• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI MEDIA MASSA

DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

AGUNG ISMANUWORO

G.0009006

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

iv ABSTRAK

Agung Ismanuworo,G0009006 2012. Hubungan Paparan Pornografi Melalui Media Massa dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Seiring pesatnya perkembangan media, semakin pesat pula pornografi berkembang. Mudahnya akses akan media membuat remaja tambah rentan akan paparan pornografi. Hal ini akan berujung pada banyaknya remaja dengan perilaku seksual yang buruk. Kecenderungan remaja terhadap perilaku seksual yang menyimpang sering berujung pada Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dan aborsi. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) yang berujung aborsi di Indonesia sendiri mencapai 2,4 juta jiwa per tahun. Sementara di Surakarta sendiri, sekitar 30,09% remaja pria SMA pernah melakukan hubungan seksual dan 5,33% di antaranya adalah remaja wanita. Kebanyakan alasan remaja melakukan hubungan seksual ini adalah karena pengaruh lingkungan dan video yang berbau pornografi. Oleh karena itu peneliti akan mencoba mencari hubungan paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja sebagai langkah awal untuk menurunkan angka perilaku seksual yang buruk di kalangan remaja.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dari seluruh siswa SMA Negeri 2 Surakarta kelas X, XI dan XII. Total sampel yang digunakan sejumlah 103 sampel berdasarkan teori simple random sampling. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi square.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari 103 sampel remaja SMA Negeri 2 Surakarta terdapat 57 siswa (55,34%) yang pernah terpapar pornografi selama satu bulan terakhir. Sejumlah 21 siswa (20,39%) memiliki perilaku seksual buruk, sedangkan 82 siswa lainnya (79,61%) memiliki perilaku seksual yang baik. Siswa yang pernah terpapar dan berperilaku seksual buruk berjumlah 16 siswa (15,53%), sementara siswa yang mengaku belum pernah terpapar dalam satu bulan terakhir namun berperilaku seksual buruk berjumlah 5 siswa (4,85%).

Simpulan: Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja (p = 0,031).

(3)

commit to user

v ABSTRACT

Agung Ismanuworo, G0009006, 2012. Association between Pornography Exposure in Mass Media with Adolescent Sexual Behavior in SMA Negeri 2 Surakarta. Mini Thesis Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: As the media develops, pornography develops quickly too. Its easy access makes adolescents more succeptible to pornography exposure. This will increase the number of adolescents with bad sexual behavior. The tendency of adolescents with bad sexual behavior often leads to unwanted pregnancy and abortion. The number of unwanted pregnancy with abortion in Indonesia has reached 2,4 millions per year. While in Surakarta itself, about 30,09% high school male adolescents have ever done a sexual intercourse and 5,33% among them are female adolescents. The reason behind it is mostly because of their environment and porn videos. This research aims to find the association between pornography exposure and adolescent sexual behavior as the first step to decrease its number.

Method: This was an observational analitic study using cross sectional design. Samples were taken from all SMA Negeri 2 Surakarta students in class X, XI and XII. Total Samples obtained were 103 according to simple random sampling theory. Datas were analyzed and tested with Chi-Square tests.

Result: Based on the result of 103 adolescents from SMA Negeri 2 Surakarta there were 57 students (55,34%) exposed to pornography for the last month. There were 21 students (20,39%) who had bad sexual behavior, meanwhile the rest 82 students (79,61%) had good sexual behavior. There were 16 students (15,53%) who had been exposed and had bad sexual behavior. But, there were 5 students

(4,85%) who weren’t exposed yet had bad sexual behavior.

Conclusion: Statictical analysis showed a meaningful association between pornography exposure and adolescent sexual behavior (p = 0,031).

(4)

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Paparan Pornografi Melalui Media Masa dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Surakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Suparman, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

5. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK, selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Kepala Sekolah dan siswa-siswi SMA Negeri 2 Surakarta serta staf Lab. IKM FK UNS yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. 8. Bapak, Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 11 Desember 2012

(5)

commit to user

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A.Tinjauan Pustaka ... 6

1. Perilaku Seksual ... 6

2. Remaja ... 8

a. Pengertian... 8

b. Remaja Berdasarkan Usia ... 9

c. Karakteristik Perkembangan pada Remaja ... 10

3. Media Masa ... 12

4. Pornografi ... 16

B.Kerangka Pemikiran ... 21

C.Hipotesis ... 21

BAB III.METODE PENELITIAN ... 22

A.Jenis Penelitian ... 22

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

C.Subjek Penelitian ... 22

D.Teknik Sampling ... 22

E.Besar Sampel ... 22

F. Variabel Penelitian ... 23

(6)

commit to user

viii

H.Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

I. Teknik Analisis Data ... 26

J. Rancangan Penelitian ... 27

BAB IV.HASIL PENELITIAN ... 28

A.Deskripsi Responden ... 28

B.Riwayat Paparan dan Perilaku Seksual ... 29

C.Analisis Statistik ... 31

BAB V. PEMBAHASAN ... 32

BAB VI.PENUTUP ... 35

A.Simpulan ... 35

B.Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(7)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sebaran responden menurut kelas ... 28

Tabel 4.2 Sebaran responden menurut jenis kelamin ... 29

Tabel 4.3 Riwayat paparan pornografi ... 29

Tabel 4.4 Tingkat perilaku seksual ... 30

Tabel 4.5 Distribusi perilaku antara yang pernah terpapar dan tidak... 30

(8)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitan... 21

(9)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Data Penelitian

Lampiran 3. Analisis Statistik

(10)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sosialisasi seksual adalah suatu proses di mana remaja memperoleh

nilai-nilai dan pengetahuan seksual. Meskipun orang tua dan teman adalah

sumber informasi seksual yang paling umum, media masa juga diakui sebagai

kontributor paling penting terhadap pengetahuan seksual. Beberapa sumber

lebih berpengaruh daripada yang lain dan bisa menekankan aspek yang

berbeda tentang seksualitas. Berbagai sumber informasi dapat menyebarkan

pesan yang berbeda tentang seks dan dengan demikian sumber informasi

seksual yang dicari remaja dapat mempengaruhi keyakinan seksual serta

perilaku seksualnya (Bleakley et al., 2009).

Remaja merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan

pornografi. Rasa ingin tahu yang tinggi dan kurang tepatnya komunikasi

tentang masalah seksual sering berakibat pada salah pengertian yang

menimbulkan penyimpangan perilaku seksual. Pornografi dapat merugikan

remaja karena sebagian besar perilaku seksualnya dipengaruhi oleh pornografi

yang ditontonnya (Mariani and Bachtiar, 2010).

Sebuah studi pada 600 remaja di Amerika Serikat menemukan bahwa

91% pria dan 82% wanita telah terpapar pornografi (Stock, 2004). Studi lain

juga dilakukan pada 745 remaja Belanda yang berusia 13-18 tahun dengan

(11)

commit to user

korelasi dari paparan tersebut. Sejumlah 71% remaja pria dan 40% remaja

wanita telah terpapar materi pornografi di internet sekitar 6 bulan sebelum

dilakukan penelitian (Peter and Valkenburg, 2006). Sedangkan di Indonesia,

sebuah penelitian pada 4500 remaja di 12 kota besar yang dilakukan oleh

Komisi Nasional Perlindungan Anak menemukan bahwa 97% dari 4500

remaja sudah pernah menonton film porno (KPAI, 2011).

Banyak faktor yang menyebabkan remaja aktif secara seksual di usia

dini, namun salah satu faktor terbesar adalah media. Rata-rata remaja

menghabiskan sepertiga waktunya terpapar media dan sebagian besar tanpa

pantauan dari orang tua (Escobar-Chaves et al., 2005). Rata-rata remaja

Amerika Serikat menghabiskan tiga jam menonton televisi, dua jam

mendengarkan musik, satu jam untuk melihat rekaman video dan film, dan

tiga hingga empat jam untuk membaca. Sekitar 50% remaja memiliki televisi

di kamarnya dan 16% disertai komputer. Di antara remaja usia 15 hingga 17

tahun, 33% online menggunakan internet selama enam jam (Pellettieri, 2004).

Remaja juga menjadi lebih mudah terpapar materi eksplisit secara online jika

remaja laki-laki, suka mencari sensasi lebih, kurang puas dengan

kehidupannya dan memiliki koneksi internet yang cepat (Peter and

Valkenburg, 2006).

Penyebaran materi pornografi berkembang dengan sangat cepat,

terutama semenjak ada internet (Stock, 2004). Penelitian lain juga

menyebutkan bahwa 90% lebih remaja yang berusia dari 12 hingga 18 tahun

(12)

commit to user

mencari gambar-gambar porno secara online berusia 14 tahun atau lebih.

Sementara anak-anak yang berusia di bawah 14 tahun lebih cenderung

menggunakan media-media yang lebih tradisional seperti majalah (Ybarra and

Mitchell, 2005).

Stock (2004) juga menemukan bahwa 100% pria dan 90% wanita

sudah pernah melihat buku-buku dan majalah porno. Sedangkan penelitian

yang dilakukan di Toronto, menemukan bahwa 9 dari 10 remaja pria dan 6

dari 10 remaja wanita mengaku pernah setidaknya sekali menonton film yang

berbau pornografi (Endrass et al., 2009).

Dampak yang ditimbulkan pornografi sangatlah beragam, mulai dari

perilaku seksual hingga kejahatan seksual seperti seks bebas, aborsi,

kehamilan remaja, perkosaan, berjangkitnya penyakit menular seks dan

perselingkuhan (Soebagijo, 2008). Collins menyebutkan bahwa semakin

banyak paparan pornografi yang diterima remaja, maka perilaku seksualnya

semakin kompleks (Collins et al., 2004). Maraknya kekerasan dan pelecehan

seksual yang terjadi sering disebabkan karena pelakunya telah mengkonsumsi

pornografi dan menyalahartikan tentang apa yang telah dilihat atau dibaca

(Endrass et al., 2009). Endrass juga menemukan bahwa dari 231 pria di Swiss

yang pernah didakwa atas konsumsi pornografi, 4,8% pernah melakukan

kekerasan seksual dan 3,8% pernah melakukan kekerasan seksual yang

disertai kekerasan pada anak-anak.

Kecenderungan sikap remaja terhadap perilaku seks yang menyimpang

(13)

commit to user

tertular penyakit menular seks. Angka infeksi menular seksual tertinggi adalah

pada usia 15 – 23 tahun dan KTD yang berujung aborsi sebanyak 2,4 juta jiwa

per tahun 700 ribu di antaranya adalah remaja (Duarsa, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan di Surakarta tentang perilaku seksual

remaja SMU pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 30,09 % subjek laki-laki

dan 5,33 % perempuan telah melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual

kebanyakan dilakukan bersama dengan pacarnya. Kebanyakan alasan remaja

melakukan hubungan seksual adalah karena pengaruh lingkungan, VCD, buku

dan film porno, serta alasan karena kemajuan jaman dan supaya gaul (Taufik,

2008).

Tingginya angka kejadian yang terjadi pada remaja SMA di atas juga

menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan mencari

hubungan antara paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku

seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan

sebagai berikut, apakah ada hubungan paparan pornografi melalui media masa

dengan perilaku seksual remaja?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan paparan pornografi melalui media masa

baik media cetak maupun media elektronik dengan perilaku seksual

(14)

commit to user 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara frekuensi paparan pornografi

berdasarkan jenis media cetak dengan tingkat perilaku seksual

remaja.

b. Mengetahui hubungan antara frekuensi paparan pornografi

berdasarkan jenis media elektronik dengan tingkat perilaku seksual

remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi remaja

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian empiris

tentang paparan pornografi di media masa sehingga lebih bisa

menentukan sikap ke arah perilaku seksual yang sehat.

2. Bagi instansi terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

dapat dijadikan masukan dalam pemberian pendidikan seks lebih awal

sehingga dapat menjadi faktor pencegah perilaku seksual yang

menyimpang.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,

(15)

commit to user

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Perilaku Seksual

Perilaku seksual sering diasosiasikan semata-mata dengan

terjadinya hubungan seksual antara seorang laki-laki dan perempuan,

yaitu terjadinya penetrasi vagina dan ejakulasi. Pengertian seperti ini

terlalu simplisitik, karena sesungguhnya perilaku seksual mencakup

segala bentuk ekspresi yang dilakukan seseorang, mulai dari hubungan

heteroseksual, homoseksual, sampai beragam teknik dan gaya seperti

seks oral, anal atau masturbasi untuk mencapai kepuasan seksual, baik

secara biologis maupun psikologis (Fratidhina, 2001).

Menurut Sarwono (2006), perilaku seksual adalah segala tingkah

laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya

maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya dapat

berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri-sendiri. Perilaku

seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi.

Pendapat lain menurut Sarwono (2006) tentang perilaku seksual

adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik

(16)

commit to user

tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik

sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri

sendiri, sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak

apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat

ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain,

dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi,

marah, misalnya pada para gadis yang terpaksa menggugurkan

kandungan nya.

Perilaku seksual terbagi atas dua aktivitas yaitu aktivitas seksual

ringan dan berat yang dimulai dari menaksir seseorang, sesekali pergi

berkencan, pergi ketempat yang bersifat pribadi, berciuman ringan,

french kiss, sampai melakukan aktivitas seksual berat seperti, meraba

payudara, meraba vagina atau penis, oral seks, dan melakukan

hubungan seksual (L’Engle et al., 2006).

Rasa ingin tahu akan seks adalah hal yang normal dalam

perkembangan remaja (Braun-Corville and Rojas, 2008). Namun salah

persepsi seperti melakukan hubungan seks pranikah dapat

mengakibatkan penularan PMS dan HIV-AIDS, kehamilan di luar

(17)

commit to user 2. Remaja

a. Pengertian

Remaja adalah merupakan masa peralihan seorang anak

terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang

disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis. Secara

anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh

pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna. Secara

faali, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna

pula yang ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah

pada laki-laki. Sarwono juga memberikan definisi tentang remaja

yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut

dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial

ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai

berikut, remaja adalah suatu masa ketika, individu berkembang

dari saat pertama kali dirinya menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat dirinya mencapai kematangan seksual,

individu mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi

peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

(18)

commit to user b. Remaja berdasarkan usia

Menurut Sarwono (2006), remaja dibagi berdasarkan

penggolongan umur yang terdiri atas:

1) Masa remaja awal (10-13 tahun)

Pada tahapan ini, remaja mulai fokus pada pengambilan

keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai

menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan

kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah.

Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan

mempunyai pandangan, seperti: olahraga yang lebih baik untuk

bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang

diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.

2) Masa remaja tengah (14-16 tahun)

Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan

kelompok, sehingga tidak selalu bergantung pada keluarga dan

terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan

pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering

mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh,

dan berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas

“Siapa saya?” Pada masa ini remaja juga mulai

mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan

(19)

commit to user 3) Masa remaja akhir (17-19 tahun)

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang

akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja

akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk

memfokuskan diri masalah-masalah idealisme, toleransi,

keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa

dalam masyarakat

c. Karakteristik perkembangan pada remaja

Hurlock (1999) mengemukakan berbagai ciri dari remaja

sebagai berikut:

1) Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke

perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada

masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

seorang dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat

strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk

membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku,

nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.

2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan.

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat;

perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat

perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan

(20)

commit to user ambivalen).

3) Masa remaja adalah masa yang penuh masalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk

diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa

menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta batuan

orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4) Masa remaja adalah masa mencari identitas.

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan

siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja

tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, remaja

ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara

pada saat yang sama keinginan mempertahankan dirinya

terhadap kelompok sebaya.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak

yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku

merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini

akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit,

karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan

selalui mencurigai remaja, sehingga menimbulkan

(21)

commit to user remaja.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat

orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi

menginginkan sebagaimana yang diharapkan.

7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa.

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin

matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai

seseorang yang hampir dewasa. Remaja akan memusatkan

dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang

dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

3. Media Masa

Media masa adalah media yang disediakan untuk masa. Media

masa yang menyiarkan berita dan informasi sering disebut dengan

istilah pers. Masa adalah orang-orang yang memiliki perhatian

terhadap satu hal yang serupa. Media masa terdiri atas dua jenis, yakni

media cetak dan media elektronik. Pada umumnya, kegunaan dari dari

media masa tersebut adalah untuk menginformasikan (to inform)

hal-hal penting yang perlu diketahui masyarakat, medidik (to educate)

masyarakat melalui informasi yang disampaikan melalui tulisan

maupun visualisasi, menghibur (to entertain) masyarakat melalui

(22)

commit to user

mempengaruhi (to influence) masyarakat baik dari segi kognitif,

afektif maupun psikomotor, menghubungkan (to link) unsur-unsur

dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan sendiri menjadi dapat

dilakukan bersama-sama (Sudarman, 2008).

Sedangkan menurut Arsyad (2007), komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,

baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Persyaratan untuk terjadinya komunikasi terdiri dari beberapa

komponen yaitu: komunikator yang merupakan penyampai pesan,

pesan yang merupakan pernyataan yang didukung oleh lambang,

komunikan yang merupakan penerima pesan, media yang merupakan

sarana atau saluran pendukung pesan, efek yang merupakan dampak

sebagai pengaruh pesan.

Dalam hal pemaparan materi pornografi di media masa, kita dapat

menemukan materi pornografi di setiap jenis media masa mulai dari

majalah, koran, komik, foto/gambar, novel, televisi, video/VCD/DVD,

video games dan internet.

Menurut Stock (2004) hampir 100% remaja laki-laki dan lebih

dari 90% remaja perempuan sudah pernah melihat terpapar pornografi

melalui majalah. Namun, saat ini gambar dan cerita-cerita yang berbau

pornografi tersebut telah menemukan jalan baru melalui internet.

(23)

commit to user

menurun, namun dampaknya pada remaja semakin besar karena

materialnya sudah masuk ke jaringan internet.

Penelitian telah menunjukkan bahwa media memberikan pengaruh

yang luas pada sikap dan perilaku yang meliputi kekerasan, gangguan

pola makan, rokok dan penggunaan alkohol (Braun-Corville and

Rojas, 2008).

Meskipun banyak teori tentang bagaimana media memperngaruhi

perilaku seksual remaja, namun kebanyakan mengasumsikan bahwa

pesan dan aktivitas di media yang berbau seksualitas bertindak sebagai

stimulus yang mengubah psikologi, fisiologi dan fungsi perilaku

konsumernya. Salah satu teori tersebut adalah Teori Pembelajaran

Sosial. Teori ini menyebutkan bahwa ada 3 cara manusia belajar, di

antaranya adalah dengan pengalaman langsung, pengalaman tidak

langsung atau pengamatan dan pemrosesan informasi kompleks

melalui operasi kognitif. Televisi pada khususnya dianggap memiliki

pengaruh besar terhadap perilaku anak dan remaja karena

anak-anak sering meniru apa yang dilihat. Sementara menurut Teori

Disinhibisi, kecenderungan perilaku yang ada pada remaja akan

terhalangi oleh pengalaman. Paparan terus-menerus terhadap televisi

malah akan menghilangkan halangan tersebut dan membuat semakin

menerima perilaku dari apa yang dilihat (Chaves et al., 2005).

Meski media bisa memberikan pesan positif, beberapa materi bisa

(24)

commit to user

menunjukkan bahwa referensi seksual di televisi dan film bisa menjadi

kunci utama menstruasi dini, sikap negatif pada kondom dan

kontrasepsi, memiliki banyak pasangan seksual serta kehamilan remaja

(Braun-Corville and Rojas, 2008).

Televisi bisa dibilang merupakan media paling kuat yang bisa

mempengaruhi individu maupun masyarakat. Rata-rata setiap remaja

baik laki-laki maupun perempuan menghabiskan harinya menonton

televisi. Materi pornografi dalam televisi akhir-akhir ini pun meningkat

dengan pesat dan semakin bebas. Sebuah studi juga menemukan

bahwa anak umur 12 tahun yang sering menonton televisi dengan

materi pornografi di dalamnya akan bertingkah laku seperti anak umur

15 tahun yang jarang menonton televisi dengan materi pornografi di

dalamnya (Stock, 2004).

Munculnya internet hanya semakin menambah masalah generasi

sekarang ini. Internet berisi berbagai macam materi pornografi mulai

dari gambar atau foto hingga video-video dengan berbagai macam

durasi. Bahkan, remaja yang berusaha menghindari pornografi di

internet pun masih bisa terpapar dengan adanya “spam” dan “

pop-ups”, dan tautan-tautan yang tidak terlihat mencurigakan (Stock 2004).

Hampir 75% rumah tangga memiliki akses internet dan 93% remaja

berusia 12-17 tahun telah online. Rata-rata anak-anak dan remaja usia

9-17 tahun menggunakan internet empat kali seminggu dan

(25)

commit to user

kegiatan ini tidak termonitor karena lebih dari 30% remaja memiliki

akses internet di tempat tidurnya (Braun-Corville and Rojas, 2008).

Menurut Endrass (2009), ada 3 hal yang meningkatkan pornografi

internet : aksesibilitas (internet terdiri atas jutaan website yang dapat

diakses 24 jam per hari, 7 hari seminggu), afordabilitas (untuk

mendapatkan materi pornografi tidak diperlukan biaya yang besar),

dan anonimitas (konsumsi pornografi tidak memerlukan kontak

personal dengan orang lain).

Sebagai media pendidikan, internet memberikan remaja ke

berbagai macam konten seksual dengan cara pribadi dan rahasia.

Materi ini bisa berupa anatomi seksual, pencegahan kehamilan atau

transmisi infeksi. Tapi bisa juga berupa materi eksplisit secara seksual

dengan pornografi, kekerasan terhadap pasangan atau wanita sebagai

obyek seksual (Braun-Corville and Rojas, 2008).

4. Pornografi

Pornografi berasal dari dua kata, yaitu porne dan graphos. Porne

mengandung arti prostitusi atau pelacuran. Graphos mengandung arti

tulisan atau gambar. Berkaitan dengan makna kata-kata ini, identifikasi

pornografi yang paling umum adalah tulisan atau gambar yang

memancing kesenangan seksual, seperti kesenangan seksual pada

pelacuran. Sifat yang dekat pelacuran merupakan inti persoalan

masalah pornografi. Pelacuran dalam konteks ini adalah praktik yang

(26)

commit to user

keuntungan (Brown et al., 2006). Pornografi menurut Depdikbud

(2008) diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis

dengan lukisan dan tulisan, dan juga dalam format video untuk

membangkitkan nafsu birahi.

Secara sederhana pornografi dapat diartikan sebagai material yang

eksplisit secara seksual dan ditujukan terutama untuk tujuan

perangsangan seksual. Banyak perdebatan tentang hubungan antara

konsumsi pornografi dengan perilaku seksual. Beberapa peneliti setuju

bahwa ada hubungan sebab akibat langsung, sementara beberapa

peneliti lain membantah bahwa hubungan tersebut tidak dapat

dibuktikan. Tingkat kesulitan untuk membuktikan sebab dan akibat

masih di luar jangkauan penelitian saat ini mengingat kebutuhan untuk

memaparkan sebuah kelompok besar terhadap pornografi dan

memonitornya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Sementara kelompok kontrol lainnya tidak terpapar pornografi dan

juga dimonitor dalam kurun waktu yang sama. Sulit dibayangkan

bagaimana kelompok tersebut tidak terpapar pornografi dalam

masyarakat yang sarat akan seks. Hampir mustahil untuk selalu

memonitor setiap tindakan yang dilakukan kelompok pertama, bahkan

sulit memastikan kelompok tersebut untuk bertindak “alami” jika

mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti. Remaja dan anak-anak

terpengaruh setidaknya sebanyak orang dewasa. Perkembangan

(27)

commit to user

terhadap pornografi memberikan informasi tentang aktivitas seksual

dan akan membentuk perspektif seksual yang abnormal (Stock, 2004).

Dampak pornografi tidak hanya pada sikap tapi juga perilaku

seksual. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang terpapar film

porno cenderung memiliki sikap negatif terhadap kondom, memiliki

lebih banyak pasangan seksual, memiliki keinginan kuat untuk hamil

dan tes positif terhadap klamidia (Braun-Corville and Rojas, 2008).

Efek paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang

pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan kecendurungan untuk

berperilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain:

a. Tahap addiction (kecanduan)

Sesekali seseorang melihat kemudian menyukai materi cabul (yang

bersifat pornografi), maka orang tersebut akan mengalami

kecanduan. Kalau yang bersangkutan berhenti mengonsumsinya,

maka dirinya akan merasa “gelisah”. Hal ini bisa terjadi pada

siapapun bahkan pemuka agama sekalipun. Karena pornografi itu

sendiri bisa menyerang siapa saja. Pada tahap ini biasanya

pengendalian diri seseorang bisa berkurang.

b. Tahap escalation (ekskalasi)

Setelah kecanduan dan sekian lama mengonsumsi media porno,

selanjutnya orang akan mengalami efek ekskalasi. Di mana orang

akan menjadi kurang puas dengan materi yang biasa dan

(28)

commit to user

menyimpang dan lebih liar, hal inilah yang menyebabkan

permintaan media pornografi semakin bertambah, dan

meningkatkan kadar kepornoan sebuah materi pornografi. Kedua

efek ini akan mempengaruhi tingkat perilaku seseorang.

c. Tahap desentisization (desensitisasi)

Pada tahap ini, akan terjadi hilangnya kepekaan moral, di mana

orang tidak memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan

yang tidak wajar, materi yang tabu, yang menjijikkan, immoral,

perlahan-lahan akan terlihat biasa, yang berakibat pada

ketidaksensitifan terhadap wanita korban kekerasan seksual, dalam

kata lain akan menganggap perilaku kekerasan dalam berhubungan

seksual atau pemerkosaan merupakan hal wajar dan bukan

kriminalitas

d. Tahap Act-Out

Pada tahap ini seorang pecandu pornografi akan meniru atau

menerapkan perilaku seksual yang selama ini ditontonnya di media.

Ini menyebabkan kecenderungan pecandu pornografi akan

kesulitan dalam menjalin hubungan seks dengan penuh kasih

sayang dengan pasangannya (Supriati and Fikawati, 2009).

Adegan dalam film porno akan merangsang untuk meniru atau

mempraktikan hal yang dilihatnya. Studi terhadap pelajar SMPN di

Kota Pontianak menunjukkan bahwa 83,3% pelajar SMPN telah

(29)

commit to user

Efek paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang

pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan kecendurungan untuk

berperilaku. Dari responden yang mengalami efek paparan, 19,8%

berada pada tahap adiksi. Dari responden yang adiksi 69,2% berada

pada tahap ekskalasi dan dari responden yang ekskalasi, 61,1% berada

pada tahap desensitisasi. Tahap act out telah dialami oleh 31,8% dari

total sampel yang berada pada tahap desensitisasi (Supriati and

(30)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Keterangan: Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada hubungan antara paparan pornografi melalui media masa

dengan perilaku seksual remaja.

Remaja

Tingkat perilaku seksual Faktor Psikologis :

Kepribadian

Stressor

Daya Tahan Mental

Orang tua Faktor Lingkungan:

Teman sebaya

Media

Faktor Biologis :

(31)

commit to user

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) di mana

variabel independen dan variabel dependen diambil secara bersamaan

ketika penelitian dilaksanakan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta pada bulan

Desember 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh siswa SMA Negeri 2

Surakarta kelas X, XI dan XII.

D. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode pengambilan

sampel secara acak sederhana (simple random sampling), di mana setiap

anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).

(32)

commit to user

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan

yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001

Za2 = Standar Deviasi normal, bila d 5% = 1,96; d 1% = 2,58

p = proporsi kejadian di populasi, 17,5%

q = 1,0 – p

N = besarnya populasi, 1000

n = besarnya sampel

(Santjaka, 2011).

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan pornografi dalam

media masa

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual remaja

G. Definisi Operasional Variabel

1. Paparan pornografi dalam media masa

Riwayat paparan pornografi adalah riwayat pernahnya siswa terpapar

(membaca, melihat atau menonton) materi pornografi dengan sengaja

melalui berbagai jenis media masa baik media cetak maupun media

(33)

commit to user dan tidak terpapar.

Alat ukur : kuesioner

Skala pengukuran : nominal

2. Perilaku seksual remaja

Perilaku seksual remaja adalah semua tindakan yang dilakukan

siswa yang mencerminkan aktivitas seksual seperti berpegangan

tangan, berpelukan, cium pipi, berciuman bibir, saling meraba dada

atau alat kelamin pasangan, saling menggesekkan alat kelamin, oral

seks dan melakukan hubungan kelamin. Skala pengukurannya nominal

yang terdiri atas perilaku baik dan perilaku buruk.

Alat ukur : kuesioner yang disadur dari Nafiah (2010) yang

telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil seperti di bawah ini,

Kuesioner perilaku seksual terdiri dari 32 pernyataan yang terdiri

dari 28 pernyataan favourable dan 4 pernyataan non favourable.

(34)

commit to user Skala pengukuran : nominal

Bentuk skala pengukurannya adalah nominal yang terdiri atas

perilaku baik dan perilaku buruk yang dikelompokkan berdasarkan

jumlah total skor. Responden dinyatakan perilaku seksual baik bila

total skor sama atau kurang dari 51 dan perilaku seksual buruk bila

total skor lebih dari 51. Dimana dengan pernyataan favourable: skor 4

untuk selalu (SL), skor 3 untuk sering (SR), skor 2 untuk jarang (JR),

dan skor 1 untuk tidak pernah (TP). Sedangkan untuk pernyataan non

favourable dengan skor 1 untuk selalu (SL), skor 2 untuk sering (SR),

skor 3 untuk jarang (JR), dan skor 4 untuk tidak pernah (TP).

Kuesioner ini telah melalui uji validitas product moment dari

Pearson dengan hasil diperoleh indeks korelasi aitem berkisar antara

0,377 sampai dengan 0,896. Sedangkan uji reliabilitasnya

menggunakan alpha cronbach diperoleh koefisien Alpha sebesar

0,959. Ada 32 butir pertanyaan yang valid dan reliabel. Dengan

demikian kuesioner perilaku seksual ini dianggap andal sebagai alat

ukur penelitian (Nafi’ah, 2010).

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data mengenai jumlah siswa tiap kelas diambil dari Bagian Tata Usaha

sekolah

2. Responden mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan paparan

(35)

commit to user seksual remaja

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel

kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square pada Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows. Penggunaan uji

beda Chi-square pada penelitian dengan pertimbangan penelitian ini

menggunakan satu variabel bebas yaitu paparan media dan satu variabel

terikat yaitu perilaku seksual remaja. Batas kemaknaan yang dipakai

(36)

commit to user J. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan penelitian Siswa-siswi SMA Negeri 2 Surakarta

kelas 1, 2 dan 3.

Siswa-siswi yang menjawab dan mengembalikan kuesioner hubungan paparan

pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja

Checking/cleaning kuesioner penelitian

Data entry

Pengolahan data

(37)

commit to user

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Responden

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di SMA Negeri 2

Surakarta. Subjek penelitian adalah Siswa SMA Negeri 2 Surakarta kelas

X, kelas XI dan kelas XII.

Responden pada penelitian ini diambil dengan metode pengambilan

sampel secara acak sederhana (simple random sampling), di mana setiap

anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian didapatkan hasil

sebagai berikut

Tabel 4.1 Sebaran responden menurut kelas

Kelas N %

X 50 48,54%

XI 32 31,07%

XII 21 20,39%

Total 103 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel didapat sampel terbesar adalah dari kelas X yaitu

48,54%. Sementara itu ketika dikategorikan menurut jenis kelamin dapat

(38)

commit to user

Tabel 4.2 Sebaran responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 44 42,72%

Perempuan 59 57,28%

Total 103 100%

Sumber: Data Primer, 2012

B. Riwayat paparan dan perilaku seksual

Berikut pada tabel 4.3 dan 4.4 adalah hasil penyebaran kuesioner pada

103 responden mengenai riwayat paparan pornografi selama satu bulan

terakhir dan tingkat perilaku seksualnya.

Tabel 4.3 Riwayat paparan pornografi

Keterangan N %

Terpapar 57 55,34%

Tidak terpapar 46 44,66%

Total 103 100

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa, jumlah siswa-siswi yang pernah

terpapar materi pornografi selama satu bulan terakhir berjumlah 57 anak

atau 55,34 % dari total sampel. Sementara, yang tidak terpapar materi

(39)

commit to user Tabel 4.4 Tingkat perilaku seksual

Keterangan N %

Perilaku Buruk 21 20,39%

Perilaku Baik 82 79,61%

Total 103 100

Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa, jumlah siswa-siswi yang perilaku

seksualnya buruk berjumlah 21 anak atau 20,39%, sedangkan yang

perilaku seksualnya baik berjumlah 82 anak atau 79,61%. Kemudian, tabel

4.5 menunjukkan distribusi frekuensi dari kedua item di atas.

Tabel 4.5 Distribusi perilaku antara yang pernah terpapar dan tidak

Tingkat Perilaku Seksual

Buruk Baik Total %

Riwayat

paparan

Ya 16 41 57 15,53%

Tidak 5 41 46 4,85%

Total 21 82 103 20,38%

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah siswa-siswi yang

pernah terpapar pornografi selama satu bulan terakhir dan memiliki tingkat

perilaku seksual yang buruk berjumlah 16 anak atau 15,53%, sedangkan

yang tidak pernah terpapar selama satu bulan terakhir namun berperilaku

(40)

commit to user C. Analisis statistik

Sementara itu hasil analisis Chi-Square dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Analisis statitistik

Value Signifikansi

Pearson Chi Square 4,640 0,031

Sumber: Data Primer, 2012 yang telah diolah

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,031 < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

(41)

commit to user

32 BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisi bivariat antara paparan pornografi di media masa

dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta, diperoleh nilai p =

0,031 < 0,05. Nilai p yang didapatkan yaitu sebesar 0,031 menunjukkan bahwa

ada perbedaan signifikan antara proporsi dalam berperilaku seksual buruk antara

siswa yang pernah terpapar dengan yang belum pernah terpapar pornografi

melalui media masa. Dengan kata lain ada hubungan yang bermakna antara

paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja di

SMA Negeri 2 Surakarta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paparan

pornografi melalui media merupakan salah satu faktor yang dapat memicu remaja

untuk melakukan perbuatan seksual yang buruk.

Remaja yang pernah terpapar materi pornografi baik melalui media cetak

maupun elektronik akan lebih sering berkeinginan untuk melakukan perbuatan

seksual baik ringan atau buruk di masa depan dibandingkan dengan yang belum

pernah terpapar. Paparan melalui media ini merupakan yang paling signifikan

dibandingkan faktor-faktor yang lainnya (L’Engle et al., 2005).

Hubungan yang kuat antara paparan pornografi melalui media dengan

perilaku seksual remaja ini bisa dikarenakan peran media sebagai sebuah sumber

(42)

commit to user

periode perkembangan yang ditandai dengan keingintahuan akan informasi yang

tinggi. Kurangnya informasi yang memadai akan perilaku seksual dapat membuat

remaja menjadikan media sebagai panutan akan norma-norma seksual.

Selain itu kemudahan akses yang diberikan media dalam mendapatkan

berbagai jenis informasi semakin membuka peluang remaja untuk melakukan

perbuatan seksual yang buruk. Akses media terutama internet dapat membuat

seorang remaja terpapar materi pornografi berulang kali. Semakin sering remaja

terpapar suatu materi yang berbau pornografi, semakin sering pula remaja

berkeinginan untuk melakukan perilaku seksual mulai dari yang baik hingga yang

buruk.

Menurut penelitian yang dilakukan Supriati dan Fikawati (2009), efek

paparan semakin signifikan bagi orang yang baru terpapar selama kurang dari tiga

bulan dibandingkan dari yang sudah lama terpapar yakni lebih dari tiga bulan.

Orang yang baru terpapar memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi

dibandingkan yang sudah lama terpapar. Ditambah dengan kurangnya informasi

yang cukup mengenai perilaku seksual yang baik dan benar, hal ini berpeluang

akan timbulnya perilaku seksual yang buruk.

Meski demikian, terdapat 5 siswa (4,85%) yang belum terpapar pornografi

melalui media masa selama satu bulan terakhir namun memiliki perilaku seksual

yang buruk. Menurut peneliti hal ini sangat mungkin terjadi. Jika seseorang

selama satu bulan terakhir ini tidak terpapar pornografi melalui media masa,

(43)

commit to user

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti siswa tersebut pernah

terpapar sebelum satu bulan terakhir ini dan siswa masih terpicu untuk melakukan

perilaku seksual yang buruk meski paparan tersebut sempat terhenti selama satu

bulan terakhir. Kemudian, frekuensi paparan yang tinggi sebelum satu bulan

terakhir dan adanya faktor-faktor lain seperti faktor psikologis (kepribadian,

stressor dan daya tahan mental), orang tua, teman sebaya dan jenis kelamin juga

bisa memberikan dampak pada perilaku seksual remaja tersebut. Meski siswa

tersebut tidak terpapar pornografi melalui media masa selama satu bulan terakhir,

faktor-faktor di atas juga berpengaruh terhadap perilaku seksual yang buruk.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini juga harus diperhitungkan.

Pertama, data ini didapatkan melalui pengisian kuesioner yang dilakukan oleh

subyek penelitian yang kemungkinan dapat menimbulkan bias informasi dan

mengisi tidak sebagaimana mestinya karena tidak jujur dalam mengisi kuesioner.

Kedua, sampel hanya terbatas pada satu sekolah di Surakarta. Hal ini dapat

membatasi generalisasi hasil di daerah dan populasi yang lain. Karena berbeda

(44)

commit to user BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa didapatkan

hubungan yang bermakna antara paparan pornografi melalui media masa

dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta dengan p = 0,031

(p < 0,05).

B. Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada siswa-siswi tentang bahaya media

pornografi dan dampak dari media pornografi.

2. Untuk remaja khususnya siswa-siswi SMU Negeri 2 Surakarta, hendaknya

menjaga diri dari hal-hal yang bersifat merusak seperti pornografi itu

sendiri.

3. Perlu adanya penelitian lain yang sejenis dengan sampel yang lebih besar

mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku seksual

remaja seperti faktor psikologis, faktor orang tua dan teman sebaya serta

faktor biologis.

4. Perlu adanya penggunaan instrumen penelitian lain dan pendekatan terhadap

subyek yang berbeda untuk menghindari adanya bias informasi.

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitan.................................................
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Rancangan penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi sampel, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak etanol daun lidah mertua

E-Mail (Electronic Mail) dengan fasilitas ini dapat mengirim dan menerima surat elektronik ( e-mail ) pada atau dari pemakai komputer lain yang terhubung di

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko dominan yang memiliki kemungkinan paling besar terjadi dan memiliki dampak yang signifikan terhadap biaya

yang berjudul : “ Kandungan Gizi dan Daya Terima Mi Basah Dengan Penambahan Tepung Ikan Gabus (Channa Striata Sp) dan Sari Daun Pandan Wangi (Pandamus Amarylifolius

“Perencanaan mengenai taman kota tentu kita masukkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Binjai 2016 – 2021. Kita berharap setelah

Muhammad Syâkir (Pentahqiq), (Ttp.: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 24 Muhammad bin Idrîs al-Syâfi’î, Al-Risâlah, h.. bahwa terminologi istihsân dalam konsepsi pemahaman Syâfi’î

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan, kecuali