KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat karunia dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata kuliah Manajemen Sekolah yang berjudul “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah”. Makalah ini mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan strategi implementasi manajemen berbasis sekolah, menjelaskan tahapan implementasi manajemen berbasis sekolah, menjelaskan cara meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan implementasi manajemen berbasis sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan berikutnya. Semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya sebagaimana yang diharapkan. Amin.
Semarang,
DAFTAR ISI
Halaman Judul... Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB 1 PENDAHULUAN
1.1...Latar Belakang... 1.2...Rum
usan Masalah... 1.3...Tujua
n... 1.4...Manf
aat... BAB II PEMBAHASAN
2.1.Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah... 2.2.Pentahapan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah... 2.3.Perangkat Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah... 2.4.Model MBS di indonesia... BAB III PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan disekolah perlu didukung kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu hubungan baik anatar guru perlu diciptakan terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah disarankan perlunya implementasi MBS.
Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan,kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan peningkatan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Lebih lanjut, kepala sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, memebina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Disamping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbangan saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah lain.
Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isis materi pengajaran. Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Jadwal pemlajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh dengan disiplin sangat diperlukan untuk mendorong semangat peserta didik. Kreativitas dan daya cipta guru untuk mengimplementasikan MBS perlu terus menerus didorong dan dikembangkan.
Sesuai dengan tuntutan diatas BPPN dan Bank Dunia(1999) telah melakukan berbagai kajian, antara lain telah mengembangkan strategi pelaksanaan MBS, yang meliputi pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, pentahapan pelaksanaan MBS dan perangkat pelaksanaan MBS
Berdasarkan Latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi implementasi manajemen berbasis sekolah? 2. Bagaimana pentahapan manajemen berbasis sekolah?
3. Apa perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah? 4. Bagaimana mengidentifikasi manajemen berbasis di indonesia?
1.3.Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui strategi implementasi manajemen berbasis sekolah. 2. Untuk mengetahui pentahapan manajemen berbasis sekolah.
3. Untuk mengetahui perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah. 4. Dapat mengidentifikasi manajemen berbasis sekolah di indonesia.
1.4.Manfaat
Manfaat ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah.
2. Mengetahui strategi implementasi, pentahapan, serta perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
manajemen berbasis sekolah dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.
Otonomi adalah kewenangan atau kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan tidak tergantung. Jadi, otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Sekolah memiliki kewenangan lebih besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksaaan peningkatan mutu) dan partisipasi kelompok-kelompok yang berkepentingandengan sekolah merupakan ciri khas MBS.kondisi sekolah di indonesia bervariasi dilihat dari segi kualitas, lokasi, dan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, agar MBS dapat diimplementasikan secara optimal, perlu adanya pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak-pihak terkait dalam memberikan dukungan.
2.1.1.Pengelompokan sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan MBS, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel 1. pada table tersebut setiap kelompok sekolah, menggambarkan juga tingkat kemampuan manajemen.
TABEL KELOMPOK SEKOLAH DALAM MBS
n sekolah sekolah dan guru
masyarakat daerah dan orang tua
diluar anggaran pemerintahan
diluar anggaran pemerintahan
diluar anggaran pemerintahan kecil atau tidak ada
Kondisi di atas mengisyaratkan tingkat kemampuan manajemen sekolah untuk mengimplementasikan MBS berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Perencanaan MBS harus menuju pada variasi tersebut, dan mempertimbangkan kemampuan setiap sekolah. Perencanaan yang merujuk pada kemampuan sekolah sangat perlu, khususnya untuk menghindari penyeragaman perlakuan (treatment) terhadap sekolah.
Perbedaan kemampuan manajemen, mengharuskan perlakuan yang berbeda terhadap setiap sekolah sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam menyerap paradigma baru yang ditawarkan MBS. Misalnya, suatu sekolah mungkin hanya memerlukan pelatihan untuk mampu melaksanakan MBS, namun sekolah lain barangkali memerlukan dukungan-dukungan tambahan dari pemerintah agar dapat menerapkan paradigma baru tersebut. Dengan mempertimbangkan kemampuan sekolah kewajiban dan kewenangan sekolah terhadap pelaksanaan MBS, dapat dibedakan antara satu sekolah dengan sekolah lain. Pemerintah berkewajiban melaksanakan upaya-upaya maksimal bagi sekolah-sekolah yang kemampuan manajemennya kurang untuk mempersiapkan pelaksanaan MBS. Namun demikian, untuk jangka panjang MBS akan ditentukan oleh bagaimana sekolah mampu menyusun rencana sekolah, dan melaksanakan rencana tersebut.
Penerapan MBS secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasaran, serta partisipasi masyarakat.
MBS dapat dilaksanakan melalui 3 tahap:
1. Jangka pendek ( tahun pertama sampai tahun ketiga) 2. Jangka menengah (tahun keempat sampai tahun keenam) 3. Jangka panjang (setelah tahun keenam)
Pelaksanaan jangka pendek diprioritaskan pada kegiatan yang tidak memerlukan perubahan mendasar terhadap aspek-aspek pendidikan. Strategi ini perlu dipertahankan pada ha-hal yang bersifat sosialisasi MBS terhadap masyarakat dan sekolah. Sosialisasi dan pelatihan mempunyai peranan yang sangat penting karena MBS memerlukan adanya perubahan sikap dan perilaku tenaga kependidikan dan masyarakat yang selama ini berpola top-down. Kegiatan jangka pendek dipilih dengan mempertimbangkan alasan-alasan berikut :
1. Baik sekolah maupun masyarakat belum meyakini prinsip-prinsip MBS secara rinci. Oleh karena itu, MBS perlu disosialisasikan agar mereka memahami hak dan kewajiban masing-masing.
2. Pengalokasian dana langsung ke sekolah merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan otonomi sekolah.
3. Pelaksanaan MBS memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan yang memadai, minimal mampu mengelola dan mengerti prinsip-prinsip MBS. 4. Rekomendasi bank dunia juga merujuk pada dua hal di atas, yaitu kurangnya otonomi kepala sekolah dalam mengelola keuangan sekolah disatu pihak, dan kurangnya kemampuan manajemen kepala sekolah dilain pihak.
Secara garis besar, Fattah (2000) membaginya menjadi 3 tahap yaitu : 1.Tahap sosialisasi
Tahap ini merupakan tahap penting mengingat luasnya wilayah nusantara terutama daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh media informasi, baik cetak maupun elektronik.Dalam pada itu, masyarakat indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan. Banyak perubahan, baik personal maupun organisasional memerlukan pengetahuan dan ketrampilan baru. Dengan begitu masyarakat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan yang baru. Dalam mengefektifkan pencapaian tujuan perubahan, diperlukan kejelasan tujuan dan cara yang tepat, baik menyangkut aspek proses maupun pengembangan.
Merupakan tahap uji coba agar penerapan konsep manajemen berbasis sekolah tidak mengandung resiko. Uji coba memerlukan persyaratan dasar, yaitu:
a. Akseptabilitas
Adanya penerimaan dari para tenaga pendidikan sbg pelaksana dan penanggung jawab pendidikan disekolah.
b. Akuntabilitas
Program MBS harus dpt dipertanggung jawabkan baik secara konsep, operasional maupun pendanaannya.
c. Reflikabilitas
Model MBS yang diuji cobakan dapat direflikasi di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah uji coba dapat dilaksanakan di sekolah lain.
d. Sustainabilitas
Program tersebut dapat dijaga kesinambunganya setelah uji coba dilaksanakan
2.3. Perangkat Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah(MBS)
Dalam mengimplementasikan MBS perlu adanya pedoman atau petunjuk pelaksanaan MBS sebagai pijakan pelaksanaan MBS (Guidelines) dalam hal ini aturan main yang terangkum pada perangkat peraturan yang dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan, yang semuanya itu merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan karena mencerminkan perkembangan atau kemanjuan hasil pendidikan dari satu waktu kewaktu lain. Oleh sebab itu perlu adanya keseriusan, kemampuan dan politik pemerintah (Political Will) sebagai penanggung jawab pendidikan. MBS akan berjalan dengan baik, manakala di lanjang oleh adanya rencana sekolah hal ini termasuk salah satu dariperangkat terpenting dalam pengelolaan MBS. Perencanaan sekoah adalah perencanaan yang di susun bersama dengan dewan sekolah yang sesuaikan dengan Visi dan Misi sekolah, tujuan sekolah prioritas yang akan di capai. Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut, berikut disajikan tabel tentang strategi MBS dan perangkat pelaksanaanya hasil kajian BPPN dan Bank Dunia 2000.
TABEL IMPLEMENTASI MBS
Aspek Jangka pendek (th
ke-1 – ke-3)
Jangka menengah (th
ke-4 – ke-6)
Jangka panjang (th ke-7 – ke-10)
A. Ketenagaan
kewena-Kepala sekolah dipilih dari semua katagori
sekolah untuk mengikuti
pelatihan tentang
prinsip-ngan yang luas bagi kepala seko lah dalam rangka
guru baik SD · Diberlakukan
insentif dan · Profesionalisasi
pengawas / pimpinan dan staf “Dinas Dikbud”
· Pelatihan lanjutan. · Profesionalisa
si pengawas / pimpinan dan staf “Dinas Dikbud
· Profesionalisasi pengawas /
anggaran rutin pemerintah. Penetapan alokasi di Dati I berdasarkan
Dati II. Dati II mengalokasi-saat ini, yaitu dana dari laboraturium di Dati I untuk SD dan di pusat untuk SLTP
dana ini juga akan diikuti
· Block grand
Tetap seperti saat ini, yaitu masih ada
dimasyarakat. sekali tidak memiliki sumber dana ini
(sehingga orang tua bisa di bebaskan dari pengadaan dana ini).
Pengelolaan dana ini harus sepengetahuan BP3 yang telah ditingkatkan fungsinya.
ini sangat berbeda antara satu sekolah dengan lainnya. sumber dana ini (sehingga orang tua bisa di bebaskan dari pengadaan ditentukan Dati II.
C. Kurikulum
1. Materi Tetap seperti saat ini, yaitu ada kurikulum local 20
% yang diserahkan kedaerah dan 80 %
masih disusun ditingkat pusat.
1. Kurikulum Inti
(80 %). Disusun dipusat untuk
a. Kurikulum Inti (standar kompeten-si minimal), untuk menjaga kualitas pendidikan dan kesatuan bangsa, disusun di pusa untuk dilksanakan diseluruh
dalam
mengalokasikan waktu belajar. Maksudnya jam yang di anggap sangant penting oleh sekolah yang
bersangkutan. 2. Kurikulum Muatan Lokal ditingkat Dati II bagi sekolah yang tidak mampu
ditentukan / dipilih ditingkat Dati II atau sekolah dengan mempertimbangkan kondisi setempat. Waktu belajarnya boleh dikurangi untuk menambah waktu pelaksanaan butir a
2. Pengujian Tetap seperti saat ini, yaitu
Baik utnuk SD maupun SLTP,
pedoman dan kisi-kisi disusun dipusat, soal dibuat diTk. I untuk SD.
Sedangkan utnuk SLTP, baik
pedoman, kisi-kisi maupun soal dibuat
di Tk. Pusat
pedoman dan kisi-kisi disusun di pusat, soal dibuat di Tk. I.
standar kompetensi minimal dibuat di pusat, sedangkan untuk elektif di Dati I.
D. Sarana dan prasarana sekolah
· Identifikasi dan penataan ulang prasarana di tingkat sekolah. yang fungsinya di
Bentuk : komite/ Dewan sekolah, terdiri atas : tokoh masyarakat, “Dikbud Dati II”, dan perwakilan orang tua murid “Dunia Usaha” Tugasnya antara lain :
masyarakat (kalau ada).
· Mengorganisasi sumbangan dari orang tua dan masyarakat · Mengawasi
pengelolaan keuangan sekolah
· Ikut menyusun atau memilih kurikulum dan bahan ajar · Membantu dan
mengawasi proses belajar mengajar
TABEL PERANGKAT PELAKSANA MBS
No. Perangkat Bentuk Program Kerja
1. Kesiapan
sumberdaya manusia yang terkait dengan pelaksanaan SBM
1. Sosialisasi 2. Pelatihan 3. Uji coba
· Media masa · Diskusi
dan forumilmiah · Pelatihan kepala sekolah, pengawas, guru, dan unsur terkait lainnya · Dipilih daerah
dan sekolah mewakili kriteria criteria sebagai ujicoba SBM 2. Kategori sekolah dan daerah 1. Jenjang sekolah
2. Kemampuan manajemen sekolah 3. Kriteria daerah
· SD/MI: Al Hayatul · Islamiyah dan
Swasta
· SLTP/MTs: Al Hayatul Islamiyah dan swasta
kemampuan manajemen tinggi · Sekolah dengan
kemampuan manajemen sedang · Sekolah dengan
kemampuan manajemen rendah · Daerah dengan
pendapatan daerah tinggi
· Daerah dengan pendapatan daerah sedang
· Daerah dengan pendapatan daerah rendah
3. Peraturan kebijakan dan pedoman
1. Peraturan kebijakan dari pusat
2. Pedoman pelaksanaan SBM
Perlu dirumuskan seperangkat peraturan yang diperlukan untuk pelaksanaan otonomi pada masing-masing unsur.
Pedoman dari pusat perlu dirumuskan sedemikian rupa, meliputi kerangka nasioanal dan otonomi sekolah. Pedoman ini antara lain meliputi: rencana sekolah, pembiayaan,evaluasi, monitoring (internal monitoring), laporan akhir.
4. Renacana sekolah Rencana sekolah
disusun oleh sekolah
dengan partisipasi masyarakat yang tergabung dalam “Dewan sekolah” Rencana sekolah ini harus memperoleh persetujuan dari Dati II. Rencana sekolah perlu mencantumkan, antara lain misi dan visi sekolah tujuan umum dan khusus, nilai-nilai nasional dan khusus, nilai-nilai nasioanal dan local, prioritas
pencapaiannya.
yang akan dilaksanakan
oleh sekolah selama misalnya 3 tahun. Rencana ini .di titik beratkan pada apa yang
akan dicapai oleh sekolah selama kurun waktu tersebut. Sebagai contoh, sekolah akan meningkatkan kualitas belajar siswa (kenaikan NEM).
5. Rencana pembiayaan Rencana Aggaran
Sekolah yang disetujui Dati II
Sekolah yang menyusun anggaran yang diperlukan untuk dari pemerintah, orang tua dan masyarakat. Semua dana yang disetujui langsung dierimakan kesekolah
6. Monitoring dan evaluasi internal
Monitoring dan evaluasi internal (slef-assessment) yang dilakukan oleh diri sendiri
Pengelolaan sekolah yang terjalin erat dengan masyarakat melakukan
Kegiatan ini mengjhasilkan laporan taunan yang berisi laporan sekolah dan “dewan sekolah” tentang pelaksanaan kegiatan sekolah berdasarkan
perencanaan sekolah dan perencanaan anggaran serta kemajuan yang dicapai selama tahun yang bersangkutan 7. Monitoring dan evaluasi
eksternal
Monitoringdan evaluasi oleh pihak eksternal
Kegiatan ini dilakukan oleh pengawas, Dati II, Pusat / Dati I atau Konsultan
Independen Monitoring dan evaluasi eksternal dilakukan
berdasarkan
rencana sekolah dan rencana anggaran. Hasil dari
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai tolak ukur apakah sekolah akan memperoleh
2.4. Model MBS di indonesia
Model MBS di indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentralisasidalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS.
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah salah satu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam peningkatan mutu yang selanjutnya disingkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun adminitrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjutu diagnose, c) memerlukan partisipasi semua pihak.
Adapun penyusunan progam peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik:
a. School review
Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama
khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah serta mutu lulusan.
b. Benchmarking
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.
c. Quality Assurance
Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan dan melembaga menjadi sub sitem sekolah.
d. Quality control
indikator kualitas yang jelas dan pasti sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi..
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan
1. Strategi implementasi MBS dengan cara pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan sekolah tersebut berdasarkan kemampuan sekolah, kepala sekolah dan guru, partisipasi masyarakat, pendapat daerah dan orang tua, anggaran sekolah.
2. Pentahapan MBS dapat dilaksanakan melalui 3 tahap Jangka pendek ( tahun pertama sampai tahun ketiga), Jangka menengah (tahun keempat sampai tahun keenam), Jangka panjang (setelah tahun keenam) .
3. Menurut Fattah, tahapan MBS dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap sosialisasi, piloting, dan deseminasi.
4. Implementasi MBS memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman(guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi serta proses pelaksanaanya. Seperangkat implementasi tersebut perlu dikenalkan sejak awal melalui pelatihan- pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA