• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

WULED NOVIE PRASTOWO NPM : 0341010055

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBERDAYAAN PENGRAJIN KERIPIK TEMPE

DI PRANDON NGAWI

Disusun Oleh :

WULED NOVIE PRASTOWO NPM. 0341010055

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

DR. Lukman Arif , MSi NIP.196411021994031001

Mengetahui, DEKAN

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1.Peneliti Terdahulu... 11

2.2.Landasan teori... 14

2.2.1. Pengertian Pembinaan... 14

2.2.2. Pengertian Pemberdayaan ... 17

2.2.3. Pengertian Usaha Kecil ... 18

2.2.4. Pengertian Peranan ... 20

(4)

BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1.Jenis Penelitian ... 23

3.2.Fokus Penelitian ... 24

3.3.Situs Penelitian ... 26

3.4.Sumber Data dan Jenis Data ... 26

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.6.Teknik Analisa Data ... 30

3.7.Keabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 34

4.1.1. Letak Geografis Ngawi... 34

4.1.2. Gambaran Umum Desa Prandon ... 35

4.1.2.1. Letak Wilayah ... 35

4.1.2.2.Jumlah Penduduk ... 35

4.1.3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi ... 38

4.1.3.1. Lokasi Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi ... 39

4.1.3.2. Sejarah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi ... 39

(5)

4.2. Hasil Penelitian ... 41

4.2.1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kripik Tempe ... 41

4.2.2. Program Pelatihan Pengrajin Kripik Tempe yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi ... 47

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.3.1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam Pemberdayaan Pengrajin Kripik Tempe ... 57

4.3.2. Program Pelatihan Pengrajin Kripik Tempe yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama... 36

Tabel 4.3 Jumlah Tempat Ibadah ... 37

(7)

PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN PENGRAJIN KERIPIK TEMPE DI NGAWI

WULED NOVIE PRASTOWO 0341010055

Penelitian ini didasarkan pada fenomena yang terjadi di Desa Prandon Kabupaten Ngawi yang masyarakatnya cukup banyak bermata pencaharian sebagai pedagang usaha kecil dan menengah, namun usaha yang dijalankannya itu belum mengalami peningkatan hasil dari usahanya tersebut. Biaya permodalan, teknologi produksi menjadi penyebabnya, di samping ada yang masih menggunakan pengelolaan usaha yang kurang baik, yang mana hal tersebut berdampak pula pada tingkat kesejahteraan para usaha kecil.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daripada peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi di dalam pengembangan usaha kecil di Desa Prandon Kabupaten Ngawi.

Adapun metode penelitian yang digunakan ini adalah analisis deskriptif yang termasuk pada penelitian kualitatif.

Point penelitian ini yakni pelaksanaan peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam mengembangkan usaha kecil untuk mewujudkan atau meningkatkan taraf hidup usaha kecil lebih sejahtera.

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan dan pengangguran bukanlah dua hal yang saling terpisah. Keduanya dihubungkan oleh sebab akibat yang saling memperngaruhi. Berbagai kejadian yang muncul akhir – akhir ini, bahkan semakin memicu kompleksitas masalah ini. Pulangnya ribuan tenaga kerja dari Malaysia dan bencana alam yang terjadi menyebabkan terjadinya kimiskinan dan pengangguran.

Untuk menurunkan angka kemiskinan, pemerintah berjanji memperbaiki koordinasi dan kualitas program – program pengentasan kemiskinan. Misalnya, bantuan tunai bersyarat, beras untuk rakyat miskin, bantuan pendidikan, dan kesehatan gratis. Selain program – program yang telah ada diatas, program pemerintah pada tahun 2007 untuk pengentasan kemiskinan antara lain pengadaan air bersih, pembangunan infrastruktur pedesaan, pembangunan bio energi, reformasi agraria.

(9)

internalnya atas segala sumber daya yang dimilikinya. Model semacam ini sangat menekankan pentingnya pemberdayaan dan inisiatif rakyat sebagai inti dari sumber daya pembangunan.

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi eknomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Amanat ini memberikan landasan bagi usaha nasional atas dasar demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila, dalam hal ini produksi dilaksanakan dan dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pemilikan anggota masyarakat dalam hal ini kemakmuran masyarakat yang lebih diutamakan, bukan perorangan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 33 Undang – Undang 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, cabang – cabang produksi yang penting dikuasai oleh Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

(10)

 

  3

upaya peningkatan ketahanan budaya menjadi sangat vital agar masyarakat dapat mengambil manfaat dan mampu mencegah sisi buruk budaya asing.

Acuan pembangunan industry dan perdagangan dalam PROPENAS 2005 sebagaimana ditetapkan dalam Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2000, khususnya yang terkait langsung dengan sector indsutri dan perdagangan adalah mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif, pengembangan kewirausahaan dan pengusaha kecil, menengah, koperasi berkeunggulan kompetitif serta memacu peningkatan daya saing melalui pengembangan ekspor, pengembangan industri kompetitif, penguatan institusi pasar dan peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(11)

Dalam kaitan dengan pembentukan sebuah usaha, mekanisme pembentukan modal yang benar yaitu dengan prosedur serta bantuan fasilitator dari sebuah instansi seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan kunci bagi ekonomi rakyat yang tumbuh berkembang. Proses pembentukan modal yang benar tersebut muncul secara internal yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga sebuah usaha akan berjalan lancer dengan aliran modal tersebut, artinya modal tersebut benar-benar bias menjadi sesuatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dan untuk dapat meningkatkan usahanya. Adapun pihak luar seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan fasilitator yang dapat mempermudah modal tersebut dikeluarkan oleh bank maupun badan peminjam modal lainnya.

(12)

 

  5

cepatnya perubahan selera konsumen semakin memperpendek daur hidup produk. Dari segi potensinya usaha kecil dan menengah merupakan skala usaha yang dinamis, yaitu memiliki daya responsif, fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi terhadap pesatnya perubahan teknologi dan pasar.

Kebijakan pokok dalam pemberdayaan usaha kecil dalam Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil adalah pengembangan keterkaitan antara usaha besar, menengah dan usaha kecil dalam pola kemitraan usaha yang saling membutuhkan, memperkuat, memperkuat dan menguntungkan. Peran pemerintah dalam pemberdayaan untuk kebijaksanaan pengembangan usaha kerajinan dan industri rumah tangga, menyarankan industri rumah tangga untuk diselaraskan dengan pemanfaatan potensi sumber daya yang ada seperti sumber daya manusia, sumber daya alam dan nilai-nilai budaya daerah setempat yang ditempuh melalui pembinaan berbagai sentra usaha yang dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini yang menangani yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

(13)

Data Industri Kecil Kerajinan Kripik Tempe Kab. Ngawi

Kecamatan Desa / Kel. Jml. Unit Usaha

Jml. Tenaga

Kerja Jml. Produksi Sine Tulakan

Ngrendeng Pocol 30 unit 28 unit 11 unit 88 orang 82 orang 35 orang 162.000 kg 158.000 kg

60. 000 kg Ngawi Prandon 312 unit 940 orang 2.246.000 kg Widodaren Gandingan

Banyubiru 24 unit 22 unit 42 orang 44 orang 129.600 kg 118.800 kg

Dari data tersebut menunjukkan bahwa desa Prandon mempunyai paling banyak jumlah pengrajin kripik tempe dan unit usahanya, sehingga mampu memproduksi kripik tempe dalam jumlah yang besar. Sehingga Dinas Perindustrian Kabupaten Ngawi memprioritaskan usaha kerajinan kripik tempe di desa Prandon untuk lebih diberdayakan.

Di desa Prandon ini, terdapat Sentra Kerajinan Kripik Tempe yang mengolah bahan mentah kedelai untuk dijadikan bahan kerajinan kripik tempe. Sentra Kerajinan Kripik Tempe ini merupakan salah satu industry kerajinan yang saat ini ingin meningkatkan kualitas penyediaan barang dan jasanya agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Dengan berkembangnya usaha kerajinan tersebut, masyarakat sekitar merasakan dampak positif. Keuntungan yang dirasakan masyarakat sekitar adalah mereka dapat membuka lapangan usaha sehingga mampu menambah pendapatan masyarakat setempat.

(14)

 

  7

penciptaan keseimbangan peran serta masyarakat dan usahanya yang lebih sehat, dan bagi pemerintah adalah untuk menumbuhkan kegiatan perekonomian masyarakat.

Usaha kerajinan kripik tempe yang berada di desa Prandon ini merupakan salah satu usaha kecil yang telah mampu memproduksi barang-barang kerajinan yang tidak hanya diminati masyarakat daerah sekitar Ngawi saja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah permintaan yang tidak hanya dating dari daerah setempat, permintaan juga dating dari daerah – daerah lain diluar Kabupaten Ngawi, seperti permintaan dari Surabaya.

Dari uraian tersebut jelas bahwa peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangatlah penting untuk kemajuan pengrajin agar dapat memenuhi permintaan pasar dan persaingan dengan produsen kripik tempe dari daerah maupun Negara lain.

(15)

2006, pemberdayaan usaha kecil yang menjadi tugas Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Ngawi dilaksanakan secara terus menerus dengan selalu memperhatikan aspek – aspek, diantaranya adalah :

a. Penguatan aspek permodalan, efisiensi proses, spesifikasi mutu,

manajemen pemasaran.

b. Pengembangan pola kemitraan berdasarkan prinsip saling

menguntungkan dan membutuhkan.

c. Bantuan fasilitas diberikan secara selektif dalam bentuk sarana dan

permodalan.

Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap pemberdayaan pengrajin kripik tempe di desa Prandon ini sangat dibutuhkan karena usaha ini memerlukan dukungan dalam hal tekhnologi, permodalan, pemasaran, organisasi dan manajemen, serta aspek lain seperti lingkungan dan politik.

Pemberdayaan masyarakat seperti yang dilakukan pada usaha kerajinan kripik tempe ini merupakan upaya mempersiapkan masyarakat untuk lebih maju dalam usahanya untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pemberdayaan yang diiringi dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat akan mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Pemberdayaan ini juga merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan sebagai akibat krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia.

(16)

 

  9

satu anggota UKM yaitu (Ibu Heri 14 februari 2009) beberapa kendala yang terjadi, yaitu : kurangnya pelatihan dan ketrampilan teknis dalam produksi, permodalan, serta pemasaran. Dengan adanya kekurangan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil tersebut maka pemerintah, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai instansi yang terkait dengan bidang industri dan perdagangan melaksanakan pembinaan secara teratur dengan cara memberikan pendidikan pelatihan berupa ketrampilan dan pembinaan terencana terhadap sentra kerajinan kripik tempe di desa Prandon Ngawi melalui program pembinaan yang diikuti oleh seluruh wirausaha yang ada di kawasan ini.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, apabila diperhatikan maka kondisi usaha kecil yang ada di kawasan Prandon Ngawi memerlukan perhatian dan dukungan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi untuk lebih meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia melalui aspek teknologi, permodalan, pemasaran, serta aspek – aspek lain yang mendorong kegiatan kerajinan tersebut ke arah yang lebih baik. Sehingga perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Peranan Dinas dalam memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM)

kripik tempe di daerah Prandon Ngawi, khususnya melalui fasilitas permodalan, pelatihan, dan fasilitasi pemasaran produk.

2. Kendala dan upaya mengatasinya dalam pemberdayaan Usaha Kecil

Menengah (UKM) kripik tempe yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam peranan usaha kecil dan menengah.

2. Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Sebagai masukan dalam pelaksanaan pengembangan usaha kecil di Desa Prandon.

3. Bagi UPN “Veteran” Jawa Timur

(18)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka akan disajikan tentang penelitian – penelitian terdahulu dilakukan oleh para pakar dan peneliti yang relevan dengan proses pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selanjutnya akan dibahas pula hal – hal yang mendukung dalam landasan pemikiran dan penelitian.

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Isbiono Asnanto FIA Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur (2000), yang berjudul “Peranan Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur dalam Perkembangan Usaha Kecil Sepatu di kawasan Tandes Surabaya”, menyatakan bahwa pembinaan Usaha Kecil yang dilaksanakan oleh DEPPERINDAG harus berkesinambungan dan disertai penyesuaian program pembinaan dengan keadaan atau kebutuhan usaha kecil yang dibina diharapkan suatu usaha kecil yang semakin tangguh dan mandiri.

(19)

programnya dalam perkembangan usaha kecil di kawasan Tandes Surabaya. Sedangkan peneliti kali ini mempunyai obyek bagaimana pembinaan pada usaha kecil makanan kripik tempe. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah bagaimana pembinaan terhadap usaha kecil. 2. Alam Sasono FIA Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur (2005), yang berjudul “Hubungan Pembinaan Pemerintah dengan Perkembangan Usaha Kecil”, menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan dan pemantapan pembinaan yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan agar terciptanya pengusaha kecil yang tangguh, mandiri dan berkembang. Serta komunikasi dilakukan secara terbuka antara pihak pemerintah, dalam hal ini yaitu Deperindag dengan pengusaha kecil agar lebih diketahui kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan pengusaha kecil lambat berkembang.

(20)

 

  13

3. Nita Dwi Ramadhani FIA Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu (Studi di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo)”, menyatakan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam memberikan pelatihan jangan terlalu berlebihan dan diusahakan bervariatif, agar pengrajin sepatu memahami maksud dan tujuan dari pelatihan tersebut. Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan koordinasi dan mencari solusi dengan pengrajin sepatu yang ada di Wedoro sebelum memberikan bantuan, agar bantuan yang diberikan lebih merata dan dapat dirasakan keberadaanya oleh seluruh pengrajin dan pengusaha sepatu di Wedoro dalam pembuatan program kerja sebelum realisasi program tersebut dijalankan, agar program kerja tersebut diterapkan dan bermanfaat bagi pengusaha sepatu di Wedoro.

(21)

adalah sama – sama mengkaji tentang sebuah peranan terhadap usaha kecil.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pembinaan

Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat untuk lebih mempermudah pengertian mengenai pembinaan, pengertian dari pembinaan adalah usaha – usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan ketrampilan subyek didik dengan tindakan – tindakan pengarahan, bimbingan, pengembangan (aktualisasi), stimulasi dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Hidayat, 1998,26).

Pengertian yang lain, pembinaan adalah suatu tindakan, proses hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini, yakni pembinaan itu sendiri bisa merupakan suatu tindakan, proses, pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan itu bisa menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu (Thoha, 1997, 7).

(22)

 

  15

Pembinaan dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan atau kecakapan, keahlian, kesejahteraan atau pemberian incentice, pembinaan disiplin dan lain – lain. Misalnya memberikan kesempatan mengikuti kursus – kursus, penataran, diklat, memberikan penghargaan dan pujian (H. Nawawi, 1996, 47).

Pembinaan merupakan suatu proses untuk meningkatkan dan mengubah pengetahuan dan ketrampilan, sikap dan tingkah laku untuk membentuk standart tertentu sesuai apa yang dituntut oleh kebutuhan pekerjaannya (Rusli Syarif, 1998,xii).

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah dengan tindakan – tindakan pengarahan, bimbingan, pengembangan dan pengawasan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku.

(23)

Sesuai dengan rencana strategi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Tahun 2005 – 2009 pemberdayaan industri kecil melalui pembinaan pengrajin yang menjadi tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dilaksanakan secara terus – menerus dengan selalu memperhatikan aspek – aspek diantaranya :

a. Pembinaan berupa pendidikan dan latihan, studi banding serta magang

tentang manajemen kewirausahaan, pembukuan, keuangan, pemasaran dan pengembangan teknologi produksi.

b. Penguatan aspek permodalan, efisiensi proses, spesifikasi mutu.

c. Pengembangan pola kemitraan berdasarkan prinsip saling

menguntungkan dan membutuhkan.

d. Bantuan fasilitas diberikan secara selektif dalam bentuk sarana dan prasarana.

Untuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan usaha kecil melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha – usaha disertai dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung. Menata struktur dunia usaha sehingga tercipta lapisan usaha kecil yang kokoh dan saling menyanggah dengan lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan usaha besar.

Adapun program pembinaan usaha kecil yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan meliputi :

(24)

 

  17

Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan dari pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan, baik dalam bidang manajemen, pengetahuan kewirausahaan, penguasaan teknologi, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan kesempatan usaha secara merata.

2.2.2. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Menurut Prijono dan Prananka (1996 : 44) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan.

(25)

mempertanggungjawabkan idenya. Di pihak lain, Freire sebagaimana dikutip Soetrisno (1995 : 8) mengatakan bahwa pemberdayaan bukan hanya sekedar memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumber daya alam dan dana pembangunan, akan tetapi merupakan upaya untuk mendorong masyarakat untuk mencari cara menciptakan kebebasan dan struktur - struktur yang operesif atau dengan kata lain empowerment berarti partisipasi masyarakat dalam politik.

2.2.3. Pengertian Usaha Kecil

Untuk lebih memperjelas tentang pengertian usaha kecil maka berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat yang berkenaan mengenai usaha kecil.

Ir. Soepari, mengungkapkan bahwa kriteria usaha kecil oleh Bank Indonesia didefinisikan melalui kekayaan yang dimiliki oleh usaha tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat diperinci sebagai berikut :

a. Pengusaha atau perusahaan yang memiliki kekayaan bersih kurang

lebih dua puluh juta rupiah.

b. Memiliki modal kerja bersih kurang lebih dari sepuluh juta rupiah.

Dimaksudkan dengan pengertian modal kerja bersih disini adalah selisih antara jumlah harta lancar dengan jumlah kewajiban hutang jangka pendek.

(26)

 

  19

usaha disini adalah lamanya jangka waktu yang diperlukan dalam satu proses produksi dan proses penjualan. (HIPKI, 1979 : 67)

Pengertian lain mengenai usaha kecil diungkapkan oleh Radius Prawira dalam simposium Pengembangan dan Perlindungan terhadap usaha kecil, dan usaha kecil didefinisikan sebagai badan usaha yang karena terbatas kemampuan mengelola dan berorganisasi, modal serta ketrampilan hanya mampu melakukan kegiatan usaha di bidang – bidang tertentu dan dengan volume yang sesuai dengan kemampuannya tersebut. (HIPKI, 1974, 124)

Usaha kecil ialah suatu usaha dimana pemiliknya langsung mengendalikan tenaga pelaksana dan dimana ia tetap memegang pengendalian yang ketat atas seluruh kegiatan usahanya. (Whitehead, 1981, 14)

Usaha kecil dapat digolongkan menjadi dua pengertian, yang penjelasannya sebagai berikut :

a. Usaha kecil adalah usaha yang dapat digolongkan ke dalam perusahaan kecil karena di dalamnya hanya mempunyai atau mempekerjakan tenaga buruh atau pegawai kurang dari seratus orang.

b. Usaha kecil adalah usaha – usaha yang dimiliki oleh perorangan dan diurus sendiri oleh pemiliknya, biasanya bersama- sama dengan anggota keluarganya. (Whitehead, 1981, 16)

(27)

oleh perorangan yang dikelola bersama – sama dengan anggota keluarga dan mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal, manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan dari usaha kecil itu sendiri.

2.2.4. Pengertian Peranan

Sebelum memahami pengertian peranan, perlu kita ketahui dulu arti dari ‘’peran’’. Menurut Taliziduhu Naraha (1990 : 110), peranan adalah aspek dinamis suatu lembaga. Peranan mewakili suatu lembaga secara menyeluruh, tetapi ada beberapa diantaranya yang secara simbolis dapat dianggap mewakili lembaga yang bersangkutan secara total. Peranan mempunyai maksud strategis di dalam masyarakat, sebab peranan tersebut tidak saja mewakili lembaganya sendiri melainkan juga merupakan faktor integratif antara suatu lembaga.

Menurut Miftah Thoha (1992 : 257) suatu peranan dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal.

Sedangkan menurut Soerjono Soekamto (1998 : 220), peranan merupakan aspek yang dinamis dari pengertian tersebut, bahwa peranan merupakan tindakan yang dilakukan karena suatu kedudukan.

(28)

 

  21

lembaga – lembaga atau organisasi di lingkungan masyarakat, maka fungsi yang dilaksanakan yang berdampak pada masyarakat merupakan suatu peranan dari organisasi tersebut.

Menurut Riswandi (1992 : 65), peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan maka dia menjalankan peranannya.

Sedangkan menurut D. Hendro Puspito (1998 : 182), peranan merupakan suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau tugas seseorang dan dibuat atas dasar tugas – tugasnya yang nyata dilakukan seseorang.

(29)

2.3. Kerangka Berfikir

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Sumber : Landasan Teori yang sudah diolah

Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Rencana strategi tahun 2005 - 2009

Pembinaan usaha kecil

Peningkatan SDM

(30)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan metode yang sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang hendak diteliti, dalam arti suatu metode yang mampu menanamkan data yang relevan dan kebenaran yang dapat dipercaya.

Metode penelitian adalah penentuan metode yang sering pula disebut dengan strategi pemecahan masalah, karena pada tahap ini mempersalahkan bagaimana masalah penelitian yang ada dipecahkan atau ditemukan jawabannya.

Agar dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu, peminat penelitian sosial dituntut agar menunjukkan kemampuan dalam melihat sesuatu masalah dengan gejala lainnya, kemampuan untuk mengungkap realitas kehidupan masyarakat secara obyektif, tepat dan tidak biasa. Untuk itu peneliti harus memilih mengoperasikan metodologi penelitian berdasarkan permasalahan yang dihadapi.

(31)

dalam Lexy J. Moleong (2002 : 3) yang mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang – orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Metode kualitatif tidak menggunakan sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut penelitian. Penelitian kualitatif sering berupa studi kasus atau multi kasus.

3.2 Fokus Penelitian dan Instrumen Penelitian 1. Fokus Penelitian

Fokus itu pada dasarnya adalah masalah, masalah dalam hal ini adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua atau lebih faktor, maksud dan tujuan penelitian ini adalah mencari jawaban dari masalah yang timbul.

Fokus penelitian sangat penting dalam usaha menentukan batasan – batasan atau cakupan yang akan dilakukan, dimana dengan diterapkannya fokus penelitian akan lebih jelas dan juga mempertajam dalam analisis pembatasan.

(32)

 

  25

a. Kegiatan peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan usaha pendidikan dan latihan – latihan yang meliputi :

1. Pelatihan kewirausahaan, adalah kegiatan pelatihan yang bertujuan

untuk mengembangkan jiwa wirausaha, dengan meningkatkan pengetahuan serta sikap wirausaha, antara lain dengan jalan :

- Memberikan penyuluhan tentang pengelolaan usaha kepada

pengusaha dan wirausaha baru.

2. Pelatihan Teknologi, adalah pelatihan tentang peningkatan

kemampuan dalam bidang teknologi dan produksi dengan jalan : - Pelatihan kemampuan di bidang teknologi produksi dan

pengendalian mutu.

- Peningkatan kemampuan untuk mengembangkan desain dan teknologi baru.

b. Studi Banding

Merupakan suatu kegiatan yang meliputi materi pelajaran yang bersifat teori dan materi yang bersifat praktek.

2. Instrumen Penelitian

(33)

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data atau quisioner. Dalam mencari tahu pengumpulan lebih banyak bergantung pada peneliti sebagai alat pengumpul data.

3.3 Situs Penelitian

Situs penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data.

Agar memperoleh data yang akurat atau kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan situs penelitian ini pada wilayah desa Prandon Ngawi dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan :

1. Pengrajin kripik tempe yang berpusat di desa Prandon Ngawi merupakan tempat dilaksanakan penelitian.

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai instansi atau lembaga yang bertanggungjawab memajukan usaha kecil tersebut.

3. Pelanggan makanan kripik tempe.

3.4 Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain – lain (Loflan dan Loflan dalam Moleong, 2002 : 112).

(34)

 

  27

1. Kata – kata

Informan atau orang, yang dipilih sebagai sumber utama yaitu Bapak Sugiri selaku Kepala Seksi Bidang Perindustrian dan kemudian dikembangkan kepada pegawai Koperindag, pengrajin kripik tempe dan pelanggan kripik tempe.

2. Tindakan

Peristiwa atau situasi yaitu peristiwa – peristiwa atau situasi, fenomena yang terjadi atau pernah terjadi dan yang sesuai atau relevan dengan fokus penelitian.

3. Dokumen dan catatan yang relevan dengan fokus penelitian

Untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian dapat dipergunakan dua jenis data, yaitu :

1. Data Primer

Yaitu data – data informasi yang diperoleh secara langsung dari informan atau faktor – faktor pada saat dilaksanakannya penelitian, dengan cara melalui daftar pertannyaan dan diberikan oleh penulis kepada pengrajin kecil yang ada di desa Prandon Ngawi.

2. Data Sekunder

Yang dimaksud dengan data sekunder yaitu yang berupa :

a. Pengamatan secara langsung, pengamatan ini dilakukan oleh peneliti di lokasi usaha kecil makanan tersebut.

(35)

Dokumen dalam hal ini berupa foto yang menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi – segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

c. Laporan dan Arsip – arsip

Dilihat dari sumber data, bahwa tambahan yang berasal dari sumber buku dan majalah, sumber dari arsip pribadi maupun resmi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan diperoleh melalui data primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Interview (wawancara)

Pada teknik ini, peneliti melakukan wawancara guna memperoleh data dan informasi yang relevan dengan permasalahan yang ingin dipecahkan. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan: a. Kepala seksi bidang Perindustrian Kabupaten Ngawi

b. Pengrajin kripik tempe. c. Pelanggan kripik tempe

(36)

 

  29

2. Observasi

Peneliti mengadakan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung/melihat dari dekat obyek penelitian. Observasi dilakukan terhadap tanggapan, sikap, perilaku dan pemikiran dari kelompok sasaran terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh para birokrat dalam rangka pembinaan usaha kecil makanan kripik tempe. Pengamatan terbagi atas :

a. Pengamatan terbuka

Adalah pengamatan secara terbuka oleh subyek, sedangkan sebaliknya para subyek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengintai hal yang dilakukan oleh mereka.

b. Pengamatan tertutup

Adalah pengamatan yang beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subyeknya. Biasanya dilakukan penelitian di tempat hiburan, taman, bioskop, lapangan dan tempat hiburan lainnya (Moleong, 2002 : 126 – 127).

3. Dokumentasi

(37)

peran pemerintah dalam pembinaan usaha kecil makanan kripik tempe, serta dokumen lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Dokumen dibagi menjadi 2, yaitu dokumen pribadi adalah catatan/karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Sedangkan dokumen resmi terbadi atas dokumen internal yang berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri, dan dokumen eksternal yang berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan pada media massa (Patton dalam Maleong, 2002 : 161 – 163).

4. Catatan Lapangan

Menurut Bogdam dan Biklen dalam Moleong (2002 : 153) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan reaksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

3.6 Teknik Analisa Data

(38)

 

  31

1. Pengumpulan Data

Dilakukan melalui observasi, wawancara dan pengumpulan dokumentasi terhadap pihak terkait.

2. Reduksi Data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan terakhir di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, menyerahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik.

3. Pengujian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisa data adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

(39)
[image:39.612.151.495.173.308.2]

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisa Data : Model Interaktif

Sumber : Miles dan Hubberman (1992 : 20)

Berdasarkan uraian di atas, jelaskan bahwa data yang diperoleh secara langsung di lapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka, tetapi berisikan tentang uraian yang menggambarkan hasil sesuai dengan angka-angka, tetapi berisikan tentang uraian yang menggambarkan hasil sesuai dengan data yang telah dianalisis kemudian diinterpretasikan. Masalah yang akan dihadapi akan diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori serta temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung, kemudian dibuat kesimpulan untuk memecahkan masalah tersebut.

3.7 Keabsahan Data

Untuk menerapkan keabsahan data pada penelitian ini terdapat 4 kriteria keabsahan data dan teknik pemeriksaan keabsahan data yang menurut Lincoln dan Gruba dalam Moleong (2002 : 173) sebagai berikut :

Pengumpulan Data

Kesimpulan-kesimpulan Penarikan

atau Verifikasi

(40)

 

  33

1. Credibility (Derajat Kepercayaan)

Teknik pemeriksaan yang digunakan untuk meningkatkan derajat kepercayaan terhadap data adalah dengan memperpanjang keikutsertaan pada latar penelitian dan pengamatan yang memungkinkan ke alam penelitian.

2. Transferability (Keeralihan)

Konsep ini menyatakan bahwa suatu penemuan dapat berlaku/diterapkan pada semua atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu.

3. Dependability (Ketergantungan)

Untuk menentukan ketergantungan pada peneliti menggunakan teknik audit ketergantungan dengan mengecek sejauh mana data digunakan dalam analisis.

4. Confirmability (Kepastian)

(41)

34 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Dalam bagian ini, peneliti akan memberikan gambaran secara mendalam tentang kondisi geografis obyek penelitian yang bertempat di Desa Prandon, Kabupaten Ngawi. Adapun gambaran obyek yang akan peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :

4.1.1. Letak Geografis Ngawi

Ngawi merupakan kabupaten yang terletak di ujung barat Propinsi Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Madiun, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah).

(42)

 

  35

kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan.

4.1.2. Gambaran Umum Desa Prandon 4.1.2.1. Letak Wilayah

Desa Prandon terletak di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi tepatnya di sebelah barat daya Kota Ngawi dengan batas – batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Pangkur 2. Sebelah Selatan : Desa Karangasri 3. Sebelah Barat : Sungai Bengawan Solo 4. Sebelah Timur : Desa Padas

Desa Prandon memiliki luas 151.360 hektar. Jarak yang ditempuh dari pusat kota Ngawi menuju Desa Prandon adalah + 2 km.

4.1.2.2. Jumlah Penduduk

Desa Prandon menurut catatan Dinas Kependudukan pada awal bulan Mei 2008 memiliki penduduk sebanyak 2.830 orang, terdiri dari 7 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga).

(43)
[image:43.612.133.473.145.225.2]

Tabel 4.1.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Laki – laki 1.229 43,4

2 Perempuan 1.601 56,6

Total 2.830 100

Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Ngawi Tahun 2008

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Prandon memiliki jumlah perempuan yang lebih besar daripada laki-laki, yaitu masing-masing adalah perempuan 1.601 orang dan laki – laki 1.229 orang, sehingga jumlah total 2.830 orang. Dilihat dari komposisi jumlah penduduk tersebut, Desa Prandon memiliki persebaran penduduk yang cukup merata. Dari jumlah penduduk tersebut, usaha kerajinan di Desa Prandon tidak hanya didominasi oleh laki – laki saja namun berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penduduk perempuan juga terlibat dalam industri kerajinan kripik tempe di Desa Prandon tersebut.

Jumlah penduduk Desa Prandon menurut agama yang dianut masyarakat setempat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah (orang) Presentase ( % ) 1 2 3 4 5 Islam Kristen Katolik Hindu Budha 2.756 - 74 - - 92,4 - 7,6 - -

Jumlah 2.830 100

[image:43.612.134.474.571.694.2]
(44)

 

  37

[image:44.612.134.474.345.459.2]

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Prandon menganut agama Islam yaitu sebesar 92,4%, sedangkan masyarakat yang menganut agama Katolik hanya 7,6%. Jumlah mayoritas penduduk Desa Prandon yang beragama Islam tersebut sesuai dengan data di lapangan yang menyebutkan bahwa bangunan tempat ibadah untuk umat Islam lebih banyak daripada pemeluk agama lainnya. Adapun data tempat ibadah di Desa Prandon dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Jumlah Tempat Ibadah

No Tempat Ibadah Jumlah (buah) Presentase ( % ) 1

2 3 4

Masjid / Mushola Gereja Pura Wihara 20 1 - - 95,24 4,76 - -

Jumlah 2.830 100 Sumber : Monografi Desa Prandon Tahun 2008

Dari tabel 4.3 tersebut diatas dapat dilihat bahwa jumlah masjid / mushola tempat ibadah untuk umat Islam berjumlah 20 buah, sedangkan jumlah gereja yang berada di Desa Prandon hanya 1 buah. Artinya, masyarakat setempat yang mayoritas beragama Islam tidak akan kesulitan untuk melaksanakan ibadahnya dengan jumlah tempat ibadah yang memadai.

(45)
[image:45.612.144.498.139.265.2]

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Prandon

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang) Presentase ( % ) 1

2 3 4

Tamat Akademi ( Universitas ) Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD - 1.633 66 368 - 87,3 3,2 9,5

Jumlah 2.067 100

Sumber : Monografi Desa Prandon Tahun 2008

Dari tabel 4.4 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Tamat SMA yaitu 87,3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata – rata tingkat pendidikan masyarakat Desa Prandon tergolong dalam tingkatan yang cukup tinggi. Desa Prandon tidak memiliki penduduk yang mampu meneruskan pendidikan ke jenjang sarjana, hal tersebut dibuktikan dengan data diatas yang tidak menyebutkan seorang pun masyarakat Desa Prandon yang Tamat dari Perguruan Tinggi yaitu 0%. Jika ditinjau dari kultur masyarakat Desa Prandon memang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya tingkat pendidikan, sebab masyarakat Desa Prandon beranggapan bahwa pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga merupakan hal yang lebih penting dari pendidikan.

4.1.3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi

(46)

 

  39

sejarah, tujuan, struktur organisasi dan komposisi pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

4.1.3.1. Lokasi Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi

Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi beralamat di Jalan PB. Sudirman No. 20 Ngawi.

4.1.3.2. Sejarah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dibentuk dan didirikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang berada di Kabupaten Ngawi. Potensi daerah yang berupa kekayaan alam, dan industri rumah tangga yang belum cukup terkelola dengan baik.

Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melihat bahwa potensi – potensi yang besar itu perlu pengelolaan secara optimal. Sehingga untuk mengoptimalkan potensi – potensi tersebut, pemerintah daerah tergerak hatinya dan merasa perlu mendirikan suatu lembaga yang bertugas memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan segala potensi yang ada di Kabupaten Ngawi.

(47)

merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi. Program satuan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi untuk pengembangan industri kecil dan menengah sesuai dengan PROPEDA Kabupaten Ngawi Tahun 2006 adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan industri rumah tangga 2. Peningkatan kemampuan industri 3. Penataan struktur organisasi.

Berpedoman dari PROPEDA 2006 Kabupaten Ngawi dan Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Tahun 2002 Departemen Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi melakukan upaya untuk mengembangkan industri kerajinan kripik tempe, salah satunya yaitu yang berada di Desa Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.

4.1.3.4. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi

(48)

 

  41

khususnya dalam proses implementasi di lapangan, sub dinas perindustrianlah yang lebih fokus pada proses pemberdayaan kerajinan kripik tempe di Desa Prandon. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi :

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Dalam Pemberdayaan Pengrajin Keripik Tempe

Industri Kecil dan Menengah (IKM) seperti kerajinan keripik tempe merupakan segmen industri yang dapat dijadikan wahana dan tumpuan utama yang paling menjanjikan bagi penciptaan wirausaha baru, karena merupakan tatanan terdekat yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang baru memulai berwirausaha.

Menurut Buku Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Tahun 2002, rata - rata IKM di Indonesia mempunyai kelemahan – kelemahan sebagai berikut :

a. Produk – produk IKM kebanyakan masih belum mempunyai daya tembus ke pasar dunia / ekspor.

(49)

c. Penguasaan teknologi produksi dan produk serta wawasan orientasi mutu pada sebagian besar pelaku IKM masih terbatas dan belum maju, termasuk inovasinya.

d. Kemampuan agresifitas mengakses pasar para pengusaha masih

tergolong sederhana.

e. Kemampuan permodalan masih terbatas, dan kemampuam mengakses

sumber – sumber dana / permodalan juga terbatas, antara lain tertumbuk masalah kolateral, biaya konsultasi, biaya promosi, penjualan (pameran, brosur, biaya pengujian mutu, pengiriman sampel), yang diperparah pula dengan belum konsistennya keberpihakan sektor keuangan dan perbankan kepada pengembangan IKM.

(50)

 

  43

Adapun kegiatan pelatihan yang pernah dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut : 1. Pelatihan Teknologi Produksi

Metode pelatihan yang digunakan dengan penyuluhan langsung kepada pengrajin. Dimana, proses yang dilakukan gabungan antara teori dan praktek. Teori yang diberikan kepada pengrajin sebagai dasar pengetahuan bagaimana tata cara kerja alat-alat produksi tempe yang akan digunakan. Pelatihan teknologi produksi yang dilaksanakan, dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi bagian Perindustrian yang bekerjasama dengan Dinas Sosial Ketenagakerjaan. Pelatihan yang diselenggarakan dilakukan selama tiga ( 3 ) hari berturut - turut pada minggu kedua bulan Juli tahun 2008, dimana pelatihan tersebut dilaksanakan bertempat di balai desa Prandon. Dan diikuti oleh sekitar 17 pengrajin tempe di daerah Prandon.

(51)

2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran

Metode pelatihan yang digunakan dengan penyuluhan langsung kepada pengrajin, dimana prosesnya hanya berupa teori saja. Pelatihan manajemen dan teknik pemasaran tersebut dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang bekerjasama dengan Dinas Koperasi Kabupaten Ngawi. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi bersamaan waktunya dalam 3 hari tersebut di atas dengan pelatihan teknologi produksi. Dan juga tempat pelaksanaannya sama di balai desa Prandon Ngawi. Peserta yang dilibatkan juga sama dengan pelatihan teknologi produksi.

Kesimpulan yang dapat diberikan, pelatihan manajemen dan teknik pemasaran ini bermanfaat bagi proses pemasaran produk keripik tempe para pengrajin. Tapi sayangnya, antusias para pengrajin kurang maksimal dalam memberikan respon terhadap pelatihan yang diberikan. Sehingga hasil yang dicapai juga tidak sesuai harapan.

3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Bank

(52)

 

  45

Kabupaten Ngawi khususnya sub bagian permodalan sebagai fasilitator untuk bidang pendanaan yang diperlukan oleh para pengrajin. Sehingga para pengrajin dapat memajukan usahanya sehubungan dengan adanya kerjasama di bidang pendanaan kredit bank tersebut.

4. Pelatihan Manajemen Mutu

Pelatihan manajemen mutu yang dilakukan menggunakan metode pelatihan kegiatan seminar dalam sehari yang diselenggarakan bertempat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi pada tanggal 25 Mei 2008 dengan mengundang sekitar 25 orang pengrajin keripik tempe. Dimana proses yang dilakukan hanya berupa teori saja. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang melakukan kerjasama dengan pihak Dinas Koperasi Kabupaten Ngawi.

(53)

Bapak Kemis, salah satu pengrajin keripik tempe mengatakan bahwa : “Kelompok pengrajin disini sering diundang Deperindag untuk mengikuti pelatihan – pelatihan mas, kegiatan itu sangat memberi manfaat bagi kami sebagai pengrajin dalam meningkatkan kualitas kerajinan keripik tempe”.

(Wawancara, tanggal 03 Nopember 2009)

Hal ini senada dengan pernyataan dari Drs. Joko Riyadi, salah satu pegawai dari bidang Perindustrian :

“Secara garis besarnya Deperindag mempunyai tugas dan fungsi yang didalamnya akan mengkoordinasi maupun memfasilitasi usaha – usaha yang dilakukan oleh para pengrajin. Nah, untuk menunjang itu semua Deperindag mengadakan kegiatan – kegiatan seperti pelatihan maupun penyuluhan, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi itu sendiri”.

(Wawancara, tanggal 04 Nopember 2009)

(54)

 

  47

dengan menggelar acara pelatihan maupun non struktur dengan melaksanakan penyuluhan langsung kepada para pengrajin di Prandon.

4.2.2. Program Pelatihan Pengrajin Keripik Tempe Yang Dilaksanakan Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi

Program pembinaan melalui pelatihan kepada pengrajin keripik tempe di Prandon yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi meliputi :

1. Pelatihan Teknologi Produksi

Dari hasil pengamatan di lapangan, hanya sebagian pengrajin di Prandon yang sudah menggunakan peralatan modern, seperti alat penggiling kedelai. Namun, tidak semua kelompok pengrajin memiliki peralatan tersebut. Kegiatan pelatihan teknologi produksi diselenggarakan oleh pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi pada tanggal 11 Juli 2008 dengan memberikan penyuluhan langsung kepada para pengrajin yang diselenggarakan di Balai Desa Prandon. Dimana pihak yang memberikan materi saat itu adalah Kepala Sub Bagian Perindustrian Ir. Suluh Tamtomo yang bekerja sama dengan pihak Dinas Sosial Ketenagakerjaan.

(55)

Salah satu pengrajin yang tidak bersedia disebutkan identitasnya mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

“Seharusnya Deperindag tidak hanya memberi pelatihan, tapi yang lebih dibutuhkan adalah alat – alatnya. Percuma to mas, dikasih pelatihan tapi tidak punya peralatan”.

(Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009).

Namun Drs. Katlan Supari dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi kurang sependapat dengan apa yang dikemukakan pengrajin tersebut, beliau mengatakan :

“Pelatihan tentang penggunaan teknologi itu penting mas, meskipun Deperindag tidak memberikan bantuan peralatan secara langsung. Pelatihan tersebut memberi pengetahuan tentang peralatan baru untuk produksi keripik tempe, sekaligus memberi pengetahuan tentang keuntungan serta bagaimana cara pengoperasiannya. Hal itu juga berguna bagi para pengrajin apabila dikemudian hari memiliki peralatan – peralatan yang modern”.

(Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009)

(56)

 

  49

“Sebenarnya pelatihan – pelatihan seperti itu penting juga mas, tapi bagaimana lagi, kami tidak mempunyai alatnya, kalaupun ada harganya pun tidak bias kami jangkau. Dan alhamdullilah, keadaan kami lebih dari cukup dari usaha yang dilakukan, meskipun tidak ada alat – alat yang modern”.

( Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009 )

Dari pihak Deperindag sendiri mengemukakan pendapatnya yang diwakili oleh Drs. Joko Riyadi :

“Secara khusus, pelatihan mengenai penerapan penggunaan teknologi merupakan sarana yang sangat berguna bagi hasil produksi yang dihasilkan. Pelaksanaannya yang praktis dari sisi waktu maupun tenaga akan banyak membantu para pengrajin. Untuk saat ini memang alat – alat tersebut tidak dipasok oleh Deperindag, mengingat kebijakan dari pusat yang menganggarkan dana untuk bidang yang lainnya”.

( Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009 )

Dari hasil kutipan wawancara tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pelatihan teknologi produksi sangat bermanfaat bagi pengrajin untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas barang kerajinan keripik tempe. Namun bagi pengrajin, kegiatan pelatihan tersebut dirasakan kurang tanpa bantuan peralatan itu sendiri, sedangkan dalam pengadaan bantuan peralatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi menunggu prioritas program dan dana yang dialokasikan untuk pengadaan bantuan peralatan bagi pengrajin keripik tempe di Prandon.

(57)

mengharapkan adanya bantuan peralatan modern, karena alat produksi yang dimiliki pengrajin Prandon masih tradisional. Dengan adanya bantuan alat produksi yang lebih modern, pengrajin Prandon dapat meningkatkan produksi barang kerajinan yang berkualitas.

2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran

Menurut hasil pengamatan di lapangan, kegiatan pelatihan manajemen dan teknik pemasaran pernah diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang dilaksanakan hampir bersamaan dengan kegiatan pelatihan teknologi produksi, yaitu pada tanggal 12 Juli 2008. Yaitu dengan memberikan penyuluhan langsung kepada para pengrajin, yang nantinya mengundang perwakilan pengrajin di Kabupaten Ngawi untuk mengikuti beberapa pameran hasil produk unggulan dari Kabupaten Ngawi di berbagai tempat, seperti Jakarta dan Surabaya, untuk memberikan kemajuan bagi pengrajin keripik tempe di Prandon khususnya. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Prandon yang dihadiri oleh sekitar 20 pengrajin keripik tempe di Prandon.

(58)

 

  51

Bapak Yanto, salah satu pengrajin keripik tempe yang mengikuti kegiatan pelatihan tersebut mengatakan :

“Kegiatan ini banyak membantu saya dan teman – teman para pengrajin keripik tempe disini mas. Karena kami jadi mengerti cara – cara mengemas produk kami supaya dapat menarik pelanggan. Apalagi akan diadakan pameran ke luar kota, harapan saya pelanggan saya bisa bertambah”.

( Wawancara, tanggal 25 Mei 2010 )

Bapak Heri salah satu pengrajin keripik tempe yang pernah mengikuti pameran ke luar kota mengatakan :

“Dengan adanya pameran produk unggulan, saya lebih mudah menjual dagangan saya. Dulu sebelum adanya pameran produk unggulan, permintaan pesanan hanya dari daerah Ngawi saja. Sekarang permintaan pesanan dagangan saya sudah ada yang dari Surabaya”. ( Wawancara, tanggal 17 Oktober 2009 )

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Bapak Warsito, salah satu pengrajin keripik tempe di Prandon, beliau mengemukakan :

“Kegiatan pelatihan manajemen dan pemasaran telah memberikan manfaat kepada saya untuk menjalankan usaha ini. Apalagi setelah Deperindag melaksanakan program pameran produk unggulan yang diadakan di kota – kota besar, sehingga usaha kami lebih berkembang”.

( Wawancara, tanggal 17 Oktober 2009 )

Bapak Drs. Katlan Supari dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi mengemukakan pendapatnya tentang kemajuan yang dicapai para pengrajin keripik tempe di Prandon, beliau mengatakan :

(59)

merupakan salah satu unsur manajemen kegiatan usaha, Deperindag juga pernah mengikutsertakan produk unggulan dari Kabupaten Ngawi, salah satunya adalah keripik tempe ke tingkat pusat, yaitu di Jakarta. Dimana pada saat itu Kabupaten Ngawi berangkat bersama dengan beberapa kabupaten lainnya untuk mewakili Propinsi Jawa Timur”.

( Wawancara, tanggal 17 Oktober 2009 )

Dari beberapa data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah berperan dalam upaya meningkatkan pendapatan pengrajin keripik tempe di Prandon. Upaya – upaya tersebut dibuktikan dengan pameran produk unggulan yang dikirim ke kota – kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.

Kegiatan pelatihan serta upaya tindak lanjut dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi untuk mengadakan pameran produk unggulan adalah bukti bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Dinas ini telah mencapai sasaran. Hal tersebut didukung dengan beberapa pernyataan dari sumber ( pengrajin ) di lapangan, yang menyatakan bahwa dengan adanya pameran produk unggulan telah membawa dampak yang positif bagi pengrajin dengan semakin luasnya akses pemasaran produk kerajinan yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan bagi pengrajin itu sendiri.

3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Bank

(60)

 

  53

Ngawi. Pelatihan ini diprakarsai oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan bagian Permodalan dengan melakukan kerjasama dengan bank daerah setempat, yang nantinya diperuntukkan bagi pengrajin keripik tempe di Prandon. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 13 Juli 2008, yang bertempat di Balai Desa Prandon.

Salah satu pengrajin yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan tersebut adalah Bapak Kemis, beliau mengemukakan bahwa :

“Pelatihan tersebut bermanfaat bagi saya dan rekan – rekan pengrajin disini, karena setelah adanya kegiatan tersebut pihak Deperindag mengundang pengrajin disini untuk menawarkan pinjaman modal kepada kami”.

( Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009 )

Bapak Warsito, salah satu pengrajin keripik tempe yang pernah mengikuti pelatihan tersebut mengatakan :

“Dengan adanya acara seperti ini kami sebagai pengrajin jadi banyak terbantu untuk mengembangkan usaha kami. Apalagi banyak dari antara kami para pengrajin yang baru menekuni usaha ini. Bantuan modal yang diberikan lumayan besar mas, tapi juga untuk mengembalikannya bunganya tidak terlalu besar, dan juga waktunya lumayan lama. Alhamdullilah kami tidak terlalu repot – repot sekarang mikir masalah dana”.

( Wawancara, tanggal 25 Mei 2010 )

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Giri, salah satu pengrajin keripik tempe yang mengikuti pelatihan ini, beliau menyatakan bahwa :

“Saya salah satu orang yang berterima kasih mas kepada Deperindag. Karena mereka peduli terhadap kami para pengrajin disini. Sekarang semua bahan pokok sudah banyak yang naik, mau tidak mau kami harus cari tambahan modal untuk mencukupi kubutuhan usaha kami”.

(61)

Bapak Drs. Dhoni Sanjaya dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi mengemukakan pendapatnya :

“Yang paling utama dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan taraf hidup pengrajin keripik tempe yang ada di Prandon khusunya. Pihak Deperindag sendiri hanya sebagai fasilitator bagi kepentingan para pengrajin yang bekerja sama dengan pihak bank. Yang terjadi sebelumnya jika mereka kesulitan untuk mencari modal, yang ada mereka berhubungan dengan pihak – pihak yang kurang efisien dalam memecahkan masalah tersebut. Akhirnya, hanya timbul masalah baru yang ujung – ujungnya memberatkan pengrajin itu sendiri”.

( Wawancara, tanggal 25 Mei 2010 )

Bapak Drs. Joko Riyadi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi juga mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan pelatihan ini, beliau mengatakan :

“Dalam pelatihan kali ini banyak memberikan solusi bagi pengrajin untuk mengembangkan usahanya. Dari pinjaman lunak dengan bunga yang ringan sampai dengan pendirian KOPTI yang memudahkan pengrajin untuk memajukan usahanya. Dari adanya koperasi tersebut segala kebutuhan para pengrajin dapat terpenuhi”. ( Wawancara, tanggal 25 Mei 2010 )

(62)

 

  55

Dari data – data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan yang di fasilitatori oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah memberikan manfaat bagi pengrajin keripik tempe di Prandon. Hal itu dibuktikan dengan telah berdirinya Koperasi Pengrajin Tempe (KOPTI) yang berada di desa Prandon. Koperasi tersebut berdiri setelah diadakannya pelatihan Perkreditan dan Perbankan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi.

Dengan adanya KOPTI di Prandon, yang merupakan hasil dari pelatihan perkreditan dan perbankan yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi memberikan kemudahan bagi para pengrajin untuk mendapatkan modal demi kelancaran usahanya.

4. Pelatihan Manajemen Mutu

(63)

Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang diwakili oleh Drs. Katlan Supari mengemukakan pendapatnya :

“Kegiatan pelatihan manajemen mutu perlu diberikan kepada pengrajin agar dapat mengelola kegiatan usahanya, artinya pelatihan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan bahwa dalam melakukan kegiatan usaha, setiap individu baik itu pemilik maupun pekerja bertanggung jawab atas kelancaran usahanya”.

( Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009 )

Ibu Heri, salah satu pengrajin keripik tempe mengemukakan bahwa

“Saya pernah ikuti pelatihan manajemen mutu, yang saya dapatkan dari pelatihan itu adalah ilmu untuk mengelola usaha ini dengan baik, sehingga mampu membuat barang – barang yang bagus”. ( Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009 )

Dari hasil kutipan wawancara tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pelatihan manajemen mutu perlu diberikan untuk meningkatkan kualitas mutu hasil produksi kerajinan keripik tempe.

(64)

 

  57

keripik tempe Prandon mampu menembus pasar nasional adalah bukti bahwa kegiatan usaha kerajinan di Prandon telah mengalami kemajuan.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Dalam Pemberdayaan Pengrajin Keripik Tempe

Kelemahan – kelemahan yang dialami rata – rata UKM ( Usaha Kecil Menengah ) di Indonesia termasuk kerajinan keripik tempe di Prandon Ngawi yang tercantum dalam Buku Rencana Induk Pengembangan UKM Tahun 2002 telah ditanggapi dan diatasi dengan upaya pemberdayaan melalui kegiatan – kegiatan pelatihan. Langkah tersebut ditunjukkan oleh Stewart dalam salah satu langkah sebagai petunjuk, indikator bagi organisasi yang akan melakukan pemberdayaan, yaitu menyingkirkan rintangan – rintangan. Artinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah melakukan proses pemberdayaan dengan menyingkirkan rintangan – rintangan yang dalam hal ini adalah mengatasi kelemahan – kelemahan yang dialami pengrajin keripik tempe di Prandon dengan kegiatan pelatihan – pelatihan.

(65)

dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi merupakan sebuah instansi di tingkat daerah yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai arahan Program Pembangunan Nasional ( PROPENAS ) 2000 yang mempunyai tugas untuk mengembangkan usaha kecil dilaksanakan melalui program sebagai berikut:

1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif

2. Program peningkatan akses kepada Sumber Daya Produktif

3. Program pengembangan kewirausahaan dan PKMK keunggulan

kompetitif

Program yang tercantum dalam PROPENAS 2000 tersebut merupakan langkah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang menurut Miftah Toha dikatakan sebagai sebuah peranan yaitu sebagai suatu rangkaian perilaku yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya surat kantor yang mudah dikenal. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah melakukan sebuah peranan.

(66)

 

  59

Koperasi (PKMK) dalam dimensi pembangunan nasional yang berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah antar golongan, pendapatan dan antar pelaku ataupun penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu pengembangan sektor usaha tersebut mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional. Untuk itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi melakukan beberapa pelatihan yang menurut Ir. Suluh Tamtomo, selaku Kepala Sub Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi bertujuan untuk meningkatkan gerak langkah serta kualitas pengrajin, sehingga dapat menghasilkan produk kerajinan yang bermutu tinggi. Adapun kegiatan pelatihan tersebut meliputi :

1. Pelatihan Teknologi Produksi

2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran 3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Perbankan 4. Pelatihan Manajemen Mutu

(67)

Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan pengrajin keripik tempe di Prandon dengan mengadakan beberapa kegiatan pelatihan.

4.3.2. Program Pelatihan Pengrajin Kripik Tempe yang Dilaksanakan Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi.

1. Pelatihan Teknologi Produksi

Pemberdayaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi melalui kegiatan pelatihan teknologi produksi belum maksimal, hal tersebut sesuai dengan teori Nawawi yang menyebutkan bahwa pemberdayaan melalui pembinaan dilakukan dengan memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau kecakapan, keahlian, kesejahteraan, pemberian stimulus, pembinaan disiplin dan lain – lain. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam hal ini, hanya memberikan pelatihan yang diartikan oleh Nawawi sebagai upaya meningkatkan pengetahuan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi belum memberikan stimulus berupa peralatan yang lebih dibutuhkan pengrajin. Artinya, upaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam melaksanakan pelatihan teknologi yang telah dilakukan, bukan sebuah kegiatan pemberdayaan yang maksimal.

(68)

 

  61

peralatan, namun dalam PROPEDA tahun 2006 menyebutkan bahwa, bantuan fasilitas diberikan secara selektif. Pengrajin Kripik tempe harus menunggu prioritas program pengadaan alat karena saat ini program Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi masih dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya.

2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan pengrajin di bidang manajemen dan teknik pemasaran yang oleh Steward diungkapkan, bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam penyelenggaraan pelatihan manajemen dan teknik pemasaran adalah indikator bahwa organisasi tersebut melakukan pemberdayaan yaitu dengan mendidik.

(69)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan di bidang manajemen dan teknik pemasaran.

3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Perbankan

Proses pemberdayaan yang menurut Prijono dan Prananka dapat dilakukan melalui tahap partisipatoris yaitu dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintah bersama masyarakat, dan untuk rakyat. Kegiatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam menggelar acara pelatihan pendanaan kredit Bank menunjukkan bahwa Deperindag telah melakukan pemberdayaan sesuai teori Prijono dan Prananka.

Pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Kartasasmita dapat ditempuh dengan memanfaatkan dana masyarakat melalui Bank, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan sebagai pihak fasilitator yang menghubungkan pengrajin dengan pihak Bank agar dapat memberikan pinjaman modal.

(70)

 

  63

Kabupaten Ngawi telah memberdayakan kegiatan pengrajin kripik tempe di Prandon melalui penguatan aspek pemodalan dengan langkah membangun sarana untuk memperoleh permodalan dengan cepat, bunga rendah, dan prosedurnya mudah, dengan memprakarsai berdirinya KOPTI di Parndon.

4. Pelatihan Manajemen Mutu

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah melakukan langkah mendidik dengan menyelenggarakan kegiatan pelatihan tentang manajemen mutu.

Menurut Buku Induk Rencana Pengembangan Industri Kecil dan Menengah ( RIP – UKM 2002 ) Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Pelatihan Manajemen Mutu adalah suatu kelompok karyawan, dari area kerja yang sama atau mempunyai cara kerja yang berbeda tapi mempunyai keterkaitan persoalan yang sama, yang melakukan pertemuan secara teratur mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan persoalan untuk pemeliharaan, perbaikan dan atau peningkatan kualitas.

Pelatihan manajemen mutu mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran bagi setiap tingkatan manajemen dan

(71)

2. Mampu menerapkan teknik – teknik kendali mutu di setiap unit kerja.

3. Mampu mencegah terjadinya permasalahan mutu sebelum

sampai ke tangan pelanggan.

4. Meningkatkan partisipasi seluruh karyawan dalam pemecahan

masalah mutu.

Hasil yang diharapkan dari adanya pelatihan manajemen mutu adalah :

a. Proses produksi dan out put terkendali kualitasnya b. Menyajikan barang dan jasa sesuai dengan tuntuan pasar. c. Kualitas menjadi tanggung jawab setiap orang (partisipasi). d. Keterpaduan dalam pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan.

(72)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam pemberdayaan pengrajin keripik tempe di Prandon Ngawi untuk mengatasi kelemahan – kelemahan menyangkut masalah teknologi, pemasaran, permodalan serta kualitas dengan melakukan kegiatan pelatihan – pelatihan dapat ditarik simpulkan sebagai berikut :

1. Pelatihan Teknologi Produksi

Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi belum maksimal karena pelaksanaannya hanya dengan memberikan penyuluhan langsung kepada pengrajin, tanpa adanya bantuan peralatan.

2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan pengrajin keripik tempe, karena akses pemasaran pengrajin lebih luas dengan adanya pameran produk unggulan.

3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Bank

(73)

koperasi simpan pinjam atas prakarsa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi.

4. Pelatihan Manajemen Mutu

Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdaga

Gambar

Gambar 1 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1
Tabel 4.1.
Tabel 4.3 Jumlah Tempat Ibadah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 1 siklus dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu pada siswa menggunakan model

peranan harga dalam meningkatkan volume penjualan pada Ayam

Diharapkan masukan yang diberikan dapat menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan ataupun keputusan oleh pihak manajemen, dalam pemberian kompensasi, motivasi dan

Pada proses catalytic cracking, sebelum minyak dipisahkan menurut fraksi-faksinya, terlebih dahulu dikonversikan di Reaktor, dimana dalam proses tersebut dibantu

Dengan kata lain, diharapkan paradigma berfikir masyarakat Islam khususnya, pada akhirnya akan menjadi lebih terbuka dan progresif sehingga bahasa Arab tidak sekedar untuk

Historia y Comunicación Social (Madrid: Universidad Complutense, núm. 15, 2010) La globalización y sus efectos en las lenguas y los medios de comunicación son parte de

Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid Menurut Status di Kecamatan Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2013/2014.... Jumlah Sekolah, Kelas,

Dari beberapa hasil data proses berfikir matematis siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pecahan yang di tinjau dari tipe kepribadian keirsey, dapat