• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini mayarakat hidup di masa yang serba praktis dan canggih, di mana semuanya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan cenderung instan. Gaya hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah di mana timbulnya pola terbaru dari tingkah laku manusia dalam kehidupannya yang sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan gaya hidup modern dan perkembangan teknologi sudah menjadi kebutuhan masyarakat, termasuk di Indonesia.

Pembayaran tak luput dari inovasi gaya hidup modern dan perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembayaran merupakan salah satu elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Suatu perekonomian dapat bergerak dengan adanya pembayaran yang menunjukkan adanyan arus perdagangan yang terjadi pada masyarakat.

Sistem pembayaran masyarakat yang dulunya berupa barter berubah memakai alat transaksi berupa uang tunai kini sedikit demi sedikit telah bergeser pada sistem pembayaran non tunai. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai berkembang dari berbasis warkat ( cek, bilyet, giro, dan sebagainya) sampai kepada berbasis elektronik (kartu e-money).1

1

Najla Anwar Sadat, 2013, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Setlement (Study Kasus) di PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Cabang Kelapa Dua, Skripsi, Yogyakarta, hlm 1.

(2)

Salah satu pembayaran yang sekarang mulai banyak digunakan oleh masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas adalah kartu kredit (credit

card). Kartu kredit merupakan salah satu pilihan bagi masyarakat sebagai nasabah

pemegang kartu kredit untuk mempermudah transaksi pembayaran menjadi lebih efisien dan praktis, selain itu kartu kredit dapat pula mencerminkan status sosial seseorang karena tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari bank utuk dapat memperolehnya.

Perkembangan penggunaan kartu kredit yang berbentuk kartu plastik ini, sekilas dibahas oleh Dury (et.al) bahwa Edward Bellamy, seorang pengacara Amerika yang beralih profesi menjadi wartawan. Edward Bellamy menulis sebuah buku pada tahun 1887 dan diterbitkan setahun kemudian dengan judul Looking

Backward yang menjadi salah satu buku terlaris pada masanya. Buku karya

Bellamy mengambil lokasi di Boston, Amerika Serikat untuk tahun 2000, dalam percakapan disebutkan bahwa pada tahun 2000, yaitu seratus tahun setelah penulisan buku dimaksud, uang sebagai alat pembayaran saat itu akan tergeser oleh kartu kredit, dimana pemegangnya dapat memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan kartu yang dimaksud.2

Kartu kredit di Indonesia menagalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per November 2011, ada 14,594 juta kartu kredit beredar di Indonesia yang diterbitkan oleh 20 bank. Asosiasi Penerbit Kartu Kredit Indonesia menyebutkan ada sekitar 7 juta pemegang kartu kredit di Indonesia. Total ada 190,634 juta

2

Johannes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Refika Aditama, Bandung, hlm 13.

(3)

transaksi dengan nilai Rp 165,599 triliun. Sekitar 90 persennya merupakan transaksi di Indonesia.3

Sistem pembayaran secara elektronik menggunakan kartu kredit telah memberikan kenyaman dengan proses yang lebih cepat, efisien, paperless, dan waktu yang lebih fleksibel. Sifat yang unik pada kartu kredit tersebut maka menjadikan perlindungan terhadap nasabah pemegang kartu kredit atau

cardholder dapat menjadi tidak jelas. Kartu kredit dapat mengakibatkan masalah–

masalah dari transaksi yang merugikan pemegang kartu kredit sebagai konsumen. Dari sudut perlindungan konsumen, penggunaan teknologi perbankan seperti kartu kredit tidak cukup hanya menawarkan berbagai kemudahan kepada konsumen, misalnya kemudahan pembayaran, banyaknya merchant yang memberikan diskon, ataupun menciptakan citra ekslusif bagi pemiliknya, dan sebagainya. Pemanfaatan kartu kredit harus diikuti pula dari segi keamanan bagi konsumen pemegang kartu kredit dan informasi yang cukup secara jelas bukan hanya menyajikan iklan-iklan dengan iming-iming suku bunga dan cicilan yang rendah.

Pemegang kartu kredit seringkali berada dalam pihak yang dirugikan akibat kurangnya informasi yang jelas dari bank atau lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit. Beberapa contoh yang sering menjadi permasalahan konsumen pemegnag kartu kredit seperti jumlah tagihan lebih besar dibandingkan kewajiban yang harus dibayar pemegang kartu kredit, adanya tagihan dari bank atau lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit atas transaksi yang sebenarnya

3

Regulasi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK),

(4)

tidak pernah dilakukan pemegang kartu kredit, pemberian kartu tambahan tanpa seizin pemegang kartu utama, perhitungan bunga yang tak diinformasikan secara jelas dan fair, penggunaan kartu kredit oleh orang lain yang tidak berhak, kesengajaan bank untuk tidak mengirimkan surat tagihan (billing statement) sebulan setelah melakukan transaksi dan lain sebagainya.4

Kurangnya informasi yang disampaikan penerbit kartu kredit seolah-olah menjadi jebakan terhadap pemegang kartu kredit saat tagihan yang diberikan kepada pemegang kartu kredit setiap bulan dianggap pemegang kartu kredit adalah tagihan pelunasan, dalam lembar tersebut disebutkan berapa kewajiban membayar, padahal yang disebut sebagai kewajiban adalah nilai minimum yang harus dibayarkan sebelum waktu jatuh tempo. Kewajiban pemegang kartu kredit adalah membayar seluruh total tagihan pada waktunya, bukan hanya sebagian utang. Inilah salah satu yang sering tak diketahui para nasabah pemegang kartu kredit. Apabila pemegang kartu kredit hanya membayar sebagian dari yang ditagihkan, maka nasabah pemegang kartu kredit akan dikenakan bunga yang sangat tinggi.5 Bunga yang sangat tinggi tersebut dikarenakan penjumlahan bunga terhadap kekurangan pembayaran dari bulan pertama ditambahkan ke bulan selanjutnya, akibatnya dapat ditebak utang semakin membengkak karena sistem bunga berbunga dari kartu kredit.

Perhitungan bunga berbunga muncul dari penjumlahan bunga pada bulan sebelumnya yang belum dilunasi ditambahkan dengan bunga pada bulan selanjutnya yang menyebabkan bunga tersebut menambah bani debet kredit secara

4

Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, Jakarta, Citra Aditya Bakti, hal 29.

5

HuznaG.Zahir, Sekeping Kartu, Bencana atau Manfaat, http://www.ylki.or.id/sekeping-kartu-bencana-atau-manfaat.html, diakses pada 17 Maret 2014, jam 21.02 WIB.

(5)

kumulatif sangat memberatkan pemegang kartu kredit. Perbedaan perhitungan utang dan bunga yang harus dibayar pemegang kartu kredit dengan tagihan yang diberikan dari pihak bank ataupun lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit kepada pemegang kartu kredit nominalnya di atas perhitungan yang dilakukan pemegang kartu kredit. ketika Pengaduan ke pihak bank terkait dengan keberatan pemegang kartu kredit terhadap tagihannya seringkali pemegnag kartu kredit merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh bank penerbit atas tagihan yang dibebankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu pada pada pasal 17( tujuh belas) angka 7 (tujuh) huruf (d) disebutkan jelas bahwa, “Biaya dan denda, serta bunga terutang dilarang digunakan sebagai komponen penghitungan bunga.”Jadi dapat disimpulkan jelas bahwa perhitungan bunga kartu kredit sebetulnya tidak boleh bunga berbunga. Bunga yang belum terbayar tidak boleh diikutkan di perhitungan bulan selanjutnya, namun hal inilah yang banyak terjadi menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BU Rosmaya Hadi.6

Terdapat beberapa perhitungan bunga yang wajib dilakukan oleh penerbit kartu kredit dengan memperhatikan pasal 17 ayat (7) yang salah satunya diatur tentang larangan menggunakan biaya dan denda serta bunga terutang digunakan sebagai komponen perhitungan bunga, namun dalam kenyataannya perhitungan

6

Sylke, Pengaduan Konsumen BI Masih Didominasi Kartu Kredit,

http://www.neraca.co.id/article/38813/Pengaduan-Konsumen-BI-Masih-Didominasi-Kartu-Kredit, Diakses pada 14 Maret 2014 Pukul 21.00 WIB.

(6)

bunga ini sering menjadi permasalah antara pemegang kartu kredit dengan penerbit kartu kredit. Pemegang kartu kredit merasa terdapat kesalahan terhadap perhitungan beban tagihan kartu kredit yang merugikan pihaknnya.

Pengaduan dari konsumen pemegang kartu kredit yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan bank penerbit melalui layanan konsumen (costumer care) yang seringkali memenangkan pihak bank ketika terjadi komplain terhadap kartu kredit mereka yang dianggap tidak sesuai. Hal ini membuat konsumen pemegang kartu kredit mengadukan ke Bank Indonesia yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi sebagai pembuat regulasi sistem pembayaran, dengan alasan tersebut di atas, Bank Indonesia (BI) yang telah banyak menerima pengaduan masyarakat terkait sistem pembayaran membuka pusat aduan bicara 500131 yang dibuka sejak Agustus 2013. Pusat pengaduan yang dibuka oleh BI yang sebelumnya hanya 3 aduan saja melonjak hingga 269 aduan pada Januari 2014.

Sebagian besar pengaduan nasabah bank terkait sistem pembayaran kartu kredit yang mencapai 86% dari semua yangdkeluhkan konsumen jasa perbankan, pengaduan tersebut merupakan komplain konsumen atau pemegang kartu kredit terhadap perhitungan bunga.7

Pada situasi diatas, dapat dikemukakan bahwa pemegang kartu kredit sebagai konsumen pengguna jasa perbankan ini memiliki kedudukan yang lemah dan sering dirugikan. Pemakaian kartu kredit saat ini posisi dan kepentingan pemegang kartu belum terlindungi dengan baik, di lain pihak posisi bank

7

SakinaRakhmaDiahSetiawan, Banyak yang Mengadu ke BI soal Bunga Kartu Kredit,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/21/1301495/Banyak.yang.Mengadu.ke.BI.soal.B unga.Kartu.Kredit, diakses pada 14 Maret 2014 pukul 21.54 WIB.

(7)

sangatlah dominan yang tentunya akan mengutamakan kepentingan bank itu sendiri untuk memperoleh keuntungan dari produk yang dijual, sehingga dalam kondisi demikian jika timbul suatu permasalahan nantinya maka tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat dengan tanggungjawab yang jelas.

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik dan terdorong untuk mengadakan penulisan hukum yang berkaitan dengan hal ini dengan mengangkat judul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

KONSUMEN PEMEGANG KARTU KREDIT TERKAIT KREDIT YANG BUNGA BERBUNGA”

II. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang relevan dengan judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen pemegang kartu kredit yang dikenakan bunga berbunga pada tagihan kartu kreditnya?

2. Bagaimana upaya yang dapat ditempuh cardholder atau nasabah pemegang kartu kredit jika terjadi sengketa kredit bunga berbunga?

III. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

(8)

a. Tujuan Obyektif:

1. Untuk mengetahui ketentuan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen terhadap nasabah pemegang kartu kredit yang dikenakan kredit bunga-berbunga oleh bank penerbit secara tidak sah. 2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa apabila

terjadi pengaduan terkait pengenaan kredit bunga berbunga pada nasabah pemegang kartu kredit.

b. Tujuan Subyektif

Penulisan hukum ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikanStrata Satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

IV. KEASLIAN PENELITIAN

Dalam penelusuran kepustakaan yang dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis tidak menemukan penulisan hukum yang berkaitan dengan tinjauan yuridis perlindungan konsumen pemegang kartu kredit terkait kredit yang bunga berbunga. Adapun penulisan hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen pemegang kartu kredit adalah sebagai berikut:

1. Penulisan hukum berjudul Perlindungan Hukum Bagi Nasabah dalam

Perjanjian Kartu Kredit Pada PT. Bank Internasional Indonesia yang

(9)

2. Penulisan hukum berjudul Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi

Issuer Bank Terhadap Perjanjian Penerbitan Fasilitas Kartu Kredit dengan Cardholder di PT Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Sentra Bisnis Kartu Semarang yang ditulis oleh Rosaria Happy

Hapsari pada tahun 2011.

Kedua penulisan hukum tersebut sama sekali berbeda dengan penulisan hukum penulis, karena pada penulisan yang ditulis oleh Dimas Primadana membahas tentang perlindungan bagi nasabah atas perjanjian yang dilakukan nasabah dengan bank, sementara penulisan hukum yang ditulis oleh Rosaria Happy Hapsari juga membahas perjanjian antara cardholder dengan bank. Penulis lebih memfokuskan penulisan hukum terhadap perlindungan nasabah yang akhir-akhir ini banyak kasus sering mengadukan pengenaan bunga berbunga pada tagihan kartu kreditnya. Dengan demikian penulisan hukum ini adalah asli dan untuk pertama kalinya dituliskan dalam penulisan hukum, bukan merupakan hasil plagiat maka telah memenuhi syarat keaslian penulisan.

V. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan dan kontribusi yang berguna mengenai perlidungan konsumen pemegang kartu kredit terkait pengenaan kredit bunga berbunga dan dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum khususnya Hukum Dagang.

(10)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga kepada pembaca pada umumnya masyarakat luas dan pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen produk perbankan kartu kredit ini dan menjadi masukan kepada nasabah pemegang kartu kredit mengenai upaya perlindungan padanya jika bank penerbit kartu kredit mengenakan bunga berbunga pada tagihan yang di bebankan pada cardholder

Referensi

Dokumen terkait

Benih penjenis yang diciptakan oleh para pemulia memerlukan tiga generasi berikutnya untuk dapat digunakan oleh para petani Indonesia, tiga generasi pertama meliputi produksi

Pada hasil uji coba kelompok besar yang dilaksanakan pada tanggal 30 maret dengan jumlah subyek 22 siswa di Sekolah Sepakbola Mitra Jaya Soccer, siswa belum

Ekspedisi Muatan Kapal Laut bertanggungjawab atas kerusakan barang apabila barang yang dikirim tersebut mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh kelalain dari EMKL atau

Untuk memastikan pelajar dapat memenuhi waktu selepas PMR dengan aktiviti berfaedah. Memupuk semangat perpaduan dan semangat kesukanan melalui aktiviti sukan dan permainan.

Khusnul Khatimah. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Kuadrat pada Siswa Kelas IX MTs. Babul Khaer Bulukumba. Skripsi, Program Studi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui terdapat Hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan harga diri lansia yang mengalami penyakit kronis di UPT Pelayanan

Kepala Rumah Sakit..

Berdasarkan perhitungan ketahanan pangan rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010 dengan menyilangkan kondisi pangsa pengeluaran untuk pangan dan