• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA ISTRI ANGGOTA POLISI YANG

TINGGAL DI KESATRIAN DENGAN YANG TINGGAL DI RUMAH

SENDIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MUNA AMALIA

G.0006122

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Proposal Penelitian / Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan

antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang

Tinggal di Rumah Sendiri

Muna Amalia, G0006122, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Mei 2010

Tim Skripsi

Sudarman, dr. SpTHT - KL

NIP : 19450712 197610 1 001

Penguji Utama

Mardiatmi Susilohati, dr. SpKJ

NIP : 19490212 197609 2 001 Pembimbing Utama

Yusvick M Hadin, dr. SpKJ

NIP : 19490422 197609 1 001

Anggota Penguji

IGB Indro Nugroho, dr. SpKJ

NIP : 19731003 200501 1 001 Pembimbing Pendamping

Bagus Wicaksono, Drs. MSi

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi

Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri

Muna Amalia, NIM : G.0006122, Tahun : 2010

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Mei 2010

Pembimbing Utama

Nama : Yusvick M Hadin, dr., SpKJ

NIP : 19490422 197609 1 001 ...

Pembimbing Pendamping

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., MSi

NIP : 19620901 198903 1 003 ...

Penguji Utama

Nama : Mardiatmi Susilohati, dr., SpKJ

NIP : 19490212 197609 2 001 ...

Anggota Penguji

Nama : IGB Indro Nugroho, dr., SpKJ

NIP : 19731003 200501 1 001 ...

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Sri Wahjono, dr., MKes

NIP : 19450824 197310 1 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 11 Mei 2010

Muna Amalia

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

Muna Amalia, G0006122, 2010. Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi yang Tinggal di Kesatrian dengan yang Tinggal di Rumah Sendiri”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan antara istri anggota Polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner biodata, kuesioner L-MMPI dan kuesioner T-MAS. Dengan menggunakan uji hipotesis

chi-square.

Subjek penelitian adalah 60 sampel yaitu istri anggota polisi, terdiri dari 30 orang istri polisi yang tinggal di kesatrian dan 30 orang istri polisi yang tinggal di rumah sendiri.

Dari hasil penelitian ini didapatkan istri polisi yang tinggal di kesatrian yang cemas sejumlah 15 orang dan yang tidak cemas sejumlah 15 orang, sedangkan istri polisi yang tinggal di rumah sendiri yang cemas sejumlah 6 orang dan yang tidak cemas sejumlah 24 orang. Dari uji statistik didapatkan hasil X2 hitung sebesar 5,934, sementara X2 tabel (db = 1, @ = 0.05 sebesar 3,841). Karena X2 hitung lebih besar daripada X2 tabel maka hasil yang didapatkan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRACT

Muna Amalia, G0006122, 2010. The Differences of Anxiety between The Police’s Wife who Lives in a Dormitory and The Police’s Wife who Lives in Their Own House. Medical Faculty of Sebelas Maret University.

The research entitied “The differences of anxiety between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house” was done. The aim of this research is to know whether any difference about anxiety level between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house or not.

It is descriptively analitycal research with cross sectional approach. It used questionnaire of biodata, questionnaire by L-MMPI and TMAS scale. Then hypothesid test by chi-square.

This research involved 60 samples, they are the police’s wife with 30 live in a dormitory and 30 live in their own house.

Result of research showed that the police’s wife who lives in a dormitory, 15 respondents are having anxiety and 15 respondents are not having anxiety. Whether the police’s wife who live’s in their own house, 6 respondents are having anxiety and 24 respondents are not having anxiety. From statistical analysis, we obtained the result from X2 count is 5,934, whereas X2 from chi-square table is 3,841. Because the X2 count is bigger than X2 from table, then the result is significant. From the research, we conclude that there are any difference about anxiety level between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri”.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya laporan penelitian ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, dan atas ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Untuk itu, sudah selayaknya jika dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

3. Drs. Bagus Wicaksono, MSi, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 4. Mardiatmi Susilohati, dr., Sp.KJ, selaku Penguji Utama yang telah Bagian Skripsi FK UNS yang telah membantu pelaksanaan skripsi.

8. Bapak Dyamala selaku Komandan Kompi C SAT BRIMOBDA JATIM

beserta ibu yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.

9. Bapak, Ibu, adik-adik, keluarga tercinta atas dukungan, semangat, kasih sayang, do’a, dan segala yang telah diberikan. Juga mas Ardi, dan semua teman-teman Tikara, Deka, SKI FK, PBL A5, serta angkatan 2006.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulis di masa datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surakarta, 7 Mei 2010

Muna Amalia

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….4

C. Tujuan Penelitian ………..4

D. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II LANDASAN TEORI ………. 5

A. Tinjauan Pustaka ………. 5

B. Kerangka Pemikiran ……… 14

C. Hipotesis ………... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………16

A. Jenis Penelitian ………..16

B. Lokasi Penelitian ………... 16

C. Subjek Penelitian ………... 16

D. Teknik Sampling ………... 17

E. Identifikasi Variabel Penelitian ………. 17

F. Definisi Operasional Variabel ………... 18

G. Rancangan Penelitian ………... 19

H. Instrumen Penelitian ………. 20

I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ……… 20

J. Teknik Analisis Data ……….. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 22

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar tempat tinggal di

kesatrian dan di rumah sendiri

Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian

dan di rumah sendiri

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Biodata Responden

Lampiran 2. Kuesioner Skala L-MMPI

Lampiran 3. Kuesioner Skala TMAS

Lampiran 4. Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS

Lampiran 5. Data Responden Istri Polisi

Lampiran 6. Perhitungan Chi-square dengan rumus

Lampiran 7. Hasil Analisis Chi-square dengan SPSS 16.00

Lampiran 8. Daftar Chi-square

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tak aman, dan

kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan. Kecemasan bisa normal bisa patologis. Kecemasan

normal apabila mendapatkan ketegangan hidup kemudian dapat segera

menyesuaikan diri dalam waktu yang lebih singkat, apabila terus menerus

terjadi kecemasan dimana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka

menjadi kecemasan yang patologis (Maramis, 2005). Kecemasan timbul

akibat adanya respon terhadap kondisi stress atau konflik. Hal ini biasa

terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya

dan dituntut untuk mampu beradaptasi (Solomon, 1974).

Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung

singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi

tekanan atau peristiwa yang mengecam kehidupannya. Dalam ilmu

kedokteran, kecemasan disebut dengan istilah Ansietas. Ada dua macam

bentuk ansietas yaitu ansietas normal ansietas patologik. Ansietas yang

normal, merupakan kecemasan yang dapat ditelusuri sumbernya dan

merupakan suatu yang akrab dalam kehidupan manusia. Ansietas

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

patologik merupakan kecemasan yang penyebabnya tidak dapat ditelusuri

dan tidak dapat diusut (Ibrahim, 2002).

Prevalensi (angka kesakitan) gangguan ansietas berkisar pada

angka 6-7% dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak

dibandingkan prevalensi kelompok laki-laki. Beberapa tahun yang lalu

hasil penelitian yang pernah dilakukan pada kelompok perempuan yang

tinggal di rumah susun Klender Jakarta Timur, menunjukkan prevalensi

gangguan ansietas sebesar 9,8%. Penelitian lainnya yang dilakukan pada

sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif di beberapa Instansi Pemerintah

maupun Instansi Swasta di Jakarta, menunjukkan prevalensi phobia sosial,

(satu di antara gangguan ansietas) sebesar 10-16%. Penelitian yang

dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada murid

SLA di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, prevalensi gangguan

ansietas sebesar 8-12%. Penelitian yang sama dengan menggunakan

Hamilton Anxiety Rating Scale, telah dilakukan pada kelompok

perempuan di dua kelurahan, yaitu di Tanjung Duren Utara dan Tanjung

Duren Selatan (Kecamatan Grogol Petamburan), ternyata prevalensi

ansietas sebesar 9,4% (Ibrahim, 2002).

Memasuki abad ke XXII, masyarakat Indonesia langsung

berhadapan dengan berbagai masalah, terutama masalah sosial, moneter

dan ekonomi. Pemerintah hingga saat ini belum berhasil menanggulangi

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bertambah jelek, akan berakibat semakin mempersulit kehidupan

masyarakat luas.

Asrama atau kesatrian anggota polisi terdapat pada satu wilayah

yang cukup luas. Dihuni oleh para anggota kesatrian beserta keluarganya.

Kondisi rumah yang satu dan lainnya sangat berdekatan, bahkan satu

dinding. Keluarga yang satu bisa saja mengetahui atau bahkan ikut

merasakan apa yang terjadi pada tetangga dekatnya. Kondisi ini dapat

dirasakan sebagai stresor yang mengakibatkan kecemasan. Meskipun

semua fasilitas yang ada di kesatrian itu gratis dan hanya membayar tiga

ribu rupiah per bulan, namun tidak dapat dinikmati selamanya. Masa

diperbolehkan tinggal di kesatrian itu adalah selama sang suami masih

bertugas di kesatrian itu (Brimob, 2009). Jadi, ketika suami sudah tidak

bertugas di kesatrian itu baik karena pensiun, pindah tugas, maupun

meninggal maka keluarga harus meninggalkan kesatrian. Kondisi ini juga

dapat dirasakan sebagai stresor yang menyebabkan kecemasan, karena

mereka harus berpikir ke depan seandainya sudah tidak lagi diperkenankan

tinggal di kesatrian.

Dengan melihat latar belakang tersebut di atas, peneliti melakukan

penelitian untuk mengetahui perbedaan kecemasan pada istri anggota

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kecemasan antara istri anggota Polisi yang

tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan antara istri

anggota Polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah

sendiri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai

pedoman di dalam penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

masyarakat dan pemerintah terkait pencegahan dan penatalaksanaan

kecemasan sehingga dapat membawa hasil yang optimal. Serta dapat

digunakan untuk mengetahui kecemasan pada istri anggota Polisi

yang tinggal di kesatrian, sehingga dapat digunakan untuk upaya

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan

subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai

reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak

adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya

tidak menyenangkan dan menimbulkan atau disertai disertasi

perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung

meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang, bingung, tidak bisa

berkonsentrasi).

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal

dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci”

yang berarti mencekik. Kecemasan adalah kondisi emosional yang

tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif

seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan

aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati, 2004).

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Freud

mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak

menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis seperti perubahan

detak jantung dan pernapasan, dengan kata lain kecemasan adalah

reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya (Kaplan dan Sadock,

1997). Kecemasan juga merupakan perasaan tidak mampu mengatasi

problem yang muncul (Setiawan, 1999).

b. Epidemiologi

Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan kecemasan

umum satu tahun terentang antara 3% sampai 8%. Kemungkinan 50%

pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki gangguan mental

lainnya. Rasio wanita dan laki-laki yang mendapat perawatan inap

untuk gangguan tersebut adalah sama (Kaplan dan Sadock, 1997).

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, wanita

lebih cemas dengan ketidakmampuannya dibanding laki-laki, laki-laki

lebih aktif dan eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Penelitian

lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding wanita.

Wanita lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan

daripada laki-laki. Wanita juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah

mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi

kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas

daripada laki-laki (Trismiati, 2004).

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user c. Etiologi

Menurut Horney, sumber-sumber ancaman yang dapat

menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Dapat berasal

dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam

diri seseorang (Trismiati, 2004).

Kartini (2000) menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari

rangsangan-rangsangan sebagai berikut :

1) Ketakutan yang terus menerus disebabkan oleh kesusahan dan

kegagalan yang bertubi-tubi

2) Represi terhadap berbagai masalah emosional

3) Kecenderungan harga diri yang terhalang

4) Dorongan-dorongan seksual yang terhambat

Rangsangan-rangsangan tersebut akan menimbulkan respon dari

sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibatnya

muncul perangsangan pada organ seperti lambung, jantung, pembuluh

darah, maupun ekstremitas.

Banyak bukti menunjukkan bahwa manusia mewarisi

kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi-kontribusi kecil

dari banyak gen di wilayah-wilayah kromosom yang berbeda secara

kolektif membuat seseorang rentan mengalami kecemasan jika ada

faktor-faktor psikologis dan sosial tertentu yang mendukungnya

(Barlow dan Durand, 2007).

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Salan (dalam Huda, 2000), kecemasan dapat timbul

karena beberapa faktor, tetapi secara umum disebabkan oleh bahaya

yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, yaitu stimuli intern atau

bahaya dari luar yang tidak nyata oleh yang bersangkutan ditafsirkan

lain karena adanya distorsi persepsi dan realita lingkungan.

Tingkat kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Tingkat psikologis

b. Tingkat fisiologis

d. Patofisiologi

Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari

luar dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.

Rangsangan tersebut diterima oleh panca indera, diteruskan dan

direspon oleh sistem saraf pusat. Bila rangsangannya berupa ancaman,

maka responnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat,

proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem RAS

(Reticular Activating System) – Hypotalamus yang memberikan impuls

kepada kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal

terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yaitu memacu sistem saraf

otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholamine).

Hiperaktifitas sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya

kecemasan. Keluhannya sangat beraneka ragam seperti sakit kepala,

pusing, serasa mabuk, cenderung untuk pingsan, banyak berkeringat,

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

usus, diare, anoreksia, kaki dan tangan dingin, kesemutan, merasa

dingin/panas di seluruh tubuh, dan lain sebagainya (Mujaddid, 2006).

Pada ansietas Generalized Anxiety Disorder (GAD) misalnya

terdapat petunjuk adanya gangguan pada reseptor serotonin tertentu

yaitu 5HT-IA, sedangkan pada ansietas Panic Disorder (PD) lebih jelas

berhubungan dengan gangguan noradrenalin pada locus ceruleus

(Mujaddid, 2006).

e. Gejala Klinis

Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Maramis, 2005), yaitu :

1) Gejala - gejala Somatik

Gejala-gejala ini dapat berupa sesak napas, dada tertekan, kepala

enteng seperti mengambang, linu-linu, nyeri epigastrium, cepat

lelah, palpitasi, keringat dingin. Macam gejala lain mungkin

mengenai motorik, pencernaan, pernapasan, sistem

kardiovaskuler, genito-urinaria, atau susunan saraf pusat.

2) Gejala – gejala Psikologik

Gejala ini mugkin timbul sebagai rasa was-was, khawatir akan

terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, khawatir dengan

pemikiran orang mengenai dirinya. Penderita tegang terus

menerus dan tak mampu berlaku santai. Pemikirannya penuh

dengan kekhawatiran, kadang bicaranya cepat tapi terputus-putus.

Kecemasan dan kekhawatiran biasanya sering diikuti dengan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (Gorini dan Riva,

2008).

Akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kecemasan (Setiawan,

1999) :

1. Akibat subyektif

2. Dalam bentuk perilaku

3. Akibat kognitif

4. Akibat fisiologis

5. Akibat keorganisasian

f. Diagnosis Kecemasan

Dihubungkan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut

(dengan paling kurang beberapa gejala tadi terjadi lebih banyak

dibandingkan tidak selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu

gejala yang diperlukan pada anak-anak.

1) Gelisah atau perasaan tegang atau cemas

2) Merasa mudah lelah

3) Sulit berkonsentrasi

4) Iritabilitas

5) Ketegangan otot

6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap tidur, atau

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kecemasan juga dapat didiagnosis dengan menggunakan :

1. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia, edisi ke III (PPDGJ III)

2. Instrumen Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)

3. Instrumen The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)

4. dan instrumen lainnya yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan

prinsip holistik (menyeluruh) dan eklitik (mendetail) yaitu meliputi

aspek organo-biologik, aspek psiko-edukatif, dan aspek sosio-kultural

(Mujaddid, 2006).

Pengobatan dapat dilakukan dengan mencari dan

membicarakan konflik, menjamin kembali (”reassurance”), gerak

badan serta rekreasi yang baik, dan obat tranquilaizer biasanya dapat

menghilangkan dengan segera gangguan cemas. Terdapat berbagai

macam terapi terhadap kecemasan yaitu dengan psikoterapi analitik,

psikoterapi individual maupunn kelompok, sosioterapi, terapi perilaku,

terapi seni kreatif, terapi kerja, dan farmakoterapi (Maramis, 2005).

Intervensi musik telah dilaporkan mendapat hasil yang baik

pada pengurangan status kecemasan, mengurangi stress, dan

meningkatkan relaksasi (Gorini dan Riva, 2008).

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Kesatrian BRIMOB

Salah satu kesatuan dari Polri yang paling tua adalah Brigade Mobil

(Brimob), didirikan pada akhir tahun 1945. Kesatuan ini pada mulanya

diberikan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala

negara, dan mempertahankan ibukota. Brimob turut berjuang dalam perang

revolusi. Para personelnya juga mengambil bagian dalam konfrontasi militer

dengan Malaysia sekitar tahun 1960an dan dalam konflik di Timor Timur di

pertengahan era 1970. Di tahun 1981 Brimob membentuk sub unit baru yang

disebut unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak).

Semenjak tahun 1992 Brimob pada dasarnya adalah organisasi militer

yang dilatih dan diorganisasikan dalam kesatuan-kesatuan militer. Brimob

memiliki kekuatan sekitar 12.000 personel. Brigade ini fungsi utamanya

adalah sebagai korps elite untuk menanggulangi situasi darurat, yakni

membantu polisi dalam operasi yang membutuhkan aksi yang cepat. Mereka

diterjunkan dalam operasi pertahanan dan keamanan domestik, dan telah

dilengkapi dengan perlengkapan anti huru-hara khusus. Mereka telah dilatih

khusus untuk menangani demonstrasi massa. Semenjak huru-hara yang terjadi

pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima

latihan anti huru-hara khusus (Brimob, 2009).

Para anggota polisi, terutama pasukan khusus seperti Brimob,

mendapatkan fasilitas dari negara yaitu berupa kesatrian atau dapat disamakan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang yang bersifat homogen.

Asrama adalah rumah pemondokan (murid-murid, pegawai, dsb.) Ada asrama

mahasiswa, asrama sekolah, asrama tentara.

Asrama atau kesatrian anggota polisi terdapat pada satu wilayah yang

cukup luas. Dihuni oleh para anggota kesatrian beserta keluarganya. Kondisi

rumah yang satu dan lainnya sangat berdekatan, bahkan satu dinding. Semua

fasilitas yang ada di kesatrian itu gratis, hanya membayar tiga ribu rupiah per

bulan, namun tidak dapat dinikmati selamanya. Masa diperbolehkan tinggal di

kesatrian itu adalah selama sang suami masih bertugas di kesatrian itu. Jadi,

ketika suami sudah tidak bertugas di kesatrian itu baik karena pensiun, pindah

tugas, maupun meninggal maka keluarga harus meninggalkan kesatrian

(Brimob,2009).

3. TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale)

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS

berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan ya atau tidak

sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (Ö) pada kolom jawaban

ya atau tidak, setiap jawaban yang sesuai diberi nilai 1. Sebagai cut off point

adalah sebagai berikut :

a. Nilai < 21 berarti tidak cemas

b. Nilai ≥ 21 berarti cemas

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

Yaitu skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang

mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Bila

responden menjawab tidak maka diberi nilai 1. Nilai batas skala adalah 10,

artinya apabila responden mempunyai nilai >10 maka data hasil penelitian

responden tersebut dinyatakan invalid.

persiapan ketika harus keluar dari kesatrian

Lebih cemas Kurang cemas

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user C. Hipotesis

Terdapat perbedaan kecemasan antara istri anggota polisi yang tinggal

di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel terikat (efek) yang

diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kesatrian Brimob Detasemen 2 POLDA

JATIM di Madiun

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini mengambil subyek penelitian istri anggota Polisi

sebanyak 30 orang dan mempunyai :

1. Kriteria inklusi : tinggal di Kesatrian Polisi dan skor L-MMPI < 10

2. Kriteria eksklusi : skor L-MMPI > 10, dan tidak dalam

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan kecemasan, yaitu kematian

mendadak anggota keluarga, perpisahan / perceraian, sakit kronis,

serta masalah dalam kehidupan keluarga.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jumlah subyek penelitian tersebut berdasarkan sampel minimal adalah 30

orang yang diambil secara random. Kelompok kontrol yaitu istri anggota

polisi yang tinggal di rumah sendiri sejumlah 30 orang.

D. Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini mengambil sampel dengan cara purposive random

sampling, yaitu pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat

tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi. Cara pengambilan

sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa

memperhatikan strata dalam tingkatan tersebut dan dilakukan bila anggota

populasi dianggap sejenis serta mengambil wakil dari daerah/ wilayah

geografis yang ada (Ridwan, 2003).

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas

Istri anggota Polisi

2. Variabel terikat

Kecemasan

3. Variabel luar

Keadaan lain yang dapat menyebabkan kecemasan adalah :

a. Kematian anggota keluarga

b. Perpisahan / perceraian

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user c. Menderita sakit kronis

d. Masalah keluarga

F. Definisi Operasional Variabel

1. Istri anggota polisi adalah seorang wanita yang bersuami polisi

2. Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subyek

penelitian, diukur dengan TMAS, sebagai cut off point yaitu :

a. cemas : bila skor TMAS ≥ 21

b. tidak cemas : bila skor TMAS < 21

3. Tinggal di kesatrian maksudnya istri dan keluarga anggota polisi yang

tinggal di kesatrian yang merupakan fassilitas dari Negara.

4. Tinggal di rumah sendiri maksudnya istri dan keluarga anggota polisi

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user G. Rancangan Penelitian

Tinggal di kesatrian

Tinggal di rumah sendiri

· Biodata

· L-MMPI

· Biodata

· L-MMPI

Kelompok kontrol Kelompok subyek

T-MAS T-MAS

Hasil Hasil

Chi Square Subyek

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user H. Instrumen Penelitian

1. Formulir Biodata

2. Kuesioner L-MMPI

3. Kuesioner TMAS

I. Cara Kerja dan Teknik Pengambilan Data

1. Dilakukan random sampling pada populasi responden untuk mengisi

formulir dan kuesioner yang diperlukan

2. Responden mengisi formulir biodata

3. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

kebohongan

4. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui angka

kecemasan

5. Dari sejumlah data yang diperoleh diawal, diambil jumlah tiap

kelompok sebanyak 30 orang berdasarkan skor kuesioner L-MMPI

yang termasuk valid

6. Data sejumlah 30 orang tiap kelompok kemudian diolah dengan uji

statistik chi-square

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua

atau lebih klas, data berbentuk nominal, dan sampelnya besar.

Rumus dasar chi square adalah : 效 ∑ ͈0 ͈

͈

Keterangan : x2 = chi square

Fo = frekuensi diperoleh dari sampel

Fh = frekuensi yang diharapkan dari populasi

Interpretasi nilai x2 sebagai berikut (Sugiono, 2005) :

1. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai x2 adalah 1

2. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%, dengan ketentuan jika Xo

(Xhitung)2 > Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2 kita katakan signifikan.

Sebaliknya jika Xo (Xhitung)2 < Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2

dikatakan non signifikan.

Dengan : Xo = chi square yang diperoleh

Xh = chi square yang diharapkan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Setelah dilaksanakan penelitian terhadap 60 sampel yang telah

memenuhi syarat, responden melakukan pengisian kuesioner dengan

instrumen TMAS untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan.

Dari 60 sampel tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar tempat tinggal di

kesatrian dan di rumah sendiri

No Tempat tinggal Jumlah Persentase

1. Di kesatrian 30 50%

2. Di rumah sendiri 30 50%

Jumlah 60 100%

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian

dan di rumah sendiri

No Keterangan Cemas Tidak cemas Jumlah

1. Istri polisi yang tinggal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri polisi yang tinggal di

kesatrian terdapat 15 orang yang mengalami kecemasan dan 15 orang yang

tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pada istri polisi yang tinggal di

rumah sendiri terdapat 6 orang yang mengalami kecemasan dan 24 orang

yang tidak mengalami kecemasan.

Dalam penelitian ini, data yang didapat dianalisis dengan uji

statistik chi-square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kecemasan.

Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh signifikan, terlebih dahulu

dihitung derajat kebebasannya (db). Data yang diperoleh disajikan dalam

tabel 2 x 2 sebagai berikut :

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan Cemas Tidak Cemas

Istri polisi yang tinggal

di kesatrian

a b

Istri polisi yang tinggal

di rumah sendiri

c d

Jadi : db = (jumlah lajur-1)(jumlah baris-1)

= (2-1)(2-1)

= 1

Kemudian nilai x2 dihitung dengan rumus :

x2 = N (ad-bc)2

(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

Berdasar rumus perhitungan Chi-square (terlampir), taraf signifikansi 5%

dan derajat kebebasan (db) 1, maka nilai x2 tabel adalah 3,841. Dari

penelitian diperoleh nilai x2 hitung adalah 5,934, jadi x2 hitung > x2 tabel,

maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti terdapat perbedaan

kecemasan yang bermakna antara kelompok subyek, yaitu istri polisi yang

tinggal di kesatrian dan kelompok kontrol, yaitu istri polisi yang tinggal di

rumah sendiri.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sedangkan interpretasi uji Chi-Square berdasarkan analisis data

dengan SPSS 16.00, yang digunakan adalah nilai Pearson Chi-Square

pada tabel terlampir. Nilai signifikansinya adalah p< 0,05, yang artinya

ada perbedaan kecemasan yang bermakna. Pada tabel tersebut, nilai

Pearson Chi-Square adalah 0,015, sedangkan 0.015 < 0,05. Dan pada

kolom value didapatkan nilai 5,934 yang ternyata sama dengan hasil

perhitungan dengan rumus Chi-Square yang ada. Maka dapat disimpulkan

adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok subyek, yaitu istri

polisi yang tinggal di kesatrian dan kelompok kontrol, yaitu istri polisi

yang tinggal di rumah sendiri.

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian diperoleh hasil sama dengan landasan teori dan

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kecemasan yang

bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dan istri polisi yang

tinggal di rumah sendiri.

Tinggal di kesatrian mempunyai keuntungan dan kerugian.

Diantara keuntungannya adalah merupakan fasilitas gratis dari Negara,

hanya membayar tiga ribu rupiah per bulan. Rasa kekeluargaan yang

cukup besar antar penghuni jika tidak ada masalah sosial dengan tetangga.

Namun, selain keuntungan tersebut, ada pula kerugiannya antara lain masa

tinggal yang terbatas, yaitu hanya selama suaminya yang anggota Polisi

bertugas di kesatrian itu. Jika suami sudah tidak bertugas di kesatrian itu

baik karena pensiun, pindah tugas, maupun meninggal dunia maka

keluarga harus meninggalkan kesatrian. Kerugian yang lain adalah jarak

antar rumah yang terlalu berdekatan, bahkan masih dalam satu dinding.

Jadi kemungkinan tetangga terganggu dengan apa yang terjadi pada

tetangga sebelahnya cukup besar (Brimob, 2009).

Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kecemasan pada istri

polisi yang tinggal di kesatrian antara lain :

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Masa tinggal di kesatrian yang tidak selamanya (Brimob, 2009), maka

akan menuntut keluarga tersebut untuk mempunyai persiapan jika

nantinya harus keluar dari kesatrian. Apabila tidak ada persiapan itu

sangat mungkin terjadi kecemasan pada keluarga, terutama istri.

2. Saat ditinggal suaminya bertugas jauh dan lama, merupakan salah satu

hal yang mungkin menyebabkan kecemasan. Karena istri mungkin

was-was atas keselamatan suaminya, mungkin juga ada dorongan

seksual yang terhambat yang merupakan salah satu etiologi terjadinya

kecemasan (Kartini, 2000).

3. Kesiapan adanya tempat tinggal apabila sudah tidak diperkenankan

tinggal di kesatrian. Apabila kesiapan itu belum ada atau tidak ada,

maka sangat mungkin menyebabkan kecemasan.

4. Adanya penggusuran, contohnya para penghuni Asrama Brimob

Medaeng, Waru, Sidoarjo yang berunjuk rasa ke DPRD Jawa Timur

pada tanggal 12 September 2002 karena adanya penggusuran

(Gatra.com, 2002). Adanya penggusuran di asrama yang lain juga

menyebabkan rasa cemas, khawatir apabila mungkin menimpanya.

5. Ketidak harmonisan atau masalah sosial dengan tetangga juga

memungkinkan terjadinya kecemasan, misalnya saling iri, dengki, atau

curiga atas kebahagiaan tetangganya.

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penyebab kecemasan yang lain seperti kecelakaan atau kematian

keluarga, perpisahan atau perceraian, menderita sakit kronis, dan masalah

keluarga tidak termasuk dalam faktor penyebab kecemasan yang dihitung

dan dianalisis pada penelitian ini karena telah menjadi kriteria eksklusi.

Ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi kecemasan pada

kelompok subyek maupun kelompok kontrol, antara lain faktor tingkat

pendidikan dan pekerjaan. Pada kelompok subyek, yaitu istri polisi yang

tinggal di kesatrian terdapat 18 orang dengan pendidikan terakhir SMA

dan 12 orang dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi. Pada

kelompok kontrol, yaitu istri polisi yang tinggal di rumah sendiri terdapat

16 orang dengan pendidikan terakhir SMA dan 14 orang dengan

pendidikan terakhir Perguruan Tinggi. Berdasarkan penelitian Lutfa dan

Maliya (2008), semakin meningkat tingkat pendidikan seseorang, maka

ada kecenderungan tingkat kecemasan seseorang semakin menurun.

Sedangkan faktor pekerjaan, pada kelompok subyek yaitu istri

polisi yang tinggal di kesatrian terdapat 27 orang sebagai ibu rumah

tangga, 1 orang PNS, 1 orang guru, dan 1 orang karyawan swasta. Pada

kelompok kontrol yaitu istri polisi yang tinggal di rumah sendiri terdapat

19 orang sebagai ibu rumah tangga, 4 orang PNS, 3 orang karyawan

swasta, 2 orang guru, 1 orang bidan, dan 1 orang wiraswasta.

Pekerjaan dapat mempengaruhi kecemasan seperti pada hasil

penelitian Sanne, et al. (2004) yang menyatakan bahwa petani mempunyai

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

panjang, pekerjaan fisik yang berat, pendapatan yang sedikit, serta tingkat

pendidikan yang rendah. Hal ini apabila dianalogikan dengan keadaan

subyek penelitian yang sebagian besar hanya ibu rumah tangga, yang

mungkin penghasilan sangat sedikit, maka akan lebih mudah mengalami

kecemasan. Berdasar faktor-faktor tersebut diatas, dapat disimpulkan

adanya kecenderungan istri polisi yang tinggal di kesatrian lebih cemas

dibandingkan istri polisi yang tinggal di rumah sendiri.

Penelitian ini masih memiliki kelemahan, yaitu sampel yang

digunakan masih terbatas pada satu lokasi tertentu saja dengan jumlah

subyek yang terbatas. Selain itu, beberapa hal seperti kepribadian,

intensitas stresor, dan faktor yang dapat berpengaruh lainnya belum

dimasukkan sebagai faktor internal ataupun eksternal yang dapat

mempengaruhi variabel yang ada. Faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan

juga belum ikut dianalisis dengan statistik, hanya berdasar data yang ada

dan digunakan untuk mendukung pembahasan.

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasar penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nilai p<0,05.

Maka secara statistik dapat disimpulkan terdapat perbedaan kecemasan

yang bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dengan istri

polisi yang tinggal di rumah sendiri. Dan istri polisi yang tinggal di

kesatrian lebih cemas dibandingkan istri polisi yang tinggal di rumah

sendiri.

B. Saran

1. Kriteria inklusi dan eksklusi hendaknya diperjelas khususnya terkait

kepribadian, intensitas stressor, dan tingkat pendidikan.

2. Pihak pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia, dapat

mengantisipasi atau mencegah terjadinya kecemasan dengan lebih

memperhatikan anggotanya yang tinggal di kesatrian sebagai upaya

meningkatkan kesehatan mental anggota Polisi dan keluarganya.

3. Pihak pimpinan kesatrian dapat memotivasi anggotanya untuk bekerja

keras demi mempersiapkan kehidupan mendatang seandainya sudah

tidak bertugas dan tidak tinggal di kesatrian.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pihak pemerintah, kepolisian, atau pimpinan kesatrian dapat

melakukan kerjasamayang baik dengan pihak medis untuk melakukan

tindakan pencegahan dan penatalaksanaan. Misalnya dengan adanya

hiburan, rekreasi, intervensi musik, meningkatkan relaksasi, sehingga

dapat mengurangi stress dan status kecemasan.

5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan teknik yang lebih baik

untuk mendapat hasil yang lebih akurat.

Gambar

Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar tempat tinggal di
Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pemantapan jaringan pengendalian bencana pesisir dan pulau- pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g dilakukan dengan upaya pengelolaan dan

Kadar protein yang rendah pada fraksi 80% tersebut juga terjadi karena pada ekstrak kasar mengandung banyak protein selain enzim selulase menyebabkan kadar

Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi, gunakan media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yang bersangkutan, Jika tersedia inaktivator

Setelah mendapatkan data mengenai daftar IPv6 di Indonesia maka menjalankan Nslookup, Dig, Whois untuk mendapatkan List Domain Name Server (DNS), Website, Mail Server

An experiment to callus initation leaf melinjo (Gnetum gnemon L.) to coral active concentration with BAP and NAA compotition in-vitro was carried out in Tissuse culture Laboratorium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan nisbah bagi hasil atas pembiayaan mudharabah adalah jumlah nominal yang

(ingga pada terjadi dua kasus di dua tempat berbeda yang datang dari ujung timur )ndonesia yaitu kabupaten Tolikara Provinsi Papua dan Kabupaten Singkil Provinsi

Oleh karenaperusahaan adalah pekerjaan tetap, sedangkan tidak setiap pekerjaan tetapadalah perusahaan dalam arti mengejar keuntungan pribadi,