SKRIPSI
Disusun Oleh :
RACHMAD SHOLEH AMIN
0742010011
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
HAMPARAN PLASTINDO RAYA DI SURABAYA
Disusun Oleh :
RACHMAD SHOLEH AMIN
0742010011
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Lisa Sulistyawati Ir.M.M
NIP: 195802231987032001
Mengetahui,
DEKAN
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis berhasil dalam menyusun skripsi yang berjudul
“Faktor - Faktor Produksi yang Berpengaruh Terhadap Volume Produksi
Sedotan pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik salah satunya
adalah jurusan Ilmu Administrasi Bisnis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisa Sulistyawati Ir, M.M
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada :
1.
Ibu Hj. Suparwati, Dra. M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Drs. Nurhadi, M.Si selaku PLH Ketua program studi Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Kepada bapak-ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang turut memberikan
5.
Kedua Orang Tua yang selalu memberi dukungan dan semangat serta
memberikan pengorbanan materi dan moril dan selalu berdoa untuk
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari jika penyusunan
skrpsi ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun untuk menyempurnakan laporan ini pada waktu yang
akan datang.
Surabaya, Mei 2011
KATA PENGANTAR ……… .. ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ………. ix
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
1.1
Latar Belakang ...
1
1.2
Perumusan Masalah ...
4
1.3
Tujuan Penelitian ...
5
1.4
Manfaat Penelitian ...
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...
7
2.1
Landasan Teori ...
7
2.1.1
Pengertian Manajemen Produksi ...
7
2.1.2
Tujuan Manajemen Produksi ...
8
2.1.3
Ruang Lingkup Manajemen Produksi ...
9
2.1.4
Produksi ... 11
2.1.4.1 Pengertian Produksi ... 11
2.1.4.2 Jenis-Jenis Produksi ... 12
2.1.4.3 Faktor-Faktor Produksi ... 15
2.1.5
Volume Produksi ... 16
2.1.5.1 Pengertian Volume Produksi ... 16
2.1.6.1.2 Jenis-Jenis Persediaan ... 20
2.1.6.1.3 Faktor-Faktor Persediaan ... 21
2.1.6.2 Pengertian Tenaga Kerja ... 23
2.1.6.2.1 Pengendalian Tenaga kerja ... 24
2.1.6.2.2 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja .... 26
2.1.6.2.3 Pengolahan Tenaga Kerja ... 28
2.1.6.2.4 Sistem Upah Tenaga Kerja ………. 29
2.1.6.2.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap
Volume Produksi ... 30
2.1.6.3 Jam Kerja Mesin ... 31
2.1.6.3.1 Jenis-Jenis Mesin ... 33
2.1.6.3.2 Jam Henti Mesin ... 34
2.1.6.3.3 Tujuan Utama Pemeliharaan
Mesin ... 35
2.1.6.3.4 Jenis-Jenis Pemeliharaan Mesin ... 36
2.1.6.3.5 Syarat-Syarat Pemeliharaan Mesin
Dapat Efisien ... 41
2.2
Kerangka Berpikir ... 43
3.2 Populasi dan Sampel ... 47
3.2.1 Populasi ... 47
3.2.2. Sampel ... 47
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.3.1 Jenis Data ... 47
3.3.2 Sumber Data ... 48
3.3.3 Pengumpulan Data ... 48
3.4 Uji Asumsi Klasik ... 48
3.5 Teknik Analisis Data Dan Uji Hipotesis .………. 51
3.5.1 Teknik Analisis Data ……… 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 57
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………. 57
4.1.1 Sejarah Perusahaan ………. 57
4.2 Visi dan Misi PT. Hamparan Plastindo Raya ………. 58
4.2.1 Visi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 58
4.2.2 Misi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 58
4.3 Struktur Organisasi ………. 59
4.4 Tujuan Perusahaan ……….. 63
4.4.1 Tujuan jangka pendek ………. 64
4.4.2 Tujuan jangka panjang ……… 64
4.6 Deskripsi Hasil Penelitian ………... 68
4.6.1 Jumlah Bahan Baku (X
1) ……… 68
4.6.2 Upah Tenaga Kerja (X
2) ………. 70
4.6.3 Jam Henti Mesin (X
3) ………. 71
4.6.4 Volume Produksi (Y) ……….. 73
4.6.5 Analisa Data dan Uji Hipotesa ……… ... 75
4.6.6 Uji Hipotesis Secara Simultan ………. .. 81
4.6.7 Uji Hipotesis Secara Parsial ……… 83
4.7 Pembahasan hasil Penelitian ………... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 93
5.1 Kesimpulan ………. 93
5.2 Saran ………... 94
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 60
Gambar 4.2 Aliran Proses Produksi Sedotan ……….. 66
Gambar 4.3 Kurva Statistik Durbin Waston ………... 77
Gambar 4.4 Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara
Simultan atau Keseluruhan ……….. 82
Gambar 4.5 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah
Bahan Baku (X
1) terhadap Volume Produksi Sedotan
Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya (Y) ………. 85
Gambar 4.6 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Upah
Tenaga Kerja (X
2) terhadap Volume Produksi Sedotan
Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya (Y) ... 87
No
Judul
Halaman
Tabel 1. Data Jumlah Bahan Baku PT. Hamparan Plastindo Raya …………
69
Tabel 2. Data Upah Tenaga Kerja PT. Hamparan Plastindo Raya ………….
70
Tabel 3. Data Jam Henti Mesin PT. Hamparan Plastindo Raya ……….
72
Tabel 4. Data Volume Produksi PT. Hamparan Plastindo Raya ………. 74
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinear (dengan tiga variable) ……….. 76
Tabel 6. Heterodastisitas dengan Korelasi Rank Spearmean Korelasi ……… 78
Tabel 7. Analisis Varian (ANOVA) ………. 79
Tabel 8. Hasil Analisis Variabel Jumlah Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja
0742010011
ABSTRAKSI
PT. Hamparan Plastindo Raya merupakan perusahaan industri manufakturing yang
melakukan proses produksi menghasilkan produk jadi yang berupa sedotan. PT. Hamparan
Plastindo Raya terus mengadakan inovasi terhadap produk – produknya. Akan tetapi pada
bulan februari tahun 2011 rencana produksi yang telah dibuat tidak dapat terpenuhi, hal ini
dapat kita lihat dari volume produksi sedotan selama satu bulan pada tahun 2011. Untuk itu
perusahaan harus memperhatikan masalah – masalah yang berhubungan dengan proses
produksi, agar proses produksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh secara simultan yaitu pengaruh jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, dan jam
henti mesin terhadap volume produksi sedotan, serta untuk mengetahui secara parsial yaitu
pengaruh jumlah bahan baku terhadap volume produksi, pengaruh upah tenaga kerja terhadap
volume produksi, dan pengaruh jam henti mesin terhadap volume produksi pada PT.
Hamparan Plastindo Raya di Surabaya.
Populasi dalam penelitian ini adalah data jumlah bahan baku, data upah tenaga kerja,
data jam henti mesin dan data volume produksi sedotan pada PT. Hamplastindo Raya selama
satu bulan di tahun 2011 dengan menggunakan teknik kuota. Untuk menjawab perumusan
masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil uji simultan adalah jumlah bahan
baku, upah tenaga kerja, dan jam henti mesin memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata
terhadap volume produksi sedotan. Dan hasil uji parsial adalah jumlah bahan baku memiliki
pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi, upah tenaga kerja tidak
memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi, dan jam henti
mesin memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi sedotan.
RACHMAD SHOLEH AMIN
0742010011
ABSTRACT
PT. Overlay Plastindo Raya is a company manufacturing industries which make the
production process to produce finished products in the form of a straw. PT. Overlay Plastindo
Kingdom continue to innovate on products - products. However, in February 2011 production
plan that has been made can not be met, this can be seen from the volume production of
straw for a month in 2011. For that companies should pay attention to problems - problems
associated with the production process, for the production process can take place effectively
andefficiently.
Based on the description above, the purpose of this study was to determine the effect of
simultaneous influence of the amount of raw materials, labor wages, and hours of stopping
the machine to the production volume straws, and to know the partial namely the influence of
raw materials to production volume, the influence of wage labor to volume production, and
the effect stopping the machine clock to volume production of PT. Overlay Plastindo
Kingdom in Surabaya.
The population in this study is the data amount of raw materials, labor data, data at stopping
the machine and data volumes straw production at PT. Hamplastindo Kingdom for one month
in the year 2011 by using quotas. To answer the problem formulation, objectives and research
hypothesis, the analysis used was multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that the results of simultaneous tests is the number of raw
materials, labor wages, and hours of stopping the machine has a significant effect or
significant effect on production volume straws. And the results of the partial test is the
amount of raw materials has a significant effect or significant effect on the volume of
production, wage labor has no significant effect or significant effect on production volumes,
and hours of stopping the machine has a significant effect or significant effect on production
volume straws
1.1 Latar belakang
Perekonomian suatu Negara mempunyai pengaruh terhadap dunia
usaha, berkaitan dengan teknologi yang digunakan didalam menciptakan
produk, semakin tinggi pendapatan konsumen akan mempunyai pola
konsumsi yang semakin tinggi dan semakin rendah pendapatan konsumen
akan mempunyai pola konsumsi yang semakin rendah sehingga
menimbulkan perbedaan. Pola konsumsi yang berbeda-beda akan
mengakibatkan perbedaan kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun segi
kualitas. Perusahaan yang mempunyai skala ekonomi kecil harus mampu
menciptakan suatu produk yang dapat diterima oleh konsumen baik
mempunyai pola konsumsi tinggi maupun pola konsumsi rendah.
Perusahaan dalam menciptakan suatu produk yang dapat diterima
oleh konsumen harus mampu menciptakan produk sesuai kebutuhan dan
keinginan konsumen, karena produk merupakan unsur yang sangat penting,
melalui produk yang diterima konsumen .
Produk yang berkualitas yang diciptakan melalui proses produksi
sangat penting mempertimbangkan faktor-faktor produksi yang digunakan,
yang meliputi bahan baku, mesin, tenaga kerja.
Bahan baku merupakan faktor produksi utama yang sangat penting
ketersediaan bahan baku tidak memadai yang disebabkan oleh
keterlambatan pembuatan bahan baku utama serta keterlambatan
pengiriman bahan baku dari suplier maka akan mengakibatkan proses
produksi terhenti sehingga perusahaan tidak mampu memenuhi volume
produksi yang diinginkan. Kualitas bahan baku akan menentukan kualitas
produk sehingga perusahaan didalam menciptakan produk harus
mempertimbangkan kualitas dari bahan baku, jika kualitas bahan baku
yang digunakan mempunyai kualitas yang rendah maka produk yang
diciptakan memiliki kualitas yang rendah.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting, karena
tenaga kerja itu faktor yang mengkoordinir faktor produksi yang lain, yang
meliputi penggunaan bahan baku, mesin dan faktor produksi lain. Didalam
hal penggunaan tenaga kerja agar mampu melakukan koordinasi
penggunaan faktor-faktor produksi dalam aktivitas produksi perusahaan
harus mempertimbangkan kuantitas atau jumlah tenaga kerja digunakan
serta kualitas atau kemampuan, keahlian dari tenaga kerja tersebut.
Penggunaan tenaga kerja secara kuantitas dan kualitas akan terkait dengan
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi upah tetap
dan insentif. Upah dan insentif yang diberikan harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian tenaga kerja, semakin tinggi kemampuan dan
keahlian tenaga kerja akan semakin tinggi upah dan insentif yang diterima
sehingga akan semakin berkualitas dalam melaksanakan aktivitas
Mesin sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai peranan
penting didalam menciptakan produk, karena mesin merupakan teknologi
yang dapat menentukan kualitas dan kapasitas produk yang dihasilkan,
artinya jika dalam proses produksi digunakan teknologi atau mesin yang
handal yaitu mampu bekerja secara terus-menerus dengan kerusakan
mesin yang minimal sehingga meminimalkan terjadinya down time, dan dapat menghasilkan produk sesuai yang diharapkan. Kualitas dan kuantitas
mesin dalam proses produksi menentukan produk yang dihasilkan, jika
dalam proses produksi sering terjadi down time (jam henti mesin akibat intervensi pekerjaan) dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan
berkurangnya volume produksi, jika dalam proses produksi tidak sering
terjadi jam henti mesin (down time) maka proses produksi akan meningkat pula.
PT. Hamparan Plastindo Raya merupakan perusahaan industri
manufacturing yang melakukan proses produksi menghasilkan produk jadi
yang berupa sedotan, dengan menggunakan faktor produksi bahan baku,
tenaga kerja, dan mesin. Kapasitas sedotan sebagai volume produksi
sangat ditentukan oleh jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi jika bahan baku ditambah akan mengakibatkan bertambahnya
volume sedotan, tenaga kerja yang meliputi upah tenaga kerja akan
menyebabkan kualitas pekerjaan semakin baik sehingga akan menambah
jam henti mesin yang digunakan semakin jarang terjadi akan menyebabkan
volume produksi semakin bertambah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut peneliti akan
melakukan penelitian terhadap masalah volume produksi, jumlah bahan
baku, upah tenaga kerja dan jam henti mesin pada PT. Hamparan Plastindo
Raya dengan judul “Faktor - Faktor Produksi yang Berpengaruh
terhadap Volume Produksi Sedotan pada PT. Hamparan Plastindo
Raya di SurabayaTahun 2011”
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian berdasarkan latar
belakang masalah dan penetapan judul sebagai berikut :
1. Secara Parsial :
a. Apakah jumlah bahan baku berpengaruh signifikan terhadap volume
produksi?
b. Apakah upah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap volume
produksi?
c. Apakah jam henti mesin (down time) berpengaruh signifikan terhadap volume produksi?
2. Secara Simultan :
a. Apakah jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, dan jam henti mesin
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah :
Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap volume produksi
sedotan pada PT Hamparan Plastindo Raya yang terdiri dari:
1. Secara Parsial :
a. Mengetahui pengaruh signifikan jumlah bahan baku terhadap volume
produksi.
b. Mengetahui pengaruh signifikan upah tenaga kerja terhadap volume
produksi.
c. Mengetahui pengaruh signifikan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi.
2. Secara Simultan :
a. Mengetahui pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku. upah tenaga
kerja, jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan
2. Secara Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu sumbangan pikiran serta
sebagai bahan referensi bagi perusahaan dalam menetukan kebijakan
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi
Dalam manajemen produksi mengkoordinasikan penggunaan
sumber daya perlu membuat keputusan yang berhubungan dengan
usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai
dan tepat dengan apa yang diharapkan, yaitu tepat mutu, tepat jumlah dan
tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan serta dengan biaya yang
rendah.
Menurut Handoko (2000:3) manajemen produksi adalah
merupakan usaha-usaha pengolahan secara optimal dan penggunaan
faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga
kerja menjadi berbagai produk barang dan jasa.
Menurut Pardede (2005 : 13) manajemen operasi dan produksi
secara umum dapat diartikan sebagai pengarahan dan pengendalian
berbagai kegiatan yang mengolah berbagai jenis sumber daya untuk
membuat barang dan jasa tertentu. Dalam pengertian yang lebih luas
manajemen operasi dan produksi mencakup segala bentuk dan jenis
pengambilan keputusan mulai dari penentuan jenis barang dan jasa yang
teknik-teknik operasi dan produksi yang akan digunakan, sampai barang
dan jasa tersebut berada di tangan pemakai atau pengguna.
Sedangkan manajemen produksi menurut Pardede (2005 : 13)
kegiatan ini hanya meliputi kegiatan pengolahan sumber daya yang terdiri
dari bahan baku dan tenaga kerja manusia untuk menghasilkan barang.
Manajemen produksi ini belum memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap pembuatan berbagai jenis jasa. Akan tetapi dengan
perkembangan ilmu manajemen, pembuatan jasa pada saat ini mempunyai
kedudukan yang sama dengan pembuatan barang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi merupakan
usaha-usaha dalam mengolah berbagai jenis sumber daya yang terdiri dari
bahan baku, tenaga kerja manusia yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan suatu produk atau jasa sesuai dengan tujuannya.
2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi
Pada saat ini dirasakan adanya kebutuhan untuk menaikkan
produktivitas didalam segala kegiatan ekonomi. Kenaikan produktivitas ini
dirasakan perlu, tidak saja didalam pabrik tetapi juga di dalam badan atau
lembaga yang menghasilkan jasa seperti bank, rumah sakit, jawatan
pemerintah dan lain-lain. Permintaan terhadap barang atau jasa cenderung
naik (terutama disebabkan adanya kenaikan penduduk) sedangkan
Oleh karena itu merupakan tantangan untuk menuntut diperolehnya
pengetahuan dan pengembangan pengetahuan yang sudah ada untuk
mengambil keputusan di bidang manajemen produksi. Sedangkan tujuan
manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur produksi barang
dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai
dengan kebutuhan konsumen (Gitosudarmo, Indriyo, 2002:3).
Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah
memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga,
waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.1.3 Ruang lingkup Manajemen Produksi
Manajemen produksi mencakup kegiatan-kegiatan yang cukup luas
dan mencakup berbagai macam keputusan, baik keputusan jangka panjang
maupun jangka pendek mengenai rancangan dari pada sistem produksi dan
rancangan operasi serta sistem pengawasannya.
Adapun ruang lingkup manajemen produksi menurut Assauri
(2004:79) yang mencakup kegiatan keputusan mengenai rancangan sistem
produksi meliputi:
1. Seleksi dan Rancangan
Dalam hal ini perlu diperhatikan usaha-usaha untuk menghasilkan
2. Seleksi Peralatan dan Proses
Untuk melaksanakan kegiatan produksi biasanya terdapat beberapa
pilihan dari peralatan yang akan dipakai mulai dari penentuan tempat
operasi, perencanaan gedung yang sesuai dengan penentuan dan
pemeliharaan mesin serta fasilitas produksi lainnya.
3. Rancangan Produksi
Dalam hal ini biaya produksi erat hubungannya dengan rancangan dari
bagian-bagian yang ada (hasil produksi, rencana kerja) dan sebagainya.
4. Rancangan Tugas Pekerjaan
Merupakan bagian integral daripada rancangan sistem termasuk
organisasi sebagai dasar kerja yang merupakan kegiatan yang dapat
membantu dalam rangka mencapai tujuan.
5. Lokasi Sistem
Lokasi sangat memegang peranan penting, tentang pembagian pokok
yang menyangkut jarak dari pasar untuk tempat agar memperoleh
bahan baku.
6. Penyusunan
Perencanaan mengenai kapasitas produksi dan sistem kerja perlu
dibuat operasi dari perusahaan harus diatur sedemikian rupa sehingga
diperoleh keuntungan antara lain dengan mengurangi biaya material
handling dan dapat memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan.
Dari uraian di atas maka kegiatan manajemen produksi itu
ada guna mencapai tujuan perusahaan, maka perlu melakukan kegiatan
yang di kenal dengan proses produksi agar dapat di capai secara efektif
dan efisien sesuai dengan rencana yaitu segala proses kegiatan tersebut
harus direncanakan, dikoordinasikan, dan diawasi.
2.1.4 Produksi
2.1.4.1 Pengertian Produksi
Menurut Gitosudarmo (2002 : 3) kegiatan operasional adalah
merupakan interaksi antara bagan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga
kerja, dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang digunakan.
Menurut Pardede (2005 : 15) kegiatan operasi dan kegiatan
produksi atau kegiatan pengolahan, dimulai dari penentuan jenis barang
atau jasa yang akan dibuat perusahaan. Setelah perusahaan menetapkan
jenis barang yang akan dibuatnya maka langkah berikutnya adalah
menentukan jenis bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan mesin
yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan. Jenis bahan baku, bahan
pembantu, tenaga kerja manusia yang akan digunakan harus ditetapkan
dengan mempertimbangkan tingkat mutu yang direncanakan untuk barang
dan jasa yang akan dibuat. Jenis mesin yang digunakan akan bergantung
kepada teknologi yang digunakan dalam pengolahan. Hal yang sebaliknya
juga berlaku dimana jenis teknologi yang bergantung kepada jenis bahan
baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin yang tersedia pada
Jadi bahwa suatu proses produksi adalah serangkaian cara atau
kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk atau jasa untuk mencapai
nilai tambah dalam kegunaannya. Tetapi kegiatan proses produksi dalam
menciptakan dan menambah kegunaan barang dan jasa tersebut diperlukan
faktor-faktor pendukung seperti, sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
mesin pengolah bahan, bahan baku, dan juga dana untuk mendukung
kelancaran kegiatan usaha tersebut secara efektif dan efisien untuk
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa.
2.1.4.2 Jenis-jenis Produksi
Kegiatan pengolahan menurut Pardede (2005 : 160) dibedakan menjadi:
a. Pengolahan yang terus menerus
Pada kegiatan pengolahan yang terus menerus, setiap bahan
yang sedang diolah harus melalui berbagai jenis pengolahan yang
berbeda yang dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin atau
peralatan yang berbeda-beda pula. Pada jenis pengolahan ini setiap
mesin yang berbeda dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk
satu rangkaian yang terdiri dari beberapa mesin yang gunanya
berbeda-beda. Dengan demikian setiap mesin saling bergantungan satu dengan
yang lainnya dimana apabila salah satu diantaranya berhenti maka
Ciri-ciri utama kegiatan pengolahan yang terus menerus adalah:
1. Jumlah barang yang dibuat adalah padat modal (capital – Intensive process) yaitu kegiatan yang lebih mengutamakan peran mesin dan peralatan dari pada peran tenaga kerja manusia.
2. Jumlah barang yang dibuat selama satu masa pengolahan cukup
besar (mass production).
3. Tidak satu pun mesin yang dapat dihentikan tanpa mengganggu
kegiatan mesin-mesin lain yang ada dalam satu rangkaian.
4. Jumlah persediaan barang dalam pengerjaan sangat sedikit atau
tidak ada sama sekali.
5. Jumlah pekerjaan yang dapat dikerjakan persatuan waktu adalah
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah
dengan mudah.
6. Jenis pengolahan seperti ini digunakan untuk membuat
barang-barang yang serupa atau sejenis.
7. Pada umumnya barang-barang yang dibuat dimaksudkan untuk
persediaan.
b. Pengolahan yang terputus-putus
Pada kegiatan pengolahan yang terputus-putus setiap, bahan
yang sedang diolah akan melewati berbagai pusat kerja yang berbeda,
dimana setiap mesin yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang
berbeda-beda tersebut tidak dihubungkan oleh suatu alat yang
pertama ke mesin urutan kedua dan seterusnya. Pada umumnya
mesin-mesin yang digunakan pada kegiatan pengolahan terputus-putus adalah
mesin bermanfaat ganda, yaitu mesin-mesin yang dapat digunakan
untuk melaksanakan lebih dari satu jenis pekerjaan yang berbeda.
Ciri - ciri utama kegiatan pengolahan yang terputus-putus adalah:
1. Kegiatan pengolahan yang dilakukan adalah padat karya, yaitu
lebih mengutamakan peran tenaga kerja manusia dari pada peran
mesin dan peralatan.
2. Jumlah barang yang dibuat selama satu jam masa pengolahan tidak
terlalu besar.
3. Setiap mesin dapat dihentikan setiap saat tanpa mengganggu
kegiatan mesin-mesin lainnya.
4. Terdapat persediaan barang dalam pengerjaan dalam jumlah yang
cukup besar.
5. Jumlah pekerjaan yang dilakukan per satuan waktu dapat
diubah-ubah dengan mudah.
6. Digunakan untuk mengolah bahan yang berbeda-beda untuk
membuat barang yang berbeda-beda.
7. Pada umumnya barang-barang yang dibuat dimaksudkan untuk
2.1.4.3 Faktor-faktor Produksi
Faktor produksi menurut Swastha dan Sukotjo (2000 : 15) yaitu:
a. Manusia
Manusia tidak hanya berperan sebagai tenaga kerja, tetapi sekaligus
juga sebagai konsumen. Masalah etika dan moral sangat penting dalam
penggunaan tenaga kerja. Selain itu penawaran tenaga kerja juga
tergantung pada komposisi umur dan jumlah penduduk. Seseorang
dapat dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif pada umur antara
16-55 tahun.
b. Uang
Uang merupakan unsur yang penting untuk menciptakan sejumlah
modal. Modal secara luas dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang
atau barang yang dibeli dengan uang tersebut untuk memproduksi
barang lain, termasuk barang modal antara lain: mesin-mesin,
peralatan, pabrik, fasilitas transport, dan sebagainya.
c. Material
Material merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif. Elemen-elemen yang
dapat dikategorikan ke dalam kelompok material antara lain: tanah
yang geografis tidak dapat dipindah-pindahkan dan sumber-sumber
d. Metode
Metode adalah ide-ide atau inisiatif yang bersifat produktif,
pengambilan keputusan penanggungan resiko yang ada, dan
sebagainya semua itu ditujukan untuk mengorganisasi dan
mengkoordinir faktor-faktor lain dengan baik.
2.1.5 Volume Produksi
2.1.5.1 Pengertian Volume Produksi
Menurut Gitosudarmo (2002 : 149) luas produksi atau volume
produksi adalah banyaknya jumlah atau jenis barang yang dihasilkan oleh
perusahaan. Beliau juga berpendapat bahwa luas produksi yang terlalu
besar, disamping itu dengan adanya volume produksi yang berlebihan
dapat berakibat merosotnya harga jual suatu barang. Bagi perusahaan yang
menghasilkan barang lebih dari satu macam maka terlalu besarnya volume
produksi dari satu jenis barang berarti berkurangnya kesempatan produk
jenis lain diperluas dari bahan dasar, bahan pembantu, tenaga dan alat –
alat yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan untuk jenis produk yang
pertama. Selain itu luas produksi yang terlalu kecil atau volume produksi
yang terlalu sedikit berakibat tidak dapatnya perusahaan itu memenuhi
permintaan-permintaan yang ada di pasar. Disamping itu terlalu kecilnya
jumlah produk yang diproduksikan dapat berakibat pula dideritanya atau
ditanggungnya harga pokok produk yang terlalu tinggi disebabkan karena
biaya tetap persatuannya menjadi tinggi pula. Harga jual yang tinggi
berakibat berkurangnya barang yang dapat dijual karena permintaan akan
menjadi berkurang. Penentuan luas produksi yang tepat berarti adanya
alokasi sumber produksi yang lebih efisien. Bahan dasar, bahan pembantu
dan faktor-faktor produksi yang lain dapat ditentukan pada volume
produksi yang tepat sehingga dapat dihindarkan adanya
pemborosan-pemborosan dan kerugian-kerugian financial faktor-faktor produksi
tersebut.
2.1.6 Faktor-Faktor Volume Produksi
Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan
dipergunakan untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut
adalah bahan mentah, bahan pembantu, mesin-mesin, dan
peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan.
Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis
sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan lain. Jenis dan jumlah
barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Jenis serta jumlah faktor-faktor produksi ini sangat terbatas adanya.
Disamping itu penentuan volume produksi yang tetap akan berarti pula
suatu perusahaan lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang
tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan
luas produksi atau volume produksi yang berakibat ketidaktepatan alokasi
yang diderita oleh perusahaan. Disamping faktor-faktor produksi yang
paling menguntungkan, dari uraian di atas jelas bahwa luas produksi atau
volume produksi dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor
(Gitosudarmo, 2002 : 151) yaitu:
1. Tersedianya bahan dasar atau bahan baku
2. Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki
3. Tersedianya tenaga kerja
4. Batasan permintaan
5. Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain
2.1.6.1 Pengertian Bahan Baku
Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Bahan baku menurut Gitosudarmo
(2002 : 79) adalah merupakan kebutuhan pokok dari suatu industri yang
akan menghasilkan suatu produk atau barang.
Sedangkan menurut Kusuma (2002 :131) bahwa persediaan adalah
sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode
mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk
diproses, barang dalam proses pada prose manufaktur dan barang jadi yang
disimpan untuk dijual, beliau juga menegaskan bahwa tujuan adanya
persediaan bahan baku tersebut adalah untuk mengurungi ketidakpastian
Menurut Herjanto (2003 : 219) persediaan adalah bahan atau
barang yang disimpan dan akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang
dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak ada
perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya
persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang berkaitan didalamnya tidak dapat
digunakan untuk keperluan yang lain.
Menurut Rangkuti (2004 : 13) persediaan ditujukan untuk
mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi persediaan
bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan
pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi
bagian keluaran produk perusahaan. Jenis persediaan ini sering disebut
dengan istilah persediaan keluaran produk (product output).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa,
yang dimaksud dengan persediaan adalah merupakan jumlah bahan -bahan
atau barang-barang yang disediakan perusahaan baik itu merupakan
barang jadi, barang dalam proses, maupun bahan mentah yang disediakan
untuk menjaga kelancaran proses produksi itu sendiri.
Tersedianya bahan baku yang cukup besar adalah merupakan
faktor penting guna kelancaran proses produksi. Akan tetapi persediaan
bahan baku yang sangat besar adalah pemborosan biaya yang besar pula.
ini baik mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama atu tahun
dapat diperhitungkan dari rencana produksi yang akan dihasilkan.
2.1.6.1.1 Fungsi Persediaan
Fungsi persediaan, menurut Rangkuti (2004 : 7) yaitu:
1. Bacth Stock atau Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena perusahaan membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
2. Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak diramalkan.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat
dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan
permintaan yang meningkat.
2.1.6.1.2 Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Rangkuti merupakan bentuk/jenis persediaan sebelum
memasuki proses produksi yang nantinya akan diolah menjadi barang jadi
1. Persediaan bahan mentah (raw material)
Persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta
komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu
produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau (Supplies)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam peruses produksi,
tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan dalam proses (work in process)
Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi
Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah
dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
2.1.6.1.3 Faktor-Faktor Persediaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan menurut Ahyari
a. Perkiraan pemakaian bahan baku
Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang
berapa besar atau jumlah bahan baku yang digunakan oleh perusahaan
untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.
Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari
perencanaan produksi pada periode yang bersamaan.
b. Harga dari bahan baku
Harga dari bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor
penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan
baku ini merupakan penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan
bahan baku ini.
c. Biaya-biaya persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
layaknya diperhitungkan pula dalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku.
d. Kebijakan pembelanjaan
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari
perusahaan akan kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam
perusahaan tersebut. Di samping itu dilihat apakah dana yang
disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan baku yang
e. Pemakaian bahan
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu
merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar
penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah
disusun harus senantiasa dianalisa.
f. Waktu tunggu
Waktu tunggu adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan
antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu
sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena
hal ini sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan
kembali.
2.1.6.2 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah yang memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas perusahaan baik tenaga kerja teknik maupun tenaga kerja
administrasi. Menurut Ahyari (2003 : 14) tenaga kerja merupakan salah
satu masukan yang penting dalam pelaksanaan proses produksi sehingga
tersedianya tenaga kerja ini perlu diperhatikan oleh manajemen
perusahaan yang akan mendirikan pabrik tersebut. Sedangkan menurut
Sukanto (2000 : 27) pengertian tenaga kerja dalam proses produksi adalah
hasil dalam hal ini mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi.
Pendapat Assauri (2004 : 114) bahwa penggunaan tenaga kerja
merupakan besarnya waktu yang tersedia selama pekerja dipekerjakan
dalam kegiatan-kegiatan produktif. Sedangkan Handoko (2000 : 177)
berpendapat menjelaskan tujuan penggunaan tenaga kerja adalah
mengoptimalkan pelaksanaan kerja, dimana prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan dalam manajemen tenaga kerja sebagai berikut :
1. Memadukan karyawan dalam pekerjaan
Disini bahwa orang harus dipilih untuk pekerjaan-pekerjaan atas dasar
berbagai perbedaan karakteristik dan preferensi individual.
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja
Hal ini dilakukan agar karyawan mempunyai tanggung jawab.
3. Memberikan penghargaan dan prestasi kerja
Diberikan bila karyawan dapat mencapai standar kerja yang lebih dari
standar yang telah ditetapkan guna memotivasi karyawan.
4. Merumuskan tanggung jawab karyawan
Hal ini sangat diperlukan guna memperoleh hasil berkualitas dan
tujuan perusahaan terwujudkan.
2.1.6.2.1 Pengendalian Tenaga Kerja
Pengendalian tenaga kerja berfokus pada pencegahan
digunakan dalam perusahaan atau organisasi. Adapun beberapa manfaat
yang diperoleh perusahaan dalam rangka pengendalian tenaga kerja
menurut Gibson Donely Ivancevich (2001 : 302) adalah :
1. Sumber daya manusia harus mampu memenuhi persyaratan kerja yang
ditentukan oleh organisasi atau perusahaan.
2. Karyawan harus memiliki kemampuan fisik dan intelektual untuk
melaksanakan tugasnya.
3. Para karyawan meningkatkan kesadaran dan pentingnya prosedur
pengendalian sehingga memandang fungsi pengendalian sebagai suatu
upaya penting perusahaan.
Untuk memantau operasi perusahaan agar berjalan dengan lancar
dan memastikan bahwa berbagai tujuan tengah direalisasikan, maka
manajer harus membimbing dan mengawasi kegiatan yang sedang
berjalan, dan para manajer harus mengambil tindakan korektif yang
bertujuan untuk perbaikan proses perolehan sumber daya manusia, dimana
jenis pengendalian tenaga kerja ini didasarkan dari fakta hasil masa lalu
yang diperoleh serta didasarkan pada masa depan.
Agar kegiatan pengendalian tenaga kerja berhasil, para manajer
harus mengelilingi dirinya dari orang-orang yang handal dan kemudian
memberikan peralatan, pelatihan dan dorongan yang mereka butuhkan
untuk bekerja sampai potensial mereka sepenuhnya teracung pada
Pengendalian tenaga kerja dicapai melalui prosedur yang meliputi
pemilihan dan penempatan dari karyawan. Saat ini pemilihan karyawan
dilaksanakan para manajer, para karyawan jenjang organisasi bertanggung
jawab untuk mengambil berbagai keputusan calon-calon karyawan untuk
bermacam posisi harus direkrut dari dalam atau luar perusahaan, dan
pelamar yang paling menjanjikan harus dari daftar para pesaing,
berdasarkan pada kesesuaian keterampilan pelamar dan karakteristik
pribadi persyaratan kerja.
Seperti diketahui bahwa semakin banyak pemimpin memberi
pelimpahan wewenang kepada karyawan maka semakin banyak pula tugas
pengawasan yang harus dilakukan. Kadang-kadang pemimpin tidak
sempat untuk melakukan pengawasan yang harus diselesaikan.
Untuk keperluan pengawasan ini pemimpin dapat mengangkat staf
yang akan membantunya dalam melakukan pengawasan terhadap unit-unit
dalam organisasi secara keseluruhan.
2.1.6.2.2 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja
Agar dapat menyesuaikan dan menetapkan tingkat kebutuhan
tenaga kerja untuk menyelesaikan produk yang naik turun sesuai
permintaan pasar, maka perlu dilakukan forecast yang tepat sesuai dengan
perubahan-perubahan kapasitas yang dibutuhkan bagi perusahaan biasanya
adalah tidak ekonomis untuk menambah dan mengurangi tenaga kerja
besar (substansial) dapat dibuat tanpa harus menarik lebih banyak orang
dan kemudian memutuskan hubungan kerja dengan mereka.
Penggunaan tenaga kerja lembur, sub kontrak dari luar atau
penimbunan persediaan merupakan keputusan manajerial dan tergantung
pada biaya-biaya realisasi masing-masing alternatif. Pada dasarnya
penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama periode waktu
tertentu melalui perhitungan rasio permintaan terhadap kapasitas satu unit
sumber daya. Jumlah total jam sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan produk-produk yang berbeda sama dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pada konsumen.
Dalam praktek sering ditemui dimana jumlah tenaga kerja tidak
sama dengan jumlah pekerjaan dalam kenyataannya pekerjaan lebih besar.
Setelah memutuskan mana pekerjaan yang ditangani sendiri, mana yang
disubkontrakkan dan menentukan jumlah jam kerja tiap bagian maka
daftar pekerjaan yang dibuat meliputi tenaga kerja langsung dan tidak
langsung haruslah tepat. Sehingga para mandor dan bagian personalia
dapat menggunakan dalam pembuatan anggaran-anggaran.
Selain itu dengan mengetahui jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan, hal ini diperlukan untuk lokasi tenaga kerja, kegiatan lama
yang pelaksanaannya perlu tambahan fasilitas untuk penyelesaiannya dan
2.1.6.2.3 Pengolahan Tenaga Kerja
Salah tujuan pengolahan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan
produktivitas, dalam hal ini perlu dicatat bahwa tujuan manajemen tenaga
kerja adalah bukan untuk memaksimalkan performance tetapi
mengoptimalkan pelaksanaan kerja adanya berbagai batasan yang meliputi
operasi organisasi.
Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen tenaga
kerja menurut Handoko (2000 : 214) :
1. Memadukan karyawan dan pekerjaan yakni orang-orang harus dipilih
untuk pekerjaan atas dasar perbedaan karakteristik dan preferensi
individual.
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja maksudnya
pelaksanaan standar kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan agar
tujuan dan apa yang diharapkan karyawan jelas.
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja artinya manajer perlu
memberikan penghargaan kepada karyawan yang dapat mencapai
melebihi standar untuk memotivasi kerja mereka.
4. Menjamin supervise yang baik maksudnya seorang (supervisor) harus ahli baik dalam ketrampilan teknologi maupun manajerial dan
mempunyai perhatian terhadap kesejahteraan dan rasa kejujuran
dengan karyawan secara individual tanpa melupakan pencapaian
5. Merumuskan secara jelas dan tanggung jawab karyawan bila tanggung
jawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah, para pekerja akan
frustasi.
2.1.6.2.4 Sistem Upah Tenaga Kerja
Berdasarkan surat keputusan menteri kerja dalam bukunya Amin
Widjaya dan Iman Syahputra (2000 : 16) sistem upah tenaga kerja menurut
status pekerjaan adalah :
1. Status pekerjaan harian
a. Sistem pembayaran mingguan
Pengusaha dapat membayar upah secara mingguan dengan
menghitung upah mingguan baik yang menganut enam hari kerja
atau lima hari kerja adalah : 7 X (upah sebulan dibagi 30)
b. Perhitungan upah lembur
Apabila pekerja harian tetap melaksanakan lembur dengan
perhitungan upah lembur perjam adalah : 1/173 X upah sebulan.
2. Pekerja harian lepas
Bagi pekerja harian lepas yang bekerja 5 hari per minggu 8 jam per
maka upah hariannya adalah 6/5 X upah sehari. Dalam hal ini jam ke 8
tidak dihitung sebagai kerja lembur.
3. Pekerja borongan
Pekerja borongan yang bekerja 6 hari kerja dengan standart waktu kerja
standart waktu kerja 8 jam sehari. Maka pembayaran upahnya sebagai
berikut :
a. pekerja yang menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan
standart prestasi yang disepakati atau target produksi maka upah
hariannya harian sekurang – kurangnya sama dengan upah minimum
regional setempat.
b. pekerja yang menyelesaikan pekerjaan borongan diatas standart
prestasi yang disepakati atau target produksi, maka upah hariannya
harus diberikan pembayaran tambahan secara proposional.
c. pekerja yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan diatas
standart prestasi yang disepakati atau target produksi, maka
pengusaha harus memberikan bimbingan dan pembinaan teknis
sehingga pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya.
2.1.6.2.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi
Hal-hal yang harus diperbaiki dalam kaitannya dengan faktor
tenaga kerja ini adalah :
1. Motivasi, pengabdian, disiplin, etos kerja, produktivitas, dan masa
depannya.
2. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana
Pada pokoknya bila telah ditentukan pesanan-pesanan pabrik,
langkah lebih terinci diperlukan selain menentukan kegiatan dan bahan
yang diperlukan yaitu :
1. Mengetahui siapa yang mengerjakan pesanan
2. Mesin-mesin dan teknologi yang diperlukan
Penentuan jumlah tenaga kerja yang meliputi jangka waktu tertentu
untuk pemenuhan keperluan bagi kegiatan produksi ini kita sebut man power loading (Sukanto 2000 : 27). Guna man power loading adalah : 1. Membantu kita merencanakan kebutuhan-kebutuhan akan tenaga kerja
2. Membantu kita selalu berpegang pada kontrak-kontrak kerja
Bila usaha stabil man power loading tidak perlu diambil, tetapi kenyataannya volume produksi atau penjualan turun naik dan kombinasi
produk juga berubah-ubah. Sehingga perlu ditentukan kebutuhan akan
tenaga kerja. Walaupun usaha-usaha stabil ketentuan akan kebutuhan
tenaga kerja ditentukan untuk maksud-maksud tidak ada pengangguran per
bagian dan untuk penilaian hasil kerja.
2.1.6.3 Jam Kerja Mesin
Dalam memproduksi barang setiap perusahaan menggunakan alat
bantu yang berupa mesin. Tidak jarang kita menjumpai suatu pabrik
menggunakan mesin dan sangat tergantung kepada mesin dan peralatan
lainnya. Oleh karena itu kita arus pandai dalam memilih kualitas daripada
menetapkan kebijaksanaan yang dibuat oleh perusahaan akan mengalami
kerugian, dan sebaliknya apabila ternyata mesin-mesin maupun peralatan
sebelum operasi tersebut dimulai adalah sangat penting. Hal ini juga dapat
kita lihat jumlah efektivitas dan jumlah mesin yang beroperasi juga
menentukan apakah keadaan operasi perusahaan telah selesai, tidak
dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga kegiatan dapat menunjang
lainnya juga diperlukan seperti aktivitas pemeliharaan, perawatan,
perbaikan dan pergantian terhadap mesin dan peralatan pabrik diperlukan
agar proses produksi terjamin kelancarannya dengan kata lain untuk
mencegah adanya hambatan dalam proses produksi dan tercapainya
volume produksi yang diharapkan.
Mesin menurut Assauri (2004 : 79) adalah suatu peralatan yang
digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk
membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian
produk tertentu. Bahwa mesin sangatlah membantu manusia dalam
melakukan pengerjaan produksi suatu barang sehingga barang yang
dihasilkan dapat dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih
banyak dan kualitas yang lebih baik.
Jam kerja mesin menurut Harsono (2000 : 149) dapat diartikan
sebagai jumlah jam yang digunakan oleh mesin-mesin pabrik untuk
Jadi dapat disimpulkan jam kerja mesin adalah keadaan yang
menunjukkan jumlah jam kerja proses produksi mesin untuk memproduksi
atau melakukan aktivitas, merubah bahan baku menjadi barang jadi.
2.1.6.3.1 Jenis-Jenis Mesin
Jenis-jenis mesin dibedakan atas dua jenis menurut Assauri (2004 :
79) yaitu:
1. Mesin yang bersifat umum atau serba guna
Merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu untuk berbagai jenis barang atau produk atau bagian dari
produk. Mesin ini biasa digunakan oleh perusahaan yang memproduksi
produknya dalam jumlah kecil. Adapun ciri – ciri dari mesin yang
bersifat umum adalah:
a. Biasanya dibuat dengan bentuk standard an diproduksi dalam
jumlah yang besar maka harganya relative murah.
b. Sangat fleksibel dalam penggunaannya.
c. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik.
d. Biaya untuk peralatan relatif murah begitu juga dengan
penggunaannya karena bentuknya standar.
e. Tidak mudah ketinggalan zaman.
2. Mesin yang bersifat khusus
Merupakan mesin yang direncanakan dan dirancang untuk
a. Mesin dibuat atas dasar pesanan dengan jumlah kecil dan harganya
relatif mahal.
b. Biasanya mesin ini bersifat otomatis sehingga pekerjaan cepat
dapat diselesaikan.
c. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga yang lebih spesifik
atau spesialis.
d. Karena penggunaannya bersifat khusus maka mesin cepat
ketinggalan zaman.
2.1.6.3.2 Jam henti mesin (down time)
Jam kerja (down time) terjadi pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang akan menyebabkan terlambatnya proses produksi.
Komaruddin (2001 : 224) down time (jam henti) mesin adalah waktu yang karena pemeliharaan, pergantian suku cadang, kerusakan listrik mati atau
penyebab lainnya yang sampai mengakibatkan peralatan tidak dapat
memproduksi atau membantu barang-barang.
Menurut Komarudin (2001:224) ditinjau dari keadaan proses
produksi dapat dibagi menjadi dua antara lain:
a. Jam henti (down time) yang terjadi pada system otomatis.
Jam henti (down time) yang terjadi pada system otomatis ini mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan yaitu secara full
dikendalikan dalam unit produksi dengan system pengendalian
otomatis.
b. Jam henti (down time) yang terjadi pada system manual
Jam henti (down time) yang terjadi pada system manual ini mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi
dengan tujuan yang pelaksananya banyak dipengaruhi oleh para
karyawan.
Menurut Schoeder (2000:201) yang termasuk dalam kegiatan down time mesin yaitu delay (penundaan) dan waiting (menunggu). Yang dimaksud delay (penundaan)menunjukkan waktu yang bagi antara bagian satu dengan yang lain menunggu barang dalam proses produksi termasuk
operator atau mesinnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jam henti (down henti) adalah waktu berhentinya mesin atau peralatan produksi yang bersifat sementara dikarenakan adanya kegiatan atau hal yang
mengharuskan mesin berhenti.
2.1.6.3.3 Tujuan Utama Pemeliharaan Mesin
Menurut pendapat Assauri (2004 : 79), adapun tujuan utama dari
pemeliharaan mesin (maintenance) yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan produk itu sendiri dan kegiatan produksi tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di
luar batas dan menjaga modal tang di investasikan dalam perusahaan
selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan mengenai investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan rendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien
seluruhnya.
5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan
keselamatan para pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan
utama mungkin dan total biaya yang terendah.
2.1.6.3.4 Jenis-Jenis Pemeliharaan Mesin
Menurut Assauri (2004 : 79) jenis-jenis pemeliharaan mesin antara
lain:
1. Preventif Maintenance
Preventif maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menentukan kondisi atau keadaan
waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua
fasilitas produksi yang mendapatkan preventif maintenance atau
pemeliharaan rutin akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu
diusahakan dalam kondisi atau keadaan siap pakai untuk operasi atau
proses produksi yang lebih tepat. Pemeliharaan yang dilakukan dengan
cara preventif memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat
menguntungkan bagi perusahaan. Adapun keuntungan yang didapat
dari preventif pemeliharaan, antara lain:
1. Keamanan yang lebih mantap bagi para tenaga kerja.
2. Penghentian produksi yang lebih sedikit.
3. Reparasi besar-besaran yang berulang lebih sedikit.
4. Biaya yang lebih untuk reparasi sederhana sebelum terjadi
kerusakan.
5. Lebih sedikit peralatan cadangan yang diperlukan.
6. Pengendalian suku cadang lebih baik.
7. Identifikasi barang-barang dengan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Preventif pemeliharaan ini sangat penting karena penggunaannya yang sangat efektif dalam menghadapi
fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “Critical Unit”. Sebuah fasilitas atau peralatan mesin produksi akan termasuk dalam
golongan Critical Unit apabila:
1. Kerusakan fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut akan
2. Kerusakan fasilitas atau peralatan mesin produksi ini akan
mempengaruhi kualitas dari produksi yang dihasilkan.
3. Kerusakan peralatan atau mesin produksi akan menyebabkan
kemacetan seluruh proses produksi.
4. Model yang ditanamkan dalam fasilitas atau peralatan mesin
produksi tersebut atau harga dari fasilitas atau peralatan ini adalah
cukup besar atau mahal.
Pada prinsipnya, dalam masalah pemeliharaan peralatan mesin
produksi ini tindakan berjaga-jaga (preventif) adalah lebih baik dari pada berbuat setelah benar-benar terjadi kerusakan, oleh karena itu
pemeliharaan peralatan mesin produksi diprogram dengan baik.
Program pemeliharaan peralatan mesin produksi itu antara lain:
1. Penyusunan perencanaan yang meliputi penentuan tugas-tugas
yang akan dilakukan, prioritas dan tenaganya.
2. Mengatur jadwal waktu dan beban pekerjaan sesuai dengan skala
prioritasnya.
3. Mengatur kartu perintah kerja dan kartu-kartu pemeliharaan setiap
peralatan untuk mengawasi pekerjaan pemeliharaan dan suku
cadang yang pernah diganti, bahkan untuk memonitor dibagian apa
peralatan itu sering mengalami kerusakan.
4. Mengatur penggunaan suku cadang dengan memakai kartu untuk
5. Mengatur program latihan dengan metode-metode yang mungkin
dilaksanakan, dengan metode meningkatkan ketrampilan kerja.
6. Mengatur distribusi waktu kapan peralatan akan diperbaiki
(overhead) dengan memperhitungkan beberapa kemungkinan kerugian yang akan diderita karena sebagian atau keseluruhan
kegiatan terhenti selama perbaikan berlangsung.
Dalam prakteknya, preventif maintenance yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibedakan menjadi dua:
1. Routine Maintenance
Adalah Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara rutin, contohnya membersihkan peralatan, pelumasan
pengecekan bahan bakar.
2. Periodik Maintenance
Adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang digunakan
secara periodik Contohnya pembongkaran mesin.
2. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan pada fasilitas,
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang
tertentu fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut rusak. Secara sepintas memang corrective maintenance murah biayanya bila dibandingkan dengan biaya yang dari preventive maintenance, sejauh kerusakan belum terjadi pada fasilitas peralatan sewaktu proses
produksi berlangsung, hal ini akan membawa dampak negative bagi
perusahaan. Selain biaya-biayanya jauh mahal, peralatan akan
mengalami kerusakan yang lebih bahkan kemungkinan bagi
perusahaan untuk membeli mesin-mesin baru. Sehingga hal ini akan
mengakibatkan:
a. Buruh menganggur.
b. Produksi terhenti.
c. Biaya spare part tinggi.
d. Kekecewaan pada konsumen
Apabila masalah ini sampai terjadi, maka perusahaan pasti
mengalami kerugian yang jelas tidak di kehendaki perusahaan. Jadi
dalam hal ini kegiatan corrective maintenance sifatnya hanya menunggu sampai terjadi kerusakan dahulu, baru kemudian
memperbaikinya. Maksud dari tindakan ini adalah agar fasilitas atau
peralatan mesin produksi tersebut dapat dipergunakan kembali dalam
proses produksi, sehingga operasi atau proses produksi dapat berjalan
2.1.6.3.5 Syarat-syarat Agar Pemeliharaan Mesin dapat Efisien
Pelaksanaan maintenance dari mesin dan peralatan di suatu
perusahaan tergantung dari kebijaksanaan (policy) perusahaan itu sendiri, yang kadang-kadang berbeda dengan kebijaksanaan lainnya. Dimana
pelaksanaannya tergantung kepada pimpinan tertinggi (Top Management) perusahaan. Walaupun kebijaksanaan (policy) telah ditentukan, tetapi didalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut manager bagian pemeliharaan
harus memperhatikan enam prasyarat agar pekerjaan bagian pemeliharaan
dapat efisien. Keenam prasyarat tersebut (Assauri 2004 : 79) antara lain:
a. Data Mengenai Mesin dan Peralatan yang Dimiliki Perusahaan
Data yang dimaksud adalah seluruh data mengenai mesin atau
peralatan seperti nomor, jenis (type), umur dan tahun pembuatan keadaan atau kondisinya, pembebanan dalam operasi (operating load) produksi yang dilaksanakan per jam atau kapasitas, bagaimana
operator menjalankan atau menghandel mesin-mesin tersebut,
beberapa maintenance crew, kapasitas dam keahliannya, ketentuan yang ada, jumlah mesin dan sebagiannya. Dari data ini akan ditentukan
banyaknya kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan dan yang mungkin
dilakukan.
b. Planning dan Scheduling
Perencanaan kegiatan pemeliharaan disusun untuk jangka panjang dan
jangka pendek. Seperti preventif maintenance, inspeksi, reparasi
apa yang dikerjakan dan kapan dikerjakan serta urut-urutan pengerjaan
atau prioritasnya dan dimana dikerjakannya. Perlu pula direncanakan
banyaknya tenaga pemeliharaan yang harus ada, agar lebih efektif dan
efisien.
c. Surat Perintah (work order)
Yang tertulis dalam surat perintah ini memberitahukan atau
menyatakan tentang:
1. Apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan yang
bertanggung jawab.
2. Dimana dikerjakan. Apakah di luar atau di dalam perusahaan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan.
d. Persediaan Alat-Alat Spare Part (stores control)
Untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan adanya spare part (alat-alat) dan material yang nantinya harus disediakan dan diawasi. Dengan stores control ini, manager bagian pemeliharaan harus
selalu berusaha supaya spare part dan material atau onderdil-onderdil
tetap ada pada saat dibutuhkan. Dan investasi dari persediaan (stores) ini adalah minimum (dalam arti cukup, tidak kurang dan tidak
berlebihan).
e. Catatan (records)
Catatan tentang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan apa yang
gambaran produksi seperti jam produksi yang berjalan, waktu berhenti
dan jumlah produksi.
f. Lapangan Pengawasan dan Analisis
Laporan (reports) tentang progress (kemajuan) yang telah kita adakan pembetulan dan pengawasan. Kalau pemeliharaannya baik, maka ini
sebenarnya berkat report dan control yang ada.
2.2 Kerangka Berfikir
Berdasarkan dari latar belakang perumusan masalah dan landasan
teori yang telah ada, maka penelitian membuat alur berpikir sebagai
berikut :
Gambar2.1 Kerangka Berpikir.
Volume Produksi
( Y ) Jumlah Bahan Baku
( X1 )
Upah Tenaga Kerja
( X2 )
Jam Henti Mesin
Dalam meningkatkan volume produksi suatu perusahaan pada
dasarnya memerlukan sumber daya dan dipengaruhi oleh bahan mentah,
bahan pembantu, mesin dan tenaga kerja, modal serta tang untuk lokasi
perusahaan. Maka perusahaan plastik ini memiliki bahan baku guna
kelangsungan dalam pembuatan proses produksi untuk menjadi barang
jadi. Sedangkan bahan baku tersebut akan diproses melalui mesin, dimana
jam mesin atau kapasitas mesin memiliki sifat-sifat yang berbeda yang
akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan perusahaan baik kualitas
maupun kuantitasnya. Dan untuk menghasilkan produk sesuai dengan
tujuan dalam kaitannya memproses bahan baku dengan mesin diperlukan
tenaga kerja yang bersifat membantu kinerja atau proses berjalannya
produksi selain peralatan mesin yang digunakan oleh perusahaan.
Sehingga volume produksi dapat meningkat dan perusahaan dapat
mencapai laba sesuai dengan target.
Dalam hal ini jumlah bahan baku (X1), upah tenaga kerja (X2), jam
henti mesin (X3) dan volume produksi (Y), maka digunakan analisis
regresi linier berganda yang nantinya untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh antara jumlah bahan baku (X1), upah tenaga kerja (X2), jam henti
mesin (X3) terhadap volume produksi (Y). maka diharapkan dapat
diketahui pengaruh atau tidak pengaruh dengan menggunakan analisis
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan keputusan sementara yang perlu diuji
kebenarannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah
sebagai berikut :
1. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan jumlah bahan baku, upah
tenaga kerja dan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi pada PT. Hamparan Plastindo Raya Surabaya.
2. Secara parsial terdapat pengaruh signifikan :
a. Jumlah bahan baku terhadap volume produksi
b. Upah tenaga kerja terhadap volume produksi
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional bertujuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada PT. Hamparan Plastindo Raya di
Surabaya, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah bahan
baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi dimana variabel-variabel tersebut ialah variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Variabel bebas (X) terdiri dari :
1. Jumlah Bahan Baku (X1)
Bahan baku sebagai variabel bebas (X1) dalam penelitian ini
meliputi banyaknya/jumlah bahan baku utama yang digunakan
dalam satu periode proses produksi . Dalam ukuran (kg).
2. Upah Tenaga kerja (X2)
Tenaga kerja sebagai variabel bebas (X2) dalam penelitian ini
meliputi upah tenaga kerja yang terdiri dari upah tetap atau
insentif. Dalam ukuran (rupiah/per minggu).
3. Jam Henti Mesin (X3)
Mesin sebagai variabel bebas (X3) dalam penelitian ini meliputi
mesin yang seharusnya dengan jam kerja mesin yang
sesungguhnya (jam)
b. Variabel terikat (Y) adalah :
Volume produksi sebagai variabel terikat (Y) yaitu banyaknya hasil
produksi yang berupa barang jadi yang dihasilkan setiap satu periode
produksi. Dalam ukuran (kg)
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan jumlah bahan baku,
upah tenaga kerja, jam henti mesin selama proses produksi dilaksanakan
pada bulan februari tahun 2011.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan jumlah bahan baku,
upah tenaga kerja, jam henti mesin selama 30 hari kerja tahun 2011.
Teknik penarikan sampel menggunakan kuota sampling dalam bentuk
time series laporan harian selama 30 hari.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data jumlah
3.3.2 Sumber Data
Perolehan data diambil dari laporan produksi pada PT. Hamparan
Plastindo Raya Surabaya sebagai obyek penelitian yang berkaitan
dengan jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin serta
volume produksi.
3.3.3 Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas
produksi, dengan melakukan mencatat data menurut keadaan yang
sebenarnya.
2. Dokumentasi
Yaitu mencatat data tentang jumlah bahan baku yang digunakan, upah
tenaga kerja dan waktu henti mesin selama 30 hari melalui observasi.
3.4 Uji Asumsi Klasik
Regresi linier berganda dengan persamaan Y = a + b1X1 + b2X2 +
b3X3 + b4X4 setelah model regresi diperoleh, maka model tersebut sudah
termasuk BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak. Untuk
menilai apakah model yang digunakan merupakan model linier, sehingga
estimasi yang dihasilkan merupakan estimasi yang BLUE (Best Linier
nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu atau acak. Suatu model
dikatakan BLUE bila memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu :
1. Tidak boleh multikolinieritas
2. Tidak boleh heteroskedastisitas
3. Tidak