• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wewenang Penyebarluasan Program Legislasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wewenang Penyebarluasan Program Legislasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

WEWENANG PENYEBARLUASAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

I MADE ADHY MUSTIKA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)

i

TESIS

WEWENANG PENYEBARLUASAN PROGRAM LEGISLASI

DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

I MADE ADHY MUSTIKA NIM : 0990561024

POGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

ii

WEWENANG PENYEBARLUASAN PROGRAM LEGISLASI

DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I MADE ADHY MUSTIKA NIM : 0990561024

POGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

(5)
(6)

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal: 18 Oktober 2016

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor: 5126/UN14.4/HK/2016

Ketua : Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.MH. Sekretaris : Dr. I Nyoman Suyatna, SH.MH.

Anggota : Prof. Dr I Wayan Parsa, SH.MH.

(7)
(8)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa

karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Wewenang Penyebarluasan Program Legislasi Daerah Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. Penyelesaian tesis ini juga tidak lepas dari bantuan dan

dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:

Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor

Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di

Universitas Udayana.

Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Universitas

Udayana.

Bapak Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, SH.MH., selaku Ketua Program

Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada

Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.MH., selaku Dosen Pembimbing

I atas kesabarannya telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis

(9)

vii

Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, SH.MH., selaku Dosen Pembimbing II atas

kesabarannya telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana atas berbagai dukungan administratif dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Bapak Dr Tuni Sakabawa Landra, S.H., M.H., selaku Sekretaris Program

Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana atas segala kemudahan yang diberikan

guna kelancaran penyelesaian tesis ini.

Bapak Prof. Dr I Wayan Parsa, SH.MH, Bapak Dr. Gde Marhaendra Wija

Atmaja, SH.MHum, serta Bapak Dr. Putu Arya Sumertayasa,SH.MHum. selaku

dosen penguji.

Para dosen Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana yang telah

mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan pada

Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Seluruh staf akademik Universitas Udayana yang telah memberi bantuan

dan fasilitas dalam pelaksanaan pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

Ibu I Gusti Ayu Alit Dharma Suanti (Kepala Bagian Peraturan

Perundang-undangan, Biro Hukum dan Hak Asasi Manusia, Sekretariat Daerah Provinsi Bali),

Bapak I Made Toya (Kabag Hukum Kota Denpasar), Bapak Anak Agung Gede

Asteya Yudha (Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan, Bagian

Hukum, Setda Kabupaten Badung), dan Bapak I Made Ardana (Kabag Hukum Seta

Kabupaten Jembrana) beserta staff, yang telah membantu penulis memberikan

(10)

viii

Ibu dan almarhum Bapak penulis, yang telah membesarkan dan

membimbing penulis dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang, serta

kakak-kakak penulis, yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

Istri tercinta, dr Luh Putu Sri Armini, putra-putriku tercinta, dr. Putu

Pradnyanita Mustika, Made Aditya Pradnyadipa Mustika, Komang Ayu Pradnyatiwi

Mustika, yang selalu memberi dan menjadi motivasi penulis untuk segera

menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Keluarga serta rekan-rekan sesama mahasiswa, serta semua pihak yang

membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan pada Program Magister Ilmu

Hukum Universitas Udayana.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.

Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini tetap dapat bermanfaat

bagi pembaca. Sekian dan semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa

melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada kita semua. Ashtungkara.

Denpasar, 17 Juni 2016

(11)

ix ABSTRAK

Tesis ini berjudul Wewenang Penyebarluasan Program Legislasi Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Terdapat dua permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: pertama, bagaimanakah wewenang penyebarluasan Prolegda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; kedua, bagaimanakah bentuk pengaturan penyebarluasan Prolegda tersebut dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konsep hukum, dan pendekatan kasus. Bahan hukum yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta ditunjang dengan melakukan wawancara guna melengkapi bahan hukum yang digali. Bahan hukum tersebut dikumpulkan dengan menggunakan sistem kartu dan dianalisis secara deskriptif, interpretatif, evaluatif, dan argumentatif.

Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap masalah dalam penelitian, diperoleh jawaban yaitu: pembentukan Perda merupakan salah satu wewenang pemerintahan daerah yang pembentukan Perda harus dilakukan dengan baik termasuk penyebarluasan Prolegda. Dalam praktek pembentukan Perda di Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Jembrana, tahapan pembentukan Perda pada dasarnya telah dilakukan, tetapi penamaan yang digunakan berbeda, yaitu ada yang menggunakan istilah Prolegda dan ada juga yang menggunakan istilah Propemperda. Tentang wewenang penyebarluasan Prolegda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, terdapat perbedaan materi muatan normanya yaitu: Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2011 wewenang penyebarluasan Prolegda dilakukan sejak: a) penyusunan Prolegda; b) penyusunan rancangan Perda; c) pembahasan rancangan Perda; dan d) pengundangan Perda, sedangkan dalam Pasal 253 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2012, wewenang penyebarluasan Propemperda dilakukan sejak: a) penyusunan program pembentukan Perda; b) penyusunan rancangan Perda; dan c) pembahasan rancangan Perda. Perbedaan juga terlihat dalam wewenang penyebarluasan Perda yang telah diundangkan dalam lembaran daerah yaitu merupakan kewajiban Kepala Daerah saja (Pasal 254 UU No. 23 Tahun 2014), sedangkan dalam Pasal 94 Undang-Undang No. 11 Tahun 2011, wewenang penyebarluasan Perda yang telah diundangkan dalam lembaran daerah dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah. Kajian juga mendapatkan beberapa penormaan yang bermasalah yaitu menyangkut norma penamaan, ruang lingkup, dan format bahasa hukumnya.

Kata Kunci:

(12)

x

ABSTRACT

This thesis entitled “Dissemination of the Local Legislation Program (Program Legislasi Daerah or Prolegda) on the Implementation of Regional Government”. There are two issues were examined in this research: first, how is the dissemination competence of the Prolegda in the Implementation of Regional Government; and second, how is the dissemination form on Prolegda in the implementation of good local governance.

This research is a normative legal research by using the statutory approach, the legal concept approach, and the case approach. The legal materials consisted of primary legal materials, secondary legal materials, and supported by interviews as complement. The legal materials were collected using a card system and analyzed by descriptive, interpretative, evaluative and argumentative approach. The answer to the studies conducted are: the establishment of Local Regulation (Peraturan Daerah or Perda) is one of the local government authority that must be done well, including the dissemination of Prolegda. In practice, the formation of Perda in the province of Bali, Denpasar city, Badung regency and Jembrana regency, stages of the formation of regulation has been basically done, but used different names, some use the term Prolegda and some are using the term Propemperda (Program Pembentukan Peraturan Daerah or Local Regulation Formation Program).

About the authority of Prolegda dissemination in local governance, there are differences on the material content of the norm. In Article 92 paragraph (1) of Law No. 11 In 2011, the authority of Prolegda dissemination done since: a) preparation of the Prolegda; b) preparation of the Perda draft; c) discussion of the Perda draft; and d) the enactment of legislation. Meanwhile, on Article 253 paragraph (1) of Law No. 23 In 2012, the authority of Propemperda dissemination done since: a) preparation of Perda formation program; b) the drafting of the Perda; and c) discussion of the draft of Perda.

Differences were also seen in the authority of dissemination of Perda that have been included in the Regional Gazette. In Article 254 of Law No. 23 In 2014, the authority is in the Regional Head alone, while in Article 94 of Law No. 11 In 2011, the authority conducted jointly by the Local Parliament (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah or DPRD) and the Local Government. Also found some problematic norms relating to the arrangement, the scope and legal terminology.

Keywords:

(13)

xi

RINGKASAN

Judul Tesis ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub bab yang memaparkan serta mengkaji permasalahan dalam penelitian

ini yaitu menyangkut Wewenang Penyebarluasan Program Legislasi Daerah Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, landasan teoritis, dan metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilatarbelakang oleh wewenang

penyebarluasan program legislasi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, dimana terdapat konflik norma atau perbedaan penormaan, baik dari segi

istilah, ruang lingkup, format bahasa hukumnya, maupun pejabat yang berwenang

untuk melakukan penyebarluasan. Dari segi istilah, pengaturan dalam

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 menggunakan istilah “penyebarluasan Prolegda”

sedangkan Pasal 253 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 memakai istilah

“program pembentukan Perda”. Kemudian pada tataran ruang lingkup, dalam

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 pengaturan penyebarluasan Prolegda

menyangkut: penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Perda, pembahasan

Rancangan Perda, hingga pengundangan Perda. Berbeda halnya dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 ruang lingkup penyebarluasan mencakup: penyusunan

program pembentukan Perda, penyusunan rancangan Perda, dan pembahasan

rancangan Perda. Disini dapat dilihat dalam materi pengaturan penyebarluasan

Prolegda dalam Pasal 253 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 hanya pada

(14)

xii

Perda, dan pembahasan rancangan Perda, tidak seperti dalam Undang-Undang No.

12 Tahun 2011 yang pengaturannya sampai penyebarluasan pengundangan Perda.

Bab kedua menguraikan tentang pemerintah dan pemerintahan daerah yang

rincian paparannya mennyangkut pengertian pemerintah dan pemerintahan,

pemerintahan daerah sebagai bagian pemerintahan, dan wewenang pemerintahan

daerah.

Bab ketiga membahas tentang Perda dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Secara berurutan uraian bahasan tentang Perda dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah meliputi: pembentukan perda dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, asas-asas pembentukan Perda, dasar pembentukan dan

hierarki Perda, serta Perda dalam Prolegda.

Bab keempat merupakan materi pokok yang membahas dan mengkaji

tentang penyebarluasan Perda. Susunan bahasan dari materi bab empat secara

lengkap adalah menyangkut: susunan materi muatan Perda, prosedur pembentukan

Perda, dan penyebarluasan Prolegda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Bab kelima merupakan penutup dari uraian penelitian yang terdiri atas

simpulan dari permasalahan dalam penelitian ini serta diajukan saran sebagai

tindaklanjut dari hasil kajian permasalahan. Simpulan dimulai dari uraian tentang

kebebasan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan yaitu

berdasarkan atas prinsip otonomi seluas-luasnya dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Salah satu tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah

membentuk Perda yang harus dilakukan dengan baik dan harus memperhatikan

prosedur pembentukan Perda yang secara umum meliputi 6 (enam) tahapan yaitu: 1)

tahap perencanaan berupa Prolegda/Propemperda); 2) tahap penyiapan rancangan

(15)

xiii

pengundangan); 6) tahap penyebarluasan/sosialisasi). Dalam praktek pembentukan

Perda di Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten

Jembrana, ada perbedaan penamaan yang digunakan, yaitu ada yang menggunakan

istilah Prolegda dan ada juga yang menggunakan istilah Propemperda. Tentang

wewenang penyebarluasan Prolegda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,

terdapat perbedaan normanya yaitu: Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang No. 11

Tahun 2011 wewenang penyebarluasan Prolegda dilakukan sejak: a) penyusunan

Prolegda; b) penyusunan rancangan Perda; c) pembahasan rancangan Perda; dan

d) pengundangan Perda, sedangkan dalam Pasal 253 ayat (1) Undang-Undang No.

23 Tahun 2014, wewenang penyebarluasan Propemperda dilakukan sejak: a)

penyusunan program pembentukan Perda; b) penyusunan rancangan Perda; dan c)

pembahasan rancangan Perda. Perbedaan juga terlihat dalam wewenang

penyebarluasan Perda yang telah diundangkan dalam lembaran daerah yaitu

merupakan kewajiban Kepala Daerah saja (Pasal 254 UU No. 23 Tahun 2014),

sedangkan dalam Pasal 94 Undang-Undang No. 11 Tahun 2011, wewenang

penyebarluasan Perda yang telah diundangkan dalam lembaran daerah dilakukan

bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah. Kajian juga mendapatkan beberapa

penormaan yang bermasalah yaitu menyangkut norma penamaan, ruang lingkup,

dan format bahasa hukumnya. Jawaban terhadap masalah kedua yaitu mengenai

bentuk pengaturan penyebarluasan Prolegda dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, perlu dilakukan rekonstruksi dan sinkronisasi bentuk pengaturan

penyebarluasan Prolegda tersebut dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,

baik menyangkut wewenang pengaturan, penaman, ruang lingkup, maupun format

bahasa hukumnya, sehingga ketidaksinkronan atau konflik norma dalam pengaturan

(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ………..………. i

HALAMAN SAMPUL DALAM ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ……… iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS …………. iv

HALAMAN SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………. v

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH vi HALAMAN ABSTRAK ………..…. ix

1.4. Tujuan Penelitian………..……….... 15

1.5. Manfaat Penelitian………..……….…….… 15

1.6. Orisinalitas Penelitian………..………..… 16

1.7. Landasan Teoritis………..…………. 17

(17)

xv

BAB II PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN DAERAH … 42

2.1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan ………….. 42

2.2. Pemerintahan Daerah Sebagai Bagian Pemerintahan 49 2.3. Wewenang Pemerintahan Daerah ………….……… 52

BAB III PERDA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ……… 61

3.1. Pembentukan Perda Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah .……… 61

3.2. Asas-asas Pembentukan Perda ……….. 65

3.3. Dasar Pembentukan dan Hierarki Perda……….. 72

3.4. Perda Dalam Prolegda ………. 78

BAB IV PENYEBARLUASAN PROLEGDA DALAM PEMBENTUKAN PERDA ……..………..…. 81

4.1. Susunan Materi Muatan Perda ………. 81

4.2. Prosedur Pembentukan Perda ……..………... 110

4.3. Penyebarluasan Prolegda Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ………..….. 155

BAB V PENUTUP ……….…… 170

5.1. Simpulan ………..……….. 170

5.2. Saran ……….……...……….. 170

DAFTAR BACAAN 173

Referensi

Dokumen terkait

Sel parietal sebagai penghasil HCL (asam hidroklorida), menyisipnya sel tersebut hingga ke bagian basal area gastric glands diduga untuk menjangkau setiap sel chief

Secara materi buku ini memuat (1) Pendahuluan (2) Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya (3) Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten (4)

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka inventarisasi dan peningkatan kualitas pemuda dan masyarakat kreatif dan inovatif yang dituangkan dalam penalaran

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air di Sungai Plumbon dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan menganalisis pengaruh kondisi tata

 Dukung pasien dan orang lain yang signifikan untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial, memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang positif dan penyelesaian masalah

Teori Jaringan Sosial yang sering dikaitkan dengan isu penghijrahan migran di Asia Tenggara boleh menerangkan penghijrahan Bugis ke Sabah kerana ia memberi fokus kepada