• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Baku terha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Baku terha"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH K

TERHAD

DI KOLESE

Karya Tulis Ini Disusun

D

K

M

N

T

V

S

H KENAIKAN HARGA BAHAN BA

ADAP PENJUALAN SATE AYAM

SE KANISIUS JAKARTA 2013-201

un dalam Rangka Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Oleh:

Dion Kartawijaya

X-H /7

Kevin Revana

X-H /13

Michael Darmawan

X-H /15

Nicolas Daniel Widjanarko

X-H /17

Timothy Glen Ivano

X-H /25

Vincentius Sebastian Utama

X-H /26

SMA KOLESE KANISIUS

JAKARTA

2014

AKU

014

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis dengan judul:

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU TERHADAP PENJUALAN SATE AYAM DI KOLESE KANISIUS JAKARTA 2013-2014

Telah disahkan pada 14 Mei 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Bpk. Nicolas Widi Wahyono

Ibu Maria Inggrit Christiyanti

Mengetahui,

Kepala SMA Kanisius

(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat penyertaanNya selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Tidak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak N. Widi Wahyono, selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Ibu Maria Inggrit Christiyanti, selaku guru pembimbing pembuatan karya tulis ilmiah ini, atas pendampingan dan bimbingannya yang intensif; kepada kedua orang tua kami yang juga berperan sebagai pemberi semangat, motivasi, dan inspirasi.

Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, kelompok kami mengalami beberapa keterbatasan, diantaranya adalah keterbatasan waktu, tempat, dan koordinasi. Dalam hal kendala waktu, kami mengalami kesulitan dalam pembagian jadwal penyusunan karya tulis dengan kegiatan lain yang harus dikerjakan, seperti tugas- tugas serta ulangan mata pelajaran lain yang akan kami hadapi. Sedangkan kendala tempat berupa tidak adanya ruang (tempat) khusus bagi kami untuk mengerjakan laporan/ karya tulis yang tetap. Selain itu, ada pula kendala di bidang koordinasi, sehingga terkadang ada beberapa anggota yang tidak mengetahui tugasnya di bagian-bagian tertentu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Kami mengetahui keterbatasan-keterbatasan tersebut, serta kekurangan-kekurangan dalam hal lain yang mungkin kurang berkenan bagi pembaca. Oleh karena itu berbagai kritik, saran, dan masukkan yang bersifat membangun sangat kami harapkan, agar ke depan kita semua dapat belajar dari kesalahan dan kekurangan yang ada serta berbagai penelitian selanjutnya dapat lebih baik, berkembang, dan saling melengkapi.

(4)

4

berkekurangan, atau mereka yang merasa terbebani dengan tuntutan hidup di kota yang serba mahal. Adanya kenaikan harga bahan dasar berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan akan makanan, kebutuhan pokok, dan kebutuhan dasar lainnya semakin membebani masyarakat yang kurang mampu, terutama dalam hal bekerja sebagai pedagang. Kenaikan harga bahan tersebut juga tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang timbul sebelumnya. Oleh karena itu, diharapkan agar dengan karya tulis ilmiah ini, kita semua dapat semakin cermat dan tepat dalam mengambil setiap keputusan dalam dunia usaha di zaman dewasa ini.

Jakarta, 2 Februari 2014

(5)

5

HALAMAN MOTTO

Motto yang digunakan dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah:

“Tekun ,Magis , dan Totalitas”

Arti dari motto :

Selalu tekun dalam pekerjaan, berkembang untuk lebih baik, dan total dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Sumber motto :

(6)

6

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini kami persembahkan kepada : 1) Tuhan Yang Maha Esa

2) Orang tua

3) Keluarga Besar Kolese Kanisius

(7)

7

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Kata pengantar ... ii

Halaman motto ... iv

Halaman persembahan ……….. v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel/Grafik/Gambar/Foto/Skema ... viii

Abstrak ………... x

1.5. Manfaat penelitian ………. 3

1.6. Sistematika penulisan ……… 3

Bab II. Landasan Teori ……… 5

Bab III. Metodologi Penelitian ………15

3.1. Jenis penelitian ………... 15

3.2. Variabel dan Sampel Penelitian ………. 15

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………. 15

3.4. Teknik Analisis Data ……….. 16

Bab IV. Pembahasan ……… 18

4.1 Perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam……….18

4.2 Penyebab kenaikan harga bahan baku pembuatan sate ayam…………. 31

(8)

8

Bab V. Penutup ………. 37

5.1. Kesimpulan ……….. 37

5.2. Saran ………. 38

Daftar Pustaka ……… 40

Lampiran ………... 42

(9)

9

DAFTAR TABEL/GRAFIK/GAMBAR/FOTO/SKEMA

Gambar 4.1 Sate ayam khas masakan Indonesia ………..18

Gambar 4.1.1 Ayam broiler siap potong ………. 18

Gambar 4.1.2 Kacang tanah ………. 19

Gambar 4.1.3 Cabe merah besar ……….. 19

Gambar 4.1.4 Bawang merah ……….. .19

Gambar 4.1.5 Ketumbar ……….. 20

Tabel 1. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Juli 2013……….. 21

Tabel 2. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Agustus 2013………22

Tabel 3. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode September 2013…………22

Tabel 4. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Oktober 2013………22

Tabel 5. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode November 2013…………23

Tabel 6. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Desember 2013………….23

Tabel 7. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Januari 2014……….23

Tabel 8. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Februari 2014…………...24

Tabel 9. Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Maret 2014………...24

Diagram 4.1.1. Perkembangan Harga Minyak Goreng Periode Juli 2013 - Maret 2014 ……….25

Diagram 4.1.2. Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Periode Juli 2013 - Maret 2014 ……….26

(10)

10

(11)

11

ABSTRAK

Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terutama di kota-kota besar, yang dampaknya kian dirasakan oleh para pedagang makanan tradisional di Jakarta. Gejolak kenaikan harga yang bergerak lambat namun pasti mendorong setiap produsen makanan tradisional untuk menerapkan prinsip berdagang yang lebih cermat dan tepat untuk mengantisipasi kenaikan harga demi mendapat keuntungan yang lebih besar. Pengaruh kenaikan harga terhadap penjualan makanan tradisional dapat ditemukan dalam berbagai aspek, seperti tingkat penghasilan, kelancaran distribusi, kuantitas, dan kualitas produk yang dijual. Uang bukan lagi menjadi modal utama yang harus diperhatikan dalam berdagang, melainkan bagaimana menerapkan langkah-langkah strategis untuk menarik minat konsumen dan menekan biaya produksi.

(12)

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi dan berkembangnya pengetahuan serta perdagangan di zaman dewasa ini berpengaruh pada naiknya harga bahan- bahan kebutuhan dasar manusia. Kenaikan tersebut tentunya membebani hidup rakyat banyak, terutama mereka yang tegolong tidak mampu. Hal ini menyebabkan mereka harus menaikan harga jual produk- produk seiring kenaikan harga bahan dasar tersebut. Kenaikan harga bahan dasar kebutuhan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang terus mengalami ketidakseimbangan akibat persaingan.

Pada penelitian ini yang menjadi sumber keprihatinan kelompok kami adalah terhadap pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta, yakni dalam menentukan harga jual yang sesuai untuk sate ayamnya. Di satu sisi beliau harus mempertimbangkan keuntungan yang hendak dicapai dari hasil penjualan tersebut, namun disisi lain beliau harus pula mempertimbangkan kenaikan harga bahan dasar terhadap harga jual yang tetap relevan dan terjangkau oleh masyarakat, mengingat sate ayam merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia, yakni makanan.

Oleh karena itu kelompok kami merasa tertarik berangkat dari keprihatinan terkait masalah di atas untuk menyelidiki lebih lanjut dampak dan pengaruh kenaikan harga bahan dasar terhadap hasil penjualan sate ayam di kompleks Kolese Kanisius Jakarta serta berusaha mencari solusi yang diperlukan dan bermanfaat untuk diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Pokok-pokok masalah yang hendak dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

(13)

13

3. Bagaimana penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku?

4. Apa dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam setelah kenaikan harga bahan baku?

5. Bagaimana solusi pedagang sate ayam untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam.

2. Untuk menjelaskan penyebab kenaikan harga bahan baku pembuatan sate ayam.

3. Untuk menjelaskan penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku.

4. Untuk menjelaskan dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam akibat kenaikan harga bahan baku.

5. Untuk menjelaskan solusi pedagang sate ayam dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku.

1.4. Pembatasan Masalah

(14)

14

1.5 Manfaat penelitian

Dengan mengetahui besarnya kenaikan harga bahan baku serta dampaknya terhadap penjualan sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta, maka manfaat yang dapat diambil antara lain:

1. Bagi pedagang sate ayam di Jakarta: dapat menerapkan pola dagang yang tepat dan strategis dalam hal menekan biaya produksi dan meningkatkan penghasilan yang diperoleh terkait adanya kenaikan harga bahan baku. 2. Bagi para siswa dan pembeli sate ayam di Kolese Kanisius: dapat

mengetahui secara pasti adanya kenaikan harga penjualan akibat kenaikan harga bahan baku sate ayam beserta penyebabnya; dan mampu bersikap selektif dalam memenuhi kebutuhan.

3. Bagi pemerintah: dapat mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat terkait adanya pengaruh dari kenaikan harga bahan baku terhadap penjualan sate ayam sebagai salah satu makanan tradisional di Indonesia.

1.6. Sistematika Penulisan

Guna memahami lebih jelas isi karya tulis ilmiah ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI

(15)

15

definisi. Bab ini juga mencoba menjelaskan segala teori pendukung berupa fakta-fakta yang ada dalam masyarakat sebagai informasi dasar untuk proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan metode-metode ilmiah yang diterapkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, yakni penjelasan mengenai jenis penelitian, variabel dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini berisi segala macam pembahasan masalah dan variabel yang menjadi fokus utama penelitian karya tulis ilmiah ini, yakni menjelaskan perkembangan harga bahan baku sate ayam, penyebab kenaikan harga bahan baku, penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku, dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam setelah kenaikan harga bahan baku, serta solusi pedagang sate ayam terkait kenaikan harga bahan baku.

BAB V PENUTUP

(16)

16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sate Ayam

Sate atau satai adalah makanan yang terbuat dari potongan daging yang dipotong kecil-kecil dan ditusuki dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari lidi tulang daun kelapa atau bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu yang bergantung pada variasi resep sate. Daging yang dijadikan sate antara lain daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain

Sate ayam sudah tidak asing ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang memang menjadi penghasil makanan tradisional sate dengan beragam variasinya. Di zaman sekarang, popularitas sate ayam pun sudah merambah ke kota-kota besar termasuk Jakarta, juga dengan variasi produk, kualitas, dan harga jual yang bermacam-macam.

Sate adalah sejenis kebab dengan gaya hidangan yang telah lama populer di Indonesia dan Thailand. Hal ini paling sering dikaitkan dengan makanan Thailand, di mana hal itu terbuat dari daging sapi, ayam, atau domba, dan dapat dicelupkan ke dalam kacang atau saus tradisional. Sejarawan makanan tidak yakin apakah sate pertama kali diperkenalkan di Indonesia atau di Asia Tenggara. Terlepas dari asal, baik variasi Indonesia maupun Thailand dipuji oleh fans sebagai hidangan yang sangat lezat.

Sate Indonesia memiliki beberapa varian populer. Sate Madura adalah salah satu yang paling dikenal dan paling populer. Ini biasanya menggunakan domba atau ayam, direndam dalam gula, bawang hijau, kecap dan garam. Daging diasinkan kemudian ditusuk dan dengan cepat dipanggang.1

1

(17)

17

2.2. Jenis Bahan Baku Pembuatan Sate Ayam

1. Daging Ayam2

Ayam (Gallus gallus domesticus) merupakan salah satu ternak unggas yang umum dikembangbiakkan di berbagai belahan dunia, karena dagingnya dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.Daging ayam dapat dimasak melalui berbagai metode, berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar.

Menurut sumber, daging ayam sudah sejak lama dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan:

Ukiran-ukiran Babylon lebih dari sekitar 600 SM menampilkan ayam sebagai makanan. Ayam merupakan daging yang paling laris didapatkan ketika Zaman pertengahan. Penggunaan daging ayam di A.S. meningkat ketika Perang Dunia II akibat kekurangan daging sapi dan babi. Di Eropa, pemakan daging ayam meningkat dari pemakan daging sapi dan anak sapi pada tahun 1996, mungkin berhubungan mengenai penyakit sapi gila atau B.S.E.

Bagian ayam yang paling sering dikonsumsi adalah dagingnya, walaupun bagian-bagian tubuh lainnya terkadang masih dimanfaatkan dalam masakan, contohnya adalah, organ bagian dalam ayam seperti usus dan paru-paru, selain itu ceker maupun kepala ayam dalam beberapa masakan termasuk bagian yang dikonsumsi.

2. Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaeal) merupakan tanaman polong-polongan atau legume dari family Fabaceae. Berdasarkan catatan sejarah, tanaman ini berasal dari Brazil dan merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Sebagai bahan pangan, kacang tanah bermanfaat sebagai bahan makanan ternak dan makanan manusia. Biji kacang tanah kaya akan protein dan lemak. Pemanfaatan dari biji kacang tanah sebagai makanan antara lain sebagai selai, minyak, ataupun

2

(18)

18

dimakan utuh. Selain bijinya, kacang tanah juga dipanen daun dan batangnya sebagai makanan ternak. 3

Kacang tanah terdiri dari berbagai varietas. Sumber menyatakan kacang tanah yang umum digunakan di Indonesia yakni:

• Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan). • Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).

• Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara

varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang lain karena memang berbeda varietas.

3. Beras

Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). 4

Manusia memanfaatkan beras untuk dikonsumsi, namun sebelumnya perlu diolah terlebih dahulu supaya dapat dimakan, yakni dimasak menjadi nasi, ketupat, maupun olahan beras lainnya.Masyarakat di berbagai negara memanfaatkan hasil olahan beras sebagai makanan pokok, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

4. Daun Pisang Batu

Pisang Batu, yang juga dapat dipanggil Pisang Klutuk merupakan salah satu varietas tanaman pisang yang buahnya memiliki berbagai khasiat sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit seperti diare dan ambien. 5

3

Kacang Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah diunduh pada 28 November 2013 pukul 18.56

3

AAK. Kacang Tanah. (Yogyakarta, 1989 : Penerbit Kanisius), hal. 41. 4

Beras. http://id.wikipedia.org/wiki/Beras , diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.33 5

Daun Pisang Klutuk. http://tumbuh.wordpress.com/2007/10/30/daun-pisang-klutuk diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.35

5

Manfaat dan Khasiat Buah Pisang Batu.

(19)

19

Daun pisang klutuk umum digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, seperti untuk membungkus berbagai macam sate ataupun nasi bungkus.Daun pisang klutuk dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan tradisional karena memiliki tekstur yang tidak terlalu kasar sehingga tidak sakit untuk dipegang, juga karena daunnya lentur dan tidak mudah robek yang mencegah makanan tumpah atau jatuh berceceran. Kualitas lain yang dimiliki daun pisang klutuk yakni memiliki bau yang harum.

5. Jeruk Limau

Tumbuhan jeruk limau (Citrus amblycarpa) merupakan tanaman berbentuk seperti semak atau pohon kecil, umumnya memiliki ketinggian sekitar 5 meter.Tumbuhan jeruk limau menghasilkan buah sepanjang tahun dan umumnya tumbuh dari biji tanamannya.Daun tanaman tersebut berukuran kecil dan tampak mengkilap, sedangkan bunganya berwarna putih.

Kulit buah jeruk limau tidak mulus dan berwarna hijau yang akan berubah semakin menguning jika buahnya matang. Umumnya buah jeruk limau dimanfaatkan sebagai bumbu masak saat kulitnya masih berwarna hijau sehingga memberi rasa asam bagi masakan. 6

6. Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa L) termasuk dalam family liliaceae, tumbuh merumpun, berbatang semu, berakar serabut, berumbi lapis, dengan daun tunggal berbentuk silinder berrongga.Tumbuhan semusim di ladang dengan pencahayaan cukup.

Bawang merah dapat digunakan dalam bentuk lumat, baik dihaluskan maupun dijadikan bumbu bawang merah, dapat juga digunakan sebagai bumbu dengan cara diiris-iris terlebih dahulu. Bawang merah yang diiris kasar digunakan

6

(20)

20

sebagai bumbu acar atau dapat juga dijadikan sebagai lalapan untuk hidangan sate.7

7. Bawang Putih

Bawang putih (Allium sativum)termasuk dalam famili

Alliaceae.Tanaman bawang putih berbentuk rumput yang berumbi lapis atau siung bersusun.Diyakini berasal dari Asia Tengah.Awalnya dibudidayakan di dataran tinggi, karena tumbuh baik di daerah dingin seperti pegunungan atau dataran tinggi,namun beberapa jenis sudah dibudidayakan di dataran rendah.

8. Garam

Garam merupakan bumbu masak yang memberi rasa asin pada makanan.Garam didapatkan dari hasil penguapan air laut di tambak-tambak garam. Natrium dan Klorida garam berfungsi untuk menyeimbangkan asam-basa tubuh serta aktivitas otot dan syaraf. “Jumlah garam yang perlu dikonsumsi manusia adalah 9 gram per hari, terutama untuk memenuhi kebutuhan iodium tubuh”. 8

9. Jahe

Jahe (Zingiber officinale Roscoe) tumbuhan yang berasal dari China dan Asia Selatan (India), serta menyebar ke wilayah tropis dan sub tropis.Rimpang jahe merupakan bagian tanaman yang sering dimanfaatkan beraroma khas dan rasanya pedas. 9

10.Gula Merah

Gula aren atau Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.Gula arena biasanya

7

Gardjito Murdjiati. Bumbu, Penyedap, dan Peserta Masakan Indonesia (Jakarta, 2013), hlm. 44.

8

Ibid., hal 65

9

(21)

21

juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan.

Gula merah berbahan nira dari pohon aren. Umumnya gula aren lebih gelap dan aroma lebih kuat dibandingkan gula kelapa.Dapat berfungsi untuk memberi warna coklat makanan.

Menurut sumber cara untuk mendapat gula aren adalah dengan: Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis. 10

11.Royco Rasa Ayam

Knorr merupakan perusahaan makanan dan minuman yang berasal dari Jerman. Knorr merupakan anak perusahaan Unilever sejak tahun 2000, saat Best Foods melakukan merger dengan Unilever.Nama produk Knorr di Indonesia menjadi Royco dan di Australia menjadi Continental.

Royco rasa ayam meruapakan bumbu masakan berupa bubuk yang memberi citarasa ayam pada masakan dan dimanfaatkan untuk membuat makanan menjadi lebih gurih. 11

10

Ibid., hal 61 11

(22)

22 12.Kecap Manis

Kecap manis merupakan bumbu masak yang ibuat dari kacang kedelai (Glycine soja), gula kelapa, dan campuran bumbu kainnya. Warnanya hitam pekat, kental dan manis. 12

13.Bawang Merah Goreng13

Bawang merah goreng merupakan hasil olahan dari umbi bawang merah. Proses pengolahan untuk membuat bawang merah, menurut sumber adalah sebagai berikut:“ Umbi bawang merah) diiris lalu digoreng sampai kecoklatan, lalu dikemas dengan rapat agar tak mudah lembek.” Bawang merah dimanfaatkan untuk menambah rasa gurih dan renyah makanan.

14.Cabai

Cabai merupakan buah dari tanaman Capsicum dari familiSolanaceaeyang diduga berasal dari Amerika Selatan.Tanaman cabai mudah dibudidayakan di daerah tropis. “Tergolong dalam tumbuhan semak dengan berbatang kayu, berbentuk bulat atau bersegi, bercabang banyak dan berbuku-buku.”14 Tanaman cabai juga terdiri dari berbagai varietas, dimana yang terkenal di Indonesia adalah cabai rawit, dan cabai merah besar.

15.Sambal Sate

(23)

23

2.3. Penentuan Harga Jual Produk

Harga jual produk juga mempengaruhi pendapatan sekaligus keseimbangan antara kualitas (mutu) produk yang sebenarnya dengan harga jual yang sesuai di pasar. Harga jual produk juga berpengaruh terhadap bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesesuaian dan keterjangkauan suatu produk agar dapat dibeli oleh masyarakat.

Dengan semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka harga sebuah produk tidak lagi merupakan faktor penentu yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih suatu produk. “Faktor-faktor lain seperti: rasa, keamanan produk, zat gizi, daya tahan simpan, dan kepraktisan penyajian, saat ini kian menjadi pertimbangan.” 16

2.4. Sentra Produksi

Sistem pemasaran yang baik juga akan berpengaruh terhadap pengenalan masyarakat akan makanan tradisional, khususnya sate ayam. Pemasaran yang melibatkan banyak pihak justru akan membuat sulit pendistribusian karena berpotensi besar terjadinya kegagalan.

Sebagai contoh adalah negara Jepang, yang memiliki sentra produksi strategis dan menguntungkan, sehingga banyak pedagang kecil yang terbantu dalam berdagang.

Dengan disertai sistem pemasaran yang baik, produk-produk dari provinsi tersebut telah dikenal luas di seluruh Jepang. Untuk Indonesia, mungkin belum waktunya “satu desa satu produk”, tapi sebaliknya sudah mulai dicoba dengan “satu kabupaten satu produk andalan…” 17

2.5. Kompetisi dan Inovasi

Ada pula faktor lain yang mempengaruhi pendapatan pedagang sate ayam pada umumnya akibat kenaikan harga bahan dasar sate tersebut. Faktor itu ialah semakin ketatnya persaingan (kompetisi) terkait bagaimana menarik

16

Made Astawan, Jangan Takut Makan Enak, Sehat dengan Makanan Tradisional (Jakarta, 2013), Hlm.10

17

(24)

24

minat pembeli sebanyak-banyaknya agar keuntungan yang didapat sejalan (seimbang) dengan pengeluaran yang ada : “Konsumen selalu tertarik kepada hal-hal yang yang baru dan lebih baik. Inovasi adalah hal yang sangat penting dalam persaingan industri pangan. Oleh karena itu, industri makanan tradisional sebaiknya tidak mengabaikan bisnis tersebut.” 18

2.6. Kenaikan Harga dan Minat Pembeli Menurut Ilmu Ekonomi

Dalam teori ilmu ekonomi, harga merupakan salah satu faktor utama meskipun bukan faktor satu-satunya yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga menjadi faktor utama pilihan pembeli semakin terlihat di antara kelompok-kelompok miskin. Namun, harga bukan menjadi faktor utama pilihan pembeli bagi masyarakat yang mampu/kaya. Namun, teori ini hanya berlaku bagi produk-produk di luar kebutuhan bahan pokok. Untuk kebutuhan bahan pokok yang termasuk kebutuhan primer, akan memiliki dampak garis lurus dengan turunnya pembelian pada kebutuhan sekunder dan pertumbuhan ekonomi.

Dapat dikatakan bahwa:

1. Jika harga barang primer meningkat, sementara pendapatan tetap, akan menyebabkan harga barang sekunder pun akan meningkat. 2. Pembelian terhadap barang sekunder pun akan menurun.

3. Perubahan harga barang konsumsi menyebabkan tingkat substitusi (pergantian) terhadap barang konsumsi akan berubah pula.19

Untuk poin 3, dapat dilihat kasusnya di masyarakat, di mana pada saat cabai rawit harganya meningkat maka pedagang makanan yang banyak menggunakan cabai akan menggantikannya dengan cabai oplosan atau mengurangi kadar cabainya.

Dengan demikian, dari penjelasan di atas, maka harga kebutuhan primer harus dikendalikan oleh pemerintah. Jika tidak, maka akan terjadi kelesuan ekonominegara, yang berimbas pada penurunan daya saing produk lokal dan penurunan pertumbuhan ekonomi.

18

Ibid., hal 6 19

Abdurachman. Kenaikan Harga Sembako, Masalah, dan Solusi.

(25)

25

2.7. Faktor-faktor Kenaikan Harga

Kenaikan harga sejumlah kebutuhan barang pokok disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Perbandingan Supply and Demand yang tidak seimbang. Supply kebutuhan bahan pokok terganggu oleh perubahan iklim, yaitu tingginya frekuensi hujan di bulan kemarau yang menyebabkan para petani gagal panen. Cabai dan sayuran mengalami gagal panen di daerah-daerah penghasil cabai dan sayuran.

2. Siklus tahunan, “Demand terhadap kebutuhan barang pokok meningkat seiring dengan semakin dekatnya bulan puasa dan lebaran.” 20

3. Efek psikologis dari kenaikan TDL yang mencapai 20% untuk sektor industri. 4. Faktor lain: faktor pedagang. Kenaikan beras misalnya, selain dipicu oleh faktor Supply and Demand, dipicu juga oleh permainan para pedagang/tengkulak, di mana petani lebih memilih menjual ke pasar bebas daripada ke Bulog dikarenakan harga GKP (Gabah Kering Panen) dan GKG (Gabah Kering Giling) lebih tinggi daripada harga GKP dan GKG yang dipatok oleh Bulog.21

20

Abdurachman, Loc.Cit. 21

(26)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini diterapkan jenis penelitian korelatif. Penelitian korelatif merupakan penelitian ilmiah yang mencoba menjelaskan dan melihat hubungan (korelasi /keterkaitan) antara satu masalah dengan masalah lainnya, dimana terdapat hal yang bersifat mempengaruhi /menentukan dan hal yang bersifat dipengaruhi/ ditentukan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian utamanya adalah pendapatan seorang pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku, seperti daging ayam, bumbu dapur, dan lontong. Oleh karena itu, melalui penelitian ini kelompok kami hendak melihat seberapa besar pengaruh naiknya harga bahan baku terhadap pendapatan pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta.

3.2 Variabel dan Sampel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah kenaikan harga bahan baku dan penghasilan pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta.

Sampel penelitian yang dipakai berupa: (1) Untuk bahan baku sate ayam dipilih 5 bahan utama yakni daging ayam, bawang merah, cabai, kacang tanah, dan lontong; (2) Sedangkan untuk pedagang sate ayam yang menjadi sampel penelitian adalah Bapak Edi, seorang pedagang sate ayam yang berjualan di gerbang depan Kolese Kanisius Jakarta.. Proses sampling yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(27)

27

melalui buku-buku mengenai makanan tradisional sate ayam beserta bahan baku dari sate ayam tersebut, dan beberapa situs terkait makanan tradisional Indonesia. Selain itu, data pustaka lain juga diperoleh dari mengumpulkan artikel-artikel koran yang berisikan harga bahan baku yang meningkat sehingga mengakibatkan makanan tradisional mulai dilupakan. Kami juga mengambil beberapa berita dan artikel dari internet terutama artikel-artikel yang ada dalam Koran Kompas di banyak situs.

Data masyarakat kami peroleh dengan jalan wawancara dan observasi. Kami melakukan wawancara langsung dengan Bapak Edi, pada saat jam pulang sekolah dan belum dipadati pembeli. Dari hasil wawancara itu kami mengetahui perkiraan penghasilan dan biaya yang dikeluarkan untuk membuat sate ayam dalam kurun waktu tertentu sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan-bahan baku, serta bagaimana pengaruhnya bagi sang pedagang (Bapak Edi) dalam berbagai segi kehidupan. Kami juga melakukan observasi dengan melihat kebiasaan penjual dan pembeli sate ayam di lingkungan Kolese Kanisius untuk melihat bagaimana minat pembeli (seperti murid, guru, karyawan, maupun orang lain) setelah adanya kenaikan harga bahan dasar.

3.4 Teknik Analisis Data

(28)

28

(29)

29

BAB IV

PERKEMBANGAN HARGA BAHAN BAKU DAN

PENGHASILAN PEDAGANG SATE AYAM

4.1 Perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam

4.1. 1. Pengantar

Seperti yang kita tahu, sate ayam merupakan salah satu makanan khas tradisional Indonesia yang digemari oleh banyak kalangan. Sate ayam sendiri sudah lama menjadi incaran banyak orang dari seluruh pelosok Indonesia bahkan seluruh dunia. Ada banyak bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sate ayam ini. Bahan- bahan itu sendiri bisa kita bagi menjadi dua, yaitu daging ayam itu sendiri dan bumbu kacang untuk melengkapi sate ayam tersebut.

Gambar 4.1. Sate ayam khas masakan Indonesia Sumber: ainifarida.wordpress.com

Bahan utama sate ayam adalah daging ayam

(30)

Untuk bahan dasar dalam

1. Kacang tanah

Gambar 4.1.2. K Sumber: permath 2. Cabai

Gambar 4.1.3. Ca Sumber: viknovi.

3. Bawang Merah

Gambar 4.1.4. Ba Sumber: inti-kese

30

lam bumbu untuk melengkapi sate ayam, diantaran

Kacang tanah

thic.blogspot.com

Cabe merah besar

vi.blogspot.com

Bawang merah

esehatan.blogspot.com

(31)

31

4. Ketumbar

Gambar 4.1.5. Ketumbar Sumber: jualsayuran.com

Bahan pelengkap masakan tradisional sate :

Dalam hidangan sate ayam, biasanya disajikan dan dilengkapi dengan lontong. Lontong itu sendiri adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang kemudian di kukus dalam dandang atau sejenis panci. Nasi tersebut pada dasarnya berasal dari beras.

Beras itu sendiri adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi).

Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

(32)

32

4.1.

2.

Data Perkembangan Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode

Juli 2013 – Maret 2014

Harga bahan baku terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, dan hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, serta diikuti dengan adanya perubahan di bidang permintaan dan penawaran, penetapan harga jual di pasar, serta tingkat kepuasan konsumen dan produsen dalam melakukan kegiatan ekonomi di bidang masing-masing.

Bahan baku sate ayam yang akan disorot sebagai bahan baku utama yang mempengaruhi tingkat penjualan dan harga meliputi daging ayam, bawang merah, kedelai, cabe merah, kacang tanah, dan minyak goreng. Bahan baku tersebut disebut juga komoditas pertanian, yang merupakan hasil bumi Indonesia asli walaupun ada sebagian produsen yang masih mengimpor bahan baku dari luar negeri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia terkait Harga Kebutuhan Pokok, data perubahan harga yang terjadi terhadap bahan-bahan baku sate ayam pada periode Juli 2013-Maret 2014 adalah sebagai berikut:

TABEL I

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Juli 2013

(33)

33

TABEL II

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Agustus 2013

TABEL III

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode September 2013

TABEL IV

(34)

34

TABEL V

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode November 2013

TABEL VI

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Desember 2013

TABEL VII

(35)

35

TABEL VIII

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Februari 2014

TABEL IX

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Maret 2014

Data di atas menunjukkan besar perubahan harga yang terjadi pada beberapa bahan baku pembuatan sate ayam dalam kurun waktu 8 bulan pengamatan (Juli 2013 – Maret 2014).

Dari keterangan data yang terdapat pada tabel di atas, maka dapat dibuat grafik perubahan jumlah harga yakni sebagai berikut:

No. Komoditas

Rata-rata per bulan (Rp /kg) 1. Minyak Goreng 14.302

2. Daging Ayam 57.405

3. Bawang Merah 22.350

4. Kedelai 10.245

5. Kacang Tanah 18.450

6. Cabe Merah 27.735

No. Komoditas

Rata-rata perbulan (Rp /kg) 1. Minyak Goreng 14.238

2. Daging Ayam 57.558

3. Bawang Merah 20.820

4. Kedelai 10.845

5. Kacang Tanah 16.689

(36)

36

Diagram 4.1.1. Perkembangan Harga Minyak Goreng Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga minyak goreng mengalami kenaikan pada awal bulan Juli 2013 – November 2013, lalu menurun drastis, namun beranjak naik kembali hingga mencapai titik tertinggi yakni pada tingkat harga Rp 14.302,00 pada bulan Februari 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp1.000,00 – Rp1.500,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

12,400 12,600 12,800 13,000 13,200 13,400 13,600 13,800 14,000 14,200 14,400

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Harga minyak goreng

Harga

(37)

37

Diagram 4.1.2.Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga daging ayam broiler mengalami kenaikan drastis hingga mencapai titik tertinggi pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013, lalu menurun, namun beranjak naik dan turun kembali secara tidak tetap hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 4.500,00 – Rp 5.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

50,000 51,000 52,000 53,000 54,000 55,000 56,000 57,000 58,000 59,000

Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler

Periode Juli 2013 - Januari 2014

Harga Daging Ayam Broiler

Harga

(38)

38

Diagram 4.1.3. Perkembangan Harga Bawang Merah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga bawang merah mengalami kenaikan hingga mencapai titik tertinggi pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013, lalu menurun drastis sebanyak dua kali pada pergantian bulan Agustus 2013 hingga Oktober 2013, namun beranjak naik dan turun kembali secara tidak tetap hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 35.000,00 – Rp 40.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

Perkembangan Harga Bawang Merah

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Harga Bawang Merah

(39)

39

Diagram 4.1.4. Perkembangan Harga Kacang Kedelai Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga kacang kedelai mengalami penurunan mula-mula yakni dari harga Rp10.290,00 menjadi Rp9.957,00 pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013. Setelah itu, harga melonjak naik dengan kisaran Rp500,00 dan untuk bulan-bulan selanjutnya harga cenderung tidak stabil. Harga tertinggi berada pada bulan Maret 2014, yakni mencapai Rp10.845,00. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 750,00– Rp 1.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

9,400 9,600 9,800 10,000 10,200 10,400 10,600 10,800 11,000

Perkembangan Harga Kacang Kedelai

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Harga Kacang Kedelai

(40)

40

Diagram 4.1.5. Perkembangan Harga Kacang Tanah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga kacang tanah mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak menentu yang terjadi selama 4 bulan pengamatan pertama. Lalu, pada bulan November 2013, harga kacang tanah cenderung turun lalu naik kembali hingga mencapai titik tertinggi pada harga 18.705,00 bulan Desember 2013. Pada bulan Maret 2014, harga kacang tanah justru mengalami penurunan drastis menjadi Rp 16.689,00. Maka perubahan harga berkisar antara Rp2.000,00 – Rp2.500,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

15,500 16,000 16,500 17,000 17,500 18,000 18,500 19,000

Perkembangan Harga Kacang Tanah Periode

Juli 2013 - Maret 2014

Harga Kacang Tanah

Harga

(41)

41

Diagram 4.1.6. Perkembangan Harga Cabe Merah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga cabe merah mengalami penurunan secara bertahap selama tiga bulan pertama pengamatan, lalu melonjak kembali hingga mencapai titik tertinggi pada tingkat harga Rp36.559,00 yakni bulan Oktober 2013. Setelah mencapai harga tertinggi, harga cenderung bergerak turun dan tidak stabil hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

Perkembangan Harga Cabe Merah Periode

Juli 2013 - Maret 2014

Harga Cabe Merah

Harga

(42)

42

4.2 Penyebab Kenaikan Harga Bahan Baku Pembuatan Sate Ayam

Harga bahan baku sate ayam mencakup bumbu, penyedap masakan tradisional dan komoditas pertanian Indonesia sehingga harga dari bahan-bahan tersebut juga turut berubah seiring dengan kestabilan perekonomian negara Indonesia. Namun, perubahan harga terutama yang terjadi pada beberapa bulan terakhir ini cenderung mengalami kenaikan /peningkatan harga, sehingga perlu diketahui secara pasti apa penyebab kenaikan tersebut.

Kenaikan harga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Berkurangnya produksi dalam negeri

Berkurangnya produksi bahan-bahan pokok antara lain adalah sebagai akibat dari:

Cuaca yang tidak mendukung bagi pertanian, seperti musim hujan yang berkepanjangan sehingga hasil panen padi mengalami kegagalan (karena padi membusuk) dan harus ditunda; atau musim kemarau yang berkepanjangan sehingga lahan pertanian maupun perkebunan menjadi kering dan tandus.

Pembuatan garam dan perikanan, yang sangat bergantung pada situasi iklim dan cuaca, juga adanya pencemaran tertentu pada ekosistem dimana sumber daya alam yang tersedia mengalami kehancuran. Misalnya pada ekosistem laut sering dijumpai pencemaran akibat limbah yang mencemari habitat berbagai jenis biota laut dan keanekaragaman flora maupun fauna laut, sehingga mengurangi pasokan hasil perikanan untuk jangka waktu tertentu.

(43)

43

terjadinya penularan lebih lanjut dengan melakukan evakuasi atau penyuntikan vaksin tertentu pada hewan ternak, tumbuhan, satwa liar, maupun hewan dan tumbuhan lain yang berperan sebagai sumber pangan. Beralihnya profesi sebagian besar produsen. Hal ini dapat disebabkan tingkat kesejahteraan penduduk yang masih rendah dan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan. Produsen yang beralih profesi dengan alasan ketidakcukupan ekonomi, dapat mengakibatkan hilangnya pemasok utama bahan-bahan produksi tertentu. Jika terus berlanjut, maka dapat menyebabkan penurunan jumlah penawaran produk dan naiknya harga di pasar.

2. Bertambahnya konsumsi

Konsumsi masyarakat dapat bertambah sebagai akibat dari tradisi pada hari-hari raya tertentu, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Imlek, Natal, Paskah, dan lain-lain. Masyarakat yang masih menjalankan tradisi dan mengikuti aturan adat, tentunya akan berdampak pada biaya konsumsi atas kebutuhan melaksanakan kegiatan adat tersebut. Pada hari raya keagamaan tertentu, juga sudah menjadi kewajiban masing-masing pemeluk untuk menjalankan perintah agama mereka yang kerap membutuhkan biaya lebih untuk membeli bahan-bahan dasar, seperti hewan kurban, jenis tanaman sebagai lauk tertentu (tradisi agama Budha – Tionghoa), hiasan dinding dan dekorasi, dan lain sebagainya

3. Adanya keputusan tertentu dari pemerintah

(44)

44

tertentu dan penutupan (pengurangan) impor bahan-bahan tersebut dari luar negeri (kebijakan kuota).

4. Adanya hambatan yang tidak biasa dalam distribusi.

Hambatan-hambatan yang sering tak terduga dalam distribusi, kerapkali menjadikan distribusi suatu bahan mentah (bahan baku) maupun barang jadi (produk) mengalami penundaan atau berakibat pada harga bahan-bahan tersebut berdasarkan ketersediaannya di pasar. Sebagai contoh, yaitu adanya bencana yang mempersulit perpindahan seperti banjir dan tanah longsor.

5. Perubahan gaya hidup masyarakat

Masyarakat kota cenderung bersifat dinamis, yang memiliki serangkaian pola interaksi dan bentuk gaya hidup yang berubah-ubah mengikuti mode (trend), situasi sosial, gengsi, status sosial, dan pengaruh media massa. Dalam hal perekonomian, peran masyarakat kota sebagian besar adalah sebagai konsumen, sehingga pola hidup yang mereka terapkan adalah konsumtif. Perilaku konsumtif mengacu pada cara hidup yang tidak pernah puas, dan timbulnya hasrat untuk selalu mencari kepuasan lebih dalam hal konsumsi barang atau jasa. Atas dasar inilah maka jumlah permintaan di pasar kadang meningkat, yang menyebabkan harga naik untuk unit-unit tertentu.

4.3 P

enghasilan Pedagang Sate Ayam Sebelum dan Sesudah

Kenaikan Harga Bahan Baku

(45)

45

terlihat dan dominan adalah kenaikan harga bahan dasar pada daging ayam. Faktor yang paling mempengaruhi adalah kenaikan harga BBM seperti masalah kenaikan harga BBM yang belum lama terjadi. Penjual sate mengatakan bahwa kenaikan harga BBM tidak hanya menaikan harga bahan dasar daging ayam tetapi juga menaikan harga bahan-bahan dasar yang lain seperti harga kacang, harga bawang, dll.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa penjualan sate ayam setiap harinya dapat mencapai 600 tusuk sampai dengan 650 tusuk pada hari biasa saat sekolah tidak sedang menjalankan kegiatan ulangan umum maupun acara atau kegiatan sekolah lain seperti CC Cup, POR CC, pertemuan orang tua murid dengan guru, dan lain-lain. Narasumber juga memberitahukan penghasilan bersih per bulannya yang berkisar antara Rp.600.000,00 – Rp.650.000,00. Sebelum kenaikan harga, Bapak Edi mendapatkan penghasilan sekitar Rp.600.000,00. Bapak Edi mengaku mendapatkan penghasilan yang lebih banyak sekarang karena ia sudah menerapkan sistem penjualan dengan harga yang berbeda antara murid dan orang tua/ wali murid.

4.4 Dampak Lain Yang Dirasakan Pedagang Sate Ayam Setelah

Kenaikan Harga Bahan Baku

Selain di bidang penghasilan, dampak adanya kenaikan harga juga dirasakan oleh bapak Edi dalam beberapa bidang kehidupan lainnya yakni sebagai berikut:

1. Kuantitas

(46)

46

porsi sate menjadi 18 ribu hanya bagi wali murid. Sehingga murid akan tetap membayar Rp.15.000,00.

2. Kualitas

Menghadapi kenaikan harga bahan baku, Bapak Edi tidak mengubah kualitas dari bahan yang digunakan dalam pembuatan sate ayam yang beliau jual. Bapak Edi masih menggunakan bahan-bahan yang sama dengan bahan-bahan pembuatan sate sebelum terjadi kenaikan harga, yakni bahan-bahan utama seperti daging ayam, bawang merah, kacang tanah, kacang kedelai, dan cabe merah dengan kualitas sama.

3. Pemasok bahan baku

Kenaikan harga tidak menjadikan narasumber mengganti tempat untuk mendapatkan bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan sate ayam. Pemasok utama bahan baku yang dipakai oleh bapak Edi masih sama, yakni pemasok dari pasar tradisional di daerah Jakarta Selatan. Pemasok bahan baku menjadi unsur yang penting, karena terkait dengan masalah pemilihan kualitas juga kuantitas bahan baku yang dipilih dalam pembuatan sate ayam, dan pilihan itu tentunya menyesuaikan antara harga bahan baku yang dibeli dengan harga sate ayam yang akan dijual.

4.5 Solusi Pedagang Sate Ayam Untuk Mengatasi Kenaikan Harga

Bahan Baku

(47)

47

(48)

48

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut:

1. Harga bahan baku sate ayam mengalami kenaikan yang pasti namun berjalan lambat dan tidak stabil, kadangkala ada pula penurunan dalam perubahan harganya. Hal ini dapat dipastikan karena dalam kurun waktu pengamatan, terdapat harga tertinggi yang terdapat di setiap bahan baku sate ayam. Selain itu, data dari narasumber menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan harga yang relatif kecil, walaupun tidak terlalu mempengaruhi penjualan sate ayam yang dilakukan narasumber.

2. Penyebab dari kenaikan harga bahan baku pembuatan sate ayam timbul akibat beberapa faktor, yakni:

1) Berkurangnya kuantitas produksi dalam negeri

2) Bertambahnya permintaan di pasar dan melonjaknya tingkat konsumsi masyarakat

3) Adanya keputusan tertentu dari pemerintah yang mempengaruhi kebijakan perekonomian dalam negeri terkait harga bahan-bahan dasar kebutuhan pokok

4) Adanya hambatan yang tidak biasa dalam distribusi

3. Penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku cenderung tetap /stabil, dan tidak mengalami perubahan yang berarti (signifikan) dalam hal penetapan harga jual.

4. Dampak lain yang dirasakan oleh pedagang sate ayam dengan adanya kenaikan harga bahan baku tercakup dalam bidang:

(49)

49

ayam yang dijual kepada konsumen, baik pihak siswa maupun orang tua atau wali murid.

2) Kualitas sate ayam yang dijual; narasumber tidak menurunkan atau menaikkan kualitas bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sate ayam.

3) Pemasok bahan baku; narasumber tidak mengubah pemasok utama bahan-bahan baku sate ayam sejak dahulu hingga sekarang, yakni berlokasi di Pasar Tradisional daerah Jakarta Selatan.

5. Solusi yang diterapkan oleh pedagang sate ayam terkait kenaikan harga bahan baku adalah ia menerapkan harga jual yang berbeda antara pihak (golongan) murid dan wali /orang tua murid, yakni besarnya harga yang dikenakan untuk setiap tusuk sate ayam.

5.2 Saran

1.

Kepada masyarakat Jakarta; dengan mengetahui adanya kecenderungan peningkatan harga bahan-bahan dasar kebutuhan pokok seperti sate ayam yang telah dibahas pada bagian uraian, hendaknya mulai membiasakan diri untuk menerapkan pola hidup hemat dan meninggalkan pola hidup yang konsumtif. Hal ini akan sangat membantu penyesuaian diri terhadap harga kebutuhan setiap manusia yang cenderung tidak terbatas, dalam hal pemenuhan dan pemanfaatannya agar diperoleh kepuasan yang maksimal.

(50)

50

3.

Kepada para pedagang dalam skala besar maupun kecil di Jakarta, terutama yang berkaitan dengan industri makanan /minuman; dengan melihat dan mengetahui realitas kenaikan harga bahan baku yang terjadi di masyarakat, maka sudah selayaknya dalam strategi perdagangan diterapkan pola-pola yang efektif dan efisien, dalam hal menjaga kualitas rasa namun tetap cermat dalam mencari keuntungan dengan cara yang benar dan halal. Strategi penjualan maupun pemasaran yang salah dapat menyebabkan kerugian yang berkepanjangan dan dalam waktu lama dapat menyebabkan kebangkrutan /kegagalan dalam dunia usaha di era globalisasi yang serba modern ini, dengan persaingan yang semakin mengetat.

4.

Kepada pemerintah daerah DKI Jakarta; hendaknya dalam setiap keputusan dan kebijakan ekonomi yang diambil, semakin didahului dengan pemikiran jangka panjang dan perencanaan yang matang untuk menganalisis antara suatu peraturan yang akan diterapkan dengan berbagai kemungkinan dampak yang dirasakan masyarakat, terutama dalam hal kebijakan penentuan harga bahan-bahan kebutuhan pokok yang dapat terjangkau masyarakat.

(51)

51

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kacang Tanah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Abdurachman. Kenaikan Harga Sembako, Masalah, dan Solusi.

http://www.abdurrahmancenter.com/index.php/artikel/1241-kenaikan-harga-sembako-masalah-dan-solusi diunduh pada 31 Maret 2014 pukul 11:59 WIB.

Astawan, Made. 2013. Jangan Takut Makan Enak: Sehat Dengan Makanan Tradisional. Jakarta: P.T. Kompas Media Nusantara.

Beras, http://id.wikipedia.org/wiki/Beras, diunduh pada 23 Oktober 2013.

Chicken, http://en.wikipedia.org/wiki/Chicken_(food), diunduh pada 23 Oktober 2013.

“Cuaca Buruk” dalam Kompas, 14 Januari, 2013.

Daging Ayam, http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_ayam,diunduh pada 23 Oktober 2013.

Kacang tanah, http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah, diunduh pada 23 Oktober 2013.

KEBUN KITA. 2007. http://tumbuh.wordpress.com/2007/10/30/daun-pisang-klutuk/. Diunduh pada 21 Maret 2014. 21:22.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2010.

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/charts/national-price-chart?year=2013&month=6. Diunduh pada 21 Maret 2014. 21.17. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2010.

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/charts/national-price-chart?year=2013&month=7. Diunduh pada 21 Maret 2014. 21.19. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2010.

(52)

52

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2010.

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/charts/national-price-chart?year=2013&month=9. Diunduh pada 21 Maret 2014. 21.20.

Murdijati, Gardjito. 2013. Bumbu, Penyedap, dan Penyerta Masakan Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama..

“Pemerintah Tidak Bisa Mengendalikan Nilai Ekonomi.” dalam SINDO, 18 September, 2013.

“Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” dalam Kompas, 16 Juli, 2013.

(53)

53 II. Pertanyaan seputar bahan baku sate ayam

1. Apa saja jenis bahan baku utama yang dipakai untuk pembuatan sate ayam?

2. Apa saja jenis bahan baku tambahan yang dipakai untuk pembuatan sate ayam?

3. Apakah menurut narasumber bahan-bahan tersebut sudah memenuhi kebutuhan akan pembuatan sate ayam?

III. Pertanyaan seputar harga bahan baku sate ayam

1. Berapa harga pokok /umum /dasar bahan-bahan baku sate ayam tersebut? 2. Apakah menurut narasumber harga bahan baku tersebut mengalami

kenaikan akhir-akhir ini /dalam waktu belakangan ini?

3. Jika ya, sejak kapan harga bahan baku tersebut mengalami kenaikan? 4. Berapa harga bahan baku sekarang /setelah kenaikan?

5. Apakah kenaikan tersebut terjadi pada semua jenis bahan baku sate ayam? IV. Pertanyaan seputar dampak dari kenaikan harga bahan baku sate ayam

1. Apakah kenaikan harga bahan baku berpengaruh terhadap narasumber dalam hal kuantitas dan kualitas bahan baku yang dibeli sekarang? 2. Apakah kenaikan harga bahan baku berpengaruh terhadap narasumber

dalam hal penghasilan /pendapatannya dari hasil penjualan sate ayam? 3. Apakah kenaikan harga bahan baku berpengaruh terhadap minat

pelanggan?

4. Bagaimana tanggapan narasumber terhadap kenaikan harga bahan baku ini?

5. Bagaimana solusi /jalan keluar narasumber untuk menyikapi kenaikan harga bahan baku ini?

(54)

54

LAMPIRAN II

Lokasi Pedagang Sate Ayam di Kolese Kanisius Jakarta

(55)

55

BIODATA

1. Dion Kartawijaya, Jakarta, 10 Juli 1998.

Karya: “Pengaruh Diperdengarkannya Musik Jazz Terhadap Suasana Belajar Mengajar Matematika di Kelas IX-3 SMP Kolese Kanisius Tahun Ajaran 2012/2013”. Dipublikasikan tahun 2013.

2. Kevin Revana, Jakarta, 25 September 1997. Karya: “Kemiskinan di RT 12 RW 05 Kelurahan

Cipinang Besar, Kecamatan Jatinegara, Kali Malang, Jakarta Timur”.

Dipublikasikan tahun 2013.

3. Michael Darmawan, Jakarta, 24 September 1998. Karya: “Korelasi Antara Modalitas Belajar Dengan

Prestasi Belajar Siswa Kelas 9 SMP Kolese Kanisius Tahun Ajaran 2012-2013”. Dipublikasikan ahun 2013.

4. Nicolas Daniel Widjanarko, Jakarta, 3 Oktober 1997. Karya: “Dampak dan Upaya Penanggulangan

(56)

5.

6.

56

Timothy Glenn Ivano, Jakarta, 10 Oktobe Karya tulis ini merupakan karya pe yang pertama.

Vincentius Sebastian Utama, Jakarta, 12 J 1998.

Karya: “Pengaruh Kebiasaan Belajar Terh Prestasi Siswa SMP Kolese Kanisi Ajaran 2012-2013”. Dipublikasika 2013.

ber 1997. penulis

2 Januari

Gambar

Gambar 4.1. Sate ayam khas masakan Indonesia
Gambar 4.1.3. CaCabe merah besar
Gambar 4.1.5. Ketumbar
TABEL I
+4

Referensi

Dokumen terkait

INAI,$IS PENETAPAN ETRGA JUAL KARAK XALTANC. AKIBAT KENAJICAN EARGA B'&{N BAKU DAN

Pemanfaatan kulit kacang tanah menjadi asap cair menggunakan proses pirolisis guna untuk pengawetan bakso daging .Jurnal Ilmiah Skripsi.. Pemanfaatan ampas tebu dan kulit pisang

Data yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda merupakan data sekunder yang terdiri dari harga bahan pangan yaitu beras, daging ayam, daging sapi, telur

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan utama yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) berpengaruh terhadap kenaikan

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan masalah kenaikan harga tersebut adalah masyarakat tidak usah panik apabila terjadi kenaikan harga

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU DAN HARGA BAHAN PENOLONG TERHADAP PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KECIL TEMPE DI DESA PANGKALAN KECAMATAN AEK NATAS KABUPATEN LABUHANBATU

Adapun hipotesa yang dapat dirumuskan dalam studi ini adalah : Kenaikan harga bahan baku dan harga bahan penolong berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usaha industri

Dari tiga penelitian yang telah dibahas yaitu penelitian Novilda et al., 2018; Meliyana et al., 2019; dan Hasnelly et al., 2019 yang semuanya menggunakan bahan baku tepung ubi talas