• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber, LINN.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber, LINN.)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EDI J U NIARIANT O

PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA

AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN

TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber, LINN.)

FA KU L T A S FARMAS1

U N IV ERSIT A S A1RLANGGA

(2)

PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN

TAPAK LIMAN ( Elephanto-pus scaber, LIIJK.)

SK3IPSI

DIBUAT UNTUK KEMENUHI TUGAS AKHIR KENCAPAI GELAR SASJANA FARKASI PADA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

1987

/u/)

oleh

Disetujui oleh Pembimbing

(3)

P R A K A T A

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadlirat

Allah SWT, yang mana hanya dengan rahmat dan hidayahNyalah

usaha kami dalam tugas skripsi untuk memenuhi salah satu

syarat penting dalam meraih gelar Sarjana Farmasi di

Fa-kultas Farmasi Universitas Airlangga telah dapat kami

se-lesaikan dengan baik.

Skripsi ini akan membahas tentang kandungan zat

besi yang terdapat pada tanaman Elephantopus scaber. LINN,

dalam hubungannya sebagai obat tradisional untuk kurang

darah atau anemia.

Perkenankanlah pada kesempatan ini kami

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggiting

-ginya kepada Bapak-bapak pembimbing skripsi yaitu Bapak

Drs. Harjana, M.Sc. dan Drs. Muhammad Yuwono atas segala

bimbingan dan pengarahannya sehingga skripsi ini dapat ka­

mi selesaikan dengan baik.

Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada

Kepa-la Laboratorium Analisis Farmasi, para dosen, staf dan

karyawan bagian Analisis Farmasi yang telah banyak

membantu baik moril maupun spirimembantuil serta segala fasilitas la

-boratorium untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada Panitia Penguji Skripsi, tak lupa kami sam­

paikan terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu un­

(4)

Semoga Allah SWT. melimpahkan karuniaNya sebagai

balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang telah dibe

-rikan, dan ibarat tidak ada yang besar tanpa dimulai dari

yang kecil, semoga hasil skripsi ini walaupun kecil dapat

memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surabaya, Desember 1987

(5)

DAFTAR ISI

1. Tinjauan terhadap tanaman Elephanto-•pus scaber, LINN... ... ..5

1.1. Tinjauan secara uraum... .. 5

1.2. Morfologi turabuhan ... .. 5

1

*

2

.

1

. Daun ... ... 5

1.2.2. Batang ... 5

1.2.3. Bunga ... 5

1.3* Klasifikasi tumbuhan ... ..

6

l.if. Khasiat dan kegunaannya... ..

6

2. Tinjauan terhadap zat b e s i ... ..7

2.1. Tinjauan u m u m ... 7

2.2. Fungsi zat besi bagi m a n u s i a .... ..

8

2

.

3

* Kebutuhan zat besi ... ..

8

2 . Absorpsi zat besi dan penyimpanan-nya dalara tubuh manusia

9

3..Tinjauan terhadap SAA ... ..13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... ..1?

1. Alat ... ..17

2. Bahan p e r e a k s i ...17

2.1* Untuk analisis kualitatif... ..17.

(6)

2.2.1. Penyediaan larutan pereaksi.17

3. Jalannya penelitian ... .18

3.1. Sampel ... .18

3.1.1* Akar dan daun ... .18

3.1.2. Dekok akar ... .19

3.2. Proses destruksi sampel ... .19

3.3. Cara pembuatan larutan sampel un­ tuk analisis .

20

3 . Cara kerja ... ... .20

3.4.1. Analisis kualitatif... .20

3.^.2. Analisis kuantitatif ... .21

if. Analisis data ... .23

If. 1. Pembuktian adanya korelasi antara absorban dan kadar ... .

25

4.2. Pengolahan data ... .26

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... .28

1. Hasil analisis kualitatif ... .28

2. Hasil analisis kuantitatif ...28

2.1. Pembuatan kurva baku ... .28

2.1.1. Hasil percobaan untuk kurva baku ... .23

2.1.2. Perhitungc-n adanya korelasi antara absorban dan kadar

29

2.1.3. Persamaan garis regresi kurva baku ... .

31

halaraan

(7)

halaman

2.2. Hasil-hasil analisis sampel .... .. 32

3. Pengolahan data ... .. 34

if. Jumlah Fe yang tersari dalam dekok akar Klo-chanto-pus scaber, LINN. ... 35

BAB V. PEMBAHASAN ... .. 36

BAB VI. KESIMPULAN DAK SARAN ... .. 39

H I N G K A S A N ... .. 40

DAFTAR PUSTAKA ... .. 41

(8)

DAFTAR TABEL

halaman

TABEL X. Hasil analisis kualitatif zat besi

pada sampel dengan beberapa larutan

pereaksi ... '... 28

II. Hasil pengamatan absorban dari bebe­

rapa kadar baku Fe pada A* = 2If8,3 nra 29

III. Pembuktian adanya korelasi antara

absorban dan kadar ...

30

IV. Hasil percobaan kadar zat besi pada

sampel akar ...

32

v. Hasil percobaan kadar zat besi pada

sampel daun ...

33

VI. Hasil percobaan kadar zat besi pada

sampel dekok akar .... ...

33

VII. Analisis data dengan uji t-Student 3k

(9)

BAB X

P E N D A H U L U A N

Seperti telah diketahui, zat besi (Fe) merupakan

suatu unsur (element) yang mutlak diperlukan tubuh untuk

mempertahankan fungsi-fungsi fisiologi's tubuh.

Zat besi tergolong dalam apa yang dinamakan "essential

-trace element". Unsur Fe terutama untuk sintesa hemoglobin.

Pada manusia, 65 % Fe terdapat pada hemoglobin,

10 % pada mioglobin, 19 % pada senyawa-senyawa timbunan Fe

(ferritin dan hemosiderin), sekitar

1

% terdapat dalam

en-zim-enzim yang terutama berguna dalam proses respirasi

atau pun proses oksidasi biologik dan sisanya +

5

belum

diketahui fungsinya. (

1

)

World Health Organization (7/.H.0) dalam laporannya

telah menjelaskan bahv/a seseorang dengan anemia kurang be­

si akan membawa akibat-akibat buruk yang sangat tidak

di-harapkan. (

2

)

Akibat-akibat yang dapat terjadi itu antara lain :

Anemia kurang besi akan menurunkan kemampuan

pro-duktivitas kerja dan ketahanan fisik sebanding dengan

be-rat anemia kurang besi tersebut. (

2

,

3

)

Anemia kurang besi diketahui pula menyebabkan

me-ningkatnya kerentanan seseorang terhadap infeksi dan

menu-runnya respon immunologik secara nyata. (

3

>^)

Soemantri (1978) dalam tesisnya telah membuktikan

bahwa anemia kurang besi akan menurunkan kemampuan

(10)

Penelitian beberapa sarjana seperti Buetler dan

Ha-gler, L. et.al. menunjukkan adanya hubungan antara

kekura-ngan Fe dekekura-ngan gangguan aktivitas enziraatik dari berbagai

enzim seperti enzim oksidoreduktase yang memegang peranan

penting dalara pengadaan energi atau kelangsungan

proses-proses metabolisme. (

6

,

7

)

Anemia kurang besi adalah paling banyak diderita

masyarakat Indonesia, baik pada anak-anak maupun orang

de-v/asa .(3) Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, mengingat

akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh anemia

ka-rena kekurangan zat besi.

Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya

dilakukan-usaha pencegahan atau penanggulangan secara dini supaya

dapat terhindar dari akibat-akibat buruk yang dapat ditim­

bulkan oleh anemia kurang besi. Salah satu yang sudah se­

rins dila':ukan mes;'arakat Indonesia adalali penggunaan

ta-naman sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia.

Tanaman dapat digunakan sebagai obat tradisional kurang

darah atau anemia bila kandungan zat besinya lebih besar

dari

20

mg %. (lif)

Kenurut Perry, L.M. et.al. (1930), dekok akar

ta-naman Ele-phanto-pus scaber, LINN. atau tapal: liman sering

digunakan sebog-i obat tradisional kurrng darah atau ane­

mia di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.(S)

Penggunaan Elephantopus scaber, LINN, atau tapak

liman sebcgai obat tradisional kurang darah ini mendorong

(11)

mengingat peranan zat besi s'.ngat penting dalam proses

pembentukan hemoglobin darah dan juga sebagian besar kasus

anemia di Indonesia adalsh anemia kurang besi.(3)

Selain itu faktor-faktor lain yang juga mendorong

dilaku-kannya penelitian ini adalah :

- penggunaan lebih sederhana

- tanaman ini kurang bernilai secara ekonomi

- tanaman ini mudah dikembangkan/diperbanyak

Pada penelitian ini yang ditetapkan kadar zat besinya

adalah akar, daun dan dekok akar dengan maksud :

1. Untuk mengetahui kadar zat besi pada akar

karena yang sering digunakan sebagai obat

tradisional kurang darah atau anemia adalah

pada bagian akarnya.

2. Untuk mengetahui kadar zat besi yang tersari

dalam dekok akar, karena digunakan sebagai

obat tradisional kurang darah atau anemia de­

ngan cara demikian.

3. Untuk mengetahui apakah bagian lain selain

akar dapat pula digunakan sebagai obat tradi­

sional kurang dar: h atau anemia berdasarkan

kandungan zat besinya.

Dari penelitian ini diharapkan dapat diungkap

bahv/a Ele^hantopus scaber, LIMIT. atau tapak liman dapat

digunakan sebagai obat tradisionrl kurang darah atau ane­

mia karena kandungan zat besinya tinggi. Diharapkan pula

(12)

peng-gunaan akar Elephanto-pus scaber, LINN, sebagai obat tra­

disional kurang darah atau anemia dalam bentuk dekok

su-dah benar, dan dapat diketahui juga apakah bagian lain

se-lain akar dalam hal ini daunnya dapat pula digunakan seba­

gai obat tradisional kurang darah atau anemia.

TUJUAII PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan

sek-sama kandungan zat besi pada akar, dekok akar dan daun

Elephantopus scaber, LINN, atau tapak liman dalam

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

vmrBRSITAS AlRi-ANOOA"

HI ! P A B A * *

___-1. Tin.jauan tentang tumbuhan Elephanto-pus scaber. LINN.

1.1. Tin.jauan secara umuia.

Tumbuhan Elephanto-pus scaber, LINK1, menpunyai

nn-'ma daerah tapak liman, bala guduh, lelobakan,

cancang-cancang, tapak tangan dan talpak tanah.

Tumbuhan ini tergolong familia Asteraceae atau

Com-positae yang merupakan herba menahun dengan tinggi

0,1-0,2 meter dan tumbuh secara liar di ladang berum-(n) put,tepi jalan, galengan, dalam hutan dan lain-lain.7'

Tumbuhan Elephanto-pus scaber, LINN. berasal dari

Amerika tropis, tetapi kini banyak didapati di

negara-negara tropis lainnya seperti Indochina, Malaysia,

Thailand dan Indonesia; dimana sering diketahui

per-tumbuhannyr liar dan belua banyak dibudidayakan.(

10

)

1

.

2

. Morfologi tumbuhan.(

10

)

1.2.1. Daun.

Daun tunggal berhadapan, berbentuk me'r.ar.jang sampai

bulat telur terbalik, berlekuk tidak teratur atau

tidak berlekuk dengan tepi bergerigi lemah,

beram-but, daun batang jauh lebih kecil dan berjarak.

1.2.2. Batang.

Batang bulat, kaku, keras dan sangat liat.

1

.

2

.

3

. 3unr;a.

Tabung mahkota bunga berv/arna putih, panjang 0,3 cm,

(14)

kemerahan jarang putih; kepala sari berlekatan;

tangkai put!!: dengan dua cabcuig panjang dan

menrru-nyai rambut.

1

.

3

. Klasifikasi tumbuhan.

Divisi Spermatophyta

Anak divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Anak kelas •• Sympetalae

Bangsa

Asterales

Suku

Asteraceae

Marga

Elephantopus

Jenis « Elephantopus scaber, LINN,

l.Zf. Khasiat dan kegunaannya.(

8

)

Tumbuhan Elephantopus scaber, LINK. di Indonesia

ba-nyak digunakan sebogai obat tradisional, antara lain

dekok akarnya sering digunakan sebagai obat radang

uterus, kurang darah atau anemia, disentri dan b"tuk;

ekstrak daunnya menunjukkan aktivitas antibiotik

ter-hadap bakteri Staphylococcus; dekok daunnya

(15)

2. Tinjauan tentang zat besi.

2

.

1

. Tin.jauan umum. (

11

)

Zat besi adalah unsur mineral yang sangat penting

bagi manusia maupun proses pertumbuhan tanaman.

Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya gangguan

per-tumbuhan baik pada manusia maupun tanaman bila keku­

rangan zat besi. Kekurangan zat besi pada manusia

akan menimbulkan anemia sedangkan pada tanaman akan

menimbulkan klorosis.

Zat besi pada tanaman berbentuk kompleks dengan

sejuralah ligand yang ada seperti asam organik, asam

amino dan protein. Walaupun zat besi bukan konstituen

klorofil tetapi sangat diperlukan tanaman untuk pera

-bentukan klorofil. Kekurangan zat besi bagi tanaman

akan menyebabkan klorosis, dinana daun-daun menjadi ■

kuning pucat sedangkan urat aaun tetap hijau.

Selain itu zat besi dapat berikatan dengan berbagai

enzim sebagai koenzim/kofaktor seperti pada proses

pernapasan, dan menjadi bagian dari enzim-enzim

kata-lase, peroksidase dan sitokrom.

Di dalam sel-sel jaringan tanaman terdapat suatu

perimbangan relatif antara ion ferro dengan ion ferri

dan berada tidak pada satu tempat saja tetapi di

ba-nyak tempat. Lebih dari 90;; total besi yang ada pada

daun berada sebagai lipoprotein, ikatan

besi-lipopro-tein ini sangat peka terhadap kekurangan zat besi

se-hingga menunjukkan v/arna kepucatan bila tanaman keku­

(16)

2.2. Fungsi zat besi bagi manusia.

Zat besi sangat diperlukan untuk. proses

pertumbuh-an mulai jpertumbuh-anin sampai dewasa karena zat besi adalah

unsur yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin da­

rah, (

12

)

Kemoglobin terdiri dari 96% globin dan k% haem.

Haem adalah suatu kompleks ferro - protoforfirin yang

terdiri atas cincin porfirin dengan ferro di tengahnya

Satu molekul hemoglobin mengandung molekul haem dan

1

molekul haem mengandung

1

atom besi. (

13

)

Dengan adanya hemoglobin ini memungkinkan transpor

0

2

dan C0

2

ke seluruh bagian tubuh, Dalam tubuh manu­

sia hampir semua zat besi membentuk kompleks dengan

protein seperti transferin, ferritin, hemoglobin,

mio-globin dan heme enzim dengan perbandingan sebagai

be-rikut : (

13

)

-

2/3

dalam hemoglobin

- 1/k dalam ferritin dan hemosiderin

- y/o dalam mioglobin

- dalam heme enzim

-

0

,

1

>j dalam transferin

2

.

3

. Kebutuhan zat besi bagi manusia.

Kebutuhan zat besi bagi manusia beragam menurut

umur dan kondisi masing-masing. Menurut Sherman dalam

"Standard makanan", bagi manusia 12 mg zat besi

se-tiap hari dan diperkirakan untuk pria berpendidikan

(17)

Jumlah kebutuhan Fe tiap hari yang dianjurkan adalah

wanita

11-50

tahun, hamil/menyusui

di atas

50

tahun

Jadi bila ditinjau dari kebutuhan manusia akan zat

besi, maka sulit kiranya tercapai kecukupan zat besi

bila hanya bersumber dari konsumsi zat besi dari

maka-nan semata. Hal ini memungkinkan manusia kekurangan

zat besi yang dapat menimbulkan anemia gizi dimana sa­

ngat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh maupun ak~

tivitas kerja manusia, Jumlah zat besi yang dapat

di-serap tubuh manusia dari makanan sangat rendah, dapat

dilihat dari data berikut : (

15

)

C beras 1%

of

@ kedelai

6

%

© jagung 3%

2.4. Absorpsi zat besi dan penyirapanannya.

Jumlah Fe yang terdapat dalam tubuh dalam keadaan

fisiologik dikendalikan dalam batas-batas tertentu

me-lalui pengendalian absorpsi dan tidak meme-lalui

(18)

Dipandang dari sudut absorpsi, senyawa-senyawa

besi dapat aikelorapokkan menjadi dua kelompok :

1. Besi heme

2. Besi non heme

Besi heme diabsorpsi dari lumen usus kedalam sel

mu-kosa usus tanpa mengalami degradasi yaitu dalam

ben-tuk kompleks besi porfirin yang utuh. Setelah diab­

sorpsi secara utuh, dalam sel mukosa usus besi akan

dipisahkan dari cincin porfirinnya untuk diangkut da­

lam aliran darah. Senyawa-senyawa yang dapat

mempe-ngaruhi absorpsi besi non heme seperti asam askorbat,

asam fitat; tidak berpengaruh terhadap absorpsi dari

besi heme. (18,19)

Pada absorpsi besi non heme ion Fe^+ akan

dire-duksi dahulu menjadi ion Fe2+, ion inilah yang

kemu-dian diabsorpsi oleh sel mukosa usus (duodenum dan

jejenum). Selanjutnya ion Fe2+ akan berikatan dengan

suatu protein yang disebut apoferritin membentuk fer­

ritin. Apoferritin menunjukkan aktivitas enzimatis

sebagai oksidase, oleh karena itu ion Fe2+

dioksida-si kembali menjadi ion Fe*^+ setelah berikatan dengan

apoferritin yaitu dalam bentuk FeO(OH) atau

Ferriok-sihihroksida, (

20

)

Ferritin ini tetap tinggal dalam sel mukosa usus se­

bagai cadangan, Sebagian dari ion Fe2+ diabsorpsi

lebih lanjut melalui lapisan serosa usus memrsuki

plasma dan berikatan dengan suatu protein plasma

(19)

ferrin.

Transferrin selanjutnya diangkut ke berbagai

jaringan seperti sumsum tulang, hati, limpa dan otot

dimana transferrin melepaskan zat besi yang selanjut­

nya digunakan untuk biosintesa berbagai senyawa besi

seperti hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim heme dan

enzim besi non heme. (

5

>

21

)

Sebagian besi yang berasal dari transferrin

di-ubah lagi menjadi Ferritin dan ditimbun sebagai

ca-dangan. Hal ini terutama terjadi dalam sel hati dan

limpa. Sebagian ferritin yang tertimbun dalam sel se­

bagai cadangan, oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

lisosom sel akan dicerna dan dilepas dari

apoprotein-nya membentuk hemosiderin.

Hemosiderin pada dasarmya adalah kumpulan

misel-misel Ferrioksihidroksida dengan sedikit kandungan

protein. Walaupun tiap sel yang nengandung ferritin

secara teoritis dapat merubah ferritin menjadi hemo­

siderin karena tiap sel mempunyai lisosom, namun da­

lam keadaan fisiologik hemosiderin hanya diiumpai da­

lam sel hati dan limpa. Hanya dalam keadaan patologik

hemosiderin dapat dijumpai pada sel-sel lain seperti

sel mukosa usus dan otot. (

1

)

Jadi jelas bahwa hemosiderin dan ferritin merupakan

bahan cadangan besi tubuh. (5*17*20)

Walaupun ferritin terutama terdapat

(20)

Oleh karena ferritin adalah besi cadangan bagi tubuh,

m:ka pemeriksaan ferritin plasma dapat menggambarkan

cadangan besi dalam tubuh.(20,22)

Secara singkat metabolisme Fe dapat ditunjukkan

dalam skema berikut :

KATABOLISME

(21)

3. Tinjauan tentang Spektrofotometri Absorpsi Atom.

Semua atom dapat menyerap cahaya, tetapi hanya

ca-haya dengan panjang gelombang tertentu saja yang dapat

diserap oleh atom dari suatu unsur. Cahaya ini harus

mempunyai panjang gelombang yang sama dengan panjang

gelombang cahaya yang dipancarkan unsur yang

bersangkutan. Sebagai contoh atom Fe yang sangat kuat absorpsi

-nya terhadap cahrya yang mempu-nyai panjang gelombang

2^8,3 nm. Hal ini disebabkan cahaya pada panjang gelom­

bang tersebut mempunyai energi yang tepat untuk dapat

aengubah atom Fe dari tingkat energi dasar menjadi

ter-eksitasi. (

23

)

Semua atom dikatakan dalam tingkr.t energi dasar

bila elektronnya terdapat pada tingkat energi yang pa­

ling rendah. Elektron ini dapat berpindah ke tingkat

energi yang lebih tingt:i atau tereksitasi hanya bila

r.enda^at energi yang tepat dan besarnya tertentu.

Bila energi yang diterima lebih besar atau lebih kecil

dari syaratnya maka elektron tidak akan berpindah.

Dalam hal ini elektron turun ke tingkat energi yang le­

bih rendah atau energi dasar dan elektron ini akan

me-lepaskan energi sebagai cahaya. Cahaya yang dime-lepaskan

pada saat elektron turun ke tingkat energi yang lebih

rendah, spektrumnya lebih tajam dibandingkan dengan

ka-lau turun sampai ke tingkat energi dasar. Cahaya yang

dilepas elektron pada saat turun ke tingkat energi da­

(22)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa energi yang te­

pat dapat diabsorpsi elektron untuk berpindah dari ting­

kat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Energi yang diabsorpsi dapat pula berasal dari energi

cahaya yang mengenai elektron tersebut, yaitu yang

di-nyatakan dengan persamaan PLANCK :

2

= h. V (

1

)

E = energi

h = tetapan PLANCK

Y = frekuensi radiasi = C

A

C = kecepatan cahaya

vA = panjang gelombang cahaya

Sebagai contoh atom Na, keadaan tereksitasi pada ting­

kat pertama bila energinya 2,2 eV di atas energi dasar.

Keadaan ini dapat disebabkan karena Na mengabsorpsi ca­

haya yang mempunyai panjang gelombang 589*0 nm. Sedang­

kan keadaan tereksitasi pada tingkat energi ke dua,

energinya 3,6 eV lebih besar dari tingkat energi dasar.

Perubahan energi ini dapat menghasilkan cahaya dengan

panjang gelombang

330,3

nm.(

25

)

Dalam Spektrofotometri Absorpsi Atom yang penting

adalah energi yang diabsorpsi oleh elektron. Seperti

pada spektrofotometri absorpsi yang lain, maka dalam

hal ini juga berlaku hukum LAMBERT - BEES,(24) yang da­

(23)

I - I „-(kbc)

xt - io * e Log = a^c A = abc

*t = intensitas cahaya setelah absorpsi

*0

= intensitas cahaya sebelum absorpsi

k = suatu tetapan

b = tebal lapisan yang mengabsorpsi

c = kadar atom lapisan yang mengabsorpsi

a = koefisien absorpsi

A = absorbansi

Dari rumus (2) terlihat bahwa absorban merupakan fungsi

dari kadar,

Penc-tapan kadar suatu larutan sampel metode SAA

dapat dilakukan dengan cara-cara berikut : (26)

1

. Mula-mula diukur absorban dari suatu larutan baku

yang diketahui kadarnya (A^) kemudian dengan cara

yang sanu\ diukur absorban larutan sampel (A„), dari

perbandingan pembacaan kedua absorban dapat dihitung

kadar larutan sampel.

Csampel x ^baku

Hasil terbaik diperoleh bila kadar larutan baku

dibu-at sedekdibu-at mungkin dengan kadar larutan sampel.

2, Dengan kurva baku.

Dengan cara ini, kadar larutan sarpel dibandingkan

dengan grafik baku yang dibuat dari larutan baku de­

(24)

absor-bsnnya dengan cara yang sama dengan penetapan kadar

sampel. Hubungan antara absorban dan kadar larutan

baku akan merupakan garis lurus. Kadar larutan sampel

dapat ditentukan dengan menginterpolasikan

absorban-nya pada grafik baku tersebut.

3. Cara adisi standar.

Cara ini digunakan bila larutan yang diuji mempu­

nyai sifat rumit atau komponen-komponen lainnya

ti-dak diketahui, sehingga titi-dak mungkin atau sangat

su-kar untuk membuat larutan baku dengan komposisi yang

sama dengan larutan sampel.

Dalam hal ini harus diketahui terlebih dahulu

per-kiraan kadar logam dalam sampel. Dari larutan sampel

diambil sejumlah tertentu sebanyak tiga bagian yang

sams, kemudian kedalam dua bagian diantsra ketiga ba­

gian ditambah sejumlah tertentu garam dari unsur

y m g ditetapkan kadarnya. Misalnya perkiraan kadar

sampel adalah s, maka penambahan baku adalah s dan

2s. Berikutnya ketiga macam larutan ini ditambah

pe-larut sampai volume tertentu dan diukur absorbannya.

Selanjutnya dibuat grafik jumla.h garam yang

ditam-bahkan vs absorban terbaca, yang mane, akan merupakan

garis lurus yang raemotong sumbu X. Jarak titik

po-tong ini dengan absis perabacaan absorban larutan sam­

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Alat

- Spektrofotometer Absorpsi Atom - Perkin Elmer 380

- Muffle furnace

2 # Bahan pereaksi

2.1, Untuk analisis kualitatif.

@ Larutan K^Fe(CN)^ 1 % r.g.

© Larutan K^Fe(CN)^ 1 % r.g*

@ Larutan NH^CNS 1 % r.g,

2.2. Untuk analisis kuantitatif,

@ Larutan HC1 (1:1) p.a, (MERCK)

<§ Larutan-EKO^ (1:1) p.a. (MERCK)

© NH^Fe(S0

if)2

12 H20 p.a. (MERCK)

@ La(N0

3)3

6

H20 p.a, (DIANUM)

2.2.1, Penyediaan larutan pereaksi.

- Larutan HC1 (1:1)

Dibuat dari HC1 pekat p.a, sebanyak 50 ml,

dien-cerkan dengan air suling sampai

100

ml,

- Larutan HNO^ (1:1)

Dibuat dari HNO^ pekat p,a, sebanyak 50 ml,

dien-cerkan dengan air suling sampai

100

ml.

- Larutan La(NO^)^ 5 %

Ditimbang 31»170i+ g La(NO^)^

6

H^O, dilarutkan

dalara air suling dan dipindahkan kedalam labu

(26)

3. Jalannya penelitian..

3

.

1

. Sampel :

Sampel akar dan daun Slephantopus scaber, LINN,

yang diambil dari Kebun Raya Purwodadi, dimana

sebe-lum diarabil terlebih dahulu dilakukan determinasi.

Pengambilan sampel dilakukan secara "simple random"

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Diambil lima sampel dari populasi yang terdiri da­

ri sepuluh anggota yang sebeluranya telah diberi

tanda, kemudian dilakukan pengundian terhadap se­

puluh anggota tadi untuk menentukan lima sampel

yang akan dipilih.

Untuk mengetahui kadar zat besi pada bagian akar dan

daun, maka sampel ditetapkan kadar zat besinya pada

bagian-bagian itu dengan menentukan kadar zat besinya

masing-masing sebanyak lima kali replikasi.

Sedangkan untuk mengetahui jumlah zat besi y;mg ter

-sari dalam dekok akar yang biasa digunakan sebagai

obat tradisional kurang darah atau anemia, maka perlu

juga ditetapkan kadar zat besi dalam dekok akar.

3.1.1. Akar dan daun.(28)

Bagian akar dan daun yang telah dipisahkan dari ta­

naman tapak liman dicuci bersih dan dipotong-potong

agar mudah dimasukkan wadah. Masing-masing bagian

dikeringkan pada suhu 100 °C selama 1 jam, lalu

ditimbang sampai berat konstan dan sebelum dides

(27)

3.1.2. Dekok akar,

Akar yang telah dipisahkan dari tanaman tapak liman

dicuci bersih keraudian dipotong-potong dan

dikering-kan pada suhu 100 °C selama 1 jam, lalu ditimbang

sampai berat konstan; sebelum dibuat dekok akar

yang telah kering dihaluskan terlebih dahulu.(28)

Ditimbang teliti 2,0 g akar dan dimasukkan dalam

ca-wan atau panci dengan air secukupnya, dipanaskan

se-laraa 30 menit terhitung sejak suhu mencapai 90 °C,

kemudian diserkai dalam keadaan panas bila perlu

tambahkan air panas secukupnya sampai didapat

20

ml

serkaian. Sebelum ditetapkan kadar zat besinya,

uapkan dahulu pelarutnya sampai kering, kemudian

di-destruksi seperti pada akar dan daun.(

29

)

3.2. Proses destruksi sampel.(28)

Ditimbang teliti sampel kering 2,0 g, dimasukkan

keda-lam krus porselin dan kemudian dimasukkan kednlara

muffle furnace untuk dipanaskan selama

2

jam pada su­

hu 500-550 °C sampai mengabu keseluruhan.

Berikutnya sampel didinginkan dan ditambahkan 10 ml

air suling dan 1+ ml HNO^ (

1

:

1

), kemudian diuapkan di

atas penangas air. Setelah kering diulangi pemanasan

dalam muffle furnace pada suhu 500-550 °C selama satu

jam, bila perlu setelah didinginkan dilakukan destruk­

si kembali dengan HNO^ (

1

:

1

) untuk menyempurnakan

ha-sil destruksi. Haha-sil destruksi kemudian dilarutkan

(28)

3.3. Cara pembuatan larutan. sampel untuk analisis.

Sampel yang telah didestruksi dengan ENO-^ (1:1) dan

sudah dilarutkan dalam HC1 (1:1), dipindahkan kedalam

labu ukur 50 ml dan ditambah 10 ml larutan La(NO^)^ 5%

kemudian diencerkan dengan air suling sampai tepat

garis tanda.

Cara kerja.

Analisis kualitatif.(30)

Sebelum dilakukan analisis kuantitatif dilakukan

uji kualitatif dengan reaksi-reaksi berikut :

a) Reaksi dengan larutan K^Fe(ClI)^*

Larutan saapel pada papan tetes ditambah

bebera-pa tetes pereaksi K^Fe(CN)g, yang terjadi adalah

endapan biru berlin Fe^ Fe(CN)^

b) Reaksi dengan larutan K^FeCCN)^*

Larutan sampel pada papan tetes ditambah

bebera-pa tetes pereaksi K^Fe(ClOg* yang terjadi adalah

larutan berwarna coklat dari Fe(Fe(CN)^j.

c) Reaksi dengan larutan NHZ CNS.

Larutan sampel pada papan tetes ditambah

bebera-pa tetes pereaksi NH^CNS, yang terjadi larutan

berwarna merah darah dari kompleks Fe(CNS)2+.

Reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi untuk

menunjuk-kan adanya Fe^+ pada hasil destruksi sampel dari

(29)

3.^.2. Analisis kuantitatif.

Penetapan kadar zat besi pada sampel dilakukan se­

cara Spektrofotometri Absorpsi Atom, dengan

tahap-tahap sebagai berikut :

a) Pembuatan kurva baku dengan larutan baku Besi(

III) ammonium sulfat.(28)

Ditimbang teliti Besi(III) ammonium sulfat p.a.

sebanyak

2,1526

g, dilarutkan dalam

7,5

HC1 (1:1) dan dipanaskan. Setelah itu

dipindah-kan secara kuantitatif kedalam labu ukur

250

ml

dan diencerkan dengan air suiing sampai tepat

garis tanda, maka didapatkan larutan baku

Besi(III) ammonium sulfat 1000 ppm sebagai Fe,

Dari larutan baku ini dilakukan

pengenceran-pe-ngenceran hingga diperoleh larutan baku

berka-dar

6

ppm,

9

PP®»

12

ppm, 18 ppm, dan Zk PP^

dengan cara sebagai berikut :

- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3>0 ml

dan dipindahkan secara kuantitatif kedalain la­

bu ukur

500

ml yang kemudian diencerkan hingga

tepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku

sebesar

6

ppm.

- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3j0 ml

dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­

bu ukur

5

nil yang selanjutnya diencerkan sam

-ai tepat garis tanda. Dari larutan ini dipipet

(30)

ke dalam labu ukur

200

ml, diencerkan sampai

tepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku

sebesar

9

ppm.

- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml

dan dipindahkan kedalam labu ukur

250

ml

seca-ra kuantitatif kemudian diencerkan hingga te­

pat garis tanda; maka didapat larutan baku se­

besar

12

ppm.

- Dipipet larutan baku

1000

ppm sebanyak

3* 0

ml

dan. dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­

bu ukur

5

ml kemudian diencerkan hingga tepat

garis tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak

3.0

ml dan dipindahkan secara kuantitatif ke

-dalam labu ukur

100

ml kemudian diencerkan

sampai tepat garis tanda; maka didapat larutan

baku sebesar 18 ppm.

- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml

dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­

bu ukur

50

ml kemudian diencerkan hingga tepat

garis tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak

20.0

ml dan dipindahkan secara kuantitatif ke

dalam labu ukur

50

ml kemudian diencerkan sam­

pai tepat garis tanda; maka diperoleh larutan

baku sebesar

24

ppm.

Dari larutan baku ini dilakukan pengaturan ab­

sorpsi Fe pada slit 0,2 dengan panjang gelom

(31)

b) Penambahan larutan baku Besi(III) ammonium sulfat

pada larutan sampel,(26)

Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de­

kok akar dimana masing-masing sampel dilakukan

lima kali replikasi dan sebelum ditambah dengan

larutan baku besi, dilakukan orientasi kadar zat

besi dalam sampel untuk mengetahui perkiraan ka

-dar zat besi pada sampel yang akan menentukan

be-rapa kadar larutan baku besi harus ditambahkan

pada larutan sampel, Dari orientasi kadar zat be­

si dalam sampel, kadar larutan baku besi yang ha­

rus ditambahkan adalah

6

ppm untuk daun dan dekok

akar; 12 ppm untuk akar, Adapun caranya adalah

sebagai berikut :

- Sampel yang sudah didestruksi dilarutkan dalam

10 ml HC1 (1:1) dan dipindahkan secara cermat

kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambah

10

ml

larutan La(KO^)^

5

% dan diencerkan dengan air

suling sampai tepat garis tanda, Dari larutan

ini dipipet

5

ml untuk sampel akar dan

10

ml

untuk sampel daun dan dekok akar, kemudian di

-pindahkan secara cermat kedalam labu ukur 25 ml

dan diencerkan sampai tepat garis tanda.

- Dari larutan di atas dipipet tiga kali

masing-masing 5 ml, dipindahkan secara cermat kedalam

labu ukur

25

ml yaag diberi tanda s,

2

s dan

3

s.

(32)

labu ukur

2

s ditambah dengan larutan baku besi

yang sesuai sebanyak

5

nil* labu ukur

3

s ditam­

bah dengan larutan baku besi yang sesuai seba­

nyak dua kali

5

ml dan semuanya diencerkan de­

ngan air suling sampai tepat garis tanda.

- Perhitungan kadar zat besi dilakukan dengan

metode grafik, dari grafik absorban vs jumlah

baku besi yang ditambahkan yang merupakan ga­

ris lurus memotong sumbu X; jarak titik potong

ini dengan absis pembacaan absorban larutan

sampel adalah jumlah unsur atau konsentrasi

unsur yang terdapat dalam sampel tersebut.

Jumlah baku yang ditambahkan

(33)

c) Penetapan kadar Fe dalam sampel.

Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de­

kok akar dilakukan penetapan kadar Fe dengan

me-ngukur kadarnya atau harga absorpsinya pada

pan-jang gelombang 2if8

,3

nm, roenggunakan lampu Fe

pa-slit

0,2

dan gas perabakar udara - asetilen.(

25

,

28

)

if. Analisis data. (31»32)

if.l. Pembuktian adanya korelasi linier antara absorban de­

ngan kadar>

Untuk mengetahui apakah absorpsi sinar oleh laru­

tan sampel dapat dipakai sebagai dasar penetapan ka­

dar larutan tersebut, maka perlu adanya korelasi anta­

ra absorban dengan kadar. Hal ini dapat dilihat dari

harga koefisien korelasi persamaan garis regresi yang

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

r. ^(x-X).(Y-Y)

r xy = koefisien korelasi.

X = kadar zat dalam larutan

Y = absorban yang terbaca

^ = jumlah

Jika harga r hasil perhitungan lebih besar dari harga

r tabel, maka ada korelasi linier antara absorban de­

(34)

de-ngan persamaan garis regresi sebagai berikut :

Y = bX + a

b = g( x - f ) ( Y-T ) ^(x-I)2

= koefisien garis regresi

Y = T + b (X-X)

4*2. Pengolahan data.

Hasil-hasil perhitungan secara kuantitatif

selan-jutnya diolah secara statistik dengan uji t-Student

untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna

anta-ra kandungan zat besi dalam akar dan daun dari sampel

yang diteliti. Bila harga t perhitungan lebih besar

dari harga t tabel pada derajat kepercayaan tertentu,

maka ada perbedaan bermakna antara kandungan zat besi

dalam akar dan daun, sedangkan bila harga t

perhi-tungr-n lebih kecil dari harga t tsbel maka tidak ada

perbedaan bermakna. Untuk perhitungan harga t

diguna-kan rumus sebagai berikut :

= X1 ~ X5 \ / nl-n2

(35)

= kadar rata-rata zat besi dalam akar

= kadar rata-rata zat besi dalam daun

n^, n2 = banyaknya replikasi

s = simpangan baku

Untuk mengetahui jumlah Fe yang tersari dalam

de-kok akar yang seriag digunakan sebagjai obat

tradisio-aal kurang darah atau anemia, maka dilakukan

perhitu-ngan sebagai berikut :

% Fe tersari = kadar Fe dalam dekok akar x 1QQ %

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Hasil analisis kualitatif terhadap adanya zat besi*

Hasil reaksi antara larutan sampel tapak liman

atau Elephantopus scaber, LIMN, yang sudah didestruksi

dengan pereaksi-pereaksi penunjuk zat besi dapat

digam-barkan sebagai berikut :

TABEL I

HASIL ANALISIS KUALITATIF ZAT BESI PADA SAMPEL DENGAN

BEBERAPA LARUTAN PEREAKSI

Nomer

Larutan

pereaksi

Sampel Elephantopus scaber* LINN.

akar daun

2. Hasil analisis kuantitatif dengan alat Spektrofotometer

Absorpsi Atom.

2.1. Pembuatan kurva baku.

(37)

Hasil-hasil pengamatan absorban dari berbagai kadar

baku Fe^ pada panjang gelombang

2

if

8,3

nra dengan

slit

0,2

dan gas pembakar udara - asetilen yang da­

pat ditunjukkan sebagai berikut :

TABEL II

ABSORBAN DARI BERBAGAI KADAR BAKU Fe5+

PADA PANJANG GELOMBANG 2^8,3 mn

Nomer Kadar Fe^+ (ppm) A b s o r b a n

1

.

6,00

0,056

2

.

9,00

0,088

3.

12,00

0,117

k. 18,00

0,172

5* ;

2

*f

,00

0,225

2.1.2. Perhitungan adanya korelasi linier antara absorban

dengan kadar.

Untuk mengetahui bahwa absorbsi sinar oleh laru­

tan dapat digunakan atau tidak sebagai dasar peneta­

pan kadar dari larutan tersebut, perlu dibuktikan

adanya korelasi antara absorban dengan kadar.

Data untuk perhitungan tersebut dapat dilihat dalam

(38)

PEMBUKTI AN ADANYA KORELASI A3 TARA ABSORBAN DAN KADAR

Menurut tabel harga r dengan lima raacam pengamatan

pada batas kepercayaan

95

% adalah

0

,

878

; maka bila

di-bandingkan dengan harga r dari perhitungan di atas

ternyata harga r perhitungan lebih besar dari pada

harga r tabel, Hal ini memmjukkan adanya korelasi li­

(39)

2.1.3• Persamaan garis regresi kurva baku.

Dalam perhitungan yang sudah dilakukan

sebelum-nya terdapat korelasi linier antara kadar (X) dengan

absorban (Y), ini berarti data yang diperoleh

nierae-nuhi persamaan garis regresi dengan rumus :

dimana,

Y =

Y

+ b(X-I)

£(X-X)(Y-7) b =

£(X-X)

2

= i tg a 208,8

= 0,0094

Dari harga b dan data sebelumnya diperoleh suatu

persamaan garis regresi sebagai berikut :

(40)

2.2. Hasil-hasil analisis kuantitatif terhadap sampel.

Hasil-hasil analisis yang dilakukan terhadap akar,

daun dan dekok akar Elephantopus scaber, LINN.

sete-lah didestruksi dan filtratnya diamati dengan

Spek-trofotometer Absorpsi Atom serta .perhitungan kada::nya

dilakukan menurut metode ADI3I STANDAK, dapat

ditun-jukkan pada tabel berikut :

TABEL IV

KADAR ZAT BESI PADA SAMPEL AKAR

No. Berat (gram) Kadar dalam 100 gram kering

(mg %)

1

. 1.8731 47,2

2

. 1,8451 42,3

3. 1,8593 43,0

4. 1,9489 47,5

5. 1,9884 46,8

j

<$X = 226,8 mg %

X = 45,4 mg%

SD.= 2,5035

SE = 1,1196 X = kadar zat besi

(41)

TABEL V

KADAR ZAT BESI PADA SAKPEL DAUN

No. Berat (gram) Kadar dalam 100 gram kering |

1

(mg %)

1

. 1,9197

32,6

2

. 1,9171

30,0

3. 1,9975 28,9

k. 1,9813 28,9

5. 1,9794 30,8

= 151,2 rag%

Y =

30* 2

mg%

SD = 1,5297

SE = 0,68^1 X = kadar zat besi

dalsm daun

TABEL VI

KADAR ZAT BESI PADA SAMPEL DEKOK AKAR

No. Berat (gram) Kadar dalam 100 gr^m kering

(mg %)

1

.

1,8616

29,0

2

. 1,8782 29,^

3- 1,8575 28,3

4. 1,8496

29,0

(42)

4 X = lif3,6 mg% X = 28,7 mg%

SD = 0,8710

SE = 0,3895 X = kadar zat besi da­

lam dekok akar

3. P5ET00LAHAN DATA.

Hasil pengolahan data menurut uji t-Student dari

data yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL VII

ANALISIS DATA MENURUT UJI t-STUDENT

(43)

s2 = ^ u 2 - ^ l i ^ l +

nl +

n2

~

2

= 10315 f_158.-C.226,8)^/5 + 4579_,598-(151,2)a/5 5 + 5 - 2

= 4,30

s =

2,07

= 7,34 (1,58)

= 11,60

Menurut tabel, harga t pada P = 0,05 dan derajat

kebe-basan =

8

adalah 2,31; maka bila dibandingkan dengan

harga t dari hasil perhitungan di atas ternyata harga

t perhitungan lebih besar dari harge t tabel, Hal ini

menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kadar zat

besi dalam akar dan kadar zat besi dalam daun#

4. Jumlah Fe yang tersari dalam dekok akar.

% Fe tersari = kadar Fe dalam dokok akar x 10Q %

kadar Fe dalam sampel akar

= 28,7 x

100

%

45,4

(44)

BAB V

P E M B A H A S A N

Seperti telah dipaparkan pada bab pendahuluan bahwa

dalam penelitian ini dilakukan suatu analisis kandungan

zat besi yang terdapat pada akar, daun dan dekok akar

ta-naman Elephantopus scaber, LINK. Pengambilan sampel dila­

kukan di suatu lokasi dalam Kebun Raya Purwodadi untuk

menghilangkan pengaruh perbedaan tempat terhadap besarnya

kandungan zat besinya.

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu tana­

man ini didetorminasi berdasarkan buku Flora dan ternyata

memang benar bahwa tanaman yang dimaksud adalah Elephan­

topus scaber, LINN. Setelah diketahui dengan jelas dan

di-dukung oleh Lembaga Kebun Raya Purwodadi bahv/a tanaman

yang dimaksud benar-benar Elephantopus scaber, LINN, baru

dilakukan penelitian terhadap kandungan zat besi yang

ter-dspst dalam tanaman tersebut.

lletode yang digunakan dalam penetapan kadar zat be­

si adalah Spektrofotometri Absorpsi Atom. Hal ini dilaku­

kan karena metode ini peka, selektif, spesifik dan dapat

menentukan kadar zat besi dalam jumlah relatif kecil.

Sebelum dilakukan uji kuantitatif penentuan kadar

zat besi dalam sampel, terlebih dahulu dilakukan analisis

kualitatif untuk nemastikan ada tidaknya unsur besi dalam

(45)

Untuk dapat dilakukan analisis kualitatif maupun

kuantitatif, sampel h;-rus terlebih dahulu didestruksi da­

lam hal ini destruksi kering yang dilakukan pada

tcmpera-tur 300 - 550 °C selama 3 jam dengan zat pendestruksi

HNO~ (1:1). Destruksi dianggap serapurna bila sisa abu yang

dihasilkan berwarna putih kecoklatan yang menunjukkan

pe-rubahan Fe dari bentuk kompleksnya dengan zat-zat organik

menjadi Fe

2

0^, kemudian dilarutkan dalam HC1 (1:1)

memben-tuk larutan FeCl^ yang siap unmemben-tuk dianalisis.

Hasil analisis kualitatif dengan pereaksi-pereaksi

penunjuk adanya Fe adalah positif, sehingga dapat

disimpul-kan bffhwa sampel memang benar mengandung Fe.

Setelah diketahui secara kualitatif bahwa tumbuhan mengan­

dung Fe, selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif dengan

metode Spektrofotometri Absorpsi Atom.

Pengamatan dengan Spektrofotometer Absorpsi Atom

dilakukan setelah larutan sampel hasil destruksi ditambah

dengan larutan La(NO^)-^

5

% yang berfungsi sebagai "relea­

sing element1' cupaya dapat dihindari terjadinya penurunan

absorpsi. Penurunan ini dapat disebabkan adanya pengaruh

anion dan kation asing yang terdapat dalam larutan sampel

yang diamati; misalnya adanya silikat, fosfat dan culfat

akan membentuk ikatan sangat kuat dengan Fe dan cenderung

menurunkan intensitas absorpsi. Ganggr.an ini dapr.t

dihi-lanfkcn dengan menombahkan La yang dapat mengikat

(46)

Perhitungan kadar zat besi dari sampel yanj telah

dianalisis dilakukan dengan cara adisi standr.r karena la­

rutan sampel yang diuji bersifat rumit dan

konponen-kompo-nea lainnya tidak diketahui secara pasti, Dari perhitungan

diperoleh hasil, kadar rata-rata zat besi dalam akar ada­

lah n£% dan kadar rata-rata zat besi dalam daun ada­

lah

30,2

mg%9 dimana setelah dilakukan pengolahan data de­

ngan uji t-Student pada derajat kepercayaan 95%

menunjuk-kan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar zat besi

dalam akar dengan kadar zat besi dalam daun,

Berdasarkan kandungan zat besinya maka baik akar

maupun daun dapat digunakan sebagai obat tradisional ku­

rang darah atau anemia karena kandungan zat besinya

rata-rata lebih dari

20

mg%.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis kadar zat be­

si y:ng tersari dalam dekok akar adalah 63

}2

% dari zat be­

si yang terdapat pada akar, atau kadar rata-rata zat besi

dalam dekok akar adalah

28,7

mg%; jadi masih lebih besar

dari 20 mg/o maka peraberian akar tapak liman atau

Elephan-toT)Us scaber. LIIJTi. dalam bentuk dekok sebagai obat tradi­

(47)

KESIHPULAN DAK SARAN

K E S I M P U L A N

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa :

1. Kadar Fe yang terkandung dalam akar Elephantopus

sca-ber, LINN, lebih besar dari pada kadar Fe yang terkan­

dung dalam daun.

2. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar zat besi da­

lam akar dan daun Elephantopus scaber, LINN, pada

ba-tas kepercayaan

95

%.

3. Jumlah Fe yang tersari dalam dekok akar

Elet>hanto-pus scaber, LINN, adalah 63 j2 % .

S A R A N - S A H A N

1. Perlu dilakukan penelitir.n lcbih lcjijut terhadap pro­

ses ekstraksi Fe dari sampel.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap

kemu-dshan absorpsi zat besi dalam tubuh dari zat besi yang

terkcjidung dalam tanaman Elephantopus scaber, LINN.

3. Perlu dilakukan uji toksikologi untuk menjamin

keaman-an penggunakeaman-an tkeaman-anamkeaman-an Elephkeaman-antopus scaber. LINN. se­

(48)

R I N G K A S A N

Telah dilakukan penelitian tentang kandungan zat

besi yang terdapat pada akar, daun dan dekok akar tanaman

Ele-phantoTous scaber, LINN, atau tapak .liman dengan metode

Spektrofotometri Absorpsi Atom (SAA). Pada penelitian ini

sampel yang diteliti diambil dalam keadaan segar dan

pe-ngambilannya dilakukan secara "simple random" pada lokasi

yang lembab di dalam Kebun Raya Purv/odadi.

Pada analisis kualitatif dengan reaksi v/arna mau­

pun reaksi pengendapan terhadap sampel -yang telah dides­

truksi menunjukkan hasil positif terhadap adanya besi

baik dalam sampel akar maupun daun.

Untuk analisis kuantitatif pengumpulan data dila­

kukan dengan alat Spektrofotometer Absorpsi Atom PERKIN

ELMER model 380 dengan api pembakar udara-asetilen pada

slit

0,2

dan panjang gelombang

2

^

8,3

nm.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa

kadar rata-rata zat besi dalam akar adalah mg% dan

kadar rata-rata zat besi dalam daun adalah

30,2

mg%;

di-mana setelah diolah secara statistik dengan uji t-Student

pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antara kadar zat besi dalam akar dengan kadar

za.t besi dalam daun. Sedangkan kadar zat besi yang tersari

dalam dekok akarnya adalah

63,2

% dari kadar zat besi da­

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Harper, H.A.; RodwelX, V.W. and Mayes, P.A* 1981* 1 r

Review of Physiological Chemistry. 18 ed.; Lange Me

-dical Publication : Los Altos, California, p. 560

World Health Organization. 1975. Control of Nutritional

Anemia with Special Reference to Iron Deficiency.

WHD.Techn.Rep.Ser. 580.

Darwin. Karyadi, et.al. 1979* Masalah Gizi di Indonesia.

Kumpulan kertas ker.ja utama pada Widya Karya Pangan dan

Gizi LIPI. 2. p. 1-26.

Kuvibidila, S.R.; Baliga, B.S. and Suskind, R.M. 1981.

Effects of iron deficiency anemia on delayed cutaneous

hypersensitivity in mice. Am.Clin.Nutr. 34.

p. 2635-2640.

Soemantri, A.G. 1978. Hubungan anemia kekurangan zat

besi dengan konsentrasi dan prestasi belajar. Thesis.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Beutler, B. 1959. Iron enzymes in iron deficiency VI

Aconitase activity and citrate metabolism. J.Clin.In

-vest. £

8

. p.

1605

-

1616

.

Hagler, L. £t.al. 1981. Influence of dietary iron defi­

ciency on hemoglobin, myoglobin their respective reduc­

tase and skeletal muscle mitochondrial respiration.

(50)

8

. Perry, L.M. £t:.al. I960. Medicinal Plants of East and

South East Asia.; The KIT Press Cambridge :

Kassachus-sets, London England, p. 92.

9. Becker, C.A. and Bakhuizen van den brink, B.C. 1965.

KLora of Java. Vol. II; NVP. Noordhoff : Groningen,

Netherlands, p. 617-620.

10. Van Steenis, et.al. 1975. Flora. 2nc* ed. ; Pradnya

Para-mita : Jakarta, Indonesia, p. 416-417.

11. Price, C.A. 1968. Iron compounds and Plant Nitrition.

Annual Review Plant Physiology. 19. p. 239-247.

12. Goodman, Louis and Alfred Gilman. 1980. The Pharmacolo-■f*Vi

gical basic of therapeutics.

6

ed.; Macmillan Publi­

shing Company Inc. : New York, p. 457-458.

13. Joseph, R. Dipalma. 1985. Drill1s Pharmacology in

Medi-±*Vi

cine. 6 ed.; Kc. Graw Hill Book Co., p. 1314-1317.

14. Muhilal dan Darwin Karyadi. 1980. Anemi gizi dan

Tin-jauan Prespektif Teknologi Intervensinya. Cermin

Kedok-teran. 18. p. 7-9.

15. Whol and Goodhart. I960. Modern Nutrition in Health and ncl

Desease. 2 ed.; By Lea and Febriger : Philadelphia,

p. 95.

16* Linder, M.C. and Munro, H.N. 1977. The Mechanism of

iron absorption and its regulation. Fed.Proc. 36.

(51)

17. Munro, H.N. 1977. Iron absorption and Nutrition,

Fed.Proc. 36. p. 2015-2016.

18. Cook, J.D. 1977. Absorption of food iron. Fed.Proc.

2£. p. 2028-2032,

19. Turnbull, A.; Cleton, F. and Finch, C.A. 1962. Iron

absorption IV. The absorption of hemoglobin iron.

J.Clin.Invest. 41. p. 1897-1907.

20. Jacobs, A. 1977. Serum ferritin and iron stores.

Fed.Proc. ^

6

. p. 2024-2027.

21. Jandl, J.E. et.al. 1959. Transfer of iron from serum

iron binding protein to human reticulocytes.

J,Clin.Invest. 38. p. 161-185.

22. Savin, M.A* and Cook, J.D. 1980. Mucosal iron trans

-port by rat intestine. Blood. 56. p. 1029-1035.

23. Menzies, A.C* I960. A Study of Atomic Absorption Spec­

troscopy. Anal.Chem. 32. p. 898-904.

24. Pecksock, R.L. et.al. 1976. Modern Methods of Chemical

analysis. 2 ed.; John Willey & Sons : New York,

p. 243.

25. Rubeska, I. and Moldan, B. 1969. Atomic Absorption Q f

Spectrofotometry. 1 ed.; Illeffe Book Sitd :

London, p. 109.

26. Bassett, J. et.al. 1979. Vogel's Textbook of Quantita­

tive Inorganic Analysis. 4 th ed.; The English Language

(52)

27. Harjana. 1976. Spektroskopi Absorpsi Atom, Dalam

Per-kembangan Kefarmasian Dewasa Ini di bidang ilmu dan

profesi. Kursus Penyegar Fakultas FarmasL Universitas

Airlangga. Periode II. p. 323- 341.

28. Horv/itz, W. et.al. -I

98

O. Official Methods of Analysis

of The Association of Official Analytical Chemists.

13th ed.; A.O.A.C. : Washington, p. 21.

29* Departemen Kesehatan R.I. 1979* Farmakope Indonesia.

Edisi III.; Ditjen. POM : Jakarta.

30. Fritz Feigl. 1958. Spots Tests in Inorganic Analysis.

5 ^ ed.; Elsevier Publishing Co. p. 161-16/f.

31. Saunders, L. and Fleming, R, 1971. Mathematics and

Statistics for Use in Biological & Pharmaceutical

Sci-ences. 2 ed.; The Pharmaceutical Press : London,

p. 211.

32. Soekeni Soedigdo. 1977. Pen^antar cara statistik kimia

(53)

L A M P I R A N 1

HASIL PENGAMATAN TERHADAP SAMPEL AKAR

(54)

L A M P I R A N 2

HASIL PENGAMATAN TERHADAP SAMPEL DAUN

Nomer

0 0,011 0,012 0,011

1 6 0,022 0,021 0,020

12 0,033 0,034 0,033

0 0,012 0,011 0,011

2 6 0,024 0,023 0,024

12 0,036 0,035 0,036

0 0,010 0,011 0,010

3 6

0,024

0,023 0,025

12 0,036 0,037 0,038

0 0,011 0,011 0,012

4 6 0,023 0,024

0,023

12 0,035

0,034

0,035

0 0,012 0,011 0,012

5 6 0,025 0,024 0,025

12 0,036 0,037 0,037

(55)

L A M P I R A N 3

KASIL PENGAMATAN TERHADAP DEKOK AKAR

(56)

L A M P I R A N 4

CONTOH PERHITUNGAN KADAR Fe DALAM SAMPEL

1* Sampel akar.

a) replikasi 1

X(ppm) Y(absorpsi) (x-X) (Y-7) (X-X)2 (y-7)2 (x-TO (Y-7) i

0 0,017 -1 -0,024 1 5,76x10"^ 0,024

1 0,041 0 0 0 0 0

2 0,065 1 0,024 1 5,76xlO-if 0,024

r—f

11

l><

_ T =

0,041

£ = 2 ^=0,00115 ^=0,048

r = 1 Y = 0,024 X + 0,01?

b = 0,024 titik potong dengan sumbu X = -0,708

a = 0,017

Kadar Fe dalam sampel yang diamati = 0,708 ppm

Berat Fe dalam 25 ml larutan sampel = 0,025x0,708 = 0,0177 mg

Berat Fe dalam 1,8731 gram sampel = 50 x 0,0177 mg = 0,885 mg

Kadar Fe dalam sampel = °»885 x 100 mg% = 47,2. mg%

(57)

L . A M P I R A N 5

HARGA r PADA DERAJAT KEPERCAYAAN

1% DAN 5% FREEDOM (Of ) PERCENT

(58)

L A K P I R A N 6

’HXrqA. (UJf DU A'. SISO

.9

Harga I ! P

0

Harga I

P - 0.95 P ' - 0,05

^ - P - 0.99 . P^ - 0.01

P - 0,95 P ', - 0,05

P = 0.99 P* * 0,01

1 12,71 63,7 11 2,20' 3.11

2 4.30 9.92 12 2;ia 3,05

3 1 3 ,1 8 “ . 5,$4 15 2J13’ 2,95

4 I 2 . 7 ? 4.60' 20 w ; 2,65

S , ; - : z s 7 4,03 , 2 5 ';. • 2,'OC 2,79

6 | * ■ a .4 s ;, . -

<30

• ;, ; 2,75

i : 2,37 3,50 ' '4 0 2,02 2,70

s ; 2,31 3,36 • 60 2,00 2,66

8 ‘ 2.26 3,25 120 1,96 2,62

10 2,23 3.17

Gambar

TABEL X. Hasil analisis kualitatif zat besi
HASIL ANALISIS KUALITATIF ZAT BESI PADA SAMPEL DENGANTABEL I
TABEL IIABSORBAN DARI BERBAGAI KADAR BAKU Fe5+
PEMBUKTI AN ADANYA KORELASI A3 TARA ABSORBAN DAN KADARTABEL III
+4

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan upaya pemberian materi melalui permainan dengan durasi yang lebih panjang atau soal yang lebih bervariasi agar mahasiswa dapat

Putri (2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan batang atas terhadap tinggi tunas, jika ditinjau dari fisiologi terjadi gangguan aliran zat

Untuk isyarat waktu diskrit x[n] yang periodik dengan periode N dan mempunyai koefisien deret Fourier ak, maka hubungan ini akan ditulis sebagai berikut: k FS a ] n [ x ←

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Sikap, Faktor Pribadi dan Faktor

Deskripsi data yang akan dipaparkan berikut ini diperoleh dari temuan data di lapangan terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya

Penelitian ini telah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh ampas gambir terhadap sifat fisik tanah dan produksi getah gambir, lokasi penelitian adalah di Desa

Kurangnya investasi pada suatu sistem jaringan dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan sistem prasarana transportasi tersebut menjadi sangat rentan terhadap kemacetan

Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship behavior ( OCB), semakin kuat komitmen organisasi karyawan maka semakin