• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A . Tinjauan Teoritis

1. Manajemen Laba.

Manajemen sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas kinerja perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laba yang dihasilkan perusahaan melalui laporan keuangan. Dalam membuat laporan keuangan, terkadang manajemen memanfaatkan keleluasaan GAAP untuk memilih metode yang sesuai dengan perusahaan. Dimana kadangkala sering timbul praktik manajemen laba dalam pelaksanaannya.

Pemahaman kosep manajemen laba dapat dilihat dari pendekatan teori keagenan dan signaling theory. Keduanya menjelaskan bahwa manusia memiliki keterbatasan rasional dan menolak resiko (Djamaluddin, 2008: 57). Resiko yang dimagsud adalah resiko pada saat mengelola bisnis perusahaan. Dimana resiko kegagalan dan ketidakpastian akan selalu membayangi. Dan tentunya posisi ini akan mengancam posisi mereka didalam perusahaan. Untuk dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan resiko terkadang pihak manajemen melakukan hal- hal yang tidak etis. Salah satunya dengan melakukan manajemen laba. Sampai saat ini tindakan manajemen laba masih mendapat kontroversi dari berbagai pihak. Sebagian orang menganggap tindakan manajemen laba sah-sah saja selama masih berada dalam koridor yang sesuai. Yakni dengan memanfaatkan keleluasaan peraturan GAAP.

(2)

Definsi mengenai manajemen laba belum ada yang pasti. Banyak pendapat yang menyatakan pengertian manajemen laba berdasarkan sudut pandang masing- masing. Menurut Healey dan Walen dalam Djamaluddin ( 2008: 57) ditinjau dari sudut pandang badan penetapan standar menyatakan

Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan kebijakan dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun transaksi dan mengubah laporan keuangan serta menyesatkam stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan atau mempengaruhi contractual outcomes yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

Sementara itu ditinjau dari sudut pandang fungsi laporan keuangan kepada pihak eksternal, Schiper dalam Djamaluddin (2008: 58) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu upaya melakukan intervensi terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan magsud memperoleh keuntungan pribadi. Definisi ini tidak didasarkan atas konsep earnings melainkan didasarkan pada angka akuntansi sebagai suatu informasi. Kedua definisi manajemen laba diatas berbeda namun pada intinya sama-sama menyatakan bahwa manajemen laba sebagai upaya untuk memanipulasi angka akuntansi demi keuntungan pribadi sehingga dapat menyesatkan penggunanya dalam mengambil keputusan.

2. Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal

a. Pengertian Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal.

Menurut PSAK 46 paragraf ketujuh laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Sementara itu penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba

(3)

atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

b. Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal

Dalam peraturan perpajakan di Indonesia mengharuskan penghitungan laba fiskal berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar penghitungan laba akuntansi. Sehingga dalam pembuatan laporan keuangan tidak perlu melakukan dua kali pembukuan berdasarkan kedua tujuan pelaporan tersebut. Yang membedakan antara laba akuntansi dengan laba fiskal adalah adanya koreksi fiskal atas laba akuntansi. Hampir semua perhitungan laba akuntansi yang dihasilkan harus mengalami koreksi fiskal untuk mendapatkan penghasilan kena pajak karena tidak semua ketentuan dalam standar akuntansi keuangan digunakan dalam peraturan perpajakan dengan kata lain banyak dari ketentuan perpajakan yang tidak sama dengan Standar Akuntansi Keuangan ( Djamaluddin, 2008: 56),

Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan ada yang bersifat tetap (Permanent different). Atas perbedaan

tersebut harus dilakukan suatu tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal perusahaan.

1. Perbedaan Tetap (Permanent Different)

Perbedaan tetap adalah merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal

(4)

atau berdasarkan peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan. Undang –undang No 17 tahun 2000 menjelaskan adanya penerimaan yang tidak merupakan objek pajak dan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan terhadap penghasilan. Penerimaan dan pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:

1) pendapatan dividen, bunga royalti, sewa, hadiah, penghargaan dan imbalan jasa tertentu yang sudah dikenakan pajak final.

2) Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang telah ditetapkan menteri keuangan.

3) Jumlah imbalan yang melebihi kewajaran yang diberikan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa.

4) Sanksi perpajakan berupa denda dan bunga. Beban yang berkaitan dengan jamuan.

5) Pajak penghasilan 6) Dan lainnya

2. Perbedaan Sementara (Temporary Different)

Menurut PSAK No. 46 paragraf ketujuh perbedaan temporer adalah perbedaan antar jumlah tercatat aset atu kewajiban dengan DPP. Perbedaan temporer ini dapat berupa :

1) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary diffrences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah (amount) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered). Atau nilai tercatat kewajiban tesebut dilunasi ( settled).

2) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary diffrences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang dapat dikurangkan (deductible amounts) dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled).

Beda temporer merupakan perbedaan antara dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva atau kewajiban (Fiskal) dengan nilai tercatat aktiva dan kewajiban tersebut (Komersial), yang berakibat pada kenaikan atau

(5)

bertambahnya laba fiskal periode mendatang atau berkurangnya laba fiskal periode mendatang, dimana pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau diselesaikan. Menurut Harnanto (2003: 113) perbedaan temporer yang mengakibatkan harus diakuinya aktiva dan atau kewajiban pajak tangguhan terjadi atau timbul apabila :

a. Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk penghitungan laba fiskal dan untuk penghitungan laba akuntansinya dalam periode yang

berbeda

b. Bagian dari biaya perolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi merupakan suatu akuisisi, dialokasi kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasar nilai wajarnya dan penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh peraturan perpajakan.

c. Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam konsolidasi

d Perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva atau kewajiban pada saat pengakuan awalnya.

Perbedaan sementara timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan standard atau ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berlaku dalam disiplin akuntansi perpajakan dengan standard atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan. Dari kedua kelompok perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal maka penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dikarenakan perbedaan ini hanya mempengaruhi perioda terjadinya dan tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Penelitian ini menggunakan perbedaan temporer dalam analisis utamanya. Dalam metode akuntansi pajak penghasilan yang berorientasi pada neraca mengakui kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan yang disebabkan adanya perbedaan temporer dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan. Untuk itu perbedaan temporer yang dapat

(6)

menambah jumlah pajak masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deffered tax expense) Yang berarti kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan

perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal dan menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak.

Sementara itu perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak tanguhan yang berarti kenaikan pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui lebih awal atau menangguhkan pendapatannya.

c. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan

Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.Secara garis besar prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan adalah sebagai berikut : 1) Pajak penghasilan tahun berjalan yang kurang bayar atau terutang diakui

sebagai Kewajiban Pajak Kini (Hutang Pajak) sedangkan yang lebih dibayar disebut Aktiva Pajak Kini (Piutang Pajak)

2) Konsekuensi pajak peiode mendatang yang dapat didistribusikan dengan perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan, sedangkan efek perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan.

(7)

3) Pengukuran kewajiban dan aktiva pajak didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku

4) Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal neraca, terkait dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aktiva pajak direalisasikan dalam periode mendatang

d. Penyajian Dalam Laporan Keuangan 1. Aktiva dan Kewajiban Pajak

Didalam neraca, aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan secara terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus juga disajikan secara terpisah dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. Aktiva pajak kini disajikan dalam kelompok aktiva atau kewajiban tidak lancar. Didalam neraca kewajiban pajak kini di offset dengan aktiva pajak kini dan disajikan sejumlah nettonya

2. Beban Pajak Penghasilan

Didalam Laporan Laba Rugi, penghasilan dan biaya fiskal yang berhubungan dengan laba-rugi dari aktivitas operasi harus disajikan secara terpisah dari penghasilan atau keuntungan dan biaya atau kerugian yang berasal dari aktivitas non operasi

3. Pajak Penghasilan Final

Perbedaan nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final dengan dasar pengenaan pajak tidak boleh diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.

(8)

4. Perubahan Tarif Pajak atau Peraturan Perpajakan

Penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dilakukan apabila terjadi perubahan tarif atau peraturan perpajakan. Efek perubahan diakui dan disajikan didalam laporan laba rugi dalam periode terjadinya perubahan tarif atau peraturan perpajakan, sebagai komponen laba rugi dari operasi berlanjut

Menurut peraturan perpajakan, dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan kata lain dapat diperlakukan sebagai biaya fiskal terhadap setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima atau diperoleh perusahaan sebagai wajib pajak pada saat pemulihan nilai tercatat aktiva terkait. Sedangkan pada sisi kewajiban, sesuai dengan ketentuan perpajakan kewajiban adalah nilai tercatat dari kewajiban terkait dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau diperlakukan sebagai biaya periode mendatang.

Penentuan dasar pengenaan pajak dari aktiva dan kewajiban tidaklah mudah, karena peraturan perpajakan lebih mengutamakan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban daripada pengakuan dan pengukuran aktiva dan kewajiban. Dalam akuntansi perpajakan, aktiva dan kewajiban merupakan akibat semata mata dari hasil dari pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban yang dilakukan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

(9)

e. Pengungkapan.

PSAK 46 juga mengharuskan untuk diungkapkannya informasi lain yang berhubungan dengan aktiva dan kewajiban pajak sebagai elemen neraca serta penghasilan dan biaya fiskal sebagai elemen laba rugi tersebut di dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan berikut ini :

1) Unsur unsur utama penghasilan dan biaya fiskal yang meliputi a) Penghasilan dan biaya fiskal tahun berjalan

b) Penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya

c) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan sementara maupun realisasinya

d) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang beasal dari perubahan tarif atau peraturan perpajakan

e) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak kini

f) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak tangguhan

g) Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan nilai atau pembatalan penurunan periode sebelumnya atas aktiva pajak tangguhan

2) Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi yang dibebankan atau dikreditkan langsung kerekening ekuitas

(10)

3) Penghasilan dan biaya fiskal yang berasal dari pos luar biasa yang diakui dalam periode berjalan

4) Hubungan antara beban pajak penghasilan dengan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini :

a) Rekonsiliasi antara beban pajak penghasilan dengan hasil perkalian laba akuntansi dengan tarif yang berlaku

b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku

5) Efek perubahan tarif pajak dalam tahun berjalan dengan perbandingannya dengan tarif pajak yang berlaku pada periode sebelumnya, jika ada.

6) Lumlah perbedaan sementara yang boleh dikurangkan dan sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi dalam periode mendatang yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan

7) Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang disajikan di dalam neraca dan jumlah beban atau penghasilan pajak tangguhan yang disajikan di dalam laporan laba rugi; untuk setiap kelompok perbedaan sementara dan setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi dalam periode mendatang.

8) Beban pajak dari operasi yang tidak dilanjutkan atau penghentian segmen 9) Sifat bukti yang mendukung pengakuan dan penyajian aktiva pajak tangguhan

3. Kualitas Laba Akuntansi

Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan banyak penelitian membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara laba dengan tingkat return saham perusahaan. Karenanya laba

(11)

ini sering kali digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor dengan merekayasa laba sedemikian rupa. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan adanya kecenderungan informasi asimetri antara manajemen dengan pihak diluar perusahaan. Karena mendapat perhatian dari pihak eksternal maka diharapkan laba yang dilaporkan adalah laba yang berkualitas yakni laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise). Dan mencerminkan kinerja peusahaan yang sesungguhnya

(chandarin dalam Djamaluddin, 2008: 58).

Konsep transistory memiliki komponen yang hanya berpengaruh pada perioda tertentu terjadinya persistens atau tidak terus menerus. Yang mengakibatkan angka laba rugi akan berfluktuasi. Kualitas akuntansi akan semakin rendah bila gangguan persepsian yang terkandung didalamnya semakin besar.

4. Persistensi Laba Akuntansi.

Persistensi laba akuntansi adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan (expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun berjalan (current earnings) (Pennman dalam Djamluddin, 2008: 57).

Besarnya revisi ini menunjukkan tingkat persistensi laba. Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan ekspektasian, yaitu manfaat masa depan yang diperoleh pemegang saham.

SFAC No. 2 mengenai karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan bahwa kualitas primer informasi akuntansi adalah relevansi dan reliabilitas. Untuk informasi akuntansi berupa laba, meskipun persistensi laba bukan merupakan

(12)

komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba. Karena dalam karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba, dimana salah satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba. Oleh karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan ( Djamaluddin, 2008: 58).

Hanlon dalam Djamaluddin (2008: 59) menyatakan bahwa masih terdapat beberapa pendapat yang mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah book-tax differences dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba.

Pendapat yang mendukung berasal dari beberapa literatur analisis keuangan yang menyatakan bahwa naiknya laba yang dilaporkan oleh manajemen yang disebabkan oleh pilihan metoda akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal. Djamaluddin (2008:

58) menyatakan bahwa kenaikan utang pajak tangguhan, yang mencerminkan laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal mengindikasikan kualitas laba semakin buruk. Karena berkurangnya saldo aktiva pajak tangguhan harus diinvestigasi lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk menaikkan laba secara semu.

Sedangkan pendapat yang menentang bahwa book-tax differences dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba sekarang adalah adanya suatu penjelasan bahwa book-tax differences dapat dihasilkan melalui strategi tax- planning. Namun ada asumsi implisit yang mendasari penelitian book-tax

(13)

differences untuk menilai kualitas laba, bahwa terdapat variasi cross sectional

dalam kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba akuntansi, tetapi tidak ada variasi cross sectional dalam kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba kena pajak (Djamaluddin, 2008).

Implikasinya adalah manajer lebih senang meningkatkan laba akuntansi tanpa menyebabkan peningkatan pada laba fiskal dengan memanfaatkan keleluasaan peraturan GAAP. Oleh karena terdapat bermacam-macam sumber pendapat mengenai informasi yang terkandung dalam book-tax differences, apakah book-tax differences yang besar merupakan indikasi rendahnya persistensi laba akuntansi,

belum ada hasil konklusif.

Penelitian ini mendasarkan pendapat dalam literatur analisis keuangan yang fokus utamanya adalah pada book-tax differences dimana laba akuntansi lebih besar dibanding laba kena pajak (perbedaan positif), dan book-tax differences tersebut dapat digunakan untuk menilai kualitas laba akuntansi.

Beberapa penelitian sebelumnya mengasumsikan bahwa book-tax differences mengindikasikan kualitas laba rendah karena subyektivitas dalam proses akrual untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding untuk tujuan pajak. Jika book-tax differences menunjukkan subjektivitas dalam proses akrual pelaporan keuangan,

maka perusahaan dengan large negative or positive book-tax differences akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten dibanding perusahaan yang memiliki small book-tax differences.

(14)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu.

Hanlon dalam Djamaluddin (2008: 58) meneliti tentang pengaruh perbedaan antar laba akuntansi dan laba fiskla terhadap persistensi laba, akrual dan aliran kas. Penelitian dilakukan di NYSE, dan dengan menggunakan standar perpajakan yang berlaku di Amerika Serikat hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan perbedaan besar antara laba akuntansi dsan laba fiskal mempunyai peristensi laba yang lebih rendah daripada perusahaan yang memilili perbedaan kecil.

Penelitian terhadap persistensi laba dilakukan oleh Meythi (2006) dengan judul “ Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian mengenai persistensi selanjutnya dilakukan oleh Margaretta dengan judul “ Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba “. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, persistensi laba, prediktabilitas laba dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba.

Djamaluddin ( 2008: 55) meneliti pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, akrual, dan arus kas dan hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan perbankan sebagai sampelnya. Dan hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.

(15)

Beberapa peneliti kualitas laba telah memusatkan perhatiannya pada selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal (Patrick Desai, Manzon dan Plesko dalam Djamaluddin, 2008). Mereka berpendapat bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.

Beberapa penelitian telah memberikan bukti peranan book-tax differences untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba, namun belum ada bukti secara langsung bahwa book-tax differences dapat mempengaruhi persistensi laba, karena menurut Jonas dan Blanchet dalam Djamluddin (2008, 58), persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba.

Tinjauan penelitian terdahulu dari penelitian ini dapat diringkaskan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian terdahulu

Nama Judul Variabel yang

digunakan

Hasil Penelitan Hanlon (2005)

Dalam Djamaluddin

( 2008)

Analisis Pengaruh Pada Perusahaan Yang terdaftar di NYSE

Laba akuntansi sebelum pajak yang akan datang, laba sebelum pajak saat ini, perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, aliran

Hasilnya menunjukkan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba

(16)

kas operasi, dan laba akrual Djamaluddin

(2008)

Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap

Persistensi laba, Akrual Dan Aliran Kas (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)

Laba akuntansi sebelum pajak yang akan datang, laba sebelum pajak saat ini, CAR perbedaan antara laba

akuntansi dan laba fiskal, aliran kas operasi, dan laba akrual

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal

berpengaruh negatif terhadap persistensi laba dan harga saham tidak dapat menjelaskan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi.

Margaretta ( 2006)

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba.

persistensi laba, ukuran

perusahaan, prediktabilitas, karakteristik perusahaan

hasilnya menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien respon laba.

Meythi ( 2006) Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening.

Arus kas, harga saham, persistensi laba

. Hasilnya menunjukkan bahwa arus kas tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening.

C. Kerangka konseptual dan Hipotesis

Persistensi laba merupakan suatu ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba yang diperoleh sekarang dimasa depan. Karena itu persistensi laba dapat diperoleh dengan melihat pengaruh laba sebelum pajak periode saat ini terhadap laba sebelum pajak periode yang akan datang. Variabel perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal

(17)

merupakan variabel moderasi yang dapat mempengaruhi hubungan variabel dependen dan variabel independen menjadi positif atau negatif. Kerangka konseptual untuk hipotesis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

.

Variabel independen variabel dependen

Variabel Moderasi Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tinjauan teoritis dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba periode yang akan datang.

\

Laba akuntansi sebelum pajak saat ini

Laba akuntansi sebelum pajak dimasa yang akan

datang

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal

Referensi

Dokumen terkait

Data yang akan dianalisis pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu: (1) aktivitas peserta didik dan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik menerapkan

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Guru yang juga merupakan peneliti menjalankan tugas sebagai penilai sementara siswa yang lain diberi kebebasan untuk memberikan apresiasi sastra geguritan dengan memilih salah

Pada tahap ini dilakukan analisis presen- tasi kejadian gangguan fungsi pendengaran menurut variabel yang sesuai dengan tujuan khusus dari pe- nelitian yaitu

Berdasarkan penilaian dari para responden tersebut, buram model bahan ajar matematika SMP berbasis RME yang dikembangkan, baik digunakan untuk mengembangkan

Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat Pajanan asbestos, adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan dengan timbulnya manifestasi klinis, gambaran

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

Sementara itu, tokoh masyarakat (termasuk tokoh adat) dapat mensosialisasikan HIV/AIDS serta narkoba dalam kelompok keluarga untuk mendorong keterlibatan mereka dalam