EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT SURYA MANDIRI PONOROGO Nurharibnu Wibisono 1
1
adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun Abstract
Target of this research is to evaluate internal control system related to defrayal of mudharabah at BMT Surya Mandiri Ponorogo. This research represent descriptive research qualitative by comparing between fact and theory that happened that is using procedure descriptively and qualitative. Data collected through documentation method and interview with employees BMT Surya Mandiri Ponorogo. Result of this research conclude that applying of internal control system of defrayal of mudharabah walk better and categorized is adequate. Because there are dissociation of responsibility and duty in its organization chart, healthy practice in executing function every organizational unit, and also authorization system and record-keeping also goodness. Researcher suggest that (1) form application of defrayal given by serial number and used as according to its serial number, so that watering down in checking and lessen the existence of mistake, (2) part of commisioned make and note defrayal agreement is AO (Account Officer), because activity of fund gathering and defrayal have to be dissociated, become to be needed by special officer handle defrayal process that is AO, (3) for the agreement of defrayal better be made is double, first for archives by part of administration BMT and which is second to be delivered to client along with receipt, saving book, and instalment book.
Keyword : System Internal Control, Defrayal of Mudharabah PENDAHULUAN
Perkembangan perbankan syariah di masyarakat telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Terbukti, pada saat terjadi krisis pada tahun 1998 banyak bank konvensional yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Hal ini, berbanding terbalik dengan bank syariah yang justru mampu bertahan dari badai krisis tersebut dan menunjukkan kinerja yang meningkat.
Sistem pengendalian intern, menurut Mulyadi (2001:163) meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian intern mencakup seluruh tindakan-tindakan yang harus diambil oleh manajemen untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas-aktivitas dalam organisasi guna meningkatkan kinerja organisasi.
Tujuan pengendalian intern untuk menjaga integritas informasi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosaan, dan pencurian yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut UU nomer 10 tahun 1998 tentang perubahan UU nomor 7 tahun 1992 mengenai Perbankan (Suyatno, 2001:153) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Antonio (2001: 90), terdapat 4 jenis pembiayaan yaitu berdasarkan prinsip bagi hasil, prisip jual beli, prinsip sewa, dan prinsip jasa untuk produk yang ditawarkan. Salah satu pembiayaan yang paling dikenal dalam masyarakat adalah prinsip bagi hasil yang disebut dengan al-mudharabah atau al-mudharabah.
Pengertian al-mudharabah menurut Antonio (2001:95) adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Sistem pengendalian intern akan menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen sehingga dapat mengamankan sumber-sumber dari pemborosan, kecurangan, dan ketidakefisienan. Selain itu juga bisa meningkatkan ketelitian, mendapatkan keandalan data akuntansi, mendorong ditaati dan dilaksanakannya kebijakan organisasi, serta meningkatkan efisiensi.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti evaluasi sistem pengendalian intern pembiayaan mudharabah pada BMT Surya Mandiri Ponorogo.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengendalian intern atas pembiayaan mudharabah pada BMT Surya Mandiri Ponorogo.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern yang berhubungan dengan pembiayaan mudharabah pada BMT Surya Mandiri Ponorogo.
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka perbaikan sistem pengendalian intern pembiayaan mudharabah.
2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang serupa di masa yang akan datang.
LANDASAN TEORI
Sistem Pengendalian Intern
Menurut Wilkinson (1996:12) pengendalian (control) adalah mengembangkan dan merevisi norma-norma yang memuaskan sebagai umurn pelaksanaan dan penyediaan pedoman serta bantuan kepada para anggota manajemen yang lain dalam menjamin
adanya penyesuaian hasil pelaksanaan yang sebenarnya.
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut (Mulyadi, 2001:163).
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) dalam Hartadi (1990:121-122), sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang dikoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, pemeriksaan penelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.
Menurut AICPA (dalam Wilkinson, 1996:198) sasaran utama sistem pengendalian intern,yaitu:
a. Melindungi aset perusahaan.
b. Memastikan keandalan data informasi akunting.
c. Mendorong efisiensi di semua operasi perusahaan.
d. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang diterapkan manajemen.
Pembiayaan
Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut UU nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankkan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Jenis-jenis Pembiayaan Syariah
Berdasarkan prinsip yang digunakan terdapat 4 jenis pembiayaan (Antonio,2001:90-134), yaitu:
1) Prinsip bagi hasil
a) Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
b) Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
c) Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
d) Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
2) Prinsip Jual Beli
a) Bai’ al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
b) Bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Pelaksanaan bai’ as–salam sendiri harus memenuhi sejumlah rukun, yaitu muslam atau pembeli, mualam ilaih atau penjual, modal atau uang, muslam fiihi atau barang, dan sighat atau ucapan.
c) Bai’ al-istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam
kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta sistem pembayaran.
3) Prinsip sewa
a) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran sewa upah, tanpa diakui dengan pemindahan kepemilikan (ownership/mikiyyah) atas barang itu sendiri.
b) Al-ijarah al-muntahia bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
4) Prinsip jasa
a) Al-wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
b) Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
c) Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
d) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
e) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Mudharabah
Pengertian Al-mudharabah menurut Antonio (2001: 95) adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan kerena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Mudharabah muthlaqah yang diartikan sebagai bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis (Antonio, 2001:97). Dengan kata lain pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya (PSAK no 59, 2009:59.1).
b. Mudharabah muqayyadah yang merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha (Antonio, 2001:97). Sedangkan menurut PSAK no 59 (2009:59.1), mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana meberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Aplikasi dalam Perbankan
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan
yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya. b. Deposito spesial (special
investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja. Pada sisi pembiayaannya, mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, disebut juga
mudharabah muqayyah, di mana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syara-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
BMT (Baitul Maal Wattamwil)
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha–usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha – usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang
berlandaskan syariah.
(www.indopenelitian, 2008) METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Definisi Operasional Variabel
a. Sistem pengandalian intern atas pembiayaan adalah suatu sistem
yang digunakan untuk
mengendalikan semua kegiatan dan aktivitas yang menyangkut kebijakan, teknik, prosedur, dan orang-orang yang berinteraksi di dalamnya yang berhubungan dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada pihak lain.
b. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Sumber Data Penelitian
a. Data primer diperoleh secara langsung dari sumber asli berupa hasil wawancara dalam bentuk chek-list dengan karyawan yang berhubungan dengan prosedur pembiayaan mudharabah pada BMT Surya mandiri Ponorogo.
b. Data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain), yaitu mengenai gambaran umum perusahaan yang
terdiri dari sejarah singkat perusahaan, bentuk badan hukum perusahaan, struktur organisasi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan operasi perusahaan, meliputi aspek jasa, aspek pemasaran, aspek personalia, dan aspek keuangan. Teknik Pengumpulan data
a. Studi pustaka dengan cara membaca teori-teori dari beberapa literatur dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan dasar-dasar teoritis dan lebih mamahami untuk usaha pemecahan masalah.
b. Studi lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi dan wawancara. Teknik Analisa Data
a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern.
b. Mengevaluasi pelaksanaan sistem pengendalian intern yang dikaitkan dengan unsur-unsur yang ada, yaitu: 1) Mengevaluasi struktur organisasi.
2) Mengevaluasi sistem wewenang dan prosedur pencatatan.
3) Mengevaluasi praktik kerja karyawan.
4) Mengevaluasi kualitas karyawan yang sesuai dengan bidangnya. c. Menarik kesimpulan dari hasil
analisa.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian
BMT Surya Mandiri berpayungkan hukum yakni Undang-Undang Koperasi sebagai mana tercantum dalam keputusan menteri Negara koperasi usaha kecil dan menengah RI nomor: 518/126/BH 405.481 2005.
BMT telah mempunyai pembagian tugas pada divisi simpan pinjam yang meliputi : Tugas-tugas pengurus
a. Mengawasi seluruh kegiatan serta kebijakan yang dilakukan oleh karyawan baik pemberian pembiayaan maupun penyerapan dana.
b. Meneliti pertanggungjawaban karyawan baik triwulan maupun tahunan.
c. Memberi persetujuan seta menandatangani pemberian pembiayaan bersama manajer. d. Mengangkat dan memberhentikan
karyawan.
Tugas-tugas karyawan 1. Manajer
a. Memimpin jalannya BMT sehingga sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan umum yang digariskan oleh pengurus.
b. Penandatanganan surat-surat yang berhubungan dengan kepegawaian.
c. Pembukuan rekening di bank. d. Mengambil tindakan pencegahan
serta menertibkan hal-hal yang dapat menggangu tugas karyawan sesuai petunjuk pengurus.
2. Administrasi Umun
a. Menginventariskan kebutuhan-kebutuhan karyawan dan atau perusahaan dan kemudian menyediakan sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Melakukan pengadaan/pembelian
serta pembukuan dan melakukan penyusunan atas setiap harta/inventaris kantor sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Memelihara/menjaga harta
inventaris kantor agar tetap dalam kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas keamanan harta/peralatan tersebut.
d. Secara periodik memeriksa kondisi harta/inventoris kantor dan melaporkannya kepada atasan apabila terdapat masalah-masalah yang perlu diputuskan.
e. Membina, memelihara hubungan baik serta turut memotivasi seluruh karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
f. Menyiapkan, melakukan pembayaran gaji karyawan sesuai dengan ketentuan BMT.
3. Pembukuan/Accounting
a. Mencatat semua transaksi pembukuan (tidak tunai) dan menyiapkan laporan keuangan serta menyimpan (arsip) berkas keuangan tersebut.
b. Membuat laporan keuangan. c. Membina, memelihara hubungan
4. Pemasaran
a. Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-tugas pemasaran dan pembiayaan. b. Melakukan monitoring, evaluasi,
dan review terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bidang pemasaran.
c. Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya pengambilan keputusan pembiayaan.
d. Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah) secara aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.
e. Memelihara dan membina hubungan baik dengan pihak nasabah serta antar/intern unit kerja yang ada.
f. Menyusun strategi perencanaan dan selaku marketing nasabah baik dalam penghimpunan sumber dan maupun alokasi pemberian pembiayaan secara efektif dan efisien.
g. Berkewajiban untuk meningkatkan mutu pelayanan BMT terhadap nasabah maupun calon nasabah. h. Berkewajiban untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan untuk membantu kelancaran tugas sehari-hari.
5. Teller
a. Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar.
b. Penerima atau menghitung uang dan membuat bukti pembayaran. c. Melakukan pembayaran sesuai
dengan perintah nasabah.
d. Melayani dan membayar pengambilan simpanan.
e. Membuat buku harian kas.
f. Setiap akhir jam kerja melakukan perhitungan uang yang ada dan meminta pemeriksaan dari manajer.
6. Sekuriti
Bertugas mengamankan kekayaan kantor serta memeliharanya.
Pembiayaan Mudharabah
Prosedur Sistem Pembiayaan
Mudharabah
Prosedur sistem pembiayaan mudharabah secara berurutan sebagai berikut: permohonan, analisis, persetujuan pembiayaan, akad
pembiayaan, pencairan pembiayaan, dan pengawasan.
Permohonan Pembiayaan
Diawali nasabah mangajukan permohonan pembiayaan dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan yang ditandatangani oleh pemohon, dilampiri dengan photo kopi identitas nasabah/KTP (suami dan istri, jika sudah menikah), photo kopi kartu keluarga, photo kopi surat jaminan/BPKB, dan photo kopi STNK (jika punya).
Analisis Pembiayaan
Selanjutnya petugas lapangan melakukan survey ke tempat nasabah dengan sasaran: data usaha nasabah, jaminan, rencana pengembalian pinjaman/kesanggupan, data karakter calon nasabah.
Semua data yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis pembiayaan oleh petugas yang bersangkutan yaitu AO (Account Officer) prinsip 5C, yaitu: character, capacity, capital, collateral, dan conditions.
Persetujuan Pembiayaan
Analisa pembiayaan dilakukan oleh AO (Account Officer) yang berisi identitas nasabah dan usahanya. Berdasarkan laporan dan penilaian AO, petugas BMT berwenang untuk memutuskan diterima atau ditolaknya pemberian pembiayaan.
Jika pembiayaan kurang dari Rp 10 juta, yang bewenang memutuskan persetujuan adalah manajer. Dan jika pembiayaan berjumlah lebih dari Rp 10 juta, keputusan ada di tangan pengurus. Akad Pembiayaan
Setelah manajer/pengurus menyetujui permohonan pembiayaan, dibuatlah SK Persetujuan Pembiayaan yang kemudian diserahkan ke bagian administrasi bersama formulir pembiayaan dan jaminannya. Selanjutnya bagian administrasi melakukan konfirmasi kepada teller untuk pencairan.
Pencairan Pembiayaan
Setelah semua syarat dipenuhi dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka pencairan dana dapat dilakukan. Pengawasan
a. Melakukan tinjauan ke tempat usaha nasabah.
b. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak BMT dengan nasabah, terutama jika nasabah mengalami
kesulitan dalam usahanya. BMT mengkategorikan lima macam, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Bagan Alir Proses Pembiayaan Mudharabah BMT Surya Mandiri Ponorogo
Account Officer Bagian Keuangan
mulai 2 1
menerima menerima memeriksa permohonan laporan keuangan dari nasabah
membuat menyiapkan analisis & laporan
formulir survey 2 FPP membuat laporan konfirmasi 3 1
Manajer Bagian Administrasi
3 5 4 SKPP SKPP menerima FPP FPP laporan membuat menyiapkan T keputusan AP SKPP FPP AP
konfirmasi N Konfirmasi berdasarkan 4 AP Y 6 T SKPP Teller 6 memeriksa konfirmasi menyiapkan pencairan BT BA KW 2 KW 1 BKDP pencairan dana BT BA KW 2 KW 1 diberikan T kepada Nasabah Diterima Y/N Keterangan:
FPP : Formulir Permintaan Pembiayaan SKPP : Surat Keputusan Persetujuan Pembiayaan
AP : Akad Pembiayaan Kw : Kuitansi
BA : Buku Angsuran
BT : Buku Tabungan bagi Peminjam BKDP : Buku Khusus Daftar Pembiyaan PEMBAHASAN
Penilaian terhadap prosedur sistem pembiayaan mudharabah
1. Organisasi : Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa BMT Surya Mandiri telah memisahkan tugas dan tanggung jawab fungsionalnya dengan jelas.
2. Otorisasi dan prosedur pencatatan : Setiap permohonan pembiayaan yang masuk ke BMT Surya Mandiri selalu diketahui oleh petugas-petugas yang bersangkutan, mulai dari AO, manajer, pengurus, administrasi umum, keuangan, dan teller. Sistem otorisasi telah berlangsung dengan baik. Persetujuan pembiayaan melalui AO dan diajukan ke manajer/pengurus.
Proses pencatatannya sendiri, dilakukan oleh bagian teller saat pencairan dana telah dilakukan. Transaksi ini dibukukan ke buku khusus pembiayaan yang dipisahkan dari buku penghimpunan dana.
3. Praktek kerja yang sehat : BMT Surya Mandiri tidak menyantumkan nomor urut di setiap formulir permohonan pembiayaan.
4. Karyawan yang cakap : BMT Surya Mandiri selalu mengadakan seleksi masuk untuk setiap perekrutan karyawan baru. Penempatan karyawan disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. BMT juga mengadakan diklat dan pelatihan untuk mengembangkan keahlian karyawan.