• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MUSTAHIK (STUDI KASUS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA MEDAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MUSTAHIK (STUDI KASUS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA MEDAN)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONAL KOTA MEDAN)

OLEH

SRI MULIAWATI 150501034

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Kota Medan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pendistribusian Zakat Produktif terhadap tingkat pendapatan Mustahik di Kota Medan. Pada mulanya Zakat produktif digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi pengusaha menengah ke bawah yang akan berdampak pada tingkat pendapatan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis dekriptif dengan sampel jenuh. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik Puposive Sampling.

Metode penelitian yang digunakan adalah penyajian data, reduksi data, verifikasi dan triangulasi. Sampel dari penelitian ini merupakan Mustahik yang merupakan penerima Zakat Produktif. Sumber data yang diperoleh dari pengelola, staff distribusi dan 14 Mustahik Zakat Produktif BAZNAS Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Zakat Produktif terhadap mustahik mengalami peningkatan pendapatan setelah menerima zakat senilai 0,5% dan kecukupan zakat yang diberikan meningkat sebesar 0,6%.

Pengaruh pemberian Zakat Produktif terhadap Mustahik belum terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan masih ada yang belum terpenuhi kecukupan sehari-hari, serta tata kelola pinjaman masih perlu diberi pelatihan. Zakat yang seharusnya digunakan untuk membantu pengembangan usaha, sebagian masih dijadikan sebagai pembeli kebutuhan konsumtif.

Kata Kunci : Distribusi, Zakat Produktif, Mustahik, Pendapatan, BAZNAS Kota Medan

(6)

This research was conducted at the Medan City BAZNAS which aims to determine the effect of the distribution of productive Zakat on the level of income in Medan City. In the beginning, productive Zakat was used as additional business capital for middle and lower entrepreneurs which would have an impact on income levels.

The type of research used is descriptive analysis with saturated samples.

The research sample was taken using the Purposive Sampling technique. The research method used is data presentation, data reduction, verification and triangulation. The sample of this study is Mustahik who is a recipient of Productive Zakat. Sources of data obtained from managers, distribution staff and 14 Productive Zakat BAZNAS Medan City.

The results showed that the effect of Productive Zakat on mustahik increased income after receiving zakat worth 0.5% and the adequacy of zakat given increased by 0.6%.

The effect of giving Productive Zakat on Mustahik’s income is not too significant. This is because there are still daily needs that have not yet been met, and loan management still needs training. Some of the zakat that is supposed to be used to help business development is still used as a buyer for consumer needs.

Keywords: Distribution, Productive Zakat, Mustahik, Income, BAZNAS Medan City

(7)

Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik (Studi Kasus : Badan Amil Zakat Nasional Kota Medan)”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orangtua yang tersayang Ayahanda Supardi serta Ibunda Muliati.

Semoga Allah selalu melindungi & mengasihi mereka sebagaimana mereka selalu mengasihi saya.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Serta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, nasehat serta saran dalam menghadapi masa perkuliahan.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst,SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji I yang membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. M. Syafii, SE, S.Pd. M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini. Serta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, nasehat serta saran dalam menghadapi masa perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

8. Saudara kandung saya, Hadi Pra Yoga dan Hadi Pra Yogi yang telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat terbaik penulis yaitu Lingkaran AAC (Bena Trisna, Nisa Yulizar, Saidatul Faizah, Ainun Mardhiah, Hasnah Hasibuan, Shofiyah Rosyidah, Putri Nirmala, Nurul Fadhilah, Yuna Novianti) EP Berkah ( Dyayuna Ulfa, Sabda Satriadli, Rahmat Fajri Tambak, Muhammad Faisal) dan yang selalu mendukuung dan menyemangati serta membantu proses penyusunan skripsi ini.

(8)

Tri Buana, Syafinatun Nazariah, Anggi Rizky Siregar, Syafri Diani dan Asmi Azhara yang turut mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.

13. Keluarga Pedang 2015 yang telah membersamai melaksanakan amanah dari awal hingga sekarang.

14. Keluarga besar UKMI Ad-Dakwah yang memberi saya segala pelajaran dan perjalanannya.

15. Keluarga Cahaya L-MAI 2019 tempat saya melanjutkan perjalanan panjang.

16. Nasi Kampus tempat saya belajar untuk memulai sebagai wirausaha.

17. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman EP FEB USU’15 yang telah mendukung dan memberikan kritik dan sarannya selama pengerjaan skripsi ini dalam menyelesaikan tugas akhir.

18. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Januari 2020 Penulis

Sri Muliawati NIM 150501034

(9)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ... viii

DAFTAR GAMBAR... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Hutang Bagi Kaum Dhuafa ... 7

2.2 Zakat ... 8

2.2.1 Pengertian Zakat ... 9

2.2.2 Jenis Harta Zakat ... 11

2.2.3 Penerima Zakat ... 12

2.3 Peranan Zakat terhadap Keseimbangan Perekonomian ... 14

2.3.1 Zakat Diambil secara Vertikal dan Horizontal .. 14

2.3.2 Zakat Berpengaruh dalam Permintaan Ekonomis ... 14

2.3.3 Pengaruh Zakat pada Tingkat Permintaan ... 15

2.4 Zakat Produktif ... 15

2.4.1 Perbedaan Zakat Produktif Dan Zakat Konsumtif ... 17

2.5 Pendapatan ... 20

2.6 Penelitian Terdahulu ... 22

2.7 Kerangka Konseptual... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... ... 28

3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Jenis Data ... 30

3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5 Defenisi Operasional ... 32

(10)

4.1.2 Gambaran Umum BAZNAS Kota Medan ... 37

4.2 Karakter Responden ... 40

4.2.1 Jenis Kelamin ... 40

4.2.2 Umur ... 42

4.2.3 Pendidikan ... 42

4.2.4 Lama Usaha ... 43

4.2.5 Jumlah Tanggungan ... 43

4.2.6 Jenis Usaha ... 44

4.2.7 Pendapatan sebelum Menerima Zakat ... 44

4.2.8 Pendapatan setelah Menerima Zakat ... 45

4.2.9 Peningkatan Pendapatan ... 46

4.2.10 Jumlah Zakat yang diterima ... 47

4.2.11 Cara Mendapatkan Zakat Produktif ... 47

4.2.12 Pelatihan Usaha ... 48

4.2.13 Frekuensi Pengawasan Usaha ... 49

4.2.14 Kecukupan Zakat ... 50

4.2.15 Kelancaran Pembayaran ... 51

4.2.16 Pelayanan Distributor ... 51

4.2.17 Jangka Waktu Pengembalian ... 52

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

4.3.1 Bentuk Kontribusi BAZNAS Kota Medan Dalam upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Zakat Produktif UMKM/Mikro ... 53

4.3.2 Dampak Kontribusi BAZNAS Kota Medan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Zakat Produktif UMKM/Mikro ... 54

4.3.3 Hambatan Kontribusi BAZNAS Kota Medan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Zakat Produktif UMKM/Mikro ... 55

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

(11)

3.1 Tabel Jumlah Sampel Berdasarkan Jumlah Populasi ... 29

4.1 Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.2 Karakter Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.3 Karakter Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 42

4.4 Karakter Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 43

4.5 Karakter Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 44

4.6 Karakter Responden Berdasarkan Pendapatan Sebelum Menerima Zakat Produktif ... 44

4.7 Karakter Responden Berdasarkan Pendapatan Setelah Menerima Zakat Produktif ... 45

4.8 Karakter Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan ... 46

4.9 Karakter Responden Berdasarkan Jumlah Zakat Yang Diterima 47 4.10 Karakter Responden Berdasarkan Cara Mendapatkan Bantuan Zakat Produktif ... 48

4.11 Karakter Responden Berdasarkan Pelatihan Usaha yang diberikan BAZNAS Kota Medan ... 49

4.12 Karakter Responden Berdasarkan Frekuensi Pengawasan yang diberikan BAZNAS Kota Medan ... 49

4.13 Karakter Responden Berdasarkan Kecukupan Zakat yang diberikan BAZNAS Kota Medan ... 50

4.14 Karakter Responden Berdasarkan Kelancaran Pembayaran Pinjaman ... 51

4.15 Karakter Responden Berdasarkan Pelayanan Distributor terhadap Mustahik ... 51

4.16 Karakter Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Pinjaman ... 52

(12)

4.1 Struktur Organisasi BAZNAS Kota Medan ... 39 4.2 Diagram Karakteriktik berdasarkan Umur ... 41 4.3 Grafik Pendapatan Sebelum dan Sesudah mendapat Zakat ... 46

(13)

2. Panduan Wawancara Wakil Ketua II Bagian Penditribusian Zakat

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia.

Berdasarkan data yang dilansir oleh The Pew Forum on Religion & Public Life, penganut agama Islam di Indonesia sebesar 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk. Jumlah itu merupakan 13,1 persen dari seluruh umat muslim di dunia. (databoks.katadata.co.id,2016)

Kesadaran masyarakat muslim di Indonesia untuk membayar zakat dinilai masih rendah. Badan Amil Zakat Nasional mencatat, potensi penerimaan zakat di Indonesia pada tahun 2010, berdasarkan penelitian, mencapai 217 Triliun. Jika dikalkulasikan dengan penambahan penduduk dan PDB, maka potensi tersebut bisa mencapai 286 Triliun pada 2016. Realisasi penghimpunan zakat masih kecil.

Pada tahun 2016 zakat yang diserahkan ke Baznas atau pun badan penerima zakat yang diakui pemerintah baru mencapai angka Rp 3,7 triliun atau hanya Rp 1,3 persen dari potensinya. (nasional.kompas.com,2016)

Setiap tahunnya pengumpulan zakat terus mengalami peningkataan. Pada tahun 2010, zakat yang diperoleh sekitar Rp217 trilun dan terus mengalami peningkatan di 2016 yang menyentuh angka Rp 286 triliun. Lembaga amil zakat semakin berkembang dari tahun ke tahun. Dampaknya, penghimpunan dana zakat dari masyarakat semakin meningkat. Potensinya besar tapi baru 5 persen dari lembaga zakat seluruh Indonesia, jadi sangat jauh dengan realisasi.

(republika.co.id,2017)

(15)

Bagi negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, dana yang terkumpul dari zakat bisa menjadi sumber penggerak perekonomian. Pada tahun 2018 jumlah total zakat fitrah dan infak yang masuk melalui Baznas Pusat sudah mencapai Rp60 miliar. Angka tersebut naik sekitar 65 persen dari perolehan pada periode sama tahun 2017 yang mencapai Rp36,38 miiar. Adapun target yang ditetapkan Baznas Pusat sebelum Ramadan 2018 bergulir adalah kenaikan sebesar 45,7 persen menjadi sekitar Rp54 miliar.

Pengentasan kemiskinan dengan menggerakkan perekonomian mulai berjalan dan akan menjadi prioritas Baznas dalam menyalurkan zakat. Adapun penyaluran zakat untuk layanan kesehatan menjadi yang terbesar 31,9 persen, disusul layanan sosial 25,7 persen, pendidikan 19,3 persen, ekonomi 15,3 persen, dan keagamaan 7,8 persen. Baznas memasang target untuk meningkatkan penyaluran zakat masyarakat dalam bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi sekitar 40 persen.

Salah satu bentuk program Baznas untuk mengentas kemiskinan adalah dengan dibentuknya Baznas Microfinance, yang telah diluncurkan pada Maret 2018 untuk mencegah masyarakat miskin yang ingin berusaha meminjam dana kepada rentenir. Baznas Microfinance memasang target untuk membantu pendanaan sekitar 4.000 pelaku usaha mikro di seluruh Indonesia hingga akhir 2018. (beritagar.id,2018)

(16)

Hasil penelitian Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS tentang Efektivitas Program Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat BAZNAS Pusat Tahun 2018, menunjukkan bahwa berbagai program pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZNAS pusat tahun 2018 telah berhasil dalam banyak hal. Pertama, meningkatkan penghasilan mustahik rata-rata sebesar 97,88%, atau mendekati 100%. Kedua, secara signifikan memperbaiki tidak hanya kesejahteraan ekonomi mustahik, tetapi juga kesejahteraan spiritual (keislaman) mustahik, tingkat pendidikan dan kesehatan mustahik dan kemandirian ekonomi mustahik.

Ketiga, mengentaskan 28% mustahik dari garis kemiskinan. Keempat, bisa memperpendek 3,68 tahun dari waktu yang diperlukan untuk mengentaskan mustahik dari garis kemiskinan versi BPS, yang berarti jika tanpa zakat, waktu pengentasan kemiskinan menjadi 3,68 tahun lebih lambat. Kelima, meningkatkan penghasilan mustahik hingga melampaui garis Kebutuhan Pokok Minimal pada 36% mustahik. Keenam, BAZNAS berhasil meningkatkan penghasilan mustahik hingga melampaui garis nishab zakat pada 26% mustahik dengan standar nishab emas dan 23% mustahik dengan standar nishab beras, yang berarti bahwa mustahik tersebut telah dientaskan dari kemiskinan sedemikian rupa sehingga yang bersangkutan telah berubah status menjadi seorang muzakki.

Pengumpulan zakat di Indonesia selama 5 tahun terakhir telah tumbuh dengan rata-rata tahunan lebih dari 24 persen per tahun, jauh di atas rata-rata tahunan pertumbuhan ekonomi nasional untuk periode yang sama yaitu sedikit di atas 5 persen. Pengumpulan ZIS secara nasional yang masih dalam proses

(17)

penghitungan, diperkirakan bisa melampaui target Rp 8 triliun. Meski demikian, jumlah tersebut hanyalah 3,5% saja dari perkiraan potensi zakat nasional tahun 2018 sebesar 1,5% PDB atau sekitar Rp 230 triliun. (baznas.go.id,2019)

Potensi zakat yang ada di Kota Medan belum dikelola secara maksimal.

Padahal umat Islam di ibukota Provinsi Sumatera Utara ini merupakan pemeluk agama mayoritas. Hakekatnya potensi zakat di Kota Medan bisa mencapai Rp3 triliun setiap tahun. Bahkan capaian secara nasional bisa mencapai lebih dari Rp200 triliun. Karena itu diharapkan kepada Baznas untuk semakin giat melaksanakan sosialisasi kepada umat Islam untuk menunaikan zakat sebagai salah satu kewajiban Islam melalui badan amil. Kemudian mengajak para pen- yuluh non-PNS sebagai ujung tombak pembinaan keagamaan untuk lebih pro- aktif menyosialisasikan zakat kepada masyarakat(harian.analisadaily.com,2018)

Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Sumatera Utara menyalurkan pemberian modal bergulir tanpa bunga melalui tujuh Baznas kabupaten/kota se- Sumatera Utara tahun 2018 sebesar Rp 700 juta. Masing-masing menerima Rp 100 juta. Tujuh Baznas kabupaten/kota itu adalah Baznas Kabupaten Mandailing Natal, Baznas Kabupaten Batubara, Baznas Kabupaten Tapanuli Utara, Baznas Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Baznas Kabupaten Toba Samosir, Baznas Kabupaten Padanglawas dan Baznas Kota Pematangsiantar. Oleh karenanya pada tahun 2018, jumlah yang telah disalurkan Baznas Provinsi Sumatera Utara melalui Baznas kabupaten/kota sebesar Rp 1,2 miliar. (medanbisnisdaily.com,2018)

Pemerintah Kota Medan menyalurkan zakat kepada 4.500 warga kurang mampu yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Medan, yaitu Medan Belawan,

(18)

Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Timur dan Medan Johor.

Adapun zakat yang disalurkan tersebut dalam bentuk paket dimana masing- masing paket berisi beras 5 kg, gula pasir 2 kg, minyak goreng kemasan 1 liter serta uang tali asih. (medanbisnisdaily.com,2019)

Pada tahun 2018-2019, produk zakat produktif di BAZNAS Kota Medan sudah tidak di buka lagi. Melihat dari tahun sebelumnya, jumlah mustahik yang menerima zakat produktif jumlahnya hanya sedikit, yaitu 14 orang mustahik. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi pihak BAZNAS terhadap masyarakat terkait produk dari Zakat Produktif ini. Selain itu, penggunanan dana ini masih digunakan secara konsumtif. Maka dari itu, zakat produktif ini kurang populer di masyarakat.

Potensi dan peranan zakat di Kota Medan menggambarkan bagaimana pengaruh potensi dan peranan Zakat yang ada dimasyarakat yang meliputi bagaimana pengaruh Zakat terhadap kesejahteraan Mustahik, potensi Zakat, pengaruh bantuan pinjaman dan modal dan pengaruh bantuan pendayagunaan Zakat untuk para Mustahik. Untuk itu diperlukan penelitian yang melihat sejauh mana pengaruh distribusi dan peranan Zakat dalam mensejahterakan Mustahik di Kota Medan. Jadi bisa dilihat apakah pendistribusian Zakat Produktif mampu mensejahterakan para Mustahik yang berdomisili di Kota Medan.

Berdasarkan dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MUSTAHIK DI KOTA MEDAN”

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah ; Apa pengaruh pendistribusian Zakat Produktif terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh Pendistribusian Zakat Produktif terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Zakat khususnya mengenai Zakat Produktif bagi masyarakat.

2. Memberikan gambaran tentang Zakat Produktif yang memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan Mustahik di Kota Medan 3. Sebagai bahan studi literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada

sebelumnya.

4. Dapat dijadikan bahan masukan oleh BAZNAS Kota Medan untuk lebih mengoptimalkan pendistribusian Zakat Produktif untuk meningkatkan tingkat pendapatan Mustahik.

5. Sebagai pelengkap bagi penyelesai pendidikan jejang sarjana.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutang Bagi Kaum Dhuafa

Dalam agama Islam, disebutkan ada beberapa dalil tentang hukum piutang dan selama bertujuan baik untuk membantu atau mengurangi kesusahan maka hukumnya jaiz atau boleh. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dalam surat Al-Baqarah ayat 245 yang artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”

Berhutang sendiri bukanlah merupakan dosa dan bukan perbuatan yang tercela jika seseorang yang berhutang tersebut menggunakan apa yang dihutangnya sesuai dengan kebutuhannya. Namun, dalam hal ini Islam juga tidak membenarkan untuk gemar berhutang dan tidak bisa mengendalikan diri untuk selalu berhutang. Hendaknya anda mengetahui hukum tidak membayar hutang agar tidak mudah melakukan hutang.

Dalam Islam, ada contoh hutang piutang yang dilakukan oleh Rasulullah Shallalluhu „Alaihi Wasallam. Pada saat itu, beliau pernah berhutang kepada seseorang Yahudi dan Beliau melunasi hutangnya dengan memberikan sebuah baju besi yang telah Beliau gadaikan. Seperti yang diriwayatkan dalam Hadist Al- Bukhari no. 2200 yang berbunyi:

(21)

“ Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, kemudian beliau menggadaikan baju besinya.”

Dalam hadist di atas dijelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam pernah berhutang, namun itu tidak diartikan bahwa Beliau sangat gemar berhutang. Karena Rasulullah sendiri sangat menghindari kegiatan berhutang kecuali dalam keadaan mendesak atau terpaksa. (dalamislam.com,2017)

Agama islam menekankan bahwa yang namanya hutang itu adalah darurat.

Tidak bermudah-mudah berhutang dan hanya dilakukan di saat sangat dibutuhkan saja. Jika sudah mampu membayar, maka segera bayar. Jika sengaja menunda membayar hutang padahal mampu ini adalah kedzaliman. Bagi yang memang harus berhutang karena terpaksa dan darurat, tidak perlu terlalu khawatir karena jika memang terpaksa dan berniat benar-benar membayar, maka akan dibantu oleh Allah. Ancaman tersebut bagi orang yang punya harta dan berniat tidak membayarnya. (muslim.or.id, 2017)

2.2 Zakat

Dalam persaingan untuk meningkatkan kesejahteraan antar masyarakat, akan membawa kondisi dimana kesejahteraan kelompok berpendapatan rendah akan terus tergerus oleh adanya peningkatan kesejahteraan kelompok berpendapatan tinggi. Proses ini terjadi karena adanya peningkatan pendapatan suatu kelompok yang berdampak menurunkan kesejahteraan kelompok yang pendapatannya rendah. Solusi yang logis untuk hal ini adalah dengan melakukan transfer pendapatan dari dari kelompok yang pendapatannya meningkat kepada kelompok yang pendapatannya rendah.

(22)

Transfer pendapatan berperan sebagai suatu cadangan kesejahteraan bagi kelompok yang pendapatannya rendah. Hal ini disebabkan ketika harga pasar meningkat sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan kelompok yang mendapatannya meningkat, maka kelompok yang pendapatannya rendah akan mengalami peningkatan pendapatan juga sehingga transfer pendapatan ini berfungsi menetralisasi efek negatif karena adanya kenaikan harga terhadap kesejahteraan mereka.

Islam mengajarkan bahwa mekanisme transfer pendapatan ini merupakan alat untuk menghindarai adanya ketidak adilan sosial dan distribusi kesejahteraan dan pendapatan. Islam juga telah mengajarkan hal ini kepada umat Mukmin untuk melaksanakan amalan Zakat. (P3EI, 2008)

Seiring dengan realisasi pengumpulan zakat yang masih kecil, pendayagunaan zakat selama ini juga lebih bersifat konsumtif dibandingkan produktif, maka dampak zakat terhadap pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan belum begitu signifikan. Akibatnya, zakat hanya memberikan „ikan‟

kepada kaum miskin, bukan kail dan hanya akan memberikan efek yang bersifat jangka pendek. (Firmansyah,2013)

2.2.1 Pengertian Zakat

Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun keempat dari rukun Islam.

(23)

Dalam Al-Quran terdapat dalil mengenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat, diantara dalam QS. At-Taubah Ayat 103, yang artinya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka..." Adapun terjemahan hadist terkait kewajiban untuk menunaikan zakat terdapat dalam Hadist riwayat Imam Bukhari yang berisikan Dari Ibnu Umar RA berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Pokok-pokok islam ada 5 perkara: yakni persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji, dan puasa bulan Ramadhan."

Zakat sebagai rukun islam keempat dipandang sebagai kewajiban agama terpenting yang dibebankan ke pada umat muslim. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah terjadinya penumpukan kekayaan segelintir orang saja dan mewajibkan orang kaya untuk mendistribusikan harta kekayaannya pada orang miskin. Zakat merupakan sumber dana potensial untuk mengentaskan kemiskinan. Zakat dapat berfungsi sebagai modal kerja bagi orang miskin untuk dapat membuka kebutuhan hidupnya. Kemudian sebagai tambahan modal bagi seseorang yang kekurangan modal sehingga usahanya berjalan lancar, penghasilannya bertambah, dan kebutuhan hidupnya tercukupi. Dengan demikian beban Negara dalam masalah pengangguran dan kemiskinan melalui zakat bisa terkurangi. (Rozalina,2013)

Di Indonesia, pengelolaan Zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 yang berisi pedoman teknis pengelolaan Zakat yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap

(24)

pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan Zakat. Dalam Undang- Undang tersebut disebutkan dua tujuan dari pengelolaan Zakat. Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan Zakat.

Kedua, meningkatkan manfaat Zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Kedua tujuan tersebut akan tercapai apabila sistem distribusi Zakat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Mustahik (pusat.baznas.go.id).

2.2.2 Jenis Harta Zakat

Keberadan Zakat di Indonesia tercantum Undang-Undang-Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat pada BAB I pasal 4 disebutkan bahwa:

Zakat meliputi Zakat mal dan Zakat fitrah.

a. Zakat mal meliputi Emas, perak, logam mulia lainnya.

 Uang dan Surat berharga lainnya.

 Perniagaan.

 Pertanian, perkebunan dan kehutanan.

 Peternakan dan perikanan.

 Pertambangan.

 Perindustrian.

 Pendapatan dan jasa.

 Barang Temuan (Rikaz)

Kemudian dalam Undang-Undang tersebut, Zakat dapat di dayagunakan untuk usaha Produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan

(25)

kualitas umat. Pendayagunaan Zakat untuk usaha Produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar Mustahik telah terpenuhi. Dari regulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa semua jenis harta yang disebutkan dalam Undang-Undang tersebut adalah dibenarkan dan diamanatkan sebagai jenis harta Zakat Produktif (Pusat.baznas.go.id).

2.2.3 Penerima Zakat

Kriteria penerima Zakat ditentukan dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60. Dari ayat tersebut sudah ditetapkan bahwa Mustahik Zakat terbagi menjadi delapan asnaf, delapan golongan tersebut adalah:

1. Orang Fakir

Golongan pertama yang berhak menerima Zakat adalah orang-orang fakir, orang fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan juga tidak bekerja. Kalau orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya karena kemalasan bekerja, padahal ia mempunyai tenaga, maka ia tidak disebut fakir artinya tidak boleh menerima Zakat.

2. Orang Miskin

Golongan kedua yang berhak menerima Zakat adalah orang-orang miskin, yaitu orang orang yang mempunyai mata pencaharian, namun tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti makan, minum, dan pakaian hanya dalam batas sederhana (sekadar hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup).

3. 'Amil

'Amil yaitu panitia atau petugas yang ditunjuk oleh pemerintah atau masyarakat untuk mengumpulkan Zakat dan kemudian membagi-bagikannya

(26)

kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam.

4. Mu'allaf

Mu'allaf yaitu orang-orang yang baru masuk Islam dan belum kuat jiwa dan imannya dan perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan Islam.

5. Hamba Sahaya

Hamba Sahaya, yaitu budak/hamba yang akan membebaskan (memerdekakan) dirinya. Untuk membebaskan diri harus menebusnya dengan jumlah harta/uang kepada tuannya (pemilik budak). Karena itu perlu mendapat bantuan. Maka ia berhak menerima Zakat.

6. Ghorim

Golongan yang berhak menerima Zakat yang ke-enam adalah orang-orang yang berhutang, ada dua sebab orang berhutang, yaitu berhutang untuk kepentingan diri sendiri dan berhutang untuk kemaslahatan umat, seperti pembangunan masjid, sekolah, klinik, dan sebagainya.

7. Fisabilillah

Orang-orang yang sedang berjuang dengan sukarela untuk menegakkan agama Allah tanpa mendapat upah/gaji. Atau dapat diartikan untuk kepentingan perjuangan di jalan Allah .

8. Ibnu Sabil

Orang ke delapan yang berhak menerima Zakat adalah Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang kekurangan perbekalan mungkin karena uangnya hilang, karena dicopet atau sebab lainnya. Dengan demikian dapat diberikan Zakat untuk

(27)

menutupi keperluannya selama dalam perjalanan pulang (Hasan, 2008: 91-105).

2.3 Peranan Zakat Terhadap Keseimbangan Perekonomian

Dari perspektif kolektif dan ekonomi, Zakat akan melipatgandakan harta masyarakat. Proses pelipatgandaan ini dimungkinkan di pasar yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3.1 Zakat Diambil secara Vertikal dan Pembagiannya secara Horizontal Zakat diambil secara Vertikal jika telah mencapai Nisab, yaitu sebagai ketetapan dengan batasan minimal wajibnya zakat dikeluarkan. Begitu juga dengan ukuran barang yang wajib dikeluarkan Zakat. kelebihan harta yang dimiliki dikeluarkan sesuai ketetapan yang ditentukan oleh para ahli fiqih.

Sedangkan pembagian Zakat dilakukan secara Horizontal atau merata kepada kelompok yang berhak menerima Zakat.

2.3.2 Zakat Berpengaruh dalam Permintaan Ekonomis.

Maksud dari permintaan ekonomis adalah kumpulan permintaan individu yang menginginkan suatu barang dengan kemampuan untuk membayar harganya dan berusaha membelinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa Zakat adalah sebagai salah satu tambahan bagi pemasukan, atau sebagai pemasukan baru. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan pada permintaan terhadap barang, sedangkan pada sektor Produksi akan menyebabkan bertambahnya produktifitas, sehingga perusahaan-perusahaan yang telah ada semakin bergerak maju, bahkan memunculkan berdirinya perusahaan-perusahaan baru untuk menghadapi permintaan tersebut.

(28)

Pada sektor modal yang masuk ke perusahaan menjadi semakin banyak, setiap suatu barang sangat penting dan merupakan kebutuhan yang mendasar, setiap itu pula permintaan tidak akan berubah. Hal inilah yang menyebabkan terus-menerusnya produktifitas perusahaan dan terjaminnya modal-modal yang diinvestasikan. Timbulnya peningkatan pada permintaan dapat dibuktikan ketika harta Zakat dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Begitu pula pada peningkatan pembelian tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan adanya penambahan pemasukan, salah satunya adalah Zakat.

2.3.3 Pengaruh Zakat pada Tingkat Permintaan

Ketika Zakat diambil dari Muzakki yang memiliki pemasukan tinggi dan diberikan kepada Mustahik yang memiliki pemasukan terbatas, maka kecondrongan konsumtif dari mereka yang memiliki pemasukan yang tinggi akan lebih sedikit dari mereka yang memiliki penghasilan terbatas.

Pengaruh optimistif dari Zakat adalah pengecilan tingkat perbedaan antara kecondongan Konsumtif dengan pemasukan yang ada untuk mewujudkan keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Dengan arti bahwa kecondongan Konsumtif akan menjadi semakin besar ketika Zakat telah dilaksanakan dibandingkan dengan sebelumnya (Al-Baly, 2006: 125-128).

2.4 Zakat Produktif

Definisi zakat produktif akan menjadi lebih mudah dipahami jika diartikan berdasarkan suku kata yang membentuknya. Zakat adalah isim masdar dari kata zaka-yazku-zakah. Oleh karena kata dasar zakat adalah zaka yang berarti berkah,

tumbuh, bersih, baik, dan bertambah. (Fakhruddin, 2008)

(29)

Secara terminologi zakat adalah pemilikan harta yang dikhususkan kepada penerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan kata produktif adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu "productive" yang berarti menghasilkan atau memberikan banyak hasil. (M. Ali Hasan, 2003)

Zakat Produktif yang artinya Zakat dimana dalam pendistribusiannya bersifat Produktif. Lebih tegasnya Zakat Produktif adalah pendayagunaan Zakat secara Produktif yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana Zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, sesuai dengan Syariat Islam. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan Produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat. Jadi, Zakat Produktif itu pemberian Zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus. (kompasiana.com, 2015)

Zakat sangatlah penting bagi para mustahik. Agar zakat ditangan mustahik tidak hanya dipakai untuk kebutuhan konsumtif, maka zakat bisa dipakai sebagai kebutuhan produktif, atau biasa disebut zakat produktif. Zakat produktif mengandung maslahat besar yang akan kembali kepada para fakir dan miskin.

Begitu juga kepada para muzakki, karena uang yang mereka bayarkan tetap utuh sedang labanya akan terus berkembang dan mengalir kepada fakir dan miskin atau mustahik. Mereka membayar zakat dengan jumlah tertentu yang terbatas dan dalam waktu terbatas, tetapi walaupun begitu manfaatnya terus mengalir tanpa mengurangi harta tersebut, dengan demikian pahala mereka terus mengalir seiring dengan mengalirnya manfaatnya.

(30)

Zakat produktif adalah fungsinya lebih pada bentuk dan pola pendayagunaan zakat agar menjadi produktif ditangan mustahik. Jadi, pendistribusian zakat akan lebih bersifat produktif guna menambah atau sebagai modal usaha mustahik, bahwa pengembalian modal usaha oleh mustahik lebih pada upaya pembelajaran sebagai strategi agar mustahik bekerja dengan skillnya sehingga usahnya berhasil dari zakat produktif tersebut.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada BAB II Badan Amil Zakat Nasional bagian kedua pendistribusian pasal 25 dan pasal 26 bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat Islam yang dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan, serta pada bagian ketiga pendayagunaan pasal 27 bahwa zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi sesuai dengan Peraturan Menteri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa zakat produktif diperbolehkan berdasarkan Hadits Shahih Riwayat Muslim dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011. (Baznas.go.id, 2016)

2.4.1 Perbedaan Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif

Zakat produktif bukanlah jenis Zakat baru, Zakat Produktif ini lebih kepada tata cara pengelolaan Zakat, dari yang sebelumya hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat Konsumtif dan pemenuhan kebutuhan sesaat saja, lalu diubah penyaluran dana Zakat yang telah dihimpun itu kapada hal-hal yang bersifat Produktif dalam rangka pemberdayaan umat. Dengan kata lain pemberian Zakat

(31)

tidak lagi diberikan kepada Mustahik lalu habis dikonsumsi. Akan tetapi pemberian Zakat itu diberikan kepada Mustahik untuk mengembangkan sebuah usaha Produktif dimana pelaksanaanya tetap dibina dan dibimbing oleh pihak yang berwenang.

Dalam pendistribusian Zakat ini terdapat bentuk atau sifat dalam penyaluran Zakat Produktif yaitu:

1. Zakat Produktif Tradisional

Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang Produktif seperti Kambing, Sapi, Mesin Jahit, dan lain-lain.

2. Zakat Produktif Kreatif

Zakat yang didayagunakan dalam bentuk modal dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun untuk menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil (Fauzia, 2014: 139-140)

Tabel 2.1

Perbedaan Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif

Aspek Zakat Konsumtif Zakat Produktif

Pengertian

Pendistribusian harta zakat yang secara langsung diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu dan sangat membutuhkan untuk menutupi kebutuhannya

Zakat yang dikelola dengan cara produktif, yang

dilakukan dengan cara pemberian modal kepada para penerima zakat dan kemudian dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk masa yang akan datang.

Jenis penyaluran zakat

a. Konsumtif Tradisional, adalah zakat dibagi kepada mustahiq dengan cara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang

a. Produktif tradisional, adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif.

Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat

pertukaran dan sebagainya.

(32)

Aspek Zakat Konsumtif Zakat Produktif

Jenis penyaluran zakat

a. Konsumtif Tradisional, adalah zakat dibagi kepada mustahiq dengan cara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pengembangan zakat mal secara langsung oleh para muzakki kapada mustahiq yang sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena mengalami musibah.

a.

b. Konsumtif Kreatif, adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam

mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukenah, bantuan alat pertanian, seperti cangkul untuk petani, gerobak jualan untuk pedagang kecil dan lain-lain.

a. Produktif tradisional, adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif.

Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat

pertukaran dan sebagainya.

Pemberian zakat dalam bentuk ini akan dapat mendorong orang

menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

b.Produktif kreatif: adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seseorang pedagang atau pengusaha kecil.

Waktu

Untuk jangka pendek, artinya hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari yang habis pakai.

Untuk jangka panjang, artinya zakat yang diterima bisa di gunakan untuk modal usaha.

Contoh barang yang diberikan

-Kebutuhan Pokok:

Makanan pokok, perbaikan rumah, pakaian

-Bantuan biaya obat, -Bantuan pembayaran hutang,

-Bantuan biaya sekolah, -Bantuan biaya kegiatan sosial keagamaan.

-Memberikan modal usaha, -Memberikan alat usaha, : becak, kedai, mesin jahit, binatang ternak

-Memberikan pelatihan keahlian

-Melakukan pembinaan kewirausahaan secara intensif atau berkala

Sumber : Kemenag (2016)

(33)

2.5 Pendapatan

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status, pendidikan dan keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat relative (Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang, 2008).

Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan darihasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer

(34)

payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan menjadi:

1. Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung ikut serta dalam produksi barang.

2. Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter, ahli hukum dan pegawai negeri.

Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:

Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya–biaya.

Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya.

Menurut Yudhohusodo,(1998) tingkat pendapatan seseorang dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu:

Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.

Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu pendapatan rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.

Golongan berpenghasilan menengah (middle income group) yaitu pendapatan rata-rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.

(35)

Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata pendapatan lebih dari Rp.900.000.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian dari Tika Widiastuti dan Suherman Rosyidi (2015) sebagai Dosen Departemen Ekonomi Syariah - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pendayagunaan Zakat Produktif Oleh Lembaga Zakat Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Model studi kasus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus eksploratoris, karena ingin mengetahui bagaimana optimalisasi zakat produktif untuk meningkatkan pendapatan mustahik. Adapun variable yang digunakan adalah optimalisasi dana zakat dan tingkat pendapatan Mustahik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendayagunaan dana zakat produktif oleh lembaga zakat dalam hal ini PKPU disalurkan melalui tujuh program unggulan.

Salah satu program dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan ekonominya adalah program PROSPEK. Program PROSPEK ini, di mana di dalamnya terdapat program KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan KUB (Kelompok Usaha Bersama), merupakan model pendayagunaan zakat produktif oleh PKPU dalam meningkatkan pendapatan mustahiq yang menurut peneliti sudah optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan pendapatan mustahiq, kelancaran pembayaran angsuran serta kesanggupan dalam berinfaq/shadaqah.

(36)

Menurut Yoghi Citra Pratama (2015) dari Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan dengan Studi Kasus Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional”. Variabel yang digunakan adalah peran zakat dan kemiskinan. Metode yang digunakan adalah Adapun untuk pengolahan data, penelitian ini menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu : 1. Headcount Ratio 2.

Poverty gap (rasio kesenjangan kemiskinan) dan income gap (rasio kesenjangan

pendapatan) 3. Indeks Sen 4. Indeks Foster, Greer, dan Thorbecke (FGT Index).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik mustahik yang memperoleh dana zakat produktif dari baznas didominasi dari gender perempuan, dimana berdasarkan penelitian ini kaum perempuan mencapai 92,5%.

Karakteristik latar belakang pendidikan mustahik Baznas yang memperoleh dana zakat produktif didominasi oleh masyarakat yang berlatar lakang pendidikan SMA lalu diikuti oleh SD. Pemberian dana zakat juga didominasi oleh mustahik yang mempunyai pengalaman berusaha lebih dari 5 tahun. Meskipun dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil, tetapi memiliki dampak nyata dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui program zakat produktif. Dan zakat menjadi instrument keuangan yang efektif dalam permasalahan modal kaum miskin. Hal ini bisa terlihat dari Headcount Ratio yang menurun dari 0,8 menjadi 0,5. Indeks kedalaman kemiskinan juga mengalami penurunan dimana poverty gap menurun dari Rp. 547.843 menjadi Rp. 210.020.

Selanjutnya hasil penelitian dari Rochmawati Fajri dan Ahmad Ajib Ridlwan (2019) Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi, Universitas

(37)

Negeri Surabaya dengan judul penelitian “Hubungan Antara Pengelolaan Zakat Produktif Dengan Peningkatan Kesejahteraan Mustahiq Pada Laznas Yatim Mandiri Cabang Surabaya”. Penelitian ini menunjukkan hubungan antara variabel independen Pengelolaan Zakat Produktif dengan variabel dependen Peningkatan Kesejahteraan Mustahiq. Uji ini menggunakan penelitian ini adalah: 1. Uji Validitas 2. Uji Realibilitas 3. Uji Korelasi rank-spearsmen 4. Uji Hipotesis signifikansi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara pengelolaan zakat produktif dengan peningkatan kesejahteraan mustahiq pada laznas yatim mandiri cabang Surabaya. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator yaitu pelatihan, pengawasan, agama, akal, harta, jiwa dan keturunan memiliki peran yang penting dalam membentuk para mustahiq menjadi orang yang mampu berwirausaha dengan pendampingan dari pelatih yatim mandiri. Memiliki hubungan yang positif antara pengelolaan zakat produktif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahiq diyakini mampu memberikan hasil yang kuat sehingga dapat menjadikan para mustahiq kedepannya menjadi seorang muzakki.

Menurut Muhammad Yusnar (2017) mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Program Studi Ekonomi Islam dengan judul penelitian “Pengaruh Pemanfaatan Dana Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik Pada Baznas Provinsi Sumatera Utara”. Dalam penelitian ini Pemanfaatan Dana Zakat produktif adalah variabel bebas (Independent Variabel) sementara Tingkat Pendapatan Mustahik merupakan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Metode penelitian deskriptif

(38)

kuantitatif. Dengan hasil penelitan menjukkan bahwa dana zakat produktif yang diberikan oleh pihak BAZNAS Sumatera Utara kepada para mustahiknya mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan mereka.

Pemanfaatan dana zakat produktif (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik (Y) pada BAZNAS Sumatera Utara. Hal ini dapat kita lihat t hitung (6,343) > t tabel (2,085) dan Terlihat F hitung (40,234) >

F tabel (4,35) p value (Sig) sebesar 0.000 < 0,05 yang berarti membuktikan hipotesis H1 diterima bahwa ada pengaruh signifikan pemanfaatan dana zakat produktif mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan mustahik pada BAZNAS Sumatera Utara.

Menurut Muslih Adi Saputro (2017) berasal dari Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta dengan judul penelitian “Peran Dana Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Studi Kasus Yayasan Solo Peduli”. Penelitan ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Adapun variabelnya yaitu pemanfaatan dana zakat produktif dan tingkat pendapatan mustahik. Metode pemelitian yang digunakan adalah uji validitas, uji normalitas, uji reabilitas, uji t, uji koefisien determinasi, dan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian dana zakat produktif terhadap mustahiq berpengaruh terhadap perekonomian mustahiq. Pemberian dana zakat produktif mampu memberikan usaha baru bagi mustahiq dan mempengaruhi pendapatan mustahiq. Mustahiq yang belum mempunyai ide usaha akan diberi bimbingan dan

(39)

yang sudah memiliki ide untuk usaha dari pihak Solopeduli hanya akan memberi arahan. Jenis usaha yang diberikan juga tidak ditentukkan oleh Solopeduli.

2.7 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual diatas dapat dilihat bahwa penulis ingin mengetahui pengaruh dari pendistribusian zakat produktif terhadap tingkat pendapatan Mustahik sebelum dan sesudah menerima zakat produktif yang berdampak pada signifikansi zakat produktif tersebut.

Distribusi Zakat Produktif

Pendapatan Mustahik

Signifikansi Zakat Produktif

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang meneliti pengaruh pendistribusian dana zakat produktif terhadap pendapatan mustahik di BAZNAS Kota Medan adalah deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah menyajikan gambaran lengkap mengenai pengaruh pendistribusian dana zakat produktif dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah dan unit yang di teliti sehingga menghasilkan gambaran akurat analisa terhadap pendapatan, usaha para mustahik di Kota Medan.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan peneliti adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Penelitian ini tidak mengukur hubungan antar variabel yang ada karena tidak menggunakan dan melakukan uji hipotesis (Mulyadi, 2011). .

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Penentuan besar sampel menggunakan tabel jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi oleh Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) sehingga ditentukan jumalah yang dapat digunakan dalam penelitian ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana peneliti menyelidiki secara cermat peristiwa, proses, aktivitas, program atau sekelompok individu.

(41)

Fokus studi kasus adalah untuk mengembangkan deskripsi dan analisis mendalam tentang suatu kasus atau kejadian (Creswell, 2014).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Sebagaimana judul penelitian ini yaitu "Pengaruh Pendistribusian Dana Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Mustahik pada BAZNAS Kota Medan” maka penelitian ini akan dilaksanakan di BAZNAS Kota Medan dan waktu penelitian ini yaitu dari bulan Agustus 2018 hingga selesai.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah mustahik yang mendapatkan dana zakat produktif dari BAZNAS Kota Medan yang berjumlah 14 orang mustahik

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi, dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan non probably sampling yaitu Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2016).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Penentuan besar sampel menggunakan tabel jumlah sampel

berdasarkan jumlah populasi oleh Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) sehingga ditentukan jumlah yang dapat digunakan dalam penelitian ini.

(42)

Tabel 3.1.

Tabel jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi

Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n)

10 10 220 140 1200 291

15 14 230 144 1300 297

20 19 240 148 1400 302

25 24 250 152 1500 306

30 28 260 155 1600 310

35 32 270 159 1700 313

40 36 280 162 1800 317

45 40 290 165 1900 320

50 44 300 169 2000 322

55 48 320 175 2200 327

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 420 201 3500 346

85 70 440 205 4000 351

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Sumber : Krejcie dan Morgan (1970)

Hal ini dikarenakan sampel dari penelitian ini kurang dari 30 sampel maka digunakan teknik sampel jenuh untuk menghilangkan resiko kesalahan dikarenakan jumlah sampel yang kecil.

(43)

3.4 Teknik Pengumpulan data 3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yakni data yang diperoleh secara langsung melalui pencatatan di lapangan dari hasil wawancara dengan para mustahik penerima dana zakat produktif dan Ketua BAZNAS Kota Medan, dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal, website, media cetak maupun media online.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Pengumpulan data penelitian kualitatif sangat dinamis, dimana peneliti memasuki lapangan yang terbuka apa adanya, otomatis peneliti menghadapi situasi yang sulit diprediksi dengan tepat apa yang sudah, sedang dan akan terjadi. Untuk itu, peneliti harus mengandalkan teknik- teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti dituntut untuk menunjukkan bukti secara nyata dari lapangan (Djaelani, 2013).

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui dua model yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer antara lain:

observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi atau gabungan. Sedangkan sumber data sekunder berupa studi kepustakaan/ literatur. Berikut adalah penjelasan dari sumber primer :

(44)

a. Observasi

Observasi berasal dari kata observation yang artinya pengamatan. Observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian. Kemudian mencatat hasil pengamatan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tujuannya adalah untuk memahami pola, norma dan makna dari perilaku yang diamati, yang diamati adalah situasi sosial yang terdiri dari tempat, perilaku dan aktivitas serta peneliti belajar dari subyek penelitian (Djaelani, 2013).

b. Wawancara

Selain melalui observasi, peneliti dapat memperoleh data melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Kedua teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan bersamaan, dimana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang didapat dari observasi (Djaelani, 2013).

c. Dokumentasi

Teknik selanjutnya adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan sebagai pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Karena hasil observasi dan wawancara akan lebih dapat dipercaya jika didukung dokumentasi (Sugiyono, 2015).

(45)

d. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggabungkan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran dari fenomena yang terjadi tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Jika triangulasi dilakukan, sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data (Sugiyono, 2015).

3.5 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional menurut Sugiyono (2012), defenisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Secara umum defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

1. Dampak pendistribusian adalah akibat ataupun pengaruh dari pemberian zakat yang diberikan kepada Mustahik sebelum dan sesudah menerima zakat Produkktif dalam bentuk satuan rupiah.

2. Zakat Produktif adalah salah satu program BAZNAS Kota Medan yang bertujuan untuk membantu para Mustahik yang membutuhkan bantuan dana guna mengembangkan usaha yang dimiliki. Zakat ini berupa pemberian pinjaman uang dalam jumlah tertentu.

3. Mustahik adalah orang yang menerima zakat produkif dari BAZNAS Kota Medan.

(46)

4. Badan Amil Zakat adalah lembaga pengelolaan zakat yang didirikan oleh pemerintah yang didirikan atas usul kementerian agama dan disetujui oleh presiden, yang memiliki tugas seperti pengumpulan, pendistribusian, dan pengelolaan zakat.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehinga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya, ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan, 1982)

Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification (Sugiyono, 2015). Model interaktif dalam analisis data Miles dan Huberman:

Analisis data di lapangan Model Miles dan Huberman:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

(47)

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah uraian yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

(48)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

Maka hasilnya merupakan data konkrit, yaitu sebuah data kualitatif. Dalam mengolah data kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data ke dalam bahasa yang mudah dipahami. Data-data yang telah didapatkan di lapangan akan diklasifikasikan, diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu suatu proses pemecahan masalah yang menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh pada saat meneliti yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan (Farhani, 2015)

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Konseptual
Tabel jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi
Tabel 4.1 berisi data responden berdasarkan jenis kelamin, sebagai berikut:
Tabel 4.2 berisi data responden berdasarkan pendidikan, sebagai berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

d Mengembang-kan dan menyajikan hasil karya  Guru mendorong Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai media tentang format format formulir pada halaman web dan

Berkembangnya sistem informasi dan aplikasi di Kabupaten Sumenep kemudian mendorong pemerintah untuk semakin mengembangkan sistem berbasis teknologi yang

bahwa dalam Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil

a) Menambah variabel usia pendaftar, nilai akreditasi sekolah asal dan jarak rumah calon peserta didik ke sekolah yang digunakan sebagai acuan dalam seleksi PSB

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 secara spesifik mengamanatkan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai pelaksana utama dalam pengelolaan zakat di Indonesia

Di antara para peneliti yang membahas tentang zakat produktif adalah Sudariyanto dalam penelitian yang berjudul Pendistribusian Dana Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat

Emi Hartatik yang berjudul “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Daerah BAZDA Kabupaten Magelang” yang membahas tentang pendistribusian

4 Dari uraian tersebut diatas, maka penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Garuda Indonesia Branch Office Solo dan mengangkat sebuah tema yang