BAB I
BIAYA PRODUKSI
1.1. Konsep Biaya Produksi
Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (out put). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.
Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya.
Biaya dalam pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Sehingga biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang.
Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan hitungannya.
2. Bahan-bahan pembantu atau penolong
3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur 4. Penyusutan peralatan produksi
5. Uang modal sewa
6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan 8. Pajak
Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen biaya, berikut:
1. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan langsung dengan produksi.
2. Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja.
3. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.
1.2. Klasifikasi Biaya
Untuk keperluan analisis, biaya dapat dikelompokkan menurut beberapa kriteria, yaitu :
1. Pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi.
a. Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya secara relatif
tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (output). Biaya ini
harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Contoh FC
adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari peralatan (besar)
sebab biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika
pelayanannya meningkat maupun menurun. Demikian pula dengan
alat kedokteran. Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa
dua pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa
dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk
memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah tetap
dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah.
b. Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang nilainya
dipengaruhi oleh banyaknya output . Contoh yang termasuk dalam
VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat tulis kantor, biaya
pemeliharaan.
Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena jumlah biaya
tersebut secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan
yang diberikan. Biaya obat dan makanan untuk melayani dua pasien
akan berbeda dengan biaya obat dan makanan untuk melayani
sepuluh pasien. Dengan demikian besarnya biaya obat atau makanan
akan selalu berpengaruh secara langsung oleh banyaknya pasien
yang dilayani.
Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara
rutin. Oleh sebab itu VC sering juga disebut dengan biaya rutin.
Dalam praktek sering kali dialami kesulitan untuk membedakan
secara tegas apakah suatu biaya termasuk FC atau VC. Contoh dalam
oleh besarnya output terutama pada fasilitas pemerintah. Dalam
praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau pengurangan
gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah, tidak semudah
seperti penurunan dan penambahan output pelayanan. Berdasarkan
teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya output.
Di sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik pada
jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya pegawai
akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah pasien. Oleh
sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai sebagai semi
variable cost (SVC).
c. Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost.
2. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya.
a. Biaya Investasi, adalah biaya yang masa kegunaannya dapat
berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk
biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun
ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi
anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini
biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan
infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh
yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan
gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan
sebagainya.
Di beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya
barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan
sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan adalah Rp.
100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp. 100.000,- tidak
termasuk dalam biaya investasi, meskipum penggunaannya dapat
lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan dalam biaya operasional).
Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang
disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan).
Nilai barang investasi dalam analisis biaya harus memperhitungkan
(1) harga satuan (nilai awal barang) masing-masing jenis barang
investasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3) laju inflasi
(tingkat bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut.
Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul
akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai
akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang
investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami
penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami
kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang investasi, seperti gedung,
kendaraan, dan peralatan, disebut sebagai biaya penyusutan.
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menghitung
penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line
method) dimana jumlah historis yang sama dikurangi setiap tahun.
Pada umumnya analisis biaya dilakukan untuk satu kurun waktu
nilai biaya investasi setahun, sehingga biaya investasi itu dapat
digabung dengan biaya operasional.
Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan biaya
investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya nilai
tahunan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai uang
(inflasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang investasi.
b. Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan
memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat
(kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk dalam biaya
operasional antara lain biaya obat, biaya makan, gaji pegawai, air
dan listrik.
Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya
operasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya
pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan
nilai suatu barang investasi agar dapat terus berfungsi, misalnya
biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan kendaraan. Antara
biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek sering
disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan (operational
and mantainance cost). Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan
sifatnya yang habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara
berulang. Karena itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya
Contoh biaya operasional : biaya pegawai (gaji), biaya obat dan
bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya
telepon, biaya pemeliharaan barang investasi. Untuk biaya listrik dan
air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan
barang investasi dikenal dengan sebutan overhead atau biaya umum.
Contoh biaya pemeliharaan : biaya yang dikeluarkan untuk
mempertahankan nilai suatu barang agar terus berfungsi. Misalnya
biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat medis dan
pemeliharaan kendaraan.
c. Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya investasi
ditambah biaya operasional.
3. Pembagian biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya.
a. Biaya Langsung (Direct Cost), adalah biaya yang dibedakan pada
sumber biaya yang mempunyai fungsih (aktifitas) langsung terhadap
output. Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya peralatan
medis.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang
dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang
(aktivitas tak langsung) terhadap output. Contoh : gaji bagian
administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU, biaya peralatan non
medis.
c. Total Cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah
4. Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satuan produk (misalnya satu jenis pelayanan). Secara sederhana unit cost dapat
diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan. Unit
cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total cost yang
dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.
Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih dahulu besaran
produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali disamakan dengan
biaya rata-rata (average cost). Tinggi rendahnya unit cost suatu produk
tidak saja dipengaruhi oleh besarnya TC tetapi juga dipengaruhi oleh
besarnya pelayanan. Makin tinggi utilitas (dengan demikian makin besar
jumlah output) akan semakin kecil unit cost pelayanan.
5. Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan baku.
dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau selanjutnya. Contoh: perusahaan harus menambah anggaran biaya produksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari orderer yang sebelumnya memesan. 7. Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang
harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per unitnya. Contoh, apakah mesin photo copy digunakan atau tidak, perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy sebesar Rp. 1 juta perbulannya.
8. Unrecurring cost ( biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul satu kali. Artinya, tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini dikeluarkan. Contoh, biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah. 9. Sunk cost ialah biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum
terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya yang
dikeluarkan untuk rapat dan penelitian.
1.3. Perhitungan Biaya Produksi
Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi berdasarkan skala produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua jangka waktu, yaitu perhitungan secara jangka panjang dan jangka pendek.
1.3.1 Perhitungan Jangka pendek
Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor-faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.
Sebelum melakukan perhitungan terhadap biaya produksi jangka pendek, maka perlu diketahui mengenai :
a. Biaya tetap (Fixed Cost/FC)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam jangka pendek ketika kuantitas output berubah. Yang termasuk biaya ini adalah pembelian mesin, mendirikan bangunan pabrik, sewa ruangan toko, dan penyusutan mesin-mesin.
b. Biaya Variable (Variable Cost/VC)
Merupakan biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Yang tergolong biaya variable adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang dibutuhkan. Oleh sebab itu perbelanjaan atas bahan mentah semakin bertambah.
Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau jasa) untuk keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variable, sehingga dapat dikatakan bahwa rumus perhitungan biaya total produksi adalah sebagai berikut :
Biaya Total (TC) = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variable (VC) 1. Perhitungan Biaya Satuan Rata-Rata Produksi
Sebelum melakukan perhitungan terhadap biaya rata-rata produksi jangka pendek maka perlu diketahui mengenai :
a. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC)
Apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC adalah : AFC = FC / Q
b. Biaya variable rata-rata (Average Variable Cost/AVC)
Apabila biaya variable (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya variabel rata. Biaya variable rata-rata dihitung dengan rumus :
AVC = VC / Q
Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Rumus perhitungan biaya total rata-rata adalah sebagai berikut :
AC = TC / Q atau AC = FC + TC 1.3.2 Perhitungan Jangka Panjang
Jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila perubahan itu memang diperlukan.
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan(terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan atau pabrik dan bangunan yang digunakan.
Adapun perhitungan biaya lainnya berdasarkan klasifikasi biaya produksi, yaitu :
Penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan sebelumnya. 2) Biaya operasional (operational cost),
Adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun). 3) Biaya Produksi (Marginal Cost)
Maka Biaya Total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya investasi ditambah biaya operasional dan biaya produksi, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Cost = Investment Cost + Operasional Cost + Marginal Cost
b. Berdasarkan Fungsi atau Aktivitas Sumber Biaya Produksi
1) Biaya Langsung (Direct Cost), adalah biaya yang dibedakan pada sumber biaya yang mempunyai fungsih (aktifitas) langsung terhadap output.
2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output.
Maka biaya total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah indirect cost, yang dirumuskan sebagai berikut :
BAB II
PENENTUAN HARGA 2.1 Definisi Penentuan Harga
Menurut anonim (2012), harga (price) merupakan nilai tukar atas produk atau jasa. Harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan produk atau jasa. Menurut wikipedia.com (2012) penentuan harga adalah proses menentukan sesuatu yang bakal diterima sebuah syarikat sebagai pertukaran untuk produknya, faktornya berupa kos pengilangan, tempat pasaran, persaingan, keadaan pasaran, dan kualitas produk.
Menurut Sadono Sukirno (2012), dalam organisasi yang bergerak di bidang profit, penentuan harga yang dimaksud adalah penentuan harga suatu produk yang salah satunya perhitungannya berawal dari gaji dan upah untuk membayar kepada tenaga kerja di dalam organisasi tersebut.
Jadi, penetapan harga adalah merupakan salah satu tahap untuk memberikan sebuah nilai terhadap suatu produk barang atau jasa dalam besaran nominal yang menimbang berbagai aspek seperti faktor internal dan eksternal organisasi. Faktor internal seperti biaya produksi, karakteristik produk, dan tujuan organisasi. Faktor eksternal seperti harga produk saingan, elastisitas permintaan, faktor psikologis konsumen dan kebijakan pemerintah.
2.2 Tujuan
atas faktor produksi, sehingga dapat diketahui berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menentukan harga barang yang diproduksi. Alasan pertama yakni menjelaskan prinsip untuk menggunakan dan mengaloskasikan faktor produksi secara efisian dan alsan kedua yakni menjelaskan pendapatan berbagai faktor produksi ditentukan dari analisis alasan pertama.
Menurut Eko Marwanto (dalam blog), pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yakni sebagai berikut.
a. Orientasi pada laba, bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi atau sering disebut ”maksimalisasi laba”.
b. Orientasi pada volume, bahwa penetapan harga sedemikian rupa agar dapat mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau pangsa pasar tertentu.
c. Orientasi pada citra (image), bahwa penetapan harga tertentu dapat membentuk citra perusahaan, misalnya menetapkan harga tinggi dapat membentuk citra perusahaan yang prestisius, sementara menetapkan harga rendah memungkinkan menjaga nilai perusahaan tertentu (menjaga harga yang terendah di suatu daerah).
2.3 Manfaat Penentuan Harga
Menurut anonim (2010), manfaat penentuan harga adalah sebagai berikut. a. Produsen mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
b. Produsen mempertahankan eksistensi organisasi di pasaran. c. Produsen dapat mencapai ROI (Return of Investment)
d. Produsen bersama produk barang atau jasanya dapat menguasai pangsa pasar.
e. Produsen bersama produk dan organisasinya dapa mempertahankan status quo.
2.4 Strategi Penentuan Harga
Menurut anonim (2010), tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk penentuan harga suatu produk barang atau jasa sehingga harga yang ditentukan akan menutupi biaya, menghasilkan keuntungan dan citra produk dipandang baik oleh konsumen yakni sebagai berikut.
a. Pendekatan Supply & Demand
b. Pendekatan yang Berorientasi Biaya
Menurut organisasi.org, ketika suatu perusahaan telah menetapkan harga dasar dari suatu produk barang atau jasa maka perusahaan dapat menentukan strategi harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti harga kompetitor, tujuan perusahaan dan daur hidup produk. Strategi tersebut dapat digunakan untuk produk yang baru maupun yang lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Menurut organisasi.org, beberapa strategi penetuan harga dengan pendekatan yang berorientasi biaya adalah sebagai berikut. i) Skimming Price
Strategi skimming price adalah menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya. Contohnya adalah telepon seluler (nokia), laptop, komputer dan smartphone.
ii) Penetration Price atau Harga Penetrasi
Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen. Contohnya adalah tarif layanan operator baru three (3), mie (selera rakyat) dan obat pel (so klin MB).
iii) Prestige Pricing atau Harga Prestis
dipakai untuk produk shopping dan specialty. Contohnya adalah mobil (roll royce), jam tangan (rolex), tas (guess) dan sepatu (gianni versace, prada, vertu).
iv) Odd Pricing atau Harga Ganjil
Strategi harga ganjil adalah menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah. Contonya seperti barang yang tadinya dihargai Rp.100.000,- kemudian diubah menjadi Rp.99.990,- sehingga konsumen mungkin akan melihat Rp.99.990,- jauh lebih murah daripada Rp. 100.001,-.
v) Multiple-Unit Pricing atau Harga Rabat
Strategi harga rabat adalah memberikan potongan harga tertentu apabila konsumen membeli produk dalam jumlah yang banyak. Contohnya adalah semisal harga sebuah sebungkus indomie goreng pedas adalah Rp. 1.500,- maka konsumen cukup membayar Rp.1.000,- per bungkus jika membeli satu dos isi 40 bungkus indomie.
vi) Lining Price atau Harga Lini
vii) Leader Pricing atau Harga Pemimpin
Strategi harga pemimpin adalah menetapkan harga lebih rendah daripada harga pasar atau harga normal untuk meningkatkan omset penjualan atau pembeli. Contohnya seperti kegiatan ritel jenis hipermarket memberikan promosi harga yang lebih murah daripada harga normal.
viii) Strategi Harga Diskon
Strategi harga oleh penjual adalah strategi dengan memberikan potongan harga dari harga yang sudah ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai atau cash, trade discount.
ix) Relative Pricing atau Harga Relatif
Strategi harga relatif adalah penentuan harga di atas, di bawah atau sama dengan tingkat harga persaingan di mana gerakan harganya mengikuti gerakan pesaing.
x) Follow The Leader Pricing
Strategi harga follow the leader adalah penetapan harga produk baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan pasar atau pemimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.
xi) Follow The Leader Pricing
Menurut Basu Swastha (1999:184), terdapat beberapa bentuk penentuan harga antara lain.
1) Adaptive pricing, yaitu memberikan kemungkinan kepada perusahaan untuk merubah harga dengan mendasarkan pada beberapa faktor seperti faktor pesaing, kondisi pasar dan biaya sumber faktor produksi. Perusahaan selalu berusaha menyesuaikan harga menurut situai yang berubah secara tiba-tiba.
2) Competition-oriented pricing merupakan sebuah strategi penentuan harga yang didasarkan pada tindakan pesaing. Hal ini merupakan kebalikan dari pricing leadership.
3) Cost-oriented pricing adalah strategi penentuan harga yang didasarkan pada biaya. Contoh, para pengecer sering menggunakan biaya ditambah dengan mark-up tertentu, sedangkan para produsen menggunakannya sebagai cost-plus pricing.
4) Customary pricing berarti bahwa harga yang ditetapkan oleh para penjual selalu disesuaikan dengan beberapa ketentuan tingkat harga yang terjadi di pasar.
5) Demand-oriented pricing adalah strategi penentuan harga yang didasarkan pada permintaan konsumen.
dikendalikan oleh penjual, seperti harga untuk barang hasil pertanian.
7) Pricing leadership adalah prosedur melalui seluruh pesaing dalam suatu industri mengikuti praktek penentuan harga dari satu atau beberapa perusahaan yang dominan.
8) Product-line pricing adalah suatu prosedur yang dipakai untuk menetapkan harga bagi sekelompok barang sejenis, tetapi ditujukan pada segmen pasar yang berlainan.
9) Target pricing adalah metode penentuan harga yang didasarkan pada marker share tertentu atau pengembalian investasi tertentu sebagai tujuan dari perusahaan.
c. Pendekatan Pasar
BAB III
BREAK EVEN POINT
3.1. Pengertian Break Even Point
Break even point atau titik impas merupakan suatu titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan.
3.2. Analisa Break Even Point
Untuk dapat mengetahui Break Even Point maka dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan ialah analisa Break Even Point, yaitu suatu analisa atau cara atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada tingkat atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan.
3.3. Manfaat Analisa Break Even Point
Analisa Break Even Point ini memiliki beberapa manfaat yang sangat berguna bagi suatu perusahaan, diantaranya:
a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu.
b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan.
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.4. Rumus Break Even Point
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit
yang diproduksi.
Contoh : Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.
Pengertian break even point dapat ditinjau dari berbagai sudut, diantaranya:
1. Dari Segi Keuangan
1. BEP adalah suatu tehnik analisa untukmempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan.
2. BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
2. Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi
BEP adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk ( Rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
3. Ditinjau dari Segi Biaya
sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
4. Ditinjau dari Segi Laba
BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah dikeluarkan.
Berdasarkan pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian BEP ( Break Even Point ) adalah Suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk dalam Rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. (penghasilan = total biaya).
Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)
Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik denangan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut :
2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4. Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
5. Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
Analisa Biaya, Volume, dan Laba
Analisa Impas memberikan informasi berapa tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita kerugian. Dari analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa Impas merupakan salah satu bentuk analisa biaya,volume salah satu bentuk analisa biaya, volume dan laba karena untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.
Apabila didalam analisa impas titik Berat analisa diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisa biaya, volume, dan laba ini titik berat analisa diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan – perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat pada perubahan laba perusahaan. Untuk memudahkan analisa akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik laba dan volume.
Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )
1. Break Even Chart
1. Break Even Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan pada titik kembali pokok = FC
1- Pct VC
Keterangan :
FC = biaya tetap
Pct VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan
1. Break Even Function
Fungsi kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut :
FC . S = ( 1 – VC )
Keterangan :
S = Jumlah penjualan
FC = Biaya tetap
VC = Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
1. Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2. Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3. Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4. Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
Manfaat Break Even Point ( BEP )
Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :
1. BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudara-saudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2013.
<http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsep-dan-jenis.html>
Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biaya-produksi.html>
Ilmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html>
Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-klasifikasi-biaya.html>
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi 17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta.