• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Halim & Syam Kusufi (2014) mengatakan bahwa anggaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Halim & Syam Kusufi (2014) mengatakan bahwa anggaran"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Sasaran Anggaran

Menurut Halim & Syam Kusufi (2014) mengatakan bahwa anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan. Anggaran Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) adalah rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam satu tahun yang disusun secara jelas dan spesifik, dan merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan daerah ( Syafrial, 2009 ). Anggaran yang baik tidak hanya memuat informasi tentang pendapatan, belanja dan pembiayaan namun lebih dari itu anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial ( Mardiasmo, 2009 ).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) salah satunya adalah sasaran anggaran. Sasaran anggaran akan memudahkan SKPD untuk menyusun rencana kegiatan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah, sehingga anggaran dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja dengan kata lain kualitas anggaran daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah ( Nadirsyah, dkk.2012).

Menurut Steers dan Porter dalam Putra (2013) bahwa dalam menentukan sasaran anggaran mempunyai karakteristik utama yaitu :

(2)

2. Sasaran harus menantang namun dapat dicapai.

Selain itu, sasaran anggaran akan membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran maka tingkat kinerja dapat tercapai. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapka sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksanaan menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Kenis dalam Putra 2013). 2.1.1 Indikator Sasaran Anggaran

Menurut Kenis dalam Kurnia (2004) indikator yang digunakan dalam mengukur kejelasan anggaran adalah:

1. Jelas, artinya sasaran anggaran yang ingin dicapai harus diuraikan secara jelas serta tidak bermakna ganda (ambigu).

2. Spesifik, artinya sasaran anggaran yang ingin dicapai harus diuraikan secara spesifik dan detail, agar tidak menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam.

3. Mengerti, artinya sasaran anggaran yang ingin dicapai mudah dimengerti serta menjadi prioritas utama.

2.1.2 Keuntungan Sasaran Anggaran

Menurut Locke & Latham dalam Putra (2013) menyatakan bahwa keuntungan sasaran anggaran adalah sebagai berikut :

(3)

1. Meningkatnya produktivitas dan perbaikan kualitas kerja. Kejelasan sasaran anggaran akan memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2. Membantu menjelaskan apa yang diharapkan. Sasaran anggaran yang jelas akan memberikan gambaran yang akan dicapai.

3. Menghilangkan kejenuhan.

4. Meningkatkan kepuasan terhadap hasil kinerja yang dicapai.

5. Mempengaruhi tingkat persaingan pekerja secara spontan yang mana lebih lanjut akan meningkatkan kinerja mereka. Setiap pekerja akan termotivasi untuk bersaing secara sportif untuk bekerja sebab mereka dapat memahami arah perusahaan dengan mengetahui sasaran yang jelas.

2.2 Akuntabilitas Publik

2.2.1 Pengertian Akuntabilitas Publik

Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik termasuk pemerintah. Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlu dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dengan rangka pemenuhan hak-hak publik.

Menurut Mardiasmo (2009) Pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai berikut :

“ Akuntabilitas publik dimaksudkan prinsip pertanggungjawaban yang mulai dari proses awal sampai dengan pelaksanaan harus dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada publik. Publik memiliki hak dan

(4)

kepentingan atas segala penggunaan dana publik dan berhak untuk meminta pertanggungjawaban atas rencana pelaksanaan anggaran “.

Sedangkan menurut Mahmudi (2010) pengertian akuntabilitas publik dalam konteks organisasi pemerintah yaitu, “pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Menurut Buku Pedoman Penguatan Program Pembangunan Daerah Bapenas & Depdagri (2002:19), akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan.

Dari pengertian diatas secara umum akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan secara terbuka kepada pihak-pihak yang memberikan pertanggungjawaban tersebut.

2.2.2 Sifat Akuntabilitas Publik

Menurut Mardiasmo (2009), laporan keuangan pemerintah dapat dipakai untuk menilai akuntabilitas pemerintahan. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah dapat dipandang dari berbagai perspektif. Dari perspektif akuntansi, American Accounting Association menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintah dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap :

a. Sumber daya finansial

b. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijaksanaan administratif c. Efisiensi dan ekonomisnya suatau kegiatan

(5)

d. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam pencapaian tujuan, manfaat dan efektivitas.

Akuntabilitas publik yang harus dijalankan oleh organisasi sektor publik mempunyai beberapa dimensi. Menurut Hopwood dan Elwood yang dikutip oleh Mahmudi (2010:28) menjelaskan bahwa terdapat lima aspek yaitu:

a. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran b. Akuntabilitas Manajerial

c. Akuntabilitas Program d. Akuntabilitas Kebijakan e. Akuntabilitas Finansial

Dari lima aspek diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran adalah pertangungjawaban lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yangberlaku.pengguna dana publik harus dilakukan secara benar dan mendapatkan otorisasi. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam menjalankan organisasi. Sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum dan kejujuran pengukuranya dengan penggunaan dana sesuai anggaran dan ketaatan pada peraturan.

(6)

b. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban publik dalam melakukan pengelolaan organisasi secara sektor publik secara efisien dan efektif, Akuntabilitas manajerial dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja. Inefisiensi organisasi publik menjadi tanggungjawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klienya. Akuntabilitas manajerial juga berkaitan dengan Akuntabilitas proses ialah bahwa proses organisasi harus dapat dipertanggung jawabkan. dengan kata lain tidak terjadi inefisiensi dari ketidak efektifan organisasi, analisa terhadap akuntabilitas sektor publik akan banyak berfokus pada akuntabilitas manajerial.

c. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dalam kegiatan yang dicapai atau tidaknya dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat pada pelaksanaan program. Akuntabilitas program berarti bahwa program organisasi hendaknya merupakan program bermutu yang mendukung strategi dan pencapain visi, misi dan tujuan organisasi. Pengukuran akuntabilitas program dapat dilihat dari outcome dan efektifitasnya.

(7)

d. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan menyangkut pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Dalam membuat kebijakan lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak masa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu yang diambil, siapa sasaran dari kebijakan tersebut, stokeholder mana yang akan berpengaruh dan memperoleh dampak negatif dari kebijakan tersebut. Pengukuran akuntabilitas kebijakan dapat dilakukan dengan melihat kebijakan yang diambil atau diabaikan, dampak yang ditimbulkan terhadap kebijakan yang diambil atau diabaikan.

e. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas Finansial merupakan pertanggungjawaban lembaga publik dalam menggunakan uang publik secara ekonomi,efisien dan efektif tidak ada pemborosan serta korupsi. Akuntabilitas finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk mengambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar. Akuntabilitas ini sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi sorotan utama masyarakat dan akuntabilitas instansi pemerintah di indonesia mengenai aspek finansial diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang

(8)

perbendaharaan Negara. Kedua Undang-undang tersebut berserta Standar Akuntansi Pemerintahan mewajibkan instansi pemerintah selaku pengguna anggaran untuk menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan.

Dari perspektif sistem akuntabilitas, terdapat beberapa karakteristik pokok sistem akuntabilitas ini yaitu :

a) Berfokus pada hasil (outcomes)

b) Menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur kinerja c) Menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan atas

suatu program atau kebijakan

d) Menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu

e) Melaporkan hasil (outcomes) dan mempublikasikannya secara teratur 2.2.3 Prinsip- Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas menurut dua hal yaitu kemampuan dalam menjawab, dan konsekuensi. Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya yang telah digunakan, dan apa yang telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.

Dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan intansi pemerintah, seperti dikutip oleh LAN dan BPKP (2000:43) perlu memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(9)

1. Harus ada komitment dari pimpinan dan seluruh staf intansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Harus dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

5. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen intansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

2.2.4 Fungsi dan Jenis Akuntabilitas Publik

Menurut Mardiasmo (2004:69) agar dapat berfungsi dengan baik, dalam menerapkan suatu sistem akuntabilitas perlu diterapkan :

1. Pernyataan yang jelas mengenai tujuan dan sasaran dari kebijakan dan program. Hal terpenting dalam membentuk suatu sistem akuntabilitas adalah mengembangkan suatu pernyataan dengan cara yang konsisten. Pada dasarnya, tujuan dari suatu kebijakan dan program dapat dinilai, akan tetapi kebanyakan dari pernyataan tujuan dibuat terlalu luas sehingga terlalu sulit pengukurannya. Untuk itu diperlukan suatu pernyataan realistis dan dapat diukur.

2. Pola pengukuran tujuan ; setelah tujuan dibuat dan hasil dapat diidentifikasi, perlu ditetapkan suatu indikator kemajuan yang mengarah pada pencapaian

(10)

tujuan dan hasil. Memilih indikator untuk mengukur pencapaian tujuan kebijakan dan sasaran program memerlukan cara dan metode tertentu agar indikator terpilih dapat mencapai hal yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. 3. Pengakomodasian sistem intensif; suatu sistem intensif perlu disertakan dalam sistem akuntabilitas. Penerapan sistem intensif harus diterapkan dengan hati-hati, karena adakalanya sistem intensif akan mengakibatkan hasil yang berlawanan dengan yang direncanakan.

4. Pelaporan dan penggunaan data ; suatu sistem akuntabilitas kinerja akan dapat menghasilkan data yang cukup banyak. Informasi yang dihasilkan tidak akan berguna kecuali dirancang dengan hati-hati, dalam arti informasi yang disajikan benar-benar berguna bagi pemimpin, pembuat keputusan dan program serta masyarakat

5. Pengembangan kebijakan dan manajemen program yang dikoordinasikan untuk mendorong akuntabilitas

2.2.5 Jenis-Jenis Akuntabilitas

Menurut Mardiasmo (2009:21) Akuntabilitas terdiri dari dua macam yaitu: a) Akuntabilitas Vertikal (vertical accountability)

b) Akuntabilitas Horizontal (horizontal accountability)

Adapun penjelasan jenis-jenis akuntabilitas adalah sebagai berikut: a) Akuntabilitas Vertikal (internal)

Setiap pejabat atau petugas publik baik individu maupun kelompok secara hirarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada atasan langsungnya mengenai perkembangan kinerja atau hasil

(11)

pelaksanaan kegiatan secara periodik maupun sewaktu-waktu bila diperlukan.

b) Akuntabilitas Horizontal (eksternal)

Akuntabilitas horizontal (eksternal) melekat pada setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak eksternal (masyarakat luas) dan lingkungannya (public or external accountability and anvironment).

2.3 Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah 2.3.1 Pengertian Kinerja Manajerial

Kinerja sektor publik sebagian besar dipengeruhi oleh kinerja aparat atau kinerja manajerial. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi. Namun menurut Sujarweni (2015:107) kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Sama halnya dengan Bastian (2006:274) yang mendefinisikan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.

Sedangkan menurut Ernawan (2011:50) mrndefinisikan kinerja dari sudut pandang organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Berbeda

(12)

dengan Sedarmayanti (2014:263) yang mendefinisikan kinerja dari sudut pandang pegawai adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya: standar, target/sasaran/kriteria yang ditentukan dan disepakati bersama.

Setiap organisasi diselenggarakan oleh manusia, sehingga perlu dilakukan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Menurut Mahoney et. al. Dalam Natalia (2010) kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam aktivitas manajerial antara lain dimulai dari proses perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara menyeluruh.

Menurut Sedarmayanti (2004) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran dan tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi intansi pemerintah daerah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok fungsi aparatur pemerintah.

Berdasarkan beberapa definisi sebelumnya yang menjelaskan kinerja sampai dengan kinerja manajerial, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial adalah suatu hasil pencapaian atau prestasi yang dicapai oleh seorang pegawai maupun organisasi dalam periode tertentu sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(13)

2.3.2 Indikator Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial ini diukur dengan menggunakan indikator Mahoney et. al. Dalam Natalia (2010) yaitu :

1. Perencanaan, adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kagiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

2. Pengkoordinasian,yaitu menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dengan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

3. Evaluasi, adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.

4. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.

2.3.3 Satuan Perangkat Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 1 ayat 14 tentang pengelolaan keuangan mendefinisikan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah

(14)

daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Namun dalam beberapa peraturan perundang-undangan sesuai dengan ruang lingkupnya mendefinisikan SKPD sebagai berikut:

“ SKPD adalah intansi pemerintah daerah yang merupakan bagian dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban oleh suatu Badan Layanan Umum (BLU).” (Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005)

“ SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas sekertaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah.” (Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006)

“SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.”

(Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008)

Dari beberapa definisi diatas, menegaskan bahwa SKPD merupakan intansi pemerintah yang bertanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya dalam rangka penyelenggaraan pemerintah di bidang tertentu baik di daerah provinsi, kabupaten, maupun kota.

Menurut Putra (2013) kinerja manajerial satuan perangkat daerah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi intansi pemerintah daerah yang

(15)

mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok, dan fungsinya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Samuel (2008) tentang Pengaruh Partisipasi Pengyusunan Anggaran dan Kejelasan sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial yang mana hasil penelitiannya variabel independen pada penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel intervening.

Penelitian yang dilakukan oleh Citra (2010) menguji Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Akuntabilitas dan Kebijakan Publik terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas se-Kota Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD se-Kota Semarang.

Penelitian yang dilakukan Andarias (2009) tentang Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Struktur Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD yang mana berdasarkan hasilnya disimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD,pada penelitian ini menggunakan variabel pemoderasi yaitu pengawasan internal.

Penelitian yang dilakukan Syafrial (2009) tentang Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD yang mana dalam hasil analisisnya disimpulkan bahwa variabel independen yaitu ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan

(16)

sasaran anggaran, dan partisipasi penyusunan anggaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Penelitian yang dilakukan oleh Yusri Hamzi, (2012), hasil penelitiannya menyatakan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh positif baik secara parsial maupun simultan terhadap Kinerja Manajerial SKPD.

2.5 Kerangka Pemikiran

2.5.1 Hubungan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah

Menurut Kenis dalam Nadirsyah, dkk (2012:64) menjelaskan bahwa sasaran anggaran merupakan gambaran sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh pegawai yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah pegawai untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Locke dalam Kurnia (2004) mengatakan bahwa sasaran anggaran yang spesifik akan lebih produktif bila dibandingkan dengan tidak adanya sasaran yang spesifik, karena akan menyebabkan para pegawai merasa kebingungan, tertekan, dan merasa tidak puas.

Penelitian mengenai hubungan antara sasaran anggaran dengan kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah atau SKPD telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah, dkk

(17)

(2012), dan Putra (2013) dalam hasil penelitian keduanya sama-sama menyebutkan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial SKPD.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu maka peneliti menduga bahwa sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD. Hal tersebut didukung oleh pendapat Nardiansyah, dkk (2012) yang mengatakan bahwa sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dapat dimengerti oleh pegawai yang bertanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakannya, agar lebih produktif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga berdampak pula pada meningkatnya kinerja.

2.5.2 Hubungan Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja. Pelaporan informasi kinerja tersebut sangat penting, baik bagi pihak internal mapun eksternal. Bagi pihak internal, manajer membutuhkan laporan kinerja dari sifatnya untuk meningkatkan akuntantabilitas manajerial dan akuntabilitas kinerja. Bagi pihak eksternal, informasi kinerja tersebut digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, menilai tingkat transparansi dan akuntabilitas publik. (Deddi,2010).

(18)

Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa proses penganggaran dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut (Mardiasmo,2009). Hal ini menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manajerial, karena dengan adanya akuntabilitas kepada masyarakat, masyarakat tidak hanya untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga mengetahui pelaksanaan kegiatan yang dianggarkan sehingga pemerintah daerah berusaha dengan baik dalam melaksanakan seluruh perencanaan yang ada karena akan dinilai diawasi oleh masyarakat.

Kinerja pemerintah daerah yang dilihat dalam laporan kinerja, akan memperlihatkan sejauhmana pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan yang telah direncanakan. Menurut Deddi (2010), pelaporan kinerja sangat penting karena kinerja pemerintah daerah diukur dan dinilai melalui laporan kinerja, untuk itu dalam peningkatan kinerja pemerintah daerah, diperlukan adanya akuntabilitas manajerial dan akuntabilitas kinerja. Hal ini menegaskan dengan adanya akuntabilitas publik, pemerintah daerah memberikan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilaksanakan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat dinilai dengan baik oleh pihak internal, maupun eksternal, dengan demikian akuntabilitas publik mempengaruhi peningkatan kinerja pemerintah daerah.

(19)

2.5.3 Hubungan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Locke dan Lathan (1984) dalam Vonny (2014) menyatakan bahwa sasaran adalah apa yang hendak dicapai oleh karyawan. Jadi, karakteristik sasaran anggaran dapat berimplikasi pada kinerja aparat pemerintah daerah yang berpartisipasi baik dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Selain itu, kejelasan sasaran anggaran akan mendorong manajer lebih efektif dan melakukan yang terbaik dibandingkan dengan sasaran yang tidak jelas.

Sesuai dengan undang –undang nomor 32 dan 33 Tahun 2004, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi wewenang daerah dan didanai oleh dana publik yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tidak hanya sasaran anggaran yang jelas, tetapi pada saat mempertanggungjawabkan dana publik terdapat hal yang juga penting dalam meningkatkan kinerja manajerial. Salah satu masalah yang sangat penting pada organisasi sektor publik dalam pengelolaan keuangan pemerintah adalah anggaran selain berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian juga berfungsi sebagai instrumen akuntabilitas publik atas pengelolaan dana publik dan program - program yang dibiayai dengan uang publik sebagai alat akuntabilitas publik.

(20)

Oleh karena itu, akuntabilitas publik dianggap penting dalam meningkatkan kinerja manajerial terutama pada sektor pemerintah.

Sasaran anggaran yang jelas dengan dana publik yang digunakan sesuai sasaran dan sesuai dengan RAPBD membuat masyarakat mengetahui bahwa angggaran yang ada dipergunakan dengan baik. Dengan adanya ketepatan sasaran anggaran maka dibuatlah akuntabilitas publik, dengan begitu masyarakat akan mengetahui penggunaan anggaran sehingga pemerintah daerah berusaha untuk melaksanakan seluruh perencanaan dengan sebaik mungkin. Menurut Mahoney et. al. Dalam Natalia (2010) kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam aktivitas manajerial antara lain dimulai dari proses perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara menyeluruh. Pelaksanaan aktivitas manajerial yang dilakukan serta dipertanggungjawabkan kepada masyarakat akan membuat masyarakat tahu bagaimana sektor publik melakukan kinerjanya. Dengan begitu aparatur pemerintah akan berusaha untuk melaksanakan anggaran sebaik mungkin baik itu melalui ketepatan sasaran anggaran maupun melalui akuntabilitas publik.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik sebuah model penelitian yang lebih sederhana lagi seperti terlihat pada gambar 2.1 :

(21)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Sasaran anggaran berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

H2 : Akuntabilitas Publik berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

H3: Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Sasaran Anggaran (X1) Akuntabilitas Publik (X2) Kinerja Manajerial SKPD (Y)

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan Tempo.co sebagai media umum dan Fimela.com sebagai media perempuan adalah untuk melihat perbedaan bagaimana kualitas isi berita infotainment dari sisi media umum,

3.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak mampu mengumpulkan 3 macam warna bendera negaraa. 4.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak

8 Ainur rohmah/ 2013/ universitas dian nuswantoro semarang Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan untuk efisiensi biaya produk studi kasus pada

Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di

&ak atas in4ormasi pasien ada,ah suatu hak yan+ dimi,iki o,eh pasien tentan+ semua 4akta dan keadaan pasien yan+ te,ah disampaikan dan diketahui dokter atau tena+a kesehatan

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran secara lebih mendalam tentang "Peranan keluarga daiam menumbuhkan motivasi belajar berusaha yang dilakukan daiam

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), hal.. Sebagai tujuan,