iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan
lancar dan dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan
Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII SMP Primbana Medan”. Skripsi ini
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Izwita
Dewi, M.Pd, Bapak Denny Haris S.Si, M.Pd, dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu,
M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd selaku pembimbing akademik
yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan
UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED
beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika serta kepada seluruh Bapak dan Ibu
dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam
dan Matematika, Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Erika Verawati
v
Uli Gea, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Primbana Medan yang
telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada almarhum
Ayahanda T.Siregar dan Ibunda L.Siburian, abang/kakak penulis yaitu Darwis
Siregar/Melda Siringo-ringo, Rosita Siregar, Ester Siregar/Ramlan Sihombing,
Darto Siregar, Tama Siregar, adikku tercinta Ion Siregar dan juga keponakanku
Meisya dan Tiara serta semua saudara dan keluarga yang selalu mendukung,
mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan, Rotua Mutiara Silitonga, S.Pd, Adrianus Sumanjaya Tarigan, S.Pd,
Hariyadi Sinaga, S.Pd, Eva Cronica Sister, S.Pd, Agriva Situmorang, S.Pd, Hebri
Anita Sinuraya, S.Pd, Ita Liliani Tarigan, S.Pd, Dek Lia Monica, S.Pd dan
teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik A reguler 2009 yang
telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi
ini,beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.
Medan, Desember 2014
Penulis,
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII
SMP PRIMBANA MEDAN
Epi Dewanti Siregar (NIM 409111026)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Primbana Medan tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Primbana Medan. Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 32 siswa. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Kemampuan komunikasi matematik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 4 item yang telah valid dengan koefisien reliabilitas 0,71.
Nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen adalah 56,445 sedangkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol adalah 55,859. Dari hasil analisis data pretest dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov, diperoleh nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar 0,138 > 0,05 dan kelas kontrol sebesar 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data pretest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pretest tidak terdapat perbedaan kedua varians atau dengan kata lain kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel (1,160 < 1,82).
Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf = 0,05 dan dk = 62 diperoleh nilai thitung = 1,961 dan ttabel = 1,667 Sehingga diperoleh thitung> ttabel (1,961>1,667) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Primbana Medan.
vi
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
2.1. Pengertian Komunikasi 10
2.2. Kemampuan komunikasi Matematik 11
2.3. Aspek-Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik 16 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik 18
2.5. Pembelajaran Kooperatif 19
2.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 22 2.6.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 23 2.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 24 2.7. Teori Belajar yang Mendukung pembelajaran Kooperatif tipe TPS 25
2.8. Pembelajaran Konvensional 28
2.9. Materi Pembelajaran 31
2.10. Kerangka Konseptual 34
2.11. Kajian Penelitian yang Relevan 36
2.12. Hipotesis Tindakan 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 38
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 38
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi 38
3.3.2. Sampel 38
vii
3.4.1. Variabel Penelitian 39
3.4.2. Instrumen Penelitian 39
3.5. Desain Penelitian 44
3.6. Prosedur Penelitian 45
3.7. Teknik Analisis Data 47
3.7.1. Uji Normalitas 47
3.7.2. Uji Homogenitas 48
3.7.3. Analisis Pengujian Hipotesis 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes 51 4.1.1. Validitas dan Reliabilitas pretest 51 4.2.2. Validitas dan Reliabilitas Posttest 52
4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 53
4.2.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53 4.2.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55
4.3. Analisis Data Hasil Penelitian 62
4.3.1. Uji Normalitas Data 62
4.3.2. Uji Homogenitas Data 63
4.3.3. Pengujian Hipotesis 64
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 66
4.5. Keterbatasan Penelitian 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 70
5.2. Saran 70
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa 4 Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 21
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pretest 40
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Posttest 41
Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi
Matematik 41
Tabel 3.4. Pretest-Posttest Control Group Design 44
Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas soal Pretest 51
Tabel 4.2. Hasil Analisis Butir Soal Pretest 52
Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Posttest 52
Tabel 4.4. Hasil Analisis Butir Soal Posttest 53
Tabel 4.5. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53
Tabel 4.6. Data Pretest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55
Tabel 4.7. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 56
Tabel 4.8. Data Posttest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58
Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol 62
Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol 62
Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol 64
Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Varians Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol 64
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 46
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 54
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol 54
Gambar 4.3. Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen 56
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I Kelas Eksperimen 74
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa I 82
Lampiran 3 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa I 87
Lampiran 4 : RPP II Kelas Eksperimen 91
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa II 98
Lampiran 6 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa II 102
Lampiran 7 : RPP III Kelas Eksperimen 105
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa III 112
Lampiran 9 : Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa III 116
Lampiran 10 : RPP I Kelas Kontrol 120
Lampiran 11 : RPP II Kelas Kontrol 125
Lampiran 12 : RPP III Kelas Kontrol 130
Lampiran 13 : Kisi-Kisi Soal Pretest 136
Lampiran 14 : Soal Pretest 137
Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Soal Pretest 139
Lampiran 16 : Kisi-Kisi Soal Posttest 143
Lampiran 17 : Soal Posttest 144
Lampiran 18 : Alternatif Penyelesaian Soal Posttest 146
Lampiran 19 : Pedoman Penskoran 152
Lampiran 20 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Eksperimen 154
Lampiran 21 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Kontrol 155
Lampiran 22 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 156
Lampiran 23 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Kontrol 157
Lampiran 24 : Perhitungan Validitas Soal Pretest 158
Lampiran 25 : Perhitungan Reliabilitas Soal Pretest 161
Lampiran 26 : Perhitungan Validitas Soal Posttest 163
Lampiran 27 : Perhitungan Reliabilitas Soal Posttest 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Banyak permasalahan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan
matematika. Misalnya, menghitung, mengukur, mengumpulkan, menyajikan dan
mengolah data.Oleh sebab itu, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini.
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan
pentingnya siswa belajar matematika:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan , dan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Selain itu, Paling (dalam Abdurahman, 2009 : 252) juga menyatakan
bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Pendapat para ahli di atas menunjukkan betapa pentingnya mempelajari
matematika. Namun kenyataannya matematika dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit. Seperti yang diutarakan oleh Abdurrahman (2009 : 252) :” dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika dianggap paling sulit
oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Terlihat dari fakta yang ditemukan di lapangan. Salah satunya adalah
2
penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) seperti yang diungkapkan oleh Fachrurazi (2011) :
Pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.
Dalam proses pembelajaran selama ini, kebanyakan guru matematika
hanya menekankan pada penguasaan materi semata dan lebih banyak menjalin
komunikasi satu arah dengan siswanya (teacher centre) sehingga siswa kurang
aktif dalam menyampaikan ide-idenya. Hal tersebut senada dengan pendapat
Russeffendi (dalam Ansari, 2006:2 ) yang mengatakan bahwa :”bagian terbesar
dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan”. Hal ini menyebabkan adanya penumpukan informasi dari guru yang menjadikan gaya belajar siswa
cenderung menghafal. Akibatnya, proses penyampaian ide-ide dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, penggunaan siombol-simbol untuk
menyelesaikan masalah menjadi terabaikan.
Dalam kurikulum 2013, aspek komunikasi adalah salah satu aspek yang
sangat penting yang harus terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapanagan.
Pentingnya menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematik
diutarakan oleh Baroody (dalam Ansari, 2006:4) yang menyebutkan :
3
Kemampuan komunikasi matematik mencakup kemampuan komunikasi
lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat berupa
penjelasan verbal suatu gagasan matematika yang dapat terjadi melalui interaksi
antarsiswa. Sedangkan komunikasi tulisan dibatasi pada kegiatan komunikasi
model Cai, Lane dan Jakabcsin (dalam Fachrurazi 2011:81) yang meliputi
kemampuan : (1) Menulis matematika : menuliskan penjelasan dari jawaban
permasalahan secara matematis, masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis
dan sistematis, (2) Menggambar Matematika : melukiskan dan membaca gambar,
diagram, dan tabel secara lengkap dan benar, (3) Ekspresi matematika :
memodelkan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau
mendapat solusi secara lengkap dan benar.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematik itu penting, namun
ironisnya pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini.Sehingga penguasaan
kemampuan komunikasi matematik ini bagi siswa masih rendah.Hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa
Indonesia masih rendah. Izzati (2010) menemukan bahwa siswa belum memiliki
kemampuan komunikasi matematik yang baik dalam hal menggunakan istilah,
simbol, tanda, dan/atau representasi yang tepat dan teliti, untuk menjelaskan
operasi,konsep dan proses. Selain itu, sistematika penulisan jawaban belum tepat.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (2010) bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik ditinjau dari peringkat
sekolah, maupun model pembelajaran. Selanjutnya, Shadiq (2007) mendapati
kenyataan bahwa di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan menerjemahkan soal
kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika.Ini menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematik siswa masih kurang baik.
Kemudian, dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan dengan
memberikan tes kepada 32 orang siswa kelas VIII-A Primbana Medan yang
4
menunjukkan hasil yang serupa, dimana kemampuan komunikasi matematik
siswa yang berpatisipasi masih rendah. Berikut soal yang diberikan pada
penelitian pendahuluan tersebut.
Seorang remaja berenang menyeberangi sungai yang lebarnya 24 meter, karena
terbawa arus remaja tersebut tiba di seberang sungai 7 meter dari tempat yang
dituju semula (Petunjuk : Jika titik posisi awal penyeberang tersebut dihubungkan
dengan titik sampai dan dihubungkan lagi dengan titik tujuan akan membentuk
sebuah segitiga siku-siku).
a. Buatlah sketsa gambar berdasarkan keterangan soal!
b. Buatlah model matematik yang menyatakan jarak yang ditempuh oleh
penyeberang.
c. Apakah benar jarak yang ditempuh = 25 meter ? Jelaskan jawaban
Tabel.1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
No
Soal Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan
5
Dari 32 siswa yang diberi tes, untuk kemampuan menggambar
sebanyak 21,875 % atau 7 siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah)
dan sisanya sebanyak 78,125 % atau 25 siswa mendapat nilai < 60 (sangat
rendah). Untuk kemampuan membuat ekspresi matematik sebanyak 6,25% atau 2
siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 93,75
atau 30 siswa mendapat nilai < 60 (sangat rendah) dan untuk kemampuan
menjelaskan matematik sebanyak 3,125 % atau 1 siswa mendapat nilai dengan
rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 96,875 % atau 31 siswa mendapat
nilai < 60 (sangat rendah). Berdasarkan observasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematik tulis siswa di kelas VIII SMP
Primbana Medan masih rendah.
Pada umumnya, komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
matematika di kelas hanya berlangsung secara linier, yang berarti komunikasi
hanya berlangsung satu arah, dengan guru sebagai pemberi informasi, dan siswa
sebagai penerima informasi. Padahal komunikasi yang terjadi sebaiknya adalah
komunikasi yang konvergen, yaitu komunikasi yang berlangsung secara multi
arah sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara dinamis dan berkembang
ke arah pemahaman kolektif yang berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Ansari (2009:9) : “komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.”
Sehubungan dengan permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
dengan cara melibatkan siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Karena itu,
guru harus menguasai beberapa macam metode dan strategi pembelajaran di
kelas, sehingga guru mampu memilih strategi yang paling efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Salah satu cara yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan
belajar mengajar. Ansari (2006:9) mengungkapkan:
6
diantara mereka. Bentuk sharing ini dapat berupa curah pendapat, saran kelompok dan feedback dari guru sehingga dapat meningkatkan kemampu an mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya, sehingga terjadi komunikasi yang dapat meningkatkan hasil belajar.
Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa model
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah model
pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share
pertama kali dikembangkan oleh Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.
Ansari (2006:10) menyatakan bahwa :
Strategi think pair share atau saling bertukar pikiran secara berpasangan merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dan relatif mudah diterapkan di kelas. Selain itu, strategi ini juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian hingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi serta optimalisasi
aktivitas siswa. TPS ini mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa juga dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa
dengan memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan
mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan
dalam kelas. Serta dapat digunakan mengalisis proses berpikir siswa dan
mempelajari keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul :“Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan
7
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa masih rendah.
2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan
4. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan.
5. Siswa pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, peneliti membatasi
penelitian dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang masih rendah
2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan komunikasi matematik tulis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada
materi pythagoras pada tahun ajaran 2014/2015?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik tulis siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih
8
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran
matematika dan untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan
komunikasi matematik siswa.
2. Bagi guru, guru dapat memperoleh suatu variasi model pembelajaran
yang lebih efektif dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sebagai calon pengajar.
4. Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti selanjutnya.
1.7. Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut
1. Pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: think (berpikir) :
siswa secara mandiri memikirkan jawaban permasalahan yang ada pada
LAS
pair (berpasangan)
siswa berpasangan denga teman yang sudah ditentukan guru kemudian
saling bertukaran pikiran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
pada LAS share (berbagi)
siswa secara berpasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang
telah didiskusikan dengan pasangan.
2. Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan dan memperoleh
informasi, gagasan, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
kata-kata, gambar, dan angka.
3. Komunikasi matematik tulis adalah proses menafsirkan dan menyatakan
gagasan atau ide-ide matematika secara tertulis melalui aspek
9
4. Kemampuan komunikasi matematik tulis diartikan sebagai kesanggupan
siswa dalam menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide
matematika secara tertulis melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan
matematika, (2) menggambar matematika, (3) ekspresi matematika.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang tahapannya adalah
guru menjelaskan materi pelajaran sambil menuliskannya di papan tulis,
siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat materi yang
dituliskan di papan tulis, selanjutnya guru, memberi contoh soal, dan siswa
mengerjakan soal-soal latihan yang diakhiri dengan guru memberikan
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional. Aspek komunikasi matematik tulis yang paling tinggi di kelas
eksperimen yang menerapkan model pembelajaran TPS dan kelas kontrol yang
menerapkan pembelajaran konvensional adalah aspek menggambar.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik tulisan siswa khususnya pada pokok
bahasan teorema pythagoras, sehingga model pembelajaran tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat
diterapkan oleh guru.
2. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu
sebaiknya dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok
bahasan lain, mengukur aspek lain serta pada jenjang sekolah yang berbeda.
3. Guru ataupun Peneliti Lanjutan yang hendak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran di
71
kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin,
sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu
4. Kepada Siswa, siswa harus lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau
ide-ide sehingga siswa yang mempelajari matematika mampu menyelesaikan
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakata : PT Asdi Mahasatya
Ansari, B. 2006. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Aceh : Pena
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No 1.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2011. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Unimed.
Holipah, S. 2011. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa yang Mendapatkan Model Pembelajaran Navick dan yang Mendapatkan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa SMP. Skripsi FMIPA UPI Bandung [online] tersedia di http://www.repositoryupi.edu/skripsi-matematika /item/22 (diakses 20 Mei 2014)
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Isrok’atun . 2009. Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Rangka Menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Skripsi FMIPA UPI Bandung [online] Tersedia di http://file.upi.edu/direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11-april_2009/ (diakses tanggal 18 Mei 2014).
Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada
Izzati, N. & Suryadi, D. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik [online]. Tersedia di http://bundaiza.files.wordpress.-com-2012/12/ komunikasi matematika dan pmr- prosiding.pdf (diakses tanggal 18 Mei 2014).
73
Komunikasi Matematis, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Tersedia di http://kadirraea.blogspot.com/2010/02/v-behaviorurldefaultvml-o.html (diakses tanggal 20 Mei 2014).
Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
Rajagukguk, K. 2010. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Negeri 1 Sidikalang. Tidak diterbitkan. Medan : UNIMED
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shadiq, F. 2007. Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di PPPG Matematika tanggal 15-16 Maret 2007. Tersedia di http://fadjar3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf. diakses tanggal 21 Mei 2014.
Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sudrajat . 2001. Penerapan SQ4R pada Pembelajaran Tindak Lanjut untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Matematika Siswa SMU [online]. Tersedia di http://file. upi.edu /direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11-april 2009 /meningkatkan_ komunikasi _matematik_siswa_smp_melalui_realistic_ mathematics_ education_(rme)_dalam_rangka_menuju_sekolah_bertaraf_internasional _(sbi).pdf (diakses 22 Mei 2014)
Suyatno. 2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Rineka Cipta
ii
RIWAYAT HIDUP
Epi Dewanti Siregar dilahirkan di Bunturaja pada tanggal 18 Maret 1990.
Ayah bernama Togar Siregar (Alm) dan Ibu bernama Laosma Siburian dan
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk
SD Negeri 030387 Bunturaja dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Siempat Nempu dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya
penulis bersekolah di SMA Negeri 14 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas