vii
ABSTRAK
PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO
DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA
Guruh Himawan Pramudianto Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.
Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) > mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.
viii ABSTRACT
CONSUMER PERCEPTION TOWARD
INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,
YOGYAKARTA
Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology
Sanata Dharma Yogyakarta University 2009
The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.
Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.
Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.
i
PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI
INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO
DI AMBARUKMO PLAZA
YOGYAKARTA
(Studi Deskriptif)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Guruh Himawan Pamudianto
NIM : 019114179
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Motto
Kenalilah dirimu sendiri, karena dari situ kau akan mengenal
Tuhanmu…
Ikhlas sesuatu yg mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan oleh
karena itu kita mesti belajar dan melatihnya…
Saat kita berusaha lihatlah prosesnya dan nikmati, sedangkan saat
kita berkhayal lihat hasil akhir yang memuaskan dan syukuri…
Hati adalah tempat bersemayamnya jiwa yang murni dan dekat
dengan penciptanya…
Tuhan tidak butuh kita bela, tidak butuh kita sembah, bahkan Tuhan
tidak butuh kita ada, karena kitalah yang membutuhkan Nya…
Kenyataan yang aku tinggali sekarang mungkin berbeda dengan
kenyataan mu, tapi aku yakin suatu saat kita akan berdiri diatas
kenyataan yang sama…
Saya tidak menyia-nyiakan waktu dengan bertanya, "Apakah saya melakukannya dengan benar?" Saya hanya bertanya, "Apakah saya melakukannya?"
- Georgette Mosbacher -
Mudahkanlah urusan orang lain
dan lihat apa yang terjadi dalam hidup mu...
v
Halaman Persembahan
Aku persembahankan karya kecil ini kepada Allah SWT terima kasih Tuhan atas semua nikmat, kebahagiaan,
kemudahan, dan kelancaran yang senantiasa Kau limpahkan kepada kami...
Untuk almarum Papa yang sekarang berada di samping Nya, maafkan aku karena baru sekarang bisa mengabulkan
cita-cita mu untuk melihat kelulusan ku meski papa tidak di sampingku...
dan untuk Mama
yang dengan sabar berjuang sendiri demi kelangsungan hidup kami dan menunggu datangnya hari ini ... Terima kasih telah mengantarkanku kedalam dunia yang
indah ini... Yang senantaisa siap mengingatkanku untuk selalu bersyukur...
Adek kecilku yang gede bom2... yang selalu siap membantuku untuk apapun yang aku butuhkan...
Teman-temanku terkasih... Yang senantiasa siap mengulurkan tangannya disaat aku jatuh...
Olif dan Alif ...
vii
ABSTRAK
PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO
DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA
Guruh Himawan Pramudianto Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl
Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.
Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) >
mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean
empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.
viii ABSTRACT
CONSUMER PERCEPTION TOWARD
INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,
YOGYAKARTA
Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology
Sanata Dharma Yogyakarta University 2009
The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.
Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.
Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan
anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP
KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL
MARLBORO DI AMBARUKMO PLAZA (Studi Deskriptif)” ini dengan baik.
Banyak hal yang harus dilalui untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini
hingga akhirnya siap untuk diujikan, banyak pihak yang telah membantu penulis
dalam proses tersebut. Oleh sebab itu, untuk menghargai semua pihak, perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak P Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
pembimbing akademik, sekaligus Dekan yang telah bekerja keras membimbing
dengan penuh kesabaran, membantu melalui tahap demi tahap, memberi petujuk
dan saran yang sangat berguna demi selesainya penelitian ini.
2. Ibu Silvya CYMM.,S.Psi.,M.si, selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang selalu memberi semangat dan mengingatkan
untuk terus berjuang menyelesaikan perkuliahan ini, terima kasih banyak ya bu.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang sudah membimbingku.
4. Mas Gandung dan Bu Nanik selaku administrasif Fakultas Psikologi dan
khususnya Pak Gie yang selalu memberi senyum dan siap membantu.
5. Mas Muji yang senantiasa memberi saran dan semangat buat ngejar skripsiku.
6. Erbe sentanu dengan bukunya “Quantum Ikhlas”, terima kasih karena mas nunu
telah mengajarkan banyak hal tentang keikhlasan melalui buku tersebut sehingga
xi
7. Papa dan mama yang selalu memberi aku kasih sayang yang berlimpah. Terima
kasih atas cinta, perhatian, bimbingan, terlebih keringat yang selalu dicurahkan
untukku. Aku bangga memiliki orang tua seperti Papa dan Mama, terlebih untuk
Papa yang selalu berusaha mengajari aku untuk menjadi seorang “laki-laki” yang
bertanggung jawab.
8. Kakakku, Mbak dewi, Mas Yunan dan Si kecil yordan. Akhirnya aku nyusul
kamu mbak. Mas yang sabar ya mengahadapi kakakku hehe….Yordan om kangen
ma kamu nak…
9. Dua orang yang sering kali memelukku dengan erat. Terima kasih untuk cinta dan
kesabaranmu menghadapi keegoisan dan emosiku dan selalu berusaha bertahan
untuk aku. Bersamamu kalian berdua aku menjadi sadar untuk menghargai waktu
yang mungkin tidak akan kembali. Olive dan alif aku sayang kalian.
10.Adek ku bom2, yang selalu siap menghabis2kan semua makanan yang ada di
rumah hehehe…ayo bom segera susul aku ya kasihan mama berjuang sendiri.
Semangat!!!
11.Keluarga besarku. Keluarga Eyang Slamet di Semarang dan keluarga Eyang citro
di magelang dan sekitarnya Makasi selalu mendukung baik moril maupun materiil
dalam kehidupan ini. Terima kasih Budhe Is, Budhe Fat, Budhe anik untuk selalu
nanya “dah selesai skripsinya Gur?” tiap kali ketemu sehingga aku selalu ingat
kembali ke skripsi yang sering terabaikan ini.
12.Kakak sepupuku Angga yang selalu ngajak ngobrol ketika aku lagi suntuk.
13.Jakarta2 fried chicken babarsari dan nologaten beserta semua crew, sekarang udah
ganti nama jadi Chicken And Shake yang menempa ku untuk mengenal
kemandirian. Thanks buat ownernya Awan dan pelo yang selalu sabar
menghadapi karyawan yang satu ini hehehehehe…thanks guys, I miss that
moment…
14.Mas sugeng yang membantu mengedit bahasaku yang tidak lazim ini he. . meski
xii
15.My friend angga, justo, roma, orry, selalu siap memberikan bimbingan pada
penyusunan skripsiku ini, terima kasih untuk kalian semua…
16.Seseorang yang sudah menemaniku saat jatuh ku di perkuliahan. Makasi buat
dukungan dan cintamu waktu itu, tanpa kamu berat aku jalani semua.
17.Teman2 seperjuangan di semester 4, nyaris banget ya kita…
18.Motor GL-Pro dan Jupiter merah ku yang selalu mengantarkanku kemanapun,
saying kalian udah gak ada sekarang…
19.Buat saudara perempuan yang aku temukan di kampus, Ria Ika, Niken, terima
kasih atas semangat yang senantiasa kalian berikan ke aku..,aku menyusul kalian
sekarang he..he..he…
20.Mas doni, Mas Ableh, Mas wawe, Mas cip2, Mas thyna, Mas pipit yang selalu
menghibur dangan canda tawa, thanks juga atas nama baru(brutus) yang kalian
beri ke aku, kalian orang-orang yang hebat..
21.Temen-temen KKN ku. Jaja, Conrad, Lina, Moniq, Ika. Makasi mau berbagi
kasih bersamaku selama 3 bulan. Bersama kalian aku belajar banyak hal tentang
hidup.
22.Kucing ku Hippy yang sekarang ada di Purwokerto. Sekarang kamu digantikan
oleh molly hehehehe tetep kucing juga…
23.Laptop ku yang item dan CD digital prayer yang selalu setia menemaniku
kemanapun aku pergi…
24.Temen-temen angkatan 2001 terlebih temen-temen yang berjuang bersamaku di
akhir waktu ini, Orry, Lasro, Justinus, Angga, Jelly, Roma, Jaja, Rini, Aris,
Vemby, karena ada kalian aku jadi merasa ‘tenang’ hehehe. . . Chayo !!!
25.Temen-temen ku di facebook yang selalu setia mendukung dengan doa dan
xiii
26.Semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang sudah mendukungku
selalu hingga selesainya skripsi ini. Aku akan selalu mengingat kalian karena
tanpa kalian semua aku tidak akan sampai disini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan kontribusi
untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.
Yogyakarta, 29 Oktober 2009
Penulis
xiv DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... ………..…..……… i
Halaman Persetujuan Pembimbing... ...…...………... ii
Halaman Pengesahan... ………... iii
Halaman Motto... ………... iv
Halaman Persembahan... …….……….……….... v
Pernyataan Keaslian Karya... vi
Abstrak...……….……… vii
Abstract...………... viii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya………... ix
Kata Pengantar... ...………... x
Daftar Isi...……….………... xiv
Daftar Tabel... ……….……… xvii
Daftar Gambar... ………...……... xviii
Daftar Lampiran...…….………...………... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Perumusan Masalah ………... 7
C. Tujuan Penelitian ………... 7
D. Manfaat Penelitian ……….……….... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ………...……….……...……….. 9
xv
2. Faktor-faktor Persepsi……..………...……….……….. 11
3. Aspek yang membentuk persepsi………...…...13
B. Komunikasi Interpersonal……...………..….…… 15
1. Pengertian Komunikasi………...15
2. Komunikasi Interpersonal ………..19
3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ...21
4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal ...27
C. Sales Promotion Girl………...………..…. 28
D. Persepsi Konsumen terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl………..………30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel penelitian……….. 32
B. Lokasi penelitian ……… 32
C. Definisi Operasional ... ……….. 33
D. Subyek Penelitian ………. 33
E. Metode Pengumpulan Data ……….. 33
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..……… 35
1. Uji Validitas ………. 35
2. Seleksi Item... ……….. 36
3. Uji Reliabilitas ………. 38
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... 41
1. Orientasi Kancah ………. 41
2. Persiapan Penelitian... ……….. 41
B. Pelaksanaan Penelitian………... 42
C. Hasil Penelitian…….………. 43
1. Uji Normalitas ... 44
2. Deskripsi Data Penelitian ... 45
D. Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
1. Bagi SPG Rokok Marlboro... ... 57
2. Bagi Peneliti Lain... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban...35
Tabel 2. Blueprint Skala Persepsi Sebelum Uji Coba...35
Tabel 3. Blueprint Skala Persepsi Setelah Uji Coba……….……...38
Tabel 4. Norma Kategori Jenjang...40
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….…43
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia...43
Table 7. Uji Normalitas…………...44
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian...45
Tabel 9. Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro……….47
Tabel 10 Uji normalitas untuk masing-masing aspek ……….47
Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Per Aspek...48
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi
xx
Total...………...………...…. 78
Descriptive Statistic………...………...…. 79
Frequencies Aspek 4
Statistic Total………...79
Total……….79
Descriptive Statistic……….80
Frequencies Aspek 5
Statistic Total………..80
Total………81
Descriptive Statistic………81
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test..…………...…. 82
Descriptive Statistic...…………...…...82
Uji-T
One Sample Test (Mean Topik)...…………...…....84
One Sample Statistic...…………...…..84
One Sample Test (Mean Total)...…………...…….84
Skala Uji Coba………...85
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, manufaktur dapat menghasilkan lebih banyak dan semakin efisien
memproduksi barang serta jasa dibandingkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan
persaingan dibidang bisnis menjadi sangat ketat. Adanya persaingan yang sangat
ketat dalam bisnis saat ini membuat suatu perusahaan berusaha untuk
memberikan kepuasan kepada konsumennya agar dapat berkembang, atau paling
tidak mampu bertahan ditengah persaingan. Kini, pemasaran tidak dapat lagi
mengabaikan fenomena-fenomena psikologis dan sosial yang ikut
mengkondisikan perilaku konsumen. Falsafah dasar sukses pemasaran sebenarnya
tetap sederhana, yaitu sangat penting untuk menciptakan kepuasan konsumen.
Implementasinya memang tidak mudah, namun tetap harus dilaksanakan, karena
konsumen merupakan value-maximizer (Sulaksana, 2005 : 3). Dewasa ini tenaga pemasaran dituntut untuk memahami istilah-istilah seperti benefit, persepsi, dan sikap konsumen, serta bagaimana mereka turut menentukan kesuksesan strategi
pemasaran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
adalah faktor psikologis. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor-faktor
psikologis yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian
konsumen. Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi
terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara
mempengaruhi sikap. Tidak disangsikan lagi bahwa individu telah menunjukkan
suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu produk-produk tertentu. Sikap itu
dilakukan berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik
dari pengalaman ataupun dari yang lainnya (Kotler, 1987).
Terbentuknya sikap individu dipengaruhi oleh pandangan atau persepsi
dari individu itu sendiri, karena seperti yang kita ketahui bahwa persepsi
merupakan suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap
dan perilaku individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang
bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Apabila ditinjau dari segi
definisinya persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian
kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan.
Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat
berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor
yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).
Terkait dengan masalah persepsi yang merupakan salah satu faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu
produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar
memiliki pengalaman produk dengan menawarkan produk dengan cara
memberikan sampel gratis. Hal ini sama artinya dengan menawarkan pada
konsumen pengalaman mencoba produk yang bersifat langsung dan tanpa resiko.
Di lain pihak, ada pula produsen yang “memaksa” konsumen agar memiliki
(SPG) yang menarik. Hal ini dimaksudkan untuk semakin menarik konsumen
untuk memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.
Adanya pengalaman terhadap produk yang ditawarkan memungkinkan
konsumsen untuk memberikan tanggapan. Tanggapan awal dengan adanya
pengalaman pertama terhadap produk adalah pada aspek kognitif. Menurut Peter
dan Olson (1999), aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau
pemikiran. Aspek kognitif akan membantu seseorang dalam menginterpretasi,
memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang
sehingga terbentuk persepsi. Dengan aspek kognitif ini konsumen dapat
melakukan penilaian, yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau
prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Setelah aspek kognitif terpenuhi, tahap
selanjutnya adalah aspek afektif, yang mengacu pada tanggapan perasaan.
Menurut Peter dan Olson (1991) Jika seseorang memiliki perasaan yang positif
terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif
juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu
obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif.
Kunci dalam membina hubungan dengan pelanggan adalah relationship marketing. Untuk suksesnya relationship marketing adalah dengan menjalin komunikasi interpersonal dengan konsumen. Komunikasi Interpersonal menurut
Effendi (1986:188) adalah: “Komunikasi yang berlangsung dua arah, timbal balik
dalam bentuk percakapan antara dua orang atau lebih, baik secara tatap muka
maupun melalui media”. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat
komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication).
Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita
mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah
perilaku konsumen. De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek
komunikasi interpersonal : Cognitive Effects yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi, Affective Effect yang berhubungan dengan emosi, sikap/nilai, dan Behavioral Effects yang
menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
Komunikasi interpersonal sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku
konsumen. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik proses komunikasi
interpersonal, di mana komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada
saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan yang berupa arus balik atau
umpan balik (feedback) tersalurkan langsung kepada komunikator. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada
komunikator. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.
Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap
awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi komunikan
kemudian komunikan bisa menyampaikan umpan balik (feedback) berupa kata-kata, gerak tubuh, atau mimik tertentu.
Dalam sebuah perusahaan, komunikasi interpersonal biasanya dilakukan
melalui SPG (Sales Promotion Girl). Dengan komunikasi interpersonal SPG yang
persuasif diharapkan mampu meningkatkan penjualan langsung, secara kualitas
maupun kuantitas. Dalam komunikasi interpersonal antara SPG dengan calon
konsumen, SPG bertindak sebagai komunikator yang memberikan
informasi-informasi tentang produk kepada konsumen yang bertindak sebagai komunikan.
Suksesnya komunikasi ini adalah jika konsumen bisa menerima informasi yang
diberikan SPG. Untuk itu harus ada persepsi yang positif dari konsumen, maka
SPG dituntut untuk bisa menyampaikan informasi secara baik dan jelas, sehingga
konsumen bisa mempunyai persepsi positif seperti yang diinginkan SPG. Setelah
konsumen mengetahui informasi tentang produk secara lengkap, diharapkan ada
tindakan berupa sikap positif terhadap produk tersebut dan dilanjutkan dengan
perilaku berupa pembelian produk (menggunakan produk).
Agar konsumen bisa berubah perilakunya, yaitu mau membeli
(menggunakan) produk, maka SPG dituntut untuk mempunyai kemampuan
komunikasi interpersonal yang baik, maka ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh SPG, antara lain: 1) keterbukaan, yaitu keinginan terbuka
terhadap konsumen, 2) empati, yaitu mencoba ikut merasakan seperti yang
dirasakan konsumen, 3) dukungan, yaitu mengungkapkan dukungan pada
konsumen, 4) kepositifan, yaitu bersikap positif terhadap konsumen, 5) kesamaan,
SPG dapat melakukan persuasi kepada calon konsumen melalui
komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi dua arah dalam komunikasi
interpersonal antara SPG dan calon konsumen lebih bisa memungkinkan
terjadinya persuasi, dibandingkan melalui media massa yang sifatnya kebanyakan
hanya komunikasi satu arah. Hal ini disebabkan melalui komunikasi interpersonal
SPG bisa langsung mengetahui feedback (umpan balik) calon konsumen, tidak seperti komunikasi melalui media massa di mana komunikator tidak dapat secara
langsung mengetahui feedback komunikan.
Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas dan
lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal. Bila SPG menawarkan
produk kepada calon konsumen secara tatap muka, SPG akan memperhatikan
bukan saja ucapan calon konsumen, tetapi juga kernyitan mata, gerak bibir, posisi
tubuh, intonasi suara, dan tidak terhitung lambang-lambang nonverbal lainnya.
Semuanya menjadi umpan balik yang diterima SPG lewat seluruh indera SPG.
Menurut Rakhmat (2005 : 192) tidak demikian pada komunikasi massa; umpan
balik sebagai respons boleh dikatakan hanyalah zero feedback.
Dengan komunikasi tatap muka, hubungan psikologis antara komunikator
(SPG) dan komunikan (calon konsumen) lebih erat, sehingga ada empati antara
SPG dan calon konsumen. Adanya empati ini menyebabkan calon konsumen
mempunyai persepsi positif sehingga bisa terpersuasi oleh SPG. SPG bisa
membujuk agar konsumen mau “mencoba” menggunakan produk, sehingga
diharapkan setelah calon konsumen merasakan ada pengalaman dengan produk
yang ditawarkan oleh SPG akan mempengaruhi aspek kognitif dan afektif
konsumen bisa melakukan pembelian ulang dan dalam jangka panjang bisa
menjadi konsumen yang loyal terhadap produk tersebut.
Penelitian ini akan mengkaji persepsi konsumen terhadap efisiensi
komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo
Plaza Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena latar
belakang fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat terkait dengan image
SPG yang negatif, seperti : berpenampilan seksi, “bispak” (bisa dipakai),
gampangan, dekat dengan kehidupan malam, dan lain sebagainya. Image negatif
yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya ini bisa menghambat tugas SPG
dalam melakukan persuasi dan penjualan produk, padahal agar persuasi yang
dilakukan SPG bisa berhasil harus ditimbulkan persepsi positif dari calon
konsumen terlebih dahulu. Jika ada persepsi positif dari konsumen terhadap SPG
maka akan lebih mendukung berlangsungya proses komunikasi interpersonal
antara SPG dan konsumen, sehingga SPG bisa melakukan persuasi agar
konsumen membeli produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil
SPG sebagai objek persepsi dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah gambaran persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen
terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu psikologi industri, serta menjadi referensi bagi
penelitian yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan rokok Marlboro dalam menyusun kebijakan-kebijakan
promosi, khususnya promosi yang dilakukan dengan cara penjualan
langsung (direct selling). b. Bagi SPG
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk melakukan
komunikasi secara baik agar tujuan mempromosikan dan melakukan
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976
dalam Rakhmat 2005 : 51).
Menurut Thoha (1983: 138), persepsi adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya,
baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu
berhadapan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi
melibatkan aktivitas manusia terhadap obyek tertentu, maka persepsi selalu
menggambarkan pengalaman manusia tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan tentang obyek tersebut. Oleh karena itu persepsi hanyalah
penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan yang pasti
atau faktual tentang situasi tersebut.
Menurut Luthans persepsi lebih kompleks dibandingkan dengan
penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada
penginderaan data, proses kognitif akan menyaring, menyederhanakan, atau
mengubah secara sempurna data tersebut (Thoha, 1983: 139).
Pengertian persepsi menurut Gibson (1994) adalah proses kognitif
yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan
menginterpretasikan stimuli tersebut menjadi gambaran yang bermakna dan
koheren. Setiap orang mengartikan sendiri stimuli yang diperolehnya, maka
ada perbedaan dari masing-masing individu dalam memandang sesuatu.
Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan
lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang
bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Persepsi adalah proses
pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk
memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang
tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada
perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang
sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).
Persepsi adalah suatu pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang
diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah
diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari dalam diri individu.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah pengenalan seseorang terhadap suatu stimulus dengan panca inderanya
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut,
sehingga individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan
2. Aspek-aspek yang Membentuk Persepsi
Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2005) merumuskan tiga dalil
persepsi. Pertama, persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti
bahwa objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya
objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Kedua,
medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Individu
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Ketiga, sifat-sifat
perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh
sifat-sifat struktur secara keseluruhan.
Menurut Peter dan Olson (1999), aspek-aspek persepsi terdiri dari:
a. Kognitif
Aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran.
Fungsi utama dari kognitif adalah menginterpretasikan, memberi makna
dan memahami aspek utama pengalaman pribadi mereka. Selain itu,
kognitif berfungsi untuk memproses (memikirkan) interpretasi atau arti
tersebut dalam melakukan tugas kognitif. Jadi aspek kognitif akan
membantu seseorang dalam menginterpretasi, memberi makna dan
memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang, sehingga
terbentuk persepsi. Aspek kognitif meliputi, pengertian, yaitu
seseorang. Penilaian, menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau
prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Perencanaan, menetapkan
bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau tujuan. Penetapan,
membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut pandang
sifat yang relevan dan mencari alternatif yang terbaik. Berpikir, yaitu
aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses di atas.
b. Afektif
Afektif mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan merupakan
salah satu unsur persepsi. Hal ini dikarenakan perasaan yang ada dalam
diri seseorang akan menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang
memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan
dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang
memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan
dia akan memiliki persepsi yang negatif. Ada empat jenis tanggapan
afektif, yaitu: pertama adalah tanggapan emosi, misalnya; cinta, marah,
gembira. Kedua adalah tanggapan perasaan tertentu, misalnya;
kehangatan, perhargaan, kepuasan. Tanggapan afektif yang ketiga adalah
suasana hati, misalnya; santai, tenang, bosan, sedih. Tanggapan keempat
adalah evaluasi, misalnya; suka, tidak suka, menikmati, dan jelek.
c. Konatif (behavioral)
De Vito (1986) menyatakan bahwa persepsi bisa dimanifestasikan
dalam perilaku, yaitu yang menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat
Melalui uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ada tiga
aspek yang membentuk persepsi, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan
konatif. Aspek kognitif berfungsi menginterpretasi, memberi makna dan
memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk
persepsi, aspek afektif mengacu pada tanggapan perasaan, dan aspek
konatif menunjukkan pada perilaku.
3. Faktor-Faktor Persepsi
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David
Krech dan Richard S. Crutchfield (1977 : 235) menyebutnya faktor fungsional
dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut faktor-faktor
personal (Rakhmat, 2005: 55). Faktor-faktor struktural berasal semata-mata
dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem
saraf individu (Rakhmat, 2005: 58).
Menurut Muhammad (2001: 207), secara garis besar ada dua faktor
yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor personal yang terdapat dalam diri si
pengirim dan si penerima pesan dan faktor di luar diri mereka yang
dinamakan faktor organisasi.
Menurut Walgito (1991) dan Sasanti (2003) faktor yang berpengaruh
dalam persepsi adalah:
a. Perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan untuk
mempersepsi. Walaupun banyak stimulus mengenai individu, tetapi tidak
b. Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam
individu, yaitu langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari
luar yang langsung mengenai alat indera.
c. Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap objek
atau situasi tertentu, maka ia akan mempunyai persepsi yang baik.
Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, maka individu akan
mempunyai persepsi yang buruk.
d. Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia
untuk bersikap dan berperilaku. Biasanya seorang individu menggunakan
sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.
Menurut Siagian (1989: 101-105), terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
Pertama, diri orang yang bersangkutan (subyek yang melakukan
persepsi). Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli
melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli. Apabila
seorang melihat sesuatu ia akan memberikan interpretasi tentang apa yang
dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individualnya seperti sikap, motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.
Kedua, sasaran persepsi (obyek yang dipersepsi). Obyek atau sasaran
persepsi bisa orang, benda atau peristiwa. Sifat dari obyek persepsi biasanya
mempengaruhi persepsi yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran,
tindak-tanduk dan ciri-ciri lainnya dari sasaran perpsepsi turut menentukan penilaian
Ketiga, faktor situasi. Situasi merupakan faktor yang turut berperan
dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Sebagai contoh, kehadiran seseorang
dengan pakaian renang di pantai tidak akan mengherankan karena orang
berpersepsi bahwa orang berada di pantai untuk berenang. Akan tetapi jika ia
mengenakan pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan
olah raga renang, tentu akan menarik perhatian karena kehadirannya itu
bukanlah hal yang lumrah.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor persepsi
berdasarkan hubungan individu dengan sasarannya ada tiga, yaitu faktor
pribadi atau karakteristik orang yang melakukan persepsi, faktor sasaran
persepsi, dan faktor situasi.
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi
Hovland (dalam Muhammad, 2002 : 4), mendefinisikan
komunikasi sebagai: “proses dengan mana seorang individu (komunikator)
mengoperkan stimuli (biasanya dengan menggunakan lambang-lambang
bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain”.
Dari definisi tersebut, komunikasi bukan sekedar penyampaian pesan,
melainkan mempunyai tujuan mengubah tingkah laku orang lain.
Kincaid dan Schramm (1977: 6) lebih menekankan adanya proses
berbagai informasi dalam komunikasi. Proses yang azasi dalam
menerima. Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama, dan pertalian antara peserta dalam proses
komunikasi.
Menurut Citrobroto (1982: 2) komunikasi adalah penyampaian
pengertian dari seorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang-lambang. Sedangkan Wursanto (1982: 31), mendefinisikan komunikasi
sebagai proses kegiatan pengoperan atau penyampaian
informasi/berita/pesan yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain
dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Selanjutnya menurut Hartini
(1999: 30), komunikasi adalah penggunaan bahasa dan lambang-lambang,
penyampaian informasi dan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku.
Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”.
Dari rumursan Lasswell tersebut terlihat bahwa dalam proses
komunikasi dikenal ada lima unsur atau komponen, yaitu:
a) Sumber (source) b) Komunikator (encoder)
c) Pernyataan/media pesan (message) d) Komunikan (decoder)
e) Tujuan (destination) (Susanto, 1988: 31).
Fungsi komunikasi menurut Susanto (1988: 42), secara umum
dapat dikelompokkan atas empat yaitu:
b) pendidikan
c) mempengaruhi
d) mengisi waktu senggang (menghibur)
Apa yang diungkapkan Susanto di atas menunjukkan bahwa
komunikator sangat berperan dalam komunikasi. Pandangan ini tidak
sepenuhnya benar karena suatu komunikasi dapat berjalan lancar dan
serasi bila ada kepentingan bersama antara komunikator dengan
komunikan. Suatu komunikasi tidak akan efektif apabila kepentingan
bersama tidak ada. Akhirnya orang melihat bahwa antara komunikator dan
komunikan terdapat suatu hubungan sosial dan dalam hubungan inilah
proses komunikasi berlangsung.
Agar pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat
ditanggapi oleh komunikan sebagaimana yang dikehendaki oleh
komunikator, maka pesan yang disampaikan tersebut harus memenuhi
beberapa persyaratan (Effendy, 1986:39), yaitu:
a) Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada
saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Apapun pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator akan
ditanggapi oleh komunikan sesuai dengan situasi dan kondisinya, atau apa
yang dipersepsikannya mengenai pesan tersebut. Hal ini karena seorang
komunikan biasanya menyadari bahwa apapun keputusan yang akan
diambilnya akan disesuaikan dengan tujuannya dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya. Tubbs (1996:210), menyatakan bahwa pada
dasarnya setiap orang punya kecenderungan memilih komunikasi yang
akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilainya sendiri. Setiap orang
akan cenderung menyukai dan mencari orang-orang kepercayaan, yang
sikap dan nilai-nilainya serupa dengan yang dianutnya dan menghindari
orang-orang yang dipandang berbeda dengannya dalam hal-hal tersebut.
Setiap orang akan mempunyai pilihan sendiri atas majalah atau surat kabar
yang akan dibaca, acara radio yang akan didengar, acara TV yang mau
ditonton dan sebagainya.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si
pengirim dan si penerima untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan
dapat berupa individu, kelompok ataupun organisasi. Demikian pun
penerima dapat berupa seorang anggota, kepala bagian, kelompok orang
dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan. Istilah proses
tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya.
Selain itu proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena
antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Komunikasi Interpersonal
Dalam proses komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) terdapat peserta-peserta yang berinteraksi. Komunikator meng-encode suatu pesan kepada komunikan. Komunikan meng-decode
pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian memberikan tanggapan. Jika
tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (overty), maka pada gilirannya ia menjadi komunikator, sebab ia meng-encode tanggapannya itu dan menyampaikannya kepada komunikator semula (yang pada gilirannya
menjadi komunikan) (Effendy, 1981 : 33).
Komunikator/encoder A menyampaikan pesan kepada komunikan/
decoder B. setelah B men-decode pesan yang ia terima dari A itu, pada gilirannya B meng-encode tanggapannya kepada A. tanggapan B kepada A itu dinamakan feedback atau arus balik/umpan balik.
Arus balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi, sebab ia menerangkan kepada komunikator bagaimana pesan
komunikator diterima dan ditanggapi oleh komunikan. Menurut Effendy
(1981 : 33) arus balik bisa bersifat verbal dalam bentuk kata seperti “ya”
untuk tanda setuju atau kata “tidak” untuk menolak; bisa juga bersifat
setuju, menggeleng kepala tanda tidak mau, mengerutkan kening tanda
tidak mengerti, mencibirkan bibir tanda mengejek, dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal dapat pula disebut sebagai komunikasi
tatap muka, karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan
komunikan saling berhadapan dan saling melihat. Dalam situasi
komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si
komunikan secara langsung.
Glueck (dalam Widjaja, 2000) mendefinisikan komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan
pengertian antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan secara langsung atau bertatap muka dan feedback bisa langsung terjadi pada saat itu juga, sehingga yang tadinya berperan
sebagai komunikan berubah menjadi komunikator, dan seterusnya.
Kemampuan dalam menjalin komunikasi interpersonal menurut De
Vito (1996) sebagai berikut:
a) Confidence, yaitu keyakinan yang dimiliki komunikator untuk dapat mengontrol kecemasan atau hambatan atau rasa malu selama menjalin
komunikasi.
b) Imediacy, yaitu kemampuan menyatakan secara spontan atau perasaan-perasaan, hubungan (kontak) serta kebersamaan pada lawan
c) Interaction management, yaitu adanya aturan main dalam menjalin komunikasi interpersonal seperti gerakan mata, tubuh dan wajah,
ekspresi vocal serta mempertahankan kelancaran komunikasi.
d) Expressiveness, yaitu kemampuan yang menunjukkan keterlibatan
penuh pada lawan bicara selama menjalin komunikasi interpersonal.
e) Other orientation, yaitu individu lebih berorientasi pada orang lain bukan pada dirinya sendiri. Di sini individu menyampaikan
orientasinya pada orang lain baik secara verbal maupun non-verbal.
3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam komunikasi
interpersonal, antara lain (Lunandi, 1989):
a) Citra diri
Citra diri secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara
seseorang melihat dirinya.
b) Citra pihak lain
Citra pihak lain berarti bagaimana seseorang memandang
orang lain yang diajak berkomunikasi.
c) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah situasi di sekitar yang berupa
benda-benda bukan manusia.
d) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial menunjuk keadaan masyarakat atau
e) Kondisi
Kondisi berarti keadaan diri seseorang yang sedang melakukan
proses komunikasi.
f) Bahasa badan
Sikap badan berarti posisi fisik seseorang terhadap orang lain
yang diajak berkomunikasi.
Sementara itu Rakhmat (2005) mengungkapkan beberapa faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal:
a) Percaya (trust)
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap
yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan),
sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan
efektivitas komunikasi. Secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai
“mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dihendaki,
yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”
(Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005: 130).
b) Menerima
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap
yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut
c) Empati
Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya
pada diri orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921 dalam
Rakhmat, 2005: 132).
d) Kejujuran
Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.
Kejujuran menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga
(predictable). Ini mendorong orang lain untuk percaya. e) Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak
jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi
komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
f) Sikap terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efisien.
De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi
interpersonal:
dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau
informasi.
b) Affective Effect, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh komunikan. Efek ini berhubungan dengan
emosi, sikap / nilai.
c) Behavioral Effects, menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan
berperilaku.
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan
(Rakhmat, 2005 : 118). Komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal yang baik.
Liliweri (1991) menyebutkan 7 sifat komunikasi interpersonal,
yaitu:
a) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non-verbal.
b) Melibatkan perilaku spontan, tepat dan rasional.
c) Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis.
d) Melibatkan umpan balik pribadi yakni hubungan interaksi dan
koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang
sebelumnya).
e) komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik.
f) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan atau tindakan.
Rubin, Perse, dan Barbato (dalam Hybels dan Weaver, 2004)
mengungkapkan beberapa motif yang mendorong seseorang untuk
melakukan komunikasi interpersonal. Motif-motif tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pleasure adalah kesenangan yang didapat saat berkomunikasi dengan orang lain.
2) Affection adalah perasaan kehangatan yang diperoleh saat seseorang mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang disukai. Melalui
interaksi dengan orang lain, seseorang dapat merasakan kehangatan
hubungan atau keakraban dengan orang lain.
3) Inclusion merupakan perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Dengan bercakap-cakap bersama
teman-temannya, dalam diri seseorang akan muncul perasaan bahwa individu
tersebut adalah bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.
4) Escape atau ‘melarikan diri’ terjadi saat seseorang memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dan berkeinginan untuk
‘meninggalkannya’ sejenak. Seseorang ‘melarikan diri’ berarti
menghindar atau meninggalkan sejenak tugas-tugasnya untuk bertemu
orang lain.
5) Relaxation dapat diartikan beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan
yang ada. Dengan bertemu orang lain, seseorang dapat mencoba
melepaskan beberapa kepenatan untuk mendapatkan kesegaran baru.
6) Control berarti mengendalikan atau mengatur. Saat komunikasi,
temannya atas perilaku tertentu sehingga tidak akan mengulangi
kesalahannya.
Maksud dan tujuan orang untuk melakukan komunikasi
interpersonal berbeda-beda. Menurut Carr (dalam Sisca, 1996) komunikasi
interpersonal bertujuan untuk:
a) Menyelidiki suatu realita yakni adanya masukan orang lain membuat
seseorang dapat menguji atau membandingkan realita yang dilihatnya
dengan realita yang dilihat orang lain.
b) Mengetahui identitas diri yakni seseorang akan mengenali dirinya
sendiri melalui respon yang diberikan orang lain ketika
berkomunikasi.
c) Meningkatkan harga diri melalui apa yang dikomunikasikan orang
lain.
d) Mengontrol lingkungan sosial yakni dengan berkomunikasi seseorang
dapat mengontrol lingkungan sosial dengan bernegosiasi.
e) Berbagi informasi yakni dalam kehidupan sehari-hari setiap orang
saling membutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
f) Mengalami kesenangan yakni jika seseorang mendapat pengalaman
yang menyenangkan ketika berkomunikasi dengan orang lain ia akan
cenderung mengulanginya.
De Vito (1986:14-16) membedakan maksud dan tujuan
komunikasi interpersonal sebagai berikut:
a) Self discovery; memahami diri sendiri.
c) Estabilishing and maintain meaning sure relationship; komunikasi guna membangun dan memantapkan suatu hubungan.
d) Changing attitude and behaviour; merubah sikap dan tingkah laku. e) Playing and entertains; bermain dan menghibur.
f) Help; komunikasi untuk saling membentu, memecahkan masalah dan sebagainya.
Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila
kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan
atau mengubah perilaku konsumen. Mengapa demikian, karena kita
sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). Dengan saling melihat, komunikator bisa mengetahui pada saat berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang
dikomunikasikan, Apakah jika umpan baliknya positif, komunikator akan
mempertahankan cara berkomunikasi yang digunakan dan memeliharanya
supaya umpan balik tersebut tetap menyenangkan, bila sebaliknya,
komunikator harus mengubah tehnik berkomunikasi sehingga maksud dan
tujuannya berhasil. Dalam proses komunikasi imterpersonal, yang
terpenting adalah kemampuan menafsirkan feed back yang diterima. Hal ini untuk menjaga agar tujuan komunikasi dapat menghasilkan efek yang
diharapkan.
4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal
De Vito (1996) mengemukakan agar komunikasi interpersonal
berlangsung efisien maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
a) Keterbukaan, yaitu keinginan terbuka bagi setiap orang yang
berinteraksi dengan orang lain. Keinginan untuk terbuka ini
dimaksudkan agar diri masing-masing tidak menutup diri di dalam
menerima informasi dari orang lain dan keinginan untuk menanggapi
secara jujur semua stimuli yang datang.
b) Empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain. Suatu
perasaan bersama orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara
yang sama dengan perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri.
c) Dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan
pada orang lain. Bentuk-bentuk dukungan yang tidak terucapkan
berupa menganggukkan kepala, mengedipkan mata dan dukungan
yang lain yaitu kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang
berbeda.
d) Kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal
menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif.
e) Kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila
orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena
masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan
dihormati.
C. Sales Promotion Girl (SPG)
Pengertian sales promotion girl dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara penggunaan bahasa, menurut Poerwodarminto (1987:198), sales promotion girl
produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik
yang menarik sebagai usaha untuk menarik perhatian konsumen.
Menurut Carter (1999:37), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga sales promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan di
pasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya menggunakan
tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah dibandingkan dengan sales promotion girl untuk semisal produk lux seperti halnya otomotif. Dengan demikian, pemilihan penggunaan tenaga sales
promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan dipromosikan. Kesesuaian antara produk yang akan dipromosikan dengan
kualifikasi sales promotion girl memungkinkan akan meningkatkan daya tarik konsumen pada produk yang dipromosikan.
Menurut Darmono (1998:35), seorang sales promotion girl dituntut untuk mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan
produk yang akan dipromosikan maupun yang dipasarkan dan juga mempunyai
penampilan fisik yang mendukung terhadap karakter produk. Pengertian sales
promotion girl ditinjau dari sistem pemasaran, Nitisemito (2001:53) berpendapat bahwa sebagai salah satu pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan
tenaga promosi suatu produk sehingga mampu menarik konsumen. Selanjutnya,
dengan kemampuan berpromosi yang dimiliki seorang sales promotion girl akan
mampu memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.
memiliki pengetahuan yang baik mengenai produk, dan berprofesi dalam bidang
pemasaran atau promosi suatu produk.
D. Persepsi Konsumen Terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales
Promotion Girl
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Jika
komunikasi yang berlangsung dilakukan secara efektif maka akan proses
komunikasi yang berlangsung tersebut bisa efisien, di mana tujuan yang
dikehendaki oleh komunikator maupun komunikan dalam proses komunikasi
tersebut bisa tercapai. Kompetensi komunikasi interpersonal SPG dapat dilihat
dari efisiensinya dalam melakukan komunikasi interpersonal.
Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Lynn dan Nixon (1985: 86) menyatakan “competencies may range from recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau
kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep,
peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap.
Aspek efisiensi komunikasi interpersonal ada lima yaitu: keterbukaan,
empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan; sedangkan aspek persepsi terdiri
dari kognitif, afektif, dan konatif (behavioral). Jika masing-masing aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal maupun dalam persepsi bisa sejalan, maka
Komunikasi yang efisien ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap
awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi seseorang bisa
berupa persepsi positif maupun persepsi negatif.
Dari beberapa pengertian di atas, SPG dianggap mempunyai kompetensi
jika menguasai aspek-aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal.
Penguasaan SPG terhadap aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal
tersebut dapat diukur melalui persepsi seseorang yang melakukan komunikasi
interpersonal dengan SPG. Jika SPG menguasai keterampilan komunikasi
interpersonal, maka orang (konsumen) yang diajak berkomunikasi akan
memberikan persepsi yang positif.
Skema Penelitian
SPG
Aspek Efisiensi Komunikasi Interpersonal
Keterbukaan Kepositifan Empati Kesamaan
Dukungan
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu: persepsi konsumen
terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Ambarumo Plaza
Yogyakarta.
C. Definisi Operasional
Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan komunikasi
dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Subjek diminta
untuk memberikan persepsinya terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG
rokok Marlboro. Alat yang digunakan untuk mengukur persepsi subjek adalah
skala Likert dari item-item yang berkaitan dengan persepsi dan aspek-aspek
efisiensi komunikasi interpersonal. Agar pengukuran bisa fokus ke permasalahan,
maka diberikan batasan-batasan pengertian tentang persepsi dan efisiensi
komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro.
Persepsi diukur dengan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan
konatif (behavioral). Aspek yang harus diperhatikan untuk mengukur efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro antara lain: (a) keterbukaan, yaitu