BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi bencana, baik gempa bumi, longsor, tsunami, puting beliung dll. Bencana yang terjadi di Indonesia banyak disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor yang paling mempengaruhi ialah keadaan topografi di Indonesia, termasuk pola pergerakan
angin puting beliung.
Angin puting beliung merupakan bencana yang dapat diprediksi, walaupun demikian lokasi kejadiannya masih menjadi teka-teki yang harus dipecahkan. Menurut Nugroho Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana( BNPB ) (2012) angin puting beliung sangatlah susah terdeteksi oleh satelit, cakupan terjangan hanya mencapai 2 km dan durasi waktunya kurang dari 10 menit, sehingga petugas tidak dapat mengetahuinya. BNPB (2012) menyebutkan pada tahun 2002, bencana angin puting beliung hanya terjadi 14 kali. Kemudian pada tahun 2006, naik menjadi 84 kejadian. Tahun 2010 ada 402 kali kejadian.Tahun 2011, turun hingga hanya ada 285 kejadian. Pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi 295 kejadian. Sedangkan dalam kurun waktu februari-maret 2013, paling sedikit ada 77 kejadian yang ditimbulkan oleh angin puting beliung.Kejadian-kejadian ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia terancam bencana angin puting beliung, baik skala lokal, regional maupun global.
Kerusakan yang diakibatkan oleh angin puting beliung sangat besar, terutama pada bangunan, pohon-pohon besar menjadi tumbang, jatuhnya papan reklame, rusaknya jembatan, hingga kehilangan harta dan jiwa. Per tahun 2012,
rumah rusak ringan. Sejalan dengan informasi ini dapat diketahui bahwa skala kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana angin puting beliung sangat besar.
Berdasarkan data tersebut dampak yang paling besar ditimbulkan ialah dampak terhadap rumah warga, yang tercatat hingga 18.590 rumah warga yang mengalami kerusakan ringan hingga berat. Perkembangan permukiman yang dibangun tanpa memperlihatkan standar serta kualitas dapat mengakibatkan bangunan tersebut tidak mampu menahan terjangan angin kencang dan kuat seperti puting beliung.
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang tercatat paling sering mengalami bencana puting beliung dibandingkan dengan kabupaten yang termasuk dalam SuBoSuKoWonoSraTen.
Jumlah kejadian bencana angin puting beliung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kejadian Puting Beliung Di SuBoSuKoWonoSraTen
No. Kabupaten
Tahun
2010 2011 2012 2013
1 Boyolali 7 7 6 6
2 Karanganyar 2 3 7 3
3 Klaten 0 0 14 20
4 Sragen 17 18 20 3
5 Sukoharjo 0 0 0 2
6 Wonogiri 0 0 5 3
7 Surakarta tidak tercatat tidak tercatat tidak tercatat tidak tercatat
Sumber : BPBD SuBoSuKoWonoSraTen Tahun 2010 – 2013
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa kejadian bencana angin puting beliung yang terjadi di daerah SuBoSuKoWonoSraTen tercatat paling banyak diterjang oleh angin puting beliung adalah Kabupaten Sragen dari tahun 2010 hingga 2013.
merupakan kecamatan yang tercatat paling banyak mengalami bencana angin puting beliung dapat dilihat pada Tebel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Kejadian Bencana Angin Puting Beliung Di Kabupaten Sragen Tahun 2010-2013
No Kecamatan Jumlah Kejadian
1 Sumbirejo 2
2 Gondang 2
3 Sambung Macan 1
4 Jenar 2
5 Tangen 3
6 Ngrampal 5
7 Karangmalang 4
8 Kedawung 3
9 Sragen 3
10 Gesi 2
11 Sidoharjo 1
12 Masaran 0
13 Plupuh 4
14 Tanon 11
15 Sukadane 0
16 Mondokan 5
17 Sumberlawang 2
18 Gemolong 2
19 Kalijambe 3
20 Miri 3
Sumber: BPBD Kabupaten Sragen
Tabel 3. Kerugian yang Ditimbulkan Akibat Terjangan Angin Puting Beliung Di SuBoWonoSraTen Tahun 2012
NO. Kabupaten
2012 Kerugian
Rumah Pohon Korban Jiwa
1 Boyolali 33 0 0
2 Karanganyar 134 6 0
3 Klaten 396 0 0
4 Sragen 124 0 0
5 Sukoharjo 0 0 0
6 Wonogiri 48 0 0
7 Surakarta Tidak Tercatat Tidak Tercatat Tidak Tercatat Sumber : BPBD SuBoSuKoWonoSraTen Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa kerugian yang tercatat paling besar merupakan kerusakan rumah warga atas kejadian bencana puting beliung, meskipun demikian bencana ini bukan termasuk bencana yang mematikan di
Indonesia, karena tercatat pada Tabel 3 tidak terdapat jumlah korban jiwa, meskipun demikian bencana puting beliung harus diantisipasi oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di daerah penelitian, maka penulis mengambil judul“ Analisis Kerentanan Bangunan Terhadap Bencana Angin Puting Beliung Di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen ”
2. Perumusan Masalah
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang tercatat banyak mengalami bencana putting beliung bila dibandingkan dengan kabupaten yang terdapat di kelompok SuBoSuKoWonoSraTen dari tahun 2010 hingga 2013.
Berdasarkan latar belakang di atas maka merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
2. Bagaimana agihan kerentanan bangunan terhadap bencana angin puting beliung di Kecamatan Tanon ?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui zona kecepatan angin berdasarkan skala Fujita dengan menggunakan prediksi tingkat kerusakan bangunan akibat terjangan angin puting beliung ( angin kencang ) di Kecamatan Tanon
2. Mengetahui agihan kerentanan bangunan terhadap bencana angin puting beliung di Kecamatan Tanon
3. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap zona kecepatan angin di Kecamatan Tanon
4. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan yang pernah terjadi akibat terjangan angin puting beliung di Kecamatan Tanon
4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk :
1. Memenuhi tugas akhir skripsi sebagai mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. Menambah refrensi tentang bencana angin puting beliung bagi orang lain dan instansi yang terkait
5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 5.1. Telaah Pustaka
Nurlambang, dkk., ( 2013 ) mengatakan bahwa proses terjadinya angin puting beliung terjadi secara singkat dan cepat, sehingga sulit untuk diprediksi
BMKG ( 2013 ) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang ditimbulkan oleh angin puting beliung, dan karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Karakteristik Angin Puting Beliung Kriteria Tanda Kejadian Daerah
Tumbuhnya Di darat
Durasi Waktu 3 hingga 5 menit
Sifat Destruktif
Dapat menghancurkan rumah, pohon tumbang dan menelan korban jiwa
Sumber: BMKG
Eddy Hermanto ( 2007 ) menyatakan bahwa akibat yang dihasilkan oleh
kehadiran puting beliung dapat berupa akibat langsung, yaitu melayangnya benda padat, robohnya bangunan (rumah, ibadah, menara, dan antena), pagar tembok,
bangunan terkena petir, tanaman dengan tajuk yang lebar karena tanpa perawatan, korban manusia akibat terkena benda terbang atau bahkan terbang-jatuhnya manusia yang tidak sempat berlindung.
Tutik Winarsih (2010) menyebutkan bahwa kerusakan bangunan dapat dipengaruhi oleh angin, Faktor anginAngin kencang sering mengakibatkan kerusakan pada bangunan. Angin akan dapat mengakibatkan daya hisap ataupun daya tekan pada bangunan. Angin kencang telah mengakibatkan kerusakan pada
ribuan rumah atau bangunan, yang pada umumnya diakibatkan oleh usia bangunan yang sudah tua atau kurang sempurnanya sistem konstruksi yang digunakan.
Menurut INSIST, Yogyakarta ( 2011 ) mengukur kekuatan dan dampak puting beliung dapat menggunakan skala Fujita, skala tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Skala Fujita
Kategori Kecepatan Angin Tingkat Kerusakan
F0 ( Lemah ) 64-116 Km/Jam ( 40-72 mph ) Kerusakan pada atap rumah F1 ( Sedang ) 117-181 Km/Jam ( 73-112 mph ) Atap rumah terangkat
F2 ( Kuat ) 182-253 Km/Jam ( 113-157 mph ) Atap rumah terangkat dengan semua kuda-kudanya
F3 ( Sangat Kuat ) 254-332 Km/Jam ( 158-206 mph ) Atap dan dinding rumah hancur, pecah dan lepas dari rangka dasarnya
F4 ( Dahsyat ) 333-419 Km/Jam ( 207-260 mph ) Rumah beton rata tanah, bangunan berpondasi kurang kuat terlempar jauh
F5 ( Luar Biasa ) 420-512 Km/Jam ( 263-318 mph ) Pondasi paling kuat sekalipun terangkat dan bergeser
Sumber : INSIST Yogyakarta ( 2011 )
5.2. Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang kerentanan bangunan terhadap angin puting beliung memang sangat sedikit diteliti di Indonesia, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang dapat menjadi landasan penelitian kedepannya.
1. Sarif Hidayat ( 2013 )
Penelitian Srafif Hidayat berjudul “ Kajian Bencana Putting Beliung Dengan Digital Geomorphology Model Di SuBoWonoSraTen’’. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan analisis data. Bertujuan untuk mengetahui pola gerakan angin dan zona kerawanan di daerah penelitian. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa arah gerakan angin yang dipengaruhi keadaan geomorfologi serta zona kerawanan bencana angin
2. Eni Murlina ( 2012 )
Penelitian Eni Murlina berjudul “ Prediksi Puting Beliung Di Kabupaten Maros ’’. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data sekunder. Tujuan penelitian untuk memodelkan kondisi-kondisi meteorologist. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah model karakteristik angin puting beliung.
Untuk melihat perbedaan penelitian sebelumnya maka dapat dilihat pada Tabel 7. Di bawah ini :
Tabel 6. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Sarif Hidayat ( 2013 )
Kajian Bencana Putting Beliung Dengan Digital Geomorphology
Model Di SuBoWonoSraTen
mengetahui pola gerakan angin dan zona
kerawanan di daerah penelitian
survey dan analisis
data
Arah gerakan angin yang dipengaruhi keadaan geomorfologi serta zona
kerawanan bencana angin puting beliung menggunakan Buffer
Eni Murlina ( 2012 )
Prediksi Puting Beliung Di Kabupaten
Maros memodelkan kondisi-kondisi meteorologist analisis data sekunder
model karakteristik angin puting beliung
Kusuma Prayoga Basuki Putra
( 2014 )
Analisis Kerentanan Jenis Bangunan Terhadap Bencana Angin Puting Beliung
Di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Mengetahui agihan kerentanan bangunan, mengetahui zona kecepatan angin berdasarkan skala
Fujita di Kecamatan Tanon, analisis kerentanan bangunan
berdasarkan zona kecepatan angin dan
analisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan
yang pernah terjadi
survey dan analisis
data
6. Kerangka Penelitian
Angin puting beliung merupaka bencana yang dapat diprediksi, akan tetapi lokasi kejadiannya masih menjadi teka teki untuk dipecahkan. Bencana ini juga merupakan bencana yang dapat merusak dan merugikan baik kerugian materi maupun non materi. Kerugian materi meliputi kerusakan rumah, pohon tumbang dll yang ada kaitannya tentang materi, serta kerusakan non materi berupa korban jiwa hingga korban luka. Akibat bencana ini kerusakan yang paling besar ialah kerusakan pada bangunan atau rumah warga dari kerusakan ringan hingga berat.
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang tercatat sering mengalami bencana angin puting beliung diantara kabupaten yang termasuk di dalam kelompok SuBoSuKoWonoSraTen, hal ini dapat menimbulkan kerusakan rumah. Berdasarkan data yang tercatat oleh BPBD SuBoSuKoWonoSraTen kerusakan rumah dapat dilihat pada tabel 3. Kecamatan Tanon merupakan kecamtan yang paling banyak mengalami terjangan angin puting beliung dari kecamtan yang berada di Kabupaten Sragen, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
Struktur bangunan dapat mempengaruhi kerentanan bangunan, struktur tersebut antara lain :
1. Bagian atap, terdiri seng, asbes, genteng dan cor
2. Bagian badan/tengah, terdiri kayu, tembok tanpa tulang dan tembok bertulang
3. Bagian pondasi, terdiri tanpa pondasi dan berpondasi
Untuk mengetahui seberapa besar kecepatan terjangan angin puting beliung di Kecamatan Tanon, dapat diprediksi berdasarkan informasi kerusakan bangunan yang diterjang angin puting beliung berdasarkan skala Fujita. Setelah itu, dapat dilakukan analisis kerentanan bangunan terhadap zona kecepatan angin putting beliung dan analisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan
7. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa survei yang menggunakan data primer meliputi kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengambilan titik sampel, serta menggunakan data sekunder sebagai informasi lokasi kejadian bencana puting beliung. Pengambilan sampel dengan metode
sistematis sampling berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomer urut dan juga menggunakan metode purposive sampling berdasarkan informasi penduduk. Metode sistematis sampling digunakan untuk pengambilan
data jenis bangunan dan kerentanan bangunan terhadap terjangan angin puting beliung, sedangkan penentuan tingkat kerentanan diperoleh dari variabel yang terdapat pada masing-masing indikator bangunan. metode purposive sampling
digunakan untuk pengambilan data kerusakan bangunan pada desa yang tercatat terkena bencana angin puting beliung. Analisis yang digunakan berupa analisis data dari hasil skoring, Overlay peta dan interpolasi menggunakan Natural naighbor.
7.1. Alat dan Bahan
7.1.1 Penelitian ini memerlukan alatberupa :
1. GPS ( Global Position System ) Garmin sebagai alat untuk pengambilan titik sampel
2. Komputer/laptop RAM 500 GB, Memory Internal 2 GB, CPU intel Core 3 3. Software Pemetaan ( ArcMap10.2, Map Source, Agisoft Photoscan
Profesional ) 4. Kamera 5. Alat tulis
6. Dan alat pendukung lainnya
7.1.2 Penelitian ini memerlukan bahan berupa: Data Primer
2. Tingkat kerusakan bangunan di Kecamatan Tanon, Sragen Data Sekunder
1. Peta kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Sragen sebagai penentuan lokasi pengambilan sampel
2. Peta RBI ( Batas administrasi, jaringan jalan, jaringan sungai, data blok permukiman )
3. Citra quickbird waktu perekaman 2010 daerah Kabupaten Sragen sumber: Google Earth
7.2. Penentuan Lokasi Sampel dan Menentukan Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengambilan sampel yaitu
sistematis sampling untuk pengambilan data jenis bangunan serta kerentanan bangunan, dan purposive sampling untuk melakukan pengambilan data tingkat kerusakan bangunan berdasarkan skala Fujita. Dalam penelitian ini menggunakan unit analisis berupa kelurahan, sehingga sebelum melakukan pengambilan sampel langkah pertama ialah memunculkan data RBI permukiman pada daerah penelitian, setelah itu menampilkan citra daerah pemukiman yang kemudian melakukan digitasi bangunan yang pada peta RBI belum terdapat bangunan. Setelah itu hasil digitasi dan RBI permukiman diberi nomer sampel untuk nantinya menentukan sampel yang akan dipilih.
Pada pengambilan sampel kerentanan bangunan maka langkah setelah membatasi menampilkan RBI permukiman dan digitasi bangunan, maka langkah berikutnya memberikan nomer populasi bangunan yang terdapat pada tiap blok permukiman hasil digitasi, setelah itu memilih nomer populasi bangunan yang memiliki kelipatan bilangan dua untuk dijadikan sampel, sedangkan untuk menemukan data berupa tingkat kerusakan bangunan dapat bertanya kepada
7.3. Data Penelitian
Pada penelitian ini diperlukan data primer dan data sekunder untuk berlangsungnya penelitian.Data primer dalam penelitian ini meliputi data lokasi sampel bangunan, kerusakan bangunan dan kerentanan bangunan, sedangkan data sekunder berupa lokasi kejadian bencana puting beliung.
Tabel 7. Macam data dan sumber data
No. Data Sumber Data Fungsi
1 Lokasi kejadian puting beliung
BPBD Kabupaten
Sragen Penentuan lokasi pengambilan sampel
2 Tingkat kerentanan bangunan
Pengamatan dan informasi pemilik
bangunan
Mengetahui tingkat kerentanan bangunan
3 Tingkat kerusakan bangunan
Informasi pemilik bangunan
Mengetahui kecepatan angin berdasarkan skala fujita
7.4.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian ini berupa analisis data primer dengan menggunakan klasifikasi, untuk menentukan tingkat kerentanan bangunan terhadap terjangan angin puting beliung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pemilihan struktur bangunan
Pemilihan ini berdasarkan atas struktur yang terdapat pada bangunan, seperti atap rumah, struktur ( bagian tengah ) dan pondasi
b. Skoring
Tabel 8. Skor Kerentanan Variabel Terhadap Bangunan
No. Indikator Variabel Skor
1 Atap Rumah
Seng 1
Asbes 2
Genteng 3
Cor 4
2 Bagian Tengah
Kayu 1
Tembok Tanpa Tulang 2 Tembok Bertulang 3
3 Pondasi Tanpa Pondasi 1
Berpondasi 2
Sumber: Agung Sedayu ( 2010 ) ( Modifikasi )
Sedangkan untuk menentukan tingkat kerusakan bangunan menggunakan skala Fujita, kemudian dari skala F0 - F5 diberikan skor 1 – 6. Skor tersebut dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 9. Skor Skala Fujita
Kategori Tingkat Kerusakan Skor
F0 ( Lemah ) Kerusakan pada atap rumah 1 F1 ( Sedang ) Atap rumah terangkat 2
F2 ( Kuat )
Atap rumah terangkat dengan semua
kuda-kudanya 3
F3 ( Sangat Kuat )
Atap dan dinding rumah hancur, pecah dan lepas
dari rangka dasarnya 4
F4 ( Dahsyat )
Rumah beton rata tanah, bangunan berpondasi
kurang kuat terlempar jauh 5
F5 ( Luar Biasa )
Pondasi paling kuat sekalipun terangkat dan
bergeser 6
Sumber: INSIST Yogyakarta ( 2011 ) c. Klasifikasi kerentanan bangunan
mempunyai kerentanan rendah hingga tinggi terhadap terjangan angin puting beliung. Dalam penentuan klas maka harus menentukan interval, rumus interval dapat dilihat di bawah ini :
� =t − rn
Keterangan : � = Interval t = Nilai Tertinggi
r = Nilai Terendah n = Jumlah Klas
Dengan menggunakan rumus interval di atas maka nilai skor yang terdapat pada Tabel 8 dapat ditentukan klasnya dari kerentanan tinggi hingga kerentanan yang rendah, sedangkan untuk jenis bangunan dan juga tingkat kerusakan tidak perlu diklasifikasikan hanya nanti pada saat pengolahan data pada GIS menggunakan gradasi warna agar dapat terlihat perbedaanya.
7.5. Tahap Penelitian
Terdapat tiga tahap yang dilaksanakan pada penelitian ini, pertama tahap pra kerja, tahap kerja dan tahap pasca.
7.5.1. Tahap Pra Kerja
Pada tahap ini dilakukan persiapan yang terkait dengan tahap kerja untuk mencari data di lapangan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
i. Studi pustaka terkait tujuan penelitian, pengumpulan data sekunder berupa lokasi kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Sragen, pengumpulan peta/citra quickbird Kabupaten Sragen.
ii. Penentuan lokasi pengambilan sampel berdasarkan blok-blok permukiman yang terdapat pada citra.
iii. Persiapan alat-alat untuk keperluan survei lapangan serta pengurusan surat ijin
7.5.2. Tahap Kerja Lapangan
Pada tahap kerja lapangan ini dilakukan kegiatan pengambilan data sampel bangunan menggunakan GPS. Pengambilan sampel bangunan ini menggunakan metode sistematis sampling untuk mencarai kerentanan bangunan dan purposive sampling untuk mencari kerusakan bangunan yang pernah terjadi.
Selain pengambilan koordinat sampel bangunan, juga dilakukan pengamatan struktur bangunan dari atap bangunan, bagian tengah bangunan dan pondasi serta memberikan pertanyaan tentang seberapa parahnya bangunan yang pernah
diterjang angin puting beliung yang bertujuan untuk mengetahui kecepatan angin puting beliung.
7.5.3. Tahap Pasca Kerja
Setelah melakukan tahap kerja di lapangan maka langkah berikutnya ialah tahap pasca kerja. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah mengolah data mentah yang diperoleh dari kegiatan lapangan berupa struktur bangunan kemudian diolah bedasarkan skor yang terdapat pada Tabel 8 hingga Tabel 10, membuat agihan atau persebaran kerentanan bangunan berdasarkan hasil sampel kerentanan bangunan, membuat persebaran kekuatan angin puting belung berdasarkan tingkat kerusakan bangunan dengan menggunakan teknik interpolasi dengan berdasarkan metode natural neighbor, setelah itu langkah terakhir melakukan analisa hasil kerentanan bangunan dan analisis kekuatan angin berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
7.5.4. Tahap Analisis
Setelah tahap pasca kerja dilakukan, maka tahap berikutnya yang perlu dilakukan adalah tahap analisis. Pada tahap analisis, menganalisis kerentanan bangunan dengan zona kecepatan angin dan juga menganalisis kerentanan bangunan dengan kerusakan bangunan yang pernah dialami di Kecamatan
Citra QuickBird 2010
Digitasi Bangunan
Pemberian Nomer Bangunan
Peta Lokasi Kejadian Puting
Beliung
Survei Menentukan Sampel
Berdasarkan Nomer Populasi Menggunakan Metode
Sistematis Sampling
Struktur Bangunan Atap, Tengah
dan Pondasi
Kerusakan Bangunan Menggunakan Metode
Purposive Samplin
Skoring
Overlay Agihan
Kerentanan Bangunan Klasifikasi
Kerentanan Bangunan
Peta Agihan Kerentanan Bangunan
Prediksi Kecepata Angin Berdasarka
Skala
Menggunakan Interpolasi
Fujita
Peta Kerentanan Bangunan Terhadap Terjangan Angin Puting Beliung
Di Kecamatan Tanon
Analisis
8. Batasan Operasional
Kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.( BAPPENAS )
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. ( UU NO. 24
Tahun 2007 )
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat.( Wikipedia )
Angin puting beliung termasuk kategori angin kencang, datang secara tiba-tiba mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3–5 menit). Angin putting beliung mempunyai kecepatan rata-rata 30 – 40 knots berasal dari awan Cumulonimbus
(Cb) yaitu awan yang bergumpal, berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi (Nurlambang, dkk., 2013)