• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain pendekatan cross sectional, yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam satu kurun waktu. Studi cross sectional dapat menganalisa adanya hubungan beberapa variabel dan lebih praktis untuk dilaksanakan. Cara pengumpulan sampel adalah accidental sampling (Sunyoto, 2011).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah ABK dan TKBM yang berada di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah ABK dan TKBM yang berada di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan, telah bekerja minimal satu tahun sebanyak 61 orang dengan bahan uji serum yang diambil dari darah vena.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan wilayah kerja Sungai Guntung.

(2)

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02 sampai dengan 12 Juni 2020.

3.4 Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serologi sifilis dan HIV pada ABK dan TKBM Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan wilayah kerja Sungai Guntung.

1.5 Alat dan Bahan Pemeriksaan

1. Alat dan bahan pengambilan dan pembuatan serum

Alat : torniquet, tabung vakum, holder, jarum Jarum vacutainer (no 20-22G), sarung tangan, masker, wadah tahan tusukan dan sentrifus Bahan : alkohol swab 70%, kasa steril dan plester

2. Alat dan bahan pemeriksaan sifilis dengan RPR

Alat : rotator, mikropipet 5-50 µL, tip kuning, sarung tangan dan masker Bahan : serum, reagen RPR antigen @ 100 test yang dilengkapi dengan

kontrol negatif dan kontrol positif

3. Alat dan bahan pemeriksaan sifilis metode imunokromatografi

Alat : mikropipet 10-100 µL, tip kuning, sarung tangan dan masker Bahan : serum, reagen T. pallidum Rapid

4. Alat dan bahan pemeriksaan HIV metode imunokromatografi

Alat : mikropipet 10-100 µL, tip kuning, sarung tangan dan masker Bahan : serum, reagen HIV strategi 1 merk SD Bioline, reagen HIV strategi

(3)

3.6 Cara Kerja Pemeriksaan

3.6.1 Cara Kerja Pengambilan darah Vena dan Pembuatan serum Cara kerja pengambilan darah vena dan pembuatan serum adalah:

1. Disiapkan tabung vakum yang sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan dan beri kode sesuai nomor ID

2. Disiapkan jarum dan beri tahu pasien yang akan diambil darah sebelum membuka jarum bahwa jarum baru dan steril

3. Dipasang jarum pada holder, taruh tutup di atas meja pengambilan darah 4. Diletakkan lengan pasien lurus di atas meja dengan telapak tangan

menghadap keatas

5. Torniquet dipasang 7-10 cm di atas lipat siku pada bagian atas dari vena yang akan diambil (jangan terlalu kencang)

6. Pasien diinstruksikan mengepal tangan untuk mengisi pembuluh darah namun jangan memompa

7. Dengan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk kiri memeriksa/ mencari lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk

8. Dibersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering, kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi. Selama disinfeksi dengan alkohol bendungan torniquet harus dilonggarkan 9. Dipegang holder dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal

jarum

(4)

11. Bila jarum berhasil masuk vena, tekan tabung sehingga vakumnya bekerja dan darah terisap ke dalam tabung

12. Bila darah sudah masuk buka kepalan tangan dan tabung vakum diisi sampai tidak menghisap lagi atau sampai garis batas

13. Setelah cukup darah yang diambil, torniquet dilepas, keluarkan tabung, letakkan kasa steril tepat di atas tusukan, keluarkan jarum perlahan-lahan 14. Dihomogenkan segera darah dengan cara membolak-balikan 8 kali

secara perlahan

15. Pasien diminta untuk menekan bekas tusukan dengan kapas steril selama 1-2 menit

16. Ditutup bekas tusukan dengan plester

17. Dibuang bekas jarum kedalam wadah tahan tusukan

18. Dibiarkan darah membeku dalam tabung vakum selama 30 menit 19. Sebelum memutar darah siapkan tabung penyeimbang dan tabung

diletakkan dengan posisi seimbang

20. Diputar kecepatan perlahan-lahan sampai 3000 rpm (1500 g) selama 10 menit

21. Diambil tabung bila sentrifus sudah benar-benar berhenti

22. Dilihat pemisahan darah dengan serum, bila sudah sempurna sampel darah siap dilakukan pemeriksaan

(5)

3.6.2 Cara Kerja Pemeriksaan RPR

Prinsip pemeriksaan : T. pallidum menstimulasi pembentukan antibodi reaginik nonspesifik dalam serum. Jika antibodi tersebut ada dan bereaksi dengan antigen lipid (kardiolipin, lesitin dan kolesterol), uji RPR positif membentuk aglutinasi. Cara kerja:

1. Dikeluarkan reagensia RPR dari kotak penyimpanan dan biarkan pada suhu ruangan selama 30 menit

2. Disiapkan test card dan tulis nomor pemeriksaan

3. Diisi antigen kedalam botol penetesnya dengan cara menghisapnya langsung dari botol antigen, lalu pasang tutup/jarum dispensernya 4. Ditambahkan 1 tetes antigen dengan menggunakan pipet yang tersedia

dalam kit

5. Ditambahkan sampel 50 µL, campurkan dengan antigen

6. Diletakkan di atas rotator kemudian putar rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm

7. Sertakan kontrol negatif dan kontrol positif setiap kali pemeriksaan dan perlakuan kontrol sama dengan sampel

8. Dibaca hasilnya dan tuliskan pada formulir hasil dan lembar hasil pemeriksaan laboratorium. Bila positif dilanjutkan pemeriksaan T. pallidum rapid

(6)

3.6.3 Cara Kerja Pemeriksaan Treponema pallidum Rapid

Imunokromatografi adalah teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau antibodi yang terlarut dalan sampel. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati membran nitroselulosa/kolom sebagai fase diam.

Gambar 3.1 Komponen kromatografi Sumber : (bppsdmk.kemkes.go.id)

Prinsip pemeriksaan :

Jika dalam serum mengandung antibodi T. pallidum maka pada sampel pad akan terjadi ikatan antibodi dengan antigen yang dilabel enzim. Melalui daya kapilaritas akan maju ke area tes sehinggat terjadi ikatan anti immunoglobulin-antibodi-antigen yang dilabel enzim sehingga menimbulkan garis warna pada tes. Jika negatif tidak ada ikatan antibodi-antigen yang berlabel dengan enzim. Melalui daya kapilaritas akan sampai ke area tes dan tidak terjadi ikatan sehingga tidak terbentuk garis warna pada area tes. Selanjutnya di daerah kontrol terdapat ikatan antibodi terhadap T. pallidum dengan antigen, sehingga menimbulkan garis berwarna pada area kontrol.

(7)

Keterangan :

Sampel pad : terdapat antigen yang dilabel dengan enzim (konjugat) Garis tes (T) : terdapat anti immunoglobulin

Garis kontrol (C) : terdapat antibodi terhadap Treponema pallidum Gambar 3.2 Proses reaksi positif imunokromatografi

(8)

Cara kerja:

1. Dibiarkan reagen pada suhu kamar

2. Dibuka kemasan lalu beri identitas sampel pada membran 3. Digunakan mikropipet ukuran 10-100 µL

4. Diambil serum dengan menggunakan mikropipet

5. Diteteskan ke bagian bawah test strip dengan tetesan penuh sekitar 2-3 tetes (60-90 µL)

6. Ditunggu dan biarkan menyerap 7. Dibaca hasil dalam waktu 15 menit 8. Interpretasi hasil :

- Positif jika terdapat 2 garis merah pada garis kontrol dan garis tes - Negatif jika terdapat 1 garis merah pada garis kontrol

- Invalid jika tidak ada garis merah baik garis kontrol dan garis tes 9. Dicatat hasil lembar hasil pemeriksaan laboratorium

3.6.4 Cara Kerja Pemeriksaan HIV

Prinsip pemeriksaan : sampel diteteskan ke dalam strip membran kromatogram yang dilapisi recombinant HIV-1 antigen (gp 120, gp41 dan p24) pada daerah tes (T1) dan recombinants HIV-2 antigen (gp36) pada daerah tes (T2) yang mengandung protein A colloid gold conjugate. Konjugat recombinant antigen HIV ½ (gp 120, gp41, p24, gp36) colloid gold dan sampel serum bermigrasi sepanjang membran kromatogram menuju daerah (T) lalu berikatan membentuk kompleks antigen spesifik kontrol (C) antibody gold particle. Jika sampel tersebut

(9)

mengandung antibodi spesifik akan membentuk garis ungu pada daerah tes (T1 dan atau T2). Daerah kontrol (C) digunakan sebagai kontrol prosedur.

Cara kerja pemeriksaan HIV strategi 1: 1. Dibiarkan reagen pada suhu kamar

2. Dibuka kemasan lalu beri identitas sampel pada membran 3. Digunakan mikropipet ukuran 5-50 µL

4. Diambil serum dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µL, dan teteskan ke lubang sampel.

5. Ditunggu dan biarkan menyerap 6. Ditambahkan 4 tetes buffer (± 120 µL) 7. Dibaca hasil dalam waktu 10-20 menit 8. Interpretasi hasil :

- Positif jika terdapat 2 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1 atau garis tes 2

- Positif jika terdapat 3 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1 dan garis tes 2

- Negatif jika terdapat 1 garis merah pada garis kontrol

- Invalid jika tidak ada garis merah baik garis kontrol maupun garis tes

9. Dicatat hasil pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium, jika hasil positif lanjutkan pemeriksaan HIV dengan strategi 2

(10)

Cara kerja pemeriksaan HIV strategi 2 1. Dibiarkan reagen pada suhu kamar

2. Dibuka kemasan lalu beri identitas sampel pada membran 3. Digunakan mikropipet ukuran 5-50 µL

4. Diambil serum dengan menggunakan mikropipet sebanyak 25 µL, dan teteskan ke lubang sampel

5. Ditunggu dan biarkan menyerap 6. Ditambahkan 1 tetes buffer (± 40 µL) 7. Dibaca hasil dalam waktu 5-30 menit 8. Interpretasi hasil :

- Positif jika terdapat 2 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1 atau garis tes 2

- Positif jika terdapat 3 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1dan garis tes 2

- Negatif jika terdapat 1 garis merah pada garis kontrol

- Invalid jika tidak ada garis merah baik garis kontrol maupun garis tes

9. Dicatat hasil pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium, jika hasil positif lanjutkan pemeriksaan HIV dengan strategi 3

Cara kerja pemeriksaan HIV strategi 3 1. Dibiarkan reagen pada suhu kamar

2. Dibuka kemasan lalu beri identitas sampel pada membran 3. Digunakan mikropipet ukuran 10 -100 µL

(11)

4. Diambil serum dengan menggunakan mikropipet sebanyak 75 µL, dan teteskan ke lubang sampel

5. Ditunggu dan biarkan menyerap 6. Ditambahkan 1 tetes buffer (± 40 µL) 7. Dibaca hasil dalam waktu 5-30 menit 8. Interpretasi hasil :

- Positif jika terdapat 2 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1 atau garis tes 2

- Positif jika terdapat 3 garis merah pada garis kontrol dan garis tes 1 serta garis tes 2

- Negatif jika terdapat 1 garis merah pada garis kontrol

- Invalid jika tidak ada garis merah baik garis kontrol maupun garis tes

9. Dicatat hasil pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

1. Untuk menganalisis gambaran infeksi sifilis positif dan negatif pada ABK dan TKBM menggunakan analisis data deskriptif

2. Untuk menentukan hubungan antara infeksi sifilis terhadap infeksi HIV pada ABK dan TKBM menggunakan analisis data chi square

3. Untuk menentukan risiko ABK dan TKBM yang terinfeksi sifilis untuk terinfeksi HIV menggunakan analisis data chi square

Gambar

Gambar 3.1 Komponen kromatografi    Sumber : (bppsdmk.kemkes.go.id)
Gambar 3.3 Proses reaksi negatif imunokromatografi

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terjadi karena lokasi pegerakan yang diteliti oleh Kridijantoro berbeda dengan penelitian yang sekarang, kemudian pada saat itu salah satu pohon pakan

Sementara itu, tingkat inflasi Swiss pada bulan Juni 2013 sebesar -0,6% dimana mengalami peningkatan dibanding bulan Mei tahun 2013.. Sedangkan, bila dibandingkan dengan

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Integrated Marketing Communication (IMC) yang terdiri dari advertising, sales promotion, personal selling, direct

Tujuan dilakukan penelitian yaitu untuk merancang alat ukur intensitas cahaya dengan menggunakan komponen LDR sebagai sensor cahaya dan membandingkan alat ukur

Berdasarkan fenomena mengenai meningkatnya pelanggan game Among Us pada masa pandemi Covid-19 serta mengalami penurunan di akhir tahun 2020, disisi lain terdapat pelanggan

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

pada penderita diare anak di Puskesmas Rawat Inap kota Pekanbaru yaitu sebanyak 10 orang (10,41%) yang lebih banyak didapat pada anak laki-laki dengan usia 1-3 tahun..