• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG PADANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER

PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG PADANG

Veni Fiolina Syukra, dan Ir. Sjamsjul Anam, MT, Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, MT. Teknik Elektro, Falkutas Teknologi Industri, Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: fiolina.sy@gmail.com

Abstrak -Pesatnya pertumbuhan tekhnologi saat ini yang memanfaatkan energi listrik sebagai sumber utama, menjadikan kebutuhan manusia terhadap energi listrik juga semakin meningkat, termasuk daerah kota Padang, yang dalam tahun 2011 telah mencapai beban 399,14 MVA. Pada Tugas Akhir ini dilakukan perhitungan dan analisa keandalan system distribusi 20 kV, sebagai sample adalah penyulang Kuranji. Tujuan yang ingin dicapai adalah mendapatkan peningkatan keandalan setelah dilakukannya perbaikkan untuk gangguan Over

Current (OC) dan Ground Fault (GF). Upaya

peningkatan dapat dengan melakukan tindakan seperti, merencanakan infrastruktur pendukung SCADA, menggunakan fuse cut out, pemasangan rele jarak pada jaringan, dan perbaikkan koordinasi rele proteksi yang mana pada peyulang ini di fokuskan pada Over Current

Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR).

Hasil yang didapat adalah kenaikkan ketersediaan penyulang sebesar 34,53% dengan mengatasi gangguan GF dan 34,57% akibat OC, SAIFI terjadi penurunan sebesar 0,007065 kali/pelanggan, SAIDI tetap (0,11869 jam/pelanggan) karena lama padam diasumsikan sama dan distribusi eksponensial meningkat sebesar 0,1245 poin. Nilai tersebut perbaikkan untuk jenis OC yang merupakan gangguan yang paling banyak terjadi.

Kata Kunci - Keandalan, Sistem Distribusi, Peningkatan Keandalan, Indeks Keandalan

I. PENDAHULUAN

ota Padang yang memiliki luas wilayah 695 km² dan berpenduduk sebanyak 846.731 jiwa, artinya setiap 1 km2 dihuni oleh 1.218,4 jiwa. Dengan kepadatan penduduk

yang cukup besar seperti ini tentunya keandalan kelistikannya juga harus baik, demi tercapainya kepuasan pada pelanggan. Gangguan kelistrikan dapat disebabkan oleh faktor internal yakni gangguan pada komponen dan peralatan JTM, pada gardu serta tiang distribusi listrik, sedangkan untuk gangguan yang bersifat eksternal antara lain disebabkan oleh ranting atau dahan pohon yang berada didekat kabel-kabel listrik, kondisi alam, binatang, maupun layang – layang.

Faktor tersebut menjadi hambatan dalam penyaluran energi listrik ke konsumen yang akan meningkatkan angka SAIDI dan SAIFI di kota Padang. Padahal jumlah pelanggan di kota Padang pada tahun 2011 telah mencapai

angka 178.245 pelanggan, yang mana di dominasi oleh jenis tegangan rendah atau golongan rumah tangga.

Untuk Tugas Akhir ini akan dibahas keandalan pada GIS Simpang Haru dan GI Pauh Limo. Indeks keandalan yang digunakan adalah SAIFI, SAIDI, dan CAIDI, serta degan melihat ketersediaan penyulang selama satu tahun.

II. KEANDALAN DAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER TENAGA LISTRIK A. Sistem Distribusi Daya Listrik

Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan, setelah itu sampailah tenaga listrik ke gardu induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan sistem distribusi dapat dikelompokan menjadi 2 bagian besar, yaitu distribusi primer (20kV) dan distribusi sekunder (380/220V).

Sistem distribusi listrik meliputi semua JTM 20 kV dan semua JTR 380/220 V hingga ke meter-meter pelanggan. Pendistrubusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat-kawat distribusi melalui penghantar udara dan penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk hinggan ke pusat-pusat beban.

B. Jenis Gangguan Pada Sistem Distribusi

Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain, biasanya akan mengakibat terjadinya GF yang gangguan terjadi pada tegangan normal. Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi, biasanya penyebab ini akan menimbulkan gangguan OC atau terjadi pada tegangan lebih.

C. Keandalan Pada Sistem Distribusi

Keandalan merupakan peluang bekerjanya suatu sistem sesuai dengan fungsinya pada selang waktu tertentu dan konsisi tertentu. Fungsi sistem distribusi meyalurkan dan

K

(2)

mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke pusat-pusat beban dengan mutu yang memadai.

Tujuannya yaitu untuk mempelajari konsep, karakteristik, pengukuran serta analisis kegagalan dan perbaikan sistem sehingga menambah waktu ketersediaan operasi sistem dengan cara menambah usia desain, menghilangkan ataupun mengurangi kemungkinan kegagalan dan resiko keamanan.

D. Mean Time To Failure (MTTF)

Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasi suatu sistem, dapat dirumuskan:

……… (1) Dimana: T = waktu operasi (up time)

n = jumlah kegagalan E. Mean Time To Repair (MTTR)

Mean Time To Repair (MTTR) adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap terjadinya kegagalan suatu sistem yang didapat, dirumuskan:

……… (2) Dimana: L = waktu perbaikan (down time)

n = jumlah perbaikan F. Laju Kegagalan

Laju kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari waktu tertentu selama sistem tersebut berkerja. Rumus laju kegagalan:

……… (3)

G. Laju Perbaikkan

Sistem/komponen dalam masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan:

……… (4)

H. Ketersediaan (availability)

Nilai aviability dari sistem bergantung pada komponen-komponen sistem dan lama perbaikkan dari komponen-komponen yang rusak sehingga sistem berfungsi kembali. Persamaannya:

……….. (5) I. Distribusi Eksponensial

Distribusi ekponensial adalah kasus khusus dari distribusi Poisson jika hanya kegagalan yang pertama saja yang diperhitungkan. Peluang sebuah komponen sukses dalam rentang waktu t jika hazard ratenya kostan adalah:

 

e

t

t

R



……… (6)

J. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada persamaan berikut ini:

M SAIFI

k

M

k ………. (7) Dengan:

k = sustained failure rate dari komponen (failure/year)

M

k = jumlah pelanggan pada saluran k M = total pelanggan pada sistem

K. System Average Interruption Duration Index (SAIDI) Persamaan SAIDI data dilihat pada persamaan berikut:

M SAIDI

k

M

k ……… (8) Dengan:

k = laju perbaikan

L. Costumer Average Interruption Duration Index (CAIDI) CAIDI adalah index durasi gangguan konsumen rata-rata tiap tahun, menginformasikan tetang waktu rata-rata-rata-rata untuk penormalan kembali gangguan tiap-tiap pelanggan dalam satu tahun.

SAIFI SAIDI CAIDI

……… (9)

III. SISTEM DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI KOTA PADANG

A. Data Ganggaun JTM di Kota Padang

Jika penyetelan over current relay (OCR) dan ground fault relay (GFR) yang berada di Incoming atau di outgoing kurang baik, dapat menyebabkan pemadaman total (black out) atau jika salah satu penyulang terkena gangguan, dapat mengakibatkan penyulang lain yang berada pada satu bus juga ikut trip, karena gangguan hubung singkat dapat mentripkan rele yang ada pada incoming feeder. Untuk sample akan dilakukan analisa untuk penyulang Kuranji.

Tabel 1 Daftar Gangguan Penyulang Kuranji No Gangguan Tanggal Padam Lama

Keterangan Jumlah padam (kali) 1 20 Januari 2011 2 jam 1 2 22 Januari 2011 2 jam 1 3 23 Januari 2011 2 jam 1 4 24 Januari 2011 2 jam 1 5 19 Februari 2011 2 jam 1 6 21 Februari 2011 2 jam 1 7 22 Februari 2011 2 jam 1 8 16 Maret 2011 2 jam 1 9 17 Maret 2011 2 jam 1

(3)

Tabel 1 Daftar Gangguan Penyulang Kuranji (lanjutan) No Gangguan Tanggal Padam Lama

Keterangan Jumlah padam (kali) 10 21 Maret 2011 2 jam 1 11 8 April 2011 2 jam 1 12 14 April 2011 2 jam 1 13 20 April 2011 2 jam 1 14 10 Mei 2011 2 jam 1 15 11 Mei 2011 2 jam 1 16 18 Mei 2011 2 jam 1 17 11 Juni 2011 2 jam 1 18 17 Juni 2011 2 jam 2 19 22 Juni 2011 2 jam 1 20 27 Juni 2011 2 jam 1 21 29 Juni 2011 2 jam 1 22 30 Juni 2011 2 jam 1 23 4 Juli 2011 2 jam 1 24 10 Juli 2011 2 jam 1 25 17 Juli 2011 2 jam 1 26 18 Juli 2011 2 jam 1 27 19 Juli 2011 2 jam 1 28 23 Juli 2011 2 jam 1 29 26 Juli 2011 2 jam 1 30 27 Juli 2011 2 jam 1 31 30 Juli 2011 2 jam 1 32 4 Agustus 2011 2 jam 1 33 11 Sept 2011 2 jam 1 34 27 Sept 2011 2 jam 1 35 16 Oktober 2011 2 jam 1 36 17 Oktober 2011 2 jam 1 37 18 Oktober 2011 2 jam 1 38 19 Oktober 2011 2 jam 1 39 26 Nov 2011 2 jam 1 40 2 Des 2011 2 jam 1 41 5 Des 2011 2 jam 1 42 19 Des 2011 2 jam 1 43 22 Des 2011 2 jam 1

B. Penyulang di Kota Padang

Wilayah kerja di kota Padang terdiri dari 4 rayon, yakni Rayon Belanti, Rayon Indarung, Rayon Tabing dan Rayon Kuranji. Setiap rayon dibagi oleh beberapa penyulang, penyulang-penyulang ini terbagi dalam 1 buah GIS, 2 buah GI dan 6 buah GH, yakni GIS Simpang Haru 20 penyulang, GI Pauh Limo 8 penyulang, GI PIP 3 buah penyulang, GH Kandis 10 penyulang, GH Teluk Bayur 10 penyulang, GH Imam Bonjol 5 penyulang, GH GOR H. Agus Salim 6 penyulang, GH Lubuk buaya 1 penyulang dan GH TRB 5 penyulang.

Gangguan terbanyak terjadi untuk jenis GF 64% dan OC 36%, komposisi GF lebih dari setengah dari total gangguan, karena penyebab GF lebih sering terjadi. Sebagian besar penyebab gangguan di kota Padang adalah karena faktor alam, seperti pohon tumbang, badai, dan gempa bumi. Faktor alam ini sering mengakibatkan terjadi kerusakan permanen pada tiang atau terputusnya kabel yang sangat berpengaruh dalam penyaluran energi listrik.

Kabel yang terputus dapat menyentuh tiang yang terhubung ketanah dapat menyebabkan gangguan ketanah.

IV. PERHITUNGAN, ANALISIS KEANDALAN DAN UPAYA PENINGKATAN A. Single Line Diagram Penyulang Kuranji

Penyulang kuranji merupakan salah satu penyulang yang mengalami gangguan terbanyak.

B. Perhitungan MTTF dan MTTR

Tabel 2 Nilai MTTF dan MTTR Penyulang Kuranji

Selama Jan 2011 – Des 2011

GI Penyulang MTTF (hari) MTTR (jam)

Pauh

Limo Kuranji 5,73 2

Nilai MTTF bisa dikatakan baik jika memiliki nilai yang semakin besar, karena artinya gangguan yang terjadi dalam kurun waktu setahun tersebut sedikit. MTTR dihitung dengan mencari semua durasi waktu perbaikkan yang terjadi di setiap penyulang selama setahun. Untuk kota Padang sendiri lama waktu gangguan yang terjadi rata-rata selama 2 jam.

C. Perhitungan Laju Kegagalan dan Laju Perbaikkan Berdasarkan persamaan 3 dan 4 diatas, didapat nilai laju kegagalan (λ) dan lanu perbaikkan (µ):

Tabel 3 Nilai Laju Kegagalan dan Laju Perbaikkan

Penyulang Kuranji

GI Penyulang (hari) λ Jam µ Hari

Pauh

Limo Kuranji 0,1745 0,5 12 D. Ketersediaan (Availability)

Nilai ketersedaian menggambarkan berapa peluang atau kemungkinan suatu alat beroperasi. Berdasarkan persamaan 5, nilai ketersediaan penyulang kuranji:

Tabel 4 Nilai Ketersediaan Penyulang Kuranji GI Penyulang Ketersediaan Pauh Limo Kuranji 0,74128 LP LP LP LP LP LP LP LP LP LP Gardu Induk Pauh Limo LP LP

(4)

Gambar 1 Bagan Ketersediaan Penyulang Pada GI Pauh

Limo

E. Upaya Peningkatan Keandalan Jaringan Distribusi Primer di Kota Padang

Penyulang ini memiiki total 5.328 pelanggan dari total 22.445 pelanggan pada GI Pauh Limo, dengan tipe jaringan yang digunakan adalah radial. Sepanjang tahun 2011 penyulang ini mengalami gangguan OC sebanyak 12 kali dan GF 36 kali, total 48 kali gangguan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gangguannya terdiri dari OC dan GF, dengan penyebab gangguan yang berbeda pula. OC merupakan gangguan yang terjadi antar phasa, penyebabnya dapat berupa bingkai layang-layang, pohon, beban naik tiba-tiba ataupun hubung singkat (phasa berdempet). Sedang GF merupakan gangguan yang berhubungan dengan tanah (pembumian), disebabkan karena kawat pada jaringan terputus sehingga menyentuh tanah, isolator pecah yang menyebabkan kawat menyentuh tiang yang terhubung ketanah dan kawat menyentuh pohon. cara penanggulangan gangguan untuk gangguan OC dan GF dikelompokkan secara teknis dan non teknis:

1. Program teknis, diantaranya:

a. Untuk trafo sendiri ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan seperti, pemutasian trafo, langkah ini dapat dilakukan dengan melihat faktor seperti kondisi lingkungan, umur trafo dan kinerja trafo. Kemudian pemasangan trafo sisip dan penyeimbangan beban trafo.

b. Pemeliharaan secara berkala pada gardu distribusi. c. Penggantian beberapa peralatan kecil seperti opstijg

kabel gardu, konektor TM, TR dan SR, serta penggantian CT/PT.

d. Pemecahan beban jurusan ke pelanggan yang dapat mengoptimalkan penyaluran energi listrik, karena pembagian bebannya lebih sedikit dan lebih merata. 2. Program non teknis, diantaranya:

a. Mengindentifikasi jika ada kesalahan pada kWh. b. Melakukan sweeping PJU, lapak-lapak, dan

pedangan kaki lima liar yang sering kali melakukan tindakan pencurian listrik sehingga beban listrik menjadi naik secara tiba-tiba dan terganggunya frekuensi.

c. Pengawasan terhadap pasang baru atau perubahan daya pada pelanggan, agar tidak terjadi kecurangan ataupun tindakan yang tidak sesuai prosedur PLN.

d. Pembersihan bingkai layang-layang dan sosialisasi anti layang-layang di tempat rawan gangguan layang-layang.

Berikut adalah perbandingan dan perhitungan data gangguan pada tahun 2012:

Tabel 5 Nilai MTTR Sebelum dan Sesudah Perbaikkan MTTF Sebelum Perbaikkan MTTF Setelah Perbaikaan OC MTTF Setelah Perbaikaan GF

5,73 hari 33,6 hari 6,471 hari

Peningkatan 27,87 hari 0.74 hari Untuk nilai MTTR di samakan yakni selama 2 jam

Tabel 6 Nilai Laju Kegagalan dan Perbaikkan Perbandingan Hari λ Jam µ Hari

Sebelum Perbaikkan 0,1745 0,5 12 Setelah Perbaikaan OC 0,02976 0,5 12 Setelah Perbaikaan GF 0,1545 0,5 12

Dapat dilihat terjadi perubahan nilai MTTF secara signifikan. Nilai yang terbaik didapat jika perbaikkan yang dilakukan untuk gangguan GF, dengan peningkatan sebesar 79,22% (lebih dari 50%). Sehingga jika diprioritaskan perbaikkan pada jenis ini maka akan menaikkan nilai keandalan lebih dari setengahnya. Untuk perbaikkan OC kenaikkannya tidak sebesar GF, hanya 30,30%. Hal ini terjadi karena gangguan pada GF lebih banyak ketimbang ganggaun OC.

Tabel 7 Perbandingan Ketersediaan Ketersediaan Sebelum Perbaikkan Setelah Perbaikaan OC Setelah Perbaikaan GF 0,74128 0,9975261 0,987286 Peningkatan 0,25624 0,256006

Gambar 2 Grafik Perbandingan Setelah Perbaikkan

Ketersediaanya pun jadi lebih meningkat sebesar 34,53% dengan mengatasi gangguan GF dan 34,57% 0.74218 0.74996 0.83472 0.79719 0.80697 0.97074 0.99455 0.82046 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Ketersedaian 0 0.5 1 Ketersediaan

Perbandingan Sebelum dan

Sesudah Perbaikkan

(5)

akibat OC, seperti yang tergambar pada grafik diatas. Sehingga kemampuan penyulang ini jauh lebih meningkat.

Tabel 8 Perbandingan Indeks Keandalan Dari Sisi

Pelanggan

Perbandingan SAIFI SAIDI CAIDI Sebelum 0,041423 0,11869 2,86532 Sesudah Perbaikkan OC 0,007065 0,11869 16,79 Perbaikkan GF 0,03668 0,11869 3,236 Untuk indeks keandalan dari sisi pelanggan ini, penurunannya juga terlihat cukup baik. Pada indeks SAIFI nilai yang semakin kecil, maka keandalannya semakin baik, sehingga tujuan utama adalah demi penurunan angka pada indeks dari sisi pelanggan ini, dapat tercapai. Untuk SAIDI nilai sama, karena durasi pemadaman dianggp tetap sama selama 2 jam. Namun untuk CAIDI lebih tinggi, karena semakin banyak gangguan yang diperbaikki maka waktu yang dibutuhkan agar energi dapat disalurkan kembali akan semakin lama pula.

Tabel 9 Perbandingan Hasil Distribusi Eksponensial t Penyulang Kuranji

Sebelum Perbaikkan OC Perbaikkan GF

1 1 1 1 2 0.839876854 0.970678468 0.856813503 3 0.70539313 0.942216689 0.734129379 4 0.592443363 0.914589453 0.629011965 5 0.497579468 0.887772289 0.538945945 6 0.417905479 0.861741446 0.461776163 7 0.350989139 0.836473867 0.395656052 8 0.294787654 0.811947172 0.339003448 9 0.247585327 0.788139637 0.290462732 10 0.207941186 0.765030176 0.248872391 11 0.174644989 0.74259832 0.213237225 12 0.146680284 0.7208242 0.182704534 13 0.123193375 0.69968853 0.156543712 14 0.103467265 0.679172591 0.134128766 15 0.294787654 0.811947172 0.339003448 ds t dst dst dst

361 5.2194E-28 2.22404E-05 6.90349E-25 362 4.38365E-28 2.15883E-05 5.915E-25 363 3.68173E-28 2.09553E-05 5.06806E-25 364 3.0922E-28 2.03408E-05 4.34238E-25 365 2.59707E-28 1.97444E-05 3.72061E-25

Gambar 3 Grafik Perbandingan Distribusi Eksponensial

Distribusi eksponensial merupakan gambaran mengenai ketersediaan energi listrik yang mampu di supply ke pelanggan. Grafik diatas terlihat peningkatan dari ketersediaan sebelum dan sesudah perbaikkan, semakin landai grafik yang terbentuk maka ketersediaanya semakin baik.

Berdasarkan hasil analisa diatas terlihat bahwa adanya peningkatan keandalan jika dilakukan perbaikkan, terutama jika perbaikkan dilakukan untuk OC, karena jarak waktu gangguan lebih besar disbanding pada tahun 2011, sehingga jumlah hari beroperasi lebih banyak. Sedangkan untuk GF gangguan yang terjadi masih tersebar merata setiap bulannya, hal ini sangat memperngaruhi nilai MTTF dan laju kegagalannya.

Pada dasarnya perencanaan sistem distribusi secara umum dibuat dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

1. Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untuk menjaga agar tegangan pelayanan sesuai standar PLN.

2. Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yang lebih andal seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kota minimal berupa saluran radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.

3. Mengendalikan susut teknis jaringan distribusi pada tingkat yang optimal.

4. Program listrik desa dilaksanakan dalam kerangka perencanaan sistem kelistrikan secara menyeluruh dan tidak memperburuk kinerja jaringan dan baiaya penyediaan.

F. Kondisi Kelistrikkan Kota Padang

Kota Padang sendiri terdiri dari beberapa kelompok pelanggan, yakni rumah tangga, bisinis, industri, sosial, pemerintahan dan penerangan umum. Dengan pelanggan terbanyak berada pada kelompok rumah tangga dengan total 157.146 pelanggan, namun perbandingan jumlah daya yang terpasang dan total beban masih jauh dari kebutuhan dan termasuk kecil jika dibandingkan dengan kondisi untuk pulau Sumatera. 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 200 400 Ketersediaa n

hari dalam setahun

Sebelum Perbaikkan OC Perbaikkan GF

(6)

Table 10 Neraca Daya (MW)

No Perbandingan Daerah Terpasang Kapasitas Mampu Daya Puncak Beban

1. Padang 1.940,31 1.454,91 0,097 2. Sumatera Barat 3.839,41 1.474,33 23,67 3. P. Sumatera 4.301,14 3.157,38 512,70 4. Ind. Bag. Barat 4.431,32 3.331,83 795,38 5. Luar P. Jawa 6.754,55 4.840,17 6,918,17 6. P. Jawa 22.513,61 20.609,7

5 19.746,39 7. Indonesia 29.266,16 25.449,9

2 26.664,56

Kota Padang memiliki daya mampu hanya 58,06% dari total kapasitas terpasang 0,31 MW. Sedang perbandingan untuk daerah Sumatera Barat (Sumbar) 6,75% dari kapasitas daya yang terpasang di pulau Sumatera dan 0,11% dari total wilayah Indonesia secara keseluruhan. Jika di bandingkan dengan pulau Jawa yang memiliki sekitar 77% kapasitas daya dari total 100% untuk Indonesia.

Gambar 4 Grafik Perbandingan Neraca Daya

V. KESIMPULAN

1. Penyulang Kuranji termasuk dengan nilai MTTF terburuk yakni 5,73 hari.

2. Nilai MTTR di kota Padang dibulatkan sama ke angka 2 jam.

3. Nilai SAIFI terburuk juga ada pada penyulang kuranji dengan 0,041423 kali/pelanggan.

4. Untuk nilai SAIDI masih belum sebaik SAIFI, terutama pada penyulang kuranji yang memiliki nilai 0,11869 jam atau 1.039,7244 jam dalam setahun.

5. Peningkatan keandalan setelah dilakukan perbaikkan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan 34,57% untuk OC dan 34,53% untuk gangguan GF.

6. Indeks keandalan dari sisi pelanggan SAIFI menunjukkan penurunan sebesar 11,45% untuk gangguan GF dan 82,95% untuk OC.

7. Faktor yang harus diperhatikan dalam jaringan distribusi adalah konfigurasi jaringan yang digunakan

disesuaikan dengan faktor lingkungan dan jumlah pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Suswanto, Daman, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, edisi pertama, JTE Faklutas Teknik Universitas Negeri Padang, Padang, 2009

[2] Sari, Rukmi Hartati, I Wayan Sukerayasa, “Penerapan Metode Pendekatan Teknik Untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Distribusi”, Teknik Elektro, Falkutas Teknik Universitas Udayana [3] Diktat kuliah Optimasi Optimum dan Keandalan

Sistem Tenaga Listrik, Teknik Elektro, Prog. Studi Sistem Tenaga, Insitut Tekhnologi Sepuluh November Surabaya

[4] J.Endrenyi, “Reability Modelling in Electric Power Systems”, Pitman Press, Bath, 1980

[5] Puta, Jhoni, Monitoring Gangguan Penyulang, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat Cab. Padang, Padang, 2011

[6] Putra, Jhonni, Rekap Laporan Gangguan JTM Tahun 2011, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat Cab. Padang, Padang, 2011

[7] Data Penyulang 20kV PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar Cab. Padang, Padang, 2011

[8] Statistik PLN 2011, PT. PLN (Persero) Cabang Padang, Padang, 2011 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 daya (MW)

Perbandingan Neraca Daya

Padang Sumbar P. Sumatera Ind. Bag. Barat Luar P. Jawa P. Jawa Indonesia

Gambar

Tabel 1 Daftar Gangguan Penyulang Kuranji
Tabel 1 Daftar Gangguan Penyulang Kuranji (lanjutan)  No  Tanggal  Gangguan  Lama  Padam  Keterangan Jumlah padam  (kali)  10  21 Maret 2011  2 jam  1  11  8 April 2011  2 jam  1  12  14 April 2011  2 jam  1  13  20 April 2011  2 jam  1  14  10 Mei 2011  2
Tabel 5 Nilai MTTR Sebelum dan Sesudah Perbaikkan  MTTF  Sebelum  Perbaikkan  MTTF  Setelah  Perbaikaan  OC  MTTF  Setelah  Perbaikaan  5,73 hari  33,6 hari  6,471 hari GF  Peningkatan  27,87 hari  0.74 hari  Untuk nilai MTTR di samakan yakni selama 2 jam
Tabel  8  Perbandingan  Indeks  Keandalan  Dari  Sisi  Pelanggan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini jaringan distribusi harus menggunakan suatu peralatan proteksi recloser yang dapat mengamankan kelancaran supplai aliran listrik kekonsumen dari

memisahkan peralatan atau bagian dari sistem tenaga listrik yang terganggu dan.. memberikan isyarat berupa lampu

Metode Section Technique digunakan untuk menganalisis keandalan sistem distribusi, dengan membagi beberapa bagian penyulang distribusi, masing-masing kegagalan peralatan

Dalam upaya meningkatkan keandalan penyulang A. Yani adalah dengan mengurangi frekuensi gangguan dan mengurangi durasi gangguan. Hal ini dapat dilakukan dengan

Sedangkan gangguan peralatan yang tidak sampai menyebabkan pelanggan padam tidak ada pada metode SAIDI & SAIFI, untuk itu dengan adanya metoda FMEA akan melengkapi

Kelebihan dari sistem SCADA yang diterapkan pada jaringan distribusi jika dibandingkan dengan sistem yang telah ada sebelumnya (konvensional) yaitu dapat memantau,

Dari hasil perhitungan (lihat tabel 3) yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa terjadinya rugi – rugi tegangan pada jaringan atau saluran distribusi karena

Kelebihan dari sistem SCADA yang diterapkan pada jaringan distribusi jika dibandingkan dengan sistem yang telah ada sebelumnya (konvensional) yaitu dapat memantau,