• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

41

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber dari sektor pajak. Pajak tidak hanya merupakan sumber pendapatan akan tetapi merupakan salah satu variabel kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatur jalannya perekonomian. Maka dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah untuk berusaha meningkatkan penerimaan negara. Maka diperlukannya langkah-langkah untuk dapat mengoptimalkan penerimaan negara, dengan menggali potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan berusaha mencari langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak Direktorat Jenderal pajak (DJP) melakukan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak.

Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan perluasan objek pajak dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak kepada orang pribadi yang berstatus Wajib Pajak.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari subjek pajak yang sebenarnya sudah layak dan memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan mendapatkan NPWP, tetapi banyak penduduk yang berdomisili di wilayah KPP Setiabudi Satu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) belum terdaftar sebagai wajib pajak. Sedangkan Intensifikasi pajak adalah usaha dari pihak pajak untuk menambah jumlah penerimaannya dari pajak yang terhutang. Tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak dari sisi ektensifikasi pajak pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subyek dan objek pajak.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dalam menjalankan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak mengikuti beberapa peraturan perpajakan dan undang-undang hukum perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

(2)

Peraturan-peraturan perpajakan yang berkaitan langsung dengan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, antara lain:

1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2007 tanggal 25 januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah.

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER–35/PJ/2013 tanggal 24 oktober 2013 Tentang Tata Cara Ekstensifikasi.

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-116/PJ/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-175/PJ/2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan atau Pertokoan.

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak, beberapa unit pelaksana ditetapkan yang terdiri dari Seksi Ekstensifikasi, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama serta Kantor Pelayanan Penyuluhan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang berada di luar kota tempat kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Selanjutnya, petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, meliputi: petugas KPP Pratama dan petugas KP2KP yang ditunjuk

oleh Kepala Kantor serta petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah DJP.

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di seluruh KPP sama, namun kali ini penulis diberi kesempatan untuk meneliti kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama Setiabudi Satu. Berdasarkan wilayah kerjanya, KPP Pratama Setiabudi Satu berada dalam wilayah strategis untuk bisnis di pusat kota Jakarta, dimana kawasan ini merupakan

(3)

salah satu sentra usaha di Jakarta terutama di bidang perdagangan, apartemen, hotel, lokasi perkantoran, perbankan, serta pemukiman mewah.

Berikut ini pada gambar 4.1 Akan di perlihatkan kawasan yang merupakan potensi penerimaan pajak dalam wilayah kerja KPP Jakarta Setiabudi Satu:

Keterangan:

: Wilayah Perkantoran

: Wilayah Pemukiman

: Wilayah Mall/Pusat Perbelanjaan :

Batas Waskon I dan II serta Batas Wilayah Kelurahan Karet

: Batas Waskon III dan IV

Gambar 4.1

Peta Wilayah Ekonomi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Sumber : seksi PDI KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

(4)

Tabel 4.1

Penerimaan pajak Per sektor usaha di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

KLU KATEGORI 2011 2012 PERTUMBUHAN (%)

2011 2012

A

Pertanian Perburuan dan Kehutanan

9,862,568,094

529,704,824 624.12% -94.63%

B Perikanan

186,240,649 - -82.01% -100.00%

C

Pertambangan dan Penggalian

30,463,725,427

37,361,813,035 -6.87% 22.64%

D Industri Pengolahan

21,595,237,786

47,805,392,561 -35.70% 121.37%

E Listrik, Gas dan Air 441,777,342

563,353,237 -99.39% 27.52%

F Konstruksi

52,674,443,611

12,924,730,959 10005.13% -75.46%

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barangbarang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga

560,239,485,047

37,578,594,682 29.64% -93.29%

H

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

13,236,558,119

9,884,872,105 38.35% -25.32%

I

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

61,160,659,190

30,198,000,846 51.55% -50.63%

J Perantara Keuangan

98,735,335,753

80,551,682,993 -22.38% -18.42%

K

Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

278,488,161,267

170,011,985,867 21.87% -38.95%

L

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

9,517,112,226

2,136,995,776 31.08% -77.55%

M Jasa Pendidikan

5,349,650,363

498,293,558 10.66% -90.69%

N

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

8,375,905,558

3,128,518,916 81.37% -62.65%

O

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya

9,226,951,781

50,560,219,044 57.64% 447.96%

P Jasa Perorangan

17,836,447,166

19,454,538,147 41.46% 9.07%

Q

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

- - - -

X

Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya

48,772,810,132

749,070,446,507 115.59% 1435.84%

JUMLAH

1,226,163,069,511

1,252,259,143,057 18.20% 2.13%

Sumber : Seksi PDI di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

(5)

4.2 Evaluasi atas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, maka setiap KPP seharusnya melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan prosedur yang ada di dalam surat edaran tersebut. Penerapan prosedur ini harus dilakukan agar terjadi keseragaman perlakuan terhadap semua Wajib Pajak.

Ekstensifikasi Wajib Pajak ini dilaksanakan dengan mewajibkan setiap objek Wajib Pajak, baik pribadi maupun badan, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) melalui kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

Selain itu, prosedur diterapkan juga untuk mengatur pelaksanaan dilapangan agar sesuai dengan rencana, berjalan lancar dan tertib, serta mencapai target yang telah ditetapkan. Namun tidak semua prosedur yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan sempurna dan sesuai dengan peraturan. Hal ini disebabkan karena adanya kendala di masing-masing KPP yang mungkin berbeda-beda dengan KPP yang lain.

Oleh karena itu, penulis akan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

4.2.1 Evaluasi Sumber Daya Manusia

Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu seksi ekstensifikasi dibentuk pada tahun 2008 pada tahun sebelumnya pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dilakukan oleh seksi PDI, namun karena kerja yang cukup berat maka tahun 2008 dibentuklah seksi Ekstensifikasi.

Seksi Ekstensifikasi diharapkan kinerja pegawai dalam menjalankan program ekstensifikasi Wajib Pajak bisa meningkat menjadi lebih baik namun ketika sudah dijadikan seksi tersendiri jumlah sumber daya manusia di seksi ekstensifikasi juga masih dirasa kurang jika dibandingkan dengan luasnya wilayah dan banyaknya data yang masuk dan harus ditolak.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membawahi dua kelurahan yaitu:

Kelurahan Karet, dan Kelurahan Karet Kuningan. berikut ini adalah tabel wilayah yang di tangani KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

(6)

Tabel 4.2

Data Kependudukan Wilayah KPP Pratama Setiabudi Satu

No Nama Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2) Jumlah KK

Jumlah Penduduk

1 Kelurahan Karet 0.94 5,199 13,693

2

Kelurahan Karet

Kuningan 1.79 10,039 25,606

Total 2.73 15,238 39,299

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Dilihat dari tabel di atas, yang dibawahi oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu cukup luas dengan jumlah orang yang sangat banyak ini menunjukkan akan sangat banyak data yang masuk dan harus dikelola, sedangkan pegawai seksi ekstensifikasi hanya memiliki 3 orang terdiri dari 1 kepala seksi dan 2 pegawai, dimana masing-masing kelurahan dipegang 1 orang saja. Namun dari jumlah tersebut sangat kurang efektif karena kurangnya Sumber Daya Manusia yang menangani kelurahan yg luas dan jumlah KK yang sangat banyak sehingga dibutuhkan SDM yang lebih banyak lagi.

Selain kuantitas sumber daya manusia yang harus diperhatikan, kualitas sumber daya manusia juga tidak kalah pentingnya untuk dievaluasi, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 petugas pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Wajib Pajak meliputi petugas yang telah ditunjuk oleh kepala KPP yaitu petugas kantor penyuluhan pajak yang ditunjuk oleh KPP dan petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kakanwil DJP.

Dari informasi di atas dapat diberikan kesimpulan bahwa untuk menjadi petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan khusus atau latar belakang pendidikan tertentu. Semua pegawai

(7)

dapat menjadi petugas pelaksanaan apabila telah di berikan kepercayaan oleh kepala KPP dan kepala Kakanwil DJP.

4.2.2 Tahap persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Tahap persiapan awal yang dijalankan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yaitu membuat perencanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dengan matang dan baik. Perencanaan adalah awal yang penting dan sangat menentukan dalam suatu kegiatan yang akan dilakukan. Tahap persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memperoleh data dari sistem kepala seksi pengolahan data dan informasi untuk menyiapkan dan menyampaikan data terkait pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai untuk di berikan NPWP. Kegiatan ini dilakukan karena banyaknya perubahan yang terjadi setiap harinya. Misalnya, jumlah penduduk yang bertambah atau berkurang, kegiatan usaha yang bermunculan atau yang telah tutup dan dilakukan identifikasi apabila ada target yang berpeluang menjadi Wajib Pajak.

2. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki. Seksi ekstensifikasi mulai mengumpulkan data yang yang telah didapat dari pihak luar, seperti data pemilik mobil dengan harga lebih dari Rp 200.000.000, pemilik motor dengan harga lebih dari Rp 10.000.000, pemilik toko, dan sebagainya.

Dengan data yang ada tersebut kemudian seksi ekstensifikasi memberikannya ke seksi pengolahan data dan informasi (PDI) agar seksi PDI mencocokkannya dengan data yang ada di master file local (MFL).

Proses ini bertujuan untuk mencari tahu apakah orang-orang dengan data yang telah didapatkan tadi telah terdaftar sebagai Wajib Pajak pada MFL.

Apabila nama dan alamat yang ada ternyata telah tercantum pada data MFL sebagai Wajib Pajak, maka data tersebut dicoret dan dikeluarkan.

Sedangkan yang tidak tercantum pada MFL dimasukkan ke dalam daftar nominatif. Kemudian seksi ekstensifikasi mengirimkan pemberitahuan kepada semua calon Wajib Pajak yang terdapat di dalam daftar nominatif tersebut.

(8)

3. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Seksi ekstensifikasi melakukan koordinasi dengan seksi PDI, kemudian pihak PDI menyiapkan data yang di perlukan, seperti himbauan ber-NPWP, laporan pemeriksaan pajak dan lain-lain. Setiap surat yang dikirim kepada calon Wajib Pajak di buat tiga rangkap, rangkap satu seberikan kepada calon Wajib Pajak, rangkap kedua diarsipkan kedalam file himbauan NPWP dan rangkap ketiga diarsipkan lagi bersama data sumber calon Wajib Pajak yang bersangkutan.

4. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu bekerja sama dengan pihak luar sebagai pendukung lancarnya pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan juga melakukan kerja sama dengan pihak lainnya yang berkaitan, baik instansi swasta maupun instansi pemerintahan.

Sementara itu kerjasama dengan pihak swasta ditandai dengan adanya kerjasama dengan pihak pengelola gedung pertokoan dan ruko yang ada di wilayah KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Berdasarkan penelitian penulis, tahap persiapan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 yang dilakukan berdasarkan prioritas dalam pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

5. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominative dengan menggunakan formulir untuk Wajib Pajak di wilayah pemukiman dan untuk Wajib Pajak di sentra perdagangan atau pembelanjaan atau pertokoan atau perkantoran, seperti di mall, plaza, kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya dengan menggunakan surat edaran.

6. Melakukan penyisiran (canvassing) yaitu dengan terjun langsung ke lapangan tempat usaha perdagangan di kawasan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pelaksanaan penyisiran (canvassing) dimulai pada tanggal 11 juni 2001, secara serentak dilakukan seluruh jakarta. Canvassing merupakan penyisiran lapangan yang dilakukan oleh tim ekstensifikasi KPP untuk menjaring dan menghimbau secara lisan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP untuk segera mendaftarkan dirinya ke kantor pelayanan

(9)

pajak yang terdapat dimana mereka tinggal atau berusaha memperoleh NPWP.

7. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dengan pemberian NPWP secara jabatan terhadap perdagangan yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sesuai dengan petunjuk Surat Edaran Direktur Jendral Pajak SE-116/PJ/2009 tanggal 21 desember 2009 tentang kebijakan pemeriksaan untuk tujuan lainnya.

KPP Pratama Setiabudi Satu dapat melakukan kerjasama dengan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak sebagaimana yang tercantum di SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 juni 2001 tentang “ Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak”. Jadi secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan KPP dalam tahap persiapan telah dilakukan dengan baik.

4.2.3 Tahap pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mulai melakukan upaya-upaya untuk mencari Wajib Pajak baru. Dimulai dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui RT RW, kelurahan setempat, pengelola perkantoran, dan para pengusaha. Sosialisasi yang biasa diberikan oleh seksi ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu adalah berupa penyuluhan mengenai perpajakan. Membahas tentang betapa pentingnya peranan pajak bagi pembangunan negara, juga memberi tahu bagaimana tata cara untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, tata cara membayar pajak, dan tata cara mengisi SPT.

Sayangnya KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melakukan koordinasi dengan pengelola pasar setempat. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu baru merencanakan tahun ini akan melakukan kerjasama dengan pengelola pasar. Sulitnya menemui pengelola pasar adalah salah satu alasan mengapa KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melakukan koordinasi dengan pengelola pasar. Selain itu kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan tugas lapangan juga menjadi kendala yang membatasi kinerja Seksi Ekstensifikasi. Hal ini mengakibatkan Seksi Ekstensifikasi sulit untuk mendapatkan akses dalam melakukan penyuluhan kepada pengusaha-pengusaha yang ada di pasar tersebut. Hal ini menjadi kerugian bagi KPP

(10)

Pratama Jakarta Setiabudi Satu, karena banyak Orang Pribadi yang melakukan usaha tidak terjaring sebagai Wajib Pajak baru.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu agar lebih gencar dalam melakukan pendekatan kepada pengelola pasar. Pendekatan dapat dilakukan dengan mendatangi kantor pengelola pasar atau menghubunginya melalui telepon terlebih dahulu.

Dengan bekerja sama dengan pengelola pasar, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dapat menjaring pengusaha-pengusaha yang berada di pasar tersebut menjadi Wajib Pajak baru.

Selain itu, ada juga program canvassing yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Canvassing (penyisiran) adalah kegiatan penyisiran lapangan yang dilakukan oleh Tim Ekstensifikasi KPP untuk menjaring dan menghimbau secara lisan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP agar segera mendaftarkan dirinya ke KPP yang terdapat di lokasi dimana Wajib Pajak tinggal. Dalam melakukan canvassing KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu terjun langsung ke lapangan dan melakukan penelusuran ke setiap lokasi yang berpotensi menjadi Wajib Pajak, gedung-gedung perkantoran atau ruko-ruko misalnya. Dalam melakukan canvassing, Seksi Ekstensifikasi dibantu oleh sejumlah Account Representative yang merupakan anggota dari Seksi Waskon, serta dibantu juga oleh Seksi Pelayanan. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu tidak ada aturan khusus mengenai kapan canvassing akan dilakukan. Proses canvassing biasa dilakukan dalam kurun waktu satu bulan. Setelah itu baru akan ada tindak lanjut dari hasil kegiatan canvassing, seperti mengirim surat himbauan. Dalam proses canvassing, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melaksanakannya secara maksimal karena masih memakai waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang bekerja di seksi ekstensifikasi atau tidak adanya pegawai khusus yang melakukan proses canvassing.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu juga melakukan pengiriman surat pemberitahuan kepada calon Wajib Pajak yang telah terdaftar di dalam daftar nominatif yang dibuat dalam tahap persiapan. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada calon Wajib Pajak di wilayah perumahan diberi jangka waktu 14 hari untuk merespon. Dalam jangka waktu tersebut ada beberapa kemungkinan, yaitu :

1. Wajib Pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) dengan mengisi formulir pendaftaran. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak

(11)

akan dilakukan proses sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

2. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dan menyatakan yang bersangkutan tidak memiliki NPWP dan belum wajib untuk memiliki NPWP. Untuk Wajib Pajak seperti ini Seksi Ekstensifikasi akan melakukan proses lebih lanjut dengan meminta Wajib Pajak yang bersangkutan datang ke KPP. Lalu Seksi Ekstensifikasi akan melakukan tanya jawab dengan Wajib Pajak tersebut untuk mencari tahu apakah Wajib Pajak tersebut benar atau tidak belum wajib memiliki NPWP. Pertanyaan yang diajukan biasanya seputar pekerjaan Wajib Pajak, penghasilan perbulan Wajib Pajak, dan juga menjelaskan sumber data yang menjadikan Wajib Pajak tersebut masuk ke dalam daftar nominatif. Lalu setalah dilakukan analisa terhadap Wajib Pajak tersebut petugas dapat menyimpulkan apakah yang bersangkutan benar belum wajib memiliki NPWP atau seharusnya sudah wajib memiliki NPWP.

Apabila ternyata dari hasil analisa Wajib Pajak tersebut sudah wajib memiliki NPWP, maka petugas akan melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).

3. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dan menyatakan bahwa dirinya sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu maupun di KPP lain. Terhadap Wajib Pajak seperti ini akan dilakukan pencocokan dengan data yang terdapat di Master File Lokal (MFL). Apabila memang benar kalau Wajib Pajak telah terdaftar di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu maka Wajib Pajak tersebut akan dihapus dari daftar nominatif. Tetapi apabila Wajib Pajak telah terdaftar di KPP lain atau ternyata belum mempunya NPWP maka akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

4. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima. Untuk Wajib Pajak seperti ini akan ditindak lanjut oleh Seksi PDI, dimana datanya akan diserahkan ke Seksi Pelayanan untuk dilakukan proses pemberian NPWP secara jabatan.

5. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan dikarenakan Wajib Pajak tidak menerima surat pemberitahuan tersebut atau kembali pos (kempos).

Terhadap Wajib Pajak tersebut akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

(12)

Perlakuan sedikit berbeda ditujukan untuk Wajib Pajak yang melakukan usaha atau dagang di sentra perdagangan, pertokoan, perbelanjaan, mall, plaza atau sentra ekonomi lainnya maka seluruhnya akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan. Ini dikarenakan surat pemberitahuan yang dikirim fungsinya mencakup surat perintah pemeriksaan pajak. Ini merupakan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak (updating data) yang dilakukan setiap tiga tahun sekali atau ditentukan lain oleh Kakanwil DJP, sesuai dengan kondisi wilayah atau perkembangan ekonomi.

Menganut pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER - 175/PJ./2006. Setiap objek pajak yang berada di pusat perdagangan dan/atau pertokoan wajib didaftarkan dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang akan digunakan sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Koordinator lapangan juga meneliti data kelengkapan LPDOP (Lampiran Pemutakhiran Data Obyek Pajak) yang akan digunakan untuk mendapatkan data Wajib Pajak orang pribadi dan berfungsi juga untuk formulir pendaftaran Wajib Pajak dari petugas lapangan.

Secara keseluruhan, berdasarkan pengamatan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi, walaupun terdapat kekurangan sumber daya manusia, tahap pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu berjalan cukup baik, sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 tentang “Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak” dan PER - 175/PJ./2006 Tentang

“Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan”.

4.2.4 Tahap pengawasan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Dalam tahap pengawasan Ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak, Mengevaluasi hasil pelaksanaan secara berkala dan rutin untuk memonitor kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak.

Berikut kegiatan dalam tahap pengawasan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu :

(13)

1. Setiap tim pelaksana kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak untuk dikomplikasikan oleh Kepala Seksi PDI.

2. Kepala kantor penyuluhan pajak bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada kepala KPP atasannya.

3. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada kakanwil DJP atasannya, dengan menggunakan bentuk laporan.

4. Kakanwil DJP bertanggung jawab mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu juga mengeluarkan kebijaksanaan tersendiri agar pelaksanaan ekstensifikasi berjalan dengan baik dan tetap terjaga keefektifannya. Kebijakan tersebut adalah melakukan rapat internal seksi ekstensifikasi yang dilakukan setiap bulan, yang dipimpin langsung oleh kepala seksi ekstensifikasi. Secara keseluruhan tahap pengawasan sudah dilaksanakan dengan baik.

4.3 Evaluasi atas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengintensifikasikan semua usahanya dalam peningkatakan pajak, dari sisi ekstensifikasi pajak. Pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subjek dan objek pajak.

Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil evaluasi kegiatan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Butir-butir yang dievaluasi tidak jauh berbeda dengan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.

4.3.1 Evaluasi Sumber Daya Manusia

Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, pada bagian intensifikasi pajak terdiri beberapa seksi yaitu, seksi pengawasan dan konsultasi (waskon), berikut ini ada

(14)

beberapa pembagian seksi waskon di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yang masing-masing sudah memiliki tugas dan wilayah tertentu,yaitu :

a. Waskon 1 dan 2 bertugas menangani Kelurahan Karet

b. Waskon 3 dan 4 bertugas menangani Kelurahan Karet Kuningan

Dari setiap tugas seksi waskon mempunyai 5-7 orang yang masing-masing telah dikepalai oleh seksi tersebut dan kepala seksi mengawasi bawahannya. Jumlah ini sangat sedikit karena jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Setiabudi Satu sangatlah banyak, sehingga mereka sering kwalahan untuk mengatasinya.

Hal ini mengakibatkan proses penggalian potensi Wajib Pajak terganggu karena disetiap waskon paling sedikit melakukan penggalian potensi pajak sebanyak ribuan orang, kinerja yang tidak optimal ini mengakibatkan jumlah penerimaan pajak tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ingin menambah jumlah pegawai di setiap seksi-seksi waskon supaya seluruh wajib pajak bisa ditangani dengan baik.

Sedangkan pada seksi waskon seperti yang diketahui pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 yang bertugas sebagai pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak meliputi :

a. Petugas yang ditunjuk oleh oleh kepala KPP b. Petugas penyuluhan pajak

c. Petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil DJP.

Jadi, dapat diketahui bahwa kriteria petugas intensifikasi pajak tidak berbeda jauh dengan petugas ekstensifikasi Wajib Pajak. Namun kualitas sumber daya manusia (SDM) disetiap seksi waskon sudah cukup memadai walau belum optimal.

Dilihat dari jenjang pendidikan terakhir yang paling tinggi sarjana S2 sekitar 1 orang, S1 sekitar 19 orang, Diploma empat (D4) 2 orang , dan Diploma tiga (D3) 4 orang.

Dengan tidak adanya ketentuan terhadap jenjang pendidikan maka siapa saja bisa menjadi petugas intensifikasi pajak, sedangkan kegiatan intensifikasi harus orang yang benar-benar menguasai pajak, dikarenakan account representative harus melakukan pemeriksaan pajak. account representative dilakukan antara lain melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi serta melakukan pembetulan ketetapan pajak.

(15)

4.3.2 Tahap persiapan Intensifikasi Pajak

Dalam tahap persiapan Intensifikasi Pajak hanya diperlukan sedikit persiapan dikarenakan data yang diperlukan untuk analisis sudah tersedia di dalam file, berikut tahap persiapann yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu :

1. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dan menyiapkan daftar wajib pajak yang akan di telaah pemenuhan kewajiban perpajakannya apakah telah sesuai atau belum sesuai. Dan juga membutuhkan data lain seperti register laporan pemeriksaan pajak dan register surat perintah pemeriksaan pajak.

2. Dalam melakukan kegiatan intensifikasi pajak, seksi waskon bekerja sama dengan instansi lain seperti Kanwil DJP Jakarta Selatan. Kerja sama dengan Kanwil DJP Jakarta Selatan akan membuat program lebih terarah.

Tahap persiapan kegiatan intensifikasi pajak dilakukan oleh seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dilakukan dengan kurang baik, karena pegawai yang ada lebih di manfaatkan untuk memeriksa data dan informasi mengenai Wajib Pajak yang jumlahnya sangat banyak, akibatnya kerja sama dengan pihak luar tidak berjalan optimal sehingga data yang diperoleh oleh seksi Waskon sangat minim.

Dengan data yang minim, kegiatan intensifikasi pajak menjadi tidak optimal. Karena untuk melakukan penggalian potensi wajib pajak terdaftar diperlukan data dari berbagai pihak. Selain itu, seksi Waskon harus melakukan pendekatan secara langsung dan berkesinambungan dengan para pejabat yang berwenang dalam instansi atau perusahaan dengan memberikan jaminan bahwa data yang diminta KPP hanya akan digunakan untuk keperluan perpajakan dengan tetap menjamin kerahasiaan serta kode etik antar instansi.

4.3.3 Tahap Pelaksanaan Intensifikasi Pajak

Tujuan Intensifikasi Pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak, dari sisi ekstensifikasi pajak pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subjek dan objek pajak.

Untuk mencapai target tersebut KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan tiga strategi, yaitu :

1. Membentuk satuan tugas khusus ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang terintegritas dan bertanggungjawab untuk proses pelaksanaannya.

2. Penyertaan tunjangan khusus untuk seluruh pegawai pajak.

(16)

3. Menumbuhkan semangat rela membayar pajak.

Intensifikasi pajak dilakukan dengan cara merubah peraturan yang telah ada yang ditujukan untuk memperluas cakupan dan obyek pajak. Ada 3 metode yang digunakan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu untuk melancarkan program intensifikasi pajak, yaitu:

1. Kegiatan mapping atau pemetaan

Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subjek pajak, jenis pajak, dan sektor/sub sektor usaha, sesuai kebutuhan atau keuggulan yang terdapat di wilayah kerja kantor pelayanan pajak dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi perpajakan dan keunggulan di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan. Berikut penulis akan uraikan langkah-langkah mapping yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu:

a. Pengelompokkan mapping

1. Wilayah Administrasi Pemerintahan (Kelurahan, Kabupaten / Kota, provinsi). Kegunaannya untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak tedaftar dan potensi jumlah calon Wajib Pajak.

2. Wilayah Ekonomi. Kegunaannya untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi seperti lokasi industri, perdagangan, pemukiman mewah, lokasi wiasta, lokasi pertambangan, lokasi perkebunan, lokasi pertanian, lokasi kehutanan, lokasi perairan, lokasi pelabuhan dan lokasi pergudangan yang ada dilokasi kerja unit kantor yang bersangkutan.

3. Subjek Pajak. Kegunaannya untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak dilakukan untuk menilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakuan oleh Orang Pribadi maupun Badan.

b. Analisis Mapping merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi perpajakan yang dapat digali dari Wajib Pajak yang telah terdaftar dan

(17)

dikelompokkan sebelumnya. Yang berhubungan dengan potensi jumlah Wajib Pajak contohnya:

1. Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan Wajib Pajak yang efektif.

2. Menilai apakah Wajib Pajak tertentu kewajiban perpajakannya dapat di naikkan.

Analisis Mapping

Tahun 2011

Jumlah KK 39,299

Jumlah KK miskin (7,860)

Potensi Wajib Pajak 31,439

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (23,630) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 7,809

Tahun 2012

Jumlah KK 39,299

Jumlah KK miskin (7,860)

Potensi Wajib Pajak 31,439

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (24,948) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 6,491

Tahun 2013

Jumlah KK 39,299

Jumlah KK miskin (7,860)

Potensi Wajib Pajak 31,439

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (26,808) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 4,631

c. Tindak Lanjut Mapping

Kegunaannya untuk memilih kelompok-kelompok yang potensial untuk ditindak lanjuti dengan memperhatikan :

1. Potensi perpajakannya 2. Tingkat kepatuhannya

3. Tingkat kesulitan dalam implementasi 4. Deterrent effect

d. Kegiatan Benchmarking atau pembandingan

(18)

Kegiatan benchmarking adalah kegiatan penetapan standar ukuran atau besaran yang wajar dan terbaik untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang mempunyai kegiatan usaha yang sejenis dan dijadikan pedoman awal oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan yang dilaporkan wajib pajak. Tujuan kegiatan Benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan WP, terutama menyangkut kepatuhan materialnya. Proses dan metode penetapan benchmarking merupakan salah satu langkah strategis yang berkaitan dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2009 dan tahun-tahun selanjutnya. Program ini merupakan bagian dari program penggalian potensi pajak melalui program mapping, profiling, benchmarking, pertukaran data dan perekaman. Pelaksanaan program tersebut secara teknis dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 71/PJ/2009 tentang Pembentukan Tim Pembakuan Disain dan Sistem Aplikasi Mapping, Profilling, Benchmarking, Perekam dan Pertukaran Data Perpajakan.

Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, dengan demikian total benchmarking memiliki karakteristik:

1. Benchmark disusun berdasarkan kelompok usaha.

2. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input- input perusahaan.

Tujuan total benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan Wajib Pajak, terutama

(19)

menyangkut kepatuhan materialnya. Manfaat Total Benchmarking sebagai Supporting tools bagi program intensifikasi atau penggalian potensi pajak dan alat bantu dalam penghitungan tax gap. Berikut ini akan digambarkan alur pemanfaatan total benchmarking oleh penulis, sebagai berikut:

Gambar 4.2

Alur Pemanfaatan Total Benchmarking

Model alur pemanfaatan benchmarking diatas, diterapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu dalam rangka melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan

(20)

terhadap Wajib Pajak. Benchmarking yang dilakukan oleh KPP Pratama Setiabudi Satu disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking.

Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Dengan adanya kegiatan benchmarking, di harapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu dapat secara sistematis menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta mendeteksi Wajib Pajak dengak risiko ketidakpatuhan yang tinggi, untuk kemudian dilakukan tindak lanjut yang sesuai.

e. Kegiatan Profilling atau pembuatan profil Wajib Pajak

Kegiatan profilling Wajib Pajak adalah rangkaian data dan informasi per Wajib Pajak yang memuat identitas dan kegiatan usaha serta riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan dengan tujuan untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan pegawai untuk bahan analisis, mengukur tingkat risiko dan kepatuhan Wajib Pajak sehingga pegawai lebih mengenal Wajib Pajak dalam rangka pengawasan, penggalian potensi pajak dan pelayanan yang lebih baik.

Adapun, metode lainnya yang digunakan dalam kegiatan intensifikasi pajak adalah aplikasi Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) yakni pemanfaatan dan data-matching eksternal dan internal serta program aktivasi Wajib Pajak Non-Filer, yakni upaya tindak lanjut terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT.

Atas data yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan atau SPT, ditindaklanjuti dengan kegiatan konseling terhadap Wajib Pajak untuk klarifikasi. Apabila Wajib Pajak mengakui kesalahannya, yakni data belum dilaporkan dalam SPT, Wajib Pajak dipersilakan untuk melakukan pembetulan SPT dan membayar kekurangan pajak dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari. Namun, bila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari Wajib Pajak tidak melakukan pembetulan SPT dan

(21)

tidak melunasi kekurangan pembayaran pajak, terhadap Wajib Pajak akan diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan pajak.

Ketiga kegiatan ini didukung dengan kegiatan pengumpulan data baik dari internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun dari eksternal DJP. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpadu untuk menemukan adanya indikasi potensi pajak yang belum tergali yang biasanya dilakukan oleh petugas Account Representative. Proses ini diawali dengan analisa oleh AR yang kemudian dilanjutkan dengan pengiriman surat himbauan kepada Wajib Pajak untuk membetulkan SPT yang telah dilaporkan. Terhadap Wajib Pajak juga dilakukan kegiatan konseling di mana Wajib Pajak dan petugas pajak akan mencari titik temu terhadap perbedaan pendapat atas suatu hal yang dipermasalahkan.

4.3.4 Tahap Pengawasan Intensifikasi Pajak

Tahap pengawasan pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mengikuti pada surat edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang “Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak”, sebagai berikut :

1. Setiap tim pelaksana kegiatan Intensifikasi Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak untuk dikomplikasikan oleh Kepala Seksi PDI.

2. Kepala kantor penyuluhan pajak bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada kepala KPP atasannya.

3. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada kakanwil DJP atasannya, dengan menggunakan bentuk laporan.

4. Kakanwil DJP bertanggung jawab mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahap pengawasan intensifikasi pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan aturan yang berlaku.

(22)

4.4 Evaluasi atas Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

Dalam melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memiliki hambatan-hambatan, yaitu :

1. Data yang rendah

Surat permintaan data tidak direspon oleh KPP lokasi kerena petugas di sana sibuk dan akhirnya surat mungkin terselip dan akses sumber data yang sangat terbatas.

2. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak

Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan adalah hal utama yang harus dibangun agar masyarakat mau memenuhi kewajiban perpajakannya dengan suka rela. Tetapi pihak KPP harus lebih berupaya lebih banyak lagi melalui berbagai penyuluhan, seminar, pelatihan, brosur, majalah, surat kabar, TV, radio dan sebagainya. Tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai WP tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, sehingga jumlah WP terdaftar tidak bertambah secara signifikan.

3. Kurangnya kerjasama dengan pihak terkait

KPP sebagai unit terkecil dari kesatuan Direktorat Jenderal Pajak yang secara langsung berhadapan dengan Wajib Pajak. Selain memerlukan dukungan dan program yang terarah dari kantor pusat, KPP juga memerlukan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait. Hal ini dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh data yang ada di KPP biasanya memiliki kaitan dengan instansi lain.

4. Ketidaktahuan Wajib Pajak atas peraturan perpajakan yang berlaku.

5. Kesalahpahaman Wajib Pajak dalam menafsirkan peraturan perpajakan.

6. Wajib Pajak merasa enggan mendaftarkan diri sebagai WP yang memiliki NPWP karena pajak tidak memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan petugas, dapat menyimpulkan pada dasarnya KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah mengupayakan kerjasama dengan pihak lain, namun masih ada organisasi yang sulit untuk bekerja sama terutama dalam pelaksanaan sosialisasi kepada WP. Untuk itu,

(23)

diharapkan para petugas pajak dapat merangkul pengurus organisasi misalnya, persatuan perdagangan tekstil untuk meminta bantuan sosialisasi perpajakan kepada para pedagang karena tidak menutup kemungkinan jika melalui organisasi tersebut pedagang yang awalnya tidak kooperatif dapat lebih memahami maksud dan tujuan sosialisasi perpajakan.

4.5 Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak

Untuk mengatasi hambatannya sistem pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut atau paling tidak meminimalisirkan hambatan yang ada, berikut ini upaya-upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

1. Memperbanyak sosialisasi dan penyuluhan perpajakan

Dalam mengatasi rendahnya tingkat kesadaran WP maka KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan upaya penyuluhan dan memperbanyak sosialisasi perpajakan.Sosialisasi yang diberikan oleh KPP tidak hanya masyarakat yang belum menjadi Wajib Pajak, tetapi juga untuk Wajib Pajak terdaftar agar dapat memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak yang baik.

Dalam melakukan sosialisasi, petugas berupaya menerangkan kepada masyarakat apakah itu perpajakan dan menerangkan masyarakat yang belum memiliki NPWP mengenai berapa pentingnya pajak bagi negara.

Keuntungan memiliki NPWP dan bagaimana cara mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak yang baik. Untuk Wajib Pajak baru petugas menyampaikan bahwa pajak bukanlah urusan yang sulit bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu dan tidak paham begaimana memenuhi kewajiban perpajakan mereka, petugas akan menerangkan cara pembayaran dan pelaporan pajak yang praktis misalnya dengan elektronik.

2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak yang terkait

Pihak KPP meningkatkan kerjasama dengan melalui pemda,dalam hal ini pemda membuat nota kesepakatan. Nota kesepakatan akan menjadi fasilitas dalam upaya permintaan data kependudukan terbaru, selain itu juga untuk

(24)

kemudahan izin dan akses masuk ke lingkungan penduduk dan pusat perkantoran dalam rangka melaksanakan sosialisasi perpajakan.

Jika dibandingkan dengan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 kerjasama yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu masih sangat minim. Banyak kerjasama dengan pihak terkait seperti PLN ,notaris, bank, baik bank dalam negri maupun luar negri dan sebagainya yang dinilai dapat membantu kerjasama yang lebih baik.

3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Keterbatasannya SDM yang dialami oleh seksi ekstensifikasi dan seksi waskon merupakan masalah yang umum terjadi di KPP, utuk mngatasi masalah tersebut seksi ekstensifikasi atau seksi waskon KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu untuk menambah jumlah SDM yang ada, tentunya upaya penambahan jumlah SDM yang ada juga di barangi dengan upaya peningkatan kualitas pegawai itu sendiri.

4. Pemanfaatan data internal

Dalam perolehan data internal, dari pihak eksternal KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memanfaatkan data internal yang telah disediakan. Data ini paling efektif yang bisa digunakan oleh KPP untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak melalui SPT dan data PBB yang dimasukkan Wajib Pajak.

4.6 Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

4.6.1 Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yaitu dengan pertumbuhan jumlah wajib pajak yang terdaftar disusun dengan tabel dan tahun 2011-2013.

(25)

Tabel 4.3

Evaluasi Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2011-2013

Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Sumber : Seksi Ekstensifikasi, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Berdasarkan tabel 4.3 di atas pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu terlihat bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang terdaftar tahun 2011-2013 meningkat setiap tahun secara signifikan, yaitu pada tahun 2011 total WP orang pribadi terdaftar mencapai 15.085 dan WP badan mencapai 8.545, kemudian tahun 2012 total WP orang pribadi yang terdaftar meningkat menjadi 15.628 dan WP badan menjadi 9.320, serta pada tahun 2013 total WP orang pribadi yang terdaftar meningkat lagi menjadi 16.632 dan WP badan menjadi 10.176, sehingga ini merupakan kerja baik bagi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Wajib Pajak yang telah terdaftar dan memiliki NPWP belum tentu aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu penulis hanya meneliti Wajib Pajak yang efektif, agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat.

4.6.2 Perkembangan Penerimaan Pajak

Pertumbuhan jumlah pajak yang terdaftar merupakan tujuan akhir dari kegiatan pajak, oleh karena itu, penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar seharusnya diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai penerimaan pajak dari tahun 2011-2013.

TAHUN OP BADAN

TOTAL WP TERDAFTAR

2011 15085 8545 23630

2012 15628 9320 24948

2013 16632 10176 26808

(26)

Tabel 4.4

Perkembangan Penerimaan Pajak dari Hasil Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

Tahun 2011-2013 (dalam Rupiah)

Sumber : Seksi Ekstensifikasi, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa total penerimaan pajak dan penerimaan dari WP baru dari tahun 2011-2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penerimaan dari Wajib Pajak Baru pada tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yang sangat signifikan . Dari tahun 2011 ke 2012 penerimaan pajak yang berasal dari WP baru mengalami kenaikan sebesar 430,08% kemudian pada tahun 2012 ke 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 43,83%, walaupun jumlah peningkatan penerimaan dari wajib pajak baru tahun 2011 ke 2012 lebih banyak daripada 2012-2013, Hal ini merupakan kerja baik untuk KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Bila dilihat secara keseluruhan, program ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak pada tahun 2011-2013 sangat baik dengan adanya kenaikan jumlah penerimaan pajak yang lumayan tinggi. Peningkatan jumlah penerimaan pajak ini seiring dengan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak terdaftar yang juga mengalami kenaikan.

Uraian 2011 2012 2013

(%) (%) 2011-

2012

2012- 2013

Penerimaan

Pajak 1,370,270,793,553 1,583,411,453,798 2,270,064,295,405 15.55% 43.37%

Penerimaan Dari WP

Baru 19,486,122,180 103,291,163,789 148,563,438,737 430.08% 43.83%

Total 1,389,756,915,733 1,686,702,617,587 2,418,627,734,142 21.37% 43.39%

(27)

4.6.3 Kontribusi pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak terhadap Penerimaan pajak

Tabel 4.5

Rencana dan Realisasi penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Tahun 2011-2013 (dalam rupiah)

Uraian Rencana Realisasi (%)

Tahun 2011

PPH 760,798,840,000 856,765,066,757 12.61%

PPN 487,551,790,000 450,590,438,687 -7.58%

PBB 55,362,000,000 81,591,232,837 47.38%

Pajak Lain 1,706,910,000 810,177,452 -52.54%

Total 1,305,419,540,000 1,389,756,915,733 6.46%

Tahun 2012

PPH 931,120,708,974 1,085,946,802,238 16.63%

PPN 560,490,634,032 526,833,497,752 -6.00%

PBB 60,109,271,834 72,052,411,644 19.87%

Pajak Lain 1,965,307,503 1,869,905,944 -4.85%

Total 1,553,685,922,343 1,686,702,617,578 8.56%

Tahun 2013

PPH 1,065,426,000,000 1,558,882,910,487 46.32%

PPN 533,079,000,001 858,445,660,461 61.04%

PBB 0 0 0.00%

Pajak Lain 2,232,000,000 1,299,163,194 -41.79%

Total 1,600,737,000,001 2,418,627,734,142 51.09%

Sumber : Seksi Bagian Umum, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

(28)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat secara keseluruhan total penerimaan pajak terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan pajak juga dapat melampaui rencana penerimaan pajak. Rencana penerimaan pajak yaitu : 1. Rencana penerimaan pajak tahun 2011 sebesar Rp 1,305,419,540,000 dan

realisasinya mencapai Rp 1,389,756,915,733. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 6,46%.

2. Rencana penerimaan pajak tahun 2012 sebesar Rp 1,553,685,922,343 dan realisasinya mencapai Rp 1,686,702,617,578. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 8,56%.

3. Rencana penerimaan pajak tahun 2013 sebesar Rp 1,600,737,000,001 dan realisasinya mencapai Rp 2,418,627,734,142. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 51,09%.

Gambar 4.3

Rencana dan realisasi 2011-2013 Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu sangat baik dalam meningkatkan penerimaan, dapat dilihat dari jumlah penerimaan pajak yang terus meningkat setiap tahunnya dan dapat melampaui rencana penerimaan yang telah disusun. Pada tahun 2011 dan 2012 terjadi peningkatan berkisar antara 6,46%-8,56%, serta pada tahun 2013 terjadi peningkatan penerimaan pajak yang sangat signifikan yaitu sebesar 51,09%. Selain itu pada tahun 2013 terjadi perubahan Undang-undang yang menetapkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sebelumnya sebesar Rp 15.840.000 / tahun menjadi sebesar Rp 24.300.000 / tahun, hal ini membuktikan bahwa KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mempunyai kinerja yang sangat baik

(29)

karena tidak semua Wajib Pajak mempunyai penghasilan yang berada diatas PTKP, namun KPP tetap dapat memaksimalkan penerimaan pajaknya.

4.6.4 Perbandingan Penerimaan Pajak Dengan KPP lain

Penelitian dilakukan oleh Evy (2013) dengan penelitian mengenai “Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa :

1. 2010 rencana penerimaan pajak Rp 281.258.823.516 dan realisasinya mencapai Rp 319.575.254.844. Itu berarti realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 56,54%

2. 2011 rencana penerimaan pajak Rp 389.538.741.671 dan realisasinya mencapai Rp 412.360.259.958 itu berarti realisasinya naik sebesar 14,99%.

3. 2012 rencana penerimaan pajak sebesar Rp 424.609.296.109 dan realisasinya mencapai Rp 479.717.358.414 itu berarti realisasinya melampaui 23,7%.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat pada tahun 2011 jumlah realisasi penerimaan pajak melebihi rencana sebesar 14,99% pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua, sedangkan pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu hanya 6,46%.

Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak masing-masing KPP telah melebihi rencana yang telah di tetapkan untuk KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua melebihi rencana sebesar 23,7% dan untuk KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu sebesar 8,56%.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil kinerja KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu masih dapat ditingkatkan yaitu dengan menambah jumlah karyawannya karena dapat dilihat jumlah karyawan di KPP ini yang melaksanakan tugas di bidang ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak masih sedikit. Oleh karna itu dengan adanya penambahan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini dilakukan untuk membuat dokumentasi tentang motif-motif kain songket yang diproduksi oleh penenun dari desa Jinengdalem Buleleng.. Pada kegiatan ini berhasil

1957 Pemasangan pipa penyalur berukuran 8” dari Sungai Karas ke Buatan telah selesai, dan pengiriman minyak mentah ke Sungai Gerong melalui Terminal Buatan

Dimana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau PKP dengan menemui calon wajib pajak dengan menunjukkan surat

Dengan berbagai upaya yang telah dijalankan oleh KPP Pratama Kebon Jeruk I melalui kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, diharapkan pertumbuhan

Pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang cukup baik yang dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Tigaraksa Tangerang telah berhasil menambah jumlah Wajib

Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua telah berjalan dengan

KAWASAN JL. Beberapa faktor yang menyebakan WP kurang efektif dalam melakukan perpajakan, salah satunya adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instansi

Dari hasil pelaksanaan kegiatan Intensifikasi yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo dengan tujuan meningkatkan ataupun memperluas jumlah wajib pajak orang