• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN

1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL

MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG

PenelitianTindakanKelas

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh: ELIA AGUSTINI NIM.1004944

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ELIA AGUSTINI 1004944

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNGRAHITA

KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN

SUBANG

( PenelitianTindakanKelas )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I,

Dr. Hidayat, Dipl. S.Ed, M.Si. 195707117985031003

PEMBIMBING II,

Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd. NIP. 196010151987101001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd.

(3)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

======================================================

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG

Oleh:

ELIA AGUSTINI NIM.1004944

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© ELIA AGUSTINI 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari

(4)
(5)

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul” Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C Di SLB

Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang “ bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada anak dalam operasi penjumlahan 1-10 melalui media kartu bilangan. Subyek yang dikenai tindakan adalah anak tunagrahita kelas II SDLB Tarbiyatul

Muta’alimin Desa Kamarung Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Penelitian

diawali dengan pemberian tes awal kepada anak yang bertujuan untuk memperoleh gambaran awal proses pembelajaran matematika, sikap dan keterampilan berhitung pada anak tunagrahita dalam menyelesaikan pengerjaan hitungan penjumlahan 1-10. Hasil yang didapat dari tes awal menunjukkan bahwa perlu diadakan perbaikan-perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus tindakan. Setiap tindakan melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan hasil tes. Observasi digunakan untuk mengetahui sikap, interaksi dan partisipasi pada anak tunagrahita dalam proses pembelajaran; sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan pada anak tunagrahita dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar pada anak dengan menggunakan media kartu bilangan . Hal ini tampak pada proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada kedua siklus tindakan, yaitu adanya interaksi antara anak dengan guru dan antara anak yang satu dengan

yang lainnya yang menimbulkan suasana belajar yang aktif dan kondusif. Selain itu, ditemukan pula informasi dari hasil proses pembelajaran yang

menyatakan bahwa anak bersikap positif terhadap matematika. Hal ini terlihat dari sikap antusias dan sungguh-sungguh dalam belajar matematika serta sikap yang penuh perhatian dalam mempelajari matematika dan menggangap belajar matematika bukan lagi hal yang membosankan.

(6)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Sasaran Tindakan ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Hipotesis Tindakan ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNGRAHITA ... 7

(7)

viii

B. Media Pembelajaran ... 10

C. Konsep Dasar Tunagrahita ... 16

D. Teori Kognitif Jean Piaget ... 18

E. Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian ... 22

B. Setting Penelitian ... 24

C. Siklus Tindakan ... 25

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Pengolahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Rekomendasi ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(8)

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan peradaban manusia di era global yang lebih

memberikan tuntutan atas kemajuan pemikiran dan pola pikir manusia di

seluruh penjuru dunia, proses pendidikan dijadikan sebagai tonggak

peningkatannya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang

diberikan kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk masyarakat yang

memiliki kebutuhan khusus. Karena kesempatan memperoleh pendidikan

yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all) tanpa ada

diskriminasi, baik itu untuk pendidikan umum maupun pendidikan khusus.

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa: “warga negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus”. Anak tunagrahita merupakan salah satu

yang berhak mendapatkan pendidikan khusus seperti penjelasan tunagrahita

menurut Somantri (2006,hlm.103).

Adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama, yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan kecakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu.

Matematika merupakan suatu kajian yang memiliki tingkat kesulitan

yang tinggi bagi anak tunagrahita apabila diajarkan secara ceramah akan

menjadi materi yang abstrak. Dalam buku Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB-C) yang diterbitkan

(9)

2

“Pelajaran Matematika diberikan di sekolah-sekolah dasar untuk melatih siswa berpikir sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya;

tak lekas percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (ajeg; taat aturan).”

Hal ini dilakukan antara lain, melalui pelatihan penambahan, pengurangan,

pembagian, dan perkalian bilangan. Selain itu dimaksudkan pula untuk

mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan

masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan

simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika.

Melalui belajar matematika, sejumlah kemampuan dan keterampilan yang

diperoleh tidak hanya berguna saat belajar matematika namun dapat

diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Berbagai

alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada

hakikatnya dapat diringkaskan untuk menyelesaikan masalah kehidupan

sehari-hari. Salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran Matematika

pada satuan pendidikan SDLB - C adalah mengenai operasi penjumlahan

dalam Standar Kompetensi yaitu melakukan penjumlahan banyak benda

sampai 10.

Kemampuan siswa tunagrahita SDLB - C kelas II di SLB Tarbiyatul

Muta’alimin dalam menyelesaikan materi memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan operasi penjumlahan belum tuntas. Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 75% tidak terjangkau.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa, pemahaman siswa mengenai operasi

penjumlahan masih rendah. Berdasarkan hasil analisis pembelajaran pada

materi memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan

penjumlahan di siswa kelas II SDLB - C SLB Tarbiyatul Muta’alimin,

terdapat beberapa kelemahan. Guru belum menemukan strategi pembelajaran

yang efektif. Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang belum

menyentuh ke sasaran. Pendekatan yang digunakan masih bersifat

(10)

3

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebabkan peserta didik cepat merasa bosan dan tidak termotivasi untuk

belajar

Salah satu cara untuk mengatasi problem terhadap pembelajaran adalah

diperlukan pengalaman benda konkrit mudah dipahami menggunakan contoh

yang sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam

situasi yang menarik dan menyenangkan, supaya anak tunagrahita tidak cepat

bosan serta termotivasi untuk belajar, sedangkan untuk menjembatani

keabstrakan atau prinsip konsep matematika, maka diperlukan media

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa tunagrahita.

Anak tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya

mata pelajaran matematika diperlukan adanya pelayanan khusus sesuai

kondisi anak tunagrahita. Media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki

peranan yang besar karena, melalui media akan memudahkan siswa

menangkap ataupun menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Salah

satu media yang akan diterapkan adalah menggunakan media kartu bilangan.

Kartu bilangan sebagai media dalam pembelajaran merupakan media yang

murah dan semua guru dapat membuatnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menganggap

penting untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) tentang upaya peningkatan kemampuan operasi

penjumlahan melalui media kartu bilangan pada anak tunagrahita kelas II C di

SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah anak

tunagrahita kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang,

dengan jumlah siswa sebanyak 3 (tiga) orang.

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar peneliti memilih

(11)

4

1 Pada saat menemukan permasalahan pembelajaran tersebut, peneliti

sedang bertugas mengajar matematika di kelas. sehingga peneliti

memahami permasalahan yang ada di dalam kelas.

2 Adanya kesesuaian antara kurikulum dengan materi pelajaran yang

dijadikan sebagai sasaran dari penelitian.

3 Mendapat dukungan dari pihak sekolah baik kepala sekolah maupun

guru-guru SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan di

atas, masalah yang akan dicoba dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah kesenjangan hasil belajar anak tunagrahita kelas II C di SLB

Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang pada mata pembelajaran operasi penjumlahan. Harapannya hasil belajar anak tunagrahita kelas II C tersebut

minimal mencapai nilai rerata 7,5 kenyataannya nilai rerata tersebut belum

pernah tercapai, paling tidak dalam satu tahun terakhir. Untuk memecahkan

masalah tersebut akan dipilih tindakan berupa penggunaan media kartu

bilangan.

Oleh karena itu masalah penelitian tindakan kelas ini dirumuskan

sebagai berikut: ”Apakah Penggunaan Media Kartu Bilangan pada Mata Pelajaran Matematika dapat Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Kelas II C SLB Tarbiyatul MU’alimin Kabupaten Subang?”

D. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus

direncanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus

tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan

melalui media kartu bilangan. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis

(12)

5

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrhaita kelas II C SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan penelitian

rumuskan menjadi 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk melihat seberapa

besar peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak

tunagrahita kelas II C SLB Tarbiyatul Mu’alimin Kabupaten Subang.

2. Tujuan Khusus penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh

gambaran mengenai kemampuan operasi penjumlahan 1-10 pada anak

tunagrahita melalui penggunaan media kartu bilangan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam ini, dijabarkan sebagai berikut:

1 Untuk Siswa

a Dapat membangkitkan sikap positif siswa terhadap pelajaran

matematika, sehingga persepsi yang membosankan tidak terjadi lagi.

b Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal

operasi penjumlahan untuk penguasaan materi di tingkat selanjutnya

melalui interaktivitas pembelajaran matematika selanjutnya.

c Dapat menimbulkan kembali minat belajar siswa dalam menyelesaikan

soal operasi penjumlahan matematika dengan menggunakan media

kartu bilangan.

2 Untuk Guru

a Memberikan pembekalan yang bermakna terhadap siswa dalam

menyelesaikan soal operasi penjumlahan matematika dalam

kehidupannya.

b Meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas melalui

(13)

6

memaksimalkan potensi siswa dalam memahami pembelajaran

matematika yang diberikan.

3 Untuk Sekolah

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui

efektivitas dan efisiensi penggunaan media kartu bilangan dalam

pembelajaran matematika kelas II C SLB Tarbiyatul Mu’alimin Kabupaten

Subang, sehingga meningkatkan mutu pembelajaran dan akhirnya

berdampak pada peningkatan kualitas nilai yang lebih baik pada tingkat

(14)

7

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

(15)

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah

penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam

kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau untuk meningkatan

kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki

praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dari Kurt Lewin

dengan teknik penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas

kolaboratif menurut Kemmis dan Mc Taggart (Madya, 2007, hlm. 51) adalah:

The approach is only action research when it is collaborative, though it is important to realize that the action research of the group is achieved through

the critically examined action of individual group members [empbasis in

original].”

Berdasarkan pernyataan ini diperoleh penegasan tentang dua hal.

Pertama, penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan

kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama

dan kerja bersama. Kedua, penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan

melalui tindakan anggota kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui

tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui

refleksi demokratik dan dialogis. Kolaborasi atau kerjasama dalam melakukan

penelitian tindakan kelas ini dilakukan bersama-sama dengan guru kelas V

SDLB dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai teman sejawat

(16)

23

Desain penelitian model Kurt Lewin (dalam Wibawa, 2003, hlm. 17)

sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Kurt Lewin ini merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiralof

steps ) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu :

1. Perencanaan (planning) yaitu merupakan tindakan yang tersusun, dan dari

segi definisi harus mengarah pada tindakan, yaitu bahwa rencana itu harus

memandang ke depan. Beberapa hal yang direncanakan sebagai berikut:

a. Membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah kegiatan

dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya

tindakan.

Observasi Awal

Observasi I

Pelaksanaan Refleksi I

Rencana Tindakan I

Observasi II

Refleksi II Pelaksanaan

Rencana Tindakan II

(17)

24

c. Mempersiapkan instrumen penelitian.

d. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

2. Tindakan (acting) yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan

tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan yang dilakukan secara

sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

bijaksana serta mengandung pembaharuan.

3. Pengamatan (Observing) berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh

tindakan terkait bersama prosesnya dan berorientasi kemasa yang akan

datang untuk refleksi selanjutnya.

4. Refleksi (Reflecting) adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu

tindakan yang telah dicatat dalam observasi, berusaha memahami proses,

masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan srtategi

melalui diskusi antara peneliti, observer, dan pembimbing skripsi.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah SDLB C Tarbiyatul

Muta’alimin yang berada di kecamatan pagaden kabupaten Subang. Sekolah ini berstatus swasta dan berada dibawah pimpinan bapak H. Agus

Sutisna, S.Pd.

2. Subyek Penelitian

Adapun karakteristik dari tiap subyek penelitian sebagai berikut:

a. Ahmad

Ahmad pada saat ini duduk di kelas II SDLB-C. kemampuan

membaca, menulis dan berhitungnya rata-rata masih terbilang sangat

rendah dikarenakan Ahmad mengalami hambatan dalam bidang

akademik. Khususnya dalam hal penjumlahan dua angka tetapi dalam

membilang secara runtun dari 1-10 dengan baik .

b. Rizal

Rizal juga sama duduk di kelas II SDLB-C dalam hal kemampuan

(18)

25

sehingga harus diperhatikan pada saat membilang karena seringkali

ada bilangan yang terlewat.

c. Dilal

Dilal juga sama duduk di kelas II SDLB-C dalam hal kemampuan

membaca, menulis dan berhitung juga masih sangat rendah terkadang

pada saat proses pembelajaran Dilal mudah bosan dan tidak

berkosentrasi pada pelajaran yang diajarkan.

3. Waktu penelitiaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan selesai.

Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah

karena pelaksanaan PTK memerlukan beberapa siklus dan dilaksanakan

pada saat kegiatan belajar mengajar yang efektip dikelas.

C. Siklus Tindakan

Prosedur PTK ini didesain untuk 2 (dua) siklus, dimana tiap-tiap siklus

dilaksanakan dalam 1 (satu) kali tatap muka. Rencana tindakan pada

masing-masing siklus dalam PTK ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: (1)

Perencanaan, (2) Implementasi Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, serta (4)

Analisis dan Refleksi.

1 Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa

persiapan-pesiapan yang terdiri dari:

a . menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus

disusun adalah untuk satu kali pertemuan.

c . menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan media kartu

bilangan

d. menyusun alat evaluasi berupa tes untuk mengetahui respon dan

kemampuan operasi hitung penjumlahan melalui media kartu bilangan.

e . menyiapkan instrumen observasi untuk pelaksanaan pengamatan

(19)

26

2 Tahap Implementasi Tindakan

Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul PTK ini

adalah penggunaan media kartu bilangan dalam peningkatan kemampuan

operasi hitung penjumlahan matematika, dimana skenario kerja tindakan

meliputi:

a. Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Guru menunjuk beberapa peserta didik mempelajari skenario dua hari

sebelum kegiatan belajar mengajar.

c. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

d. Memanggil para peserta didik untuk melakukan skenario yang sudah

dipersiapkan.

e. Peneliti mencontohkan cara menjumlahkan dengan menunjukan

deretan kartu bilangan.

f. Anak mengamati deretan kartu bilangan sambil menirukan apa yang

telah dicontohkan oleh guru.

g. Anak menghitung jumlah gambar yang terdapat pada kartu sesuai

dengan soal yang diberikan.

h. Setiap anak tunagrahita kelas II C mengerjakan lembar kerja.

i. Masing-masing anak tunagrahita kelas II C menyampaikan hasil

pekerjaan yang dikerjakan dalam lembar kerja siswa.

j. Guru memberikan komentar dan kesimpulan secara umum

k. Evaluasi

l. Penutup

3 Tahap Observasi dan Evaluasi.

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kelas II dan

wakil kepala sekolah yang menjadi mitra kerja dalam PTK ini. Observasi

dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap siklus atau sebanyak 2 (dua

kali) selama PTK berlangsung. Variabel yang diobservasi dengan

(20)

27

a. perhatian peserta didik dalam mengikuti sajian bahan ajar dari awal

hingga akhir pelajaran.

b. pemahaman peserta didik terhadap tujuan dan manfaat materi bahan

ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama

pembelajaran.

c. ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan

yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.

d. persepsi terhadap materi pelajaran yang berupa pokok-pokok materi

bahan ajar yang penting dan bersifat kunci.

e. kesulitan belajar dan hambatan peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran atau menguasai kompetensi yang ditetapkan.

Sedangkan kegiatan evaluasi dilaksanakan dengan pemberian tes

pada setiap akhir siklus. Variabel yang diukur melalui kegiatan ini

meliputi:

a. respon peserta didik sebagai tampilan unjuk kerja yang

menggambarkan apakah peserta didik telah mencapai penguasaan

kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

b. hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan utuh satu siklus.

4 Analisis dan Refleksi.

Hasil kegiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan poly sebagai berikut:

a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang

sebagai "akibat".

b. Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor "sebab".

c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri "akar sebab".

Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu

memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab

yang ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi asar dalam merencanakan

(21)

28

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian tindakan kelas yang berjudul ” Peningkatan

Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Media Kartu bilangan Pada Anak

Tunagrahita Kelas II SDLB - C SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten

Subang”adalah:

1. Kemampuan Operasi Penjumlahan

kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai

hasil dari pembawaan dan latihan”. Berdasarkan peryataan diatas dengan

demikian, kemampuan adalah potensi atau kesanggupan seseorang yang

merupakan bawaan dari lahir dimana potensi atau kesanggupan ini

dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung seseorang

untuk menyelesaikan tugasnya. Sedangkan operasi penjumlahan pada

bilangan cacah merupakan aturan

yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah

yang lain. Jika a dan b adalah bilangan cacah, maka jumlah dari kedua

bilangan tersebut dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan b”. dengan demikian kemampuan operasi

penjumlahan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau menyelesaikan

persoalan yang berkaitan dengan hitungan penjumlahan.

2. Media Kartu Bilangan

Kartu bilangan adalah salah satu cara untuk membangkitkan kemauan dan

kemampuan siswa. media kartu didalam pengajaran matematika

merupakan suatu media yang memuat instruksi-instruksi yang berupa

pertanyaan dan latihan yang digunakan untuk mempelajari ide mereka

dalam bentuk kartu angka. (Herman Hudojo,1988, hlm.136)

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka yang dimaksud media kartu

bilangan dalam penelitian ini adalah media kartu yang berbentu persegi

(22)

29

berisi gambar-gambar bilangan dan angka bilangan di bawahnya yang

bertujuan untuk mencapai suatu pembelajaran.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun instrument yang digunakan

dalam pengumpulan data ini adalah observasi dan tes dalam bentuk

butir-butir soal yang digunakan untuk mengungkap kemampuan operasi

penjumlahan.

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pemusatan perhatian penuh

terhadap subjek penelitian. Kegiatan observasi ini dilaksanakan selama

proses belajar mengajar berlangsung, serta untuk mengetahui kesesuian

pelaksanaan pembelajaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hasil

observasi ini dijadikan dasar untuk refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilaksanakan dan bahan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

2. Tes

kemampuan memahami operasi penjumlahan,dalam penelitian ini berupa

tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan, yaitu berbentuk instrument tes

berupa tugas-tugas yang harus dilakukan anak bekaitan dengan soal-soal

operasi penjumlahan yang mengggunakan media kartu bilangan. Melalui

tugas-tugas yang diberikan kepada anak, peneliti dapat mengetahui

kemampuan sekaligus ketidakmampuan anak berkaitan dengan materi

pembelajaran yang sedang diberikan.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif

berasal dari hasil tes, sedangkan data kualitatif berasal dari hasil observasi.

Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut :

(23)

30

Data tes berupa jawaban siswa, terhadap jenis soal uraian dengan patokan

jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

soal cerita matematika dengan menggunakan media kartu bilangan

digunakan rumus:

Peneliti menetapkan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah mampu

mencapai kemampuan 75% atau lebih.

b Observasi

Observasi dianalisis dengan cara mengelompokkan data hasil observasi

sehingga diperoleh kesimpulan selanjutnya diinterprestasikan secara

deskriptif.

Untuk melihat peningkatan kemampuan operasi penjumlahan

antara sebelum dan sesudah pembelajaran akan digunakan gain

ternormalisasi. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan apabila

rata-rata nilai postes kelas pada tiap anak berbeda.

Adapun untuk melihat adanya peningkatan penguasaan konsep

siswa adalah dengan melihat gain (selisih) dari hasil tes penguasaan

konsep pada pre tes dan post tes setiap siklusnya.

Presentase Kemampuan = Skor yang diperoleh x 100%

(24)

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan

kemampuan operasi penjumlahan 1-10 melalui media kartu bilangan pada anak

tunagrahita kelas II di SDLB SLB C Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang,

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan terhadap kemampuan operasi penjumlahan pada anak

tunagrahita ringan di SLB Tarbiyatul Mta’alimin Kabupaten Subang

(mencapai persentase sebesar 100 % yang termasuk kategori sebagian besar

mencapai tinggi) pada mata pelajaran matematika pada proses pembelajaran

siklus I, namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil

belajar siswa, indikator yang dapat disimak antara lain: (a) proses pembelajaran

yang diukur melalui lembar observasi siswa baru mencapai 61.5%, sedang

hasil observasi kepada guru baru mencapai 64.3% dapat mencapai kategori

tuntas, (b) dampak lanjutan adalah nilai rerata hasil belajar pada siklus I baru

mencapai 69,3% dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria

keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

2. Terbukti terdapat peningkatan ketuntasan dan hasil belajar yang signifikan

setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan pada siklus

II. Ketuntasan belajar menjadi 100% dengan rerata hasil belajar 81,3 %, dan

motivasi belajar meningkat menjadi 100%. Hal ini mengandung makna bahwa

penelitian tindakan kelas dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini

ditunjukkan oleh indikator: (a) siswa berhasil mencapai kategori tuntas belajar

100%, (b) hasil belajar mencapai rerata 81,3%, melebihi kriteria yang

ditetapkan yaitu rerata 75%, (c) motivasi belajar mencapai rerata sangat tinggi

(25)

49

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang muncul adalah

sebagai berikut:

Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran

kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:

1. Kepada Siswa

a) Siswa sebaiknya mengoptimalkan penggunaan media kartu bilangan

dalam pembelajaran matematika sehingga motivasi belajar

matematikanya dapat meningkat.

b) Siswa sebaiknya mempertahankan motivasi yang telah terbukti

meningkat dengan menggunakan media kartu bilangan.

c) Siswa diharapkan dapat menerapkan media kartu bilangan dalam

belajar matematika sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

2. Kepada Peneliti Lain

a) Bagi peneliti yang ingin menerapkan media kartu bilangan dalam

proses pembelajaran hndaknya dapat bekerja sama atau berkolaborasi

dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran

matematika.

b) Hasil penelitian ini hendaknya menumbuhkan ide kreatif dari peneliti

lain, Untuk dapat memberikan jalan keluar mengatasi permasalahan

yang terjadi pada anak tunagrahita khususnya berkaitan dengan

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar

(26)

Elia Agustini, 2014

Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anitah, S. (2010) Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Amin, M. (1995) Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arsyad, A. (1997a) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Arsyad, A. (2011b) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.

Delphie, B. (2006a) Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu pengantar dalam

pendidikan inklusi. Bandung: Refika Aditama.

Delphie, B. (2009b). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: KTSP.

Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SDLB-C). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Hudojo, H. (1988) Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud

James dan James (1976) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia :

http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html

Johnson. (1972). Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia : http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html

Madya, S. (2007) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research).

Bandung: Alfabeta.

Mukti, F. dan Wibowo, B. (2001) Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana

Reys, dkk. (1984) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia:

(27)

51

Rochyadi, E dan Alimin, Z. (2005) Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi Anak Tunagrahita. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Sadiman, S.A. (2009) Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Somantri, T. S. (2006) psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama.

Susanto, A. (2011) Perkembangan anak usia dini: Pengantar dalam berbagai

aspeknya. Jakarta: Kencana.

Wardani, I.G.A.K. dkk.( 2002) Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, S. U. (2007) Strategi Belajar Mengajar,. Jakarta :Depdikbud

Gambar

Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Dini Apriani Nurramdan 2015

At this moment, Surakarta has already had the off-site sewerage system plan, with percentage of service approximately 10,64 % or 10.896 in house – connecting. In line with

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Kontrasepsi Implan Pada Akseptor KB di Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.. Skripsi Universitas

 Peserta didik mendiskusikan dengan manfaat dari gambar kerajinan hasil samping bahan pangan nabati atau model kerajinan berdasarkan jenis bahan, fungsi, bentuk produk, warna,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Resky Arisda, mahasiswa Fakultas Kesehatan

13.1 Memahami rancangan pembuata, penyajian dan pengemasan aneka olahan pangan, buah dan sayuran menjadi makanan cepat saji yang sehat berdasarkan konsep dan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang proses pembuatan serbuk biji salak Padang Sidempuan dengan