• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG 99 PEPOHONAN KECAMATAN LIMO KOTA DEPOK ANGGA CAHYO UTOMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG 99 PEPOHONAN KECAMATAN LIMO KOTA DEPOK ANGGA CAHYO UTOMO"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PEPOHONAN KECAMATAN LIMO KOTA DEPOK

ANGGA CAHYO UTOMO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Strategi Pengembangan Kampung 99 Pepohonan Kecamatan Limo Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi tersebut.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Angga Cahyo Utomo

(4)

ABSTRAK

ANGGA CAHYO UTOMO. Analisis Strategi Pengembangan Kampung 99 Pepohonan Kecamatan Limo Kota Depok. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA

Kampung 99 Pepohonan merupakan sebuah agrowisata yang memiliki konsep kebudayaan pedesaan dan lingkungan hijau dengan penerapan prinsip keseimbangan hidup. Keseimbangan tersebut berupa interaksi antara manusia dan lingkungan yang diterapkan Kampung 99 Pepohonan melalui pertanian terpadu dan ramah lingkungan. Namun upaya pengembangan belum dapat meningkatkan jumlah pengunjung sesuai dengan target. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi faktor internal-eksternal, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan. Metode yang digunakan yaitu Matriks IE dan matriks QSPM. Hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, terdapat delapan alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan oleh Kampung 99 Pepohonan. Hasil analisis matriks IE menggambarkan bahwa Kampung 99 Pepohonan berada pada kuadran V yaitu tahapan menjaga dan memelihara (hold and maintain) dengan strategi yang tepat digunakan yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan bahwa alternatif strategi “Pembentukan kelompok tani untuk mengorganisir pemasaran produk wisata dan produk pertanian secara luas” . Kata kunci : agrowisata, pemasaran, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSPM

ABSTRACT

ANGGA CAHYO UTOMO. Analysis Development Strategy Kampung 99 Pepohonan District of Limo, Depok. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA

Kampung 99 Pepohonan is one of agrotourism object in Depok that uses a rural culture and green environment concepts by implementing the balance life. The form of balance interaction between human and environment were applied in Kampung 99 pepohonan through integrated agriculture and friendly environment. However, the development strategies couldn't reach the fixed target, so it couldn't increase the number of visitor. The purpose of this research is to identify internal and external factors, formulate alternative strategies, and set priorities development strategies. This research used IE matrix, and QSPM matrix analysis as a research method. The result of internal and eksternal analysis showed that there were eight alternative strategies that could be implemented by Kampung 99 Pepohonan. Kampung 99 Pepohonan was in quadrant five which in that stage the business kept and maintained the right strategies by market penetration and product development. The result of QSPM matrix analysis showed that an alternative strategy by forming the farmer group to organize marketing of tourism and agricultural products widely.

(5)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG 99

PEPOHONAN KECAMATAN LIMO

KOTA DEPOK

ANGGA CAHYO UTOMO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi Nama NIM

: Analisis Strategi Pengembangan Kampung 99 Pepohonan Kecamatan Limo Kota Depok

: Angga Cahyo Utomo

: H34100115

Disetujui oleh

Ir Juniar Atmakusuma. MS Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

(8)
(9)

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah berikut berhasil

diselesaikan. Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah Strategi Pengembangan Kampung 99 Pepohonan Kecamatan Limo Kota Depok.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Ir Juniar Atmakusuma MS selaku pembimbing yang telah memberi saran dan masukannya. Selain itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada ibu Nia yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya. Teruntuk semua responden, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediannya mengisi kuesioner dan pemaparan dalam pengambilan data mengenai Kampung 99 Pepohonan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9

Konsep Agrowisata 9

Pengembangan Agrowisata 10

Kampung Wisata 11

Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata 13

Langkah dalam Penyusunan Strategi Pengembangan yang Efektif 14

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Pemikiran Teoritis 15

Kerangka Pemikiran Operasional 21

METODE PENELITIAN 24

Lokasi dan Waktu Penelitian 24

Desain Penelitian 24

Jenis dan Sumber Data 25

Metode Penentuan Responden 25

Metode Pengumpulan Data 26

Metode Pengolahan dan Analisis Data 26

GAMBARAN UMUM KAMPUNG 99 PEPOHONAN 31

Lokasi dan Letak Geografis 31

Sejarah Pendirian Kampung 99 Pepohonan 32

Fasilitas yang Terdapat di Kampung 99 Pepohonan 33

Sumber Daya Modal 35

Struktur Organisasi 36

HASIL DAN PEMBAHASAN 36

Identifikasi dan analisis faktor internal kampung 99 pepohonan 36

Identifikasi faktor eksternal kampung 99 pepohonan 46

Analisis variabel kunci pengembangan Kampung 99 Pepohonan 55

Perumusan strategi pengembangan 67

SIMPULAN DAN SARAN 74

Simpulan 74

Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 76

LAMPIRAN 79

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2009-2013 1

2 Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Jawa Barat menurut

kota tahun 2013 3

3 Jumlah pengunjung Kampung 99 Pepohonan tahun 2009-2013 5

4 Kawasan pariwisata Kota Depok tahun 2010 6

5 Pemberian bobot faktor strategis internal perusahaan 27

6 Pemberian bobot faktor eksternal perusahaan 27

7 Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) 29

8 Matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation) 29

9 Matriks QSPM 31

10 Analisis faktor lingkungan internal Kampung 99 Pepohonan 62

11 Analisis Faktor lingkungan eksternal Kampung 99 Pepohonan 66 12 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kampung 99 Pepohonan 69 13 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Kampung 99 Pepohonan 70

DAFTAR GAMBAR

1 Model komrehensif manajemen strategis 17

2 Kekuatan-kekuatan yang memengaruhi persaingan industri 16

3 Kerangka pemikiran operasional pengembangan Kampung 99 Pepohonan 16

4 Matriks IE (Internal-Eksternal) 29

5 Matriks IE (Internal-Eksternal) Kampung 99 Pepohonan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian bauran pemasaran 79

2 Hasil pengisian kuesioner 84

3 Matriks IFE dan EFE Kampung 99 Pepohonan 90

4 Hasil analisis QSPM Kampung 99 Pepohonan 100

5 Denah lokasi Kampoeng 99 Pepohonan 104

6 Daftar data-data yang dibutuhkan dalam penelitian 105

7 Daftar responden yang akan diwawancarai 108

8 Jenis dan harga produk 109

9 Panduan wawancara pengelola Kampung Wisata 99 Pepohonan 111

10 Kuesioner matriks IFE dan EFE 112

11 Penentuan strategi terpilih dengan matriks QSPM 115

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pariwisata Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Keanekaragaman hayati yang tinggi ditunjang dengan keunikan dari karakteristik sosial dan budaya, membuat Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata utama di dunia. Hal itulah yang membuat sektor pariwisata menjadi andalan utama Indonesia dalam membangun perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya lokal. Menurut laporan World Trade Organization (2013), sektor pariwisata mampu mempekerjakan sekitar 230 juta lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi ratusan miliar dollar terhadap perekonomian di berbagai negara. Terlebih saat ini telah terjadi pergeseran negara tujuan wisata internasional dari negara maju ke negara-negara di Asia (Subowo 2012). Hal ini menjadi peluang besar bagi pengembangan pariwisata Indonesia. Daya saing pariwisata Indonesia masih cukup rendah dengan peringkat 74 dari 133 negara dan berada di bawah negara Thailand berdasarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF).

Besarnya manfaat ekonomi yang diberikan membuat sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata di Indonesia menjadi hal yang mutlak dilakukan dengan mengandalkan keunggulan sumberdaya berupa alam dan hayati Indonesia. Menurut Soemarno (2008), keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah dengan sekitar 52 persen aset wisata Indonesia merupakan jenis wisata alam. Hal ini menunjukkan alam Indonesia menyimpan nilai dan potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan.

Salah satu cara pembangunan ekonomi dengan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia yaitu melalui pengembangan kawasan wisata. Potensi kekayaan alam yang melimpah dengan didalamnya berisi sumber-sumber plasma nutfah dan tingginya biodiversitas yang dimiliki Indonesia merupakan peluang bagi sektor pertanian untuk dapat meningkatkan daya saingnya. Keunikan-keunikan tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung/berwisata ke Indonesia (Subowo 2002). Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang berkunjung ke Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2009-2013a

Tahun Wisatawan Domestik (orang) Wisatawan Mancanegara (orang) Jumlah (orang) Pertumbuhan Total Wisatawan (persen) 2009 6 053 269 6 423 730 11 376 999 - 2010 6 235 606 7 002 944 13 238 550 6.10 2011 6 750 416 7 649 731 14 400 147 8.77 2012 7 310 531 8 044 462 15 354 993 6.63 2013 7 780 221 8 708 440 16 488 661 7.38 a

(14)

Berdasarkan Tabel 1 total wisatawan baik domestik maupun mancanegara relatif mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Persentase pertumbuhan total wisatawan tertinggi berada pada tahun 2011 yaitu sebesar 8.77 persen. Akan tetapi di tahun selanjutnya, pertumbuhan jumlah wisatawan cenderung mengalami penurunan. Pembangunan dan pengembangan pariwisata daerah merupakan salah satu solusi untuk mengangkat kembali pariwisata Indonesia

Kecermatan dalam pemanfaatan sumberdaya sekitar yang kemudian dikombinasikan secara tepat guna sesuai dengan berkembangnya tingkat pengetahuan, pola pikir serta teknologi menjadi kunci utama pembangunan pariwisata daerah yang berdaya saing tinggi. Menurut Subowo (2012) saat ini, telah muncul kesadaran akan pemenuhan kebutuhan dengan konsep pendekatan lingkungan berbasiskan edukasi. Pertanian menawarkan konsep bisnis agrowisata yang memiliki nilai edukasi tinggi melalui pendekatan lingkungan didalamnya.

Agrowisata menjadi salah satu bentuk kegiatan dalam pemanfaatan usaha berbasiskan pertanian yang dinikmati oleh konsumen secara langsung sebagai obyek wisata. Agrowisata menawarkan usaha pertanian yang didalamnya terdapat nilai tambah berupa rekreasi dan pendidikan dengan mengandalkan keunikan serta keunggulan usaha pertanian yang dimilikinya. Nilai tambah tersebut dapat menjadi daya tarik bagi orang lain sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Menurut Hariono (2010), saat ini telah terjadi perubahan

consumers-behaviour pattern atau pola konsumsi dari para wisatawan baik domestik maupun

mancanegara. Hal tersebut didasari atas perubahan pola hidup masyarakat yang menghendaki adanya keseimbangan dalam hidup. Dengan adanya rutinitas yang tinggi ditiap harinya, kepadatan permukiman dan lingkungan industri yang semakin tinggi sehingga sehingga muncul ketidaknyamanan. Selain itu pula, akhir-akhir ini semakin kuatnya tren back to nature dikalangan masyarakat sebagai akibat dari pengrusakan alam yang terus menerus terjadi sehingga masyarakat lebih cenderung tertarik ingin menikmati alam yang lebih asri dan nyaman.

Periwisata di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan pesatnya di tiap daerah khususnya di Provinsi Jawa Barat. Seperti pada Tabel 2, Kabupaten Bogor menjadi tujuan kunjungan wisatawan terbanyak karena memiliki keunggulan sumberdaya berupa keadaan geografi yang dimilikinya. Hal ini memberikan keuntungan bagi daerah atau wilayah yang memiliki keunggulan sumberdaya untuk dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata. Salah satu bentuk pengembangan obyek wisata di Indonesia yaitu Agrowisata. Agrowisata merupakan suatu bentuk wisata yang memanfatakan sumberdaya alam untuk kegiatan pertanian berbasiskan kelestarian lingkungan serta memiliki keunikan yang ditawarkan bagi orang lain. Oleh karena itu bisnis agrowisata memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut di tiap-tiap daerah di Indonesia salah satunya Kota Depok.

Kota Depok merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia dengan angka pertumbuhan penduduknya rata-rata sebesar 3.59 persen pertahun (BAPPEDA 2012). Selain itu, Kota Depok memiliki akses dan letak yang strategis karena dekat dengan kota-kota besar Indonesia lainnya seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Hal ini menunjukkan bahwa, tingginya potensi pengembangan pariwisata yang berdasarkan atas besarnya pasar dan memiliki letak yang strategis karena berada dan berdekatan dengan target konsumen.

(15)

Tabel 2 Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Jawa Barat menurut kota tahun 2013b No Kota Wisatawan Domestik (orang) Wisatawan Mancanegara (orang) Total (orang) 1 Bogor 20 207 2 257 178 2 593 385 2 Sukabumi 156 10 543 10 699 3 Bandung 142 575 3 774 815 3 917 390 4 Cirebon 1 050 1 354 722 1 355 772 5 Bekasi - - - 6 Depok 7 812 1 864 273 1 872 085 7 Cimahi - - - 8 Tasikmalaya - 354 886 354 886 9 Banjar - 9 089 9 089 b

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa Kota Depok memiliki jumlah wisatawan terbesar ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki daya tarik dan potensi dalam hal pengembangan pariwisata. Dukungan pemerintah Kota Depok yang dituangkan pada Misi Kota Depok dalam hal mewujudkan kemandirian ekonomi berbasiskan potensi lokal melalui pengembangan pariwisata daerah. Salah satu bentuknya yaitu melalui dukungan pengembangan wisata Kampung 99 Pepohonan yang memiliki potensi pertaniannya untuk dikembangkan menjadi pariwisata unggulan Kota Depok.

Kampung 99 Pepohonan merupakan sebuah area yang dirancang oleh penghuninya sebagai hunian yang bersahabat dengan alam serta menjalankan konsep gaya hidup sehat untuk kembali merasakan keasrian alam. Berbagai fasilitas yang ditawarkan bagi pengunjung, seperti memerah susu kambing/sapi, membuat yoghurt, restoran dengan berbagai macam makanan tanpa pengawet, memandikan kerbau, menanam pohon, menanam padi, memancing ikan, merasakan tinggal di rumah hunian yang unik dengan berbagai bentuk berbeda, serta menyaksikan acara musik di setiap akhir pekan. Dalam aktivitas bisnisnya, sisi edukasi sangat erat dan kental dalam beberapa paket wisata yang dimiliki Kampung 99 Pepohonan. Konsep pertanian, peternakan dan perikanan menjadi andalan utama dengan mengajak pengunjung untuk lebih mengenal dan merasakan kegiatan usaha pertanian masyarakat Kampung 99 Pepohonan.

Angka 99 sendiri dipilih sebagai nama, karena 9 merupakan angka tertinggi dalam perhitungan matematika, ia mencakup angka 0, 1 hingga 9, jadi merupakan gambaran setiap kegiatan yang dilakukan oleh penghuni atau penanggungjawab kampung ini selalu berupaya melakukan yang terbaik agar mencapai hasil yang maksimal.

Kampung 99 Pepohonan merupakan sebuah objek wisata yang memiliki keunikan lingkungan dengan pertanian sebagai dasar aktivitas penghuninya. Banyaknya pepohonan disekitar lingkungan tempat tinggal merupakan hasil penanaman oleh penghuni dan pengunjung yang datang. Pengunjung dikenakan kewajiban untuk menanam satu bibit pohon untuk kelestarian kampung. Paket

(16)

wisata yang ditawarkan beragam, yaitu paket wisata keluarga berupa menginap di rumah hunian dari bahan kayu yang memiliki bentuk berbeda-beda, paket wisata edukasi pertanian berupa edukasi pertanian sawah, peternakan, dan perikanan budidaya serta paket outbound.

Perumusan Masalah

Adanya keinginan yang kuat dari masyarakat Kampung 99 Pepohonan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan menyelaraskan hunian yang bersahabat dengan alam menjadi dasar utama konsep pendirian Kampung 99 Pepohonan. Lingkungan asri ditandai dengan banyaknya pepohonan yang tumbuh lebat di sekitar hunian menjadi keunikan yang dimiliki. Usaha pertanian ,peternakan dan perikanan diterapkan dengan tanpa mengabaikan keasrian lingkungannya. Keasrian lingkungan dan konsep hunian yang selaras dengan alam menjadi daya tarik bagi pengunjungnya. .

Kampung 99 Pepohonan mulai beroperasi dan fokus dalam pengembangan bisnis wisata berbasiskan pertanian sejak tahun 2009. Pada Tabel 4 menunjukkan jumlah kunjungan per tahun dari Kampung 99 Pepohonan. Diketahui bahwa, tahun 2013 merupakan tahun kunjungan tertinggi dengan jumlah pengunjung sebesar 4743 orang. Akan tetapi di tahun sebelumnya terus menunjukkan tren negatif dari tahun 2010-2012 yang dapat diketahui dari pertumbuhan jumlah pengunjung. Menurut hasil wawancara kepada penanggung jawab pengelola kawasan wisata, jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2013 masih belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Pihak manajemen menetapkan target 6000 pengunjung dengan 500 orang pengunjung di tiap bulannya.

Beragamnya paket wisata yang ditawarkan dan keunikan lingkungan yang dimiliki Kampung 99 Pepohonan belum dapat mendatangkan pengunjung secara berkelanjutan dan terus mengalami peningkatan pertumbuhan dalam jumlah pengunjungnya. Sejak tahun 2009-2013, jumlah pengunjung sangat tinggi hanya terdapat di bulan-bulan tertentu saja, yaitu bulan Januari, Juli, Agustus, September, dan Desember (Tabel 3). Kelima bulan tersebut memiliki cukup banyak hari libur nasional, liburan sekolah, puasa ramadhan, hari raya natal, dan hari raya idul fitri. Selain itu, untuk di bulan lainnya jumlah pengunjung terus mengalami penurunan secara signifikan dengan rata-rata hanya berjumlah 134 pengunjung (Tabel 3). Hal ini menjadi perhatian dari manajemen Kampung 99 Pepohonan dalam penciptaan strategi yang tepat dan sesuai karena disisi lain Kampung 99 Pepohonan tergolong kedalam

Kampung 99 Pepohonan merupakan salah satu wisata yang bersifat

seasonal obyek tourism sehingga dibutuhkan rencana atau strategi pengembangan

yang tepat sesuai dengan sifat bisnis ini. Seasonal obyek tourusim yang berarti jenis wisata yang produksi atau jumlah pengunjungnya sangat tergantung oleh beberapa periode tertentu saja. Ada 2 macam periode dalam seasonal obyek

tourism, yaitu periode low season dan periode high season. Periode low season

menunjukkan jumlah produksi atau jumlah pengunjung yang menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan periode high season (periode yang menunjukkan kesempatan tertinggi dalam menarik pengunjung)

(17)

Tabel 3 Jumlah pengunjung Kampung 99 Pepohonan tahun 2009-2013c

Bulan ke-

Jumlah Pengunjung (orang) Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 1 41 469 654 511 1048 2 118 198 121 55 145 3 66 85 59 132 108 4 155 220 175 115 222 5 170 98 188 176 169 6 238 284 423 321 433 7 330 368 336 409 517 8 288 477 251 380 430 9 301 563 570 327 139 10 105 280 110 70 115 11 47 174 144 122 73 12 310 542 597 641 1344 Total 2169 3758 3628 3259 4743 Pertumbuha n jumlah pengunjung (%) - 73.26 -3.46 -10.17 45.54 c

Sumber : Laporan Tahunan Kampung 99 Pepohonan 2009-2013 (diolah)

Keuntungan yang maksimal dan berkelanjutan menjadi fokus perhatian manajemen. Kunjungan wisatawan menjadi sumber pendapatan utama bagi Kampung 99 Pepohonan. Sesuai dengan sifat usaha dari Kampung 99 Pepohonan yang cenderung bersifat seasonal obyek tourism, pemaksimalan jumlah kunjungan di beberapa periode tertentu menjadi salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Akan tetapi, arah pengembangan Kampung 99 Pepohonan untuk memaksimalkan keuntungan melalui pencapaian target jumlah kunjungan harus dilakukan tanpa melanggar prinsip kelestarian lingkungan dan tujuan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan penciptaan suatu manajemen strategis yang tepat dalam mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan.

Pertumbuhan perekonomian yang terus meningkat ditandai dengan tingginya aktivitas bisnis masyarakatnya menjadikan lingkungan Kota Depok berubah dengan cepat menjadi permukiman dan gedung-gedung perkantoran yang memenuhi hampir di seluruh penjuru kota. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dari masyarakatnya serta menginginkan adanya lingkungan yang sehat dan asri seperti dahulu kala. Selain itu Kota Depok merupakan kota penyangga ibukota Jakarta dan kota-kota lainnya disekitar seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi sehingga menjadikan Kota Depok memiliki letak yang strategis untuk mengembangkan berbagai bisnis termasuk bisnis pariwisata. Akan tetapi sekarang ini, telah muncul berbagai obyek-obyek wisata di Kota Depok baik berupa wisata pertanian maupun bukan wisata pertanian. Potensi pasar yang terbuka luas menjadi daya tarik bagi pengembang usaha wisata dengan target

(18)

konsumen yaitu masyarakat kota-kota besar seperti Depok, Jakarta, Tangerang dan Bekasi.

Pertumbuhan bisnis wisata di Kota Depok menimbulkan persaingan antara setiap kawasan wisata untuk dapat menarik pengunjung sebanyak banyaknya. Pertumbuhan objek wisata yang paling signifikan di Kota Depok adalah wisata belanja. Hal itu bisa terlihat di Jalan Margonda Raya, banyak tempat-tempat perbelanjaan tumbuh pesat. Selain itu, wisata sejenis yang menawarkan konsep lingkungan dan pertanian banyak bermunculan seperti Godongijo Asri, Wiladatika Cibubur Kampung Pondok Zidane, Cagar Alam TVRI, Agrowisata Belimbing Dewa. Keseluruhan objek wisata lain yang sejenis tersebut akan memengaruhi besarnya jumlah pengunjung Kampung 99 Pepohonan. Beberapa objek wisata yang berada di Kota Depok dan menjadi wisata unggulan daerah, dapat ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Kawasan pariwisata unggulan Kota Depok tahun 2011d

No Nama Objek Pariwisata

Luas Area (Ha)

Sarana Wisata yang Tersedia

Daya Tarik Wisata yang Ditawarkan

1 Godongijo Asri 3 Outbound, restoran,

kolam pemancingan, parkir Alam 2 Kampung Wisata 99 Pepohonan 5 Outbound, panggung musik, penginapan, restoran, parkir Alam

3 Telaga Arwana Cibubur 7 Outbound, kolam

renang, restoran, pemancingan, akuarium ikan Arwana

Wisata Air

4 Wiladatika Cibubur 5 Kolam renang,

taman bermain, penginapan, pendopo, parkir

Taman bunga

5 Setu Jatijajar 4 Sepeda air, dermaga Wisata Air

6 Setu Pedongkelan 6.5 Sepeda air Wisata Air

7 Taman Wisata Pasir Putih 5 Arena bermain, outbound, restoran,

parkir

Alam

8 Cagar Alam TVRI 63 Outbound, penginapan,parkir Sepeda air

9 Agrowisata Belimbing

Dewa

5 Kebun belimbing

10 Masjid Dian Al-Mahri

(Kubah Emas)

50 Pendopo dan parkir Kubah Emas

11 Rumah Keramik Widyanto 1.5 Pendopo, galeri, penginapan, restoran, parkir Galeri dan Alam

12 Depok Fantasy Water

Park

4 Arena bermain air Wisata Air

14 Cagar Alam Pancoran

Mas

3 Kebun tanaman obat, parkir,

penginapan

Alam

15 Kampung Pondok Zidane 3 Penginapan, restoran, outbound,

sepeda air, taman bermain, parkir

Alam

d

(19)

Semakin banyak muncul pesaing yang dapat memengaruhi lingkungan eksternal pemasaran Kampung 99 Pepohonan sehingga perlu didukung usaha pengembangan yang optimal untuk dapat menjadi obyek wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa ada 15 obyek wisata unggulan Kota Depok yang masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik bagi pengunjung. Menurut Pratiwi (2011), Agrowisata Godong Ijo mempunyai konsep wisata yang hampir sama dengan Kampung 99 Pepohonan, namun memiliki fasilitas dan paket wisata yang lebih lengkap.

Kegiatan pengembangan usaha Kampung 99 Pepohonan dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan bagi pengunjung dengan pembuatan website dan mengadakan acara live music untuk menjadi daya tarik. Website Kampung 99 Pepohonan dapat diakses dengan bebas dan berisi lengkap seluruh fasilitas atau

event yang berlangsung di Kampung 99 Pepohonan. Live music dilaksanakan satu

bulan sekali dengan mendatangkan artis atau grup musik untuk menghibur pengunjung. Selain itu, penambahan fasilitas dan paket wisata pertanian bagi anak-anak dan keluarga terus dilakukan setiap tahunnya. Pengolahan produk pertanian menjadi aneka makanan kreatif dan menarik juga menjadi fokus perhatian bagi manajemen. Akan tetapi, keseluruhan kegiatan pengembangan yang telah dilakukan masih tetap belum mampu memenuhi target jumlah kunjungan yang telah ditetapkan.

Kampung 99 Pepohonan awalnya merupakan sebuah daerah pemukiman bagi masyarakat yang peduli akan kelestarian lingkungan tempat tinggal. Manajemen perusahaan masih sangat sederhana dan unik. Belum adanya spesialisasi kerja dan seluruh keputusan dilakukan secara bersama-sama dengan penghuni Kampung 99 Pepohonan. Pusat koordinasi dalam kegiatan operasional hanya berpusat pada penanggung jawab pengelola kawasan wisata. Hal tersebut membuat pelayanan kepada pengunjung menjadi terbatas. Peran dan tanggung jawab beberapa divisi seperti divisi pemasaran, dipegang oleh penanggung jawab pengelola kawasan wisata. Hal ini menyebabkan pengembangan usaha wisata Kampung 99 Pepohonan menjadi terhambat karena tidak berjalannya beberapa fungsi manajemen.

Pengunjung yang datang ada yang berasal dari dalam negeri, adapun berasal dari mancanegara. Pengunjung dari luar negeri dikenakan paket harga yang sama dengan pengunjung yang datang dari dalam negeri. Pembayarannya bisa melalui uang tunai atau pengunjung harus menanam bibit pohon di kawasan Kampung 99 pepohonan. Selain itu, menurut penanggung jawab pengelola kawasan wisata Kampung 99 Pepohonan, nilai keuntungan dari penjualan hasil produksi pertaniannya hanya berkisar sepuluh persen dari total keuntungan yang didapat. Sehingga, penurunan jumlah pengunjung berakibat pula kepada penurunan keuntungan yang didapat.

Oleh karena itu, dalam memaksimalkan keuntungan melalui penciptaan strategi pengembangan yang efektif untuk dapat meningkatkan pelayanan, menjadi daya tarik dan memenuhi target jumlah pengunjung yang telah ditetapkan menjadi hal penting untuk dilakukan. Lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang dihadapi perlu untuk dianalisis dan memformulasikan strategi pengembangan yang tepat. Analisis lingkungan merupakan kegiatan utama dalam menyusun strategi pengembangan yang berisi rumusan-rumusan permasalahan Kampung 99 Pepohonan. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan beberapa

(20)

permasalahan terkait dengan pengembangan Kampung 99 Pepohonan yang akan dianalisis melalui penelitian ini, yaitu :

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha Kampung 99 pepohonan?

2. Bagaimana posisi dan kondisi lingkungan eksternal dan internal Kampung 99 Pepohonan saat ini?

3. Bagaimana prioritas strategi pengembangan yang tepat pada Kampung 99 Pepohonan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor kekuatan dan kelemahan utama dari analisis lingkungan internal serta peluang dan ancaman utama dari lingkungan eksternal Kampung 99 Pepohonan

2. Mengidentifikasi dan menganalisis posisi pemasaran Kampung 99 Pepohonan saat ini yang akan menentukan penyusunan strategi pemasaran. 3. Merumuskan dan menentukan prioritas strategi pemasaran bagi Kampung 99 Pepohonan yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti, sebagai sarana untuk mempelajari, mengaplikasikan, serta meningkatkan kompetensi ilmu pengetahuan yang dipelajari saat perkuliahan.

2. Kampung 99 Pepohonan, sebagai bahan referensi atau masukan dalam

menerapkan strategi pemasaran

3. Akademisi dan pembaca, sebagai referensi bagi proses formulasi strategi fungsional pemasaran jasa pada umumnya dan agrowisata pada khususnya serta sebagai bahan acuan untuk penelitian terkait.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian studi kasus dengan pengambilan objek penelitian Kampung 99 Pepohonan. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan alternatif strategi pemasaran Kampung 99 Pepohonan. Tahapan implementasi dan evaluasi strategi alternatif pemasaran sepenuhnya adalah kewenangan Kampung 99 Pepohonan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dan alternatif strategi yang diberikan untuk pemasaran Kampung 99 Pepohonan dan tidak dapat digeneralisasikan untuk perusahaan sejenis yang ada.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Agrowisata

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. Km.47/PW.004/MPPT-89 dan No. 204/Kpts/HK.050/4/1989, Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (Munavizt 2012). Dengan demikian upaya pemanfaatan alam yang berkelanjutan dengan pertanian menjadi fokus utama pengembangan sehingga memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi merupakan konsep utama agrowisata di Indonesia.

Agrowisata memiliki basis pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai pusat kegiatan pertanian yang berorientasi pada konsep wisata. Seperti halnya ekowisata yang sama-sama berbasiskan alam dan lingkungan akan tetapi terdapat perbedaan didalamnya. Menurut Fandeli dalam Untari (2009), ekowisata sebagai suatu perpaduan berbagai minat yang tumbuh dari pengembangan wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian areal, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat misalnya konsep taman nasional, cagar alam, kawasan hutan lindung, cagar terumbu karang dan sebagainya.

Selain itu menurut the quebec Declaration on Tourism diacu dalam Untari (2009) menyatakan bahwa ekowisata mencakup prinsip wisata yang berkelanjutan dan prinsip sehingga membedakannya dari wisata yang berkelanjutan yang luas konsepnya :

1. Berkontribusi secara aktif bagi konservasi warisan alam dan budaya, 2. Melibatkan masyarakat lokal dan pribumi dalam perencanaannya,

pengembangan dan operasinya, berkontribusi bagi pendapatan mereka, 3. Menterjemahkan maksud warisan alam dan budaya kepada pengunjung, 4. Memberikan kebebasan lebih bagi pelancong, sebagaimana pengelolaan

perjalanan.

Perbedaan konsep pemanfaatan, pengembangan serta aktifitasnya dalam interaksinya dengan alam, hal itulah yang membedakan antara agrowisata dengan ekowisata. Agrowisata fokus terhadap pengembangan usaha pertanian yang berkelanjutan dengan mendesain pertanian sebagai percontohan, sumber ilmu pengetahuan dan melibatkan orang lain didalam proses kegiatannya menjadi nilai tambah sekaligus daya tarik bagi orang lain untuk berkunjung dan menikmati pertanian sebagai wisata.

(22)

Pengembangan Agrowisata

Menurut Hariono (2010), Saat ini telah terjadi perubahan consumer-behavior

pattern atau pola konsumsi para wisatawan yang tidak lagi berfokus untuk hanya

sekedar bersantai, melainkan mulai berubah ke jenis wisata yang lebih tinggi. Meskipun santai, tetapi dengan selera yang meningkat yakni menikmati produk kreasi budaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage), serta wisata alam (nature) atau ekowisata dan agrowisata dari suatu negara. Hal tersebut akan memengaruhi arah pengembangan objek wisata di Indonesia yang disesuaikan dengan selera konsumen saat ini.

Konsep agrowisata sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia saat ini berdasarkan atas perubahan selera dan pola konsumsi masyarakat yang menginkan kenikmatan alam dan lingkungan asri serta sebagai sarana rekreasi edukasi. Adanya dukungan dari potensi sumber daya alam yang melimpah dan beragam di tiap daerahnya menjadi peluang pengembangan agrowisata di Indonesia. Menurut Simanjuntak (2010), potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan objek agrowisata antara lain :

1. Peternakan

Pemeliharaan dan produksi ternak, dari pengelolaan secara hulunya sampai off-farm menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengetahui dan ikut terlibat dalam kegiatan didalamnya. Aspek edukasi sangat ditonjolkan untuk memberikan pengetahuan kepada wisatawan mengenai beternak dan pengelolaannya yang berkelanjutan

2. Perikanan

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan memiliki potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya melimpah. Oleh karena itu, konsep agrowisata dengan perikanan sebagai daya tariknya menjadi peluang untuk dikembangkan. Menurut Simanjuntak (2010), secara garis besar perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya serta kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya air payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah dan mutiara).

3. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain kebun bunga-bungaan, kebun buah-buahan, kebun sayur-sayuran, dan kebun tanaman obat-obatan.

4. Perkebunan

Di setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik lahan yang berbeda-beda dan menyimpan potensi untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Seperti halnya pengembangan sebagai objek wisata dengan daya tarik utamanya pemanfaatan lahan sebagai perkebunan dan mendesain sedimikian rupa untuk dapat menarik wisatawan datang. Kegiatan pengolahan kebun serta produksinya dapat melibatkan wisatawan untuk dapat merasakan dan mengetahui kegiatannya dari pembibitan, penanaman, pengolahan sampai pemanenan hasil produksinya.

(23)

Dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata, Departemen Pertanian (2004) mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1. Kelangkaan

Jika wisatawan melakukan wisata di suatau kawasan agrowisata, wisatawan mengharapkan adanya hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat ini.

2. Kealamiahan

Keindahan panorama atau lingkungan yang bersifat kealamiahan atraksi menjadi daya tarik agrowisata dalam menarik pengunjung secara berkelanjutan. Jika objek wisata tersebut telah rusak atau tercemar, pengunjung akan merasa tidak puas dan enggan untuk berkunjung kembali.

3. Keunikan

Keunikan yang ditonjolkan dapat berupa budaya, tradisi, teknologi lokal, atraksi dan paket wisata yang ditawarkan. Keunikan menjadi sesuatu pembeda dengan objek wisata lainnya sehingga dapat dikenali oleh para pengunjung.

4. Pelibatan tenaga kerja

Agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat setempat, pengembangan agrowisata hendaknya dapat berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja dari masyarakat dimana agrowisata tersebut didirikan.

5. Optimalisasi Penggunaan Lahan

Pengelolaan haruslah diperhatikan dengan tidak mengarah kepada eksploitasi lahan secara berlebihan. Selain itu juga, penggunaan lahan secara optimal dan sesuai dengan kapasitasnya menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

6. Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan

Pengembangan agrowisata harus dapat menggerakkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/lokal, investor dan regulator. Hal ini dapat dilakukan dengan koordinasi didalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada.

7. Penataan Kawasan

Agrowisata merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan system pertanian dan pariwisata menjadi suatu kesatuan. Pembentukan suatu kawasan yang menarik menjadi salah satu dampak positif dari adanya agrowisata.

Kampung Wisata

Karakteristik dan keunikan sebuah kampung dapat menjadi daya tarik bagi orang lain untuk dapat berkunjung dan merasakan suasana maupun fasilitas yang ada. Nilai-nilai budaya masyarakatnya yang dipertahankan dan lingkungan tempat tinggal yang terus dilestarikan keasliannya membuat suatu kampung tersebut memiliki suatu nilai sehingga layak untuk dijadikan sebuah wisata bagi orang lain. Menurut Saragih (2011), kampung wisata merupakan suatu konsep kegiatan

(24)

wisata yang memiliki konsep pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan wujud kegiatan wisata berupa memperlihatkan kepada pengunjung berbagai kegiatan masyarakat sehari-hari, budaya serta seni tradisional yang dikemas menjadi unik dan menarik. Dasar pengembangan kampung wisata atas kearifan masyarakat lokal untuk tetap menjaga nilai-nilai dan kebudayaan yang bisa terlihat dalam aktifitas mereka sehari-hari dalam berinteraksi dan menjaga hubungan antara lingkungan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Pertanian menjadi kegiatan utama masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, pertanian menjadi suatu nilai tambah bagi suatu kampung untuk terus mendatangkan wisatawan secara berkelanjutan dengan mendesain pertanian dalam bentuk produksi dan edukasi.

Sedangkan, menurut Marpaung dalam Krislianto (2009) pengembangan kampung wisata sebagai objek dan daya tarik akan berhubungan dengan pengunjung yang tinggal di suatu desa tradisional atau dekat dengan desa tradisional, atau hanya untuk kunjungan singgah dimana lokasi kampung wisata ini biasanya terletak di daerah terpencil. Wisatawan atau pengunjung tidak hanya menyaksikan kebudayaan tradisional, tetapi biasanya ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat setempat.

Tipe kampung wisata berdasarkan pola, proses dan tipe pengolahannya di Indonesia sendiri menurut Saragih (2011) terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka.

1. Tipe terstruktur (enclave)

Memiliki karakteristik kawasan dengan lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur spesifik untuk kawasan tersebut. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Lahan tidak terlalu besar masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Sehingga kemampuan dalam memembus pasar internasional melalui citra yang ditumbuhkannya menjadi kelebihan dalam tipe ini.

2. Tipe terbuka (Spontaneus)

Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh dan menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan

Suatu desa atau kampung yang ingin menampilkan dirinya sebagai objek kunjungan dan bertujuan untuk menarik orang lain untuk terus datang harus memiliki daya tarik yang ditonjolkan serta ditawarkan melalui fasilitas atau strategi khusus pemasaran yang efektif. Perbaikan sarana dan prasarana serta memodifikasinya untuk menunjang kegiatan wisata yang lebih nyaman dan menarik menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik.

(25)

Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata

Menurut penelitian Roganda (2003), Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari menemukan suatu permasalahan bahwa terjadinya fluktuasi jumlah kunjungan yang disebabkan oleh tingkat persaingan tinggi di Kabupaten Bogor. Kegiatan pengembangan yang belum optimal menjadi kendala lain dalam mendatangkan pengunjung secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan rancangan strategi pengembangan yang tepat melalui analisis faktor internal dan eksternal perusahaan Keseluruhan analisis tersebut menghasilkan prioritas strategi terbaik melalui peningkatan kualitas pelayanan dengan menyediakan sarana transportasi yang nyaman dan fasilitas penunjang agrowisata lainnya.

Kekayaan alam dan budaya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan. Keunikan dan potensi sumber daya lokal menjadi peluang bagi pengembangan wisata di Indonesia. Agrowisata adalah salah satu bentuk wisata di Indonesia yang terus mengalami perkembangan karena perubahan perilaku konsumen yang lebih menyukai wisata dengan konsep back to nature. Wisata kampung dengan menikmati keunikan kebudayaan selain itu dapat ikut terlibat langsung dan mengetahui aktivitas masyarakatnya melalui pertanian. Akan tetapi wisata kampung pertanian ini memiliki permasalahan dalam pengembangan sehingga keuntungan yang diperoleh berfluktuatif. Menurut penelitian Machrodji (2004), mengenai Analisis Strategi Pengembangan Kampoeng Wisata Cinangneng Desa Cihideung Udik, Ciampea Kabupaten Bogor ditemukan bahwa persaingan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi. Banyaknya obyek wisata baik yang yang sejenis berada di Kabupaten Bogor dan menawarkan paket wisata yang lebih menarik serta fasilitas yang lebih lengkap. Oleh karena itu, penciptaan suatu strategi pengembangan diharapkan akan berdampak jangka panjang bagi kelangsungan hidup perusahaan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang terus meningkat dan berkelanjutan.

Tingkat persaingan Agrowisata di Kabupaten Bogor sangatlah tinggi, keadaan alam yang masih asri menjadi salah satu saya tarik sehingga menjadi tujuan wisata masyarakat kota-kota besar lainnya. Melihat potensi ekonomi yang akan dihasilkan jika suatu daerah menjadi tujuan kunjungan, Kota Depok terus berbenah diri melalui perbaikan sarana dan prasarana kota sehingga dapat menunjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya termasuk juga pertumbuhan pariwisata yang menjadi misi Kota Depok. Menurut penelitian Pratiwi (2011), mengenai pemasaran agrowisata di PT Godongijo Asri, persaingan objek wisata di Kota Depok sangat tinggi sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya keuntungan yang diterima perusahaan yang berdasarkan atas jumlah kunjungan berfluktuatif. Hal ini membutuhkan langkah pengembangan yang tepat untuk dilakukan perusahaan dengan membuat formulasi strategi pengembangan melalui analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

(26)

Langkah dalam Penyusunan Strategi Pengembangan yang Efektif

Penyusunan strategi pemasaran memerlukan beberapa tahap yang harus diidentifikasi dan dianalisis sehingga dapat menentukan strategi yang tepat dan efektif. Menurut Machrodji (2004), dalam Strategi Pengembangan Kampung WIsata Cinangneng Desa Cihideung Udik, Ciampea Kabupaten Bogor, langkah awal dalam penyusunan strategi pengembangan yang efektif adalah dengan mengidentifikasi faktor analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Langkah ini merupakan tahap masukan (Input Stage) yang akan menentukan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan sebuah perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

Keseluruhan faktor yang memengaruhi suatu perusahaan dalam keberlangsungan aktifitas bisnis terbagi kedalam dua lingkungan, yaitu lingkungan internal dan eksternal. Dalam identifikasi lingkungan Internal, akan bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk selanjutnya dapat dibuat formulasi strateginya. Manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produk/operasi, bauran pemasaran, penelitian dan pengembangan adalah keseluruhan aspek dalam intenal perusahaan yang diidentifikasi (David 2009). Sedangkan identifikasi lingkungan eksternal melalui pendekatan lingkungan eksternal makro dan mikro. Lingkungan eksternal makro digunakan untuk mengidentifikasi faktor politik, pemerintah, hukum, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan teknologi (Machrodji 2004).

Hasil Identifikasi faktor Internal akan dikelompokkan dan dianalisis untuk menjadi kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi keberhasilan dalam perumusan strategi pengembangan yang efektif. Penentuan faktor kunci merupakan dasar dan tahapan penting dalam melakukan sebuah penyusunan strategi. Setelah itu melakukan penyusunan matriks IFE dan EFE berdasarkan pemberian dan penentuan skor bobot di setiap faktor kunci. Menurut Roganda (2003), Formulasi strategi pengembangan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari, didapatkan bahwa total skor bobot IFE adalah 2.282. Faktor kekuatan yang paling mempengaruhi keberhasilan pengembangan agrowisata Karyasari adalah Agrowisata Karyasari merupakan wisata kebun tanaman obat yang baru dan bertindak sebagai pioneer dengan skor bobot 0.172. Sedangkan faktor strategis yang merupakan kelemahan dan mengancam keberhasilan pengembangan perusahaan adalah adanya promosi yang belum

intensive/masih kurang dengan nilai bobot sebesar 0.043. Kegiatan promosi yang

terbatas dan belum menjadi fokus perhatian dari manajemen menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Agrowisata Karyasari. Sedangkan pada matriks EFE total skor bobot adalah 3.327 dan faktor peluang terpenting yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan agrowisata Karyasari adalah adanya pesaing yang menawarkan obyek wisata yang sama belum ada (pionir dalam agrowisata tanaman obat) dengan bobot sebesar 0.330. Sedangkan faktor strategis ancaman yang paling berpengaruh terhadap perusahaan adalah kondisi iklim dan cuaca alam yang tidak dapat diprediksikan dengan bobot sebesar 0.230

(27)

Tahapan selanjutnya adalah tahapan pencocokan (matching stage). Dalam tahap pencocokan menurut Simanjuntak (2010) dan Lestari (2009) dilakukan dengan pendekatan matriks IE dan matriks SWOT. Dalam penelitian Simanjuntak (2010) menempatkan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam Matriks IE. Posisi ini menggambarkan kondisi eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau strategi pertumbuhan. Divisi pada sel ini dapat menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal). Sedangkan pada Lestari (2009), matriks IE menempatkan posisi Wisata Mancing Fishing

Valley pada sel ke V yaitu jaga dan pertahankan (hold and maintain) dengan

strategi yang sesuai yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Adapun hasil strategi yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2010) ditemukan bahwa prioritas strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM untuk diimplementasikan adalah memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung yang datang secara rombongan adalah konsumen yang mendatangkan penghasilan paling besar bagi agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari sehingga konsumen seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Strategi

Ditinjau dari asal usul katanya, istilah strategi berasal dari kata Yunani

strategia (stratos = militer dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu

untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan pada situasi zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin angkatan perang agar dapat selalu memenangkan pertempuran. Strategi militer didasarkan pada pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap orang-orang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkin terjadi (Tjiptono dan Diana, 2000). Dalam perkembangannya konsep strategi militer ini banyak diadaptasi dalam dunia bisnis. Akan tetapi diperlukan manajemen strategi yang tepat untuk menghindari adanya penyimpangan dikemudaian hari.

Menurut David (2009), manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Dapat disimpulkan bahwa, strategi membutuhkan koordinasi yang

(28)

matang dan tepat dalam pengalokasian sumberdaya untuk mencapai arah dan tujuan yang dimaksud.

Pada umumnya, suatu organisasi bisnis membutuhkan strategi apabila berada dalam beberapa situasi berikut (Jain 2000) :

1. Sumber daya

Keseluruhan komposisi pembentuk yang sangat memengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. Hal ini bisa berupa manusia, modal, bahan baku, teknologi, waktu, dan lain-lain) yang dimiliki terbatas. Sehingga diperlukan pengelolaan dan pengaturan yang tepat.

2. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi

Lingkungan bisnis selalu berubah mengikuti terhadap tren pasar. Pelaku-pelaku pasar didalamnya akan senantiasa menyesuaikan dan tanggap terhadap perubahan lingkungan tersebut. Pesaing menjadi salah satu pelaku pasar yang harus tetap diperhatikan agar tetap suatu perusahaan bisnis dapat bersaing.

3. Komitmen terhadap sumberdaya tidak dapat diubah lagi

Sumberdaya yang ada memerlukan perencanaan dan pengalokasian yang tepat guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pengerahan sumberdaya yang dimiliki harus dimanfaatkan secara efisien dan tetap menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi.

4. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu Setiap perubahan keputusan terhadap kebijakan akan suatu perusahaan bisnis dalam menciptakan strategi untuk menghadapi situasi tertentu akan berakibat kepada seluruh stakeholder yang lainnya. Karena akan banyak pelaku-pelaku pasar yang akan terlibat dan penting untuk diperhatikan. Koordinasi secara menyeluruh dapat menghindari kesalahpahaman yang akan terjadi dikemudian hari.

5. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif

Dalam sitauasi menghadapi perubahan dan adaptasi lingkungan, pengendalian akan sumberdaya yang dimiliki menjadi hal yang mutlak diperlukan untuk mencegah adanya penyimpangan tujuan dan arah perusahaan bisnis.

Konsep Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan pada dasarnya merupakan suatu rencana yang menyeluruh dan terpadu di bidang manajemen dan berisi panduan atau langkah-langkah untuk dapat tercapainya tujuan suatu perusahaan. Dengan demikian, strategi pengembangan berisi serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada perusahaan selama rentang waktu tertentu dan pada situasi tertentu sebagai dasar dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.

Perumusan strategi pengembangan membutuhkan analisis yang menyeluruh mengenai lingkungan yang terlibat didalamnya yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan eksternal perusahaan terus berubah dengan cepat sehingga membutuhkan penyesuaian dalam bentuk strategi yang tepat. Peluang dan ancaman akan selalu berubah dan pelaku pasar didalanya termasuk pesaing akan memengaruhi kondisi faktor internal perusahaan. Seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki harus dikelola untuk menghadapi perubahan yang

(29)

terjadi. Menurut Putri (2013), strategi pengembangan dapat dilakukan melalui konsep manajemen strategis yang dikemukakan oleh David (2009).

Ada dua variabel besar dalam perusahaan, yaitu variabel yang dapat dikontrol dan variabel yang tidak dapat dikontrol (Buchari dalam Alma 2011). Keadaan persaingan, perkembangan teknologi, perubahan demografik, kebijakan politik dan ekonomi, serta sumber daya alam merupakan jenis-jenis variabel yang tidak dapat dikontrol. Akan tetapi beberapa aspek sebenarnya dapat diramalkan oleh para pengusaha berdasarkan pengalaman-pengalamannya di masa lalu. Selain itu variabel yang dapat dikontrol yaitu market segmentation, marketing mix,

marketing budget, dan timing.

Model Manajemen Strategi

Menurut David (2009), proses manajemen strategi merupakan pendekatan yang memudahkan untuk memahami situasi yang diinginkan dengan berupa model. Pendekatan melalui model ini berguna untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi dari perusahaan. Tahapan-tahapan dalam model manajemen strategis saling terkait antar variabelnya untuk menuju pencapaian suatu tujuan atau cita-cita. Pendekatan model manajemen strategis perlu dilakukan secara sistematis melalui tahap-tahapan berikut (David 2009) :

Gambar 1 Model komprehensif manajemen strategis Sumber : David (2009) Mengukur dan mengevaluasi kinerja Implementasi strategis isu-isu manajemen Merumuskan mengevaluasi dan memilih strategi Meneta pkan sasaran jangka panjang Melakukan audit internal Melakukan audit eksternal Mengemba ngkan pernyataan Visi dan Misi Implement asi strategis isu-isu pemasaran, keuanagan, akuntansi, litbang Implem entasi strategi Formulasi strategi Evaluasi strategi

(30)

Adanya model manajemen strategis yang berisi tahap-tahap atau langkah-langkah dalam memudahkan manajemen untuk mengambil kebijakan yang tepat secara sistematis. Rumusan strategi yang telah disusun perlu dilakukan evaluasi dalam menyesuaikan perubahan liungkungan.

Analisis Lingkungan Perusahaan

Lingkungan merupakan keseluruhan komponen yang selalu berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga dalam bisnis, lingkungan menjadi faktor kunci keberhasilan suatu perusahaan jika mampu mengelolanya dengan baik. Menurut David (2009), lingkungan perusahaan adalah situasi dan kondisi perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan pemasaran dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan eksternal. Faktor-faktor yang terdapat di lingkungan penting untuk diidentifikasi dan dianalisis untuk dapat membuat strategi pengembangan yang efektif. Menurut Assauri dalam Simanjuntak (2011), bidang fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal adalah :

1. Manajemen

Pengelolaan perusahaan dalam mengalokasikan sumberdaya secara efisien dan efektif menjadi salah satu tujuan manajemen perusahaan. Berisi kebijakan-kebijakan dalam mengarahkan seluruh komponen untuk tujuan yang hendak dicapai. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh kondisi eksternal perusahaan dan berusaha menyesuaikan melalui kegiatan manajemen dalam internal perusahaan.

2. Keuangan

Kondisi keuangan dapat dijadikan sebagai indikator atau ukuran tunggal terbaik dalam menentukan posisi perusahaan dalam persaingan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah modal jangka pendek dan jangka panjang yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan, beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik penanam modal, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, dan sistem akuntasi yang handal.

3. Produksi dan Operasi

Produksi dan operasi merupakan serangkaian kegiatan dalam mentransformasikan input menjadi output yang siap ditawarkan kepada konsumen produk atau jasa. Keseluruhan proses dalam produksi jasa akan memengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Sehingga dalam pemasaran jasa, kegiatan produksi dan operasi memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan penjualan jasa kepada konsumen.

4. Penelitian dan Pengembangan

Dalam menghadapi kondisi lingkungan eksternal yang terus berubah, kegiatan atau usaha untuk menemukan sesuatu yang baru atau berbeda untuk ditawarkan kepada konsumen menjadi salah satu strategi penguatan kondisi internal perusahaan agar terus dapat bersaing. Pemanfaatan teknologi yang terbaru dan tepat guna menjadi hal penting untuk dilakukan agar dapat efisien dalam melakukan pemasaran jasa.

(31)

5. Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan,, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa (David 2009). Pemasaran merupakan menjadi salah satu cara dalam memperkenalkan atau menjual produk dan jasa sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Menurut David (2009), lingkungan eksternal terdiri lingkungan alam, demografi, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, serta sosial dan budaya, pesaing dan pelanggan. Menurut Porter (1980), terdapat lima kekuatan yang menggambarkan keadaan persaingan dalam industri. Gabungan dari lima kekuatan ini menentukan posisi laba akhir dalam industri, dimana potensi laba diukur dalam bentuk laba atas modal yang ditanamkan jangka panjang. Tidak semua industri mempunyai potensi yang sama. Industri-industri ini berbeda secara fundamental dalam potensi laba akhirnya karena gabungan dari kelima kekuatan tersebut juga berbeda. Lima kekuatan tersebut yaitu :

1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Ancaman ini tergantung kepada rintangan masuk yang ada dan ditambah dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan ini besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari muka-muka lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama rintangan masuk yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi dan kebijakan pemerintah.

2. Ancaman produk pengganti

Mengenali produk-produk substitusi (pengganti) adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri.Ada 2 sifat produk pengganti yang akan sangat mengancam dan perlu mendapat perhatian besar yaitu produk yang memiliki kecendrungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan produk industri dan dihasilkan oleh industri berlaba tinggi. Analisis terhadap kecendrungan seperti itu dapat menjadi penting dalam memutuskan apakah akan mencoba untuk menghadang produk pengganti secara strategis atau merencanakan strategi dengan menganggap produk pengganti sebagai kekuatan bersaing yang tak terhindarkan.

3. Ancaman Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain. Kelompok pembeli tersebut sangat tergantung kepada beberapa karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembelinya.

4. Ancaman Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok yang mempunyai posisi yang kuat dapat menekan keuntungan sebuah perusahaan dalam industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya. Kondisi-kondisi yang menentukan kekuatan pemasok

(32)

tidak hanya dapat berubah melainkan juga seringkali berada di luarkekuasaan perusahaan. Akan tetapi, situasi tersebut dapat diantisipasi dan diperbaiki melalui strategi yang diterapkan oleh perusahaan.

5. Ancaman pesaing dalam industri

Persaingan dalam suatu industri terus menerus menekan tingkat hasil pengembalian modal yang ditanamkan menuju tingkat hasil pengembalian dasar yang bersaing, atau tingkat pengembalian yang akan dinikmati oleh industry. Segmen tertentu menjadi tidak menarik apabila terdapat didalamnya pesaing yang paling banyak, kuat, dan agresif. Kondisi ini akan menyebabkan sering terjadinya perang harga, perang iklan dan pengenalan produk baru.

Sumber : Michael E porter (1980)

Analisis Matriks dalam Penyusunan Strategi

Dalam penyusunan strategi pemasaran dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap input, pencocokkan dan keputusan. Setiap tahap memiliki alat analisis menggunakan matriks berbeda-beda. Dalam tahap input menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokkan menggunakan alat analisis matriks IE, serta dalam tahap keputusan menggunakan matriks QSPM.

Setelah dilakukan identifikasi faktor eksternal dan internal perusahaan, maka hasilnya dimasukkan dalam Matriks EFE dan IFE. Menurut David (2009) matriks EFE bertujuan sebagai rangkuman dan hasil evaluasi informasi lingkungan eksternal seperti lingkungan alam, demografi, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, sosial dan budaya, pesaing dan pelanggan, Informasi ini akan

Persaingan diantara perusahaan yang ada

PARA PESAING INDUSTRI PRODUK PENGGANTI PEMASOK PEMBELI PENDATANG BARU POTENSIAL Kekuatan tawar-menawar pemasok Ancaman produk atau jasa pengganti

Kekuatan tawar-menawar pembeli Ancaman masuknya

pendatang baru

(33)

digunakan dalam identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Sedangkan Matriks IFE bertujuan sebagai rangkuman dan hasil evaluasi informasi lingkungan internal yang selanjutnya dapat bisa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama dalam perusahaan

Dalam tahap pencocokan untuk merumuskan strategi dikenal dengan lima teknik yang dapat digunakan yaitu matriks SWOT, matriks SPACE, matriks BCG, MAtriks IE, dan Matriks Grand Strategy. Matriks IE digunakan dalam penelitian ini berdasarkan informasi yang diperoleh dari tahap input. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang efektif. Dalam menghadapi permasalahan dan menciptakan strategi pemasaran yang efektif, perlu untuk membuat alternatif strategi yang dapat dilakukan menggunakan alat analisis matriks IE.

Teknik analisis QSPM (Quantitive Strategic Planning Matriks) didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari tindakan yang layak. Alat tersebut memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Menurut David (2009), konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal

Kerangka Pemikiran Operasional

Pengembangan melalui pengelolaan yang disesuaikan dengan konsep Agrowisata diterapkan secara berkelanjutan. Menjaga dan meningkatkan kelestarian alam dengan konsep pertanian menjadi daya tarik bagi pengunjung sekaligus terus memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat Kampung 99 Pepohonan. Namun pengembangan tersebut belum cukup untuk terus dapat menarik pengunjung sebanyak-banyaknya secara konsisten dan berkelanjutan. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang mengalami tren penurunan secara signifikan di tahun-tahun sebelumnya (Tabel 3). Jumlah pengunjung memengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh Kampung 99 Pepohonan karena sebagian besar penerimaan didapatkan dari usaha wisata selain dari usaha produksi pertanian budidaya.

Paket wisata yang ditawarkan sangat beragam yaitu paket wisata edukasi pertanian, paket edukasi peternakan, paket edukasi perikanan, paket outbound, dan paket wisata keluarga. Harga yang ditawarkan untuk pengunjung domestik maupun mancanegara berjumlah sama dan relatif terjangkau dibandingkan wisata lain yang sejenis di Kota Depok. Ditambah lagi adanya penambahan fasilitas wisata untuk peningkatan kualitas pelayanan serta website resmi dan mengadakan acara live music masih belum mampu untuk dapat mengatasi jumlah kunjungan yang tidak memenuhi target. Pemaksimalan keuntungan dalam high season dan melakukan inovasi dalam pelayanan untuk low season menjadi salah satu konsep pengembangan yang perlu diperhatikan oleh manajemen.

(34)

Kampung 99 pepohonan memiliki bentuk manajemen yang cukup unik. Hal tersebut terlihat pada tidak adanya spesialisasi kerja, keseluruhan tugas tanggung jawab diputuskan dan dikerjakan secara bersama-sama. Namun hal tersebut memiliki dampak negatif khususnya bagi kegiatan pemasaran yang belum fokus dan optimal. Hal itu dapat terlihat dalam rencana dan kegiatan pemasaran Kampung 99 Pepohonan yang masih bersifat optional dan belum berkelanjutan tergantung kepada event-event spesial, hari libur nasional seperti tahun baru dan lebaran sehingga untuk hari-hari selanjutnya jumlah wisatawan kembali mengalami penurunan. Analisis faktor internal dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan kelemahan dalam lingkungan internal Kampung 99 Pepohonan dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki serta meminimalisir kelemahan-kelemahan dalam internal Kampung 99 Pepohonan. Adapun faktor kunci yang dianalisis yaitu manajemen, produksi operasi, keuangan, dan penelitian pengembangan serta pemasaran.

Perkembangan perekonomian yang sangat pesat di Kota Depok telah merubah struktur dan pola kehidupan bermasyarakatnya seperti lingkungan sosial dan budaya yang ikut berubah. Lingkungan alam ikut berubah ke bentuk fungsi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Teknologi yang mengalami pertumbuhan pesat, membuat perubahan pula kepada perilaku produsen dan konsumennya.

Perkembangan bisnis wisata semakin meningkat mengikuti dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin membutuhkan rekreasi keluarga yang memiliki konsep kembali ke alam. Keseluruhan faktor tersebut menjadi faktor kunci dalam lingkungan eksternal yang akan diidentifikasi dan dianalisis sehingga dapat dilihat peluang dan ancaman yang ditimbulkan. Keseluruhan faktor kunci internal dan eksternal akan dilakukan pemberian bobot dan peringkat untuk setiap faktor. Penilaian bobot dan rangking akan diberikan kepada beberapa penanggung jawab dan pihak lain yang memahami secara jelas keseluruhan lingkungan pemasaran Kampung 99 Pepohonan yang dibantu dengan analisis matriks EFE dan IFE sebagai tahap input dalam penentuan strategi pemasaran yang efektif.

Langkah selanjutnya adalah tahap pencocokkan untuk menentukan posisi dan strategi alternatif Kampung 99 Pepohonan dalam pemasaran. Analiss dengan matriks IE dilakukan untuk melihat posisi melalui cara pemetaan total skor EFE dan IFE. Penentuan posisi perusahaan sebagai langkah awal guna melihat strategi yang tepat sebagai acuan penyusunan strategi alternatif. Hasil analisis IE menjadi penunjuk berdasarkan dalam perumusan alternatis strategi yang seharusnya sehingga strategi pengembangan yang dihasilkan akan tepat dan efektif.

Setelah mengetahui posisi perusahaan dan menciptakan alternatif strategi pemasaran, tahap keputusan dengan menggunakan analisis matriks QSPM bertujuan untuk memprioritaskan dan memeringkatkan berbagai alternatif strategi. Hal tersebut penting untuk dilakukan karena adanya keterbatasan sumberdaya, finansial, dan keterbatasan kemampuan perusahaan yang dimiliki. Matriks QSPM dilakukan seperti pada matriks EFE dan IFE yaitu melalui pembobotan yang mengindikasikan tingkat kepentingan setiap faktor keberhasilan sebuah strategi yang telah disusun. Berikut adalah skema kerangka penelitian operasional yang akan dilakukan dalam penelitian ini :

Gambar

Gambar 1 Model komprehensif manajemen strategis  Sumber : David (2009)  Mengukur dan  mengevaluasi kinerja Implementasi strategis isu-isu manajemen Merumuskan mengevaluasi dan memilih strategi Menetapkan sasaran jangka panjang Melakukan audit internal Mela
Gambar 2  Kekuatan-kekuatan yang memengaruhi persaingan industri
Gambar 3  Kerangka pemikiran operasional pengembangan Kampung 99  Pepohonan
Gambar 4  Matriks IE (Internal-Eksternal)  Sumber : David (2009) I  II  VI  III IV V VIII IX VII
+4

Referensi

Dokumen terkait