GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN
DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA
INDONESIA
(Kajian Dialektologi Sinkronis)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra
Junne T. H. Saragih NIM 1102072
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA
(Kajian Dialektologi Sinkronis)
LEMBAR HAK CIPTA
oleh
Junne T. H. Saragih
Skripsi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra
© Junne T. H. Saragih 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak
ABSTRAK
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR ISTILAH, LAMBANG, DAN TANDA ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Struktur Organisasi ... 6
BAB II DIALEKTOLOGI, PERBEDAAN UNSUR-UNSUR KEBAHASAAN, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1Dialektologi ... 7
2.1.1 Dialek ... 8
2.1.2 Geografi Dialek ... 8
2.1.3 Dialektometri ... 11
2.2Perbedaan Unsur-Unsur Kebahasaan ... 12
2.2.1 Perbedaan Fonologi ... 12
2.2.2 Perbedaan Morfologi ... 16
2.2.3 Perbedaan Leksikal ... 17
2.3Tinjauan Pustaka ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 20
3.2Partisipan dan Lokasi Penelitian ... 20
3.3Pengumpulan Data ... 26
3.3.1 Korpus ... 26
3.3.2 Instrumen Penelitian ... 27
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.4Analisis data ... 32
3.5Definisi Operasional ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 35
4.1.1 Deskripsi Perbedaan Dialek Bahasa Simalungun ... 35
4.1.2 Pemetaan Dialek Bahasa Simalungun ... 164
4.1.3 Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Simalungun Berdasarkan Perhitungan Dialektometri ... 365
4.2Pembahasan ... 371
4.2.1 Deskripsi Perbedaan Dialek Bahasa Simalungun... 371
4.2.2 Pemetaan DialekBahasa Simalungun... 386
4.2.3 Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Simalungun Berdasarkan Perhitungan Dialektometri ... 390
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 392
5.2Rekomendasi ... 393
DAFTAR PUSTAKA... 394
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 396
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan
oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa
Simalungun merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia dan suku
Simalungun menjadikan bahasa Simalungun ini sebagai bahasa ibu di
Simalungun. Voorhoeve (1955) seorang ahli bahasa Belanda yang pernah
menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937, menyatakan bahwa
bahasa Simalungun termasuk dalam sebuah bahasa dan merupakan bagian dari
rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang
memengaruhi banyak bahasa daerah di Indonesia.
Bahasa-bahasa yang ada di dunia pada mulanya mempunyai protobahasa.
Protobahasa (bahasa purba) merupakan rakitan teoretis yang dirancang dengan
sistem bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan kesejarahan melalui rumusan
kaidah-kaidah secara singkat (Nadra, 2006). Begitu pula dengan bahasa
Simalungun yang pada mulanya belum termasuk ke dalam satu bahasa melainkan
masih disebut sebagai bahasa Batak. Berdasarkan kemajuan zaman untuk
memenuhi kebutuhan penutur dalam berbahasa, bahasa Batak dengan kata lain
bahasa purba Batak (protobahasa Batak) terbagi menjadi bahasa-bahasa Batak,
yaitu bahasa Simalungun, bahasa Karo, bahasa Toba, bahasa Pak-pak, dan bahasa
Mandailing (sembiring, 2009). Berdasarkan hal tersebutlah, bahasa Simalungun
dapat disebut sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa yang
lainnya.
Sebuah bahasa akan memunculkan perbedaan wicara karena bahasa tersebut
digunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang lain.
Perbedaan wicara tersebut akan berkembang menjadi perbedaan subdialek.
Kemudian, perbedaan subdialek menjadi perbedaan dialek. Pada akhirnya, di
suatu masa yang tidak dapat ditentukan bahkan dapat menjadi perbedaan bahasa.
Dewasa ini, bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta telah dipengaruhi
2
memengaruhi bahasa Simalungun tersebut, yaitu letak geografis, aktivitas
jual-beli, dan interaksi budaya yang ada di Kecamatan Silimakuta. Faktor-faktor
tersebutlah yang mengakibatkan timbulnya variasi bahasa yang digunakan oleh
masyarakat di Kecamatan Silimakuta.
Letak geografis berperan besar dalam terbentuknya variasi bahasa di
Kecamatan Silimakuta. Melihat wilayah Simalungun yang berbatasan langsung
dengan wilayah Karo dan Toba memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas
komunikasi sehingga menyebabkan bahasa Simalungun dipengaruhi oleh bahasa
Toba dan Karo. Selain letak geografis, aktivitas jual-beli, aktivitas di ladang, dan
aktivitas budaya, seperti perkawinan antarwilayah juga memungkinkan bahasa
Simalungun dipengaruhi oleh bahasa Karo dan bahasa Toba.
Variasi bahasa di Kecamatan Silimakuta terlihat jelas dari penggunaan
dialek ketika berkomunikasi antarmasyarakat desa. Sebagai contoh, gloss
dimarahi, di Desa Purba Sinombah memiliki berian imarahi [imarahi], Desa
Purbatua Bolak dan Desa Sinar Baru memiliki berian igilai [igilai], Desa Purbatua
Baru dan Desa Purbatua Etek memiliki berian imalingi [imalIŋi], dan Desa
Sibangun Mariah memiliki berian ilagai [ilagai]. Contoh tersebut termasuk dalam
perbedaan leksikal.
Selain contoh di atas, ada gloss anjing sebagai contoh lain yang memiliki
berbagai berian yang berbeda, yaitu Desa Purba Sinombah dan Desa Purbatua
Bolak memiliki berian baliang [baliaŋ], Desa Sinar Baru memiliki berian nenek
[nenek], Desa Purbatua Baru dan Desa Purbatua Etek memiliki berian biang
[biaŋ], dan Desa Sibangun Mariah dan Desa Purbatua Baru memiliki berian asu
[asu]. Contoh tersebut termasuk dalam perbedaan fonologi dan leksikal.
Berdasarkan contoh di atas, bahasa Simalungun dapat dikategorikan sebagai
bahasa yang unik karena memiliki variasi bahasa dan memiliki banyak berian
untuk mengaplikasikan satu makna suatu benda. Oleh karena itu, penelitian
geografi dialek cocok diterapkan untuk bahasa Simalungun di Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
Penelitian geografi dialek perlu dilakukan karena masih banyak daerah di
Indonesia khususnya daerah Simalungun yang memiliki variasi bahasa, tetapi
dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun
merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Bahasa Simalungun ini sangat
penting untuk dipetakan dalam menunjang pembelajaran muatan lokal di
sekolah-sekolah setempat. Hasil pemetaan bahasa Simalungun ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk pembuatan kamus saku bagi pelajar. Kamus saku tersebutlah yang
dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pembelajaran muatan lokal bahasa
Simalungun.
Peneliti menemukan sebuah penelitian sejenis mengenai bahasa Simalungun
yakni penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2011). Namun, dalam
penelitiannya, Saragih meneliti bahasa Simalungun dengan fokus kajian umpasa
pernikahan Simalungun ‘pantun pernikahan Simalungun’ sangat berbeda dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu pemetaan bahasa Simalungun.
Selain hal di atas, akan dikemukakan juga kontribusi geografi dialek itu
sendiri terhadap pengembangan leksikon bahasa Indonesia karena penelitian
geografi dialek ini memberikan peran besar dalam pengembangan leksikon
bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan pemanfaatan kosakata-kosakata
yang akan diperoleh di lapangan. Kosakata-kosakata yang dicari, yaitu kosakata
yang khas di daerah penelitian yang belum memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia memerlukan pengembangan kata
dan istilah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
pemerintahan. Kekayaan kosakata suatu bahasa mengindikasikan kemajuan
peradaban bangsa. Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan karena
pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa daerah diserap bahasa
Indonesia karena adanya interaksi budaya antarsuku. Pelaku dalam hal ini adalah
penutur bahasa Indonesia yang berlatar belakang bahasa daerah.
Kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, kosakata-kosakata
bahasa Simalungun akan diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata
yang dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu kosakata yang belum
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, seperti manggalung, yaitu membuat
4
Berdasarkan beberapa hal di atas, penelitian ini merujuk pada
penelitian-penelitian sebelumnya antara lain. Penelitian yang dilakukan oleh Selviana (2010)
tentang perbedaan ragam dialek bahasa Batak Toba dan bagaimana pemetaan
variasi dialek bahasa Batak Toba di Kabupaten Dairi.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sembiring (2009) tentang variasi
fonologis bahasa Karo, variasi leksikal bahasa Karo, pemetaan variasi bahasa
Karo berdasarkan fonologis dan leksikal, dan berapa dialek karo di Kabupaten
Karo, Deli Serdang, dan Langkat.
Adapun penelitian serupa, penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (1989),
yaitu pendeskripsian perbedaan bahasa berdasarkan perbedaan fonologi,
morfologi dan kosakata. Dalam penelitiannya, Hasibuan memanfaatkan data
sebanyak 57 kosakata.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini
mencari deskripsi variasi bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun. Variasi bahasa tersebut akan dikorespondensikan
berdasarkan deskripsi perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal kemudian
dipetakan. Setelah dipetakan, perbedaan-perbedaan bahasa yang diperoleh di
hitung berdasarkan perhitungan dialektometri untuk menentukan kekerabatan
dialeknya. Selain itu, penelitian geografi dialek ini juga akan memberikan
kontribusi kosakata sebagai pengembangan bahasa Indonesia.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Penelitian dialektologi perlu dilakukan untuk melihat gambaran umum
kondisi kebahasaan yang terjadi di daerah titik pengamatan, yaitu di Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Adapun rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun?
2) Bagaimana pemetaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
3) Berapa persen tingkat kekerabatan bahasa Simalungun di Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun berdasarkan perhitungan dialektometri?
1.3Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskrisikan hal-hal berikut:
1) perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun;
2) pemetaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun;
3) persentase tingkat kekerabatan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun berdasarkan perhitungan dialektometri;
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun secara praktis. Adapun manfaat-manfaat yang ingin disampaikan adalah
sebagai berikut.
1.2.1 Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangsih keilmuan
dalam bidang kajian linguistik khususnya dialektologi. Selain itu, dapat juga
menjadi modal dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar lebih luas dan
mendalam cakupan penelitiannya dengan tujuan untuk menambah keberagaman
penelitian dalam ranah dialektologi. begitupun, hasil penelitian ini digunakan
sebagai visualisasi kondisi kebahasaan daerah upaya pelestarian bahasa yang
dapat menunjang perbendaharaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
1.4.2 Secara Praktis
Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut.
a. Bagi masyarakat kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, penelitian ini
akan dijadikan salah satu sarana pemicu yang lebih besar terhadap rasa
kepemilikan bahasa setempat sebagai warisan yang telah dipertahankan
6
b. Bagi masyarakat di luar Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun,
penelitian ini semoga menjadi pembangkit nilai kesadaran akan pentingnya
sebuah bahasa daerah yang selama ini telah pudar karena pengaruh zaman dan
budaya luar.
c. Bagi pemerintah Simalungun, penelitian ini semoga menjadi jembatan yang
berarti dalam mewadahi upaya masyarakat dalam menjaga dan
mempertahankan bahasa Simalungun sebagai alat komunikasi masyarakat
setempat.
d. Penelitian ini dapat digunakan sebagai inventarisasi dan publikasi
bahasa-bahasa khas yang dapat dijadikan sebagai referensi pembuatan kamus bahasa-bahasa
Simalungun.
e. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai penunjang pembelajaran muatan
lokal di sekolah –sekolah daerah penelitian.
1.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi berisis rincian keseluruhan isi skripsi, berikut merupakan
penjabarannya.
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
Bab II Kajian pustaka/landasan teoretis berisi teori-teori yang digunakan
dalam penelitian, penjabaran mengenai penelitian terdahulu, dan penjabaran
mengenai posisi penelitian.
Bab III Metode penelitian berisi desain penelitian, partisipan dan lokasi
penelitian, pengumpulan data (korpus, instrumen penelitian, dan teknik
pengumpulan data), analisis data, dan definisi operasional.
Bab IV Temuan dan Pembahasan berisi pendeskripsian perbedaan bahasa,
penyajian peta dialek, perhitungan dialektometri untuk menentukan tingkat
Kekerabatan Bahasa, dan pembahasan mengenai kontribusi geografi bahasa
Simalungun dalam pengembangan bahasa Indonesia.
Bab V Simpulan dan Saran berisi hasil inti dari penelitian dan saran-saran
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, dipaparkan metode penelitian yang menjadi landasan
penelitian ini. metode pennelitian tersebut meliputi (1) metode penelitian, (2)
partisipan dan lokasi penelitian, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5)
definisi operasional. Semua metode penelitian tersebut dibahas secara berurutan
sebagai berikut.
3.1Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti
menggambarkan secara objektif, sitematis, faktual, dan akurat aspek fonologi,
morfologi, dan leksikal bahasa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun. Penelitian deskriptif ini tidak mempertimbangkan benar
atau salahnya penggunaan bahasa pada penuturnya sehingga data bahasa yang
tersaji pun apa adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronis, yaitu
penelitian bahasa yang dilakukan dengan cara membandingkan variasi atau dialek
bahasa Simalungun antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang
lain di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dalam satu periode.
Adapun metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas tiga
metode yang didasarkan pada tahapan strategisnya, yaitu sebagai berikut. (1)
metode pupuan lapangan digunakan pada tahap pengumpulan data. (2) metode
dialektometri digunakan pada tahap analisis data, dan (3) metode informal
digunakan pada tahap penyajian data hasil analisis. (Mahsun, 1995, hlm. 93-194)
3.2Partisipan dan Lokasi Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berdomisili atau
tinggal di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Setiap daerah yang
menjadi titik pengamatan dicari tiga informan untuk memberikan gambaran yang
lebih objektif mengenai situasi kebahasaan setempat. Informan tersebut harus
memiliki syarat-syarat seperti yang diutarakan Mahsun (2012, hlm. 324) sebagai
21
7) Tinggal di desa/dusun ini sejak tahun,
8) Pernah bepergian keluar desa/dusun,
9) Bahasa yang digunakan, dan
10)Bahasa lain yang dikuasai.
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatra Utara dengan enam titik penangamatan, yaitu Desa Purba Tua
Baru, Desa Purba Tua Etek, Desa Purba Tua, Desa Purba Sinombah, Desa Sinar
Baru, dan Desa Sibangun Mariah.
Tabel 3.1 Situasi Kebahasaan di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Situasi Kebahasaan (berbahasa)
Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Utara Sebelah Selatan Desa Purba
Tua Baru
Simalungun Karo Simalungun Simalungun
Desa Purba Tua Etek
Simalungun Simalungun Karo Simalungun
Desa Purba Tua
Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun
Desa Purba Sinombah
Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun/Karo
Desa Sinar Baru
Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun
Desa Sibangun Mariah
Tabel 3.2 Situasi Geografis di Kecamatan Silimakuta
Di pedalaman dataran pengunungan berbukit
Desa
Tabel 3.3 Penduduk di Kecamatan Silimakuta
23
Tabel 3.4 Etnik di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Mayoritas etnik % Minoritas etnik %
Desa Purba Tua Baru Simalungun 96,8 Campuran 3,8
Desa Purba Tua Etek Simalungun 80 Karo, Tapanuli, Jawa 20
Desa Purba Tua Simalungun 99 Campuran 1
Desa Purba Sinombah Simalungun 94 Jawa 6
Desa Sinar Baru Simalungun 99 Batak Toba 1
Desa Sibangun Mariah Simalungun 97 Campuran 3
Tabel 3.5 Mata Pencaharian di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Bertani Nelayan Berdagang Buruh Pegawai Lain-lain Desa Purba Tua
Tabel 3.6 Pendidikan di Kecamatan Silimakuta
Desa Purba Tua
Tabel 3.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa SD SLTP SLTA Perguruan
Tabel 3.8 Agama Penduduk di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain
Desa Purba Tua Baru 0,4 % 36 % 63,6 % - - -
Tabel 3.9 Hubungan dengan Antardesa di Kecamatan Silimakuta
25
Tabel 3.10 Prasarana Hubungan Antardesa di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Jalan
Tabel 3.11 Usia Desa-Desa di Kecamatan Silimakuta
Nama Desa Di atas 500 th
3.3Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari korpus,
instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data yang diuraikan sebagai
berikut.
3.3.1 Korpus
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah jawaban lisan dari daftar
tanyaan yang berasal dari kosakata dasar Swadesh yang kemudian dimodifikasi
oleh peneliti sebanyak 200 kosakata. Kosakata dipilih berdasarkan kondisi sosial
masyarakat Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Kosakata sebanyak
200 sudah dianggap cukup oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada
dalam penelitian ini. Pemodifikasian ini dilakukan agar data yang terjaring dari
daftar tanyaan tersebut dapat memunculkan lebih banyak variasi bahasa, terutama
variasi bahasa pada unsur fonologi, morfologi, dan leksikal yang ada di setiap titik
pengamatan atau desa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun. Data tersebut berupa dialek bahasa Simalungun di Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang biasa digunakan oleh masyarakat
setempat.
3.3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai untuk menjaring data sebagai pedoman wawancara
di lapangan adalah daftar tanyaan berjumlah 200 kosakata. Daftar tanyaan dalam
penelitian ini terdiri dari beberapa jenis kosakata yang disusun berdasarkan medan
makna untuk mempermudah penelitian. Daftar tanyaan tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Kata ganti orang, sapaan, dan acuan sebanyak 5 kosakata.
2. Kata yang termasuk dalam sistem kekerabatan sebanyak 14 kosakata.
3. Kata yang termasuk dalam bagian tubuh manusia sebanyak 31 kosakata.
4. Kata yang termasuk dalam rumah dan bagian-bagiannya sebanyak 7 kosakata.
5. Kata yang termasuk dalam dapur dan bagian-bagiannya sebanyak 13 kosakata.
6. Kata yang termasuk perangai, kata sifat, dan warna sebanyak 24 kosakata.
27
8. Kata yang termasuk dalam pakaian dan perhiasan sebanyak 3 kosakata.
9. Kata yang termasuk dalam tanaman dan pepohonan sebanyak 16 kosakata.
10.Kata yang termasuk dalam hewan sebanyak 37 kosakata.
11.Kata yang termasuk dalam waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan
arah sebanyak 7 kosakata.
12.Kata yang termasuk dalam gerak dan kerja sebanyak 15 kosakata.
13.Kata yang termasuk dalam penyakit sebanyak 1 kosakata.
14.Kata yang termasuk dalam bilangan dan ukuran sebanyak 3 kosakata.
15.Kata yang termasuk dalam pasar dan bagian-bagiannya sebanyak 1 kosakata.
Penggunaan kosakata berdasarkan medan makna seperti yang telah
ditentukan di atas diharapkan lebih dapat menunjukkan ciri-ciri khas dari dialek di
Silimakuta tersebut.
Selain daftar tanyaan di atas, penelitian ini juga menggunakan angket
terbuka untuk profil informan dan informasi daerah Kecamatan Silimakuta.
Tabel 3.12 Daftar tanyaan
Desa: ...
No. Gloss Bahasa Simalungun
1. ... ...
... ... ...
Keterangan dari tabel daftar tanyaan di atas, yaitu baris pertama dipakai
untuk nama desa yang akan diteliti. Baris kedua kolom pertama dipakai untuk
nomor, kolom kedua dipakai untuk gloss atau kosakata tanyaan dalam bahasa
Indonesia, dan kolom ketiga digunakan untuk isian jawaban dalam bahasa
Simalungun. Daftar tanyaan dibuat sebanyak jumlah desa yang akan diteliti
dikalikan dengan tiga informan (6 desa x 3 informan = 18 informan).
Tabel 3.13 Kartu data informan
Nama
Tempat lahir Pendidikan tertinggi Pekerjaan
Tahun Domisili
Bahasa yang digunakan sehari-hari Bahasa lain yang dikuasai
Tabel 3.14 Daftar tanyaan wilayah
A. KETERANGAN DAERAH PENGAMATAN 1. Nama desa pengamatan:
Kecamatan Kabupaten Pulau Provinsi
2. Situasi kebahasaan Sebelah timur desa berbahasa
Sebelah barat desa berbahasa
Sebelah utara desa berbahasa
Sebelah selatan desa berbahasa
3. Situasi geografis
Letak Morfologi
pantai ...Km dari pantai Di pedalaman
dataran pegunungan berbukit
4. Penduduk
jumlah pria wanita Di bawah 20 th Antara 20-40 th Di atas 40 th
5. Etnik
Mayoritas etnik persen Minorotas etnik persen
6. Mata pencaharian
bertani nelayan berdagang buruh pegawai Lain-lain % % % % % % 7. Pendidikan
29
Bersekolah
8. Sarana pendidikan
SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Kursus-kursus
Pesantren
% % % % % % 9. Agama penduduk
islam protestan Katolik hindu budha Lain-lain % % % % % % B. HUBUNGAN KELUAR
1. Dengan desa lain
Sangat lancar lancar sedang Kurang lancar Tidak lancar
2. Prasarana hubungan
Tabel 3.15 Daftar rekapitulasi data
No. Gloss Bahasa Simalungun yang digunakan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun
Ket.
1 2 3 4 5 6
... ... ... ... ... ... ... ...
Daftar rekapitulasi data di atas berisi hasil rekap data dari semua titik
pengamatan dari titik pengamatan 1 sampai titik pengamatan 6.
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan mencari informasi kebahasaan daerah
sebagai daerah pengamatan dan lingkup kelurahan/desa sebagi satuan
pengamatan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi ke setiap titik pengamatan
atau desa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
Peneliti secara langsung mengadakan wawancara dengan informan tentang
keadaan kebahasaan di daerah setempat dan mengajukan pertanyaan yang berisi
200 kosakata Swadesh yang harus dialihbahasakan ke dalam bahasa Simalungun
dialek Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan
tersebut terlebih dahulu diseleksi dan dipilih berdasarkan kondisi sosial
masyarakat Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Begitu pula dalam
penentuan informan juga didasarkan pada syarat-syarat yang telah ditentukan.
Adapun beberapa teknik yang digunakan untuk menunjang data yang
diperoleh dari setiap titik pengamatan dalam penelitian ini, yaitu teknik
libat-cakap, teknik pencatatan, dan teknik perekaman. Pertama, teknik
simak-libat-cakap, simak dalam penelitian ini maksudnya menyimak pengggunaan
bahasa berupa tuturan masyarakat di setiap titik pengamatan. Dalam teknik ini,
upaya peneliti untuk mendapatkan data dilakukan dengan cara menyadap
penggunaan bahasa lisan seseorang atau beberapa orang informan. Penyadapan
penggunaan bahasa lisan ini dimaksudkan agar informan tampil dengan sosoknya
sebagi orang yang sedang menggunakan bahasanya (berbicara atau
bercakap-cakap).
Libat dalam hal ini maksudnya peneliti langsung terlibat baik dalam
pengambilan data maupun dalam penentuan daerah dan informan. Peneliti tidak
mewakilkan pada pihak lain, sehingga dapat langsung mengetahui gejala bahasa
yang timbul di setiap titik pengamatan. Penggunaan teknik ini juga memudahkan
peneliti untuk dapat mengetahui secara langsung keadaan geografis di setiap titik
pengamatan dan turut berperan dalam perkembangan isolek pada setiap titik
pengamatan itu sendiri.
Cakap dalam penelitian ini maksudnya adalah suatu cara yang ditempuh
berupa percakapan terarah antara peneliti dengan informan di setiap titik
pengamatan. Dalam teknik ini, peneliti langsung mendatangi setiap titik
31
pancingan yang berupa daftar tanyaan. Selain menggunakan pancingan, peneliti
juga melakukan percakapan dengan memulai dari hal yang umum sampai hal
yang ditanyakan.
Kedua, teknik pencatatan maksudnya peneliti langsung mencatat hal-hal
yang membedakan bunyi-bunyi yang agak mirip dengan memperhatikan cara
pelafalannya. Sistem pencatatan ini menggunakan transkripsi fonetis (perekaman
bunyi lambang tulis). Pencatatan dilakukan agar data yang didapat tidak hilang.
Ketiga, teknik perekaman, maksudnya peneliti secara langsung merekam
pada saat pengambilan data dari informan berupa daftar tanyaan. Dalam penelitian
ini, hal yang diteliti adalah aspek fonologi, morfologi, dan leksikalnya sehingga
penulisan secara langsung saja tidak cukup. Peneliti harus merekam wawancara
yang dilakukan dengan informan, sehingga pelafalannya dapat diteliti secara
benar. Perekaman dilakukan untuk mengantisipasi terdistorsinya hasil pencatatan.
3.4Analisis Data
Analisi data dilakukan dengan membagi penganalisisan ke dalam enam
tahap pengerjaan. Tahap analisi data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut.
1. Mentranskripsi data yang telah dikumpulkan berdasarkan fonetis.
2. Mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan berdasarkan aspek
fonologis, morfologis, dan leksikal. Dalam hal ini, data yang dicari hanya data
yang berbentuk kosakata yang termasuk dalam aspek fonologi, morfologi, dan
leksikal.
3. Menganalisis data yang telah ditranskripsi dan diklasifikasikan berdasarkan
korespondensi bunyi dan variasi bunyi. Selanjutnya, berian-berian yang telah
dianalisis diberi lambang untuk mempermudah dialihkan ke dalam peta.
4. Memindahkan data yang telah dianalisis ke dalam bentuk peta yang dilengkapi
dengan penggambaran isoglos sehingga diperoleh peta fonetis dari
keseluruhan berian yang digunakan pada setiap daerah titik pengamatan.
5. Setelah dipetakan, kemudian diadakan perhitungan dialektometri untuk
menentukan jarak perebedaan unsur-unsur kebahasaan antar titik pengamatan.
perbedaan-perbedaan yang ada itu merupakan perbedaan bahasa dialek,
subdialek, atau perbedaan wicara di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun.
6. Setelah pentranskripsi data sampai perhitungan dilektometri selesai dilakukan,
kemudian dilakukan penyeleksian data dari daftar tanyaan untuk memperoleh
data yang akan dijaikan sebagai kontribusi leksikon bahasa Indonesia.
7. Setelah penyeleksian, akan diperoleh beberapa leksikon yang akan
dikontribusikan dan kemudian dianalisis serta dilihat kemungkinannya apakah
dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia.
3.5Definisi Operasional
Istilah-istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Geografi dialek adalah cabang dialektologi yang mempelajari variasi atau
dialek bahasa Simalungun berdasarkan perbedaan lokal atau tempat di
Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
2. Bahasa Simalungun adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di
Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang digunakan oleh
masyarakat setempat untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
3. Perbedaan fonologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan
bidang fonologi dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun.
4. Perbedaan morfologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan
bentukan kata yang meliputi pembubuhn afiks, pemajemukan, dan
pengulangan (reduplikasi) dalam bahasa Simalungun di Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
5. Perbedaan leksikal adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan
leksikon yang digunakan dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun.
6. Pemetaan adalah gambaran visualisasi penggunaan bahasa yang digunakan
dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
7. Tingkat kekerabatan adalah bagaimana perbedaan bahasa Simalungun yang
33
8. Dialektometri adalah perhitungan perbedaan bahasa Simalungun yang
digunakan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun untuk
mengetahui apakah bahasa yang digunakan itu termasuk ke dalam perbedaan
bahasa, dialek, subdialek, wicara, atau dianggap tidak ada perbedaan.
9. Dialektologi adalah cabang ilmu linguistik yang secara sistematis menangani
kajian yang berkenaan dengan distribusi variasi atau dialek bahasa
Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dengan
memperhatikan faktor geografis, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
10.Kajian sinkronis adalah kajian geografi dialek yang dilakukan dengan cara
membandingkan variasi atau dialek bahasa Simalungun antara satu titik
pengamatan dengan titik pengamatan yang lain di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun dalam satu periode, yakni tahun 2014.
11.Kontribusi pengembangan leksikon bahasa Indonesia adalah sumbangan
bahasa Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu bahasa Indonesia agar
dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut.
5.1Simpulan
Sesuai dengan hasil temuan dan analisis pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa hal terkait dengan empat rumusan masalah dalam penelitian
ini. Berikut ini adalah paparannya.
1) Berdasarkan perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara berdasarkan perbedaan
fonologi, morfologi, dan leksikal, ditemukan 1 berian yang menunjukkan
persamaan, baik dari segi bentuk maupun makna, dan 199 berian yang
menunjukkan perbedaan. Perbedaan fonologi berjumlah 108 berian, perbedaan
morfologi berjumlah 61 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 156 berian.
2) Berdasarkan pemetaan bahasa Simalungun yang telah dilakukan disimpulkan
bahwa kosakata yang dominan digunakan di enam desa tersebut adalah
kosakata bahasa Simalungun. Selain kosakata simalungun ditemukan juga
penggunaan kosakata yang diduga berasal dari bahasa Karo dan Toba. Selain
itu, jika melihat perwilayah, titik pengamtan 6 memiliki kosakata-kosakata
yang mengalami penghilangan bunyi [h] di akhir kosakata. Titik pengamatan 4
memiliki banyak kosakta yang hanya dimiliki titik pengamatan 4 saja, yaitu
sebanyak 71 kosakata. Titik pengamatan 1 dan 2 memiliki banyak kosakata
yang hampir mirip. Adapun temuandalam penelitian ini, yaitu ditemukannya 8
dari 200 leksikon berdasarkan daftar tanyaan yang dapat dikontribusikan
sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia, yakni leksikon (1)
manggalung, (2) rambas, (3) manappang, (4) mardang, (5) manduhuti,(6)
makkubangi/makkomposi, (7) manggiling, (8) manobu.
3) Berdasarkan penghitungan dialektometri, diperoleh tiga golongan tingkat
kekerabatan bahasa setiap desanya, yakni (1) perbedaan wicara, (2) perbedaan
393
menunjukkan perbedaan wicara, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa
Purba Tua Etek 38,5%. Selanjutnya, antardesa yang tingkat kekerabatannya
menunjukkan perbedaan dialek, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa
Purba Tua 52,5%, Desa Purba Tua Baru dengan Desa Sinar Baru 56,5%, Desa
Purba Tua Baru dengan Desa Sibangun Mariah 66,5%, Desa Purba Tua Etek
dengan Desa Purba Tua 57,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Purba
Sinombah 63,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sinar baru 58,5%, Desa
Purba Tua dengan Desa Purba Sinombah 68%, Desa Purba Tua dengan Desa
Sinar Baru 61%, Desa Purba Tua dengan Desa Sibangun Mariah 63%, Desa
Purba Sinombah dengan Desa Sinar Baru 64%, dan Desa Sinar Baru dengan
Desa Sibangun Mariah 67%. Selain itu, antardesa yang tingkat kekerabatannya
menunjukkan perbedaan bahasa, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa
Purba Sinombah 71%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sibangun Mariah
71%, dan Desa Purba Sinombah dengan Desa Sibangun Mariah 75,5%.
5.2Rekomendasi
Adapun rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1) penelitian ini murni penelitian geografi dialek sehingga penelitian ini perlu
dikembangan dengan menambahkan kajian seperti sosiodialektologi untuk
mengupas lebih dalam mengenai dialek bahasa Simalungun.
2) Penelitian ini menggunakan kajian dialektologi sinkronis sehingga
memungkinkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan
kajian diakronis.
3) Kata-kata yang dijadikan rekomendasi sebagai pengembangan leksikon bahasa
Indonesia disarankan untuk dapat dimasukkan ke dalam entri Kamus Besar
Bahasa Indonesia dengan penyaringan ulang oleh para ahli dalam bidang
pembakuan bahasa.
4) Dalam penghitungan dialektometri, penelitian ini menggunakan penghitungan
kuantitatif saja sehingga menunjukkan hasil perbedaan bahasa antardesanya.
Oleh karena itu, memungkinkan dapat diadakannya penelitian lanjutan dengan
menggunakan penghitungan kekerabatan bahasa secara kualitatif menurut cara
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ayatrohaedi. 2003. Pedoman penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa.
Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, A. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Fernandez, I. Y. 11993. Dialektologi Sinkronis dan Diakronis Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Fernandez, I. Y. 1994. Linguistik Historis Komparatif Bagian pertama Bagian
kedua. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.
Hasibuan, N. H. 1989. Geografi Dialek Bahasa Simalungun di Kabupaten
Simalungun. Laporan Penelitian pada Universitas Sumatera Utara. Medan:
tidak diterbitkan.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Napitupulu, S. 2010. Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Dairi dan
Pakpak Barat: 18 (2), hlm. 1-19.
395
Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta: Karyono.
Saadie, M., dkk. 1998. Bahasa Bantu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sembiring, M. C. A. 2009. Variasi Dialek Bahasa Karo di Kabupaten Karo, Deli
Serdang, dan Langkat. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.
Tarigan, H. G. 1975. Morfologi Bahasa Simalungun. Disertasi pada Fakultas
Sastra UI. Jakarta: tidak diterbitkan.
Voorhoeve, P. 1955. Critical Survey of Studies on the Languages of Sumatra’s
Gravenhage: Nijhoff. Hlm. 9.
Zulaeha, I. 2010. Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: