STRATEGI PEMBERDAYAAN BIROKRASI DAERAH UNTUK
MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
Oleh :
Prof. Dr. ERIKA REVIDA, MS.
Guru Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP USU Medan
email :
HP : 08126505664
1. Pendahuluan
Sej ak ot onomi daerah digulirkannya pada t anggal 1 Januari
2001 dalam prakt eknya masih belum menunj ukkan hasil yang signif ikan
dan menggembirakan. Sej auh ini, pelaksanaan ot onomi daerah masih
menunj ukkan bad pr act i ces dibandingkan good pr act i ces. Bad pr act i ces
dalam pengelolaan pemerint ahan lokal mencuat ant ara lain dengan
rendahnya kualit as pelayanan publik dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat , maraknya konf lik ant ara DPRD dan kepala daerah,
berkembangnya polit ik uang (money pol i t i cs), korupsi, kolusi dan
nepot isme (KKN) yang dilakukan baik oleh birokrasi, DPRD, kepala
daerah, sert a buruknya kinerj a lembaga-lembaga pemerint ahan. Hal ini
membuat hat i kit a semua miris dan t ent u t idak boleh dibiarkan
berkepanj angan. Unt uk it u, pemerint ah daerah harus berupaya dengan
keras unt uk mewuj udkan t at a pemerint ahan yang baik di daerahnya.
Menerapkan t at a pemerint ahan yang baik di daerah bukanlah
suat u hal yang sulit dan must ahil unt uk dilakukan. Ada beberapa bukt i
pemerint ahan daerah yang t elah berhasil melakukan prakt ek t at a
pemerint ahan yang baik, maj u sert a organisasinya lebih ramping yait u
pemerint ah kabupat en Sragen (Jawa Tengah), Jembrana (Bali),
Pare-pare (Sulawesi Selat an), Solok (Sumat era Barat ), dan Bont ang
(Kalimant an Timur) sert a Propinsi Goront alo. Kiranya, pemerint ah
daerah lain dapat belaj ar dari best pr act i ces pemerint ah daerah ini. Di
samping it u pemerint ah daerah perlu melakukan kerj a sama yang baik
akan mampu memberikan kualit as pelayanan kepada publik yang baik
sert a iklim invest asi daerah semakin meningkat dan berkembang.
Upaya perwuj udan t at a pemerint ahan yang baik dapat
t erlaksana di beberapa daerah t ercermin dari komit men, kemauan dan
kesadaran bersama ant ara pemerint ah daerah, masyarakat dan dunia
usaha (swast a) set empat unt uk melakukan perannya dengan baik,
ef isien dan ef ekt if . Hal ini berpengaruh secara signif ikan, baik secara
langsung maupun t idak langsung pada rendahnya t ingkat
penyalahgunaan kewenangan dan peningkat an Pendapat an Asli Daerah
(PAD) yang pada gilirannya dapat meningkat kan kualit as pelayanan
publik dan t at a pemerint ahannya.
2. Strategi Pemberdayaan Birokrasi Daerah Untuk Mewuj udkan Tata
Pemerintahan Yang Baik.
Sesungguhnya, penerapan t at a permint ahan yang baik di daerah
ident ik dengan meningkat nya kualit as pelayanan publik. Unt uk
mencapai cit a-cit a t at a pemerint ahan yang ideal, pemerint ahan
daerah perlu memperbaiki sist em birokrasinya, yait u melalui St rat egi
Pemberdayaan Birokrasi Daerah. Sej auh ini dalam prakt eknya, birokrasi
daerah cenderung belum menunj ukkan sepert i yang diharapkan
masyarakat kebanyakan. Birokrasi diident ikkan masyarakat dengan
prosedur yang berbelit -belit , mahal biayanya, t idak ef isien, lamban,
menghambat , korup, dan sebagainya.
Format ideal birokrasi masa depan yang diharapkan adalah harus
mampu mengat asi berbagai persoalan klasik birokrasi, yait u ant ara lain
dengan mengembangkan model birokrasi yang organis adapt if , birokrasi
yang mengembangkan pola hubungan ant ar j enj ang hierarkhi secara
longgar, t idak ” t erkungkung” pada prosedur administ rat if yang
f ormalist is dan kaku, sert a memiliki peluang unt uk berint eraksi dengan
pihak luar maupun invest or sehingga birokrasi t idak dianggap menj adi
Meskipun kat a t at a pemerint ahan yang baik sering disebut dalam
set iap event -event pent ing di pemerint ahan, namun pengert ian t at a
pemerint ahan belum mendapat kan kesepakat an umum. Sebagian
kalangan mengart ikan t at a pemerint ahan yang baik sebagai kinerj a
suat u lembaga. Sebagian kalangan lain, ada yang mengart ikan sebagai
t erj emahan konkret demokrasi. Ada lagi ” t af sir” t at a pemerint ahan
yang baik oleh Wor l d Bank, yait u suat u penyelenggaraan manaj emen
pembangunan yang sol i d dan bert anggung j awab yang sej alan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang ef isien, penghindaran salah alokasi
dana invest asi, dan pencegahan korupsi baik secara polit ik maupun
administ rat if , menj alankan disiplin anggaran sert a pencipt aan l egal
and pol i t i cal f r amewor k bagi t umbuhnya akt ivit as usaha.
Dari beberapa def inisi yang diaj ukan, pada dasarnya benang
merah yang dapat dipet ik dari pengert ian t at a pemerint ahan yang baik
adalah pengelolaan pemerint ahan berdasarkan prinsip-prinsip
demokrasi yang harus dij alankan pemerint ahan, ant ara lain
Par t i ci pat i on (part isipasi), Rul e Of Law (at uran hukum), Tr anspar ency
(t ransparansi), Opennes (ket erbukaan), Responsi veness (t anggap),
Consensus Or i ent at i on (orient asi konsensus), Equi t y (keadilan),
Ef f ect i veness And Ef f i ci ency (ef ekt ivit as dan ef isiensi), Account abi l i t y
(akunt abilit as) dan semua warga masyarakat mempunyai kesempat an
dan hak yang sama unt uk ikut sert a dalam pembangunan dan
meningkat kan kesej aht eraan masyarakat .
Berdasarkan paradigma baru pemerint ahan daerah saat ini,
maka peran pemerint ah pusat berf ungsi sebagai regulat or kepada
pemerint ah daerah maupun masyarakat . Pemerint ah daerah diberi
kebebasan unt uk mengurus rumah t angganya sendiri dengan
memperhat ikan pot ensi dan keanekaragaman daerah. Namun
kecenderungan yang t ampak saat ini menunj ukkan bahwa j umlah
anggaran belanj a aparat ur lebih besar dibandingkan dengan belanj a
Daerah (SKPD) di set iap daerah. Banyak dinas-dinas daerah yang
sebenarnya t idak dibut uhkan oleh pemerint ahan daerah it u sendiri
sehingga mengakibat kan pemborosan. Kelembagaan di daerah
seharusnya dit at a kembali, j angan t erlalu gemuk. Unt uk it u,
pemerint ah pusat membuat regulasi yang mengat ur j umlah at au
besaran Sat uan Organisasi Perangkat Daerah, yait u dengan t erbit nya
Perat uran Pemerint ah (PP) Nomor 41 t ahun 2007 sebagai revisi dari PP
Nomor 8 Tahun 2003. Tuj uan dari PP ini ant ara lain unt uk
merampingkan birokrasi pemerint ahan pemerint ah daerah. PP ini
sekaligus diharapkan dapat menj adi rambu-rambu bagi set iap
pemerint ah daerah dalam menent ukan j umlah Sat uan Kerj a Perangkat
Daerah (SKPD)nya.
Sesungguhnya ada t iga variabel penent u yang menj adi dasar
dalam menent ukan j umlah maupun besaran SKPD set iap daerah, yait u
j umlah penduduk, luas wilayah dan besaran APBD set iap daerah.
Semakin besar j umlah ket iga variabel ini memungkinkan membent uk
j umlah SKPD yang besar. Dengan demikian, amanah PP Nomor 41
Tahun 2007 mengharuskan set iap pemerint ah daerah mengkaj i ulang
eksist ensi dinas, badan, kant or, dan asist en, sert a biro yang ada di
sekret ariat nya. Hasil kaj ian ini diharapkan dapat melahirkan birokrasi
yang ramping, baik aspek st rukt ur maupun kelembagaannya sert a
penggabungan t erhadap birokrasi pemerint ah yang serumpun yang
pada akhirnya berdampak t erhadap ef isiensi pemanf aat an anggaran
daerah.
Kebij aksanaan PP Nomor 41 t ahun 2007 ini merupakan hal yang
sangat urgen dan mendesak dalam rangka :
a. Mewuj udkan birokrasi pemerint ah daerah yang adapt if t erhadap
kebut uhan dan pot ensi daerah sert a ef isiensi anggaran.
b. Mewuj udkan birokrasi pemerint ah daerah yang berkualit as. Unt uk
yang dapat menj adi penggerak t erlaksananya kualit as pelayanan
publik yang maksimal.
c. Mewuj udkan birokrasi pemerint ah daerah yang lebih akunt abel dan
responsif t erhadap kebut uhan dan kepent ingan publik dalam
berbagai segi kehidupan.
Ada Beberapa st rat egi pemberdayaan birokrasi unt uk
mewuj udkan t at a pemerint ahan yang baik di daerah ant ara lain :
Strategi Pertama, melalui Peningkat an Kompet ensi PNS.
Peningkat an kompet ensi PNS dapat dilakukan melalui pendidikan dan
pelat ihan, baik yang sif at nya pendidikan f ormal (S1, S2, S3), pendidikan
inf ormal (kursus, seminar, pelat ihan dan sej enisnya), pendidikan
penj enj angan dan non-penj enj angan dan sert a j ika memungkinkan
melakukan Test Pot ensi Akademik (TPA) t erhadap PNS sehingga dapat
dilihat t ingkat pot ensi akademik PNS. Set iap j enis Diklat yang diikut i
PNS haruslah sesuai dengan bidang t ugas pekerj aannya sehingga
diharapkan dapat berkont ribusi t erhadap kualit as pekerj aannya. Dana
yang dibut uhkan t erhadap diklat ini t ent u t idak sedikit . Oleh karena
it u, pemerint ah daerah dapat menerapkan dana pendamping. Dalam
hal ini, pemerint ah daerah hanya menyediakan dana sepert iganya, PNS
yang bersangkut an sepert iganya dan kekurangannya diperoleh dari
sponsor at au bant uan dari luar. Dengan ikut sert anya PNS yang
bersangkut an membiayai kegiat an yang diikut inya t ent u ada rasa
kepedulian (sense of bel ongi ngness) sert a t anggung j awab unt uk cepat
berhasil dengan baik akan semakin besar dibandingkan dengan
diperoleh secara cuma-cuma (grat is). St rat egi ini j uga secara langsung
dapat menghemat biaya negara (daerah).
Strategi Kedua, membuat Kont rak Jabat an. Unt uk mendapat kan
pej abat st rukt ural (t erut ama eselon II dan III) yang prof esional dan
mumpuni dalam melaksanakan t ugas pokok dan f ungsinya, perlu
dilakukan kont rak j abat an ant ara pemerint ah daerah dengan
uj i coba selama enam bulan. Set elah masa kerj a uj i coba enam bulan
t ersebut pemerint ah daerah melakukan penilaian (assessment )
t erhadap kinerj a pej abat / kepala SKPD t ersebut . Dengan demikian,
pej abat / kepala SKPD yang diangkat dalam j abat an akan
sungguh-sungguh menj alankan t ugas pekerj aannya dan diharapkan memiliki
komit men yang kuat unt uk meningkat kan kinerj a SKPDnya. Jika
t ernyat a dari hasil penilaian (assessment ) pej abat t ersebut t idak dapat
menj alankan f ungsinya dengan baik, maka pimpinan dapat
men-r esuf f l enya dengan pej abat yang lain yang dianggap mampu.
Strategi Ketiga, melaksanakan Akunt abilit as Publik.
Akunt abilit as Kinerj a Inst ansi Pemerint ah adalah perwuj udan
kewaj iban suat u inst ansi pemerint ah unt uk mempert anggungj awabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai sasaran dan t uj uan yang t elah dit et apkan melalui sist em
pert anggungj awaban secara periodik. Akunt abilit as publik menj adi
pendorong yang ampuh dan dapat menimbulkan t ekanan kepada
pej abat / kepala SKPD yang t erkait agar lebih bert anggung j awab at as
pelayanan dan j aminan adanya kinerj a pelayanan publik yang baik.
Dengan akunt abilit as diharapkan birokrasi di daerah lebih bert anggung
j awab dan mampu menj elaskan apa yang akan maupun yang t elah
dikerj akan/ dilakukan. Dengan akunt abilit as publik berart i set iap
birokrasi at au SKPD dapat dikrit ik, dicela, at au bahkan dapat dipecat
j ika nyat a-nyat a menyimpang dari ket ent uan.
Strategi Keempat, meningkat kan koodinasi vert ikal dan
horizont al ant ara Sat uan Kerj a Perangkat Daerah (SKPD) Propinsi dan
Kabupat en/ Kot a. Dinamika koordinasi vert ikal dan horizont al sej ak
ot onomi daerah mengalami perubahan yang cukup signif ikan sehingga
diperlukan kaj ian yang mendalam. Perubahan ini t erlihat dengan
adanya pergeseran kewenangan seolah-olah SKPD Kabupat en/ Kot a
t erlepas dari SKPD Propinsi sehingga ada kecenderungan unt uk berj alan
Propinsi dan Kabupat en/ Kot a harus t erj alin dengan baik, karena
keduanya merupakan sat u sub-sist em dalam pemerint ahan daerah.
Strategi Kelima, membuat Perat uran Daerah (Perda) t ent ang
St andar Pelayanan Minimal unt uk set iap SKPD. Sudah menj adi
f enomena umum bahwa pelayanan publik kurang mendapat perhat ian
yang ut ama pemerint ah daerah. Masyarakat membayar biaya yang
mahal unt uk mendapat kan pelayanan publik t ert ent u yang seharusnya
menj adi haknya. Adanya ket idakpast ian wakt u dan biaya merupakan
salah sat u indikat or rendahnya kualit as pelayanan Publik. Idealnya,
pemerint ah daerah harus menet apkan st andar pelayanan minimal t iap
SKPD, yait u st andar pelayanan yang secara minimal dapat diperoleh
masyarakat . Perda SPM diperlukan agar pelaksanaan st andar pelayanan
minimal t erwuj ud dengan baik sert a mengikat set iap orang, berkait an
dengan prosedur pelayanan yang t idak berbelit -belit , wakt u pelayanan
yang relat if singkat , biaya pelayanan yang murah, produk pelayanan
yang baik dan berkualit as, sarana dan prasarana yang memadai,
kompet ensi pet ugas pemberi pelayanan yang prof esional, pengawasan
int ernal, sert a adanya mekanisme pengaduan j ika masyarakat t idak
mendapat kan pelayanan sesuai dengan ket ent uan. Perda t ent ang SPM
diharapkan dapat menj adi acuan yang t egas (l aw enf or cement), baik
unt uk set iap birokrasi/ SKPD sebagai pemberi pelayanan publik dan
menj adi acuan masyarakat dalam mendapat kan pelayanan diiringi
dengan penerapan sanksi yang t egas bagi birokrasi/ SKPD yang
melalaikan pelayanannya. Unt uk mempercepat realisasi SPM, maka
set iap SKPD membuat St andar Operasional Prosedur (SOP) yang
menj adi acuan alur t iap-t iap bagian.
Strategi Keenam, membent uk Kant or Pelayanan Terpadu Sat u
Pint u (KPTSP) at au sering disebut dengan ist ilah ” One St op Ser vi ce
(OSS)” . Permendagri Nomor 24 t ahun 2006 t ent ang Pedoman
Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Sat u Pint u mengisyarat kan
Pelayanan Terpadu Sat u Pint u (KPTSP), yait u perangkat pemerint ah
daerah yang memiliki t ugas pokok dan f ungsi mengelola semua bent uk
pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sist em sat u
pint u. Dalam prakt eknya hingga saat ini hanya beberapa pemerint ah
daerah yang t elah membent uk KPTSP ini, banyak pemerint ah daerah
yang t idak mengimplement asikan KPTSP dengan dalih kekurangan
sumber daya manusia yang kompet en, kurangnya inf rast rukt ur, dan
sebagainya. Padahal banyak sedikit nya invest or yang akan masuk ke
daerah dit ent ukan sej auh mana daerah t ert ent u mendukung
invest asinya. Apakah cukup menj anj ikan at au sebaliknya. Penelit ian
yang dilakukan KPPOD (2002, 2003) t erhadap 134-200 Kabupat en/ Kot a
di Indonesia menunj ukkan bahwa inst it usi merupakan f akt or ut ama
yang menent ukan daya t arik invest asi di suat u daerah, diikut i oleh
kondisi sosial polit ik, inf rast rukt ur f isik, kondisi ekonomi daerah dan
produkt if it as t enaga kerj a
.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ket uaAsosiasi pengusaha Indonesia Sof yan Wanandi, bahwa nt uk
meningkat kan invest asi di daerah diperlukan inst it usi yang kuat ,
sehingga akan melahirkan pola kepemimpinan yang mendukung
kebij akan-kebij akan invest asi. Dalam memint a pelayanan invest asi,
invest or hanya ingin berhadapan dengan sat u lembaga unt uk
memperoleh semua administ rasi yang diperlukan. Invest or t idak ingin
prosedur yang berbelit -belit . Dengan demikian, implement asi KPTSP di
daerah mendesak unt uk diwuj udkan. Ini t ent u menj adi bahan
pemikiran dan pekerj aan rumah yang pent ing bagi pemerint ah daerah.
Strategi Ketuj uh, perlunya kont rol t erhadap perilaku birokrasi.
Rendahnya sist em pengawasan t erhadap birokrasi mengakibat kan
kinerj a birokrasi t idak maksimal, dan KKNpun semakin marak. Sist em
pengawasan melekat (Pengawasan At asan Langsung dan Sist em
Pengendalian Int ern) dalam prakt eknya t idak berj alan dengan baik. Hal
ini dapat disebabkan f akt or ewuh pakewuh ant ara at asan dengan
ef ekt if t erhadap birokrasi agar penyimpangan dapat dicegah sedini
mungkin. Masyarakat , Organisasi Non Pemerint ah at au Lembaga
Swadaya Masyarakat perlu diberikan peluang unt uk t urut berpart isipasi
mengont rol j alannya pelayanan birokrasi. Selain it u, kont rol j uga dapat
dilakukan dengan mengumumkan hasil kinerj a set iap SKPD baik
per-t riwulan, semesper-t er maupun seper-t iap per-t ahun. Sper-t raper-t egi ini diharapkan dapaper-t
memacu pada kinerj a birokrasi daerah, karena mereka akan malu j ika
kinerj anya j elek diket ahui orang lain.
3. Penutup
St rat egi Pemberdayaan Birokrasi Daerah unt uk mewuj udkan Tat a
Pemerint ahan yang baik diharapkan dapat meningkat kan kualit as
pelayanan masyarakat dan masyarakat yang sej aht era. Unt uk
mewuj udkannya sangat mengharapkan kemauan yang keras dan
komit men yang t inggi dari set iap aparat ur dan t erut ama pemimpin
daerah. Semoga…. !
DAFTAR PUSTAKA
Barzelay, Michael. 1992. Br eaki ng Thr ough Bur eaucr acy. A New Vi si on For Managi ng In Gover nment . England : Universit y Of Calif ornia Press, Lt d.
Blau, Pet er M dan Marshall W Meyer. 2000. Bi r okr asi Dal am Masyar akat Moder n. Alih Bahasa Slamet Rij ant o. Jakart a : Penerbit Prest asi Pust akaraya.
Frederickson, George H. 1984. Admi ni st r asi Negar a Bar u. Alih Bahasa Al-Ghozei Usaman. Jakart a : LP3ES.
_______. 1997. The Spi r i t Of Publ i c Admi ni st r at i on. San Francisco : Jossey-Bass Publisher
KPPOD. (2002, 2003). Daya Tarik Invest asi Kabupat en/ Kot a di Indonesia, Jakart a.
Osborne, David and Ted Gaebler. 1992. Rei nvent i ng Gover nment . How The Ent r epr eneur i al Spi r i t Is Tr anf or mi ng The Publ i c Sect or. New York: Penguin Books, Inc.
Osborne, David and Pet er Plast rik. 1997. Bani shi ng Bur eaucr acy. The Fi ve St r at egi es For Rei nvent i ng Gover nment . New York : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Perat uran Pemerint ah Nomor 41 Tahun 2007 Tent ang Organisasi Perangkat Daerah. Jakart a.
Perat uran Ment eri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tent ang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Sat u Pint u. Jakart a.