• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lambang tertentu ada yang dilambangkan maka yang dilambangkan adalah sesuatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lambang tertentu ada yang dilambangkan maka yang dilambangkan adalah sesuatu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa adalah Sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar, sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan maka yang dilambangkan adalah sesuatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu (Chaer, 1995:3). Bahasa merupakan kajian yang menarik untuk diteliti, setiap orang di belahan bumi ini menggunakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi satu sama lainnnya. Penggunaan bahasa yang baik dapat membuat lawan tutur lebih mudah memahami maksud dari tuturan. Pembahasan tentang tuturan berada dalam lingkup pragmatik.

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan juga bahwa pragmatik adalah ilmu linguistik yang mengkaji makna diluar bahasa, ilmu pragmatik meneliti tentang bentuk interpretasi penutur dalam konteks percakaan yang dilakukan penutur, dalam menentukan makna dari tuturan itu sendiri harus berdasarkan pada penutur, lawan tutur, dimana tuturan dilakukan, kapan, dan dalam keadaan apa tuturan tersebut berlangsung. Kita menyampaikan dan mengekspresian perasaan dan emosi saat berkminukasi (Kridalaksana, 2007:120 ).

Tuturan merupakan cerminan dari gagasan dan ekspresi dari penuturnya. Seseorang yang melakukan tindak tutur tidak akan lepas dari kondisi emosi atau kondisi mental yang sedang ia rasakan. Kondisi mental atau emosi seseorang akan

(2)

menuntunnya untuk mengekspresikan melalui tuturan, kemunculan emosi seseorang dapat terlihat dari ekspresi yang ditampilkannya saat itu. Tuturan yang mengandung emosi atau ekspresi didalamnya umumnya muncul secara spontan dan sulit untuk dikendalikan. Tuturan yang mengandung emosi biasanya diikuti ekspresi wajah, sikap, dan tingkah laku, dan ekspresi-ekspresi lainnya.

Masyarakat Jepang pada umumnya untuk mengungkapkan emosi yang mereka rasakan, mereka menyampaikannya secara lisan, tulisan, maupun gerakan salah satu contohnya yaitu interjeksi. Interjeksi adalah bentuk yang tidak dapat diberi afiks dan tidak dapat menjadi subjek, objek, atau predikat dengan bentuk lain, dan di pakai untuk mengungkapkan perasaaan misalnya kata “ah” dalam bahasa Indonesia (Sudjianto, 2004:109).

Interjeksi dalam bahasa Jepang disebut kandoushi. Menurut McClain (dalam Roza, 2012:110) yang dimaksudkan dengan kandoushi adalah kata tunggal yang dapat mengungkapkan bermacam-macam ekspresi seperti terkejut, panggilan, keraguan dan sebagainya. Kandoushi bukan merupakan sebuah subjek, bukan juga prediket, selain itu kandoushi tidak bisa ditambah dengan keterangan kata-kata lainnya. Menurut buku Nihongo Jiten dijelaskan bahwa kandoushi adalah salah satu jenis kata yang dalam penerapannya berdiri sendiri, tidak bisa menjadi subjek, digunakan bebas dari unsur kata lain yang mengungkapkan pernyataan kemauan dari ucapan, jawaban, panggilan dan perasaan (Nomura, 1992:45). Terada Takano menggolongkan kandoushi diantaranya yaitu kandou, yobikake, ooto dan aisatsugo (Takano,1984:129-130).

(3)

Berdasarkan pengertian kandoushi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Kandoushi yaitu sejenis jiritsugo atau kata yang dapat berdiri sendiri dan membuat kalimat tanpa bantuan kata lain, tidak berkonjugasi, tidak bisa menjadi subjek, predikat, keterangan, ataupun kata sambung. Kandoushi dikatakan juga sejenis ekspresi yang dilontarkan dalam pembicaraan untuk mengungkapakan isi hati atau emosi si penutur pada saat tuturan berlangsung secara subjektif dan intuitif seperti rasa gembira, marah, sedih, khawatir, takut, dll, serta mengungkapkan panggilan, jawaban dan persalaman. Contoh kalimat yang menggunakan kandoushi ;

(1) 風祭 : 美女はどこに?

Kazamatsuri : Bijo wa doko ni ? Kazamatsuri : Dimana para bidadari ?

かなもり : はい。。?

Kanamori : hai..??

Kanamor : apa ??

(Nazotoki wa dinner no ato de, SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo, 00:10:33) Situasi :

Kazamatsuri dan pelayannya Hikarigawa menuju penginapan onsen tiba-tiba seorang pekerja penginapan menghampiri mereka dan bertanya apakah mereka tamu penginapan, saat dia menjelaskan mengenai asal usul penginapan kepada Kazamatsuri dan Hikarigawa tiba-tiba Kazamatsuri memotong pembicaraan.

Contoh diatas merupakan contoh pemakaian Kandoushi yang sering ditemui dalam bacaan seperti komik, novel, majalah serta sering pula ditemui dalam film Jepang, Tuturan (1) kandoushi yang digunakan dalam percakaan yaitu kandoushi jenis outou yaitu kandoushi hai (はい). Kandoushi hai (はい) pada tuturan diatas berfungsi sebagai sebuah jawaban yang merupakan reaksi atas pernyataan dari orang lain. Tuturan (1) terlihat reaksi bingung Kanamori menjawab pertanyaan

(4)

dari Kazamatsuri. Kandoushi hai (はい ) dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan ‘Apa’ atau ‘Ya’.

Kandoushi terdiri dari beberapa bagian dan memiliki fungsinya masing-masing. McClain (dalam Roza,2012:111) membagi 8 macam ungkapan yaitu: 1. Kandoushi yang menyatakan rasa terkejut: あっ att, あら ara, おや oya, まあ maa. 2. Kandoushi yang menyatakan penyesalan: ああ aa, おう ou, やれやれ yareyare, おやおや oyaoya. 3. Kandoushi yang menyatakan panggialan: おい oi, こら kora, これ kore, やい yai. 4. Kandoushi yang menyatakan jawaban: はい hai, いいえ iie, ええ ee. 5. Kandoushi yang menyatakan keraguan: はて hate, はてな hatena. 6. Kandoushi yang menyatakan kebenaran atau keyakinan: なる hおど naruhodo. 7. Kandoushi yang menyatakan kekaguman: へえ hee, そうむ う souomuu. 8. Kandoushi yang menyatakan desakan: そら sora, ほら hora.

Begitu banyaknya jenis-jenis kandoushi beserta fungsinya yang beragam pula, menyebabkan Pembelajar bahasa Jepang masih kesulitan memahami penggunaan dan makna dari kandoushi yang terdapat pada percakapan yang ada dalam film, komik, maupun novel Jepang. Faktor yang menyebabkan pembelajar bahasa Jepang kurang memahami tentang kandoushi, salah satunya adalah karena kandoushi tidak terlalu dijelaskan secara terperinci saat pembelajaran bahasa Jepang, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kandoushi. Kandoushi memiliki banyak ragam seperti yang sebelumnya telah dipaparkan, agar penelitian lebih terarah peneliti hanya memfokuskan penelitian pada satu kandoushi yaitu kandoushi ha’ ( はっ). Peneliti belum ada menemukan

(5)

penelitian sebelumnya yang membahas mengenai kandoushi ha’ ( はっ). Berikut contoh pemakaian kandoushi ha’ ( はっ). pada percakapan bahasa jepang:

(2) 光川 : はっ。。坊ちゃまあれは。

Hikarigawa : haa…bocchama are wa . Hikarigawa : ah.. tuan muda (lihat) itu.

風祭 :あと二-キロまだそんなに。

Kazamatsuri : ato ni kiro mada sonnani.

Kazamatsuri : 2 Km lagi, kenapa begitu (jauh).

(Nazotoki wa dinner no ato de, SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo, 00:08:35) Situasi :

Hikarigawa dan Kazamatsuri sedang mendaki pegunungan menuju sebuah penginapan air panas bernama ryugujyou.

Tututran (2) terdapat kandoushi jenis kandou yaitu Kandoushi ha’ ( はっ), berfungsi untuk menunjukan perasaan terkejut akan sesuatu. Kandoushi ha’ ( は っ ) dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan ah, wah. Tuturan (2) dituturkan oleh hikarigawa untuk menunjukkan ekspresi terkejut setelah melihat sebuah papan petunjuk arah.

Kandoushi ha’( は っ ) sering ditemui dalam percakapan bahasa jepang, Kandoushi ha’ (はっ) memiliki fungsi sebagai ungkapan yang digunakan ketika memberikan respon sebagai tanda mengerti, ungkapan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan ketika terkejut, dan untuk mengekspresikan perasaan ketika tiba-tiba teringat akan sesuatu (kyousuke, 1997:1128).

Peneliti menemukan banyak penggunaan kandoushi ha’ (はっ) dalam film Nozotoki wa dinner no ato de SP- Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa, oleh karena itu peneliti memilih film ini sebagai objek untuk diteliti. Alasan peneliti memilih film sebagai data karena dibandingkan karya sastra

(6)

lainnya seperti novel, pada film emosi tuturan dalam percakapan lebih terlihat jelas yang digambarkan secara visual, sebaliknya gambaran emosi penulis pada novel bisa berbeda dengan gambaran emosi yang ditangkap oleh pembaca karena digambarkan secara non visual. Film Nozotoki wa dinner no ato de SP- Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa menarik untuk dijadikan data penelitian ini. Film ini merupakan film bergenre misteri yang menceritakan kehidupan masyarakat jepang dan didalam ceritanya terdapat misteri salah satu legenda urban masyarakat jepang. Film bergenre misteri terdapat banyak menggunakan jenis ekspresi- ekspresi salah satunya yaitu ekspresi terkejut yang dalam kajian penelitian ini termasuk dalam kandoushi ha’ (はっ) .

Berdasarkan keterangan diatas, oleh karena itu peneliti ingin mengkaji bagaimana penggunaan Kandoushi ha’ ( は っ ) dengan judul penelitian “Penggunaan Kandoushi ha’ (はっ) dalam Film Nozotoki Wa Dinner no Ato De SP- Kazamatsuri Keibu no Jikenbo Tinjauan Pragmatik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Bagaimana penggunaan kandoushi ha’ (はっ) dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa berdasarkan teori kandoushi ha’ ( はっ ) oleh Kindaichi Kyousuke dan konteks tuturan berdasarkan teori SPEAKING oleh Dell Hymes ?

(7)

1.3 Batasan Masalah

Setiap penelitian diharapkan memberikan batasan terhadap hal yang akan diteliti agar penelitian tersebut jelas dan terarah. Mengingat banyak sekali ahli yang memberikan pendapat mengenai kandoushi dalam bahasa Jepang, maka penelitian ini dibatasi pada teori kandoushi ha’ ( は っ ) menurut Kindaichi Kyousuke, dan penggunaanya dalam film Nazotoki wa dinner no ato de SP – Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa. Selanjutnya mengkaji konteks tuturan berdasarkan teori SPEAKING oleh Dell Hymes.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan penggunaan kandoushi ha’ (はっ) dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa berdasarkan teori kandoushi ha’ (はっ) oleh Kindaichi Kyousuke dan konteks tuturan berdasarkan teori SPEAKING oleh Dell Hymes.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis.

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai bahasa Jepang khususnya mengenai kandoushi ha’ ( は っ ) dalam bahasa Jepang serta dapat menambah pengetahuan khususnya di bidang linguistik.

(8)

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya bagi peneliti sendiri dan seterusnya bagi pembaca yang berhubungan dengan pendidikan bahasa Jepang. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan perbandingan untuk penelitian yang relevan yang berhubungan dengan penggunaan kandoushi dalam bahasa Jepang.

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan penelitian dan mengumpulkan data. Penulis menggunakan metode kualitatif bersifat analisis deskriptif dalam penelitian ini. Metode kualitatif yang bersifat deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Mahsun, 2007:90).

(Surkhmad 1990139) menambahkan bahwa pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Interpretasi dalam peneltian ini yaitu pemahaman tentang masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini akan dimulai dengan studi kepustakaan, adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data

Pengumulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode ini dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Metode simak ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap (menyimak) serta teknik lanjutan (Mahsun,2007 :92-93).

(9)

a) Teknik Dasar : Teknik Sadap

Teknik dasar dari metode simak adalah teknik sadap yaitu dengan melakukan penyadapan agar mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penyadapan yang dilakukan yaitu menyadap tuturan yang menggunakan kandoushi didalam percakapan dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa.

b) Teknik Lanjutan

Teknik lanjutan ini dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut ; 1) Teknik SLBC ( Simak Bebas Libat Cakap )

Pada teknik ini peneliti bertugas sebagai pengamat penggunaan bahasa, dalam teknik ini peneliti tidak terlibat langsung dalam proses penuturan yang akan diteliti, melainkan hanya berperan menyimak tuturan yang ada dalam objek yang akan diteliti yaitu film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa.

2) Teknik Catat

Pada tahap ini teknik catat yang digunakan yaitu dengan melakukan pencatatan yang dilanjutkan dengan klasifikasi yaitu mencatat penggalan percakapan yang terdapat kandoushi ha’ (はっ) di dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa.

1.6.2 Tahap Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau yang diteliti. Jenis metode padan yang sesuai dengan penelitian ini yaitu

(10)

metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data berkaitan dengan konteks tuturan yang terdapat dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa dan kemudian dianalisis menggunakan teori SPEAKING yang dikemukakan oleh Dell Hymes(1972).

Teknik dasar dan lanjutan yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik pilih unsur penentu yaitu menemukan unsur penentu dalam tuturan. Unsur penentu yang dimaksudkan yaitu berupa daya pilah pragmatis yang menggunakan mitra tutur sebagai penentu dan penjenisan kalimat ditentukan berdasarkan reaksi mitra tutur.

1.6.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap yang digunakan selanjutnya yaitu menyajikan hasil dari analisis data. Hasil analisis data disajikan secara informal yaitu memaparkan analisis dalam bentuk kata-kata biasa. Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk laporan hasil penelitian, menjabarkan masalah yang terdapat dalam rurmusan masalah, menyajikan secara terperinci, lalu menginterpretasikan dan menyajikan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari 4 bab yaitu;

Bab I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan maslah, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Merupakan tinjauan pustaka dan landasan teori yang terdiri dari teori pragmatik dan kandoushi. Bab III Merupakan analisis data

(11)

penggunaan kandoushi ha’ (はっ) dalam film nazotoki wa dinner no ato de SP-Kazamatsuri keibu no jikenbo karya Tokuya Higashigawa. Bab IV Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dari penelitian, dan saran-saran utuk penelitian selanjutnya. Kemudian disertakan pula daftar pustaka dan lampiran data.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur pengamatan 56 hst perlakuan pupuk kandang ayam dosis 10 ton ha-1 memberikan nilai bobot kering tanaman yang lebih tinggi pada aplikasi PGPR perlakuan benih, 7 hst yang

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan respons klinis dan efek samping semprot hidung salin (air laut) dengan tetes hidung salin pada anak balita yang menderita common

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses

umum tidak jauh berbeda dengan proses pemeriksaan perkara di pengadilan. Karena baik arbitrase maupun litigasi sama-sama merupakan mekanisme adjudikatif, yaitu.. pihak

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi, tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan bahwa penyajian-penyajian yang lebih