DI DESA BLANAKAN KECAMATAN BLANAKAN KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi
oleh
Dwi Ramadhani Kusumawati
1001531
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Dwi Ramadhani Kusumawati
1001531
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dwi Ramadhani Kusumawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Yadi Ruyadi, M.Si
NIP. 196205161989031002
Pembimbing II
Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si
NIP. 196106181987031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Dra. Siti Komariah, M.Si., Ph.D
Ketua : Dekan FPIPS UPI
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP 197008141994021001
Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi UPI Hj. Siti Komariah, M.Si., Ph.D.
NIP 196804031991032002
Penguji :
Penguji I
Prof. Dr. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 195501011981011001
Penguji II
Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D NIP. 196804031991032002
Penguji III
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GRAFIK...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis A. Kajian Teori ... 11
1. Konsep Hubungan Sosial... 11
2. Stratifikasi Sosial dan Kelas Sosial ... 15
3. Teori Patron Klien... 20
4. Teori Pertukaran ... 23
5. Nelayan ... 25
B. Penelitian Terdahulu ... 26
C. Kerangka Pikir ... 28
D. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31
1. Pendekatan Penelitian ... 31
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian ... 33
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34
1. Lokasi Penelitian ... 34
2. Subjek Penelitian ... 35
a. Populasi ... 36
b. Sampel ... 36
D. Definisi Operasional ... 37
E. Instrumen Penelitian ... 39
1. Instrumen Penelitian Kualitatif ... 39
2. Instrumen Penelitian Kuantitatif ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Kuesioner/ Angket ... 45
2. Observasi ... 46
3. Wawancara ... 47
4. Dokumentasi... 47
G. Analisis Data ... 48
1. Analisis Data Kualitatif ... 48
2. Analisis Data Kuantitatif ... 51
H. Proses Pengembangan Instrumen... 53
1. Uji Validitas ... 55
2. Uji Reliabilitas... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62
1. Profil Desa Blanakan ... 62
2. Karakteristik Penduduk Desa Blanakan ... 62
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
1. Hasil Penelitian Kualitatif ... 66
a. Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 66
b. Gambaran Pola Hubungan Patron Klien ... 69
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
d. Pembagian Pendapatan Pada Hubungan Patron Klien ... 79
e. Faktor-Faktor yang Melanggengkan Hubungan Patron Klien...82
f. Dampak Hubungan Patron Klien ...85
2. Hasil Penelitian Kuantitatif ...88
a. Karakteristik Responden Penelitian...88
b. Pola Hubungan Patron Klien ...92
c. Tingkat Ketergantungan Hubungan Patron Klien ...94
d. Dampak Hubungan Patron Klien ...95
C. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ...97
1. . Pola Hubungan Patron Klien ...97
2. . Tingkat Ketergantungan Hubungan Patron-Klien ...100
3. Pembagian Pendapatan pada Hubungan Patron Klien ...101
4. Faktor-Faktor yang Melanggengkan Hubungan Patron Klien...101
5. Dampak Hubungan Patron Klien ...102
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan... 105
B. Rekomendasi ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian ...29
Gambar 3.1 a. Triangulasi sumber data ...50
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis
dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang
Tahun 2012 ... 3
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner (Sebelum Uji Validitas) ... 43
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Persentase/ Skor ... 54
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Pola Hubungan Patron Klien ... 56
Tabel 3.5 Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Pola Hubungan Patron Klien... 57
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Angket Tingkat Ketergantungan Pada Hubungan Patron Klien ... 57
Tabel 3.7 Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Tingkat Ketergantungan Pada Hubungan Patron Klien... 57
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Angket Dampak Hubungan Patron Klien... 58
Tabel 3.9 Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Dampak Hubungan Patron Klien... 58
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner (Sesudah Uji Validitas) ... 59
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Desa Blanakan ... 63
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Blanakan Tahun 2013 ... 67
Tabel 4.3 Jenjang Pendidikan Anak Responden ... 86
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Nelayan... 88
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 89
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 91
Tabel 4.7 Perhitungan Statistik ... 92
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.9 Pola Hubungan Patron Klien di Desa Blanakan ... 93
Tabel 4.10 Perhitungan Statistik ... 94 Tabel 4.11 Interval Pengkategorian ... 95
Tabel 4.12 Tingkat Ketergantungan Hubungan Patron-Klien antara
Juragan dengan ABK di Desa Blanakan... 95
Tabel 4.13 Perhitungan Statistik ... 96
Tabel 4.14 Interval Pengkategorian ... 96 Tabel 4.15 Dampak Hubungan Patron Klien antara Juragan dengan ABK
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Tahun 2013 ...63
Grafik 4.2 Komposisi Penduduk Desa Blanakan Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2013 ...64
Grafik 4.3 Komposisi Penduduk Desa Blanakan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ...65
Grafik 4.4 Pembagian Pendapatan antara Juragan dengan ABK ...81
Grafik 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Nelayan...89
Grafik 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...90
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN PATRON KLIEN PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BLANAKAN KECAMATAN BLANAKAN
KABUPATEN SUBANG
Pembimbing 1: Dr. Yadi Ruyadi, M.Si
Pembimbing 2: Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si. Oleh: Dwi Ramadhani Kusumawati (1001531)
Suatu masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah akan memiliki sebuah hubungan di mana antara masyarakat yang satu dengan lainnya mempunyai pengaruh juga satu sama lain. Adanya perbedaan masyarakat ini mempengaruhi kepada pola hubungan antar lapisan tersebut dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Hubungan-hubungan tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Pola hubungan ini seimbang apabila satu pihak tidak merasa dirugikan oleh pihak lainnya. Hubungan patron-klien yang terjadi pada masyarakat nelayan ini merupakan bentuk paling sering terjadi di Indonesia. Hubungan patron klien dalam penelitian ini adalah juragan dengan Anak Buah Kapal (ABK). Sistem yang terjadi pada mereka ini ternyata bukan hanya relasi ekonomi saja, akan tetapi ada relasi sosial yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan ikatan patron klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan Di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang dengan populasi sasaran sebanyak 1.145 jiwa dan sampel sebanyak 92 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi (mix methods) dengan model atau desain Concurrent Triangulation, dimana campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dan kemudian ditambah dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pola hubungan yang terjali membentuk pola sistemik yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lainnya. Tingkat ketergantungan diantara keduanya bersifat sedang karena dilihat dari aktivitas melaut dan aktivitas sehari-hari ketika tidak melaut. Semakin kuat hubungan juragan dengan ABK, maka ABK semakin tergantung untuk berbagai urusan kepada juragan. Rekomendasi Bagi pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan, dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang bisa meningkatkan kesejahteraan para nelayan dan Bagi masyarakat nelayan pada umumnya agar tetap memperhatikan dan mementingkan pendidikan sebagai hal yang utama, karena dengan pendidikan sendiri akan mempengaruhi pola pikir, perilaku bahkan untuk peningkatan perekonomian sendiri.
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
CLIENT-PATRON RELATIONSHIP IN FISHING COMMUNITIES IN THE VILLAGE OF BLANAKAN
BLANAKAN SUBDISTRICT SUBANG REGENCY
Supervisor 1: Dr. Yadi Ruyadi, M.Si
Supervisor 2: Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd, M.Si By: Dwi Ramadhani Kusumawati (1001531)
A society that lives in an area will have a relationship in which one community among others has also influence each other. The existence of this community differences affect the pattern of relationships between the layers in the fulfillment of their needs. These relationships occur and are interwoven to such an extent among the public that continued and never stopped. This balanced relationship patterns when one party does not feel aggrieved by the other party. Patron-client relationships that occur on fishing communities is the form most commonly occur in Indonesia. Patron relations clients in this study are a fruit Ship with skipper (ABK). Systems that happen to them this was not just an economic relationship, but there is a social relation that occurs.
This research aims to know the relationship between the client's patron and bonding with ABK skipper on fishing communities in the village district of Subang Regency Blanakan Blanakan with target population as many as 1,145 inhabitants and a total of 92 samples of respondents. This study uses a combination of approaches (mix methods) with Concurrent design model or Triangulation, where a mix of quantitative and qualitative are evenly matched. Data collection techniques in the study using the enclosed questionnaire and then coupled with interviews, observation and documentation.
Research results show that the pattern of relationships that systemic patterns that form a terjali are interlinked and need each other. The level of dependency between the two is currently being viewed from activity on the ocean and daily activities when not traveling. The stronger the relationship there with ABK, then ABK increasingly depend for a wide range of the skipper. Recommendations for the Government, especially the Ministry of marine and fisheries, can be one of the considerations in determining the policies that could improve the welfare of fishermen and fishing communities in General to keep paying attention to and concerned with education as the main thing, because with education alone will affect the mindsets, behaviors even for the enhanceme nt of the economy itself.
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk
sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan
interaksi dan komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Walaupun
manusia itu sebagai mahluk individu, tetapi dalam kehidupannya, manusia tidak
bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, oleh karena itu harus
berhubungan dengan banyak kalangan. Hubungan sosial dalam kehidupan
manusia sangatlah dibutuhkan karena manusia yang dikatakan “sehat” itu selalu
melakukan kontak sosial dimanapun ia berada.
Beberapa individu membentuk sebuah kelompok dimana mereka saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah
kelompok besar yang dinamakan masyarakat. Suatu masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah akan memiliki sebuah hubungan di mana antara masyarakat
yang satu dengan lainnya mempunyai pengaruh juga satu sama lain. Setiadi dan
Kolip (2011, hlm. 31) mengemukakan bahwa,
Di dalam kehidupan sosial sendiri terdapat gejala-gejala sosial berupa hubungan sosial, karena hubungan sosial tersebut terbentuklah kelompok sosial, pelapisan sosial, lembaga sosial, interaksi sosial, perubahan sosial, pengelompokan sosial, dinamika sosial budaya dan gejala-gejala sosial lainnya.
Adanya perbedaan masyarakat ini mempengaruhi kepada pola hubungan
antar lapisan tersebut dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Hubungan-hubungan
tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga
terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Pola hubungan ini seimbang apabila
satu pihak tidak merasa dirugikan oleh pihak lainnya. Tetapi pada kenyataannya,
masih banyak hubungan kerja yang kurang seimbang dimana salah satu pihak
masih tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam peningkatan pendapatan
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat
bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya
maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan
penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut,
Syarief (2001, ed-25) mengemukakan bahwa, "kenyataannya Indonesia adalah
negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak
32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak pernah mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah".
Pada umumnya buruh nelayan tidak pernah terlepas dari jeratan dan
ekploitasi juragan yang dipercayainya, karena kehidupan buruh sangat tergantung
dengan adanya pinjaman dan fasilitas yang diberikan oleh juragan, dan juragan
pun memanfaatkan hal tersebut sebagai jaminan dan kontrak kerja untuk mengikat
buruh. Dalam hidup keseharian, buruh dan juragan juga tidak terlepas dari
hubungan sosial yang terjalin karena intensitas komunikasi setiap harinya.
Hubungan patron klien yang terjadi pada masyarakat nelayan ini merupakan
bentuk paling sering terjadi di Indonesia. Nelayan seringkali menjadi golongan
yang terpinggirkan dan tidak menjadi prioritas pemerintah. Mereka adalah kaum
yang terdesak pada keadaan, karena hanya punya kemampuan untuk melaut dan
tidak punya pilihan lain dalam bekerja. Buruh nelayan bekerja pada seorang
juragan itu agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sistem yang
terjadi pada mereka ini ternyata bukan hanya relasi ekonomi saja, akan tetapi ada
relasi sosial yang terjadi. Para juragan pun rela meminjamkan uang besar saat ada
anggota keluarga dari buruh nelayan yang sakit atau butuh uang lebih. Pada
akhirnya sistem patron klien ini sudah menjadi relasi yang sangat mendarah
daging dan sulit untuk dilepaskan.
Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan Utara Provinsi
Jawa Barat. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Subang (2012), budidaya ikan laut pada produksi perikanan air laut
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
18.754,64 ton yang tersebar di Kecamatan Sukasari, Pusakanagara, Legonkulon
dan Blanakan. Sedangkan untuk ikan tangkapan, potensi sumber daya ikan laut
hasil tangkapan (non budidaya) di Kabupaten Subang pada tahun 2012 mencapai
18.324 ton. Sarana usaha yang digunakan adalah perahu layar, motor tempel dan
kapal dengan alat tangkap berupa pancing, jaring (gill net), purse seine, dan
payang.
Pada tabel 1.1 tergambar Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis
dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang Tahun 2012.
Tabel 1.1
Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang Tahun 2012
Kecamatan Produksi
(Ton)
Nilai Produksi (Rp 000)
A. Kec. Blanakan
Cilamaya Girang 301,81 3.994.062,03
Rawameneng 855,13 11.316.509,07
Blanakan 7.293,80 96.523.165,58
Muara 1.559,37 20.635.987,14
Tanjungtiga 402,42 5.325.416,03
B. Kec. Legon Kulon
Pangarengan 1.408,46 18.638.956,12
Mayangan 2.842,07 37.610.750,74
C. Kec. Pusakanagara
Patimban 3.660,97 48.927.259,80
Kabupaten Subang 18.324,03 242.972.106,50
Sumber : Subang Dalam Angka Tahun 2012 (Tersedia di: http://www.subang.go.id/potensi_perikanan.php) 17 Juni 2014 pukul 12.00 WIB.
Kecamatan Blanakan merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Subang. Berdasarkan tabel produksi sub sektor perikanan laut di atas, Kecamatan
Blanakan adalah kecamatan yang paling banyak produksi perikanannya dan satu
kecamatan yang akan dijadikan lokasi penelitian. Desa Blanakan menjadi salah
satu desa yang menyumbang produksi ikannya paling besar. Jika dilihat
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
seharusnya dapat menopang juga kesejahteraan sosial dan ekonomi para
nelayannya. Namun pada kenyataannya, masih banyak para nelayan yang
memiliki kesejahteraan sosial-ekonomi yang cukup rendah.
Kebijakan pembangunan kelautan, selama ini, cenderung lebih mengarah
kepada kebijakan “produktivitas” dengan memaksimalkan hasil eksploitasi sumber daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang mengendalikannya. Syarief
(2001, ed-25) mengemukakan dalam jurnalnya yang berjudul “Pembangunan
Kelautan dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir” bahwa terdapat
dampak dari kebijakan tersebut telah mengakibatkan beberapa kecenderungan
yang tidak menguntungkan dalam aspek kehidupan, seperti:
a) Aspek Ekologi, overfishing penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan telah cenderung merusa
b) k ekologi laut dan pantai (trawl, bom, potas, pukat harimau, dll) akibatnya menyempitnya wilayah dan sumber daya tangkapan, sehingga sering menimbulkan konflik secara terbuka baik bersifat vertikal dan horizontal (antara sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat sekitar dan antara nelayan dengan pemerintah).
c) Aspek Sosial Ekonomi, akibat kesenjangan penggunaan teknologi antara pengusaha besar dan nelayan tradisional telah menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan bagi nelayan tradisional. Akibat dari kesenjangan tersebut menyebabkan sebagian besar nelayan tradisional mengubah profesinya menjadi buruh nelayan pada pengusaha perikanan besar.
d) Aspek Sosio Kultural, dengan adanya kesenjangan dan kemiskinan tersebut menyebabkan ketergantungan antara masyarakat nelayan kecil/ tradisional terhadap pemodal besar/modern, antara nelayan dan pedagang, antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan penguatan terhadap adanya komunitas juragan dan buruh nelayan.
Berdasarkan pemaparan diatas, disebutkan dalam aspek sosio kultural adanya
kesenjangan yang menyebabkan ketergantungan antara nelayan kecil terhadap
pemodal besar yang didasarkan pada hubungan kerja. Salah satu hubungan kerja
tersebut adalah hubungan patron klien. Hubungan patron klien ini di Indonesia
khususnya sering disebut dengan hubungan juragan dan buruh. Dalam masyarakat
nelayan pun terjadi hubungan antara juragan dengan nelayan buruh. Juragan
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
baik dibandingkan dengan para nelayan dan nelayan buruh. Perbedaan tingkat
sosial ekonomi inilah yang akan menjadi inti dalam penelitian ini.
Di dalam kehidupan kaum nelayan, mereka yang memiliki ratusan kapal
penangkap ikan dan dikerjakan oleh ratusan pegawainya sering disebut sebagai
"juragan". Dirinya memang jarang atau tidak pernah melaut. Sang juragan ini
cukup mengelola manajemen dan menunggu setoran atau hasil tangkapan para
nelayan yang melaut. Posisi juragan dalam kehidupan masyarakat nelayan umum
nya "turun temurun", walau bisa saja dari seorang buruh nelayan bisa naik
stratifikasinya karena adanya kegigihan, keuletan, kepiawaian seorang pandega,
maka dirinya pun bisa saja naik status menjadi "asisten Juragan".
Di desa Blanakan, terdapat tiga klasifikasi juragan. Yang pertama adalah
juragan besar. Juragan besar ini memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 22 m dan
lebar 8 m. Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) dalam satu kapal antara 10-21 orang.
Lama melaut 15 hari sampai satu bulan. Kedua, juragan sedang. Juragan sedang
memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 8 m dan lebar 4 m. Jumlah ABK dalam
satu kapal antara empat sampai enam orang. Lama melaut tiga sampai enam hari.
Ketiga, juragan kecil. Juragan kecil memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 6 m
dan lebar 2,5 m. Jumlah ABK dalam satu kapal antara dua sampai tiga orang.
Patron atau disebut juragan dalam masyarakat nelayan, memiliki kapal yang
membutuhkan jasa beberapa orang untuk mengelola kapalnya agar bisa melaut.
Klien atau disebut Anak Buah Kapal (ABK), membutuhkan pekerjaan untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, baik juragan maupun ABK saling
membutuhkan satu dengan lainnya. Dari hubungan yang terjalin antara keduanya
akan terbentuk sebuah pola.
Penelitian terdahulu oleh Ningsih (2011) yang melakukan penelitian tentang
ikatan Patron Klien yang berjudul “Pengaruh Ikatan Patron-Klien Terhadap
Perilaku Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan (Kasus: Desa Tanjung Pasir,
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Nelayan bukan merupakan suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok yang saling berinteraksi atau mempunyai hubungan sosial yang terpola dan dapat disebut sebagai pengorganisasian sosial. Pola-pola dalam pengorganisasian sosial itu disebut struktur sosial. Menurut Satria (2002), ciri umum struktur sosial dalam masyarakat nelayan adalah kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan patron-klien tersebut merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan resiko dan ketidakpastian. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya karena patron-klien merupakan institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena hingga saat ini nelayan belum menemukan alternatif institusi yang mampu menjamin kepentingan sosial ekonomi mereka. Keadaan tersebut tampak tidak lepas dari struktur sosial masyarakat nelayan dan upaya-upaya pemerintah yang dapat dilakukan untuk pembangunan perikanan dan masyarakat nelayan.
Di dalam masyarakat nelayan, terdapat pola-pola pengorganisasian sosial yang
disebut dengan struktur sosial. Ciri umum struktur sosial pada masyarakat nelayan
ialah kuatnya ikatan patron dan klien. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan
patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan
kegiatannya karena patron-klien merupakan institusi jaminan sosial-ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul
"Hubungan Patron Klien Pada Masyarakat Nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang". Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan, terutama tentang bagaimana pola
hubungan antar lapisan masyarakat nelayan yang ada berdasarkan atas
pertimbangan nilai ekonomi, dan hubungan patron klien dalam proses pendapatan
hasil yang diterima oleh kedua belah pihak.
B. Identifikasi Penelitian
Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka identifikasi masalah yang akan dikaji adalah bagaimana hubungan
Patron-Klien pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan
Kabupaten Subang.
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sedangkan secara khusus masalah-masalah penelitian yang akan dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang ada di Desa
Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang?
2. Bagaimana pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan Anak Buah
Kapal (ABK) pada masyarakat nelayan di desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang?
3. Bagaimana tingkat ketergantungan pada hubungan Patron-Klien antara
juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang?
4. Bagaimana pembagian pendapatan pada hubungan Patron-Klien antara
juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Kabupaten Subang?
5. Faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan Patron-Klien antara
juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang?
6. Bagaimana dampak hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada
masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang dalam hal tingkat kesejahteraan, pendidikan dan mobilitas sosial
masyarakatnya?
D. Tujuan Penelitian 1. Secara Umum
Di dalam penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya penelitian ini
untuk mengetahui hubungan Patron-Klien pada masyarakat nelayan Desa
Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menguraikan pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan
ABK yang terjadi pada masyarakat nelayan Desa Blanakan Kecamatan Blanakan
Kabupaten Subang.
2. Secara Khusus
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
a. Mengetahui keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang ada di Desa
Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.
b. Mengetahui pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada
masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang.
c. Mengetahui tingkat ketergantungan hubungan Patron-Klien antara juragan
dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang.
d. Mengetahui pembagian pendapatan pada hubungan Patron-Klien antara
juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang.
e. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan
Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.
f. Mengetahui dampak yang timbul dari hubungan Patron-Klien antara juragan
dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan
Blanakan Kabupaten Subang.dalam hal tingkat kesejahteraan, pendidikan dan
mobilitas sosial masyarakatnya.
E. Manfaat Penelitian
Secara umum, diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat kepada
kalangan akademisi khususnya mahasiswa, masyarakat umum dan juga
pemerintah agar bisa semakin memperhatikan kesejahteraan para masyarakat
nelayan.
Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pada bidang sosial
terutama pada bidang Sosiologi
b. Dijadikan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah
yang sama, walaupun tempatnya berbeda, sehingga hasilnya dapat lebih luas
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru
dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuan. Selain itu, setelah melakukan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan
Pendidikan Sosiologi dalam hal hubungan patron-klien pada masyarakat nelayan
dimana dalam hubungan tersebut diurakan bagaimana kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat nelayan, kemudian kita juga bisa mengetahui bagaimana pola
hubungannya, bagaimana tingkat ketergantungan pada hubungan Patron-Klien
yang terjadi, bagaimana pembagian pendapatan pada kedua belah pihak,
faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan Patron-Klien yang terjadi dan
apa dampak yang timbul dari hubungan Patron-Klien pada masyarakatnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Bagi kalangan akademisi, khususnya mahasiswa dapat memperkaya
pengetahuan mengenai hubungan patron-klien pada masyarakat nelayan.
b. Bagi masyarakat umum, dapat menambah wawasan mengenai struktur sosial
masyarakat nelayan dan mengetahui realitas mengenai patron-klien yang ada.
c. Bagi pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan, dapat
menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang bisa
meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Susunan yang terdapat dalam skripsi yang berjudul Hubungan Patron-Klien
pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang meliputi lima bab, yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang berisi:
a. Latar belakang penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
b. Identifikasi masalah, berisi rumusan masalah secara umum.
c. Rumusan masalah yang diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan peneliti
yang akan dikaji lebih dalam.
d. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian
tersebut selesai dilakukan.
e. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya dilihat
dari salah satu atau beberapa aspek, misalnya manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
f. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulis dalam menyusun
skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan dan memposisikan
masing-masing kedudukan penelitian yang dikaji dan dikaitkan dengan masalah yang
sedang diteliti. Selain itu dikemukakan secara jelas mengenai sumber-sumber
yang digunakan seperti buku-buku rujukan utama yang relevan dengan masalah
yang dikaji peneliti.
3. BAB III Metode Penelitian
Dalam metode penelitian, dijelaskan mengenai langkah-langkah penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti terkait dengan penulisan skripsi ini. Dimana
dalam metode penelitian ini mencakup lokasi, subjek penelitian, instrumen
penelitian hingga pengumpulan data untuk mempermudah dalam analisis data
yang diperoleh.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Di BAB IV ini dipaparkan mengenai pembahasan dan hasil penelitian yang
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
data-data yang telah diperoleh di lapangan. Pada bab ini berisi tentang jawaban
dari seluruh pertanyaan-pertanyaan yang ada di rumusan masalah.
5. BAB V Simpulan dan Rekomendasi
Simpulan, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi. Dimana dalam
bab ini penulis menguraikan simpulan dari penelitian atau pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini selain simpulan terdapat juga
rekomendasi atau saran-saran yang diajukan kepada pihak-pihak yang
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan masalah hubungan patron klien pada
masyarakat nelayan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi
(Mixed Methods), dimana pendekatan penelitian ini mengkombinasikan atau
menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif untuk
digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga
diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif,
(Sugiyono, 2014, hlm. 19).
Creswell (2009) (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 19), menyatakan bahwa “Mixed Methods Research is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative forms of research” Metode kombinasi adalah
merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif”.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini juga menggunakan
metode penelitian kombinasi model atau desain Concurrent Triangulation. “Dengan metode ini hasil penelitian akan lebih lengkap, valid, reliabel, dan obyektif; karena dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat
triangulasi, kelemahan satu teknik pengumpulan data akan dapat diatasi dengan teknik pengumpulan data yang lain”, (Sugiyono, 2014, hlm. 500).
Menurut Creswell (2009) (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 500), “metode ini merupakan metode yang populer di antara metode kombinasi yang lain. Karena ke
dua metode digunakan dalam waktu yang sama, maka dari segi waktu akan lebih efisien.”
Pemilihan pendekatan penelitian dengan metode kombinasi desain
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
karena pada rumusan masalah yang sejenis bisa dijawab dengan dua metode
penelitian sekaligus, yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut
Sugiyono (2014, hlm. 499), mengemukakan bahwa,
Rumusan masalah bisa berbentuk rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan komparatif asosiatif. Fokus penggabungan lebih pada teknik mengumpulkan data dan analisis data, sehingga peneliti dapat membandingkan seluruh data yang diperoleh dari kedua data (kuantitatif dan kualitatif) saling memperkuat, memperlemah atau bertentangan.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dengan metode
kombinasi desain Concurrent Triangulation karena melihat dari rumusan masalah
yang dikaji tentang keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang ada di Desa
Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, pola hubungan Patron-Klien
pada masyarakat nelayannya, tingkat ketergantungan pada hubungan
Patron-Klien, pembagian pendapatan, faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan
hubungan Klien, hingga dampak yang ditimbulkan dari hubungan
Patron-Kliennya.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Sedangkan penelitian deskriptif menurut Tan (dalam Silalahi, 2012, hlm. 28) bahwa, “Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu
antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat”.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa penelitian deskriptif dilakukan untuk
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis dan akurat dari suatu
keadaan sosial, gejala sosial, hubungan antara gejala yang satu dengan gejala
lainnya dalam masyarakat.
Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan dapat memaparkan
keadaan yang sebenarnya mengenai kondisi sosial-ekonomi yang ada pada
masyarakat nelayan dan pola hubungan yang terjadi antara Patron Klien, tingkat
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
hubungan keduanya serta dampak yang ditimbulkan dari hubungan Patron Klien
tersebut pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan
Kabupaten Subang.
B. Desain Penelitian
Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dengan desain penelitian dan
persiapan yang matang dengan menempuh berbagai tahapan. Desain dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kombinasi model atau desain
Concurrent Triangulation. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 499), mengemukakan
bahwa,
....desain Concurrent Triangulation adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara seimbang (50% metode kuantitatif dan 50% metode kualitatif). Metode tersebut digunakan secara bersama-sama, dalam waktu yang sama, tetapi independen untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Silalahi (2012, hlm. 27) bahwa, “Penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.” Hal tersebut sependapat dengan Zuriah (2009, hlm. 47) bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”
Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan
penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan oleh penulis:
1. Tahap Pra Penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal yang dilaksanakan dalam sebuah penelitian.
Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan dan menyusun rancangan penelitian agar
penelitian bisa berjalan dengan lancar. Beberapa persiapan yang dilakukan oleh
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
a. Peneliti mengajukan beberapa judul dan berdiskusi dengan beberapa dosen
yang menjadi Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan
Sosiologi.
b. Peneliti mengajukan proposal penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan
Skripsi Prodi Pendidikan Sosiologi.
c. Peneliti menseminarkan proposal tersebut dihadapan tim dosen penguji untuk
mendapatkan koreksi, masukan sekaligus perbaikan sehingga mendapatkan
pengesahan serta persetujuan dari Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Prodi
Pendidikan Sosiologi yang selanjutnya mendapatkan SK pembimbing skripsi.
Sebelum dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
pra-penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi di lapangan yang
terjadi untuk dijadikan objek penelitian. Dalam pra-penelitian ini, peneliti
melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a. Menetukan lokasi untuk dijadikan penelitian.
b. Menentukan responden yang akan diteliti.
c. Menyusun rancangan penelitian dengan mengkaji literatur dan
penelitian-penelitian terdahulu sehingga peneliti mendapatkan gambaran penelitian-penelitian.
d. Melakukan observasi dan wawancara kepada pihak terakait dengan masalah
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pra-penelitian sudah dilaksanakan, kemudian peneliti langsung ke
lapangan mengadakan penelitian dengan berpedoman pada instrumen. Peneliti
melakukan observasi, menyebarkan angket, mewawancarai pihak-pihak terkait
seperti sekertaris KUD, ketua kelompok nelayan, Juragan, dan buruh nelayan/
ABK (Anak Buah Kapal).
C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih penulis untuk penelitian adalah di Desa Blanakan
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Kabupaten Subang sebagai salah satu
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
205.176,95 ha atau 6,34 % dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di
antara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º
49' Lintang Selatan. Berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Subang dapat
dibagi ke dalam 3 zona, yaitu:
1. Daerah Pegunungan (Subang bagian Selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang, sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
2. Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian Tengah)
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
3. Daerah Dataran Rendah (Subang bagian Utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
Sumber: www.subang.go.id
Penelitian ini dilakukan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja)
dengan beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Dilihat dari Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis dan Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang Tahun 2012, Kecamatan Blanakan
khususnya Desa Blanakan, merupakan desa yang paling besar produksi dan
nilai produksinya.
b. Banyaknya kepemiikan kapal dari yang besar hingga yang kecil sehingga
terdapat juragan dan anak buruh kapal, juga buruh nelayan.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua pihak yang telah memberikan suatu informasi
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
aktivitas yang diperoleh dari informan. Menurut Arikunto (2010, hlm. 23), mencari seorang informan digunakan teknik “snow balling”, sebagai bola salju yang turun dari atas menggelinding ke bawah yang semakin lama semakin besar
karena adanya salju lain yang menempel. Jadi dari informan kunci tersebut
peneliti menacari subjek-subjek lain secara terus- menerus sampai peneliti merasa
jenuh. Kejenuhan penentuan subjek ditandai kelengkapan dan kedalaman data
yang sudah terkumpul.
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2013, hlm. 80).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Blanakan yaitu
sebanyak 11.907 jiwa. Populasi sasaran adalah masyarakat nelayan dengan jumlah
1.145 jiwa, yang terdiri dari Juragan dan Anak Buah Kapal.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 120), "sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Sedangkan teknik sampling yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014, hlm. 12), mengatakan bahwa “teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling, dan Nonprobability
Sampling”.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability
Sampling. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 122) mengatakan bahwa “Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Kemudian, setelah pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama,
penelitian ini juga mengunakan Simple Random Sampling. Simple Random
Sampling menurut Sugiyono (2012, hlm. 82) adalah "pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam
(Martono, 2011, hlm. 38), memberikan gambaran rumus untuk perhitungan
besaran besaran sampel sebagai berikut:
n = N
1 + N (d)2
Dimana:
n : jumlah sampel yang dicari
N : jumlah populasi
d : nilai presisi yang ditetapkan, nilai presisi yang ditetapkan sebesar 15% (0,1)
n = 1145
1 + 1145 (0,1)2
n =
n =
n =
n = 91,96 dibulatkan menjadi 92 responden
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 92 responden.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan agar mendapatkan gambaran yang jelas dan
menghindari penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 1. Hubungan Sosial
Berbicara tentang hubungan sosial maka berbicara juga mengenai proses
sosial. Hubungan sosial terjadi di dalam masyarakat karena melalui proses sosial.
Di dalam kehidupan sosial, manusia baik sebagai individu maupun dalam sebuah
kelompok akan memerlukan bantuan antara satu dengan yang lainnya.
Kompleksitas manusia juga dapat dilihat dari pola-pola kehidupan, dimana
ketergantungan antarindividu, ketergantungan antarkelompok telah menjadi ciri
kehidupan manusia. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, karena
interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Kehidupan sosial dalam masyarakat pasti memerlukan sebuah hubungan
sosial. Dalam hubungan sosial, akan terjadi kerja sama antar-individu maupun
antarkelompok seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Begitupun dalam
masyarakat nelayan, dari pola hubungan yang bersifat komplementer (saling
membutuhkan) itu menyebabkan ketergantungan antarmanusia, dan dari
ketergantungan tersebut terjalinlah kerja sama antarmanusia untuk memenuhi
kebutuhannya seperti para nelayan yang bergantung kepada juragan begitupun
sebaliknya. Dari hubungan sosial yang telah terjalin dalam suatu masyarakat,
maka tidak menutup kemungkinan terbentuk sebuah tingkatan-tingkatan yang
terjadi di masyarakatnya. Tingkatan itu disebut juga dengan stratifikasi.
2. Patron Klien
“Istilah „patron‟ berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara etimologis berarti: seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh” (Usman, 2004, hlm. 132). Sedangkan klien berarti „bawahan‟ atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Patron klien merupakan basis relasi
sosial masyarakat nelayan atau pesisir. Relasi sosial patron klien sangat dominan
dan terbentuk karena karakteristik kondisi mata pencaharian, sistem ekonomi, dan
lingkungan. Sedangkan Scott (1983, hlm. 14), mengemukakan bahwa,
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu klien-kliennya.
3. Masyarakat Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan/ binatang air lainnya/ tanaman air. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No 45 tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 1 Ayat 10,
"nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan".
Sementara itu, Kusnadi (2009, hlm. 23) mengemukakan bahwa,
Masyarakat nelayan adalah kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencahariannya menangkap ikan di laut, yang pola-pola perilakunya diikat oleh sistem nilai budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas ketentuan sosial, struktur sosial yang sama.
E. Instrumen Penelitian
Hal utama yang mempengaruhi kualitas penelitian yaitu, kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian dengan metode kualitatif dan kuantitatif.
1. Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu
sendiri. Sugiyono (2010, hlm. 222) mengemukakan bahwa,
Instrumen penelitian atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsikan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Peneliti menjadi
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Lincoln dan Guba (1986) (dalam
Sugiyono, 2010, hlm. 223), mengemukakan bahwa,
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument product.
Artinya dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum
jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi
data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi
dan wawancara.
Observasi dilaksanakan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang. Sedangkan untuk wawancara bersangkutan dengan sekertaris KUD,
juragan, dan Anak Buah Kapal (ABK), serta pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan masalah hubungan patron klien yang terjadi pada masyarakat nelayan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
ke lapangan. Peneliti ini dibantu juga dengan observasi dan wawancara. Berikut
kisi-kisi instrumen untuk pedoman wawancara:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara
Pertanyaan
Penelitian Dimensi
Aspek/ Indikator
yang di Teliti Instrumen
Keadaan
sosial-ekonomi
masyarakat
nelayan
1. Sosial 1. Lingkungan
umum
Pedoman
wawancara
2. Peraturan, nilai
dan norma
masyarakatnya
Pedoman
wawancara
3. Jumlah penduduk Pedoman
wawancara
4. Struktur sosial
masyarakatnya
Pedoman
[image:34.596.111.517.493.730.2]Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
5. Sarana pendidikan Pedoman
wawancara
6. Tingkat
pendidikan
Pedoman
wawancara
2.Ekonomi 1. Mata pencaharian Pedoman
wawancara
2. Pendapatan Pedoman
wawancara
3. Kepemilikan Pedoman
wawancara
Lingkungan
umum, seputar
juragan dan ABK
Jumlah nelayan 1. Populasi nelayan
dan keluarganya
Pedoman
wawancara
Terkait juragan 1. Jumlah juragan Pedoman
wawancara
2. Pekerjaan juragan
lain/ sampingan
Pedoman
wawancara
3. Kedudukan
juragan dalam
masyarakat Pedoman wawancara 4. Klasifikasi juragan Pedoman wawancara
Terkait ABK 1. Jumlah ABK Pedoman
wawancara
2. Pekerjaan ABK
lain/ sampingan
Pedoman
wawancara
3. Kedudukan ABK
dalam masyarakat
Pedoman
wawancara
Terkait KUD 1. Pengahasilan dari
melaut juragan
dan ABK
Pedoman
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Pola hubungan
Patron Klien
1.Ketidaksamaan 1. Kekayaan:
kepemilikan kapal
Pedoman
wawancara
2. Sifat tatap muka
intensif
1. Hubungan batin Pedoman
wawancara
3. Sifat relasi yang
luwes
1. Kegiatan melaut Pedoman
wawancara
Tingkat
ketergantungan
pada hubungan
Patron Klien
1. Ketergantungan
tinggi/ sedang/
rendah
1. Ketergantungan
juragan terhadap
ABK
Pedoman
wawancara
Faktor yang
melanggeng
hubungan Patron
Klien
1. Pemberian barang
2. To take and give
3. Hubungan batin
1. Faktor
melanggengkan
menurut juragan
dan ABK
Pedoman
wawancara
Dampak yang
ditimbulkan dari
hubungan Patron
Klien 1. Tingkat kesejahteraan 2. Tingkat pendidikannya 3. Mobilitas masyarakatnya
4. Proses sosial
1. Dampak menurut
juragan dan ABK
Pedoman
wawancara
2. Instrumen Penelitian Kuantitatif
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena
sosial maupun alam. Karena meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Peneliti-peneliti dalam bidang sosial, instrumen penelitian
yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan
reliabilitasnya. Instrumen penelitian untuk data kuantitatif ini menggunakan
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”. Berikut
ini kisi-kisi instrumen penelitian:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner (Sebelum Uji Validitas)
Pertanyaan
Penelitian Dimensi
Aspek/ Indikator
yang di Teliti Instrumen
No Kuisioner
Pola hubungan
Patron Klien
Sifat tatap muka
intensif
a. Hubungan
kekerabatan Kuesioner 1
b. Hubungan dekat Kuesioner 2
c. Saling percaya Kuesioner 3
d. Saling membantu Kuesioner 4
e. Saling melindungi Kuesioner 5
f. Saling
memerlukan Kuesioner 6
Sifat relasi yang
luwes
a. Meminjam modal Kuesioner 7
b. Kebutuhan beras/
makanan di kapal Kuesioner 8, 9
c. Kebutuhan bahan
bakar/ solar untuk
kapal
Kuesioner 10, 11
d. Perlatan melaut Kuesioner 12, 13
e. Kebutuhan
sehari-hari (ketika bukan
melaut)
[image:37.596.87.517.295.747.2]Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
f. Jaminan kesehatan Kuesioner 16
g. Pekerjaan lain Kuesioner 17, 18
h. Pembagian
pendapatan Kuesioner 19, 20
Tingkat
ketergantungan
Patron Klien:
Ketergantungan
tinggi
a. Peminjaman modal
sepenuhnya Kuesioner 21
b. Peminjaman
peralatan
sepenuhnya
Kuesioner 22
c. Membutuhkan
bantuan
sepenuhnya
termasuk
kebutuhan/
mengurusi
keluarga
Kuesioner 23
Ketergantungan
sedang
a.Pembatasan
hubungan kerja Kuesioner 24
b.Modal 50:50 Kuesioner 25
c.Peralatan melaut
50:50 Kuesioner 26
Ketergantungan
rendah
a. Memutuskan
hubungan
sewaktu-waktu
Kuesioner 27
b. Kepemilikan
peralatan melaut
sendiri-sendiri
Kuesioner 28
c. Memiliki pekerjaan
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
juragan/ ABK
Dampak
hubungan Patron
Klien
Tingkat
kesejahteraan
a. Pembagian
pendapatan sesuai Kuesioner 30
b. Jaminan kesehatan Kuesioner 31
Tingkat
pendidikan
a. Mengenyam
pendidikan yang
sama
Kuesioner 32, 33
Mobilitas
masyarakat
a. Pendapatan melaut
membuka usaha
lain
Kuesioner 34
Proses sosial a. Hubungan
asosiatif/ disosiatif Kuesioner 35, 36
F. Teknik Pegumpulan Data
Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan
adalah kuesioner/ angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data ini diuraikan sebagai berikut:
1. Kuesioner/ Angket
Menurut Creswell (2012) (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 192), mengemukakan
bahwa, "kuesioner merupakan teknik pengumpulan data di mana partisipan/
responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah diisi dengan
lengkap mengembalikan kepada peneliti". Sejalan dengan itu, Sugiyono (2014,
hlm. 193), mengemukakan bahwa,
Kuesioner merupakan instrumen untuk pengumpulan data, di mana partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner untuk memperoleh data yang terkait dengan pemikiran, perasaan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, kepribadian, dan perilaku dari responden.
Peneliti memilih teknik penyebaran angket dengan tujuan untuk memperoleh data
Dwi Ramadhani Kusumawati, 2014
Hubungan patron klien pada masyarakat nelayan D i desa blanakan kecamatan blanakan
Kabupaten subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
hubungan yang terjadi antara patron klien, dan memperoleh data dari lapangan
yang tidak bisa didapatkan melalui wawancara dan observasi. Pertimbangan lain
memilih teknik penyebaran angket karena jumlah responden yang banyak dan
tersebar di lokasi penelitian yang luas. Sasaran dalam penyebaran angket adalah
masyarakat yang sudah dianggap sebagai sampel atau yang dianggap mewakili dari
keseluruhan objek penelitian. Sehingga dengan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui angket ini dapat membantu peneliti dalam mencari dan
mengumpulkan data dari lapangan.
2. Observasi
Menurut Nasution (1988) (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 226), mengemukakan
bahwa, "observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam observasi
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian". Dengan observasi, maka data yang
diperoleh aka