• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang memiliki aneka ragam suku, adat istiadat dan warisan budaya yang berbeda beda.Warisan budaya yang masih dilestarikan merupakan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari beberapa kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Samosir. Samosir sebagai suatu pulau besar dikelilingi Danau Toba yang secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Samosir1yang masih kental dengan istilah adat dan budaya dan masih identik dengan tempat sejarah atau biasa disebut dengan Situs.

Situs adalah suatu lokasi peninggalan sejarah sebagai hasil kegiatan dimasa lampau atau lokasi ditemukannya sisa- sisa sebuah peristiwa sejarah, berupa daerah- daerah yang mengandung sebuah nilai penting bagi sejarah berupa kehidupan dan peristiwa di masa lampau serta ditemukannya berbagai peninggalan dari jejak sebuah kehidupan masa lampau atau sebuah peristiwa yang bersejarah. Adapun peninggalan sejarah menurut UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah:

Pasal 1: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan/ atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/ atau kebudayaan melalui proses penetapan.

1

Ketut Wiradnyana dan Lucas Partanda Koestoro,Situs dan Objek Arkeologi di Kabupaten Samosir

(2)

Pasal 2: Benda cagar budaya adalah benda alam dan/ atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, dengan bagian- bagiannya, dan atau sisa- sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.2

Situs sejarah yang berada di wilayah Kabupaten Samosir sudah banyak dijadikan sebagai objek wisata budaya dan salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir yang memiliki situs dan dijadikan sebagai objek wisata adalah Kecamatan Sianjur Mula-Mula.

Kecamatan Sianjur Mula-mula berada di bagian barat Pulau Samosir dengan Ibu kotanya adalah Desa Ginolat.Kecamatan Sianjur Mula-mula memiliki 11 desa yaitu Desa Boho, Desa Aek Sipitu Dai, Desa Singkam, Desa Sari Marihit, Desa Sianjur Mulamula, Desa Ginolat, Desa Huta Ginjang, Desa Siboro, Desa Huta Gurgur, Desa Bonan Dolok, dan Desa Hasinggaan. pada tahun 2005, jumlah penduduk seluruhnya tercatat sebanyak 11098 jiwa yang terdiri laki- laki sebanyak 5488 jiwa (49,5%) dan perempuan sebanyak 5610 jiwa (50,5%) dengan jumlah keluarga sebanyak 2598 Kepala Keluarga.3.

Sianjur Mula-mula merupakan daerah perkampungan asli si Raja Batak yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi sehingga menjadikan daerah ini sangat penting bagi orang Batak secara keseluruhan. Nilai tersebut sangat kuat dalam mitologi penciptaan menurut Religi Batak yang selalu menjadi rujukan untuk memahami masyarakat Batak secara keseluruhan. Kecamatan Sianjur Mula-mula dominan dihuni oleh masyarakat Batak Toba. Masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dan kebudayaaan.

2

Janter Klinton Sihombing, “Situs dan Peninggalan Sejarah Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli

Utara (Skripsi)”, Medan: Universitas Negeri Medan, 2016, hlm 6.

3

http://dunia-batak.blogspot.co.id/2015/01religi-batak-toba-berawal-dari-desa.httml (diakses tanggal 05 Januari 2016).

(3)

Pariwisata adalah sektor penting setiap negara, segala peradaban dan budaya.Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan.4 Objek wisata yang dapat dijadikan sebagai modal tersebut perlu ditata dan dipelihara lingkungannya dan Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam mengembangkan pariwisata sehingga di harapkan mampu mengundang wisatawan untuk mengunjunginya. Di dalam Kecamatan Sianjur Mula-mula, ada beberapa situs yang bisa dikunjungi dan telah dijadikan sebagai objek wisata budaya dan memiliki potensi yang sangat luar biasa yang dapat digunakan untuk mendukung industry pariwisata.

Potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan, kekuatan ataupun daya yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih besar. Menurut Sri Habsari potensi adalah kemampuan maupun kekuatan pada diri yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan menjadi lebih baik dengan sarana dan prasarana yang tepat dan baik. Potensi yang sudah dikembangkan dengan baik akan membuahkan prestasi dan keuntungan. Potensi wisata adalah segala bentuk macam sumber daya yang terdapat disuatu daerah tertentu yang dapat diramu dan dikembangkan menjadi suatu aneka atraksi wisata.5

Potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula berkaitan dengan legenda asal usul orang Toba dan warisan budaya masyarakat Batak Toba dan potensi tersebut dapat dijadikan sebagai modal bagi pengembangan di sektor pariwisata. Beberapa situs sejarah yang ada di wilayah kecamatan Sianjur Mula-mula adalah Pemandian Aek Sipitu Dai, Rumah Parsaktian (Sopo) Guru Tatea Bulan, Batu Hobon dan Batu Sawan.6

4

Oka A Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1983, hlm 23. 5

Http:// adykenzie. Blogspot.co.id.httml ( diakses pada tanggal 12 Agustus 2016). 6

(4)

Situs Pemandian Aek Sipitu Dai adalah sumber air alam yang mengalir dari pegunungan Pusuk Buhit dan merupakan sumber air bersih yang dari tahun ke tahun dengan segala bentuk cuaca tidak pernah mengalami perubahan debit air. Situs ini terletak di Desa Aek Sipitu Dai, yang penduduknya umumnya bermarga Limbong.Situs ini di bagi atas dua ruangan yang digunakan untuk mencuci dan mandi oleh masyarakat Desa Aek Sipitu Dai.Pemandian Aek Sipitu Dai ini juga memiliki tujuh rasa dimana ke tujuh mata air ini mengalir dari patung-patung yang berbentuk bidadari dan patung pemuda Batak yang memegang bambu.7

Rumah Parsaktian (Sopo) Guru Tatea Bulan berada Desa Sarimarrihit dan dibangun oleh Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatae Bulan.Di dalam bangunan terdapat sejumlah patung ketururan Raja Batak dengan beberapa patung kendaraan Si Raja Batak dan pengawalnya. Kendaraan itu antara lain naga, gajah, singa, harimau dan kuda.

Batu Hobon juga berada di Desa Sari Marrihit dan letaknya tidak jauh dari lokasi Rumah Parsaktian (Sopo) Guru Tatea Bulan.Batu ini memiliki ukuran yang besar, memiliki penutup. Batu ini juga dipercayai sebagai tempat penyimpanan harta karun si Raja Batak. Namun, belum ada yang dapat membongkar batu tersebut.

Batu sawan adalah salah satu situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula yang lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan terutama masyarakat Samosir diperantauan.Wisatawan menganggap bahwa situs ini sebagai objek wisata yang masih dianggap suci dan tempat ini sering digunakan sebagai tempat ritual untuk berdoa.8

7

Ibid., hlml 4.

8

(5)

Keempat situsdi atas memiliki potensi yang berbeda dan keunikan masing-masing.Namun, potensi situs yang telah dijadikan sebagai objek wisata belum sepenuhnya diketahui oleh para wisatawan. Situs tersebut telah dikelola Pemerintah dengan baik dengan cara melakukan berbagai upaya penataan dan pengembangan wisata seni dan budaya, promosi dan sosialisasi kepada masyarakat luas serta menetapkan peraturan daerah tentang pengutipan retribusi memasuki tempatwisata,9 tetapi pengelolaan ini masih kurang optimal. Belum semua cara tersebut berjalan dengan baik karena kurangnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah sehingga wisatawan untuk mengunjungi situs tersebut tidak meningkat dan mengakibatkan situs tersebut tidak mendukung industri pariwisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana potensisitus di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri periwisata sehingga penulis memilih judul “Potensi Situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula Kabupaten Samosir

Dalam Mendukung Industri Pariwisata (1995-2010)”.Penulis memilih tahun 1995 adalah karena

pada tahun ini adalah awal diresmikannya situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dan penulis membatasi hingga tahun 2010 karena pada tahun ini, wisatawan yang berkunjung ke daerah objek wisata Kabupaten Samosir termasuk ke Situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai Objek Wisata Budaya mengalami peningkatan yang sangat drastis setelah Kabupaten Samosir mengalami pemekaran pada tahun 2003.

9

Yulia Theresia Sinaga, “Peranan Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Dalam Meningkatkan Retribusi

Daerah Kabupaten Samosir (Studi Pada Dinas Parisiwata, Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir) (skripsi)”,

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula?

2. Bagaimana kebijakan Dinas Pariwisata dalam mengelola situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri pariwisata?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula.

2. Untuk menjelaskan kebijakan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir dalam mengelola situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri pariwisata.

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada pembaca ataupun peneliti baru tentang potensi dari situs yang telah dijadikan sebagai objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri pariwisata.

2. Menambah pengetahuan dan informasi yang baru dalam penelitian serta memberikan literatur yang berguna terhadap dunia akademik, terutama dalam Ilmu sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah berikutnya.

3. Untuk memberikan penjelasan bagi masyarakat umum bahwa objek wisata dalam suatu daerah tidak hanya dari objek wisata alam saja, namun dari situs yang ada di dalam

(7)

daerah tersebut dan situs yang memiliki potensi besar dapat dikelola untuk mendukung industri pariwisata..

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan buku-buku sebagai bahan telaah studi pustaka.Adapun buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang di harapkan dapat mendukung penulis terhadap penelitian ini. Adapun buku-buku yang menjadi referensi yang penulis pakai dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

Chainur Arrasjid (1972) dalam Pengantar Ke Anthropologi Budaya Indonesia, menjelaskan bahwa di setiap huta atau desa di suku bangsa batak di huni oleh dua golongan marga yaitu marga Tanah dan Parripe.10Buku ini penulis gunakan sebagai refrensi untuk memahami bahwa di setiap desa ada dua golongan marga seperti halnya di Kecamatan Sianjur Mula-mula,dimana marga tanah yaitu marga Limbong dan Sagala sedangkan marga parripe adalah marga Simbolon, Purba, Naibaho, Sinaga, dan lain-lain.

Ketut Wiradnyana dan Lucas Pertanda Koestoro (2005) dalam “Situs dan Objek

Arkeologi di Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara mengatakan budaya Samosir

sekarang secara umum dapat dikatakan satu kesatuan dengan budaya masayarakat Batak Toba. Masyarakat yang mendiami daerah sekitar danau Toba ini memiliki dialek dan sistem kekerabatan yang sama, perbedaan yang ada hanya pada hal-hal detil yang merupakan ciri lokal.Buku ini penulis gunakan sebagai referensi untuk memahami budaya masyarakat memiliki persamaan dan perbedaan walaupun dalam satu suku bangsa.

10

Marga Tanah adalah Marga asli yang mendiami wilayah tersebut dan biasaya memiliki tanah sendiri, sedangkan marga Parripe adalah Marga pendatang ke daerah tersebut yang tidak memiliki tanah di wilayah tersebut.

(8)

Windah Situmorang (2014) dalam “Aek Sipitu Dai ( Air Tujuh Rasa) Sebagai Objek

Wisata Di Kecamatan Sianjur Mula-mula, (skripsi)”menjelaskan bahwa keberadaan Aek Sipitu

Dai sebagai objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula- mula berperan penting dalam menjelaskan asal usul peradaban suku Batak. Buku ini membantu penulis memahami bahwa wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini bukan hanya untuk berwisata saja melainkan untuk mengetahui asal usul suku Batak.

Yulia Theresia Sinaga (2010) dalam Peranan Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Dalam

Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir (Studi Pada Dinas Parisiwata, Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir) (skripsi), menjelaskan bahwa Kabupaten Samosir adalah daerah

tujuan wisata yang kaya akan potensi wisata alam dan budaya yang menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan daerah. Buku ini membantu penulis memahami bahwa situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula juga dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata yang dapat membantu pendapatan daerah melalui industri pariwisata.

1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam historiografi, maka harus mengggunakan metode sejarah.Metode sejarah yang dimaksudkan untuk menceritakan kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.11 Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam historiografi, maka harus mengggunakan metode sejarah.Metode sejarah yang dimaksudkan untuk menceritakan kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai.

11

(9)

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.Dalam metode sejarah,ada 4 tahapan yaitu:

1. Heuristik, yaitu proses mengumpulkan dan menemukan sumber. Sumber yang dikumpulkan penulis terkait dengan Situs Sejarah sebagai objek wisata yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-mula terkhusus situs Pemandian Aek Sipitu Dai, Batu Hobon, Rumah Parsaktian Guru dan Tatea Bulan. Penulis mengumpulkan data ini dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu ke Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Perpustakaan USU dan Perpustakaan Unimed. Dari Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir penulis memperoleh buku- buku tentang Objek Wisata di Kabupaten Samosir termasuk situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula, foto- foto situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula dan data jumlah wisatawan yang berkunjung ke Objek wisata di Kabupaten Samosir termasuk situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, penulis memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah sarana umum di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dari Perpustakaan USU dan Perpustakaan Unimed penulis memperoleh data dari skripsi- skripsi yang berkaitan dengan Potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dalam studi lapangan peneliti telah melakukan wawancara dengan informan yang mengetahui segala sesuatu yang berhubungan mengenai Situs Sejarah sebagai objek wisata yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu situs Pemandian Aek Sipitu Dai, Batu Hobon,dan Rumah Parsaktian Guru Tatea Bulan. Penulis mewawancarai pihak Dinas Pariwisata bagian Pengembangan Fisik Objek Wisata Kabupaten Samosir, bagian Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir dan bagian Humas Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. Penulis mendapat informasi tentang pengelolaan situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula termasuk hambatan- hambatan yang

(10)

dihadapi. Penulis juga mewawancarai pemilik lahan dari lokasi situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula dan penulis mendapat informasi tentang sejarah, deskripsi dan pengelolaan situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Penulis juga mewawancarai wisatawan yang pernah berkunjung ke situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula dan penulis mendapat informasi bagaimana tanggapan/ respon setelah mengunjungi situs.

2. Kritik, merupakan tahap kedua yang penulis lakukan dalam metode sejarah yaitu penulis telah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang diinginkan sebagai bahan penulisan sejarah. Ada 2 kritik yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu, kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern bertujuan untuk memperoleh fakta yang jelas dengan cara yang jelas dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik eksten digunakan penulis untuk memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut.

3. Interpretasi, yaitu tahap dimana peneliti telah menguhubungkan data- data yang di dapat di lapangan, kemudian menganalisa agar menjadi sebuah data yang objektif.

4. Historiografi, yaitu tahap akhir yang penulis lakukan dalam metode sejarah. Dalam tahap ini peneliti telah menuliskan hasil penelitian secara kronologis dan sistematis yaitu Potensi Situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam Mendukung Industri Pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Tuliskan pada buku laporan praktikum saudara hasil pengamatan yang telah didapat Penilaian suatu laporan bergantung pada kerapian mengatur data hasil pengamatan.. Pembacaan

Program focal mechanism merupakan program pemodelan sesar berbasis MS-DOS dengan menggunakan input berupa parameter gempa bumi, impuls awal gelombang P (kompresi atau

Pengaruh solvent-feed ratio, waktu kontak, suhu eampuran dan keeepatan putaran pengaduk terhadap volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetane bahan bakar diesel

Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan

STABIL SINERGI UTAMA -Stabilo Consultainment .. RUANG

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Aplikasi Android Happy Drive memiliki gambar utama berupa mobl yang dipakai sebagai tombol yang diberi yang menunjukkan kita sedang berkendara, tombol ini berfungsi untuk memulai