sebelum acara tersebut berakhir.

Saat waktu yang bersamaan, narasumber Irma Suryani dan Adian Napitupulu tidak lagi terlihat menduduki kursi yang disediakan. Hal tersebut menjadi sorotan narasumber dan para netizen untuk berkomentar yang berdisfemia.

Disfemia merupakan istilah dalam bidang bahasa yang digunakan untuk memperkasar suatu makna dari satuan leksikal agar terkesan negatif oleh pembaca dan pendengar. Chaer (dalam Hasan, 2016:5) disfemia merupakan cara untuk mengubah perkataan yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata-kata bermakna kasar. Gejala disfemia ini biasanya dilakukan seseorang saat situasi tidak ramah, menyenangkan, dan bahkan menunjukkan

(7)

7

perasaan kesal. Makna kasar yang dimaksudkan yaitu berupa bentuk-bentuk kebahasannya, seperti kata, frasa, atau bahkan kalimat dan wacana yang mengandung unsur disfemia. Pemakaian disfemia di internet sebagai upaya menggantikan kata atau bentuk lain yang biasanya digunakan untuk menghujat atau menegaskan makna kasar.

Penggunaan disfemia dalam kolom komentar akun sosial media semakin marak terjadi di Indonesia, termasuk pada akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) sebagaimana yang memiliki konten politik identik dengan pro dan kontra. Netizen yang pro akan menuliskan komentar bersifat membangun, yakni dengan setuju pada pendapat narasumber dan memberikan semangat.

Netizen yang kontra akan menuliskan hal sebaliknya, tidak terlepas dari komentar-komentar kasar bahkan hingga menyerang kondisi fisik narasumber yang jelas-jelas tidak ada kaitan dengan topik pembahasan. Hal ini menunjukkan minimnya pemahaman netizen dalam memberikan komentar.

Semakin maraknya disfemia yang digunakan dalam media sosial, maka semakin buruk pula perilaku ujaran masyarakat baik di dunia maya maupun dunia nyata (Bako, 2019:57).

Hakikat penggunaan disfemia memberi dampak kecenderungan tertentu jika dilihat dari nilai rasa, seperti mengerikan, menyeramkan, menjijikkan, menakutkan, dan menguatkan (Bako dkk, 2019:56). Pada kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club terdapat beberapa komentar netizen menuliskan suatu disfemia terhadap konten yang sedang dibahas. Komentar berdisfemia tersebut dilayangkan dengan tujuan melemahkan individu

(8)

8

tertentu bahkan netizen mempunyai kepuasan tersendiri jika menggunakan kata atau kalimat berdisfemia.

Keberlebihan pemakaian disfemia dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully berdampak menimbulkan ujaran kebencian terhadap seseorang. Hal tersebut terjadi karena komentar berdisfemia yang digunakan berhubungan dengan ras, agama, suku, bahkan seksualitas seseorang. Dukungan pembenaran perilaku tersebut dari netizen lainnya mengacu pengguna disfemia merasa benar akan perbuatannya. Ujaran kebencian yang mengandung ungkapan tidak suka bahkan kebencian dari seseorang dengan tujuan tertentu dan berdampak pada tindakan diskriminasi, kekerasan, pembunuhan, dan konflik sosial (Erlinawati, 2016:32).

Menurut Budiawan (2016:221) nilai rasa yang dimunculkan dari penggunaan disfemia pada judul berita berbahasa Indonesia di tvOne diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu nilai rasa menguatkan atau menyangatkan, menakutkan atau mengerikan, memalukan, kasar atau tidak sopan, serta suatu keadaan atau situasi yang ekstrim. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rasa yang ditemukan penulis berbeda dengan penulis lainnya.

Penelitian tentang penggunaan disfemia pernah dilakukan oleh (Prasetyo, 2018) dengan judul Disfemia dalam Kolom Komentar Warganet di Line Today sebagai syarat kelulusan Strata 1 (S1). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kebahasaan disfemia, nilai rasa disfemia yang terdapat pada kolom komentar di Line Today. Berdasarkan hasil penelitian

(9)

9

(Prasetyo, 2018:8) diketahui bahwa bentuk kebahasaan disfemia yang ditemukan dalam penelitian tersebut berupa kata, frasa, klausa. Nilai rasa disfemia yang ditemukan ada dua macam, yaitu yang pertama nilai rasa emotif meliputi nilai rasa menyeramkan, mengerikan, menakutkan, menjijikan, dan menguatkan. Ditemukannya kedua nilai rasa ketabuan yang meliputi membandingkan manusia dengan hewan melalui tingkah laku dan melontarkan suatu hal atau kata-kata tabu yang mencakup organ tubuh berupa fisik maupun kekurangan mental.

Penelitian lainnya dilakukan oleh (Rifa’i, 2012) yang diberi judul Analisis Disfemia Pada Antologi Cerpen Kali Mati Karya Joni Ariadinata dan Penerapannya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.

Penelitian ini membahas tentang (1) bentuk kebahasaan disfemia yang berupa frase endosentris dan frase eksosentris; (2) nilai rasa yang terdapat dalam penelitian, yaitu menyeramkan, mengerikan, menakutkan, menjijikkan, menguatkan untuk menunjukkan usaha, menguatkan untuk menunjukkan kekasaran, dan menguatkan untuk menunjukkan kejengkelan; dan (3) penerapan analisis disfemia pada Antologi Cerpen Kali Maru Karya Joni Ariadinata yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia di SMK, dengan menghasilkan siswa dapat memahami dan membedakan bahasa yang sopan dengan bahasa yang tidak sopan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Hal tersebut berpengaruh pada pengetahuan dan pemahaman budi pekerti para siswa.

Penelitian serupa mengenai disfemia diteliti oleh (Ramadhani, 2017) dengan judul Analisis Bahasa Disfemia dalam Komentar Para Netizen di

(10)

10

Situs Online Detik.com Pada Rubrik. Penelitian ini membahas tentang komentar netizen di Situs Online Detik.com banyak yang menggunakan bahasa disfemia. Terdapat tiga bentuk bahasa disfemia dalam komentar para netizen di situs online detik.com yaitu kata, frasa, dan ungkapan. Bentuk kata terdapat dalam penulisan kata “pelacur”; disfemia bentuk frasa terdapat dalam penulisan frasa “mani banteng”; dan bahasa disfemia dalam bentuk ungkapan terdapat dalam penulisan ungkapan “anjing”.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh (Budiawan, 2016) dengan judul Penggunaan Disfemia Pada Judul Berita Nasional di TV One dengan Pawartos Ngayogyakarta di Jogja TV. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1) penggunaan disfemia hanya berada pada tataran kata saja; 2) nilai rasa pada judul berita di TVOne dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis, sedangkan nilai rasa pada judul berita di Jogja TV dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis saja; 3) disfemian di TV One muncul dalam 5 topik berita, sedangkan dalam berita di Jogja TV ditemukan pada 3 macam topik; 4) penggunaan disfemia pada berita di TV One lebih banyak, lebih ditonjolkan, dan “menyerang” langsung objek yang diberitakannya, sedangkan bentuk disfemia pada berita di Jogja TV tidak. Penelitian tersebut mencondongkan perbedaan antara Judul berita di TVOne dan Jogja TV.

Adapun penelitian ini, peneliti lebih fokus pada analisis disfemia yang penting dilakukan mengingat kebebasan berkomentar dan kebiasaan masyarakat menggunakan bentuk disfemia apalagi mengarah pada ujaran kebencian yang kemudian dapat mengubah cara berbahasa dan perilaku masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh komentar berdisfemia yang terdapat

(11)

11

dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) seperti

“perempuan otak dungu,” tulis salah satu akun bernama M Muhammad dan ada juga komentar “mungkin dia setan,” dari pemilik akun Ahmad Fauzi Lubis. Dua komentar kasar yang dituliskan dari dua akun tersebut termasuk dalam penggunaan disfemia atau ujaran kasar, terlihat dari kata “dungu” yang memiliki arti “bodoh” dan frasa “mungkin dia setan,” yaitu membandingkan antara manusia dengan makhluk gaib. Semestinya komentar tersebut tidak boleh digunakan, karena dapat memberikan rasa menyakitkan bagi narasumber. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk meminimalisir penggunaan disfemia dalam sosial media.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah diuraikan sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk kebahasaan disfemia para netizen dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully?

2) Bagaimana nilai rasa disfemia yang terdapat dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully?

3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully?

(12)

12 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk kebahasaan disfemia para netizen dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully.

2) Mendeskripsikan nilai rasa yang ditimbulkan dari penggunaan disfemia para netizen dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully.

3) Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dalam kolom komentar akun YouTube Indonesia Lawyers Club Episode Anies Baswedan di Pusaran Bully.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat akademik dan praktis antara lain sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap bahasa di Indonesia, terutama dalam kajian semantik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai referensi dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang memfokuskan penelitian mengenai disfemia.

b. Manfaat Praktis

Adapun penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui dan memahami penggunaan disfemia. Penelitian ini juga diharapkan mengambil

(13)

13

keputusan yang kritis dalam melakukan sesuatu hal yang terjadi, sehingga penggunaan disfemia secara tidak langsung dapat berkurang.

1.5 Penegasan Istilah

Demi mencegah pembahasan yang meluas serta menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka perlu adanya beberapa definisi yang perlu ditegaskan dalam penelitian sebagai berikut.

1) Semantik

Semantik merupakan subdisiplin linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.

2) Disfemia

Disfemia memiliki arti pengasaran makna. Disfemia biasanya digunakan dalam situasi tidak menyenangkan dan tidak ramah untuk mengungkapkan kekesalan ataupun ingin mendapatkan atensi/perhatian.

3) Bentuk Kebahasaan Disfemia

Bentuk kebahasaan merupakan satuan gramatikal maupun leksikal yang dibagi menjadi tiga jenis, yakni kata, frasa, dan klausa. Bentuk kebahasaan disfemia dalam hal ini berupa kata, frasa, dan klausa yang memiliki nilai kasar, tidak sopan, ataupun tabu.

4) Nilai Rasa

Nilai rasa merupakan kesan-kesan atau asosiasi bersifat emosional yang terdapat dalam suatu ujaran.

5) Netizen

(14)

14

Netizen atau biasa disebut warganet (warga internet), orang yang aktif menggunakan internet.

6) YouTube

YouTube merupakan media sosial berisikan berbagai video yang diunggah oleh pengguna akun YouTube.

Referensi

Dokumen terkait

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang

3.8 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks naratif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait legenda

Dari beberapa uraian permasalahan yang teridentifikasi, fokus penelitian pada tahap kedua ini adalah menekankan pentingnya pencatatan akuntansi pada setiap transaksi

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD kelas V, salah satu keterampilan menyimak yang harus dikuasai oleh siswa adalah kemampuan mengidentifikasi suatu cerita

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

1) Tugas Timcil adalah merumuskan materi DIM Khusus RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang dilimpahkan oleh Rapat kerja Pansus dan/atau Panja.

Dari uraian di atas dapat diungkapkan bahwa (1) tingkat diversifikasi sumber pendapatan rumahtangga bervariasi menurut lokasi (Jawa dan Luar jawa) maupun status rumahtangga (petani