• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal sales promotion girl Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta : studi deskriptif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal sales promotion girl Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta : studi deskriptif."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) > mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.

(2)

viii ABSTRACT

CONSUMER PERCEPTION TOWARD

INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,

YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology

Sanata Dharma Yogyakarta University 2009

The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.

Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.

Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.

(3)

i

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI

INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA

YOGYAKARTA

(Studi Deskriptif)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Guruh Himawan Pamudianto

NIM : 019114179

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Halaman Motto

Kenalilah dirimu sendiri, karena dari situ kau akan mengenal

Tuhanmu…

Ikhlas sesuatu yg mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan oleh

karena itu kita mesti belajar dan melatihnya…

Saat kita berusaha lihatlah prosesnya dan nikmati, sedangkan saat

kita berkhayal lihat hasil akhir yang memuaskan dan syukuri…

Hati adalah tempat bersemayamnya jiwa yang murni dan dekat

dengan penciptanya…

Tuhan tidak butuh kita bela, tidak butuh kita sembah, bahkan Tuhan

tidak butuh kita ada, karena kitalah yang membutuhkan Nya…

Kenyataan yang aku tinggali sekarang mungkin berbeda dengan

kenyataan mu, tapi aku yakin suatu saat kita akan berdiri diatas

kenyataan yang sama…

Saya tidak menyia-nyiakan waktu dengan bertanya, "Apakah saya melakukannya dengan benar?" Saya hanya bertanya, "Apakah saya melakukannya?"

- Georgette Mosbacher -

Mudahkanlah urusan orang lain

dan lihat apa yang terjadi dalam hidup mu...

(7)

v

Halaman Persembahan

Aku persembahankan karya kecil ini kepada Allah SWT terima kasih Tuhan atas semua nikmat, kebahagiaan,

kemudahan, dan kelancaran yang senantiasa Kau limpahkan kepada kami...

Untuk almarum Papa yang sekarang berada di samping Nya, maafkan aku karena baru sekarang bisa mengabulkan

cita-cita mu untuk melihat kelulusan ku meski papa tidak di sampingku...

dan untuk Mama

yang dengan sabar berjuang sendiri demi kelangsungan hidup kami dan menunggu datangnya hari ini ... Terima kasih telah mengantarkanku kedalam dunia yang

indah ini... Yang senantaisa siap mengingatkanku untuk selalu bersyukur...

Adek kecilku yang gede bom2... yang selalu siap membantuku untuk apapun yang aku butuhkan...

Teman-temanku terkasih... Yang senantiasa siap mengulurkan tangannya disaat aku jatuh...

Olif dan Alif ...

(8)
(9)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl

Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) >

mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean

empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.

(10)

viii ABSTRACT

CONSUMER PERCEPTION TOWARD

INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,

YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology

Sanata Dharma Yogyakarta University 2009

The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.

Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.

Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan

anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL

MARLBORO DI AMBARUKMO PLAZA (Studi Deskriptif)” ini dengan baik.

Banyak hal yang harus dilalui untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini

hingga akhirnya siap untuk diujikan, banyak pihak yang telah membantu penulis

dalam proses tersebut. Oleh sebab itu, untuk menghargai semua pihak, perkenankan

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak P Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

pembimbing akademik, sekaligus Dekan yang telah bekerja keras membimbing

dengan penuh kesabaran, membantu melalui tahap demi tahap, memberi petujuk

dan saran yang sangat berguna demi selesainya penelitian ini.

2. Ibu Silvya CYMM.,S.Psi.,M.si, selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang selalu memberi semangat dan mengingatkan

untuk terus berjuang menyelesaikan perkuliahan ini, terima kasih banyak ya bu.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang sudah membimbingku.

4. Mas Gandung dan Bu Nanik selaku administrasif Fakultas Psikologi dan

khususnya Pak Gie yang selalu memberi senyum dan siap membantu.

5. Mas Muji yang senantiasa memberi saran dan semangat buat ngejar skripsiku.

6. Erbe sentanu dengan bukunya “Quantum Ikhlas”, terima kasih karena mas nunu

telah mengajarkan banyak hal tentang keikhlasan melalui buku tersebut sehingga

(13)

xi

7. Papa dan mama yang selalu memberi aku kasih sayang yang berlimpah. Terima

kasih atas cinta, perhatian, bimbingan, terlebih keringat yang selalu dicurahkan

untukku. Aku bangga memiliki orang tua seperti Papa dan Mama, terlebih untuk

Papa yang selalu berusaha mengajari aku untuk menjadi seorang “laki-laki” yang

bertanggung jawab.

8. Kakakku, Mbak dewi, Mas Yunan dan Si kecil yordan. Akhirnya aku nyusul

kamu mbak. Mas yang sabar ya mengahadapi kakakku hehe….Yordan om kangen

ma kamu nak…

9. Dua orang yang sering kali memelukku dengan erat. Terima kasih untuk cinta dan

kesabaranmu menghadapi keegoisan dan emosiku dan selalu berusaha bertahan

untuk aku. Bersamamu kalian berdua aku menjadi sadar untuk menghargai waktu

yang mungkin tidak akan kembali. Olive dan alif aku sayang kalian.

10.Adek ku bom2, yang selalu siap menghabis2kan semua makanan yang ada di

rumah hehehe…ayo bom segera susul aku ya kasihan mama berjuang sendiri.

Semangat!!!

11.Keluarga besarku. Keluarga Eyang Slamet di Semarang dan keluarga Eyang citro

di magelang dan sekitarnya Makasi selalu mendukung baik moril maupun materiil

dalam kehidupan ini. Terima kasih Budhe Is, Budhe Fat, Budhe anik untuk selalu

nanya “dah selesai skripsinya Gur?” tiap kali ketemu sehingga aku selalu ingat

kembali ke skripsi yang sering terabaikan ini.

12.Kakak sepupuku Angga yang selalu ngajak ngobrol ketika aku lagi suntuk.

13.Jakarta2 fried chicken babarsari dan nologaten beserta semua crew, sekarang udah

ganti nama jadi Chicken And Shake yang menempa ku untuk mengenal

kemandirian. Thanks buat ownernya Awan dan pelo yang selalu sabar

menghadapi karyawan yang satu ini hehehehehe…thanks guys, I miss that

moment…

14.Mas sugeng yang membantu mengedit bahasaku yang tidak lazim ini he. . meski

(14)

xii

15.My friend angga, justo, roma, orry, selalu siap memberikan bimbingan pada

penyusunan skripsiku ini, terima kasih untuk kalian semua…

16.Seseorang yang sudah menemaniku saat jatuh ku di perkuliahan. Makasi buat

dukungan dan cintamu waktu itu, tanpa kamu berat aku jalani semua.

17.Teman2 seperjuangan di semester 4, nyaris banget ya kita…

18.Motor GL-Pro dan Jupiter merah ku yang selalu mengantarkanku kemanapun,

saying kalian udah gak ada sekarang…

19.Buat saudara perempuan yang aku temukan di kampus, Ria Ika, Niken, terima

kasih atas semangat yang senantiasa kalian berikan ke aku..,aku menyusul kalian

sekarang he..he..he…

20.Mas doni, Mas Ableh, Mas wawe, Mas cip2, Mas thyna, Mas pipit yang selalu

menghibur dangan canda tawa, thanks juga atas nama baru(brutus) yang kalian

beri ke aku, kalian orang-orang yang hebat..

21.Temen-temen KKN ku. Jaja, Conrad, Lina, Moniq, Ika. Makasi mau berbagi

kasih bersamaku selama 3 bulan. Bersama kalian aku belajar banyak hal tentang

hidup.

22.Kucing ku Hippy yang sekarang ada di Purwokerto. Sekarang kamu digantikan

oleh molly hehehehe tetep kucing juga…

23.Laptop ku yang item dan CD digital prayer yang selalu setia menemaniku

kemanapun aku pergi…

24.Temen-temen angkatan 2001 terlebih temen-temen yang berjuang bersamaku di

akhir waktu ini, Orry, Lasro, Justinus, Angga, Jelly, Roma, Jaja, Rini, Aris,

Vemby, karena ada kalian aku jadi merasa ‘tenang’ hehehe. . . Chayo !!!

25.Temen-temen ku di facebook yang selalu setia mendukung dengan doa dan

(15)

xiii

26.Semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang sudah mendukungku

selalu hingga selesainya skripsi ini. Aku akan selalu mengingat kalian karena

tanpa kalian semua aku tidak akan sampai disini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan kontribusi

untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Yogyakarta, 29 Oktober 2009

Penulis

(16)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... ………..…..……… i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ...…...………... ii

Halaman Pengesahan... ………... iii

Halaman Motto... ………... iv

Halaman Persembahan... …….……….……….... v

Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak...……….……… vii

Abstract...………... viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya………... ix

Kata Pengantar... ...………... x

Daftar Isi...……….………... xiv

Daftar Tabel... ……….……… xvii

Daftar Gambar... ………...……... xviii

Daftar Lampiran...…….………...………... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ……….……….... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ………...……….……...……….. 9

(17)

xv

2. Faktor-faktor Persepsi……..………...……….……….. 11

3. Aspek yang membentuk persepsi………...…...13

B. Komunikasi Interpersonal……...………..….…… 15

1. Pengertian Komunikasi………...15

2. Komunikasi Interpersonal ………..19

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ...21

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal ...27

C. Sales Promotion Girl………...………..…. 28

D. Persepsi Konsumen terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl………..………30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel penelitian……….. 32

B. Lokasi penelitian ……… 32

C. Definisi Operasional ... ……….. 33

D. Subyek Penelitian ………. 33

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 33

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..……… 35

1. Uji Validitas ………. 35

2. Seleksi Item... ……….. 36

3. Uji Reliabilitas ………. 38

(18)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... 41

1. Orientasi Kancah ………. 41

2. Persiapan Penelitian... ……….. 41

B. Pelaksanaan Penelitian………... 42

C. Hasil Penelitian…….………. 43

1. Uji Normalitas ... 44

2. Deskripsi Data Penelitian ... 45

D. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

1. Bagi SPG Rokok Marlboro... ... 57

2. Bagi Peneliti Lain... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban...35

Tabel 2. Blueprint Skala Persepsi Sebelum Uji Coba...35

Tabel 3. Blueprint Skala Persepsi Setelah Uji Coba……….……...38

Tabel 4. Norma Kategori Jenjang...40

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….…43

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia...43

Table 7. Uji Normalitas…………...44

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian...45

Tabel 9. Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro……….47

Tabel 10 Uji normalitas untuk masing-masing aspek ……….47

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Per Aspek...48

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi

(21)
(22)

xx

Total...………...………...…. 78

Descriptive Statistic………...………...…. 79

Frequencies Aspek 4

Statistic Total………...79

Total……….79

Descriptive Statistic……….80

Frequencies Aspek 5

Statistic Total………..80

Total………81

Descriptive Statistic………81

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test..…………...…. 82

Descriptive Statistic...…………...…...82

Uji-T

One Sample Test (Mean Topik)...…………...…....84

One Sample Statistic...…………...…..84

One Sample Test (Mean Total)...…………...…….84

Skala Uji Coba………...85

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, manufaktur dapat menghasilkan lebih banyak dan semakin efisien

memproduksi barang serta jasa dibandingkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan

persaingan dibidang bisnis menjadi sangat ketat. Adanya persaingan yang sangat

ketat dalam bisnis saat ini membuat suatu perusahaan berusaha untuk

memberikan kepuasan kepada konsumennya agar dapat berkembang, atau paling

tidak mampu bertahan ditengah persaingan. Kini, pemasaran tidak dapat lagi

mengabaikan fenomena-fenomena psikologis dan sosial yang ikut

mengkondisikan perilaku konsumen. Falsafah dasar sukses pemasaran sebenarnya

tetap sederhana, yaitu sangat penting untuk menciptakan kepuasan konsumen.

Implementasinya memang tidak mudah, namun tetap harus dilaksanakan, karena

konsumen merupakan value-maximizer (Sulaksana, 2005 : 3). Dewasa ini tenaga pemasaran dituntut untuk memahami istilah-istilah seperti benefit, persepsi, dan sikap konsumen, serta bagaimana mereka turut menentukan kesuksesan strategi

pemasaran.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

adalah faktor psikologis. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor-faktor

psikologis yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian

konsumen. Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi

terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara

(24)

mempengaruhi sikap. Tidak disangsikan lagi bahwa individu telah menunjukkan

suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu produk-produk tertentu. Sikap itu

dilakukan berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik

dari pengalaman ataupun dari yang lainnya (Kotler, 1987).

Terbentuknya sikap individu dipengaruhi oleh pandangan atau persepsi

dari individu itu sendiri, karena seperti yang kita ketahui bahwa persepsi

merupakan suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap

dan perilaku individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang

keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang

bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Apabila ditinjau dari segi

definisinya persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian

kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan.

Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat

berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor

yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

Terkait dengan masalah persepsi yang merupakan salah satu faktor

psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu

produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar

memiliki pengalaman produk dengan menawarkan produk dengan cara

memberikan sampel gratis. Hal ini sama artinya dengan menawarkan pada

konsumen pengalaman mencoba produk yang bersifat langsung dan tanpa resiko.

Di lain pihak, ada pula produsen yang “memaksa” konsumen agar memiliki

(25)

(SPG) yang menarik. Hal ini dimaksudkan untuk semakin menarik konsumen

untuk memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Adanya pengalaman terhadap produk yang ditawarkan memungkinkan

konsumsen untuk memberikan tanggapan. Tanggapan awal dengan adanya

pengalaman pertama terhadap produk adalah pada aspek kognitif. Menurut Peter

dan Olson (1999), aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau

pemikiran. Aspek kognitif akan membantu seseorang dalam menginterpretasi,

memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang

sehingga terbentuk persepsi. Dengan aspek kognitif ini konsumen dapat

melakukan penilaian, yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau

prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif,

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Setelah aspek kognitif terpenuhi, tahap

selanjutnya adalah aspek afektif, yang mengacu pada tanggapan perasaan.

Menurut Peter dan Olson (1991) Jika seseorang memiliki perasaan yang positif

terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif

juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu

obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif.

Kunci dalam membina hubungan dengan pelanggan adalah relationship marketing. Untuk suksesnya relationship marketing adalah dengan menjalin komunikasi interpersonal dengan konsumen. Komunikasi Interpersonal menurut

Effendi (1986:188) adalah: “Komunikasi yang berlangsung dua arah, timbal balik

dalam bentuk percakapan antara dua orang atau lebih, baik secara tatap muka

maupun melalui media”. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat

(26)

komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication).

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita

mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah

perilaku konsumen. De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek

komunikasi interpersonal : Cognitive Effects yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi, Affective Effect yang berhubungan dengan emosi, sikap/nilai, dan Behavioral Effects yang

menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola

tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku

konsumen. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik proses komunikasi

interpersonal, di mana komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada

saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan yang berupa arus balik atau

umpan balik (feedback) tersalurkan langsung kepada komunikator. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada

komunikator. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan

terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap

awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi komunikan

(27)

kemudian komunikan bisa menyampaikan umpan balik (feedback) berupa kata-kata, gerak tubuh, atau mimik tertentu.

Dalam sebuah perusahaan, komunikasi interpersonal biasanya dilakukan

melalui SPG (Sales Promotion Girl). Dengan komunikasi interpersonal SPG yang

persuasif diharapkan mampu meningkatkan penjualan langsung, secara kualitas

maupun kuantitas. Dalam komunikasi interpersonal antara SPG dengan calon

konsumen, SPG bertindak sebagai komunikator yang memberikan

informasi-informasi tentang produk kepada konsumen yang bertindak sebagai komunikan.

Suksesnya komunikasi ini adalah jika konsumen bisa menerima informasi yang

diberikan SPG. Untuk itu harus ada persepsi yang positif dari konsumen, maka

SPG dituntut untuk bisa menyampaikan informasi secara baik dan jelas, sehingga

konsumen bisa mempunyai persepsi positif seperti yang diinginkan SPG. Setelah

konsumen mengetahui informasi tentang produk secara lengkap, diharapkan ada

tindakan berupa sikap positif terhadap produk tersebut dan dilanjutkan dengan

perilaku berupa pembelian produk (menggunakan produk).

Agar konsumen bisa berubah perilakunya, yaitu mau membeli

(menggunakan) produk, maka SPG dituntut untuk mempunyai kemampuan

komunikasi interpersonal yang baik, maka ada beberapa aspek yang harus

diperhatikan oleh SPG, antara lain: 1) keterbukaan, yaitu keinginan terbuka

terhadap konsumen, 2) empati, yaitu mencoba ikut merasakan seperti yang

dirasakan konsumen, 3) dukungan, yaitu mengungkapkan dukungan pada

konsumen, 4) kepositifan, yaitu bersikap positif terhadap konsumen, 5) kesamaan,

(28)

SPG dapat melakukan persuasi kepada calon konsumen melalui

komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi dua arah dalam komunikasi

interpersonal antara SPG dan calon konsumen lebih bisa memungkinkan

terjadinya persuasi, dibandingkan melalui media massa yang sifatnya kebanyakan

hanya komunikasi satu arah. Hal ini disebabkan melalui komunikasi interpersonal

SPG bisa langsung mengetahui feedback (umpan balik) calon konsumen, tidak seperti komunikasi melalui media massa di mana komunikator tidak dapat secara

langsung mengetahui feedback komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas dan

lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal. Bila SPG menawarkan

produk kepada calon konsumen secara tatap muka, SPG akan memperhatikan

bukan saja ucapan calon konsumen, tetapi juga kernyitan mata, gerak bibir, posisi

tubuh, intonasi suara, dan tidak terhitung lambang-lambang nonverbal lainnya.

Semuanya menjadi umpan balik yang diterima SPG lewat seluruh indera SPG.

Menurut Rakhmat (2005 : 192) tidak demikian pada komunikasi massa; umpan

balik sebagai respons boleh dikatakan hanyalah zero feedback.

Dengan komunikasi tatap muka, hubungan psikologis antara komunikator

(SPG) dan komunikan (calon konsumen) lebih erat, sehingga ada empati antara

SPG dan calon konsumen. Adanya empati ini menyebabkan calon konsumen

mempunyai persepsi positif sehingga bisa terpersuasi oleh SPG. SPG bisa

membujuk agar konsumen mau “mencoba” menggunakan produk, sehingga

diharapkan setelah calon konsumen merasakan ada pengalaman dengan produk

yang ditawarkan oleh SPG akan mempengaruhi aspek kognitif dan afektif

(29)

konsumen bisa melakukan pembelian ulang dan dalam jangka panjang bisa

menjadi konsumen yang loyal terhadap produk tersebut.

Penelitian ini akan mengkaji persepsi konsumen terhadap efisiensi

komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo

Plaza Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena latar

belakang fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat terkait dengan image

SPG yang negatif, seperti : berpenampilan seksi, “bispak” (bisa dipakai),

gampangan, dekat dengan kehidupan malam, dan lain sebagainya. Image negatif

yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya ini bisa menghambat tugas SPG

dalam melakukan persuasi dan penjualan produk, padahal agar persuasi yang

dilakukan SPG bisa berhasil harus ditimbulkan persepsi positif dari calon

konsumen terlebih dahulu. Jika ada persepsi positif dari konsumen terhadap SPG

maka akan lebih mendukung berlangsungya proses komunikasi interpersonal

antara SPG dan konsumen, sehingga SPG bisa melakukan persuasi agar

konsumen membeli produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil

SPG sebagai objek persepsi dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah gambaran persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi

(30)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen

terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan ilmu psikologi industri, serta menjadi referensi bagi

penelitian yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perusahaan rokok Marlboro dalam menyusun kebijakan-kebijakan

promosi, khususnya promosi yang dilakukan dengan cara penjualan

langsung (direct selling). b. Bagi SPG

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk melakukan

komunikasi secara baik agar tujuan mempromosikan dan melakukan

(31)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory

stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan

sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976

dalam Rakhmat 2005 : 51).

Menurut Thoha (1983: 138), persepsi adalah proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu

berhadapan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi

melibatkan aktivitas manusia terhadap obyek tertentu, maka persepsi selalu

menggambarkan pengalaman manusia tentang obyek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan tentang obyek tersebut. Oleh karena itu persepsi hanyalah

penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan yang pasti

atau faktual tentang situasi tersebut.

Menurut Luthans persepsi lebih kompleks dibandingkan dengan

(32)

penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada

penginderaan data, proses kognitif akan menyaring, menyederhanakan, atau

mengubah secara sempurna data tersebut (Thoha, 1983: 139).

Pengertian persepsi menurut Gibson (1994) adalah proses kognitif

yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan

menginterpretasikan stimuli tersebut menjadi gambaran yang bermakna dan

koheren. Setiap orang mengartikan sendiri stimuli yang diperolehnya, maka

ada perbedaan dari masing-masing individu dalam memandang sesuatu.

Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan

lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang

bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Persepsi adalah proses

pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk

memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang

tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada

perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang

sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

Persepsi adalah suatu pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan

menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang

diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah

diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor

yang berasal dari dalam diri individu.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah pengenalan seseorang terhadap suatu stimulus dengan panca inderanya

(33)

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut,

sehingga individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di

sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan

2. Aspek-aspek yang Membentuk Persepsi

Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2005) merumuskan tiga dalil

persepsi. Pertama, persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti

bahwa objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya

objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Kedua,

medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Individu

mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Ketiga, sifat-sifat

perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh

sifat-sifat struktur secara keseluruhan.

Menurut Peter dan Olson (1999), aspek-aspek persepsi terdiri dari:

a. Kognitif

Aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran.

Fungsi utama dari kognitif adalah menginterpretasikan, memberi makna

dan memahami aspek utama pengalaman pribadi mereka. Selain itu,

kognitif berfungsi untuk memproses (memikirkan) interpretasi atau arti

tersebut dalam melakukan tugas kognitif. Jadi aspek kognitif akan

membantu seseorang dalam menginterpretasi, memberi makna dan

memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang, sehingga

terbentuk persepsi. Aspek kognitif meliputi, pengertian, yaitu

(34)

seseorang. Penilaian, menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau

prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif,

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Perencanaan, menetapkan

bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau tujuan. Penetapan,

membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut pandang

sifat yang relevan dan mencari alternatif yang terbaik. Berpikir, yaitu

aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses di atas.

b. Afektif

Afektif mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan merupakan

salah satu unsur persepsi. Hal ini dikarenakan perasaan yang ada dalam

diri seseorang akan menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang

memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan

dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang

memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan

dia akan memiliki persepsi yang negatif. Ada empat jenis tanggapan

afektif, yaitu: pertama adalah tanggapan emosi, misalnya; cinta, marah,

gembira. Kedua adalah tanggapan perasaan tertentu, misalnya;

kehangatan, perhargaan, kepuasan. Tanggapan afektif yang ketiga adalah

suasana hati, misalnya; santai, tenang, bosan, sedih. Tanggapan keempat

adalah evaluasi, misalnya; suka, tidak suka, menikmati, dan jelek.

c. Konatif (behavioral)

De Vito (1986) menyatakan bahwa persepsi bisa dimanifestasikan

dalam perilaku, yaitu yang menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat

(35)

Melalui uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ada tiga

aspek yang membentuk persepsi, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan

konatif. Aspek kognitif berfungsi menginterpretasi, memberi makna dan

memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk

persepsi, aspek afektif mengacu pada tanggapan perasaan, dan aspek

konatif menunjukkan pada perilaku.

3. Faktor-Faktor Persepsi

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David

Krech dan Richard S. Crutchfield (1977 : 235) menyebutnya faktor fungsional

dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut faktor-faktor

personal (Rakhmat, 2005: 55). Faktor-faktor struktural berasal semata-mata

dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem

saraf individu (Rakhmat, 2005: 58).

Menurut Muhammad (2001: 207), secara garis besar ada dua faktor

yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor personal yang terdapat dalam diri si

pengirim dan si penerima pesan dan faktor di luar diri mereka yang

dinamakan faktor organisasi.

Menurut Walgito (1991) dan Sasanti (2003) faktor yang berpengaruh

dalam persepsi adalah:

a. Perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan untuk

mempersepsi. Walaupun banyak stimulus mengenai individu, tetapi tidak

(36)

b. Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam

individu, yaitu langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari

luar yang langsung mengenai alat indera.

c. Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap objek

atau situasi tertentu, maka ia akan mempunyai persepsi yang baik.

Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, maka individu akan

mempunyai persepsi yang buruk.

d. Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia

untuk bersikap dan berperilaku. Biasanya seorang individu menggunakan

sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.

Menurut Siagian (1989: 101-105), terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu:

Pertama, diri orang yang bersangkutan (subyek yang melakukan

persepsi). Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli

melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli. Apabila

seorang melihat sesuatu ia akan memberikan interpretasi tentang apa yang

dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individualnya seperti sikap, motif,

kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

Kedua, sasaran persepsi (obyek yang dipersepsi). Obyek atau sasaran

persepsi bisa orang, benda atau peristiwa. Sifat dari obyek persepsi biasanya

mempengaruhi persepsi yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran,

tindak-tanduk dan ciri-ciri lainnya dari sasaran perpsepsi turut menentukan penilaian

(37)

Ketiga, faktor situasi. Situasi merupakan faktor yang turut berperan

dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Sebagai contoh, kehadiran seseorang

dengan pakaian renang di pantai tidak akan mengherankan karena orang

berpersepsi bahwa orang berada di pantai untuk berenang. Akan tetapi jika ia

mengenakan pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan

olah raga renang, tentu akan menarik perhatian karena kehadirannya itu

bukanlah hal yang lumrah.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor persepsi

berdasarkan hubungan individu dengan sasarannya ada tiga, yaitu faktor

pribadi atau karakteristik orang yang melakukan persepsi, faktor sasaran

persepsi, dan faktor situasi.

B. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi

Hovland (dalam Muhammad, 2002 : 4), mendefinisikan

komunikasi sebagai: “proses dengan mana seorang individu (komunikator)

mengoperkan stimuli (biasanya dengan menggunakan lambang-lambang

bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain”.

Dari definisi tersebut, komunikasi bukan sekedar penyampaian pesan,

melainkan mempunyai tujuan mengubah tingkah laku orang lain.

Kincaid dan Schramm (1977: 6) lebih menekankan adanya proses

berbagai informasi dalam komunikasi. Proses yang azasi dalam

(38)

menerima. Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama, dan pertalian antara peserta dalam proses

komunikasi.

Menurut Citrobroto (1982: 2) komunikasi adalah penyampaian

pengertian dari seorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang-lambang. Sedangkan Wursanto (1982: 31), mendefinisikan komunikasi

sebagai proses kegiatan pengoperan atau penyampaian

informasi/berita/pesan yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain

dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Selanjutnya menurut Hartini

(1999: 30), komunikasi adalah penggunaan bahasa dan lambang-lambang,

penyampaian informasi dan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku.

Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan

kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”.

Dari rumursan Lasswell tersebut terlihat bahwa dalam proses

komunikasi dikenal ada lima unsur atau komponen, yaitu:

a) Sumber (source) b) Komunikator (encoder)

c) Pernyataan/media pesan (message) d) Komunikan (decoder)

e) Tujuan (destination) (Susanto, 1988: 31).

Fungsi komunikasi menurut Susanto (1988: 42), secara umum

dapat dikelompokkan atas empat yaitu:

(39)

b) pendidikan

c) mempengaruhi

d) mengisi waktu senggang (menghibur)

Apa yang diungkapkan Susanto di atas menunjukkan bahwa

komunikator sangat berperan dalam komunikasi. Pandangan ini tidak

sepenuhnya benar karena suatu komunikasi dapat berjalan lancar dan

serasi bila ada kepentingan bersama antara komunikator dengan

komunikan. Suatu komunikasi tidak akan efektif apabila kepentingan

bersama tidak ada. Akhirnya orang melihat bahwa antara komunikator dan

komunikan terdapat suatu hubungan sosial dan dalam hubungan inilah

proses komunikasi berlangsung.

Agar pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat

ditanggapi oleh komunikan sebagaimana yang dikehendaki oleh

komunikator, maka pesan yang disampaikan tersebut harus memenuhi

beberapa persyaratan (Effendy, 1986:39), yaitu:

a) Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan.

b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga

sama-sama mengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

(40)

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada

saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Apapun pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator akan

ditanggapi oleh komunikan sesuai dengan situasi dan kondisinya, atau apa

yang dipersepsikannya mengenai pesan tersebut. Hal ini karena seorang

komunikan biasanya menyadari bahwa apapun keputusan yang akan

diambilnya akan disesuaikan dengan tujuannya dan bersangkutan dengan

kepentingan pribadinya. Tubbs (1996:210), menyatakan bahwa pada

dasarnya setiap orang punya kecenderungan memilih komunikasi yang

akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilainya sendiri. Setiap orang

akan cenderung menyukai dan mencari orang-orang kepercayaan, yang

sikap dan nilai-nilainya serupa dengan yang dianutnya dan menghindari

orang-orang yang dipandang berbeda dengannya dalam hal-hal tersebut.

Setiap orang akan mempunyai pilihan sendiri atas majalah atau surat kabar

yang akan dibaca, acara radio yang akan didengar, acara TV yang mau

ditonton dan sebagainya.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si

pengirim dan si penerima untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan

dapat berupa individu, kelompok ataupun organisasi. Demikian pun

penerima dapat berupa seorang anggota, kepala bagian, kelompok orang

dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan. Istilah proses

(41)

tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya.

Selain itu proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena

antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Komunikasi Interpersonal

Dalam proses komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) terdapat peserta-peserta yang berinteraksi. Komunikator meng-encode suatu pesan kepada komunikan. Komunikan meng-decode

pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian memberikan tanggapan. Jika

tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (overty), maka pada gilirannya ia menjadi komunikator, sebab ia meng-encode tanggapannya itu dan menyampaikannya kepada komunikator semula (yang pada gilirannya

menjadi komunikan) (Effendy, 1981 : 33).

Komunikator/encoder A menyampaikan pesan kepada komunikan/

decoder B. setelah B men-decode pesan yang ia terima dari A itu, pada gilirannya B meng-encode tanggapannya kepada A. tanggapan B kepada A itu dinamakan feedback atau arus balik/umpan balik.

Arus balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses

komunikasi, sebab ia menerangkan kepada komunikator bagaimana pesan

komunikator diterima dan ditanggapi oleh komunikan. Menurut Effendy

(1981 : 33) arus balik bisa bersifat verbal dalam bentuk kata seperti “ya”

untuk tanda setuju atau kata “tidak” untuk menolak; bisa juga bersifat

(42)

setuju, menggeleng kepala tanda tidak mau, mengerutkan kening tanda

tidak mengerti, mencibirkan bibir tanda mengejek, dan sebagainya.

Komunikasi interpersonal dapat pula disebut sebagai komunikasi

tatap muka, karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan

komunikan saling berhadapan dan saling melihat. Dalam situasi

komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si

komunikan secara langsung.

Glueck (dalam Widjaja, 2000) mendefinisikan komunikasi

interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan

pengertian antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan secara langsung atau bertatap muka dan feedback bisa langsung terjadi pada saat itu juga, sehingga yang tadinya berperan

sebagai komunikan berubah menjadi komunikator, dan seterusnya.

Kemampuan dalam menjalin komunikasi interpersonal menurut De

Vito (1996) sebagai berikut:

a) Confidence, yaitu keyakinan yang dimiliki komunikator untuk dapat mengontrol kecemasan atau hambatan atau rasa malu selama menjalin

komunikasi.

b) Imediacy, yaitu kemampuan menyatakan secara spontan atau perasaan-perasaan, hubungan (kontak) serta kebersamaan pada lawan

(43)

c) Interaction management, yaitu adanya aturan main dalam menjalin komunikasi interpersonal seperti gerakan mata, tubuh dan wajah,

ekspresi vocal serta mempertahankan kelancaran komunikasi.

d) Expressiveness, yaitu kemampuan yang menunjukkan keterlibatan

penuh pada lawan bicara selama menjalin komunikasi interpersonal.

e) Other orientation, yaitu individu lebih berorientasi pada orang lain bukan pada dirinya sendiri. Di sini individu menyampaikan

orientasinya pada orang lain baik secara verbal maupun non-verbal.

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam komunikasi

interpersonal, antara lain (Lunandi, 1989):

a) Citra diri

Citra diri secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara

seseorang melihat dirinya.

b) Citra pihak lain

Citra pihak lain berarti bagaimana seseorang memandang

orang lain yang diajak berkomunikasi.

c) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah situasi di sekitar yang berupa

benda-benda bukan manusia.

d) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial menunjuk keadaan masyarakat atau

(44)

e) Kondisi

Kondisi berarti keadaan diri seseorang yang sedang melakukan

proses komunikasi.

f) Bahasa badan

Sikap badan berarti posisi fisik seseorang terhadap orang lain

yang diajak berkomunikasi.

Sementara itu Rakhmat (2005) mengungkapkan beberapa faktor

yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi

interpersonal:

a) Percaya (trust)

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi

interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap

yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan),

sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan

efektivitas komunikasi. Secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai

“mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dihendaki,

yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”

(Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005: 130).

b) Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa

menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap

yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut

(45)

c) Empati

Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya

pada diri orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain

yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921 dalam

Rakhmat, 2005: 132).

d) Kejujuran

Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.

Kejujuran menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga

(predictable). Ini mendorong orang lain untuk percaya. e) Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak

jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi

interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak

melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi

komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

f) Sikap terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efisien.

De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi

interpersonal:

(46)

dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau

informasi.

b) Affective Effect, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh komunikan. Efek ini berhubungan dengan

emosi, sikap / nilai.

c) Behavioral Effects, menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan

berperilaku.

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan

(Rakhmat, 2005 : 118). Komunikasi yang efektif ditandai dengan

hubungan interpersonal yang baik.

Liliweri (1991) menyebutkan 7 sifat komunikasi interpersonal,

yaitu:

a) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non-verbal.

b) Melibatkan perilaku spontan, tepat dan rasional.

c) Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis.

d) Melibatkan umpan balik pribadi yakni hubungan interaksi dan

koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang

sebelumnya).

e) komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik.

f) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan atau tindakan.

(47)

Rubin, Perse, dan Barbato (dalam Hybels dan Weaver, 2004)

mengungkapkan beberapa motif yang mendorong seseorang untuk

melakukan komunikasi interpersonal. Motif-motif tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Pleasure adalah kesenangan yang didapat saat berkomunikasi dengan orang lain.

2) Affection adalah perasaan kehangatan yang diperoleh saat seseorang mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang disukai. Melalui

interaksi dengan orang lain, seseorang dapat merasakan kehangatan

hubungan atau keakraban dengan orang lain.

3) Inclusion merupakan perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Dengan bercakap-cakap bersama

teman-temannya, dalam diri seseorang akan muncul perasaan bahwa individu

tersebut adalah bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.

4) Escape atau ‘melarikan diri’ terjadi saat seseorang memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dan berkeinginan untuk

‘meninggalkannya’ sejenak. Seseorang ‘melarikan diri’ berarti

menghindar atau meninggalkan sejenak tugas-tugasnya untuk bertemu

orang lain.

5) Relaxation dapat diartikan beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan

yang ada. Dengan bertemu orang lain, seseorang dapat mencoba

melepaskan beberapa kepenatan untuk mendapatkan kesegaran baru.

6) Control berarti mengendalikan atau mengatur. Saat komunikasi,

(48)

temannya atas perilaku tertentu sehingga tidak akan mengulangi

kesalahannya.

Maksud dan tujuan orang untuk melakukan komunikasi

interpersonal berbeda-beda. Menurut Carr (dalam Sisca, 1996) komunikasi

interpersonal bertujuan untuk:

a) Menyelidiki suatu realita yakni adanya masukan orang lain membuat

seseorang dapat menguji atau membandingkan realita yang dilihatnya

dengan realita yang dilihat orang lain.

b) Mengetahui identitas diri yakni seseorang akan mengenali dirinya

sendiri melalui respon yang diberikan orang lain ketika

berkomunikasi.

c) Meningkatkan harga diri melalui apa yang dikomunikasikan orang

lain.

d) Mengontrol lingkungan sosial yakni dengan berkomunikasi seseorang

dapat mengontrol lingkungan sosial dengan bernegosiasi.

e) Berbagi informasi yakni dalam kehidupan sehari-hari setiap orang

saling membutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

f) Mengalami kesenangan yakni jika seseorang mendapat pengalaman

yang menyenangkan ketika berkomunikasi dengan orang lain ia akan

cenderung mengulanginya.

De Vito (1986:14-16) membedakan maksud dan tujuan

komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a) Self discovery; memahami diri sendiri.

(49)

c) Estabilishing and maintain meaning sure relationship; komunikasi guna membangun dan memantapkan suatu hubungan.

d) Changing attitude and behaviour; merubah sikap dan tingkah laku. e) Playing and entertains; bermain dan menghibur.

f) Help; komunikasi untuk saling membentu, memecahkan masalah dan sebagainya.

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila

kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan

atau mengubah perilaku konsumen. Mengapa demikian, karena kita

sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). Dengan saling melihat, komunikator bisa mengetahui pada saat berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang

dikomunikasikan, Apakah jika umpan baliknya positif, komunikator akan

mempertahankan cara berkomunikasi yang digunakan dan memeliharanya

supaya umpan balik tersebut tetap menyenangkan, bila sebaliknya,

komunikator harus mengubah tehnik berkomunikasi sehingga maksud dan

tujuannya berhasil. Dalam proses komunikasi imterpersonal, yang

terpenting adalah kemampuan menafsirkan feed back yang diterima. Hal ini untuk menjaga agar tujuan komunikasi dapat menghasilkan efek yang

diharapkan.

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal

De Vito (1996) mengemukakan agar komunikasi interpersonal

berlangsung efisien maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan

(50)

a) Keterbukaan, yaitu keinginan terbuka bagi setiap orang yang

berinteraksi dengan orang lain. Keinginan untuk terbuka ini

dimaksudkan agar diri masing-masing tidak menutup diri di dalam

menerima informasi dari orang lain dan keinginan untuk menanggapi

secara jujur semua stimuli yang datang.

b) Empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain. Suatu

perasaan bersama orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara

yang sama dengan perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri.

c) Dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan

pada orang lain. Bentuk-bentuk dukungan yang tidak terucapkan

berupa menganggukkan kepala, mengedipkan mata dan dukungan

yang lain yaitu kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang

berbeda.

d) Kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal

menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif.

e) Kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila

orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena

masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan

dihormati.

C. Sales Promotion Girl (SPG)

Pengertian sales promotion girl dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara penggunaan bahasa, menurut Poerwodarminto (1987:198), sales promotion girl

(51)

produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik

yang menarik sebagai usaha untuk menarik perhatian konsumen.

Menurut Carter (1999:37), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga sales promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan di

pasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya menggunakan

tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah dibandingkan dengan sales promotion girl untuk semisal produk lux seperti halnya otomotif. Dengan demikian, pemilihan penggunaan tenaga sales

promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan dipromosikan. Kesesuaian antara produk yang akan dipromosikan dengan

kualifikasi sales promotion girl memungkinkan akan meningkatkan daya tarik konsumen pada produk yang dipromosikan.

Menurut Darmono (1998:35), seorang sales promotion girl dituntut untuk mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan

produk yang akan dipromosikan maupun yang dipasarkan dan juga mempunyai

penampilan fisik yang mendukung terhadap karakter produk. Pengertian sales

promotion girl ditinjau dari sistem pemasaran, Nitisemito (2001:53) berpendapat bahwa sebagai salah satu pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan

tenaga promosi suatu produk sehingga mampu menarik konsumen. Selanjutnya,

dengan kemampuan berpromosi yang dimiliki seorang sales promotion girl akan

mampu memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.

(52)

memiliki pengetahuan yang baik mengenai produk, dan berprofesi dalam bidang

pemasaran atau promosi suatu produk.

D. Persepsi Konsumen Terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales

Promotion Girl

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Jika

komunikasi yang berlangsung dilakukan secara efektif maka akan proses

komunikasi yang berlangsung tersebut bisa efisien, di mana tujuan yang

dikehendaki oleh komunikator maupun komunikan dalam proses komunikasi

tersebut bisa tercapai. Kompetensi komunikasi interpersonal SPG dapat dilihat

dari efisiensinya dalam melakukan komunikasi interpersonal.

Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Lynn dan Nixon (1985: 86) menyatakan “competencies may range from recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau

kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep,

peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap.

Aspek efisiensi komunikasi interpersonal ada lima yaitu: keterbukaan,

empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan; sedangkan aspek persepsi terdiri

dari kognitif, afektif, dan konatif (behavioral). Jika masing-masing aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal maupun dalam persepsi bisa sejalan, maka

(53)

Komunikasi yang efisien ditandai dengan hubungan interpersonal yang

baik. Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap

awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi seseorang bisa

berupa persepsi positif maupun persepsi negatif.

Dari beberapa pengertian di atas, SPG dianggap mempunyai kompetensi

jika menguasai aspek-aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal.

Penguasaan SPG terhadap aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal

tersebut dapat diukur melalui persepsi seseorang yang melakukan komunikasi

interpersonal dengan SPG. Jika SPG menguasai keterampilan komunikasi

interpersonal, maka orang (konsumen) yang diajak berkomunikasi akan

memberikan persepsi yang positif.

Skema Penelitian

SPG

Aspek Efisiensi Komunikasi Interpersonal

Keterbukaan Kepositifan Empati Kesamaan

Dukungan

(54)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu: persepsi konsumen

terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Ambarumo Plaza

Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan komunikasi

dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Subjek diminta

untuk memberikan persepsinya terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG

rokok Marlboro. Alat yang digunakan untuk mengukur persepsi subjek adalah

skala Likert dari item-item yang berkaitan dengan persepsi dan aspek-aspek

efisiensi komunikasi interpersonal. Agar pengukuran bisa fokus ke permasalahan,

maka diberikan batasan-batasan pengertian tentang persepsi dan efisiensi

komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro.

Persepsi diukur dengan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan

konatif (behavioral). Aspek yang harus diperhatikan untuk mengukur efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro antara lain: (a) keterbukaan, yaitu

Gambar

Gambar 1.  Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi
Blueprint Tabel 2 persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales
Tabel 3 persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal
Table 4 Norma kategori jenjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Memberi tugas kepada bawahan bila memang itu pekerjaan mereka. 2) Menegur bawahan bila mereka berbuat kesalahan. Namun perlu diingat, sampaikan dengan cara yang baik. Hal

Nama Penyedia Hasil Evaluasi Harga Keterangan..

 Tinggi yang dapat diraih pusat gaya berat saat pelompat masih memegang galah (H 2 ).  Tinggi yang dapat diraih pusat gaya berat saat pelompat melepaskan galah (H

Sundjadja & Inge Barlian (2004: 190) yang menjelaskan pengaruh investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar terhadap tingkat profitabilitas, bahwa total

Percobaan ini dilakukan dengan membuat terlebih dahulu larutan amilum iodide dan kemudian ditetesi oleh larutan yang mengandung vitamin C sampai warna larutan

To understand the meaning of B2B marketing, it’s necessary to evaluate the value procedure that begins from potential consumers’ demands to the dozens of business products that

Model dan prototype sistem penunjang keputusan untuk analisis perbaikan kinerja pabrik gula dapat dimanfaatkan oleh perusahaan (PTPN) maupun pemerintah. Strategi

Kesimpulan dari pengamatan ini adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar telah melaksanakan pengembangan kompetensi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik