OPTIMASI EKSTRAKSI SENYAWA α
-MANGOSTIN DARI
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.)
SKRIPSI SARJANA FARMASI
Oleh
OKTOVIANI
No. BP. 07 131 054
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Andalas Padang
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Dra. Elidahanum Husni, MSi, Apt
Pembimbing II
iii
ABSTRAK
Telah dilakukan optimasi ekstraksi senyawa α-mangostin dari kulit buah
iv
ABSTRACT
v
2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Garcinia mangostana Linn.
2.1.2 Morfologi spesies Garcinia mangostana Linn.
4
4
2.1.3 Bagian-bagian buah Garcinia mangostana Linn. 5
vi
III. PELAKSANAAN PENELITIAN 17
3.1Waktu dan tempat pelaksanaan 17
3.2Metodologi penelitian
3.4.6 Penentuan kadar α-mangostin dalam ekstrak
3.4.6.1Pemeriksaan kemurnian α-mangostin
vii 3.4.6.3Pembuatan larutan ekstrak
3.4.6.4Kromatografi lapis tipis (KLT)
3.4.6.5Penentuan kadar
22
23
24
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1 Hasil 25
4.2 Pembahasan 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN 33
5.1. Kesimpulan 33
5.2 Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I. Perlakuan tiap-taip track dari plat 46
II. Hasil pemeriksaan spektrum IR senyawa α-mangostin pembanding
47
III. Hasil pemeriksaan spektrum UV senyawa α-mangostin pembanding
48
I V. Kemurnian α-mangostin 49
V. Data nilai rendemen tiap-tiap metoda 50
VI. Keterangan kurva kalibrasi 51
VII. Jumlah α-mangostin dalam tiap track sampel 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagian-bagian buah manggis 5
2 Struktur α-mangostin 8
3 Diagram alir prosedur penelitian 39
4 Skema maserasi kulit buah G. mangostana Linn. 40
5 Skema perkolasi kulit buah G. mangostana Linn. 41
6 Skema sokletasi kulit buah G. mangostana Linn. 42
7 Skema kerja penentuan kadar α-mangostin 43
8 Surat identifikasi Garcinia mangostana Linn. 44
9 Pola kromatografi lapis tipis 10X5cm 43
10 Pola kromatografi lapis tipis 20X20 cm 46
11 Spektrum IR senyawa α-mangostin pembanding 47
12 Spektrum UV senyawa α-mangostin pembanding 48
13 Grafik rendemen ekstrak 50
14 Kurva kalibrasi 51
15 Profil kromatogram larutan ekstrak dengan cara sokletasi 52
16
17
18
Profil kromatogram larutan ekstrak dengan cara perkolasi
Profil kromatogram larutan ekstrak dengan cara maserasi
Grafik kadar α-mangostin
52
52
1
I. PENDAHULUAN
Alam merupakan sumber utama penemuan obat-obat baru. Melalui
bahan alam yang secara tradisional digunakan oleh masyarakat awam sebagai
bahan obat, para peneliti melakukan penyempurnaan bahan tersebut hingga
menjadi obat. Sebagai contoh bahan alam tersebut adalah buah manggis yang
selama ini digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti diare,
radang amandel, disentri, wasir dan keputihan (Ruknama, 2008).
Manggis merupakan buah tropis basah yang banyak terdapat di hutan
belantara Indonesia. Manggis telah dikembangkan dengan baik di Indonesia,
tepatnya di Kabupaten Tasikmalaya (Kastaman, 2006). Selain Tasikmalaya,
manggis juga berkembang dengan baik di wilayah Sumatra Barat seperti di
kabupaten Padang Panjang, Lima Puluh Kota, Agam dan Sijunjung.
Kandungan kimia kulit buah manggis adalah xanthon, mangostin,
garsinon, flavonoid dan tannin (Soedibyo, 1998). Menurut hasil penelitian kulit
buah manggis memiliki aktivitas antitumor, anti-inflamasi, antialergi, antibakteri,
antifungi, antiviral, antimalaria, dan antioksidan (Chaverri, 2008; Bumrungpert, et
al., 2010).
Salah satu kandungan kimia kulit buah manggis yang juga merupakan
senyawa kimia yang mendominasi kulit buah manggis adalah xanton. Xanton
merupakan golongan senyawa yang memiliki kaitan biogenesis yang erat dengan
flavonoid. Dari kaitannya dengan flavonoid ini, dapat diperkirakan bahwa
2
berikatan dengan suatu gula. Karena itu, biasanya xanton dalam tumbuhan bersifat
polar (Pradipta, Nikodemus & Susilawati, 2007). Tetapi jika dilihat dari struktur
kimianya, inti xanton lebih menunjukkan sifat yang semipolar (Chaverri, 2008)
karena cincin aromatik trisiklik yang disubstitusi dengan bermacam-macam
gugus fenolik, metoksi, dan isopren (Walker, 2007).
Senyawa golongan xanton yang paling banyak terdapat dalam kulit
manggis adalah α-mangostin (Wahyuono, Astuti, & Artama, 1999; Pothitirat &
Gritsanapan, 2009). Senyawa α-mangostin sendiri memiliki berbagai macam
aktivitas seperti sebagai antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker
(Jung H, 2006; Palakawong, Sophanodora, Pisuchpen & Phongpaichit, 2010).
Secara fitokimia, mangostin merupakan senyawa terbanyak yang dikandung kulit
buah manggis.
Sampai saat ini, manggis telah banyak menarik perhatian para peneliti.
Namun kebanyakan diantara penelitian ini terkendala pada upaya mendapatkan
bahan aktif dari kulit buah manggis itu sendiri. Bahan aktif yang terdapat dalam
kulit buah manggis sangatlah sedikit. Hal ini terbukti dari penelitian yang sudah
pernah dilakukan, nilai rendemen dari fraksi kental kulit buah manggis
menggunakan pelarut n- heksana hanya sebesar 1,2%, nilai rendemen dari fraksi
kental kulit buah manggis menggunakan pelarut diklorometan hanya sebesar
0,4%, nilai rendemen dari fraksi kental kulit buah manggis menggunakan pelarut
butanol hanya sebesar 0,5% ( Putra, 2011). Belajar dari penelitian sebelumnya,
peneliti terus berusaha mencari metoda ekstraksi terbaik dari kulit buah manggis.
3
Penelitian ini menggunakan 3 macam metoda ekstraksi yaitu maserasi,
perkolasi dan sokletasi. Ketiga metoda ini dipilih karena dapat mengekstraksi
senyawa-senyawa menggunakan pelarut anorganik seperti dkloro metana dan
n-heksana. Masing-masing metoda memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika
dibandingkan antara ketiganya, maka maserasi merupakan metoda yang paling
sederhana dan murah. Namun, pada metoda maserasi ini sangat rentan terjadi
penyarian yang tidak sempurna. Sementara perkolasi merupakan metoda yang
sudah cukup baik dalam mengatasi masalah penyarian yang tidak sempurna.
Tetapi, metoda perkolasi membutuhkan pelarut dalam jumlah banyak. Yang
terakhir adalah sokletasi. Sokletasi merupakan metoda yang dinilai paling
sempurna dari ketiga metoda tersebut. Karena sokletasi hanya memerlukan pelarut
dalam jumlah yang lebih kecil dan terhindar dari proses penyarian yang tidak
sempurna karena penyarian dilakukan berulang-ulang dengan cara pemanasan
(Depkes RI, 1995).
Berdasarkan teori diatas, maka dilakukan penelitian optimasi ekstraksi
dari kulit buah manggis. Dari ketiga metoda ini, akan terlihat metoda yang
menghasilkan rendemen ekstrak paling optimal dan metoda yang menghasilkan