• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI DAN KREASI SENI RUPA TERAPAN DAERAH SETEMPAT : Studi Kasus Pengembangan Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan Pada Tingkat SMP di Kota Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI DAN KREASI SENI RUPA TERAPAN DAERAH SETEMPAT : Studi Kasus Pengembangan Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan Pada Tingkat SMP di Kota Tasikmalaya."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK…... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR BAGAN………... xvi

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah…... 7

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Studi Pustaka…... 11

F. Sistematika Penulisan... 14

(2)

A. Seni Rupa Terapan... 18

B. Budaya Daerah Setempat... 21

C. Materi Pembelajaran... 25

D. Apresiasi... 28

E. Kreasi... 32

F. Strategi Implementasi Pengembangan Materi... 33

G.Pendekatan, Model, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran……….. 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 63 B. Instrumen Penelitian…... 72

C. Subjek Penelitian…... 73 D. Teknik Pengumpulan Data... 75

E. Member Check dan Triangulasi... 78

F. Pengolahan dan Analisis Data... 79 G. Indikator Pengembangan Materi Pembelajaran...

83

(3)

B. Hasil Analisis... 116

C. Pembahasan... 120

BAB V PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN KRIYA ANYAM PANDAN A. Penentuan Potensi dan Masalah... 124

B.Mengumpulkan Imformasi... 133

C.Desain Produk... 134

D.Validasi Desain... 161

E.Perbaikan Desain... 167

F.Uji Coba Produk... 169

G.Revisi Produk... 171

H.Ujicoba Pemakaian... 174

I. Revisi Produk... 179

J. Diseminasi dan Implementasi/Pembuatan Produk Masal... 179

K. Analisis Pembahasan Hasil……… 179

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan... 186

B. Rekomendasi…... 193

DAFTAR PUSTAKA………. 195

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 199

(4)
(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan

umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di

antaranya terdiri atas kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok mata pelajaran

ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan,

kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan tersebut

mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan individual sehingga

mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan

kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

Berdasarkan kurikulum 2004 pendidikan seni budaya memiliki sifat

multilingual, multidimensial dan multikultural. Multilingual bermakna

pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai

cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai

perpaduannya. Multidimensial bermakna pengembangan beragam kompetensi

meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan

kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika

dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni

menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman

(6)

bertoleransi, demokratis, beradab serta harus mampu hidup rukun dalam

masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan seni budaya memiliki peranan

dalam pembentukan pribadi yang harmonis dalam logika, rasa estetik, artistik dan

etika dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai

kecerdasan emosional (Emotional Quotient), kecerdasan intelektual (Intellegence

Quotient), kecerdasan adversitas (Adversity Quotient ), kecerdasan kreatifitas

(Creativity Quotient) serta kecerdasan spiritual dan moral (Spiritual Quotient)

dengan cara mempelajari elemen-elemen prinsip, proses dan teknik berkarya

sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks sosial

masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan sikap saling memahami,

menghargai dan menghormati. Pendidikan seni juga memiliki peranan dalam

pengembangan kreatifitas, kepekaan rasa indrawi serta kemampuan berkesenian

melalui pendekatan belajar seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni.

Tujuan mata pelajaran seni budaya berdasarkan kurikulum 2006 adalah

agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep dan pentingnya seni

budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, menampilkan

kreativitas melalui seni budaya dan menampilkan peran serta dalam seni budaya

pada tingkat lokal, regional maupun global.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar

dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum

yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum

(7)

peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan

kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat,

seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Dasar-dasar tersebut di atas hendaknya diimplementasikan dalam

penyusunan KTSP termasuk pada penyusunan materi pembelajaran seni budaya

(seni rupa). Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

sebagai bagian dari pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Silabus merupakan penjabaran secara umum dengan mengembangkan SK dan KD

menjadi indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar

dan penilaian. Sebagai bagian dari langkah pengembangan silabus, pengembangan

indikator merupakan langkah strategis yang berpengaruh pada kualitas

pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan

indikator berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta didik di sekolah tersebut.

Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan

mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007

tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses

pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk

mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen

dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk

(8)

acuan pembelajaran. Pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, diatur tentang berbagai

kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti

maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik

maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam

mengembangkan sumber belajar/materi pembelajaran.

KTSP sebagai paradigma baru dalam dunia pendidikan memberi otonomi

untuk penentuan kurikulum sesuai dengan konteks komunitas di mana sekolah itu

berada. KTSP memberi peluang pada guru untuk menyusun materi pembelajaran

sesuai dengan kultural di mana sekolah itu berada. Sehubungan dengan hal itu

maka terbuka peluang untuk mengembangkan materi pembelajaran seni rupa

dengan mengangkat local genius menjadi materi pembelajaran, khususnya untuk

pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat.

Heterogenitas budaya yang tersebar di nusantara melahirkan keragaman kesenian

dapat dijadikan materi pembelajaran bagi siswa sekaligus sebagai salah satu

bentuk trasformasi kebudayaan melalui lembaga pendidikan formal. Langkah ini

dapat juga dijadikan sebagai salah satu terobosan dalam menyikapi

kekhawatiran-kekhawatiran tentang kurangnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan

nusantara khususnya kesenian daerah yang sifatnya tradisional seperti banyak

diungkapkan dalam media masa. Artikel yang ditulis M. Ahmad Jalidu

(http://jalidu.multiply.com/journal/item/2, 30 November 2009) mengatakan bahwa

(9)

semakin membuat ciut martabat seni tradisi di mata generasi muda kita”. Artikel

lainnya yang ditulis oleh Oto (Harian PELITA Edisi Kamis, 19 Nopember 2009)

menyatakan bahwa “Anak yang lahir pada era digital, banyak yang menyebut

jadul (jaman dulu) bagi siapa saja yang masih mempertahankan kesenian

tradisional, generasi muda seakan-akan gengsi untuk menampilkan kesenian asli

daerahnya”. Artikel senada ditulis oleh Tok (Suarasurabaya.net November 7, 2009

by brangwetan) menyatakan bahwa “Kesenian tradisional kita memang kurang

diminati anak-anak muda, keberadaan seni tradisional, sampai saat ini disinyalir

juga tidak mendapatkan tempat secara khusus dalam materi atau dalam kurikulum

belajar para siswa, kalaupun ada sangat minim, dibandingkan dengan mata

pelajaran lainnya”. Pendidikan nasional dewasa ini telah terpisah dari kebudayaan,

baik kebudayaan daerah maupun kebudayaan nasional (Tilaar. 1999: 177).

Di Tasikmalaya sejak kurikulum 2006 diberlakukan, mata pelajaran

muatan lokal seperti keterampilan/kerajinan anyaman yang nota bene mengangkat

seni budaya lokal/daerah setempat yang sudah dilaksanakan di sebagian besar

sekolah (SMP) diganti dengan mata pelajaran ekonomi syariah dan pendidikan

lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu maka mata pelajaran seni rupa semakin

berperan dalam membentuk sikap apresiatif dan kreatif siswa terhadap seni rupa

terapan daerah setempat. Namun sejauh ini berdasarkan studi awal di lapangan,

materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada

tingkat SMP di Kota Tasikmalaya belum mengkhususkan kajiannya pada seni

rupa terapan daerah Tasikmalaya, tetapi cenderung masih mengacu pada

(10)

Tasikmalaya memiliki ciri khas sebagai kota industri kerajinan tangan

(http//www.imahtasik.com,12-12-2009), dikenal dengan beragam seni rupa

terapannya sebagai local genius. Produk budaya daerah setempat ini dapat

dikembangkan menjadi bahan ajar/materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni

rupa terapan daerah setempat di Tasikmalaya. Potensi seni rupa terapan

Tasikmalaya diantaranya kriya bordir, alas kaki/kelom geulis, anyaman

mendong/bambu/pandan, payung geulis dan batik. Beragam seni rupa terapan

tersebut telah menjadi ikon Kota Tasikmalaya (http//www.imahtasik.com,12-12-

2009). Ikon adalah citra atau potret/reprsentasi (Budiman. 2005: 61).

Secara konsep, belajar seni diperoleh dengan jalan melakukan interaksi

observasi terhadap segala kajian fenomena budaya sosial kemasyarakatan

lingkungan alam sekitarnya. Kemudian diadaptasi secara humanis dalam bentuk

kehidupan budaya lingkungannya misalnya dalam bentuk pengetahuan, persepsi

atau pemahaman, sikap, kebiasaan (adat istiadat) dan kemampuan dalam keahlian

berkarya. Materi pembelajaran apresiasi seni rupa yaitu bahan ajar yang dapat

mengarahkan siswa untuk mengenal, memahami dan memberikan penghargaan

atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi apresiasi

seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk dan

fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu

pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan. Materi pembelajaran

apresiasi seni pada pendidikan dasar dan menengah meliputi pengenalan terhadap

budaya lokal, budaya daerah lain dan budaya mancanegara, baik yang bercorak

(11)

bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar

belakang sosial, budaya dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta

makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut. Sedangkan materi

pembelajaran kreasi seni rupa adalah bahan ajar yang dapat mengarahkan siswa

untuk berekspresi kreatif yang dalam praktiknya memberikan kebebasan

berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam

mengembangkan mental dan spiritual siswa.

Berdasarkan paparan di atas, perlu kiranya dilakukan pengembangan

materi pembelajaran khususnya pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa

terapan daerah setempat yang bersumber pada budaya setempat. Dengan

demikian, penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan materi

pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang

bersumber pada salah satu local genius Tasikmalaya yaitu kriya anyam pandan.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini dikembangkan berdasarkan dasar pemikiran berikut

ini:

1. PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20 mengisyaratkan bahwa guru diharapkan

mengembangkan materi pembelajaran yang kemudian dipertegas melalui

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun

2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang

perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada

(12)

Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber

belajar/materi pembelajaran.

2. Lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru, diatur tentang berbagai kompetensi yang

harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun

kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP), baik dalam tuntutan kompetensi

pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan

kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar/materi

pembelajaran.

3. Apresiasi dan kreasi generasi muda/siswa terhadap seni budaya daerahnya

yang kurang seperti dipaparkan dalam beberapa artikel di media masa.

4. Mata pelajaran muatan lokal keterampilan pada tingkat SMP sudah

dihapus.

5. Materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat untuk tingkat SMP di Tasikmalaya saat ini belum memadai.

Dengan demikian perlu adanya pengembangan materi pembelajaran

apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota

Tasikmalaya. Berdasarkan hal itu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi

seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di kota Tasikmalaya?

Untuk lebih jelasnya, maka rumusan masalah dapat diuraikan menjadi tiga

(13)

1. Bagaimanakah bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam

pandan Tasikmalaya?

2. Bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi

seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya?

3. Bagaimanakah strategi implementasi pengembangan materi pembelajaran

kriya anyam pandan pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mendeskripsikan bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya

anyam pandan Tasikmalaya.

2. Mengungkapkan dan menjelaskan pengembangan materi pembelajaran

apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP

di Kota Tasikmalaya.

3. Menggambarkan dan menjelaskan strategi implementasi pengembangan

materi pembelajaran kriya anyam pandan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih bagi khasanah keilmuan seni rupa dan pendidikan seni rupa. Melalui

pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat yang mengangkat produk budaya setempat menjadi bahan ajar/materi

(14)

dan menghargai serta dapat mengembangkan kebudayaan daerahnya, sehingga

melalui pengembangan materi pembelajaran ini tercipta transmisi budaya.

Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

antara lain :

1. Manfaat bagi Perkembangan Pendidikan Seni

a. Memperkaya materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan

daerah setempat.

b. Melestarikan local genius Tasikmalaya dengan cara trasmisi kebudayaan

kepada generasi muda/siswa yang dilakukan melalui lembaga pendidikan

fomal.

2. Manfaat bagi Siswa

a. Meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni rupa terapan daerah setempat.

b. Meningkatkan kreasi siswa dalam pengembangan seni rupa terapan daerah

setempat.

3. Manfaat bagi guru

a. Memperluas wawasan tentang seni rupa terapan daerah setempat

khususnya kriya anyam pandan.

b. Memperoleh pengetahuan tentang strategi implementasi pengembangan

materi pembelajaran.

4. Manfaat bagi Peneliti

a. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang budaya daerah

(15)

b. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang pengembangan

materi pembelajaran.

c. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang proses

pembelajaran apresisi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat.

5. Manfaat Bagi Masyarakat Perajin Anyam Pandan

a. Menambah wawasan secara teoritis dan praktis tentang kriya anyam

pandan.

b. Memberikan sumbangan ide dan gagasan untuk pengembangan kriya

anyam Pandan.

6. Manfaat bagi Pemerintah Daerah

a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi seni budaya daerah

setempat yang perlu dilestarikan.

b. Membuka peluang untuk bekerjasama melakukan kegiatan terpadu dengan

pihak pelaksana pendidikan guna bersama-sama membina generasi muda

dalam melestarikan budaya daerah setempat.

E. STUDI PUSTAKA

Lingkup pembelajaran yang terdiri dari materi, pendekatan, model,

metoda, media dan evaluasi tidak pernah lepas dari perhatian para pelaku dan

pemerhati pendidikan. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Masalah pembelajaran dikaji oleh Ratnawati (2007), kajian ini berupa tesis

(16)

mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang

merupakan perpaduan antara dua aspek yang saling mempengaruhi, yaitu aspek

belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik dan aspek mengajar yang

dilakukan oleh guru sebagai pendidik. Proses belajar yang terjadi berorientasi

pada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik sebagai subjek yang berperan

membangun pengetahuan, sedangkan proses mengajar berorientasi pada apa yang

harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran. Kedua aspek ini akan

terjadi secara bersamaan dan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan

dalam proses interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa

di saat pembelajaran berlangsung.

Yessica (2007) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran aktivitasnya

dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif yaitu

interaksi yang sadar akan tujuan artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk

suatu tujuan tertentu setidaknya adalah tujuan instruksional atau tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan pada perencanaan pembelajaran.

Pelaksanaan metode apresiasi dan proses kreasi dalam pembelajaran

pendidikan seni rupa dianalisis oleh Atmoko (2009). Analisis ini berupa tesis

pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Atmoko menganalisis (1) Perencanaan Pelaksanaan

Pembelajaran Seni Rupa (lukis) yang disusun oleh guru telah sesuai dengan aturan

KTSP (2) Metode Pembelajaran Seni Rupa (lukis) yang dilakukan oleh guru

bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai dan yang paling sesuai atau

(17)

eksperimen) (3) Evaluasi yang mengacu pada ranah psikomotor dengan kritik

holistik serta menggunakan kriteria tema pokok, bentuk, isi atau makna dan

kreativitas, penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

Penelitian tentang pembelajaran apresiasi seni rupa menggunakan

presentasi visual dilakukan oleh Bahtiar (2008). Penelitian ini berupa tesis pada

Program Program Pascasarjana UNS Solo. Bahtiar memaparkan bahwa salah satu

kegiatan pokok di sekolah adalah proses pembelajaran, oleh karenanya guru

memiliki peran yang sangat penting. Guru harus mampu menjabarkan

pokok-pokok tujuan pembelajaran yang kemudian mentransformasikannya kepada siswa.

Pada era teknologi informasi dan komunikasi guru dituntut untuk mampu

memahami dan memanfaatkannya. Teknologi informasi dan komunikasi berbasis

komputer mengandung berbagai presentasi visual yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran. Presentasi multimedia dapat membantu

pembelajaran secara audio visual yang dapat didesain dengan memanfaatkan

animasi, warna, suara dan pengembangan materi pembelajaran melalui

pemanfaatan jaringan internet. Namun kenyataannya masih terdapat guru yang

belum memanfaatkan teknologi tersebut sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan

media, dapat meningkatkan dan mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran.

Dari beberapa kajian di atas, tergambarkan berbagai upaya peningkatan

kualitas pembelajaran yang dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan

(18)

kajian khusus mengenai pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi

seni rupa terapan daerah setempat yang dilakukan dengan cara mengkonversi

hasil pengumpulan data tentang seni rupa terapan yang berada di daerah yang

bersangkutan (local genius) belum terungkapkan. Dengan demikian penelitian ini

akan mencoba mengembangkan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni

rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya dengan cara

mengkonversikan hasil pengumpulan data tentang kriya anyam pandan

Tasikmalaya menjadi materi pembelajaran.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik bagi perkembangan

pendidikan seni, siswa, guru, peneliti, masyarakat perajin anyam pandan maupun

pemerintahan daerah. Pada bab ini diuraikan pula mengenai studi pustaka dan

sistematika penulisan. Pendahuluan yang baik adalah yang mampu

membangkitkan minat pembaca atas topik yang dipilih, mengembangkan masalah

yang mengarah pada penelitian, menempatkan konteks pustaka ilmiah yang lebih

luas dan mencapai sasaran pembaca terentu (Patilima. 2007: 28).

Bab II berisi kajian teori yang terdiri dari teori-teori dan konsep yang

menjadi landasan dalam penelitian ini (menjawab pertanyaan penelitian secara

teoritis). Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan

untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk

(19)

serta penyusunan instrumen penelitian (Prawira. 2008: 13). Teori dan konsep yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep dan prinsip seni rupa terapan,

konsep budaya daerah setempat, materi pembelajaran, apresiasi, kreasi dan

pengembangan materi pembelajaran.

Bab III berisi metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian

pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat. Pada bab ini juga dicantumkan subyek penelitian, tempat penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data yang digunakan.

Bab IV berisi data dan analisis data, hasil analisis serta pembahasan

mengenai bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan

Tasikmalaya.

Bab V berisi pembahasan tentang pengembangan materi pembelajaran

kriya anyam pandan mulai dari penentuan potensi dan masalah, mengumpulkan

imformasi, desain produk, validasi desain, perbaikan desain, uji coba produk,

revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk sampai pada diseminasi dan

implementasi/pembuatan produk masal.

Bab VI adalah kesimpulan yang merupakan penyimpulan yang ditarik atas

dasar pembahasan dan hasil temuan (menghasilkan konsep baru). Pada

kesimpulan diungkapkan hasil-hasil penelitian untuk menjawab/mengkongkritkan

tujuan-tujun penelitian yang tercantum pada bab I. Sebagai acuan dalam

penyusunan kesimpulan hendaknya peneliti memahami penelitian secara

(20)

membedakan antara temuan penelitian dan kesimpulan, menarik kesimpulan dari

dari pembahasan, memiliki cara tertib, teratur dan terarah (Prawira. 2008: 33).

G. KERANGKA BERFIKIR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan akan materi

pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat

SMP di Kota Tasikmalaya yang bersumber pada budaya setempat sesuai dengan

tuntutan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut peneliti melakukan pengembangan materi pembelajaran

apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada salah

satu produk budaya setempat yaitu kriya anyam pandan. Hasil penelitian tersebut

kemudian dikonversi/disesuaikan berdasarkan panduan pengembangan materi

pembelajaran yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Hasil konversi

tersebut dibuat dalam benutk draft kemudian didiskusikan dan dikonsultasikan

kepada ahli pembelajaran serta ditanggapi pemakai (guru seni rupa SMP di Kota

Tasikmalaya) selanjutnya diujicobakan di 4 SMP. Uji coba dilakukan 3 x putaran,

selama uji coba pengembangan materi pembelajaran dilakukan pengamatan dan

evaluasi yang hasilnya digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

materi pembelajaran tersebut.

Materi pembelajaran tersebut setelah selesai diujicobakan kemudian

(21)

Bagan 1

Seni Rupa Terapan Daerah Setempat (Tasikmalaya)

Kriya

(22)

63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan

daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode Research & Development (R&D) atau

penelitian dan pengembangan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama

yaitu pertama meggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan

kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) (Sukmadinata.

2005: 60). Penelitian ini bertujuan menggambarkan, mengungkap serta

menjelaskan bagaimana pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi

seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada produk budaya setempat.

Pada penelitian ini, menggunakan peneliti sebagai instrumen guna menghasilkan

deskripsi yang utuh dari suatu keadaan. Peneliti kualitatif merupakan instrumen

pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen

manusia, bukan melalui iventaris, daftar pertanyaan atau alat lain (Patilima. 2007:

57). Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengetahui orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, untuk itu peneliti harus turun ke

lapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama (Nasution. 1988: 5).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek misalnya perilaku, persepsi,

(23)

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong. 2006: 6). Dengan demikian

penelitian ini tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

lainnya tetapi dilakukan secara induktif.

Metode Research & Development (R&D) atau penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono. 2008: 297).

Metode Research & Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan

adalah sebuah strategi atau metoda penelitian yang cukup ampuh untuk

memperbaiki praktik (Sukmadinata. 2005: 164). Selanjutnya Sukmadinata

menjelaskan bahwa ”Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan

produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan”. Dengan demikian

metode penelitian dan pengembangan dapat digunakan untuk penelitian yang

mengembangkan/mengahasilkan produk tertentu atau memperbaiki produk

tertentu. Pada penelitian ini produk yang dimaksud adalah materi pembelajaran

kriya anyam pandan sebagai bentuk pengembangan materi pembelajaran apresiasi

dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota

Tasikmalaya yang bersumber pada hasil penelitian dan pengumpulan data salah

satu local genius Tasikmalaya. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan

ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, evaluatif dan

eksperimental (Sukmadinata. 2005: 167). Penelitian dan pengembangan materi

(24)

1. Metode Deskriptif

Metode ini dirancang untuk mengumpulkan imformasi tentang keadaan-

keadaan nyata sekarang ketika penelitian berlangsung. Metode ini digunakan pada

penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, meliputi:

a. Bahan dasar (embrio) untuk produk yang akan dikembangkan yaitu salah

satu local genius Tasikmalaya berupa kriya anyam pandan.

b. Kondisi pihak pengguna yaitu guru-guru mata pelajaran seni budaya (seni

rupa) pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya.

c. Kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan

penggunaan dari produk yang akan dihasilkan berupa pengembangan

materi pembelajaran kriya anyam pandan mencakup unsur guru, siswa,

sarana dan biaya.

Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, mengkaji bentuk

aktifitas, karakteristik, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena

lain (Sukmadinata. 2005: 72).

2. Metode Evaluatif/Pengamatan

Metode ini digunakan untuk mengevaluasi/mengamati proses uji coba

pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan. Pengembangan materi

pembelajaran ini melalui serangkaian uji coba dan pada setiap uji coba diadakan

evaluasi/pengamatan, baik evaluasi terhadap hasil maupun evaluasi proses.

(25)

penyempurnaan-penyempurnaan. Hal-hal yang diamati yaitu kesesuaian (relevansi), keajegan

(konsistensi) dan kecukupan (Adequacy). Relevansi maksudnya adalah adanya

kesesuaian antara materi pembelajaran yang dikembangkan dengan pencapaian SK

dan KD. Konsistensi adalah keajegan dimana materi pembelajaran yang diajarkan

harus mewakili seluruh kompetensi dasar yang ditargetkan dalam suatu

pembelajaran. Adequacy artinya kecukupan, maksudnya yaitu materi yang

diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai

kompetensi dasar yang diajarkan. Hal lainnya yang diamati yaitu kesesuaian

materi dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial siswa,

relevansi dengan karakteristik daerah, struktur keilmuan dan alokasi waktu.

3. Metode Eksperimental

Metode ini digunakan untuk menguji keabsahan dari pengembangan

materi pembelajaran kriya anyam pandan. Walaupun dalam tahap uji coba telah

ada evaluasi tetapi evaluasi tersebut masih dalam rangka pengembangan produk,

belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan penilaian

selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau

kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dilakukan secara acak atau random. Perbandingan hasil eksprimen pada kedua

kelompok tersebut dapat menunjukan tingkat keabsahan dari produk yang

dihasilkan.

Pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan

(26)

sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Sugiyono.

2008: 298) yaitu:

1. Menentukan Potensi dan Masalah

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengukuran kebutuhan (needs

assesment) dengan cara mempertimbangkan jenis produk yang akan

dikembangkan dengan memperhatikan kriteria kepentingan untuk bidang

pendidikan (pembelajaran), nilai ilmu, pengetahuan peneliti serta perhitungan

waktu untuk penelitian. Berdasarkan kepentingan untuk pendidikan

(pembelajaran), materi pembelajaran kriya anyam pandan penting untuk

dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan materi pembelajaran

apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat SMP di

Tasikmalaya yang bersumber pada budaya setempat. Hal ini tergambar pada hasil

wawancara dengan guru-guru seni budaya SMP Kota Tasikmalaya yang sebagian

besar menyatakan bahwa materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa

terapan daerah setempat yang digunakan saat ini belum memadai. Materi kriya

anyam pandan bersumber pada hasil penelitian yang dikonversi dengan

berpedoman pada panduan pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan

Dinas Pendidikan Nasional. Materi pembelajaran kriya anyam pandan

dikembangkan sebagai ilmu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

dengan memperhatikan perhitungan waktu yang diperlukan untuk penelitian.

2. Mengumpulkan imformasi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai imformasi yang dapat

(27)

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk menemukan teori-teori, kebijakan,

peraturan serta menemukan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi serta mencari data

tentang seni rupa terapan daerah setempat baik melalui buku, jurnal, artikel,

majalah, buletin, skripsi, tesis, ensiklopedi, kamus dan browsing data dari internet.

Telaah teoritis dan studi literatur dari para pakar ilmu yang telah diuji

kebenarannya sangat membantu peneliti.

b. Penelitian dalam Skala Kecil

Penelitian dalam skala kecil dilakukan dalam rangka mengumpulkan data

tentang kriya anyam pandan Tasikmalaya sebagai bahan dasar (embrio) dari

materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada

tingkat SMP di kota Tasikmalaya yang akan dikembangkan. Penelitian difokuskan

pada kajian bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan

Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan di sentra produksi anyam pandan Rajapolah

dan C.V. Mendong K Craft milik Bapak Haji Asep Barnas yang beralamat di Jl.

Ir. H. Juanda No. 18 Tasikmalaya (Kec. Cilembang). Dua sentra industri ini

mewakili kriya anyam pandan yang dikelola secara tradisional dan modern.

3. Desain Produk

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pengembangan materi

pembelajaran apresiasi dan kreasi yang meliputi rancangan yang akan dihasilkan

serta proses pengembangannya. Materi pembelajaran apresiasi dan kreasi yang

(28)

proses/langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran tersebut digunakan

pendekatan, model, metode, media dan evaluasi pembelajarannya. Rancangan ini

mencakup tujuan penggunaan pengembangan materi pembelajaran, penggunanya

dan deskripsi pengembangan materi tersebut. Tujuan penggunaan dari

pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan adalah memenuhi

kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang bersumber pada budaya

setempat. Materi ini diharapkan menjadi sumber pembelajaran bagi guru seni

budaya dan siswa SMP kelas VII di Tasikmalaya dalam rangka pencapaian SK

(9) Mengapresiasi karya seni rupa (10) Mengekspresikan diri melalui karya seni

rupa dan KD (9.2) Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan

teknik karya seni rupa terapan daerah setempat dan (10.2) Membuat karya seni

kriya dengan teknik dan corak daerah setempat.

Pengembangan produk awal dari pengembangan materi pembelajaran ini

adalah hasil penelitian dan pengumpulan data tentang kriya pandan yang

dikonversi/disusun dengan memperhatikan panduan pengembangan materi

pembelajaran yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Draft materi

pembelajaran kriya anya pandan ini dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan, secara rasional

(29)

berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah

berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut (Sugiyono.

2008: 302). Selanjutnya Sugiyono menjelaskan bahwa” Validasi desain dapat

dilakukan denan cara peneliti mempresentasikan proses peneitian sampai

ditemukan desain tersebut berikut keunggulannya kemudian mendiskusikannya

dengan para pakar, dalam hal ini khususnya pakar/ahli pembelajaran seni rupa,

sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan produk tersebut”. Disamping

didiskusikan dengan para pakar/ahli pembelajaran seni rupa juga didiskusikan

dengan pemakai produk, yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota

Tasikmalaya. Pakar atau tenaga ahli pembelajaran seni rupa yang melakukan

penilaian produk materi pembelajaran ini, adalah:

a. Bapak Drs. H. Enday Tarjo, M.Pd (Dosen Jurusan Seni Rupa UPI

Bandung)

b. Bapak Ayi Koswara, M.Sn (Dosen Jurusan Seni Rupa UPI Bandung).

Adapun pemakai produk di lapangan yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di

Kota Tasikmalaya yang melakukan penilaian terhadap produk materi

pembelajaran ini, adalah:

a. Nono Tarsono S.Pd (Guru Seni Rupa SMPN 15 Tasikmalaya).

b. Dadan Kadarisman, S.Pd (Guru Seni Rupa SMPN 17 Tasikmalaya).

5. Perbaikan Desain

(30)

lalui diskusi dengan para pakar/ahli pembelajaran seni rupa dan pemakai produk,

ditemukan beberapa kelemahan. Pada tahap ini, peneliti berupaya untuk

mengurangi kelemahan tersebut dengan cara memperbaiki desain.

6. Uji Coba Produk

Setelah draft awal diperbaiki berdasarkan masukan dari pakar/ahli

pembelajaran seni juga pemakai produk, yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di

Kota Tasikmalaya kemudian diujicobakan di kelas VII A, SMPN 3 Tasikmalaya

dalam 3 x pertemuan atau 3 x (2 x 40 menit). Selama uji coba dilaksanakan

diadakan pengamatan/observasi.

7. Revisi Produk

Draft materi pembelajaran kriya anyam pandan yang telah diujicobakan

diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi/pengamatan selama uji

coba, kemudian diujicobakan kembali di 3 kelas yaitu kelas VII E, VII G, VII H

SMPN 3 Tasikmalaya dalam 3 x pertemuan atau 3 x (2 x 40 menit). Selama uji

coba dilakukan pengamatan/observasi kembali. Hasil evaluasi/pengamatan selama

uji coba, digunakan untuk memperbaiki kembali draft materi pembelajaran

tersebut.

8. Uji Coba Pemakaian

Draft yang sudah diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil

pengamatan pada uji coba sebelumnya selanjutnya diterapkan di SMP lingkup

Kota Tasikmalaya yaitu di SMP Al Mutaqin Tasikmalaya, SMPN 1 Tasikmalaya

(31)

9. Revisi Produk

Hasil pengamatan pada waktu uji coba pemakaian draft materi

pembelajaran kriya anyam pandan di SMP Al Muttaqin Tasikmalaya, SMPN 1

Tasikmalaya dan di SMPN 4 Tasikmalaya digunakan untuk revisi produk/draft

tersebut.

10. Diseminasi dan Implementasi/Pembuatan Produk Masal.

Setelah dihasilkan materi pembelajarn kriya anyam pandan yang sudah

diuji keabsahanya, langkah selanjutnya adalah diseminasi, implementasi dan

institusionalisasi. Diseminasi merupakan langkah untuk mensosialiasikan dan

menyebarkan hasil penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian dan

pengembangan materi pembelajaran ini disosialisasikan dan disebarkan kepada

guru-guru seni seni rupa pada tingkat SMP di Kota Taikmalaya melalui pertemuan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Seni Budaya Kota Tasikmalaya tanggal 5 April

2010 yang diselenggarakan di SMPN 7 Tasikmalaya.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan

analisis data. Data didekati melalui instrumen manusia, bukan melalui iventaris,

daftar pertanyaan atau alat lain (Patilima. 2007: 57). Instrumen penelitian pada

pendekatan kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam

penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya

(32)

sebagai instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari

keseluruhan penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus berupaya menerapkan

rambu-rambu, yaitu peneliti harus memahami latar belakang penelitian,

mempersiapkan diri, meyakini hubungan di lapangan dan melibatkan diri sambil

mengumpukan data (Moleong. 1993: 102). Selanjutnya Moleong menjelaskan

bahwa “Peneliti berusaha semaksimal mungkin memahami, mendalami dan

menerapkan rambu-rambu yang telah ditentukan tersebut agar tujuan penelitian

dapat dicapai”. Proses pengumpulan datanya mengutamakan perspektif emic,

artinya mementingkan pandangan subyek penelitian, yakni bagaimana mereka

memandang, menafsiran kehidupan dan pendiriannya (Wardhani,RMP. 2007: 71).

C. SUBJEK PENELITIAN

Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian yaitu stikeholders

pendidikan seni budaya yang berada pada tataran operasional di Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Mereka adalah guru-guru seni budaya/seni rupa di

SMP Negeri 1-21 dan 6 SMP Swasta di kota Tasikmalaya. Data yang ingin

diketahui adalah bentuk materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa

terapan daerah setempat yang diberikan kepada siswa di sekolah masing-masing.

Untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang hal tersebut di atas sekaligus

untuk kepentingan uji coba pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan

kreasi seni rupa terapan daerah setempat maka subjek penelitian dipilih secara

purposif (sesuai dengan tujuan) sesuai dengan kelaziman dalam penelitian

(33)

tidak pula mengunakan populasi sampel yang banyak melainkan dipilih

berdasarkan tujuan penelitian (purposive) (Nasution. 1988: 11). Ciri-ciri sampel

bertujuan seperti rancangan sampel, pemilihan sampel dengan teknik sampling

’bola salju’ dan pertimbangan, dengan penyesuian berkelanjutan dan penelitian

berakhir setelah terjadi pengulangan (Moleong. 1993: 165). Sehubungan dengan

itu berdasarkan urgensi serta kemudahan akses imformasi maka subyek penelitian

ini terdiri dari:

1. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 1 orang (Bapa Ucu Husaeni, S.Pd)

dan siswa kelas VII A sebanyak 31 orang dari SMP Negeri 1 Tasikmalaya,

Jl. Oto Iskandardinata No. 21 Tasikmalaya, berlokasi di Kecamatan

Tawang, mewakili Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

2. Guru seni rupa kelas VII sebanyak1 orang 1 (BapaTatang, S.Sn) dan siswa

kelas VII B sebanyak 30 orang di SMP Al Muttaqin, Jl. Jendral Ahmad

Yani No. 140 Kota Tasikmalaya, mewakili Sekolah Standar Nasional

(SSN).

3. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 2 orang (Asep Subjana dan penliti) dan

siswa kelas VII A sebanyak 44 orang , VII E sebanyak 43 orang, VII G

sebanyak 44 orang, VII H sebanyak 44 orang di SMP Negeri 3

Tasikmalaya, Jl. Merdeka No.17 Tasikmalaya, berlokasi di Kecamatan

Tawang, mewakili Sekolah Rintisan Standar Nasional (SRSN).

4. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 1 orang (Bapa Dede Burhanudin, S.Pd)

(34)

Jl. R.A.A. Wiratanuningrat No.10 Kota Tasikmalaya, mewakili Sekolah

Rintisan Standar Nasional (SRSN).

Subyek penelitian yang terdiri dari guru seni rupa kelas VII dan siswa

kelas VII di empat sekolah ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif

dan mewakili sejumlah 21 SMP Negeri dan 22 SMP Swasta yang berada di kota

Tasikmalaya.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data penelitian, sehingga diperoleh data yang valid

dan reliabel yang mampu dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan

penelitian maka dilakukan teknik pengumpulan data dengan cara:

1. Wawancara

Untuk memperoleh data awal bagi pengembangan materi pembelajaran

adalah melakukan wawancara dengan guru-guru seni budaya (seni rupa) yang

tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP di Kota

Tasikmalaya mengenai materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa

terapan daerah setempat yang diberikan di sekolah masing-masing. Wawancara

merupakan metode yang sangat penting di dalam penelitian kualitatif dan

merupakan wawancara terhadap individu-individu yang dipilih. Terdapat empat

tipe wawancara, yaitu: (1) wawancara terstruktur (structured), (2) wawancara semi

terstruktur (semistructured), (3) wawancara informal (Informal) (4) dan

wawancara retrospective (Fraenkel, R.J. 1993: 385 ). Studi awal untuk

(35)

daerah setempat untuk tingkat SMP di Tasikmalaya saat ini menggunakan teknik

wawancara informal, seperti percakapan biasa, mencari atau membicarakan apa

yang menjadi ketertarikan peneliti dan subyek penelitian. Maksud utama dari

wawancara informal adalah untuk menemukan atau memperoleh gambaran

mengenai jenis materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya. Wawancara ini bersifat luwes

disesuaikan kebutuhan dan kondisi yang di sebut dengan wawancara tidak

berstruktur. Wawancara tidak berstruktur sering juga disebut wawancara

mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka

(Mulyana. 2001: 180). Wawancara dilakukan juga secara terarah dan tidak

terarah. Wawancara tidak terarah adalah wawancara yang bersifat santai, bebas

dan memberikan kesempatan yang ditanyakan sesuai dengan pengalaman yang

dimilikinya (Nasution. 1992: 20). Wawancara dibagi ke dalam dua fungsi yaitu

pertama sebagai modal utama dalam penelitian kedua sebagai pelengkap dari

metoda observasi ( Muhajir. 2000: 142).

2. Observasi Partisipasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang

melibatkan interaksi sosial anatara peneliti dan subjek dalam suatu penelitian.

Melalui pengamatan berperan serta, peneliti dapat berpartisipasi dalam rutinitas

subyek penelitian baik mengamati apa yang mereka lakukan, mendengar apa yang

mereka katakan dan menanyai orang-orang lainnya di sekitar mereka selama

jangka waktu tertentu (Mulyana. 2001: 175). Pada penelitian ini peneliti

(36)

orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas

mereka (Stainback dalam Sugiono. 2005: 65). Observasi dilakukan dengan

mengacu pada prinsip-prinsip: “obsever as particpant”, dimana hasil-hasil

observasi dikumpulkan dan dicatat secara rutin, untuk dilakukan pengkategorian

data, seperti juga data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dari

sumber-sumber lain. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu uji coba

pengembangan materi pembelajaran. Pengamatan meliputi kesesuaian (relevansi),

keajegan (konsistensi) dan kecukupan (adequacy) dari materi pembelajaran kriya

anyam pandan serta mengamati kesesuaian materi dengan potensi siswa, relevansi

dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,

sosial dan spritual siswa, kebermanfaatan bagi siswa, struktur keilmuan,

aktualitas, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan dan

alokasi waktu. Pengamatan berperan serta yaitu menjadi pengamat sekaligus

menjadi anggota resmi dari kelompok yang sedang diamati (Maleong.2000:

126-127). Peneliti melakukan observasi partisipasi di empat SMP Negeri dan Swasta

di Kota Tasikmalaya yang dijadikan lokasi penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi, memperjelas dan mempermudah penelitian dan

pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat untuk tingkat SMP di Kota Tasikmalaya digunakan foto-foto, catatan,

serta dokumen yang diperlukan. Studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap

silabus, pemetaan pembelajaran dan RPP masing-masing sekolah yang berada di

(37)

coba pengembangan materi pembelajaran didokumentasikan untuk kepentingan

pengumpulan data. Studi dokumentasi (documentary study) merupakan suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata. 2005:

78).

4. Studi Litelatur

Studi literatur dilakukan peneliti bertujuan menemukan teori- teori,

kebijakan, peraturan serta menemukan hasil penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan konsep dan prinsip seni rupa terapan, konsep budaya daerah,

materi pembelajaran, apresiasi, kreasi dan pengembangan materi pembelajaran

baik melalui buku, jurnal, artikel, majalah, buletin, skripsi, tesis, ensiklopedi,

kamus dan browsing data dari internet. Telaah teoritis dan studi literatur dari para

pakar ilmu yang telah diuji kebenarannya sangat membantu peneliti. Studi

litreratur mengenai konsep dan teori lainnya untuk menunjang pengembangan

materi pembelajaran ini adalah studi tentang pendekatan, model, metode, media

dan evaluasi pembelajaran.

E. “MEMBER-CHECKS” DAN TRIANGULASI

1. “Member-Checks”

Teknik “member-checks” digunakan untuk melakukan pengecekan

kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada yang

bersangkutan (Alwasilah. 2000: 172). Pada penelitian ini pengecekan dilakukan

(38)

Tatang, S.Sn, Bapak Dede Burhanudin dan Bapa Asep Subjana. Peneliti

menanyakan kepada ressponden tentang hasil interprestasinya terhadap data yang

diperolenya.

2. Triangulasi

Teknik ini merujuk pada pengumpulan informasi atau data dari individu

dan latar dengan menggunakan berbagai metode. Cara ini baik untuk mengurangi

bias yang melekat pada satu metode dan memudahkan melihat keluasan

penjelasan (Alwasilah. 2000: 175,176). “Triangulation: cross checking of data

using multiple of data source or multiple data collection procedure” (Fraenkel,

R.J. 1993:558). Triangulasi yaitu pemeriksaan silang data dengan menggunakan

data dari berbagai sumber atau melalui prosedur pengumpulan data dari berbagai

sumber. Dalam rangka memperoleh kepastian data untuk keperluan

pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan dilakukam pemeriksaan

silang data, meliputi hasil wawancara dengan guru, observasi selama proses

pembelajaran serta mempelajari dokmen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), pemetaan materi pembelajaran serta Rencana Pelaksanaan Pembelajran

(RPP).

F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data kualitatif diperoleh dari hasil pengumpulan data dan imformasi

dengan berbagai teknik pengumpulan data meliputi teknik wawancara, observasi

partisipasi dan studi dokumentasi. Semua data yang diperoleh kemudian dianalisis

(39)

data dapat diolah dengan lebih dari satu cara, setiap peneliti harus menemukan gaya

keterampilan intelektualnya sendiri (Schumacher. 1997: 505). Selanjutnya Schumacher

menjelaskan bahwa ” Pengolahan dan analisis data kualitatif adalah satu kegiatan eclektic

(bersifat memilih dari berbagai sumber), tidak hanya ada satu jalan yang “benar”, untuk

itu mereka sangat berhati-hati, mereka berharap dapat menghindarkan standarisasi proses,

karena ciri dari penelitian kualitatif adalah di dalamnya ada kreativitas si peneliti”.

Pada penelitian kualitatif diperlukan kreativitas peneliti untuk mencari cara

yang paling tepat di dalam melakukan pengolahan dan analisis data.

Pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan diawali kegiatan

pengumpulan data tentang kriya anyam pandan Tasikmalaya kemudian dianalisis.

Pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan harus memenuhi

kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah

setempat yang bersumber pada culture setempat.

Langkah-langkah analisa data diantaranya koleksi data (data collection),

penyederhanan data (data reducional), penyajian data (data display) dan

pengambilan kesimpulan (verifikasi conclusion, drawing verving) (Nasution,

S.1993: 129).

1. Koleksi Data

Penelitian ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang diawali dengan

adanya kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan

daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang sesuai dengan

budaya setempat. Kebutuhan ini tergambar dari koleksi data yang diperoleh pada

studi awal melalui teknik wawancara dan observasi yang dilakukan kepada

(40)

Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP Kota Tasikmalaya. Analisa data diperkuat

dengan hasil studi dokumentasi terhadap silabus, pemetaan pembelajaran dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masing-masing SMP yang

menggambarkan bahwa penyusunan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni

rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikamalaya belum

memadai. Hal ini ditandai dengan kenyataan bahwa hampir seluruhnya

menggunakan bahan ajar/materi pembelajaran yang sifatnya nasional/pusat.

Berkaitan dengan hal itu maka pada siklus berikutnya dilakukan penelitian dan

pengumpulkan data dari salah satu bentuk seni rupa terapan daerah Tasikmalaya

yaitu kriya anyam pandan dengan tujuan memperoleh data selengkap mungkin

sehingga tergambarkan keberadaan kriya tersebut mencakup bahan, alat, bentuk,

fungsi dan estetik yang dapat dijadikan bahan ajar/materi pembelajaran.

2. Reduksi Data

Pada tahap ini seluruh data yang telah diperoleh pada siklus tadi ditelaah

dan dianalisa kembali kemudian dikonversi dengan berpedoman pada panduan

pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan oleh Departemen

Pendidikan Naional, menjadi materi pembelajaran namun masih dalam bentuk

draft/produk awal, kemudian dikonsultasikan kepada ahli pembelajaran dan

pemakai produk (guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya).

3. Diplay Data

Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok yang sudah

dirangkum secara sistematis sehingga diperoleh tema dan pola yang jelas. Pada

(41)

coba tersebut dilakukan pengamatan dan evaluasi pada beberapa aspek

diantaranya adalah relevansi, konsistensi, kecakupan Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD), kesesuaian dengan indikator dan alokasi waktu.

Hasil pengamatan dan evaluasi selama uji coba dijadikan masukan untuk

perbaikan/penyempurnaan.

4. Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap ini merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang

dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan cara member chek yang

dilakukan selama atau sesudah data dikumpulkan. Teknik “member-checks”

digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan

menanyakan langsung kepada yang bersangkutan (Alwasilah. 2000: 172).

Member-checks digunakan untuk mengecek kebenaran dan imformasi hasil

wawancara agar peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik. Data itu

harus diakui dibenarkan oleh sumber imformasi dan diterima kebenarannya oleh

sumber atau imforman lainnya. Pada penelitian ini Member-checksdilakukan

dengan cara mengkonfirmasi hasil wawancara kepada nara sumber untuk

menghindari kesalahan interprestasi dalam pengolahan data. Pada tahap ini

(42)

G. INDIKATOR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 1

Indikator Pengembangan Materi Pembelajarn Kriya Anyam Pandan

No Aspek yang

Kesesuaian materi dengan SK dan KD

2 Keajegan (konsistensi)

Materi pembelajaran yang dikembangkan mewakili SK (9) Mengapresiasi karya seni rupa dan (10) Mengekspresikan diri melalui dengan teknik dan corak daerah setempat.

Materi pembelajatran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Afektif untuk meningkatkan kemampuan apresiasi,

mencakup kemampuan

(43)

pandan Tasikmalaya dengan

a. Perkembangan dalam segi fisik memungkinkan siswa mampu mengerjakan tugas-tugas kriya anyam pandan yang memerlukan alat dan perlengkapan.

(44)

Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Anonim. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Anonim. (2004). Kurikiulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi.

Anonim. (1994). Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan. Semarang: IKIP Press.

Anonim. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Atmoko, Y. (2009). Pelaksanaan metode apresiasi dan proses kreasi dalam pembelajaran pendidikan seni rupa di sekolah menengah atas (SMA) Negeri 1 wonogiri kabupaten wonogiri. Tesis pada Program Studi

Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Bahtiar, T. ( 2008). Efektivitas Presentasi Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cileunyi. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UNS Solo: tidak diterbitkan.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Budiman, K. (2005). Ikonisitas. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Darsono, M. dkk. ( 2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI.

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta: Depdikbud.

Djohar. (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: IKIP

(45)

Hermawan, Y. (2008). Pelaksanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Apresiasi Karya Seni Rupa Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Karangrejo. Skripsi Jurusan Seni dan Desain - Fakultas Sastra UM: tidak diterbitkan.

Hidayat. (2008). Kajian Bentuk dan Fungsi Wawadahan Tradisional Sumedang. Makalah pada Seminar Nasional Menggali Budaya Rupa Nusantara. Bandung: UPI.

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Ibrahim dan Sukmadinata, N.S. ( 1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

KTSP SMP Negeri 1 Tasikmalaya (2009).

KTSP SMP Negeri 3 Tasikmalaya (2009).

KTSP SMP Negeri 4 Tasikmalaya (2009).

KTSP SMP Al Mutaqin Tasikmalaya(2009) .

Miles, Matthew dan Huberman, A. M. (1988). Qualitative data Analysis. Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moeliono, A. dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Moris, W. (1976). The American Heritage Dictionary of the English Language. Boston: Houghton Mifftin,Co.

Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya. Bandung: Rosda

(46)

Patilima, H. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pidarta, M. (1997). Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwadarminta, WJS. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ponimin. (2009). Glocal Culture. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

Prawira, NG. (2008). Pengantar Metodologi Penelitian. Bandung: UPI.

Prawira, NG. & tim dosen Seni Rupa PGSD/ PGTK. (2005). Seni Rupa dan Kerajinan. Bandung: UPI.

Rahayu at all (2008). Kajian Etnobotani Pandan Samak (Pandanus odoratissimus L.f.): Pemanfaatan dan Peranannya dalam Usaha MenunjangPenghasilan Keluarga di Ujung Kulon, Banten. Bogor: LIPI.

Ratnawaty. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Menganalisis Desain Busana Sesuai Bentuk Tubuh Bermasalah. Tesis Magister Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rohidi, R. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI Press.

Rohidi,TR. (2002). Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia dalam Era Globalisasi yang Terbuka. Makalah pada Seminar Internasional Seni Rupa PPs ISI. Yogyakarta: ISI

Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Rohidi, T. (1998). “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan DalamSeminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 12-13 September 2001. Bandung: ITB.

(47)

RupaTradisional.22-28 Februari 2000. Makasar: UNM.

Sa’ud, US. & Suherman, A. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Sa’ud, US. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: UPI

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, SN. (2005). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tilaar, HAR. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wardhani, RMP. (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Menggambar,Studi Kasus Pembelajaran seni Rupa dalam kegiatan ekstra kurikuler Menggambar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ani’mah,Desa Sukamenak,Kecamatan Margahayu,Kabupaten Bandung. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Widagdo (2000). Desain dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Winkel WS. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yudoseputro, W. (1983). Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soeteja, Z. (2009).Pendidikan Melalui Seni Kriya. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

http://jalidu.multiply.com/journal/item/2, 30 November 2009.

http//www.imahtasik.com,12-12- 2009.

id.wikipedia.org/seni rupaterapan, 1-1-2010.

id.answer,yahoo.com/question/index, 1-1-2010.

mazgun.wordpress.com/seni terapan, 1-1-2010.

Gambar

Tabel 1 Indikator Pengembangan Materi Pembelajarn Kriya Anyam Pandan

Referensi

Dokumen terkait

Sekaitan dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada enam prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya: (1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan

Tolok ukur dampak terhadap aspek sosial ekonomi adalah jumlah tenaga kerja yang memperoleh kesempatan kerja dan masyarakat yang memanfaat kan kesempatan berusaha, tingkat

Konsep digitalisasi, menurut Sukmana (2005) adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk

POKJA III ULP Pemerintah Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2014 akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan

24% 35% 40% 42% 47% 58% 66% 27% 43% 47% 50% 54% 66% 74% Researching destination Over half (54%) of researchers use  TripAdvisor when comparing  destination

Bangka Tengah, Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka i Tengah, Jl Raya By Pass No. 1

In diction, it is analyzed that the words in the title of advertorials are chosen to make it look fascinating, meanwhile positive words in the body text are used to build

Key words and phrases : Probability in Banach spaces, autoregressive processes, law of large numbers, central limit theorem, Ornstein-Uhlenbeck process, stochastic