• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP HOTS BAGI GURU-GURU SD NEGERI NO 3 SATERA KECAMATAN KINTAMANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PENYUSUNAN RPP HOTS BAGI GURU-GURU SD NEGERI NO 3 SATERA KECAMATAN KINTAMANI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Luh Mitha Priyanka1, I Nyoman Selamat2, Kadek Ari Dwiarwati3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS merupakan salah satu tuntutan Kurikulum 2013 yang sejalan dengan pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad ke-21 merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan kecakapan kepada siswa tentang komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, serta kreativitas dan inovasi (communication, collaboration, critical thinking and problem solving, creative and innovative-4C) (Anderson, dan Krathwohl, 2001). Oleh karenanya, pemerintah sangat menekankan pelaksanaan pembelajaran HOTS demi dapat bersaing di era pembelajaran abad 21. High Order Thinking Skills merupakan

suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91). HOTS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan pengetahuan baru yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dilatihkan untuk memiliki keterampilan yang baru dan menerapkannya di lingkungan yang berbeda (Kusuma, dkk., 2017).

Untuk melaksanakan pembelajaran HOTS diperlukan perencanaan yang matang agar proses pengimplementasian di kelas dapat berjalan dengan baik. Sejalan dengan hal

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP HOTS BAGI GURU-GURU SD

NEGERI NO 3 SATERA KECAMATAN KINTAMANI

1Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA FMIPA UNDIKSHA; 2 Jurusan Kimia FMIPA UNDIKSHA; 3 Jurusan Bimbingan

Konseling FIP UNDIKSHA Email: luh.mitha@undiksha.ac.id

The problem faced by partners (teacher of SDN No 3 Satera) were difficulties in making lesson plan based

on higher order thinking skills (HOTS) for supporting 21st century learning. The solution offered to solve the

problem was conduct a workshop in making lesson plan based on HOTS. This workshop were attended by 15 teachers and carried out online due to pandemic situation. This workshop using in service training and on the job learning method. In service training was held by giving content to partners while on the job learning in the form of assitancing partner in making lesson plan. The result of these activities showed that skills and ability partners in making lesson plan based on HOTS is increasing with good/high category. The response was also positive with great enthusiasm during the activities.

Keywords: 21st century learning,, HOTS, lesson plan

Permasalahan yang dialami mitra (guru-guru SDN No 3 Satera) adalah kesulitan dalam membuat RPP berorientasi HOTS untuk mendukung pembelajaran abad ke-21. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pelatihan penyusunan RPP HOTS. Pelatihan ini diikuti oleh 15 orang guru dengan teknis pelaksanaan dilakukan secara daring mengikuti pola in service training dan on the job

learning. Pola in service training dilakukan dengan memberikan materi pelatihan yang selanjutnya diikuti dengan

pola on the job learning berupa kegiatan pendampingan mitra pelatihan dalam membuat RPP berbasis HOTS. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa rata-rata skor keterampilan mitra dalam membuat RPP HOTS setelah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan dan berada pada kategori baik/tinggi. Respon mitra selama mengikuti pelatihan juga menghasilkan hasil yang positif dilihat dari antusasme mitra selama mengikuti pelatihan.

(2)

tersebut, persiapan yang matang dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis HOTS sangat diperlukan. Namun pada kenyataannya banyak sekolah yang belum menggunakan RPP berbasis HOTS untuk melaksanakan pembelajaran HOTS. Hal ini menunjukkan terjadinya kesenjangan antara pembelajaran yang dilakukan dan perencanaannya. Kesenjangan ini berdampak pada tidak optimalnya implementasi pembelajaran HOTS. Permasalahan kesenjangan ini juga terjadi pada sekolah mitra yang menjadi lokasi kegiatan pengabdian.

Mitra dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini adalah guru-guru SD Negeri 3 Satera. SD Negeri ini merupakan sekolah terakreditasi B yang terletak di Banjar Kembang Sari, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Sekolah ini memiliki 15 guru dengan kualifikasi yang berbeda-beda. Beberapa mitra yang telah tersertifikasi diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change) yang tanggap terhadap perubahan paradigma pembelajaran dan evaluasinya. Namun, dalam melaksanakan proses pembelajaran, secara umum mitra mengalami kesulitan. Kesulitan dalam menyusun RPP berbasis HOTS menjadi salah satu hal utama yang dialami mitra. Selama ini RPP yang digunakan mitra masih RPP biasa yang tidak mencerminkan akan melaksanakan pembelajaran HOTS. RPP yang digunakan cenderung untuk mengimplementasikan pembelajaran LOTS di kelas. Oleh karenanya pelaksanaan pembelajarannya pun di kelas belum tergolong HOTS. Kesulitan dalam pembuatan RPP berbasis HOTS yang dialami mitra ini didapatkan dari hasil observasi dan wawancara.

Permasalahan ini dibenarkan oleh Kepala Sekolah Dasar Negeri No 3 Satera Ibu Ni Ketut Supermi, S.Pd yang menyatakan bahwa masih banyak mitra yang belum mengenal istilah HOTS. Bimbingan teknis/workshop tentang pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS juga belum pernah dilakukan. Padahal untuk membuat pembelajaran tersebut berhasil diterapkan di kelas, membutuhkan suatu acuan yang pasti. Pembelajaran HOTS yang akan

diterapkan di kelas sudah selayaknya memiliki acuan pasti agar implementasinya di kelas bisa berhasil. Acuan tersebut dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang juga harus berbasis HOTS.

Permasalahan yang dialami mitra jika dibiarkan terus-menerus akan menjadi semakin besar dan berpotensi menghambat penerapan kurikulum 2013 yang berujung pada sulitnya pencapaian keterampilan abad 21 yang diharapkan. Oleh karenanya, untuk memecahkan masalah tersebut, pelatihan pembuatan RPP HOTS menjadi salah satu hal yang sangat diharapkan mitra. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mitra dalam membuat RPP HOTS sehingga tuntutan kurikulum 2013 bisa terlaksana. Peningkatan keterampilan mitra dalam membuat RPP HOTS akan dibuktikan dengan produk berupa RPP HOTS yang wajib dibuat oleh mitra sebagai peserta pelatihan. RPP berbasis HOTS yang dibuat menggunakan berbagai model pembelajaran yang direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, peserta pelatihan wajib mengisi angket respon kegiatan pelatihan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan ini.

METODE

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan pembuatan RPP berbasis HOTS ini dilaksanakan dengan pola in service training yang dilakukan dengan pemaparan secara klasikal, serta pola on the job learning atau dilakukan pendampingan mandiri peserta pelatihan sebagai implementasi pelatihan (Dube, 2018). Sebelum pelatihan dimulai, tim pelaksana pengabdian berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kepala SD No 3 Satera berkaitan dengan kegiatan pelatihan, terutama mengenai tempat dan jadwal pelaksanaan. Hasil koordinasi ini berupa ditetapkannya jadwal pelaksanaan pelatihan, yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus

(3)

2020. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan materi pelatihan. Sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan RPP berbasis HOTS, tim pelaksana PkM menyiapkan materi panduan pelatihan dalam bentuk modul. Modul ini akan digunakan oleh mitra sebagai panduan untuk menyusun RPP berbasis HOTS.

Pelatihan pembuatan RPP berbasis HOTS yang semula direncanakan tatap muka akhirnya diputuskan untuk dilakukan secara daring mengingat kondisi pandemik covid 19 yang masih berlangsung. Teknis pelaksanaan secara daring sepenuhnya dilakukan sesuai dengan kesepakatan peserta pelatihan. Peserta pelatihan diberikan kebebasan untuk menentukan jenis platform yang akan digunakan. Adapun dua opsi platform yang ditawarkan kepada peserta pelatihan diantaranya opsi pertama yaitu menggunakan

platform whatssapp group dan opsi kedua menggunakan platform whatssapp group

dengan sesekali menggunakan google meet. Dengan pertimbangan sinyal yang tidak terlalu mendukung di tempat mitra kegiatan maka teknis pelatihan secara daring ini diputuskan menggunakan opsi pertama yaitu sepenuhnya menggunakan whattssapp group. Oleh karenanya, pola in service training dilakukan secara daring menggunakan platform whattssapp group dalam 1 kali pelatihan selama 2 hari.

Kegiatan pelatihan dengan pola in service training dilaksanakan dalam dua hari selama 120 menit setiap harinya. Sedangkan untuk pola on the job learning akan dilaksanakan dengan durasi 100-120 menit tergantung tingkat permasalahan yang dihadapi oleh peserta pelatihan. Materi pelatihan dikemas dalam bentuk modul yang sudah dibagikan melalui whatssapp group sebelum pelatihan dimulai. Pelatihan pembuatan RPP HOTS ini dilaksanakan dengan pendekatan berbasis peserta yang artinya keaktivan dan peran serta peserta pelatihan sangat diharapkan. Peserta pelatihan diharapkan tidak hanya pasif dalam menerima materi yang diberikan, namun aktif dalam berdiskusi dan menyusun RPP

HOTS sebagai produk dari pelatihan ini. Dengan adanya partisipasi dari peserta, diharapkan dapat membagikan ilmu yang dimiliki kepada teman-teman guru lainnya.

Keberhasilan pelatihan ini ditandai dengan meningkatnya pemahaman mitra tentang konsep RPP HOTS dan pembuatan RPP HOTS. Peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam membuat RPP HOTS dievaluasi melalui produk yang dihasilkan dan respons mitra terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan keterampilan mitra dalam membuat RPP HOTS adalah lembar observasi. Lembar observasi ini berisi pernyataan dengan skala pilihan dari 1 hingga 5 yang menunjukkan gradasi kualitas RPP dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan respons mitra terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah angket. Angket ini berisi pernyataan dengan skala pilihan dari 1 hingga 5 yang menunjukkan kualitas gradasi dari sangat kurang hingga sangat baik. Angket dikemas dalam bentuk google form yang akan diisi oleh mitra di akhir setiap sesi pelatihan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung skor rata-rata, baik untuk keterampilan mitra dalam membuat RPP berbasis HOTS maupun respon mitra terhadap pelaksanaan pelatihan. Untuk skor rata-rata keterampilan mitra dalam membuat RPP HOTS ditentukan dari menghitung rata-rata hasil observasi. Sementara itu, respon mitra terhadap pelaksanaan pelatihan langsung diperoleh dari skor rata-rata data hasil angket respon pendapat peserta. Skor rata-rata keterampilan mitra dalam membuat RPP berbasis HOTS dan skor rata-rata respons terhadap pelaksanaan pelatihan ini kemudian dikategorikan menggunakan Tabel 1. Kegiatan pelatihan ini dikatakan berhasil jika keterampilan dan respon mitra berkategori baik.

Tabel 1. Klasifikasi keterampilan mitra dalam membuat RPP berbasis

(4)

HOTS/respon terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan No. Klasifikasi Kategori

1 4,2 – 5,0 Sangat tinggi/sangat baik 2 3,4 – 4,1 Tinggi/baik

3 2,6 – 3,3 Cukup

4 1,8 – 2,5 Rendah/kurang 5 1,0 – 1,7 Sangat rendah/sangat

kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 15 orang guru yang semula rencana akan dilakukan secara tatap muka, namun dikarenakan situasi pandemik, akhirnya diputuskan dilakukan secara daring menggunakan aplikasi whatssapp group. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti pelatihan pembuatan RPP HOTS ini yang ditandai dengan keaktivan peserta dalam bertanya dan proses diskusi. Pelatihan sesi pertama dilaksanakan selama dua hari dengan pola in service training yang dilakukan dengan pemaparan secara klasikal. Materi pelatihan yang diberikan saat in service learning meliputi: konsep higher order thinking skills, proses

scientific dalam kegiatan higher order thinking skills, model pembelajaran berorientasi higher order thinking skills dan langkah-langkah penyusunan model pembelajaran dan RPP berorientasi HOTS lengkap dengan cara pembuatan soal HOTS sebagai bagian dari RPP yang disusun.

Pelatihan hari pertama dilaksanakan pada 27 Juli 2020 pukul 18.00-20.00 WITA dengan materi konsep higher order thinking skills. Pada pelatihan ini sebelum diberikan pemaparan mengenai HOTS, peserta pelatihan diberikan pengetahuan mengenai kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan abad 21 yang erat kaitannya dengan konsep higher order thinking skills. Peserta pelatihan diberikan pengetahuan mengenai pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di era 4.0 ini. Berdasarkan materi

yang diberikan ternyata masih banyak peserta pelatihan yang bahkan belum mengenal apa yang dimaksud dengan HOTS. Peserta masih banyak yang mengalami kebingungan mengenai indikator HOTS yang tepat diajarkan kepada siswa. Oleh karenanya diskusi untuk materi pertama terbilang cukup aktif walaupun hanya menggunakan whattssapp group. Materi kedua yang disampaikan di hari pertama pelatihan adalah mengenai konsep scientific dan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan HOTS siswa. Berdasarkan materi yang diberikan peserta pelatihan sebagian besar mengetahui jenis model pembelajaran yang sesuai namun masih mengalami kebingungan dalam menerapkan model ini pada saat proses pembelajaran.

Pelatihan hari kedua dilaksanakan pada 29 Juli 2020 pukul 18.00-20.00 WITA dengan fokus pelatihan mengenai tahapan dalam menyusun desain pembelajaran dan RPP berbasis HOTS. Pada pelatihan hari kedua ini, peserta berfokus untuk memahami langkah demi langkah bagaimana cara menyusun desain pembelajaran HOTS yang dimulai dari menganalisis KD, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, merumuskan kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran yang dipilih. Pada tahapan menyusun desain pembelajaran berbasis HOTS ini peserta pelatihan juga diberikan contoh menyusun desain pembelajaran HOTS untuk mempermudah dalam melaksanakan pelatihan sesi kedua. Setelah materi desain pembelajran HOTS selanjutnya peserta diberikan materi mengenai langkah menyusun RPP HOTS dengan komponen yang sama seperti menyusun RPP pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada kegiatan pembelajaran yang harus bercirikan HOTS dengan segala media dan bahan ajar yang digunakan serta penilaian berupa soal HOTS yang akan diberikan kepada siswa.

Pelatihan sesi kedua dengan pola on the job training dilaksanakan pada 31 Juli sampai 15 Agustus 2020 dengan kegiatan pendampingan peserta pelatihan dalam membuat RPP berbasis

(5)

HOTS. Pada bagian awal pelatihan, peserta diminta untuk mengumpulkan RPP yang selama ini sudah digunakan dalam pembelajaran di kelas. RPP ini akan dijadikan pembanding dengan RPP yang akan dibuat saat pelatihan. Antusiasme peserta saat mengikuti sesi kedua ini sangat luar biasa dikarenakan metode yang digunakan adalah hand on learning yaitu peserta langsung mencoba sendiri bagaimana cara menyusun RPP HOTS beserta lampiran soal HOTS. Peserta dapat menyusun RPP berbasis HOTS ini berdasarkan pengetahuan akan materi yang telah disampaikan pada sesi in service training dan juga termuat pada modul yang telah diberikan. Selama kegiatan pelatihan peserta juga banyak bertanya dan mengalami masalah. Hal ini sangat wajar jika melihat mitra yang belum pernah mengikuti pelatihan/workshop

pembuatan RPP berbasis HOTS. Pelatihan sesi ini menghasilkan satu buah RPP berbasis HOTS lengkap dengan lampiran soal HOTS yang dibuat oleh masing-masing peserta. RPP HOTS dibuat oleh peserta melalui tiga tahapan. Tahap pertama yaitu membuat RPP HOTS secara mandiri oleh peserta pelatihan. Pada tahap ini jika terdapat kesulitan dan permasalahan dalam penyusunan RPP maka peserta akan langsung menanyakannya di whatssapp group. Setelah RPP HOTS dengan lampiran soal HOTS dibuat, maka tahap selanjutnya adalah penyerahan RPP HOTS kepada tim pelaksana pengabdian. Tim pelaksana akan mengecek dan memberikan masukan untuk menyempurnakan RPP HOTS yang telah dibuat. Rata-rata kesalahan pembuatan RPP HOTS oleh peserta adalah pada bagian merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar. Oleh karena kemampuan yang diharapkan dicapai oleh siswa melalui pembelajaran HOTS adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka rumusan IPK harus menggunakan kata kerja operasional yang sesuai untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagian besar peserta masih menggunakan kata kerja operasional

untuk kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) yang tidak sesuai jika menginginkan kemampuan tingkat tinggi sebagai pencapaian siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kesalahan berikutnya yang dilakukan oleh peserta dalam menyusun RPP HOTS adalah dalam merumuskan langkah pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan sintaks model pembelajaran berorientasi HOTS. Peserta sudah mengetahui beberapa jenis model pembelajaran HOTS namun masih kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model yang dipilih. Selanjutnya dalam merumuskan soal HOTS yang juga merupakan satu kesatuan dalam membuat RPP peserta juga masih mengalami kesulitan. Kesulitan pembuatan soal HOTS terletak dalam menentukan kata kerja operasional yang digunakan. Kata kerja operasional memang membantu pembuat soal untuk dapat merumuskan soal sesuai dengan tingkatan kemampuan dalam taksonomi bloom yang ingin diujikan. Namun, kata kerja operasional tidak hanya menjadi satu indikator dalam setiap tingkatan kemampuan berpikir. Sebagai contoh, kata kerja operasional “menentukan” berada pada ranah taksonomi bloom C2 dan C3 (lower order thingking skills) dan dapat pula berada pada ranah C5 (higher order thinking skills) jika pada soal yang dibuat siswa diminta untuk menentukan keputusan yang didahului dengan proses menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus. Bahkan kata kerja “menentukan” juga bisa termasuk ke dalam ranah C6 (mengkreasi) apabila dalam soal yang dibuat siswa diminta untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang tepat terhadap suatu peristiwa yang disajikan. Oleh karenanya, dalam pembuatan soal HOTS sebagai bagian dari RPP peserta pelatihan tidak hanya terfokus dalam memilih kata kerja operasional sebagai indikator penentuan tingkat kemampuan berpikir namun juga harus memperhatikan proses berpikir yang diperlukan dalam menjawab soal yang diberikan. Beberapa kesalahan yang terjadi selama pembuatan RPP HOTS oleh pesera kemudian diberikan masukan oleh pelaksana

(6)

pengabdian sebelum akhirnya akan dikembalikan lagi ke peserta untuk disempurnakan. Tahap terakhir dalam

pembuatan RPP HOTS adalah

menyempurnakan RPP yang dibuat dengan mempertimbangkan masukan dari tim pelaksana pengabdian. Peserta memperbaiki RPP yang mereka buat berdsarkan masukan yang diberikan dan kemudian mengumpulkan RPP yang telah direvisi tersebut kepada tim pelaksana pengabdian.

RPP HOTS yang dibuat beserta lampiran soal HOTS nantinya akan digunakan untuk menilai kemampuan tingkat tinggi siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi penilaian, skor rata-rata keterampilan pembuatan RPP HOTS mitra pengabdian mengalami peningkatan. Skor RPP HOTS yang dibuat peserta sebelum dan sesudah pelatihan mengalami peningkatan sebesar 1.5 Skor akhir rata-rata keterampilan pembuatan RPP HOTS mitra adalah 4.0 dan berada pada kategori baik.

Gambar 1. Rata-Rata Skor Keterampilan Mitra dalam Membuat RPP HOTS Pada akhir setiap sesi pelatihan pembuatan RPP HOTS, peserta diminta untuk memberikan tanggapan/respon terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Angket respon dibuat dalam google form yang dapat diisi oleh peserta secara online melalui link yang disampaiakan via whattssapp group. Hasil dari respon peserta pelatihan nyatanya sangat positif. Rata-rata skor angket yang diisi

oleh mitra adalah 4.2 dan 4.7 yang berada pada kategori sangat baik.

Gambar 2. Rata-Rata Skor Respon Mitra dalam Membuat RPP HOTS

Berdasarkan hasil diskusi dengan peserta pelatihan, mereka sepakat untuk menularkan ilmu cara pembuatan RPP HOTS lengkap dengan lampiran soal HOTS yang mereka peroleh selama kegiatan pelatihan ini kepada rekan lainnya di luar SD Negeri No 3 Satera. Mereka sepakat bahwa perencanaan yang matang akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan. Mitra juga berpendapat untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik, para guru harus mendidik siswa agar memiliki kemampuan tingkat tinggi agar nantinya dapat bersaing di abad 21.

RPP yang baik sesuai tuntutan Kurikulum 2013 dan tantangan abad 21 tidak hanya mendorong kemmapuan berpikir siswa pada tingkat rendah (LOTS) namun harus mengarahkan cara berpikir siswa pada tingkat tinggi (HOTS). Hal ini dapat terlihat pada tujuan pembelajaran yang disusun. Apakah telah mengarah ke HOTS atau hanya masih seputar LOTS. Dengan adanya RPP berbasis HOTS, maka gambaran pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar HOTS yang telah ditetapkan akan terlihat jelas. Langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan guru dalam menyusun RPP HOTS agar pelaksanaan pembelajaran nantinya juga dapat mengukur kemampuan tingkat tinggi siswa (Ariyana, dkk 2018: 48) adalah sebagai berikut. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 S k o r R a ta -R a ta Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan 3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 S k o r R a ta -R a ta

(7)

1) Mencantumkan dan menganalisis kompetensi dasar yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Dasar yang menjadi sasaran minimal yang akan dicapai sesuai Kompetensi Dasar.

2) Menentukan target yang akan dicapai sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan format sebagai berikut.

3) Proyeksikan dalam sumbu simetri seperti pada tabel kombinasikan dengan pengetahuan dengan proses berpikir. 4) Merumuskan indikator Pencapaian

Kompetensi (IPK) yang dilakukan dengan memperhatikan dimensi proses kognitif dan kata kerja operasional.

5) Merumuskan tujuan pembelajaran, apakah peningkatan kognitif, psikomotorik, atau afektif. Perumusan tujuan pembelajaran harus jelas menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki peserta didik terutama kecakapan yang sesuai dengan pembelajaran abad 21. Tujuan pembelajaran mengisyaratkan bahwa ada beberapa kemampuan tingkat tinggi yang akan dikembangkan guru dalam pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga bertujuan untuk menguatkan pilar pendidikan.

6) Merumuskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran.

7) Merumuskan penilaian HOTS yang sesuai untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi siswa

SIMPULAN

Kegiatan P2M “Pelatihan Pembuatan RPP berbasis HOTS bagi Guru-Guru SDN No 3 Satera telah dilaksanakan dengan dua kali sesi pelatihan. Pelatihan sesi pertama menggunakan metode in service training berupa pemberian materi pelatihan kepada peserta dengan teknis kegiatan dilakukan secara daring. Pelatihan sesi kedua menggunakan metode on the job learning

berupa pembuatan RPP HOTS secara mandiri

yang dilakukan oleh peserta berdasarkan materi yang telah disampaikan. Pada pelatihan sesi kedua ini peserta mash banyak mengalami kebingungan sehingga memerlukan pendampingan. Rata-rata hasil keterampilan guru-guru dalam membuat RPP HOTS yang dinilai dari satu buah produk RPP yang dihasilkan berada pada kategori baik. Namun beberapa peserta pelatihan masih kesulitan dalam membuat indikator, tujuan, dan soal sebagai satu kesatuan dalam pembuatan RPP. Respon yang diberikan peserta selama pelatihan berlangsung juga sangat baik. RPP HOTS hasil dari kegiatan pelatihan ini disarankan dapat langsung digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk melaksanakan pembelajaran abad 21 yang dapat meingkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu para guru yang telah mendapatkan pelatihan, disarankan untuk membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada guru lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, In. Ariyana, Pudjiastuti, Bestary & Zamroni. 2018.

Buku Pegangan Pembelajaran

Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru d an Tenaga Kependidikan Dube, S. (2018). The 21st Century Students’

Educational Ict Preferences. International Robotics & Automation Journal, 3(5), 3–6. https://doi.org/10.15406/iratj.2017.03.000 69

Kusuma, M D, Rosidin, U, Abdurrahman, & Suyatna, A. 2017. The Development of Higher Order Thinking Skill (HOTS) Instrument Assessment in Physics Study,

OSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 7(1), 26-32. Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu

Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s publishing.

Gambar

Gambar 2. Rata-Rata Skor Respon Mitra dalam  Membuat RPP HOTS

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya sistem perencanaan

Pada saat Ujian Skripsi, mahasiswa menyerahkan Form berita acara Ujian Skripsi dan kelengkapannya (Identitas mahasiswa dan penguji sudah diisi oleh mahasiswa).. Berita acara

Buah jarak tersebut masih terbungkus oleh kulit luar, dan yang diambil untuk minyak jarak adalah biji jarak1. Jadi dibutuhkan mesin untuk pengupas kulit luar, mesin pengupas

1. Memb Memberi$a eri$an in0or n in0ormasi ga masi garis bes ris besar meng ar mengenai "i enai "iagnos agnosis pas is pasien ien *... *. 5a% ini me%anggar ini

Dalam hal Pelatihan Penumbuhan Jiwa Kewirausahaan bagi UKM se-Provinsi Riau Tahun 2011, penilaian performance instruktur dilakukan atas tanggapan peserta berkaitan dengan:

Dapat digunakan untuk menghitung prosentase panggilan yang hilang bila trafik yang ditawarkan dan jumlah server (ingat, server bisa berupa berkas saluran keluar, timeslot

pelajaran gerak dasar lari dan lompat dikarenakan proses pembelajaran tidak menggunakan media dan model pembelajaran yang menarik bahkan siswa masih banyak yang berkeliaran

Perlakuan salinitas yang berbeda tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat penetasan telur (HR) larva kerang mutiara tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat