• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI

Aris Dwi Cahyono

Abstrak

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastlik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Penderita hipertensi sering tidak merasakan adanya gejala dan banyak yang tidak memahami perawatan yang harus dilakukan. Sehingga dengan perawatan yang salah, maka penyakit ini dapat mendatangkan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagu. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional. Populasi berjumlah 74 dengan sampel 43 responden. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Untuk variabel independent (pengetahuan tentang hipertensi) didapatkan 22 responden (51%) berpengetahuan baik, 15 responden (35%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (14%) berpengetahuan kurang. Sedangkan variabel dependent (sikap Perawatan hipertensi) didapatkan 30 responden (70%) Positif dan 13 responden (30%) Negatif.

Kemudian diolah dengan tabulasi silang, dari 43 responden terdapat 22 reponden (51%) pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi baik dengan sikap perawatan hipertensi yang positif. Sedangkan dilihat dari pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi kurang dengan sikap perawatan hipertensi yang negatif yaitu sebanyak 6 responden (14%). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi pada pasien hipertensi.

Setelah mengetahui hasil penelitian diatas peran perawat sebagaieducatortentang informasi hipertensi

dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi sehingga jika pengetahuannya meningkat maka akan menjadi sikap yang positif dalam perawatan hipertensi dan kemudian mampu menekan komplikasi yang terjadi.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Hipertensi

Abstract

Hypertension is blood pressure of sistolic >140 mmHg and blood pressure of dialistic > 90 mmHg or if a patient uses anti-hypertension medicine. The sufferer of hypertension frequently doesn’t feel a symptom and there are many people still don’t understand the nursing that must be done about it. So that by faulty nursing, this illness be able to cause a death. Aim of this research for knowing the nexus of knowledge about hypertension by nursing attitude of hypertension on the patient hypertension in the Puskesmas Pagu.

The research design uses cross sectional analytic. Population total 74 with sample 43 respondent. Taking over the sample with technique of accidental sampling. For independent variable ( knowledge of hypertension) is gotten 21 respondents (49%) are good , 15 respondents (35%) are adequate and 7 respondents (16%) less on the knowledge about it. Whereas dependent variable ( nursing attitude hypertension) is gotten 27 respondents (63%) positive and 16 respondents (37%) negative.

Afterwards it is processed with cross tabulation, from 43 respondents, we get 22 respondents (51%) of patient’s hypertension knowledge about good hypertension with positive treating attitude. While if it is seen from the patient’s hypertension about lesness hypertension with a treatment attitude of negative hypertension is 6 respondents (14%). So that, it can be concluded that there is relation about the knowledge of hypertension with treatment attitude of hypertension of hypertension patients.

After knowing the results of research above, a role a nurse as educator about information of hypertension is needed to improve knowledge of hypertension patients so that if their knowledge increase, it will be positive attitude in the nursing of hypertension and then it can pressure complication that is happened.

(2)

Latar Belakang

Hipertensi (penyakit darah tinggi) adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastlik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, 2001). Di indonesia penyakit ini sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit stroke dan tuberculosis (Depkes RI, 2011). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, sampai bulan juli 2011 penyakit ini juga menempati posisi ketiga. Penyakit ini dijuluki silent killer karena penderita sering tidak merasakan adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa tekanan darah atau sudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan organ (A. Martuti, 2009). Seharusnya pasien hipertensi mengerti akan penyakitnya dan dapat melakukan perawatan secara mandiri. Namun pada kenyataannya banyak penderita hipertensi yang tidak memahami perawatan yang harus dilakukan. Sehingga dengan perawatan yang salah, maka penyakit ini dapat mendatangkan kematian (Martuti, 2009).

Hipertensi termasuk penyakit dengan angka

kejadian (prevalensi) yang cukup tinggi.

Diperkirakan di negara berkembang sekitar 80 % kenaikan dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Kartari, 2011). Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% dari total penduduk pada usia 18 tahun keatas (Depkes RI, 2011). Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri jumlah penderita hipertensi sampai juli 2011 adalah 58.191 penderita.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Oktober 2011 di Puskesmas Pagu, didapatkan hasil bahwa pada bulan Sepetember 2011 penderita hipertensi berjumlah 74 pasien dan berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti tentang hipertensi dan perawatannya dari 3 orang didapatkan 2 orang

berpengetahuan kurang dan sikap negatif,

sedangkan 1 orang berpengetahuan cukup dan sikap negatif.

Salah satu penyebab hipertensi adalah gaya hidup yang buruk (Puspitorini, 2008). Sedangkan

gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Salah satu penentuan sikap adalah pengetahuan. Pada hakekatnya pengetahuan adalah hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah melakukan penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dampak dari kurang pengetahuan adalah orang tersebut tidak bisa bersikap secara benar (Notoatmojo, 2003). Hal ini dapat mengakibatkan sikap seseorang menjadi negatif dalam perawatan hipertensi. Jika berlangsung secara terus–menerus akan menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal (Kristanti, 2009).

Untuk memecahkan masalah diatas, penderita hipertensi perlu menjaga tekanan darahnya dengan mengukur secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter mengenai cara pengobatan yang tepat. Selain pengobatan farmakologis, dibutuhkan pengobatan nonfarmakologis. Hal ini dapat dilakukan dengan diet sehat dan gaya hidup yang baik (Martuti, 2009). Dalam hal ini perawat juga

mempunyai peran sebagai educator tentang

informasi hipertensi dalam menambah

pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga komplikasi dapat dicegah. Akan tetapi pada kenyataannya masih dijumpai pasien hipertensi yang belum dapat melakukan perawatan dengan benar. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil

judul penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan

tentang Hipertensi dengan Sikap Perawatan Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas

Pagu tahun 2012 ”.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan tentang

hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagu Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang

hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagu Tahun 2012.

b. Mengidentifikasi sikap perawatan

hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagu Tahun Tahun 2012.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan

tentang hipertensi dengan sikap

(3)

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian analitik cross Sectional

yaitu suatu penelitian dengan tujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara vaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Tamsuri, 2006).

Variabel dalam penelitian ini adalah

pengetahuan tentang hipertensi sebagai variabel bebas (independen variable) dan sikap perawatan

hipertensi sebagai variabel terikat (dependen

variable). Penelitian dilaksanakan di wilayah Puskesmas Pagu Kec. Pagu Kab. Kediri pada

tanggal 2 – 14 April 2012. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien hipertensi di Puskesmas Pagu. Populasi bulan September tahun 2011 sebanyak 74 pasien. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebanyak 43 responden. teknik sampling yang digunakan

adalah Accidental Sampling yaitu pengambilan

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoadmojo, 2005).

Pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan kuesioner tertutup, dimana

kuesioner mengukur pengetahuan responden

tentang hipertensi, yang meliputi aspek : definisi hipertensi, faktor penyebab hipertensi, tanda dan

gejala hipertensi, faktor resiko hipertensi,

komplikasi hipertensi, cara pencegahan hipertensi

dan cara perawatan hipertensi. Kuesioner

penelitian juga mengukur sikap pasien tentang perawatan hipertensi meliputi aspek : gaya hidup, pola diet, pola berobat ke pelayanan kesehatan serta konsumsi obat.

Data yang telah diambil dengan kuesioner dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan analisis tabulasi silang (Cross tabulation). Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : penggunaan lembar persetujuan menjadi responden (informed concent),

ketanpanamaaan (anonimity) serta penggunaan

azas kerahasiaan (confidentiality).

Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Diagram diatas

menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 15 responden (35%)

dengan jenis kelamin laki – laki dan 28

responden (65%) dengan jenis kelamin perempuan.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

0% 5%

19%

76%

< 30 th 30 - 40 th 40 - 50 th > 50 th

Berdasarkan Diagram diatas

menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 0 responden (0%) dengan umur kurang dari 30 tahun, 2 responden (5 %) dengan umur 30 -40 tahun, 8 responden

(19%) dengan umur 40 – 50 tahun dan 33

responden (76%) dengan umur lebih dari 50 tahun.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

30%

40% 23%

7%

(4)

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 13 responden (30%)

dengan pendidikan terakhir SD, 17

responden (40 %) dengan pendidikan terakhir SMP, 10 responden (23%) dengan pendidikan terakhir SMA dan 3 responden (7%) dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

7% 19%

51% 23%

PNS Swasta Tani Tidak Bekerja

Berdasarkan Diagram diatas

menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 3 responden (7%) dengan sebagai PNS, 8 responden (19 %) dengan bekerja swasta, 22 responden (51%) sebagai tani dan 10 responden (23%) tidak bekerja.

e. Karakteristik Responden Berdasarkan

Sebelumnya Pernah Dapat Informasi

Hipertensi

35%

65%

Ya Tidak

Berdasarkan Diagram diatas

menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 15 responden (35%) menjawab ya dan 28 responden (65 %) menjawab tidak.

f. Karakteristik Responden Berdasarkan

Sumber Informasi Hipertensi

Berdasarkan Diagram 4.5 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang menjawab ya yang diteliti, didapatkan 4 responden (27%) mendapat sumber dari media elektronik, 8 responden (53%) mendapat sumber dari media cetak, 1 responden (7%) mendapat sumber dari teman dan 2 responden (13%) mendapat sumber dari tenaga kesehatan.

2. Data Khusus

a. Pengetahuan tentang Hipertensi

Berdasarkan Diagram diatas

menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 21 responden (49%) berpengetahuan baik, 15 responden (35%) berpengetahuan cukup dan 7 responden (16%) berpengetahuan kurang.

(5)

Berdasarkan Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 27 responden (63%) Positif dan 16 responden (37%) Negatif.

c. Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Sikap Perawatan Hipertensi

Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Sikap Perawatan Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Pagu Kec.

Pagu Kab. Kediri Tahun 2012 dapat

digambarkan dalam table sebagai berikut:

Pengetahuan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa

pengetahuan pasien hipertensi tentang

hipertensi baik sebanyak 22 reponden (51%) dengan sikap perawatan hipertensi yang positif. Sedangkan dilihat dari pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi kurang dengan sikap perawatan hipertensi yang negatif yaitu sebanyak 6 responden (14%).

Dapat disimpulkan ada hubungan

pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi pada pasien hipertensi.

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Hipertensi

Berdasarkan Diagram menunjukkan

bahwa dari 43 responden yang diteliti,

didapatkan 22 responden (51%)

berpengetahuan baik, 15 responden (35%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (14%) berpengetahuan kurang.

Menurut Notoadmojo (2003),

pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi setelah melalui

pancaindra manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga.

Menurut Nursalam, Siti Pariani (2001),

“salah satu yang mempengaruhi pengetahuan

adalah pendidikan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan baik pula pengetahuannya sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mudah dalam menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki”.

Dari uraian diatas peneliti berpendapat

tingkat pendidikan seseorang turut

menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima pengetahuan yang masuk. Melihat hasil pendidikan responden yang paling banyak berpendidikan SMP (40%) yang merupakan juga wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia. Jika

pendidikan responden tinggi maka

pengetahuan responden tentang hipertensi juga tinggi. Hal ini didukung dari hasil

penelitian responden yang memiliki

pendidikan tinggi tidak malas membaca buku atau majalah yang berisi tentang hipertensi,

dan berinteraksi dengan orang yang

berpendidikan tinggi pula sehingga

pengetahuannya tentang hipertensi bertambah ketika mereka saling curhat tentang masalah kesehatan. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi juga bisa melalui pendidikan non formal. Hal ini dibuktikan bahwa meskipun

responden berpendidikan rendah, tetapi

pengetahuan responden juga baik dikarenakan

mereka sering ikut acara penyuluhan

dilingkungan sekitarnya, bertukar pikiran dengan pasien hipertensi ketika di puskesmas maupun dengan keluarga atau tetangga yang sedang sakit hipertensi pula.

(6)

berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2001). Dalam penelitian ini banyak pasien hipertensi yang memiliki pengetahuan baik dan paling banyak usia responden lebih dari 50 tahun (76%). Menurut fakta dari hasil penelitian, hal ini dikarenakan pada usia ini terdapat banyak responden yang mengikuti posyandu lansia yang di dalamnya

sering diisi dengan penyuluhan – penyuluhan

termasuk hipertensi.

Menurut Notoadmojo (2005), salah cara tradisional yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan adalah berdasarkan

pengalaman pribadi. Pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Dari pernyataan tersebut peneliti berpendapat bahwa banyak responden yang sudah memiliki pengalaman tentang hipertensi yang bisa diperoleh dari keluarganya sendiri atau orang lain. Hal ini didukung dengan

pernyataan para responden pada saat

pengumpulan data yang mengatakan bahwa hipertensi sudah tidak asing karena disekitar mereka banyak orang yang sedang mengalami hipertensi, baik keluarga sendiri maupun orang lain. Mulai dari pasien hipertensi yang rutin kontrol ke puskesmas, mengurangi

makanan asin – asinan, sampai minum obat

obat rutin setiap hari, sehingga menumbuhkan

rasa keingintahuan responden terhadap

mereka dengan cara bertanya – tanya tentang

hipertensi. Maka dari pengalaman orang –

orang sekitarnya responden dapat

pengetahuan tentang hipertensi.

Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh seseorang dari informasi melalui media massa. Faktor media massa tersebut meliputi :

bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku –

buku yang ada disekeliling kita (Soemanto, 2006). Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan dari sebagian

responden yang pernah mendapatkan

informasi paling banyak mendapatkan

informasi melalui media cetak (51%). Peneliti berpendapat bahwa informasi juga dapat

mempengaruhi pengetahuan. Hal ini

dikarenakan informasi tentang hipertensi dapat diperoleh responden melalui media

elektronik misalnya acara radio dan TV yang membahas kesehatan terutama hipertensi, media cetak misalnya majalah kesehatan, koran, buku – buku kesehatan dan lain– lain tentang hipertensi dengan catatan para responden memiliki minat lebih untuk membaca. Selain itu, teman juga berpengaruh

memberikan informasi karena menurut

responden dari hasil interaksi dengan teman–

temannya baik dalam keadaan formal maupun informal mereka dapat saling bertukar pikiran tentang hipertensi. Yang paling penting adalah

informasi tentang hipertensi didapatkan

langsung oleh responden dari petugas kesehatan. Akan tetapi dalam hal ini pasien hipertensi tidak harus selalu ke tempat

pelayanan kesehatan, karena petugas

kesehatan juga memberikan penyuluhan hipertensi pada masyarakat, misalnya pada posyandu lansia, ibu – ibu PKK, dan lain –

lain.

2. Sikap Perawatan Hipertensi pada Pasien Hipertensi

Berdasarkan Diagram 4.7 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang diteliti, didapatkan 30 responden (70%) Positif dan 13 responden (30%) Negatif.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya.

Diantaranya berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentikan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianganggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui

hampir setengah responden (40%)

berpendidikan terakhir SMP. Dan sebagian kecil 13 responden (30%) dengan pendidikan terakhir SD.

Menurut Azwar (2005), lembaga

(7)

moral dalam individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya

akan mencari informasi lain untuk

memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga tidak mengambil sikap mendukung. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan sikap itu akan membawa pada hasil yang diinginkan. Sikap belum merupakan tindakan

atau aktivitas, tetapi merupakan

kecenderungan atau predisposisi untuk

bertindak terhadap objek tersebut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti

berpendapat, lembaga pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan sikap. Melalui pendidikan akan membuka wawasan

dan menambah pengetahuan seseorang

sehingga dapat terbentuk sikap. Diharapkan seseorang yang mempunyai pendidikan akan mudah menentukan sikap secara tegas tanpa ragu-ragu. Melalui pendidikan, responden akan semakin mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki

sehingga pendidikan dapat menunjang

perkembangan sikap responden dalam

menghadapi respon tentang perawatan

hipertensi. Apabila terdapat suatu hal yang

bersifat kontroversial, pada umumnya

responden akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya agar sikap yang dihasilkan merupakan sikap positif dan sikap itu nantinya akan diharapkan membawa pada hasil yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari 43 responden yang diteliti sebanyak 30 responden (70%) bersikap baik. Sebab dari hasil penelitian,

responden berpendapat jika responden

memiliki sikap yang positif maka responden tidak mengalami komplikasi yang lebih lanjut dari sakit hipertensinya.

Pada dasarnya pendidikan tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah saja, melainkan dapat mencari pengetahuan atau informasi tambahan dapat diperoleh dari keluarga dan lingkungan sekitar apalagi dengan ditunjang kemajuan tekhnologi yang sudah modern seperti saat ini. Dapat diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari

dan dibentuk berdasarkan pengalaman

individu sepanjang perkembangan hidupnya

dan sikap seseorang tidak bisa terlepas dari pengalaman yang sudah dilewatinya, sehingga

dengan adanya pengalaman ini, akan

membuat pasien hipertensi dapat mengingat kembali pengalaman yang sudah dihadapi pada masa lalu atau dengan melihat keberhasilan dari pengalaman orang lain. Misalnya responden bertanya pada keluarga atau orang disekitarnya yang mengalami sakit

hipertensi atau orang yang pernah

mendapatkan penyuluhan tentang hipertensi.

3. Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Sikap Perawatan Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian diatas

diperoleh dari 43 responden didapatkan

pengetahuan pasien hipertensi tentang

hipertensi baik sebanyak 22 reponden (51%) dengan sikap perawatan hipertensi positif dan diketahui juga bahwa pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi cukup dengan sikap perawatan hipertensi positif sebanyak 8 responden (19%) dan sebaliknya pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi cukup

dengan sikap perawatan hipertensi yang

negatif yaitu sebanyak 7 reponden (16%). kemudian dilihat dari pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi kurang dengan sikap perawatan hipertensi yang negatif yaitu sebanyak 6 responden (14%). Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan yang baik lebih cenderung membentuk sikap seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang.

Menurut Azwar sikap seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya adalah pengetahuan hal ini

dikarenakan pengetahuan memberikan

persepsi kepada seseorang untuk bersikap sesuai dengan tingkat pengetahuan dari seseorang tersebut.

Menurut peneliti adanya hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi, menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap sebagian besar sikap seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin positif

juga sikap seseorang tersebut. Sebab,

(8)

membaca buku atau majalah yang berisi tentang hipertensi, dan berinteraksi dengan

orang yang berpendidikan tinggi pula

sehingga pengetahuannya tentang hipertensi bertambah ketika mereka saling curhat tentang masalah kesehatan. Semakin cukup umur, maka kematangan dan pengalaman jiwa seseorang terbentuk yang dibuktikan sebagian besar responden yang berusia lebih dari 50 tahun. Begitu juga dengan pengalaman dan

informasi yang saling berhubungan.

Seseorang mendapatkan informasi dari media elektronik, media cetak, teman ataupun dari tenaga kesehatan tentang hipertensi dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk diri responden selain dari pengalaman pribadi yang pernah dilakukan.

Sedangkan sikap dipengaruhi oleh

lembaga pendidikan dan pengalaman pribadi. Melalui lembaga pendidikan, responden akan semakin mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki

sehingga pendidikan dapat menunjang

perkembangan sikap responden dalam

menghadapi respon tentang perawatan

hipertensi. Sehingga dapat menjadikannya suatu pengalaman dalam bersikap.

Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah pelayanan kesehatan harus mampu memberi penyuluhan kesehatan tidak hanya mengenai hipertensi melainkan sikap pasien hipertensi terhadap perawatan hipertensi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Pagu Kec. Pagu Kab. Kediri didapatkan data bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik (49%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah pendidikan, usia , pengalaman dan informasi.

2. Sikap Perawatan Hipertensi di Puskesmas Pagu Kec. Pagu Kab. Kediri didapatkan data bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang positif (63%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah lembaga pendidikan dan pengalaman pribadi.

3. Bedasarkan hasil penelitian diatas diperoleh dari 43 responden didapatkan pengetahuan

pasien hipertensi tentang hipertensi baik sebanyak 22 reponden (51%) dengan sikap perawatan hipertensi yang positif. Sedangkan dilihat dari pengetahuan pasien hipertensi tentang hipertensi kurang dengan sikap perawatan hipertensi yang negatif yaitu sebanyak 6 responden (14%). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap perawatan hipertensi pada pasien hipertensi.

Saran

Dari kesimpulan diatas, penelitian memberikan saran kepada :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian Hubungan

Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Sikap Perawatan Hipertensi pada Pasien Hipertensi ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk melengkapi referensi tentang peran individu dalam merawat dirinya sendiri yang sedang sakit hipertensi.

2. Bagi Responden

Mengingat masih adanya sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan yang

kurang, diharapkan responden dapat

meningkatkan pengetahuannya dengan

harapan dapat menjadi sikap yang positif, hal ini bisa dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang–orang disekitarnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi yaitu terkait dengan

perilaku pasien hipertensi dalam

perawatannya di Puskesmas Pagu Kec. Pagu Kab. Kediri.

4. Bagi Lahan Penelitian

Dengan hasil penelitian Hubungan

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.(2011). Hipertensi Penyebab Kematian

Nomor Tiga.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pres

s-release/810-hipertansi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html (Diunduh tanggal 15

September 2011)

Arikunto,S.(2010).Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Ed. Revisi 2010.Jakarta : PT Rineka Cipta

Azwar, S.(2009).Sikap Manusia : Teori dan

Pengukiuran, Ed. 2.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bangun, A.P.(2006).Terapi Jus dan Ramuan

Tradisional untuk Hipertensl.Jakarta : AgroMedia Pustaka

Hidayat, A.Alimul.(2003).Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika

Kartari.(2011).Review Hipertensi di Indonesia,

Tahun 1980 ke Atas.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_50_ ReviewHipertensidiIndonesia.pdf/03_50_Revi ewHipertensidiIndonesia.html (Diunduh tanggal 15 September 2011)

Kristianti, H.(2009).Waspada 11 Penyakit

Berbahaya : Cara Mencegah & Mengobati.Jakarta : Citra Pustaka

Mansjoer, A.(2001).Kapita Selekta Kedokteran,

Ed. Ketiga, jilid II.Jakarta : FKUI

Martuti, A.(2009).Merawat & Menyembuhkan

Hipertensi : Penyakit Tekanan Darah Tinggi.Jakarta : Kreasi Wacana

Notoatmodjo, S.(2003).Ilmu Kesehatan

Masyarakat Prinsip– Prinsip Dasar.Jakarta : PT. Rineka Cipta

_______. (2005). Pendidikan dan perilaku

kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

_______. (2005).Metode Penelitian Kesehatan.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

_______.(2007).Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu

& Seni.Jakarta : PT. Rineka Cipta

_______. (2003). Konsep Dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam dan Pariani,S. (2001). Pendekatan

Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Puspitorini, M.(2008).Hipertensi : Cara Mudah

Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.Yogyakarta : Image Press

Rusdi & Nurlaela Isnawati.(2009).Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes.Jogjakarta : Power Books (IHDINA)

Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan.

Jakarta : PT Rineka Cipta

Topan, E.(2004).Penyakit Ginjal &

Hipertensi.Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Tamsuri, Anas. (2006). Buku Ajar Riset

Keperawatani, Ed. Revisi I Cetakan ke 3.Kediri : Pamenang Press

Waspadji, S.(2001).Ilmu Penyakit Dalam, Jilid

II.Jakarta : FKUI

Wijayakusuma, H.M Hembing.(2003).Ramuan

Referensi

Dokumen terkait

Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang

Dalam penelitian ini yaitu mencari analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap komplikasi hipertensi pada lansia di Puskesmas Sangkrah Surakarta,

Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada subyek, tempat penelitian dan variabel penelitian yaitu hubungan antara pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan

Hasil uji korelasi Spearman didapatkan p = 0,050, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan meminum obat pada pasien

Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi menunjukkan bahwa pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi berpengetahuan baik sebanyak 48 responden (96%), pasien hipertensi patuh dalam pelaksanaan terapi sebanyak 45 responden (95%)

sikap positif melakukan tindakan perawatan organ reproduksi, = 0,006 berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan perawatan organ reproduksi

Bertolak belakang dari latar belakang, peneliti telah melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Makan Obat Pasien Hipertensi di