perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA ISTRI ANGGOTA POLISI YANG
TINGGAL DI KESATRIAN DENGAN YANG TINGGAL DI RUMAH
SENDIRI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
MUNA AMALIA
G.0006122
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Proposal Penelitian / Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan
antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang
Tinggal di Rumah Sendiri
Muna Amalia, G0006122, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Mei 2010
Tim Skripsi
Sudarman, dr. SpTHT - KL
NIP : 19450712 197610 1 001
Penguji Utama
Mardiatmi Susilohati, dr. SpKJ
NIP : 19490212 197609 2 001 Pembimbing Utama
Yusvick M Hadin, dr. SpKJ
NIP : 19490422 197609 1 001
Anggota Penguji
IGB Indro Nugroho, dr. SpKJ
NIP : 19731003 200501 1 001 Pembimbing Pendamping
Bagus Wicaksono, Drs. MSi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi
Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri
Muna Amalia, NIM : G.0006122, Tahun : 2010
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Mei 2010
Pembimbing Utama
Nama : Yusvick M Hadin, dr., SpKJ
NIP : 19490422 197609 1 001 ...
Pembimbing Pendamping
Nama : Bagus Wicaksono, Drs., MSi
NIP : 19620901 198903 1 003 ...
Penguji Utama
Nama : Mardiatmi Susilohati, dr., SpKJ
NIP : 19490212 197609 2 001 ...
Anggota Penguji
Nama : IGB Indro Nugroho, dr., SpKJ
NIP : 19731003 200501 1 001 ...
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr., MKes
NIP : 19450824 197310 1 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 11 Mei 2010
Muna Amalia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
Muna Amalia, G0006122, 2010. Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi yang Tinggal di Kesatrian dengan yang Tinggal di Rumah Sendiri”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan antara istri anggota Polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner biodata, kuesioner L-MMPI dan kuesioner T-MAS. Dengan menggunakan uji hipotesis
chi-square.
Subjek penelitian adalah 60 sampel yaitu istri anggota polisi, terdiri dari 30 orang istri polisi yang tinggal di kesatrian dan 30 orang istri polisi yang tinggal di rumah sendiri.
Dari hasil penelitian ini didapatkan istri polisi yang tinggal di kesatrian yang cemas sejumlah 15 orang dan yang tidak cemas sejumlah 15 orang, sedangkan istri polisi yang tinggal di rumah sendiri yang cemas sejumlah 6 orang dan yang tidak cemas sejumlah 24 orang. Dari uji statistik didapatkan hasil X2 hitung sebesar 5,934, sementara X2 tabel (db = 1, @ = 0.05 sebesar 3,841). Karena X2 hitung lebih besar daripada X2 tabel maka hasil yang didapatkan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRACT
Muna Amalia, G0006122, 2010. The Differences of Anxiety between The Police’s Wife who Lives in a Dormitory and The Police’s Wife who Lives in Their Own House. Medical Faculty of Sebelas Maret University.
The research entitied “The differences of anxiety between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house” was done. The aim of this research is to know whether any difference about anxiety level between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house or not.
It is descriptively analitycal research with cross sectional approach. It used questionnaire of biodata, questionnaire by L-MMPI and TMAS scale. Then hypothesid test by chi-square.
This research involved 60 samples, they are the police’s wife with 30 live in a dormitory and 30 live in their own house.
Result of research showed that the police’s wife who lives in a dormitory, 15 respondents are having anxiety and 15 respondents are not having anxiety. Whether the police’s wife who live’s in their own house, 6 respondents are having anxiety and 24 respondents are not having anxiety. From statistical analysis, we obtained the result from X2 count is 5,934, whereas X2 from chi-square table is 3,841. Because the X2 count is bigger than X2 from table, then the result is significant. From the research, we conclude that there are any difference about anxiety level between the police’s wife who lives in a dormitory and the police’s wife who live’s in their own house.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecemasan antara Istri Anggota Polisi Yang Tinggal di Kesatrian dengan Yang Tinggal di Rumah Sendiri”.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya laporan penelitian ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, dan atas ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Untuk itu, sudah selayaknya jika dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
3. Drs. Bagus Wicaksono, MSi, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 4. Mardiatmi Susilohati, dr., Sp.KJ, selaku Penguji Utama yang telah Bagian Skripsi FK UNS yang telah membantu pelaksanaan skripsi.
8. Bapak Dyamala selaku Komandan Kompi C SAT BRIMOBDA JATIM
beserta ibu yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.
9. Bapak, Ibu, adik-adik, keluarga tercinta atas dukungan, semangat, kasih sayang, do’a, dan segala yang telah diberikan. Juga mas Ardi, dan semua teman-teman Tikara, Deka, SKI FK, PBL A5, serta angkatan 2006.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulis di masa datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Surakarta, 7 Mei 2010
Muna Amalia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ……….4
C. Tujuan Penelitian ………..4
D. Manfaat Penelitian ………... 4
BAB II LANDASAN TEORI ………. 5
A. Tinjauan Pustaka ………. 5
B. Kerangka Pemikiran ……… 14
C. Hipotesis ………... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………16
A. Jenis Penelitian ………..16
B. Lokasi Penelitian ………... 16
C. Subjek Penelitian ………... 16
D. Teknik Sampling ………... 17
E. Identifikasi Variabel Penelitian ………. 17
F. Definisi Operasional Variabel ………... 18
G. Rancangan Penelitian ………... 19
H. Instrumen Penelitian ………. 20
I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ……… 20
J. Teknik Analisis Data ……….. 20
BAB IV HASIL PENELITIAN……… 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar tempat tinggal di
kesatrian dan di rumah sendiri
Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian
dan di rumah sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Biodata Responden
Lampiran 2. Kuesioner Skala L-MMPI
Lampiran 3. Kuesioner Skala TMAS
Lampiran 4. Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS
Lampiran 5. Data Responden Istri Polisi
Lampiran 6. Perhitungan Chi-square dengan rumus
Lampiran 7. Hasil Analisis Chi-square dengan SPSS 16.00
Lampiran 8. Daftar Chi-square
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tak aman, dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan. Kecemasan bisa normal bisa patologis. Kecemasan
normal apabila mendapatkan ketegangan hidup kemudian dapat segera
menyesuaikan diri dalam waktu yang lebih singkat, apabila terus menerus
terjadi kecemasan dimana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka
menjadi kecemasan yang patologis (Maramis, 2005). Kecemasan timbul
akibat adanya respon terhadap kondisi stress atau konflik. Hal ini biasa
terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya
dan dituntut untuk mampu beradaptasi (Solomon, 1974).
Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung
singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi
tekanan atau peristiwa yang mengecam kehidupannya. Dalam ilmu
kedokteran, kecemasan disebut dengan istilah Ansietas. Ada dua macam
bentuk ansietas yaitu ansietas normal ansietas patologik. Ansietas yang
normal, merupakan kecemasan yang dapat ditelusuri sumbernya dan
merupakan suatu yang akrab dalam kehidupan manusia. Ansietas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
patologik merupakan kecemasan yang penyebabnya tidak dapat ditelusuri
dan tidak dapat diusut (Ibrahim, 2002).
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan ansietas berkisar pada
angka 6-7% dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak
dibandingkan prevalensi kelompok laki-laki. Beberapa tahun yang lalu
hasil penelitian yang pernah dilakukan pada kelompok perempuan yang
tinggal di rumah susun Klender Jakarta Timur, menunjukkan prevalensi
gangguan ansietas sebesar 9,8%. Penelitian lainnya yang dilakukan pada
sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif di beberapa Instansi Pemerintah
maupun Instansi Swasta di Jakarta, menunjukkan prevalensi phobia sosial,
(satu di antara gangguan ansietas) sebesar 10-16%. Penelitian yang
dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada murid
SLA di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, prevalensi gangguan
ansietas sebesar 8-12%. Penelitian yang sama dengan menggunakan
Hamilton Anxiety Rating Scale, telah dilakukan pada kelompok
perempuan di dua kelurahan, yaitu di Tanjung Duren Utara dan Tanjung
Duren Selatan (Kecamatan Grogol Petamburan), ternyata prevalensi
ansietas sebesar 9,4% (Ibrahim, 2002).
Memasuki abad ke XXII, masyarakat Indonesia langsung
berhadapan dengan berbagai masalah, terutama masalah sosial, moneter
dan ekonomi. Pemerintah hingga saat ini belum berhasil menanggulangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bertambah jelek, akan berakibat semakin mempersulit kehidupan
masyarakat luas.
Asrama atau kesatrian anggota polisi terdapat pada satu wilayah
yang cukup luas. Dihuni oleh para anggota kesatrian beserta keluarganya.
Kondisi rumah yang satu dan lainnya sangat berdekatan, bahkan satu
dinding. Keluarga yang satu bisa saja mengetahui atau bahkan ikut
merasakan apa yang terjadi pada tetangga dekatnya. Kondisi ini dapat
dirasakan sebagai stresor yang mengakibatkan kecemasan. Meskipun
semua fasilitas yang ada di kesatrian itu gratis dan hanya membayar tiga
ribu rupiah per bulan, namun tidak dapat dinikmati selamanya. Masa
diperbolehkan tinggal di kesatrian itu adalah selama sang suami masih
bertugas di kesatrian itu (Brimob, 2009). Jadi, ketika suami sudah tidak
bertugas di kesatrian itu baik karena pensiun, pindah tugas, maupun
meninggal maka keluarga harus meninggalkan kesatrian. Kondisi ini juga
dapat dirasakan sebagai stresor yang menyebabkan kecemasan, karena
mereka harus berpikir ke depan seandainya sudah tidak lagi diperkenankan
tinggal di kesatrian.
Dengan melihat latar belakang tersebut di atas, peneliti melakukan
penelitian untuk mengetahui perbedaan kecemasan pada istri anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kecemasan antara istri anggota Polisi yang
tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan antara istri
anggota Polisi yang tinggal di kesatrian dengan yang tinggal di rumah
sendiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai
pedoman di dalam penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
masyarakat dan pemerintah terkait pencegahan dan penatalaksanaan
kecemasan sehingga dapat membawa hasil yang optimal. Serta dapat
digunakan untuk mengetahui kecemasan pada istri anggota Polisi
yang tinggal di kesatrian, sehingga dapat digunakan untuk upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan
subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai
reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak
adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya
tidak menyenangkan dan menimbulkan atau disertai disertasi
perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang, bingung, tidak bisa
berkonsentrasi).
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal
dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci”
yang berarti mencekik. Kecemasan adalah kondisi emosional yang
tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif
seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan
aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati, 2004).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Freud
mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis seperti perubahan
detak jantung dan pernapasan, dengan kata lain kecemasan adalah
reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya (Kaplan dan Sadock,
1997). Kecemasan juga merupakan perasaan tidak mampu mengatasi
problem yang muncul (Setiawan, 1999).
b. Epidemiologi
Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan kecemasan
umum satu tahun terentang antara 3% sampai 8%. Kemungkinan 50%
pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki gangguan mental
lainnya. Rasio wanita dan laki-laki yang mendapat perawatan inap
untuk gangguan tersebut adalah sama (Kaplan dan Sadock, 1997).
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, wanita
lebih cemas dengan ketidakmampuannya dibanding laki-laki, laki-laki
lebih aktif dan eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Penelitian
lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding wanita.
Wanita lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan
daripada laki-laki. Wanita juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah
mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi
kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas
daripada laki-laki (Trismiati, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user c. Etiologi
Menurut Horney, sumber-sumber ancaman yang dapat
menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Dapat berasal
dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam
diri seseorang (Trismiati, 2004).
Kartini (2000) menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari
rangsangan-rangsangan sebagai berikut :
1) Ketakutan yang terus menerus disebabkan oleh kesusahan dan
kegagalan yang bertubi-tubi
2) Represi terhadap berbagai masalah emosional
3) Kecenderungan harga diri yang terhalang
4) Dorongan-dorongan seksual yang terhambat
Rangsangan-rangsangan tersebut akan menimbulkan respon dari
sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibatnya
muncul perangsangan pada organ seperti lambung, jantung, pembuluh
darah, maupun ekstremitas.
Banyak bukti menunjukkan bahwa manusia mewarisi
kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi-kontribusi kecil
dari banyak gen di wilayah-wilayah kromosom yang berbeda secara
kolektif membuat seseorang rentan mengalami kecemasan jika ada
faktor-faktor psikologis dan sosial tertentu yang mendukungnya
(Barlow dan Durand, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Salan (dalam Huda, 2000), kecemasan dapat timbul
karena beberapa faktor, tetapi secara umum disebabkan oleh bahaya
yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, yaitu stimuli intern atau
bahaya dari luar yang tidak nyata oleh yang bersangkutan ditafsirkan
lain karena adanya distorsi persepsi dan realita lingkungan.
Tingkat kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tingkat psikologis
b. Tingkat fisiologis
d. Patofisiologi
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari
luar dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
Rangsangan tersebut diterima oleh panca indera, diteruskan dan
direspon oleh sistem saraf pusat. Bila rangsangannya berupa ancaman,
maka responnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat,
proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem RAS
(Reticular Activating System) – Hypotalamus yang memberikan impuls
kepada kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal
terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yaitu memacu sistem saraf
otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholamine).
Hiperaktifitas sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya
kecemasan. Keluhannya sangat beraneka ragam seperti sakit kepala,
pusing, serasa mabuk, cenderung untuk pingsan, banyak berkeringat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
usus, diare, anoreksia, kaki dan tangan dingin, kesemutan, merasa
dingin/panas di seluruh tubuh, dan lain sebagainya (Mujaddid, 2006).
Pada ansietas Generalized Anxiety Disorder (GAD) misalnya
terdapat petunjuk adanya gangguan pada reseptor serotonin tertentu
yaitu 5HT-IA, sedangkan pada ansietas Panic Disorder (PD) lebih jelas
berhubungan dengan gangguan noradrenalin pada locus ceruleus
(Mujaddid, 2006).
e. Gejala Klinis
Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Maramis, 2005), yaitu :
1) Gejala - gejala Somatik
Gejala-gejala ini dapat berupa sesak napas, dada tertekan, kepala
enteng seperti mengambang, linu-linu, nyeri epigastrium, cepat
lelah, palpitasi, keringat dingin. Macam gejala lain mungkin
mengenai motorik, pencernaan, pernapasan, sistem
kardiovaskuler, genito-urinaria, atau susunan saraf pusat.
2) Gejala – gejala Psikologik
Gejala ini mugkin timbul sebagai rasa was-was, khawatir akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, khawatir dengan
pemikiran orang mengenai dirinya. Penderita tegang terus
menerus dan tak mampu berlaku santai. Pemikirannya penuh
dengan kekhawatiran, kadang bicaranya cepat tapi terputus-putus.
Kecemasan dan kekhawatiran biasanya sering diikuti dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (Gorini dan Riva,
2008).
Akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kecemasan (Setiawan,
1999) :
1. Akibat subyektif
2. Dalam bentuk perilaku
3. Akibat kognitif
4. Akibat fisiologis
5. Akibat keorganisasian
f. Diagnosis Kecemasan
Dihubungkan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut
(dengan paling kurang beberapa gejala tadi terjadi lebih banyak
dibandingkan tidak selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu
gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1) Gelisah atau perasaan tegang atau cemas
2) Merasa mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi
4) Iritabilitas
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap tidur, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kecemasan juga dapat didiagnosis dengan menggunakan :
1. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi ke III (PPDGJ III)
2. Instrumen Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)
3. Instrumen The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)
4. dan instrumen lainnya yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan
prinsip holistik (menyeluruh) dan eklitik (mendetail) yaitu meliputi
aspek organo-biologik, aspek psiko-edukatif, dan aspek sosio-kultural
(Mujaddid, 2006).
Pengobatan dapat dilakukan dengan mencari dan
membicarakan konflik, menjamin kembali (”reassurance”), gerak
badan serta rekreasi yang baik, dan obat tranquilaizer biasanya dapat
menghilangkan dengan segera gangguan cemas. Terdapat berbagai
macam terapi terhadap kecemasan yaitu dengan psikoterapi analitik,
psikoterapi individual maupunn kelompok, sosioterapi, terapi perilaku,
terapi seni kreatif, terapi kerja, dan farmakoterapi (Maramis, 2005).
Intervensi musik telah dilaporkan mendapat hasil yang baik
pada pengurangan status kecemasan, mengurangi stress, dan
meningkatkan relaksasi (Gorini dan Riva, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kesatrian BRIMOB
Salah satu kesatuan dari Polri yang paling tua adalah Brigade Mobil
(Brimob), didirikan pada akhir tahun 1945. Kesatuan ini pada mulanya
diberikan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala
negara, dan mempertahankan ibukota. Brimob turut berjuang dalam perang
revolusi. Para personelnya juga mengambil bagian dalam konfrontasi militer
dengan Malaysia sekitar tahun 1960an dan dalam konflik di Timor Timur di
pertengahan era 1970. Di tahun 1981 Brimob membentuk sub unit baru yang
disebut unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak).
Semenjak tahun 1992 Brimob pada dasarnya adalah organisasi militer
yang dilatih dan diorganisasikan dalam kesatuan-kesatuan militer. Brimob
memiliki kekuatan sekitar 12.000 personel. Brigade ini fungsi utamanya
adalah sebagai korps elite untuk menanggulangi situasi darurat, yakni
membantu polisi dalam operasi yang membutuhkan aksi yang cepat. Mereka
diterjunkan dalam operasi pertahanan dan keamanan domestik, dan telah
dilengkapi dengan perlengkapan anti huru-hara khusus. Mereka telah dilatih
khusus untuk menangani demonstrasi massa. Semenjak huru-hara yang terjadi
pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima
latihan anti huru-hara khusus (Brimob, 2009).
Para anggota polisi, terutama pasukan khusus seperti Brimob,
mendapatkan fasilitas dari negara yaitu berupa kesatrian atau dapat disamakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang yang bersifat homogen.
Asrama adalah rumah pemondokan (murid-murid, pegawai, dsb.) Ada asrama
mahasiswa, asrama sekolah, asrama tentara.
Asrama atau kesatrian anggota polisi terdapat pada satu wilayah yang
cukup luas. Dihuni oleh para anggota kesatrian beserta keluarganya. Kondisi
rumah yang satu dan lainnya sangat berdekatan, bahkan satu dinding. Semua
fasilitas yang ada di kesatrian itu gratis, hanya membayar tiga ribu rupiah per
bulan, namun tidak dapat dinikmati selamanya. Masa diperbolehkan tinggal di
kesatrian itu adalah selama sang suami masih bertugas di kesatrian itu. Jadi,
ketika suami sudah tidak bertugas di kesatrian itu baik karena pensiun, pindah
tugas, maupun meninggal maka keluarga harus meninggalkan kesatrian
(Brimob,2009).
3. TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale)
Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS
berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan ya atau tidak
sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (Ö) pada kolom jawaban
ya atau tidak, setiap jawaban yang sesuai diberi nilai 1. Sebagai cut off point
adalah sebagai berikut :
a. Nilai < 21 berarti tidak cemas
b. Nilai ≥ 21 berarti cemas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
Yaitu skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang
mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Bila
responden menjawab tidak maka diberi nilai 1. Nilai batas skala adalah 10,
artinya apabila responden mempunyai nilai >10 maka data hasil penelitian
responden tersebut dinyatakan invalid.
persiapan ketika harus keluar dari kesatrian
Lebih cemas Kurang cemas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user C. Hipotesis
Terdapat perbedaan kecemasan antara istri anggota polisi yang tinggal
di kesatrian dengan yang tinggal di rumah sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Yaitu peneliti mempelajari hubungan antara
variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel terikat (efek) yang
diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kesatrian Brimob Detasemen 2 POLDA
JATIM di Madiun
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil subyek penelitian istri anggota Polisi
sebanyak 30 orang dan mempunyai :
1. Kriteria inklusi : tinggal di Kesatrian Polisi dan skor L-MMPI < 10
2. Kriteria eksklusi : skor L-MMPI > 10, dan tidak dalam
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan kecemasan, yaitu kematian
mendadak anggota keluarga, perpisahan / perceraian, sakit kronis,
serta masalah dalam kehidupan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah subyek penelitian tersebut berdasarkan sampel minimal adalah 30
orang yang diambil secara random. Kelompok kontrol yaitu istri anggota
polisi yang tinggal di rumah sendiri sejumlah 30 orang.
D. Cara Pengambilan Sampel
Penelitian ini mengambil sampel dengan cara purposive random
sampling, yaitu pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi. Cara pengambilan
sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa
memperhatikan strata dalam tingkatan tersebut dan dilakukan bila anggota
populasi dianggap sejenis serta mengambil wakil dari daerah/ wilayah
geografis yang ada (Ridwan, 2003).
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas
Istri anggota Polisi
2. Variabel terikat
Kecemasan
3. Variabel luar
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kecemasan adalah :
a. Kematian anggota keluarga
b. Perpisahan / perceraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user c. Menderita sakit kronis
d. Masalah keluarga
F. Definisi Operasional Variabel
1. Istri anggota polisi adalah seorang wanita yang bersuami polisi
2. Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subyek
penelitian, diukur dengan TMAS, sebagai cut off point yaitu :
a. cemas : bila skor TMAS ≥ 21
b. tidak cemas : bila skor TMAS < 21
3. Tinggal di kesatrian maksudnya istri dan keluarga anggota polisi yang
tinggal di kesatrian yang merupakan fassilitas dari Negara.
4. Tinggal di rumah sendiri maksudnya istri dan keluarga anggota polisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user G. Rancangan Penelitian
Tinggal di kesatrian
Tinggal di rumah sendiri
· Biodata
· L-MMPI
· Biodata
· L-MMPI
Kelompok kontrol Kelompok subyek
T-MAS T-MAS
Hasil Hasil
Chi Square Subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user H. Instrumen Penelitian
1. Formulir Biodata
2. Kuesioner L-MMPI
3. Kuesioner TMAS
I. Cara Kerja dan Teknik Pengambilan Data
1. Dilakukan random sampling pada populasi responden untuk mengisi
formulir dan kuesioner yang diperlukan
2. Responden mengisi formulir biodata
3. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka
kebohongan
4. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui angka
kecemasan
5. Dari sejumlah data yang diperoleh diawal, diambil jumlah tiap
kelompok sebanyak 30 orang berdasarkan skor kuesioner L-MMPI
yang termasuk valid
6. Data sejumlah 30 orang tiap kelompok kemudian diolah dengan uji
statistik chi-square
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua
atau lebih klas, data berbentuk nominal, dan sampelnya besar.
Rumus dasar chi square adalah : 效 ∑ ͈0 ͈
͈
Keterangan : x2 = chi square
Fo = frekuensi diperoleh dari sampel
Fh = frekuensi yang diharapkan dari populasi
Interpretasi nilai x2 sebagai berikut (Sugiono, 2005) :
1. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai x2 adalah 1
2. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%, dengan ketentuan jika Xo
(Xhitung)2 > Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2 kita katakan signifikan.
Sebaliknya jika Xo (Xhitung)2 < Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2
dikatakan non signifikan.
Dengan : Xo = chi square yang diperoleh
Xh = chi square yang diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Setelah dilaksanakan penelitian terhadap 60 sampel yang telah
memenuhi syarat, responden melakukan pengisian kuesioner dengan
instrumen TMAS untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan.
Dari 60 sampel tersebut diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar tempat tinggal di
kesatrian dan di rumah sendiri
No Tempat tinggal Jumlah Persentase
1. Di kesatrian 30 50%
2. Di rumah sendiri 30 50%
Jumlah 60 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. Perbedaan kecemasan pada istri polisi yang tinggal di kesatrian
dan di rumah sendiri
No Keterangan Cemas Tidak cemas Jumlah
1. Istri polisi yang tinggal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri polisi yang tinggal di
kesatrian terdapat 15 orang yang mengalami kecemasan dan 15 orang yang
tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pada istri polisi yang tinggal di
rumah sendiri terdapat 6 orang yang mengalami kecemasan dan 24 orang
yang tidak mengalami kecemasan.
Dalam penelitian ini, data yang didapat dianalisis dengan uji
statistik chi-square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kecemasan.
Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh signifikan, terlebih dahulu
dihitung derajat kebebasannya (db). Data yang diperoleh disajikan dalam
tabel 2 x 2 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan Cemas Tidak Cemas
Istri polisi yang tinggal
di kesatrian
a b
Istri polisi yang tinggal
di rumah sendiri
c d
Jadi : db = (jumlah lajur-1)(jumlah baris-1)
= (2-1)(2-1)
= 1
Kemudian nilai x2 dihitung dengan rumus :
x2 = N (ad-bc)2
(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
Berdasar rumus perhitungan Chi-square (terlampir), taraf signifikansi 5%
dan derajat kebebasan (db) 1, maka nilai x2 tabel adalah 3,841. Dari
penelitian diperoleh nilai x2 hitung adalah 5,934, jadi x2 hitung > x2 tabel,
maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti terdapat perbedaan
kecemasan yang bermakna antara kelompok subyek, yaitu istri polisi yang
tinggal di kesatrian dan kelompok kontrol, yaitu istri polisi yang tinggal di
rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan interpretasi uji Chi-Square berdasarkan analisis data
dengan SPSS 16.00, yang digunakan adalah nilai Pearson Chi-Square
pada tabel terlampir. Nilai signifikansinya adalah p< 0,05, yang artinya
ada perbedaan kecemasan yang bermakna. Pada tabel tersebut, nilai
Pearson Chi-Square adalah 0,015, sedangkan 0.015 < 0,05. Dan pada
kolom value didapatkan nilai 5,934 yang ternyata sama dengan hasil
perhitungan dengan rumus Chi-Square yang ada. Maka dapat disimpulkan
adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok subyek, yaitu istri
polisi yang tinggal di kesatrian dan kelompok kontrol, yaitu istri polisi
yang tinggal di rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PEMBAHASAN
Dari penelitian diperoleh hasil sama dengan landasan teori dan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kecemasan yang
bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dan istri polisi yang
tinggal di rumah sendiri.
Tinggal di kesatrian mempunyai keuntungan dan kerugian.
Diantara keuntungannya adalah merupakan fasilitas gratis dari Negara,
hanya membayar tiga ribu rupiah per bulan. Rasa kekeluargaan yang
cukup besar antar penghuni jika tidak ada masalah sosial dengan tetangga.
Namun, selain keuntungan tersebut, ada pula kerugiannya antara lain masa
tinggal yang terbatas, yaitu hanya selama suaminya yang anggota Polisi
bertugas di kesatrian itu. Jika suami sudah tidak bertugas di kesatrian itu
baik karena pensiun, pindah tugas, maupun meninggal dunia maka
keluarga harus meninggalkan kesatrian. Kerugian yang lain adalah jarak
antar rumah yang terlalu berdekatan, bahkan masih dalam satu dinding.
Jadi kemungkinan tetangga terganggu dengan apa yang terjadi pada
tetangga sebelahnya cukup besar (Brimob, 2009).
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kecemasan pada istri
polisi yang tinggal di kesatrian antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Masa tinggal di kesatrian yang tidak selamanya (Brimob, 2009), maka
akan menuntut keluarga tersebut untuk mempunyai persiapan jika
nantinya harus keluar dari kesatrian. Apabila tidak ada persiapan itu
sangat mungkin terjadi kecemasan pada keluarga, terutama istri.
2. Saat ditinggal suaminya bertugas jauh dan lama, merupakan salah satu
hal yang mungkin menyebabkan kecemasan. Karena istri mungkin
was-was atas keselamatan suaminya, mungkin juga ada dorongan
seksual yang terhambat yang merupakan salah satu etiologi terjadinya
kecemasan (Kartini, 2000).
3. Kesiapan adanya tempat tinggal apabila sudah tidak diperkenankan
tinggal di kesatrian. Apabila kesiapan itu belum ada atau tidak ada,
maka sangat mungkin menyebabkan kecemasan.
4. Adanya penggusuran, contohnya para penghuni Asrama Brimob
Medaeng, Waru, Sidoarjo yang berunjuk rasa ke DPRD Jawa Timur
pada tanggal 12 September 2002 karena adanya penggusuran
(Gatra.com, 2002). Adanya penggusuran di asrama yang lain juga
menyebabkan rasa cemas, khawatir apabila mungkin menimpanya.
5. Ketidak harmonisan atau masalah sosial dengan tetangga juga
memungkinkan terjadinya kecemasan, misalnya saling iri, dengki, atau
curiga atas kebahagiaan tetangganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyebab kecemasan yang lain seperti kecelakaan atau kematian
keluarga, perpisahan atau perceraian, menderita sakit kronis, dan masalah
keluarga tidak termasuk dalam faktor penyebab kecemasan yang dihitung
dan dianalisis pada penelitian ini karena telah menjadi kriteria eksklusi.
Ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi kecemasan pada
kelompok subyek maupun kelompok kontrol, antara lain faktor tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Pada kelompok subyek, yaitu istri polisi yang
tinggal di kesatrian terdapat 18 orang dengan pendidikan terakhir SMA
dan 12 orang dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi. Pada
kelompok kontrol, yaitu istri polisi yang tinggal di rumah sendiri terdapat
16 orang dengan pendidikan terakhir SMA dan 14 orang dengan
pendidikan terakhir Perguruan Tinggi. Berdasarkan penelitian Lutfa dan
Maliya (2008), semakin meningkat tingkat pendidikan seseorang, maka
ada kecenderungan tingkat kecemasan seseorang semakin menurun.
Sedangkan faktor pekerjaan, pada kelompok subyek yaitu istri
polisi yang tinggal di kesatrian terdapat 27 orang sebagai ibu rumah
tangga, 1 orang PNS, 1 orang guru, dan 1 orang karyawan swasta. Pada
kelompok kontrol yaitu istri polisi yang tinggal di rumah sendiri terdapat
19 orang sebagai ibu rumah tangga, 4 orang PNS, 3 orang karyawan
swasta, 2 orang guru, 1 orang bidan, dan 1 orang wiraswasta.
Pekerjaan dapat mempengaruhi kecemasan seperti pada hasil
penelitian Sanne, et al. (2004) yang menyatakan bahwa petani mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
panjang, pekerjaan fisik yang berat, pendapatan yang sedikit, serta tingkat
pendidikan yang rendah. Hal ini apabila dianalogikan dengan keadaan
subyek penelitian yang sebagian besar hanya ibu rumah tangga, yang
mungkin penghasilan sangat sedikit, maka akan lebih mudah mengalami
kecemasan. Berdasar faktor-faktor tersebut diatas, dapat disimpulkan
adanya kecenderungan istri polisi yang tinggal di kesatrian lebih cemas
dibandingkan istri polisi yang tinggal di rumah sendiri.
Penelitian ini masih memiliki kelemahan, yaitu sampel yang
digunakan masih terbatas pada satu lokasi tertentu saja dengan jumlah
subyek yang terbatas. Selain itu, beberapa hal seperti kepribadian,
intensitas stresor, dan faktor yang dapat berpengaruh lainnya belum
dimasukkan sebagai faktor internal ataupun eksternal yang dapat
mempengaruhi variabel yang ada. Faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan
juga belum ikut dianalisis dengan statistik, hanya berdasar data yang ada
dan digunakan untuk mendukung pembahasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nilai p<0,05.
Maka secara statistik dapat disimpulkan terdapat perbedaan kecemasan
yang bermakna antara istri polisi yang tinggal di kesatrian dengan istri
polisi yang tinggal di rumah sendiri. Dan istri polisi yang tinggal di
kesatrian lebih cemas dibandingkan istri polisi yang tinggal di rumah
sendiri.
B. Saran
1. Kriteria inklusi dan eksklusi hendaknya diperjelas khususnya terkait
kepribadian, intensitas stressor, dan tingkat pendidikan.
2. Pihak pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia, dapat
mengantisipasi atau mencegah terjadinya kecemasan dengan lebih
memperhatikan anggotanya yang tinggal di kesatrian sebagai upaya
meningkatkan kesehatan mental anggota Polisi dan keluarganya.
3. Pihak pimpinan kesatrian dapat memotivasi anggotanya untuk bekerja
keras demi mempersiapkan kehidupan mendatang seandainya sudah
tidak bertugas dan tidak tinggal di kesatrian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pihak pemerintah, kepolisian, atau pimpinan kesatrian dapat
melakukan kerjasamayang baik dengan pihak medis untuk melakukan
tindakan pencegahan dan penatalaksanaan. Misalnya dengan adanya
hiburan, rekreasi, intervensi musik, meningkatkan relaksasi, sehingga
dapat mengurangi stress dan status kecemasan.
5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan teknik yang lebih baik
untuk mendapat hasil yang lebih akurat.