NOMOR: 370/SKRIPSI/PSI-FIP/UPI.10.2013
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN (Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Gadis Novianita
0802577
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN
(Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan KebakaranKota Bandung)
Oleh Gadis Novianita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Gadis Novianita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Gadis Novianita (0802577). Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam Kebakaran (Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang petugas pemadam kebakaran yang berstatus sebagai pegawai tetap dan memiliki masa kerja minimal 2 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara yang didukung dengan observasi dan dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan: a) Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung adalah dinas yang berada dibawah Pemerintah Kota Bandung memiliki tugas pokok untuk melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi: pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional, b) Petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung memiliki kesejahteraan psikologis dimana mereka dapat berfungsi dengan segala potensi yang dimiliki dalam bekerja. Kesejahteraan psikologis ini merupakan evaluasi secara subjektif sehingga setiap individu memiliki perbedaan dalam memaknai setiap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis. Usia dan dukungan sosial merupakan faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran.
ABSTRACT
Gadis Novianita (0802577). The Psychological Well-being of Firefighter (Case Study of Psychological Well-being Firefighter Operation Control Section Staff of Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung). Thesis.
Psychology Faculty of Education Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2013).
This research aims to describe psychological well-being of firefighter in office of fire prevention and control in Bandung. This study used qualitative approach with case study method. Subjects in this study were three permanent employee of firefighter with 2 years minimum term. The techniques of data collection that has been used was interviews which are supported by observation and with related documents. The result of this study: a) Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung is the official department under the government of Bandung which has the main task to implement part of regional authorities in the field of fire prevention and suppression, including: prevention, guidance and counseling, and also operational controling. b) Firefighters in Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kota Bandung have psychological well-being in which they can function with all its potential in the work. This psychological well-being is a subjective evaluation, so that each individual has differences to interpret each dimensions of psychological well-being. Age and social support are the factors that affect the psychological well-being of firefighters.
DAFTAR ISI
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DAN PEMADAM KEBAKARAN A. Kesejahteraan Psikologis ... 12
1. Perkembangan Kesejahteraan Psikologis ... 12
2. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ... 15
3. Teori - Teori Kesejahteraan Psikologis ... 16
4. Dimensi - Dimensi Kesejahteraan Psikologis ... 19
5. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Psikologis ... 22
B. Pemadam Kebakaran ... 25
1. Sejarah Pemadam Kebakaran di Dunia ... 25
2. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia... 26
3. Kondisi Pekerjaan Pemadam Kebakaran ... 29
C. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian ... 35
B. Prosedur Penelitian... 36
C. Definisi Operasional... 38
D. Instrumen Penelitian... 38
E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 45 1. Profil Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung ... 45 2. Profil Jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung... 49 3. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam
Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung ... 50 a. Hasil Penelitian Subjek 1 (S) ... 50 1) Riwayat Hidup Subjek 1 (S) ... 50 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 51 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 55 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
Otonomi ... 57 5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 59 6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan
Hidup ... 62 7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi ... 64 b. Hasil Penelitian Subjek 2 (DR) ... 67 1) Riwayat Hidup Subjek 2 (DR) ... 67 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 68 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 72 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
Otonomi ... 74 5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 77 6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan
Hidup ... 82 7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi ... 84 c. Hasil Penelitian Subjek 3 (I) ... 89 1) Riwayat Hidup Subjek 2 (I) ... 89 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 90 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 94 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 99
6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup ... 102
7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi ... 105
B. Pembahasan Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung ... 109
1. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri ... 109
2. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain ... 112
3. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi ... 113
4. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan ... 113
5. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup . 114 6. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi ... 115
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 119
B. Rekomendasi ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 126
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kebakaran di Wilayah Kota Bandung ... 3
Tabel 2.1 Gaji Pemadam Kebakaran Per- Tahun ... 31
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Pedoman Wawancara ... 39
Tabel 3.2 Rencana Teknik Pengumpulan Data ... 41
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung ... 47
Tabel 4.2 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek S ... 54
Tabel 4.3 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain Subjek S ... 56
Tabel 4.4 Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek S ... 58
Tabel 4.5 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan Subjek S ... 61
Tabel 4.6 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek S... 63
Tabel 4.7 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi Subjek S ... 66
Tabel 4.8 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek DR ... 71
Tabel 4.9 Gambaran Hubungan Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Positif Dengan Orang Lain Subjek DR ... 74
Tabel 4.10 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek DR ... 76
Tabel 4.11 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan Subjek DR ... 82
Tabel 4.12 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek DR ... 84
Tabel 4.13 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi Subjek DR ... 88
Tabel 4.14 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek I ... 93
Tabel 4.15 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain Subjek I ... 95
Tabel 4.16 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek I ... 98
Tabel 4.18 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek I ... 104 Tabel 4.19 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi Subjek I ... 108 Tabel 4.20 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam
Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Subjek 1 (S) ... 127
Lampiran 2 Identitas Subjek 1 (S) ... 128
Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Wawancara 1 ... 129
Lampiran 4 Verbatim Subjek 1 Wawancara 2 ... 149
Lampiran 5 Verbatim Significant Other Subjek 1 ... 171
Lampiran 6 Display Data Subjek 1 ... 179
Lampiran 7 Observasi Subjek 1 ... 192
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Subjek 2 (DR) ... 194
Lampiran 9 Identitas Subjek 2 (DR) ... 195
Lampiran 10 Verbatim Subjek 2 Wawancara 1 ... 196
Lampiran 11 Verbatim Subjek 2 Wawancara 2 ... 208
Lampiran 12 Verbatim Significant Other Subjek 2 ... 230
Lampiran 13 Display Data Subjek 2 ... 237
Lampiran 14 Observasi Subjek 2 ... 249
Lampiran 15 Lembar Persetujuan Subjek 2 (DR) ... 252
Lampiran 16 Identitas Subjek 3 (I) ... 253
Lampiran 17 Verbatim Subjek 3 Wawancara 1 ... 254
Lampiran 18 Verbatim Subjek 3 Wawancara 2 ... 267
Lampiran 19 Verbatim Significant Other Subjek 3 ... 285
Lampiran 20 Display Data Subjek 3 ... 289
Lampiran 21 Observasi Subjek 3 ... 300
Lampiran 22 Foto-Foto Kegiatan dan Lingkungan Tempat Kerja Pemadam Kebakaran ... 302
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan hidupnya berada
dalam tekanan, kesulitan, dan tidak bahagia, karena pada kenyataannya setiap
manusia ingin selalu merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Kesejahteraan
dalam hidup dapat berupa terpenuhinya kebutuhan fisik seperti memperoleh
pangan, sandang, papan yang layak dan juga kebutuhan psikis (psikologis) seperti
kesehatan, rasa aman, hubungan sosial hingga aktualisasi diri terhadap potensi
yang dimiliki oleh setiap manusia.
Seperti yang diungkapkan oleh Maslow (Munandar, 2001) dalam teori
hierarki kebutuhan manusia yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri,
dimana ketika kebutuhan paling mendasar (fisiologis) manusia telah tercapai
maka ia merasa puas dan akan menuju tingkat kebutuhan berikutnya yang lebih
tinggi menjadi dominan, tetapi kebutuhan pada tingkat lebih rendah dianggap
menjadi motivator yang lebih kuat dari suatu perilaku. Agar dapat memenuhi
semua kebutuhan tersebut menurut Anoraga (2009) manusia akan terdorong untuk
melakukan serangkaian aktivitas terencana yaitu bekerja, karena melalui bekerja
manusia dapat memperoleh pendapatan (gaji) yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Anoraga (2009) apabila individu dapat mencapai harapan dan tujuannya
dalam bekerja maka akan muncul rasa puas, terutama dalam hal gaji. Namun,
berdasarkan penyelidikan di beberapa negara barat, ternyata gaji hanya
menduduki urutan ketiga sebagai faktor yang memotivasi orang untuk bekerja.
Sedangkan faktor yang paling utama adalah rasa aman dan kesempatan untuk naik
jabatan. Selain kedua faktor tersebut faktor mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri, kondisi kerja yang menyenangkan dan hubungan kerja yang
baik juga tidak kalah penting dalam memotivasi karyawan. Bekerja akan
2
Maka dapat disimpulkan berdasarkan pemaparan di atas bahwa individu
bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial dan fisik saja, tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis untuk mencapai kesejahteraan.
Kesejahteraan karyawan tidak saja tercermin dari kesehatan fisik dan mental,
tetapi juga gambaran adanya keserasian dan keselarasan antara seseorang dengan
pekerjaannya yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan
dan pengetahuan yang dimilikinya (Rachmawati, 2008).
Petugas pemadam kebakaran adalah salah satu pekerjaan yang dapat
dijadikan sebagai profesi oleh masyarakat di seluruh dunia. Pemadam kebakaran
menjadi sangat penting keberadaannya di Indonesia karena kondisi wilayah
Indonesia yang sering kali mengalami bencana alam dan kebakaran, baik yang
terjadi pada bangunan pemukiman, bangunan umum maupun tempat lainnya.
Sepanjang tahun 2011-2012 tercatat sekitar 261 kasus kejadian kebakaran di
wilayah Kota Bandung yang menimpa bangunan pemukiman penduduk (Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, 2013).
Petugas pemadam kebakaran adalah karyawan dinas yang dilatih dan
bertugas untuk menanggulangi kebakaran dan penyelamatan (rescue). Selain
terlatih untuk memadamkan api, menyelamatkan korban dari kebakaran, para
petugas juga dilatih untuk menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, gedung
runtuh, dan lain-lain.
Jika melihat deskripsi pekerjaannya, petugas pemadam kebakaran
merupakan pekerjaan yang berbahaya dan memiliki tingkat risiko kecelakaan
kerja yang tinggi. Schuller (dalam Lestari, 2009) menyatakan beberapa jenis
pekerjaan yang dikategorikan berisiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan
meliputi pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam
kebakaran, pekerja tambang, kontraktor, buruh bangunan, atau bahkan pekerja
cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan
gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan ini dianggap berisiko tinggi karena dapat
menyebabkan luka ringan, luka sedang, luka parah, kecacatan bahkan kematian
3
Para petugas pemadam kebakaran, mereka tidak hanya menghadapi
bahaya api saja tetapi juga kemungkinan bahaya lain seperti bahan-bahan atau gas
kimia beracun yang terhirup saat melakukan pemadaman, bertanggungjawab
untuk menyelamatkan nyawa korban, harta benda dan tentunya nyawa petugas itu
sendiri. Rawannya kecelakaan kerja saat bertugas merupakan salah satu risiko
yang harus dihadapi oleh karyawan tersebut. Namun, besarnya risiko yang harus
ditanggung para karyawan tidak sebanding dengan fasilitas kerja dan keamanan
kerja serta tidak adanya asuransi kecelakaan kerja yang memadai dari pihak
Dinas. Hal ini dibenarkan oleh John Siregar yang menjabat sebagai Kepala Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Bandung pada saat itu (tribunnews.com, 2011):
“Meski sudah menyandang status pegawai negeri sipil (PNS), 210 petugas pemadam kebakaran Kota Bandung tidak memiliki asuransi kecelakaan... dari 210 anggotanya, 150 orang bertugas di lapangan. Sudah tiga tahun ini mereka tidak ditanggung asuransi kecelakaan. Idealnya, para petugas tersebut menerima asuransi kecelakaan. Namun, selama ini mereka menerima fasilitas layaknya seperti yang diterima PNS lain, hanya Asuransi Kesehatan (ASKES). Fungsinya lebih kepada untuk pengobatan
PNS dan keluarganya”.
Keterangan ini senada dengan apa yang di sampaikan oleh salah satu staff Bagian
Umum dan Kepegawaian Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung (2013) yang menyatakan bahwa selama ini apabila karyawan
mengalami kecelakaan kerja, ASKES hanya mengcover sekitar 40% saja dari
keseluruhan biaya pengobatan dan sisanya menjadi tanggungan dari petugas itu
sendiri.
Berikut ini adalah data kebakaran di wilayah Kota Bandung setiap
bulannya dari tahun 2009 – 2012:
Tabel 1.1 Data Kebakaran Di Wilayah Kota Bandung
No Bulan Tahun
2009 2010 2011 2012
1 Januari 5 6 9 7
2 Februari 7 9 10 12
3 Maret 6 5 14 11
4
5 Mei 8 4 9 13
6 Juni 3 4 5 5
7 Juli 14 13 9 13
8 Agustus 14 11 21 17
9 September 25 9 18 23
10 Oktober 15 5 7 14
11 November 4 14 4 8
12 Desember 11 11 8 6
Jumlah Kebakaran 121 101 124 137
Sumber: Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, Januari 2013
Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa jumlah kejadian kebakaran
mengalami angka yang fluktuatif, hal ini disebabkan karena kebakaran tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadi.
Situs Pikiran Rakyat online melaporkan pada Senin 26 November 2012,
hujan deras yang terjadi akhir-akhir ini tak menjamin Kota Bandung bebas dari
ancaman kebakaran. Potensi kebakaran kebanyakan terpicu karena hubungan arus
pendek selama turunnya hujan. Demikian kata Kepala Dinas Kebakaran Kota
Bandung, Alwiansyah Nasution saat ditemui Balai Kota Bandung, Jalan
Wastukencana Bandung, Minggu (26/11/12).
"Selama Oktober-November terjadi sekitar 15-20 kasus kebakaran di Kota Bandung,"ucapnya. Kendati sudah memasuki musim hujan, hubungan arus pendek masih menjadi penyebab dominan terjadinya kebakaran."Kita menduga kebakaran terjadi karena konsleting listrik. Tetapi kalau kepastian penyebab, hal itu wilayah pemeriksaan kepolisian,"katanya.
Pada tahun 2012 hubungan arus pendek listrik menjadi penyebab utama
kebakaran yang terjadi di wilayah Kota Bandung, kemudian disusul oleh
kendaraan bermotor, gardu/tiang listrik, tempat sampah, kompor/gas, lampu
(lampu tempel, lilin), dan rokok (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap beberapa petugas
pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota
Bandung (DPPK), terungkap bahwa dengan kondisi kerja yang berbahaya jaminan
5
Para petugas Pemadam Kebakaran pun menyampaikan harapannya pada
saat pergantian Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung bulan
September 2012 yang lalu, terkait peningkatan kesejahteraan serta penambahan
armada guna membantu kinerja petugas dilapangan. Mereka berharap peningkatan
kesejahteraan tersebut dapat segera ditingkatkan sehingga petugas pun tidak
merasa was-was saat melakukan tugas dilapangan yang sangat berisiko
(http://www.pjtv.co.id, 2012).
Selain risiko tinggi yang dihadapi karyawan pada Bidang Pengendalian
Operasi Pemadaman Petugas Kebakaran harus siap siaga selama 24 jam karena
kebakaran tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Seperti pada saat Lebaran 2011
yang lalu semua anggota lapangan tidak dapat menikmati libur Lebaran.
Kebijakan itu berlaku sejak H-3 sampai H+3 lebaran. Sebelum itu, para petugas
diberi kesempatan untuk mengambil cuti secara bergiliran (inilah.com, 2011). Jadi
bila diperlukan petugas pemadam kebakaran harus siap bekerja, walaupun sedang
dalam keadaan lepas atau libur (Permen PU No. 20 Tahun 2009).
Tak jarang ketika bekerja petugas pemadam kebakaran mendapatkan
lontaran caci maki dan emosi dari warga. Kondisi kepanikan di lokasi kebakaran
juga dapat turut serta mengganggu konsentrasi pemadam saat bertugas
memadamkan api.
Jika melihat deskripsi pekerjaan, jam kerja dan kondisi lingkungan
pekerjaan yang dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran kondisi ini dapat
menimbulkan stress dalam bekerja. Berdasarkan hasil survey di Amerika oleh
Dow Jones (Charles, 2007) mengenai jenis pekerjaan yang banyak menimbulkan
stress, pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran menduduki peringkat
kedua sebagai pekerjaan yang stressfull. Maka dari itu untuk menghadapi kondisi
pekerjaan yang stressfull dan tingginya risiko kecelakaan yang dihadapi saat
bekerja perlu diperhatikan aspek psikologis dari para petugas pemadam
kebakaran.
Cooper (dalam Lestari, 2009) juga berpendapat bahwa ada beberapa
sumber stres kerja yaitu kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan
6
perusahaan memberikan perhatian yang khusus terhadap sumber stres ini, maka
kondisi psikologis karyawan suatu perusahaan akan lebih terjaga, terpelihara dan
sejahtera karena hal ini dapat memengaruhi perilaku mereka, pengambilan
keputusan dan interaksi dengan rekan kerja, dan juga memengaruhi kehidupan
keluarga dan sosial (Warr, 1990, 1978; Rasulzada, 2007).
Menurut penelitian Charles (2007) mengenai hubungan antara
psychological well-being dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran di
Jakarta, kesejahteraan psikologis merupakan salah satu bagian dari moderator
yang mengubah sumber-sumber stres bisa menjadi stres. Kesejahteraan yang
dimaksud di sini adalah pengalaman realisasi diri atas keenam dimensi yang
terdiri dari dimensi otonomi, hubungan postif dengan orang lain, penerimaan diri,
penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan diri. Di mana
kesejahteraan ini bisa saja berbeda pemenuhannya dari satu individu dengan
individu lainnya. Semakin terpenuhi atau tingginya kesejahteraan psikologis
individu yang bersangkutan maka semakin mampu individu tersebut
mengembangkan kapasitas dirinya, sehingga dengan kondisi pekerjaan yang stres
seperti apapun individu menjadi siap untuk menghadapinya.
Bekerja dapat membuat seseorang menjadi sakit dan bekerja juga dapat
membuat seseorang menjadi bahagia, hal ini tergantung pada apa yang dilakukan
dan bagaimana seseorang diperlakukan di tempat kerja. Pekerjaan yang
bermanfaat, yang melibatkan hubungan baik dengan rekan kerja dan kesempatan
merasakan rasa berprestasi secara teratur merupakan faktor kunci dalam
psychological well-being (kesejahteraan psikologis) (Robertson & Cooper, 2011).
Warr pada tahun 1978 (dalam Kusumayanti, 2010) kesejahteraan
psikologis merupakan keadaan yang dirasakan individu dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Menurut Warr kesejahteraan psikologis ini merupakan
pembahasan keberadaan mental negatif seperti ketidakpuasan, ketidakbahagiaan,
kecemasan dan lain-lain sampai dengan pandangan positif seperti ketiadaan dari
ketidakbahagiaan itu yang juga disebut sebagai mental yang positif. Menurut Warr
7
kerja. Lebih lanjut lagi Warr (dalam Lestari, 2009) menyatakan bahwa
aspek-aspek dalam lingkungan bekerja, seperti terlindunginya keselamatan pekerja dan
kesempatan untuk mencapai karir tertentu akan berhubungan dengan well-being
seseorang.
Sedangkan menurut Ryff (1989) kesejahteraan psikologis adalah penilaian
atas evaluasi seseorang terhadap pengalaman dan kualitas kehidupannya. Tingkat
kesejahteraan psikologis seseorang berkaitan dengan tingkat pemungsian positif
yang terjadi dalam hidup orang tersebut. Ryff menawarkan model multidimensi
dari 6 dimensi yang berbeda tentang kesejahteraan psikologis yaitu penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
dalam hidup, dan perkembangan pribadi. Menurut Ryff kesejahteraan psikologis
seseorang akan berkaitan dengan psychological functioning atau kemampuan
berfungsi secara psikologis dengan baik. Ketika kondisi kesejahteraan psikologis
seseorang baik maka psychological functioning orang tersebut akan baik pula.
Berdasarkan kedua pandangan di atas, kesejahteraan psikologis merupakan
evaluasi individu sebagai hasil pemaknaan dari pengalaman hidupnya sehingga
individu dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki sehingga
dengan kesejahteraan psikologis seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
dengan kondisi yang baik, mempunyai kepuasan hidup, bahagia, dan terbebas dari
gejala-gejala depresi.
Penelitian Horn pada tahun 2004 menjelaskan bahwa bila tingkat
kesejahteraan psikologis diaplikasikan dalam bidang pekerjaan maka akan
berguna untuk meningkatkan komitmen individu, produktivitas kerja, pencapaian
target-target dalam bekerja, hubungan dengan rekan kerja serta penguasaan
lingkungan kerja (Horn, 2004).
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa keberadaan dan peran seorang petugas
pemadam kebakaran sangatlah penting dengan segala beban kerja dan risiko yang
harus dihadapi. Maka setiap petugas haruslah memiliki kondisi psikologis yang
baik dapat merasa nyaman, aman dan sejahtera sehingga dapat bekerja dengan
segala potensi yang dimiliki oleh dirinya. Kondisi psikologis yang dimaksud
8
seberapa positif seorang individu menghayati dan menjalani fungsi-fungsi
psikologisnya (Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan kesejahteraan psikologis
petugas pemadam kebakaran yang bertugas untuk menanggulangi kebakaran
dengan risiko kerja yang tinggi. Studi pendahuluan yang dilakukan memberikan
gambaran secara umum mengenai kesejahteraan psikologis pada petugas
pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota
Bandung.
Kesejahteraan psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kesejahteraan psikologis yang merupakan evaluasi individu sebagai hasil
pemaknaan dari pengalaman hidupnya sehingga individu dapat berfungsi secara
baik dengan segala potensi yang dimiliki.
Kesejahteraan psikologis ini dapat dilihat dari 6 dimensi, yaitu: (1)
penerimaan diri meliputi evaluasi diri serta menerima kekuatan dan kelemahan
diri; (2) hubungan positif dengan orang lain meliputi hangat dan percaya dengan
orang lain serta empati dalam menjalin hubungan; (3) otonomi meliputi dapat
menentukan nasib sendiri, mampu melawan tekanan sosial, dan mampu mengatur
perilaku dengan standar pribadi; (4) penguasaan lingkungan meliputi menguasai
dan mengontrol lingkungan serta mampu memilih situasi/lingkungan kondusif
untuk mencapai tujuan; (5) tujuan dalam hidup meliputi memiliki tujuan terarah
dan dapat memaknai hidup; (6) perkembangan pribadi meliputi kemauan untuk
tumbuh dan mengembangkan potensi, penambahan pengetahuan dan efektivitas
diri dari waktu ke waktu serta terbuka pada pengalaman baru.
C. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan
9
1. Bagaimanakah profil Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung?
2. Bagaimanakah profil jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung?
3. Bagaimanakah kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan data empirik tentang:
1. Deskripsi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
2. Deskripsi profil jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
3. Deskripsi kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, pengetahuan dan dapat
berkontribusi terhadap pengembangan bidang ilmu psikologi khususnya
penelitian mengenai kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi subjek, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan
kesadaran akan pentingnya kesejahteraan psikologis bagi Petugas
Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung, sehingga subjek memiliki kondisi psikis yang baik, dapat
merasakan dirinya berfungsi secara penuh, bertanggung jawab,
berkembang dan tumbuh dalam menjalankan profesinya.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat memberikan deskripsi lebih jelas
mengenai kondisi kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran
10
sehingga dapat dijadikan masukan sebagai salah satu usaha
meningkatkan kesejahteraan psikologis pemadam kebakaran.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini memberikan pengetahuan
dan pemahaman mengenai kesejahteraan Petugas Pemadam Kebakaran
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung untuk
melakukan penelitian selanjutnya dibidang yang sama.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi dari Bab I sampai Bab V dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan, berisi tentang uraian pendahuluan dan merupakan
bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
struktur organisasi skripsi. Kemudian Bab ini juga menjelaskan alasan
mengapa kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dipilih menjadi
topik dalam skripsi ini.
2. BAB II Kajian Pustaka, berisi penjelasan mengenai konsep kesejahteraan
psikologis, konsep pemadam kebakaran dan hasil penelitian terdahulu yang
relevan. Dengan demikian pembaca akan terlebih dahulu memiliki
pemahaman mengenai kesejahteraan psikologis dan pemadam kebakaran,
sebelum mendapatkan penjelasan mengenai deskripsi kesejahteraan
psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
3. BAB III Metode Penelitian, berisi tentang penjabaran rinci dari desain dan
metode penelitian yang digunakan termasuk di dalamnya seperti prosedur
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, serta teknik pengujian
keabsahan data.
11
tentang bagaimana kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung yang
diteliti.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi tentang uraian kesimpulan dari
seluruh bagian skripsi. Selain itu, akan dipaparkan beberapa rekomendasi
yang ditujukan kepada Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, penggunaan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk memahami
central phenomenon seperti suatu proses kejadian, fenomena, atau suatu konsep
yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel penyertanya. Penelitian
kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk
memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan
gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan
terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah
tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti (Creswell dalam Herdiansyah,
2012:8).
Sedangkan metode penelitian yang dipilih adalah metode studi kasus yang
menekankan pada ekplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” pada suatu kasus
atau beberapa kasus secara mendetail dengan penggalian data secara mendalam
yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya (Creswell dalam
Herdiansyah, 2012:76). Sistem yang terbatas disini maksudnya adalah adanya
batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat
(program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian). Metode studi kasus juga
memiliki keunikan dari segi kasus yang diangkat.
Peneliti melakukan eksplorasi mendalam untuk menjawab pertanyaan
yang terjadi dalam suatu konteks sosial mengenai gambaran kesejahteraan
psikologis pada petugas pemadam kebakaran Dinas Kebakaran Kota Bandung.
Oleh karena kesejahteran psikologis dapat dirasakan berbeda-beda oleh setiap
individu pada berbagai konteks sosial maka kasus ini dapat dikatakan memiliki
36
B. Prosedur Penelitian
Aktivitas dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan inti yang
terurai dalam beberapa kegiatan. Berikut adalah penjelasan dari tiga tahapan yang
dilakukan:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap pertama ini kegiatan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi masalah di Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran (DPPK) Kota Bandung. Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam tahapan persiapan:
a. Mengajukan proposal skripsi kepada dewan skripsi serta melengkapi
persyaratan administrasi di jurusan Psikologi maupun di Fakultas Ilmu
Pendidikan. Setelah disetujui proposal skripsi diajukan kepada
pembimbing skripsi.
b. Melakukan studi literatur dan mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya
untuk mengumpulkan berbagai bahan atau materi yang terkait dengan
penelitian.
c. Mengajukan permohonan izin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa,
Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (BKPPM) Kota Bandung
dan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (DPPK) Kota
Bandung.
d. Menjalin komunikasi dengan Sub. Bag. Umum & Kepegawaian dan
Bidang Pemadam Kebakaran untuk mendapatkan informasi serta data
yang dibutuhkan dalam penelitian seperti profil Dinas Penanggulangan
dan Pencegahan Kebakaran, profil petugas pemadam kebakaran, data
kebakaran di wilayah kota Bandung dan jaminan kesejahteraan yang
diberikan oleh dinas sehingga permasalahan yang terjadi di perusahaan
dapat diidentifikasi.
e. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh gambaran
awal mengenai kondisi petugas kebakaran untuk memperkuat bahan atau
materi yang telah ditemukan sebelumnya.
37
g. Mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi sebagai
alat bantu bagi peneliti dalam pengambilan data. Pedoman wawancara
semi terstruktur digunakan untuk memandu dalam pengungkapan
masalah yang diteliti. Pedoman wawancara dan pedoman observasi yang
digunakan telah melalui proses judgement expert.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan pengambilan data
penelitian yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara terhadap tiga orang petugas pemadam kebakaran
yang pemilihannya berdasarkan pada kriteria/ciri-ciri yang sebelumnya
telah ditentukan oleh peneliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Melakukan observasi terhadap tiga orang petugas pemadam kebakaran
yang sebelumnya telah diwawancara. Melalui observasi, perilaku dan
interaksi sosial dari ketiga subjek dapat teramati serta dideskripsikan.
c. Melakukan wawancara terhadap tiga orang atasan dari masing-masing
subjek sebagai data pelengkap dalam pengumpulan data.
d. Mengolah data wawancara melalui verbatim sehingga kemudian dapat
dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan yaitu reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yang terdiri dari
beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan analisa data wawancara yang telah diverbatim dengan teknik
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data untuk dapat
menjelaskan secara detail gambaran kesejahteraan psikologis pada
petugas pemadam kebakaran.
b. Melakukan analisa data observasi dan menghasilkan lampiran hasil
observasi.
38
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesejahteraan psikologis
adalah evaluasi individu sebagai hasil pemaknaan dari pengalaman hidupnya
sehingga individu dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang
dimiliki. Evaluasi ini berdasarkan pada enam multidimensi kesejahteraan
psikologis yang dikemukakan oleh Ryff (1989; 1995), yaitu:
1. Penerimaan diri adalah evaluasi diri dalam jangka panjang yaitu: evaluasi
diri, mengetahui dan menerima kelebihan dan kelemahan diri.
2. Hubungan positif dengan orang lain yang menggambarkan wilayah
interpersonal individu seperti kehangatan dan kepercayaan serta empati
terhadap orang lain.
3. Otonomi dapat diartikan sebagai individu yang memiliki kerangka penilaian
internal sehingga individu tersebut dapat menentukan nasib sendiri, mampu
melawan tekanan sosial dan mampu mengatur perilaku dengan standar
pribadi.
4. Pengusaan lingkungan merupakan kemampuan individu untuk dapat
menguasai dan mengontrol lingkungan serta mampu memilih situasi atau
lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan.
5. Tujuan hidup yaitu dimana individu memiliki tujuan yang terarah dan
memiliki kebermaknaan.
6. Pertumbuhan pribadi merupakan refleksi dari keberlanjutan pengembangan
bakat-bakat, talenta, dan kesempatan-kesempatan untuk pengembangan diri,
serta untuk merealisasikan satu potensi yang dimiliki. Hal ini diwujudkan
dalam bentuk kemauan untuk tumbuh dalam mengembangkan potensi,
penambahan pengetahuan dan efektivitas diri serta terbuka pada pengalaman
baru.
D. Instrumen Penelitian
Peneliti menyiapkan pedoman wawancara berupa kisi-kisi pertanyaan
yang sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin diteliti yaitu mengenai
39
digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data. Berikut
kisi-kisi yang digunakan dalam pedoman wawancara:
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Pedoman Wawancara
Dimensi Indikator Gambaran
Penerimaan diri : evaluasi orang lain : aspek yang menggambarkan wilayah bantuan kepada petugas lainnya
Otonomi : individu dengan
40
kondusif untuk mencapai
tujuan Pemanfaatan waktu luang
Tujuan hidup : memiliki
Tujuan hidup yang ingin dicapai Perencanaan karir dan target dalam bekerja
E. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada petugas pemadam kebakaran, yaitu karyawan
seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung. Petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi dan berbahaya bagi keselamatan, karena dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dan juga kemungkinan bahan-bahan atau gas
kimia beracun yang terhirup saat melakukan pemadaman. Beban kerja yang
dihadapi tidaklah mudah bagi pemadam kebakaran hal ini dapat memengaruhi
bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis petugas, dengan alasan ini maka
Dinas Kebakaran Kota Bandung dipilih sebagai tempat penelitian karena
mewakili permasalahan dalam penilitian.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan
41
berikut: 1) berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran, 2) pegawai tetap, dan
3) masa kerja minimal 2 tahun.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang yang berprofesi sebagai
petugas pemadam kebakaran. Subjek 1 (S1) adalah anggota pemadam kebakaran
yang berusia 51 tahun dengan masa kerja 5 tahun. Subjek 2 (S2) merupakan salah
satu Danton Regu (Danru) pemadam kebakaran yang berusia 42 tahun dengan
masa kerja 19 tahun. Subjek 3 (S3) adalah seorang anggota pemadam kebakaran
yang berusia 29 tahun dengan masa kerja 9 tahun. Ketiganya merupakan pegawai
tetap dan merupakan petugas pemadam kebakaran di Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga sumber data dalam teknik pengumpulan
datanya yaitu wawancara, observasi dan studi dokumen. Berikut ini adalah
penjelasan dari tiga teknik tersebut:
Tabel 3.2 Rencana Teknik Pengumpulan Data
No
Teknik Pengumpulan
Data
Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan
Data Hasil yang Diharapkan 1. Wawancara 1.Petugas pemadam
42
3. Studi Dokumen 1. Company profile
43
2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis
dengan teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang
dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data berlangsung dan setelah
selesai pengumpulan data hingga datanya jenuh (Sugiyono, 2007:91). Terdapat
tiga tahapan teknik analisis data Miles & Huberman yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperluakan.
b. Penyajian Data
Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, atau hubungan antar kategori. Penyajian data tersusun berdasarkan
suatu pola hubungan tertentu sehingga memiliki alur yang jelas dan mudah untuk
dipahami.
c. Kesimpulan/Verifikasi
Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan yang mengarah kepada
jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan. Kesimpulan akan dikatakan
memiliki kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh bukti yang valid dan
konsisten. Kesimpulan ini merupakan deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
setelah diteliti menjadi jelas yang dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori.
G. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi
dan member check (Sugiyono, 2007:121).
1. Triangulasi
44
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Dalam penelitian ini triangulasi sumber atau pengujian data
dilakukan ke atasan subjek sehingga menghasilkan suatu kesimpulan tentang
subjek yang diteliti. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek
data kepada sumber (subjek) yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti
menggabungkan teknik wawancara kemudian dicek dengan observasi sehingga
diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang diteliti.
2. Member Check
Member check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data yang
ditemukan telah disepakati oleh para pemberi data maka data tersebut dapat
dikatakan valid. Pelaksanaan member check ini dilakukan setelah satu periode
119
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung adalah
dinas yang berada dibawah Pemerintahan Kota Bandung yang memiliki tugas
pokok yaitu melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang
pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi: pencegahan,
pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional.
Pemadam kebakaran di Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung memiliki tugas sebagai berikut: 1) melaksanakan apel
pagi dan apel malam, 2) melaksanakan penaikan/penurunan Bendera Merah Putih
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 3) membantu dan melaksanakan
pemeriksaan kelengkapan mobil unit untuk operasi penanggulangan, 4)
menyiapkan peralatan lainnya dalam unit mobil untuk operasi penanggulangan, 5)
melaksanakan setiap perintah Komandan Regu sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan, 6) melaksanakan operasi penanggulangan
kebakaran/penyelamatan sesuai dengan perintah Komandan Regu, 7)
melaksanakan teknis dan strategi penanggulangan kebakaran sampai dinyatakan
selesai oleh Komandan Regu, 8) melaksanakan konsolidasi pasukan serta
peralatannya sesaat selesainya penanggulangan, dan 9) melaksanakan tugas-tugas
lainnya yang diperintahkan atasannya sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Secara umum meskipun pekerjaan pemadam kebakaran adalah pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi, namun petugas pemadam kebakaran Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung sudah dapat
merasakan bahwa diri mereka mengalami kesejahteraan psikologis dalam
pekerjaannya. Petugas pemadam kebakaran dapat mengevaluasi dan memaknai
keenam dimensi kesejahteraan psikologis berdasarkan pengalaman hidupnya
sehingga dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki. Namun
120
setiap individu memiliki perbedaan dalam memaknai setiap dimensi-dimensi
kesejahteraan psikologis.
Terkadang petugas pemadam kebakaran mengalami kejenuhan ketika piket
siaga saat tidak ada panggilan kebakaran ataupun tugas lainnya, hal ini disebabkan
karena kegiatan saat waktu luang kurang terfasilitasi oleh dinas sehingga
cenderung monoton. Namun para petugas pemadam kebakaran mampu
memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan berdasarkan
kebutuhannya masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa terdapat
beberapa dimensi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran yang
memengaruhi dimensi kesejahteraan psikologis lainnya. Setiap petugas pemadam
kebakaran memiliki perbedaan pada dimensi yang saling memengaruhi
kesejahteraan psikologisnya dalam bekerja.
Usia dan dukungan sosial dari keluarga serta petugas pemadam lainnya
merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis petugas
pemadam kebakaran. Faktor usia menyebabkan perbedaan pencapaian tujuan yang
ingin di raih oleh pemadam kebakaran, sedangkan aspek sosial memengaruhi
petugas pemadam kebakaran sehingga mereka memiliki makna, dan aspek
psikologis dapat memengaruhi aspek sosial melalui bagaimana mereka
mengadopsi sikap mereka dalam bekerja.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hal-hal yang direkomendasikan
untuk beberapa pihak terkait dengan kesejahteraan psikologis pemadam
kebakaran yaitu:
1. Bagi pihak Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan petugas pemadam kebakaran diantaranya:
a. Pekerjaan pemadam kebakaran termasuk kedalam pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi dan kecelakaan yang mungkin menimpa petugas
121
kerja, kelengkapan alat-alat kerja yang berkualitas dan peningkatan
fasilitas di barak menjadi hal penting sehingga petugas merasa aman
bekerja dan dapat bertugas secara maksimal.
b. Minimnya pelatihan lanjutan dan pembelajaran yang diberikan dinas
tentang pemadaman membuat petugas kurang terfasilitasi dengan baik
dalam mengembangkan skill-skill pemadaman sehingga diperlukan
pelatihan dan pembelajaran rutin guna meng-upgrade dan meningkatkan
skill pemadam.
c. Untuk meningkatkan kerjasama tim antar petugas, Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dapat mengadakan kegiatan
outbond di saat lepas piket guna meningkatkan team building dan sebagai
sarana refreshing bagi petugas pemadam kebakaran.
d. Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
diharapkan lebih mengapresiasi petugas pemadam kebakaran terutama
bagi petugas yang berprestasi dan bersertifikasi baik secara individu,
regu, maupun pleton baik berupa piagam penghargaan maupun
pemberian bonus guna meningkatkan motivasi petugas pemadam
kebakaran dalam bekerja.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan instrumen
penelitian terutama dalam pembuatan kisi-kisi pertanyaan sehingga maksud
dan tujuan dari pertanyaan mengenai kesejahteraan psikologis dapat tergali
dengan tepat. Kepekaan peneliti sangatlah dibutuhkan dalam memahami
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh subjek agar kasus yang diteliti
dapat tereksplor secara mendalam. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat
menambah teknik pengumpulan data dan menggunakannya dengan tepat agar
122
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Andriyan, Anityasari, & Wessiani. (2011). Perhitungan nilai Kompensasi Atas
Risiko Kerja Pemadam Kebakaran Dinas Kebakaran Kota Surabaya Melalui Pendekatan Manajemen Risiko. Paper pada Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baihaqi. MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk
Mengembangan Optimisme. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Bradburn, N.M, (1969). The Structure of Psychological Well-Being. Chicago: Aldine Publishing Company.
Compton. W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. Belmont: Thompson Wadsworth.
Charles. (2007). Hubungan Antara Psychological Well-Being Dengan Stres Kerja
Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Jakarta. Skripsi pada Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. (2013). Sejarah Dinas
Pemadam Kebakaran & Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta
[Online]. Tersedia: http://www.jakartafire.net/profil/index.php?act=detil& idp=17 [27 September 2013]
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. (2013). Data
Kebakaran di Wilayah Kota Bandung dan Sekitarnya. Bandung: Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung. (2011). Dinas Kebakaran [Online]. Terasedia: http://www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.detail&id=7#
[20 Januari 2013]
Hardiansyah, D. & Setiawan, F. (2012). Petugas Diskar Kota Bandung Berharap
Peningkatan Kesejahteraan [Online]. Tersedia: http://www.pjtv.co.id/berita/
123
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schreurs, P.J.G. (2004). The Structure of Occupational wellbeing: A Study among dutch Teachers.
Journal of Occupational and Organizational Psychology. 77, 365-375.
Hurlock, E. (1980). A Life Span Approach. 5th ed. McGraw-Hill, Inc.
Husna, H. (2011). Petugas Pemadam Kebakaran Dilarang Libur Lebaran [Online]. Tersedia: http://m.inilah.com/read/detail/1763799/petugas
-pemadam-kebakaran-dilarang-libur-lebaran [20 Januari 2013]
Keyes, C.L.M, Ryff, C.D & Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and social
Psychology. 82, (6), 1007-1022.
Keyes, C. L. & Haidt, J. (2003). Flourishing: Positive Psychology And The Life
Well-Lived. USA: American Psychological Association.
Kinder, A, Hughes R, & Cooper, C.L. (2008) Employee Well-Being Support : A
Workplace Resource. England: John Wiley & Sons Ltd.
Knight, T., Davison, T. E., McCabe, M. P. & Mellor, D. (2011). Environmental
Mastery and Despression in Older Adults in Residental Care [Online].
Tersedia: http://dro.deakin.edu.au/eserv/DU:30033219/knight-environ mentalmastery-2011.pdf [2 Oktober 2013]
Kusumayanti, R. (2010). Gambaran Psychological Well-Being Pada Penjaga
Jalur Lintasan Kereta Api Daerah Oprasional (DAOP) I Jakarta PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Skripsi pada Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Jakarta: tidak diterbitkan.
Lestari, N. H. E. (2009). Gambaran Psychological Well-Being Pada Buruh
Bangunan di PT Jaya Konstruksi Tbk. Skripsi pada Fakultas Psikologi
Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Maulana, P. (2011). Kasihan, Pemadam Kebakaran Kota Bandung Tak
Diasuransikan [Online]. Tersedia: http://m.tribunnews.com/2011/10/14/kasi
124
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press: Jakarta.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan. Jakarta.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan.
Pikiran Rakyat Online. (2012). Kota Bandung Tetap Rawan Kebakaran [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/212750 [20 Januari 2013]
Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.
Rasulzada, F. (2007). Organizational Creativity And Psychological Well-Being: Contextual Aspects Creativity And Psychological Well-Being From An Open Systems Perspective. Doctoral thesis at Lund University Sweden: https://film.kau.se/sites/default/files/farida_rasulzada_book.pdf.
Robertson, I & Cooper, C. (2011). Well-Being: Productivity and Happiness at
Work [versi elektronik]
Ryan, R.M. & Deci, E.L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review Of Research on Hedonic And Eudaimonic Wellbeing. Annual Review
Psychology, 52, 141-166.
Ryff, C. D. (1989). ”Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57, (6),1069 - 1081.
Ryff, C. D, & Keyes, C.L.M, (1995). “The Structure of Psychological Well Being Revisited”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 69. (4). 719
– 727.
125
Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (5th
edition). USA : John Wiley & Sons, Inc.
Snyder, C.R. & Lopez, S.N. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tn. (2013). Sejarah Dunia (Pemadam Kebakaran Zaman Romawi) [Online]. Tersedia:http://skaifire.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&i d=19 [27 September 2013]