• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMP PRIMBANA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMP PRIMBANA MEDAN."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan

lancar dan dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan

Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII SMP Primbana Medan”. Skripsi ini

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Izwita

Dewi, M.Pd, Bapak Denny Haris S.Si, M.Pd, dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu,

M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan

penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd selaku pembimbing akademik

yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED

Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan

UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED

beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy

Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,

M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika serta kepada seluruh Bapak dan Ibu

dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam

dan Matematika, Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Erika Verawati

(3)

v

Uli Gea, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Primbana Medan yang

telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada almarhum

Ayahanda T.Siregar dan Ibunda L.Siburian, abang/kakak penulis yaitu Darwis

Siregar/Melda Siringo-ringo, Rosita Siregar, Ester Siregar/Ramlan Sihombing,

Darto Siregar, Tama Siregar, adikku tercinta Ion Siregar dan juga keponakanku

Meisya dan Tiara serta semua saudara dan keluarga yang selalu mendukung,

mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman

seperjuangan, Rotua Mutiara Silitonga, S.Pd, Adrianus Sumanjaya Tarigan, S.Pd,

Hariyadi Sinaga, S.Pd, Eva Cronica Sister, S.Pd, Agriva Situmorang, S.Pd, Hebri

Anita Sinuraya, S.Pd, Ita Liliani Tarigan, S.Pd, Dek Lia Monica, S.Pd dan

teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik A reguler 2009 yang

telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi

ini,beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Desember 2014

Penulis,

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII

SMP PRIMBANA MEDAN

Epi Dewanti Siregar (NIM 409111026)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Primbana Medan tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Primbana Medan. Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 32 siswa. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Kemampuan komunikasi matematik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 4 item yang telah valid dengan koefisien reliabilitas 0,71.

Nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen adalah 56,445 sedangkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol adalah 55,859. Dari hasil analisis data pretest dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov, diperoleh nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar 0,138 > 0,05 dan kelas kontrol sebesar 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data pretest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pretest tidak terdapat perbedaan kedua varians atau dengan kata lain kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel (1,160 < 1,82).

Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 dan dk = 62 diperoleh nilai thitung = 1,961 dan ttabel = 1,667 Sehingga diperoleh thitung> ttabel (1,961>1,667) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Primbana Medan.

(5)

vi

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

2.1. Pengertian Komunikasi 10

2.2. Kemampuan komunikasi Matematik 11

2.3. Aspek-Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik 16 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik 18

2.5. Pembelajaran Kooperatif 19

2.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 22 2.6.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 23 2.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 24 2.7. Teori Belajar yang Mendukung pembelajaran Kooperatif tipe TPS 25

2.8. Pembelajaran Konvensional 28

2.9. Materi Pembelajaran 31

2.10. Kerangka Konseptual 34

2.11. Kajian Penelitian yang Relevan 36

2.12. Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 38

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 38

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi 38

3.3.2. Sampel 38

(6)

vii

3.4.1. Variabel Penelitian 39

3.4.2. Instrumen Penelitian 39

3.5. Desain Penelitian 44

3.6. Prosedur Penelitian 45

3.7. Teknik Analisis Data 47

3.7.1. Uji Normalitas 47

3.7.2. Uji Homogenitas 48

3.7.3. Analisis Pengujian Hipotesis 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes 51 4.1.1. Validitas dan Reliabilitas pretest 51 4.2.2. Validitas dan Reliabilitas Posttest 52

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 53

4.2.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53 4.2.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55

4.3. Analisis Data Hasil Penelitian 62

4.3.1. Uji Normalitas Data 62

4.3.2. Uji Homogenitas Data 63

4.3.3. Pengujian Hipotesis 64

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 66

4.5. Keterbatasan Penelitian 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 70

5.2. Saran 70

(7)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa 4 Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 21

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pretest 40

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Posttest 41

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi

Matematik 41

Tabel 3.4. Pretest-Posttest Control Group Design 44

Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas soal Pretest 51

Tabel 4.2. Hasil Analisis Butir Soal Pretest 52

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Posttest 52

Tabel 4.4. Hasil Analisis Butir Soal Posttest 53

Tabel 4.5. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

Tabel 4.6. Data Pretest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55

Tabel 4.7. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 56

Tabel 4.8. Data Posttest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 62

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 62

Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 64

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Varians Posttest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 64

(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 46

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 54

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol 54

Gambar 4.3. Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen 56

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I Kelas Eksperimen 74

Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa I 82

Lampiran 3 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa I 87

Lampiran 4 : RPP II Kelas Eksperimen 91

Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa II 98

Lampiran 6 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa II 102

Lampiran 7 : RPP III Kelas Eksperimen 105

Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa III 112

Lampiran 9 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa III 116

Lampiran 10 : RPP I Kelas Kontrol 120

Lampiran 11 : RPP II Kelas Kontrol 125

Lampiran 12 : RPP III Kelas Kontrol 130

Lampiran 13 : Kisi-Kisi Soal Pretest 136

Lampiran 14 : Soal Pretest 137

Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Soal Pretest 139

Lampiran 16 : Kisi-Kisi Soal Posttest 143

Lampiran 17 : Soal Posttest 144

Lampiran 18 : Alternatif Penyelesaian Soal Posttest 146

Lampiran 19 : Pedoman Penskoran 152

Lampiran 20 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Eksperimen 154

Lampiran 21 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Kontrol 155

Lampiran 22 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 156

Lampiran 23 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Kontrol 157

Lampiran 24 : Perhitungan Validitas Soal Pretest 158

Lampiran 25 : Perhitungan Reliabilitas Soal Pretest 161

Lampiran 26 : Perhitungan Validitas Soal Posttest 163

Lampiran 27 : Perhitungan Reliabilitas Soal Posttest 166

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Banyak permasalahan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan

matematika. Misalnya, menghitung, mengukur, mengumpulkan, menyajikan dan

mengolah data.Oleh sebab itu, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak

dini.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan

pentingnya siswa belajar matematika:

(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan , dan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Selain itu, Paling (dalam Abdurahman, 2009 : 252) juga menyatakan

bahwa:

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Pendapat para ahli di atas menunjukkan betapa pentingnya mempelajari

matematika. Namun kenyataannya matematika dianggap sebagai mata pelajaran

yang sulit. Seperti yang diutarakan oleh Abdurrahman (2009 : 252) :” dari

berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika dianggap paling sulit

oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Terlihat dari fakta yang ditemukan di lapangan. Salah satunya adalah

(11)

2

penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) seperti yang diungkapkan oleh Fachrurazi (2011) :

Pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.

Dalam proses pembelajaran selama ini, kebanyakan guru matematika

hanya menekankan pada penguasaan materi semata dan lebih banyak menjalin

komunikasi satu arah dengan siswanya (teacher centre) sehingga siswa kurang

aktif dalam menyampaikan ide-idenya. Hal tersebut senada dengan pendapat

Russeffendi (dalam Ansari, 2006:2 ) yang mengatakan bahwa :”bagian terbesar

dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan”. Hal ini menyebabkan adanya penumpukan informasi dari guru yang menjadikan gaya belajar siswa

cenderung menghafal. Akibatnya, proses penyampaian ide-ide dalam

menyelesaikan suatu permasalahan, penggunaan siombol-simbol untuk

menyelesaikan masalah menjadi terabaikan.

Dalam kurikulum 2013, aspek komunikasi adalah salah satu aspek yang

sangat penting yang harus terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapanagan.

Pentingnya menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematik

diutarakan oleh Baroody (dalam Ansari, 2006:4) yang menyebutkan :

(12)

3

Kemampuan komunikasi matematik mencakup kemampuan komunikasi

lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat berupa

penjelasan verbal suatu gagasan matematika yang dapat terjadi melalui interaksi

antarsiswa. Sedangkan komunikasi tulisan dibatasi pada kegiatan komunikasi

model Cai, Lane dan Jakabcsin (dalam Fachrurazi 2011:81) yang meliputi

kemampuan : (1) Menulis matematika : menuliskan penjelasan dari jawaban

permasalahan secara matematis, masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis

dan sistematis, (2) Menggambar Matematika : melukiskan dan membaca gambar,

diagram, dan tabel secara lengkap dan benar, (3) Ekspresi matematika :

memodelkan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau

mendapat solusi secara lengkap dan benar.

Kendatipun kemampuan komunikasi matematik itu penting, namun

ironisnya pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan

perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini.Sehingga penguasaan

kemampuan komunikasi matematik ini bagi siswa masih rendah.Hasil penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa

Indonesia masih rendah. Izzati (2010) menemukan bahwa siswa belum memiliki

kemampuan komunikasi matematik yang baik dalam hal menggunakan istilah,

simbol, tanda, dan/atau representasi yang tepat dan teliti, untuk menjelaskan

operasi,konsep dan proses. Selain itu, sistematika penulisan jawaban belum tepat.

Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (2010) bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik ditinjau dari peringkat

sekolah, maupun model pembelajaran. Selanjutnya, Shadiq (2007) mendapati

kenyataan bahwa di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar

siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan menerjemahkan soal

kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika.Ini menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi matematik siswa masih kurang baik.

Kemudian, dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan dengan

memberikan tes kepada 32 orang siswa kelas VIII-A Primbana Medan yang

(13)

4

menunjukkan hasil yang serupa, dimana kemampuan komunikasi matematik

siswa yang berpatisipasi masih rendah. Berikut soal yang diberikan pada

penelitian pendahuluan tersebut.

Seorang remaja berenang menyeberangi sungai yang lebarnya 24 meter, karena

terbawa arus remaja tersebut tiba di seberang sungai 7 meter dari tempat yang

dituju semula (Petunjuk : Jika titik posisi awal penyeberang tersebut dihubungkan

dengan titik sampai dan dihubungkan lagi dengan titik tujuan akan membentuk

sebuah segitiga siku-siku).

a. Buatlah sketsa gambar berdasarkan keterangan soal!

b. Buatlah model matematik yang menyatakan jarak yang ditempuh oleh

penyeberang.

c. Apakah benar jarak yang ditempuh = 25 meter ? Jelaskan jawaban

Tabel.1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa

No

Soal Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan

(14)

5

Dari 32 siswa yang diberi tes, untuk kemampuan menggambar

sebanyak 21,875 % atau 7 siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah)

dan sisanya sebanyak 78,125 % atau 25 siswa mendapat nilai < 60 (sangat

rendah). Untuk kemampuan membuat ekspresi matematik sebanyak 6,25% atau 2

siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 93,75

atau 30 siswa mendapat nilai < 60 (sangat rendah) dan untuk kemampuan

menjelaskan matematik sebanyak 3,125 % atau 1 siswa mendapat nilai dengan

rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 96,875 % atau 31 siswa mendapat

nilai < 60 (sangat rendah). Berdasarkan observasi tersebut dapat disimpulkan

bahwa kemampuan komunikasi matematik tulis siswa di kelas VIII SMP

Primbana Medan masih rendah.

Pada umumnya, komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran

matematika di kelas hanya berlangsung secara linier, yang berarti komunikasi

hanya berlangsung satu arah, dengan guru sebagai pemberi informasi, dan siswa

sebagai penerima informasi. Padahal komunikasi yang terjadi sebaiknya adalah

komunikasi yang konvergen, yaitu komunikasi yang berlangsung secara multi

arah sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara dinamis dan berkembang

ke arah pemahaman kolektif yang berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Ansari (2009:9) : “komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.”

Sehubungan dengan permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan proses

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

dengan cara melibatkan siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Karena itu,

guru harus menguasai beberapa macam metode dan strategi pembelajaran di

kelas, sehingga guru mampu memilih strategi yang paling efektif untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Salah satu cara yang ditawarkan untuk mengatasi masalah

tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan

belajar mengajar. Ansari (2006:9) mengungkapkan:

(15)

6

diantara mereka. Bentuk sharing ini dapat berupa curah pendapat, saran kelompok dan feedback dari guru sehingga dapat meningkatkan kemampu an mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya, sehingga terjadi komunikasi yang dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa model

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah model

pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share

pertama kali dikembangkan oleh Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.

Ansari (2006:10) menyatakan bahwa :

Strategi think pair share atau saling bertukar pikiran secara berpasangan merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dan relatif mudah diterapkan di kelas. Selain itu, strategi ini juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian hingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi serta optimalisasi

aktivitas siswa. TPS ini mampu meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa juga dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa

dengan memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan

mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan

dalam kelas. Serta dapat digunakan mengalisis proses berpikir siswa dan

mempelajari keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :“Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan

(16)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa masih rendah.

2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan

4. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan

membosankan.

5. Siswa pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, peneliti membatasi

penelitian dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang masih rendah

2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru

3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan komunikasi matematik tulis

siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada

materi pythagoras pada tahun ajaran 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik tulis siswa

yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih

(17)

8

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran

matematika dan untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan

komunikasi matematik siswa.

2. Bagi guru, guru dapat memperoleh suatu variasi model pembelajaran

yang lebih efektif dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sebagai calon pengajar.

4. Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional

Variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut

1. Pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: think (berpikir) :

siswa secara mandiri memikirkan jawaban permasalahan yang ada pada

LAS

pair (berpasangan)

siswa berpasangan denga teman yang sudah ditentukan guru kemudian

saling bertukaran pikiran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

pada LAS share (berbagi)

siswa secara berpasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang

telah didiskusikan dengan pasangan.

2. Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan dan memperoleh

informasi, gagasan, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk

kata-kata, gambar, dan angka.

3. Komunikasi matematik tulis adalah proses menafsirkan dan menyatakan

gagasan atau ide-ide matematika secara tertulis melalui aspek

(18)

9

4. Kemampuan komunikasi matematik tulis diartikan sebagai kesanggupan

siswa dalam menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide

matematika secara tertulis melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan

matematika, (2) menggambar matematika, (3) ekspresi matematika.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang tahapannya adalah

guru menjelaskan materi pelajaran sambil menuliskannya di papan tulis,

siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat materi yang

dituliskan di papan tulis, selanjutnya guru, memberi contoh soal, dan siswa

mengerjakan soal-soal latihan yang diakhiri dengan guru memberikan

(19)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada

kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional. Aspek komunikasi matematik tulis yang paling tinggi di kelas

eksperimen yang menerapkan model pembelajaran TPS dan kelas kontrol yang

menerapkan pembelajaran konvensional adalah aspek menggambar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik tulisan siswa khususnya pada pokok

bahasan teorema pythagoras, sehingga model pembelajaran tersebut dapat

dijadikan sebagai salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat

diterapkan oleh guru.

2. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu

sebaiknya dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok

bahasan lain, mengukur aspek lain serta pada jenjang sekolah yang berbeda.

3. Guru ataupun Peneliti Lanjutan yang hendak menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran di

(20)

71

kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin,

sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu

4. Kepada Siswa, siswa harus lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau

ide-ide sehingga siswa yang mempelajari matematika mampu menyelesaikan

(21)

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakata : PT Asdi Mahasatya

Ansari, B. 2006. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Aceh : Pena

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No 1.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2011. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Unimed.

Holipah, S. 2011. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa yang Mendapatkan Model Pembelajaran Navick dan yang Mendapatkan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa SMP. Skripsi FMIPA UPI Bandung [online] tersedia di http://www.repositoryupi.edu/skripsi-matematika /item/22 (diakses 20 Mei 2014)

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Isrok’atun . 2009. Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Rangka Menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Skripsi FMIPA UPI Bandung [online] Tersedia di http://file.upi.edu/direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11-april_2009/ (diakses tanggal 18 Mei 2014).

Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada

Izzati, N. & Suryadi, D. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik [online]. Tersedia di http://bundaiza.files.wordpress.-com-2012/12/ komunikasi matematika dan pmr- prosiding.pdf (diakses tanggal 18 Mei 2014).

(22)

73

Komunikasi Matematis, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Tersedia di http://kadirraea.blogspot.com/2010/02/v-behaviorurldefaultvml-o.html (diakses tanggal 20 Mei 2014).

Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.

Rajagukguk, K. 2010. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Negeri 1 Sidikalang. Tidak diterbitkan. Medan : UNIMED

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Shadiq, F. 2007. Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di PPPG Matematika tanggal 15-16 Maret 2007. Tersedia di http://fadjar3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf. diakses tanggal 21 Mei 2014.

Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sudrajat . 2001. Penerapan SQ4R pada Pembelajaran Tindak Lanjut untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Matematika Siswa SMU [online]. Tersedia di http://file. upi.edu /direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11-april 2009 /meningkatkan_ komunikasi _matematik_siswa_smp_melalui_realistic_ mathematics_ education_(rme)_dalam_rangka_menuju_sekolah_bertaraf_internasional _(sbi).pdf (diakses 22 Mei 2014)

Suyatno. 2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Rineka Cipta

(23)

ii

RIWAYAT HIDUP

Epi Dewanti Siregar dilahirkan di Bunturaja pada tanggal 18 Maret 1990.

Ayah bernama Togar Siregar (Alm) dan Ibu bernama Laosma Siburian dan

merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk

SD Negeri 030387 Bunturaja dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan

sekolah di SMP Negeri 1 Siempat Nempu dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya

penulis bersekolah di SMA Negeri 14 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada

tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Gambar

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
Tabel.1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Gagasan atau kata-kata orang lain digunakan tanpa memberi penghargaan atau pengakuan atas sumbernya. Plagiarisme dapat terjadi ketika mengajukan usul penelitian,

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu: (1) pembuatan tepung jagung instan dengan metode nikstamalisasi dengan berbagai kombinasi konsentrasi Ca(OH) 2 dan lama

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan proses pembelajaran matematika melalui metode berpikir reflektif yang dilakukan guru dan untuk mengetahui

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA. JURUSAN

Berhubung di TK Aisyiyah Alastuwo Kebakkramat Karanganyar belum semua anak kelompok A memiliki kreatifitas, ketrampilan melipat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

[r]

Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai jenis-jenis peralatan kearsipan, diantaranya mengenai fungsi peralatan kearsipan, 3 istilah penting yang berkaitan

[r]