Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan BI Rate Terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa di Indonesia
(Periode Kwartal III 2005 – Kwartal IV 2010) Oleh:
Nur Azmi K.Mustamin1
Dosen Politeknik Internasional Makassar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi atau tidak antara masing-masing variabel nilai Kurs, tingkat Inflasi, dan BI Rate dengan Dana Pihak Ketiga, kemudian menemukan bukti empiris pengaruh variabel nilai Kurs, tingkat Inflasi dan BI Rate terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga pada Bank Devisa di Indonesia. Seberapa besar pengaruh variabel nilai Kurs, tingkat Inflasi dan BI Rate terhadap jumlah Dana Nasabah pada Bank Devisa di Indonesia. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kepustakaan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Data-data yang dipergunakan adalah Nilai Kurs Rupiah terhadap Dolar , tingkat Inflasi, BI Rate dan jumlah Dana Pihak Ketiga dalam kwartal tahun 2005(6) – 2010 (12). Metode analisis datanya dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengaruh variabel independent terhadap jumlah DPK pada Bank Devisa di Indonesia selama periode Kwartal III 2005 – Kwartal IV 2010 adalah berpengaruh dan signifikan. Berdasarkan nilai R Square pada pengujian Durbin Watson, variabel DPK dapat dijelaskan oleh variabel Nilai Kurs, Inflasi dan Suku Bunga SBI sebesar 87%. Pada pengujian Regresi Berganda Inflasi memiliki pengaruh searah (positif). Sedangkan Kurs Nilai Mata Uang dan Suku Bunga SBI memiliki pengaruh berlawanan arah (negatif).
Kata Kunci : Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai inflasi memiliki dampak yang kuat terhadap perekonomian. Kenaikan harga barang dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya jumlah uang yang beredar di masyarakat
cukup banyak, kelangkaan sumber daya yang akan menyebabkan naiknya impor barang tersebut, dan masih banyak lagi sebab yang lainnya. Kebijakan pemerintah di dalam mengendalikan inflasi diantaranya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, diantaranya menaikkan tingkat suku bunga.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia pada bulan September 2008, jumlah bank umum yang beroperasi di Indonesia tercatat sebanyak 132 bank yang terdiri dari 5 bank Persero, 34 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa, 37 bank umum swasta nondevisa, 26 BPD, 19 bank campuran, dan 11 bank asing. Peningkatan kinerja perbankan juga ditandai dengan semakin banyaknya bank yang telah Go Public, diantaranya terdapat 2 bank Persero, 23 bank umum devisa, 1 bank umum non devisa dan 12 bank campuran.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menemukan bukti ada atau tidaknya korelasi di antara masing-masing variabel independent.
2. Menemukan bukti empiris adanya pengaruh variabel nilai kurs Rupiah terhadap USD, inflasi dan BI Rate terhadap jumlah DPK terbesar pada Bank Devisa di Indonesia.
3. Menyelidiki seberapa besar pengaruh variabel nilai kurs Rupiah terhadap USD, tingkat inflasi dan BI Rate terhadap jumlah DPK terbesar pada 10 Bank Devisa di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Teori Nilai Tukar Mata Uang
Dornbusch dan Fisher (1980) mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme permintaan uang berdasarkan model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter (Gavin, 1989).
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula.
Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang dengan penawaran uang (jumlah uang beredar) (Mussa, 1976). Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter maka diteliti pengaruh variabel jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, dan variabel perubahan harga. Dipakainya dollar Amerika sebagai pembanding, karena dollar Amerika merupakan mata uang yang kuat dan Amerika merupakan partner dagang yang dominan di Indonesia. Konsep penentuan kurs diawali dengan konsep
Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca
pembayaran (balance of payment theory). Teori Inflasi
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang dan jasa secara umum. Menurut Boediono (1995) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terusmenerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain. Inflasi diakibatkan oleh : (a). Demand-pull Inflation, Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hamper mendekati kesempatan kerja penuh. (b). Cost-Push Inflation Cost plus inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supplay) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan (defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full employment.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain. Inflasi diakibatkan oleh :
a. Demand-pull Inflation.
Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hamper mendekati kesempatan kerja penuh.
b. Cost-Push Inflation
Cost plus inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (aggregate supplay) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan (defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full employment.
Teori Suku Bunga
Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat bunga ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran (Suhaedi, 2000).
Tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregatpun akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi.
Pengertian Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Sumber Penghimpun Dana
Pertama Dana Sendiri, usaha bank, proprosi dana sendiri ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan usahanya. Begitu pentingnya proporsi dana sendiri ini dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral yang mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992, bank umum dapat melakukan mobilisasi dana dengan cara melakukan emisi saham dan obligasi melalui bursa efek di Indonesia.
Kedua Dana dari Deposan atau simpanan Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa Rekening giro (checking
account), Tabungan dan Deposito berjangka.
Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Definisi Bank Devisa
Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. (Peraturan Bank Indonesia, Nomor 6/15/PBI/2004). Bank Devisa adalah merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara menyeluruh.
METODE PENELITIAN Subyek Penelitian
Subyek penelitian, yaitu semua individu yang hendak dikenai generalisasi dari sampel-sampel yang diambil dalam suatu penelitian. Dari batasan di atas maka populasi penelitian adalah semua data tentang Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Devisa di Indonesia, data tersebut diambil dari website resmi Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id selama periode Triwulan III 2005 – Triwulan IV 2010.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang akan diteliti ialah variable-variabel yang bersifat independent yang mempengaruhi Dana Pihak Ketiga pada Bank Devisa di Indonesia, yaitu : 1. Tingkat Inflasi THN INF 2005 (III) 9.06 (IV) 17.11 2006 (I) 15.74 (II) 15.53 (III) 14.55 (IV) 6.60 2007 (I) 6.52 (II) 5.77 (III) 6.95 (IV) 6.59 2008 (I) 8.17 (II) 11.03
(III) 12.14 (IV) 11.06 2009 (I) 7.92 (II) 3.65 (III) 2.83 (IV) 2.78 2010 (I) 3.43 (II) 5.05 (III) 5.80 (IV) 6.96
2. Nilai Kurs Rupiah terhadap USD
THN KURS 2005 (III) 10.31 (IV) 9.83 2006 (I) 9.75 (II) 9.30 (III) 9.23 (IV) 9.02 2007 (I) 9.11 (II) 9.05 (III) 9.13 (IV) 9.41 2008 (I) 9.21 (II) 9.23 (III) 9.38 (IV) 10.95 2009 (I) 11.58 (II) 10.23 (III) 9.68 (IV) 9.40 2010 (I) 9.12 (II) 9.08 (III) 8.92 (IV) 8.99 3. BI Rate
THN BI RATE 2005 (III) 10 (IV) 12.75 2006 (I) 12.75 (II) 12.50 (III) 11.25 (IV) 9.75 2007 (I) 9.00 (II) 8.50 (III) 8.25 (IV) 8.00 2008 (I) 8.50 (II) 9.25 (III) 9.25 (IV) 7.75 2009 (I) 7.00 (II) 6.50 (III) 6.50 (IV) 6.50 2010 (I) 6.50 (II) 6.50 (III) 6.50 (IV) 6.50
Data dari ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Periode DPK INF KURS BI RATE DPK
1 1,099,092 9.06 10.31 10 6.04 2 1,138,354 17.11 9.83 12.75 6.06 3 1,159,236 15.74 9.75 12.75 6.06 4 1,196,777 15.53 9.30 12.50 6.08 5 1,215,366 14.55 9.23 11.25 6.08 6 1,239,435 6.60 9.02 9.75 6.09 7 1,247,331 6.52 9.11 9.00 6.10 8 1,305,181 5.77 9.05 8.50 6.12 9 1,353,805 6.95 9.13 8.25 6.13 10 1,463,208 6.59 9.41 8.00 6.17 11 1,426,428 8.17 9.21 8.50 6.15 12 1,511,220 11.03 9.23 9.25 6.18 13 1,552,226 12.14 9.38 9.25 6.19 14 1,632,812 11.06 10.95 7.75 6.21 15 1,728,278 7.92 11.58 7.00 6.24 16 1,771,166 3.65 10.23 6.50 6.25
17 1,804,883 2.83 9.68 6.50 6.26 18 1,901,063 2.78 9.40 6.50 6.28 19 1,932,526 3.43 9.12 6.50 6.29 20 2,042,179 5.05 9.08 6.50 6.31 21 2,127,885 5.80 8.92 6.50 6.33 22 2,252,114 6.96 8.99 6.50 6.35
Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi adalah yang diminati dalam penelitian, atau kelompok yang akan dikenakan atau diterapi hasil dari penelitiannya. Sedang sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili pupulasinya. Adapun cara penyampelannya adalah dengan metode random sampling (mengambil secara acak), karena setiap populasi derajat dan kulalifikasinya sama atau setara atau homogin, jadi setiap anggota atau subyek-subyek atau elemen-elemen dalam populasi itu memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk disampel.
Pengamatan populasi dan sampel dilakukan setiap akhir bulan selama periode Kwartal III 2005 – Kwartal IV 2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data Nilai Kurs Rupiah terhadap USD, Inflasi, dan BI Rate Kwartal serta DPK terbesar pada 10 Bank Devisa di Indonesia.
Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, melalui metode ini peneliti berusaha menemukan bentuk atau pola hubungan antara variable dependen dengan lebih dari satu variabel independent. Persamaan garis regresi dalam penelitian adalah :
Yi =ß0 + ß1x1 + ß2x2 + ß3x3
Dimana : Y = DPK
ß1ß2ß3ß4 = Koefisien Regresi untuk variable tingkat inflasi, nilai kurs Rupiah terhadap USD
x1 = tingkat inflasi
x2 = nilai kurs tengah Rupiah terhadap USD
x3 = BI Rate
Sehingga persamaannya menjadi :
DPK = ß0 + ß1 inflasi + ß2 Kurs Rp terhadap USD + ß3 BI Rate Dimana : DPK = Dana Pihak Ketiga (Y)
Inflasi = Kenaikan dari harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung terus menerus (X1)
Kurs = Harga uang asing dalam satuan mata uang domestik (X2) Suku Bunga = BI Rate (X3)
Untuk mengetahui apakah variabel- variable independent dalam persamaan regresi mempunyai korelasi ( hubungan) yang erat satu dengan yang lain. Jika terdapat multikolinearitas sempurna akan berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi akan menjadi tidak terhingga meskipun terhingga memiliki standar
deviasi yang besar. Hal ini mengakibatkan populasi dari koefisien tidak dapat diintepretasikan secara tepat.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel bebas dan perhitungan nilai toleransi lebih dari 10% dan nilai VIF di bawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. Dalam melaksanakan analisis regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian 4 asumsi klasik yang dianggap penting, yaitu data yang digunakan adalah terdistribusi normal, tidak terdapat multikoloniaritas antar variabel bebas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Kenormalan Data
Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mengujinya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik plot, jika data menyebar di sekitar garis diagonal menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas
Mutikolinearitas adalah keadaan suatu variabel-variabel independent dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu dengan sama lain. Jika terdapat multikolineritas sempurna akan berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi akan menjadi tidak terhingga meskipun terhingga memiliki standar deviasi yang besar. Hal ini mengakibatkan populasi dari koefisien tidak dapat diinterpretasikan secara tepat.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel bebas dan perhitungan nilai tolerance lebih dari 10% dan nilai VIF di bawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel bebas dalam model regresi. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah menguji hubungan yang terjadi di antar anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (Alhusin: 2003). Untuk mendeteksi autokorelasi yang paling sering dilakukan adalah uji Durbin Watson (Uji d). Ketentuan Durbin – Watson adalah sebagai berikut :
1. Nilai dw < dl , terdapat korelasi positif 2. Nilai dl ≤ dw ≤ du, tidak ada kesimpulan
3. Nilai du ≤ dw ≤ 4 - du, kesimpulannya tidak terjadi autokorelasi 4. Nilai 4 - du ≤ dw ≤ 4 - du, kesimpulannya tidak ada kesimpulan 5. Nilai dw > 4 - du, kesimpulannya terjadi autokorelasi
Uji heterokedastisitas biasa ditemukan pada data Cross-sectional yaitu
pengamatan yang dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang sama. Uji heterokedastisitas yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode grafik. Prinsip model ini adalah memeriksa pola residual terhadap tafsiran Y. Heterokedastisitas terjadi apabila varians tidak konstan, sehingga seakan-akan terdapat beberapa kelompok data yang memiliki besaran error yang berbeda, dan membentuk suatu pola. Heterokedastisitas akan terdeteksi apabila plot membentuk pola yang sistematis.
Setelah melakukan pengujian ada tidaknya ketiga masalah dalam persamaan regresi linier berganda dan didapat bahwa persamaan tersebut bebas dari semua masalah tersebut maka pengujian selanjutnya untuk menunjukkan bahwa model regresi berganda yang dibuat bagus dan terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan baik secara individu maupun terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut :
1. Uji parsial koefisien regresi dengan menggunakan t-test untuk menguji signifikan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan α = 5% (2 tailed).
2. Uji signifikansi keseluruhan koefisien bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dengan menggunakan F-test 2 dikatakan bahwa secara keseluruhan variabel bebas signifikan dipengaruhi variabel terikat.
3. Koefisien determinasi (R²) Koefisien determinan mengukur goodness of fit persamaan regresi yaitu memberikan persentase variabel total dari variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai koefisien determinan terletak diantara 0 sampai dengan 1. nilai R² = 1 berarti bahwa garis regresi yang terjadi menjelaskan 100% variasi terikat. Jika nilai R² = 0, berarti model yang terjadi tidak dapat menjelaskan sedikitpun garis-garis regresi yang terjadi. Baik tidaknya suatu model bukan semata-mata ditentukan oleh R² yang tinggi, akan tetapi harus lebih memperhatikan relevansi logis atau teoristis dari varibel bebas dengan variabel terikat secara statistik.
Pengujian Hipotesis
Adapun pengujian hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel Inflasi terhadap DPK
Ho : ß1 = 0 (Variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap DPK) H1 : ß1 ≠ 0 (Varibel Inflasi berpengaruh terhadap DPK)
2. Pengaruh variabel Kurs Rupiah terhadap USD terhadap DPK
Ho : ß2 = 0 (Variabel Kurs Rupiah terhadap USD tidak berpengaruh terhadap DPK)
H1 : ß2 ≠ 0 (Varibel Kurs Rupiah terhadap USD berpengaruh terhadap DPK) 3. Pengaruh variabel Tingkat Suku Bunga SBI terhadap DPK
Ho : ß3 = 0 (Variabel Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap DPK) H1 : ß3 ≠ 0 (Variabel Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap DPK)
Uji Korelasi dan Regresi.
Uji korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Uji Regresi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabelnya berpengaruh signifikan terhadap variabel independen secara partial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series atau data runtun waktu sebanyak 6 (enam) tahun dalam 22 (dua puluh dua) kwartal. Untuk mencapai tujuan dalam penelirtian ini, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah multikolonieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Jika semua ini terpenuhi berarti bahwa model analisis telah layak digunakan (Gujarati, 1995).
Analisis Ekonomi
Dari hasil regresi model terhadap variabel Dana Pihak III (Y), terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,8735 ini menunjukkan bahwa 87,35% variasi variabel dependen (Dana Pihak III) dapat dijelaskan oleh variasi variabel- variabel independen (Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga) sedangkan sisanya sebesar 12,65 dijelaskan oleh variabel di luar model yang tidak diikutsertakan dalam penelitian. Ketiga variabel yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y, hal ini terlihat dari T-stat > dari T-tabel yaitu pada level 0,05 dengan degree of freedom sebesar 20 adalah sebesar 1,7472. Sedangkan bila dilihat secara bersama- sama variabel X1, X2, dan X3 adalah berpengaruh dan signifikan, hal ini dapat dilihat dari F-stat > F-tabel yaitu 41,43 > 4,94.
Hasil Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program Eviews, adalah sebagai berikut :
Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 09/19/11 Time: 11:47 Sample: 2005Q3 2010Q4 Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.927277 0.142982 48.44849 0.0000
X1 0.017564 0.004380 4.009820 0.0008
X2 -0.029105 0.012870 -2.261418 0.0364
X3 -0.071443 0.008826 -8.094240 0.0000
R-squared 0.873523 Mean dependent var 6.180455
Adjusted R-squared 0.852443 S.D. dependent var 0.096682 S.E. of regression 0.037139 Akaike info criterion -3.585358
Sum squared resid 0.024827 Schwarz criterion -3.386986
Log likelihood 43.43894 Hannan-Quinn criter. -3.538627
F-statistic 41.43944 Durbin-Watson stat 0.793735
Prob(F-statistic) 0.000000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 4.779153 Prob. F(2,16) 0.0236
Obs*R-squared 8.227569 Prob. Chi-Square(2) 0.0163 Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/19/11 Time: 11:49 Sample: 2005Q3 2010Q4 Included observations: 22
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.091574 0.123854 -0.739367 0.4704 SER01 -0.000634 0.003693 -0.171566 0.8659 SER02 0.008969 0.011225 0.799020 0.4360 SER03 0.001435 0.007431 0.193146 0.8493 RESID(-1) 0.520887 0.245266 2.123764 0.0496 RESID(-2) 0.187771 0.251772 0.745799 0.4666 R-squared 0.373980 Mean dependent var 1.15E-15 Adjusted R-squared 0.178349 S.D. dependent var 0.034384
F-statistic 0.931556 Prob. F(9,12) 0.5322 Obs*R-squared 9.048669 Prob. Chi-Square(9) 0.4328 Scaled explained
SS 2.037266 Prob. Chi-Square(9) 0.9909
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares
Date: 09/19/11 Time: 11:50 Sample: 2005Q3 2010Q4 Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.159785 0.099082 -1.612652 0.1328 SER01 -0.008265 0.003352 -2.465845 0.0297 SER01^2 -0.000203 8.66E-05 -2.348088 0.0368 SER01*SER02 0.000688 0.000286 2.405707 0.0332 SER01*SER03 0.000594 0.000267 2.221388 0.0463 SER02 0.028583 0.018438 1.550213 0.1471 SER02^2 -0.001267 0.000812 -1.560447 0.1446 SER02*SER03 -0.001118 0.000591 -1.889863 0.0832 SER03 0.013345 0.006302 2.117374 0.0558 SER03^2 -0.000440 0.000278 -1.581343 0.1398 R-squared 0.411303 Mean dependent var 0.001128 Adjusted
R-squared -0.030220 S.D. dependent var 0.000947 S.E. of regression 0.000962 Akaike info criterion -10.75314 Sum squared resid 1.11E-05 Schwarz criterion -10.25721 Log likelihood 128.2845 Hannan-Quinn criter. -10.63631 F-statistic 0.931556 Durbin-Watson stat 2.467349 Prob(F-statistic) 0.532172
4.1 Variabel Inflasi (X1)
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan Inflasi selama periode penelitian mempengaruhi tingkat penghimpunan DPK oleh bank- bank devisa secara signifikan. Dapat dilihat bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang positif dengan tingkat penghimpunan DPK oleh bank- bank devisa. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi tingkat inflasi adalah sebesar 0.0175 dengan asumsi faktor lain adalah konstan maka jika terjadi kenaikan 1% pada tingkat inflasi akan mengakibatkan peningkatan DPK sebesar 0.0175. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada tingkat α = 5% dapat dikatakan signifikan yaitu probabilitas sebesar 0,0008.
Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel kurs (X2) memiliki hubungan negatif terhadap Dana Pihak III yaitu sebesar 0,0291 yang artinya jika terjadi kenaikan 1% nilai Kurs akan mengakibatkan penurunan pada DPK sebesar 0,0291. Pada tingkat signikan 0,000 uji -t memperlihatkan probabilitas sebesar 0,03 yang berarti signifikan pada α = 5%. Hal ini diakibatkan apabila nilai tukar mata uang asing, dalam hal ini Dolar AS meningkat, dapat mengakibatkan masyarakat lebih ingin untuk memiliki dolar AS tersebut, dengan menarik dana dari bank dan menukarnya dengan mata uang AS tersebut, sehingga menurunkan persediaan perbankan, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan bankdalam memberikan kreditnya.
4.3 Suku Bunga
Koefisien constanta X3 sebesar 0,071 dimana memiliki hubungan yang negatif yang artinya apabila terjadi kenaikan 1% pada X3 maka akan mengakibatkan penurunan Y sebesar 7,1%. Tingkat signifikansi X3 terhadap Y adalah berpengaruh negatif dan signifikan dengan α = 0,05 yaitu 0,000. Hal ini bertetangan dengan teori suku bunga dari aliran neo klasik, bahwa jika suku bunga naik maka kan mendorong masyarakat untuk mengalirkan dana ke sektor perbankan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Bahwa variabel X1, X2, dan X3 mempunyai hubungan yang signifikan secara individual terhadap Y. Artinya setiap perubahan dari X1, X2, dan X3 akan mengakibatkan perubahan pula pada variabel Y. Hal ini dapat dilihat dari koefisien konstanta sebesar 6,927, arinya jika X1, X2, dan X3 tidak berubah atau nol maka variabel Y tidak akan mengalami perubahan tetapi jika terjadi perubahan sebesar 1% pada variabel X1, X2, dan X3 maka akan mengakibatkan perubahan pada variabel Y sebesar 6, 927.
2. Nilai R sebesar 0,87 menjelaskan kuatnya hubungan X1, X2, dan X3 terhadap Y, sedangkan R2 sebesar 0,85 menjelaskan besarnya pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap variabel Y sebesar 85% sedangkan sisanya sebesar 15% adalah dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
3. Nilai probabilita F sebesar 0,00 menjelaskan bahwa model yang digunan adala linier dan dapat digunakan untuk estimasi.
Saran
Penelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan diantaranya periode pengamatan dan kemungkinan masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi jumlah DPK pada Bank Devisa di Indonesia. Oleh karena itu, hasil penelitian ini belum dapat mengungkap lebih jauh pengaruh variabel ekonomi makro terhadap DPK untuk jangka pendek.
Atas kelemahan atau keterbatasan penelitian ini, maka beberapa saran untuk penelitian mendatang yaitu dengan menggunakan variabel DPK data bulanan, atau mungkin dengan menambahkan periode waktu pengamatan. Dan juga menambah
variabel bebas lainnya yang kemungkinan mempengaruhi jumlah DPK. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian mendatang menggunakan data Primer, dengan maksud untuk mengetahui secara pasti variabel atau hal apa saja yang memiliki pengaruh kuat terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga pada Bank Devisa di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 1998, “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Jakarta
Boediono, 1995, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta.
Dornbusch, R dan S. Fisher 1980. Exchange Rate and Current Account, American Economic Review.
Gunawan, Anton H., 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers : Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 3/21/PBI/2001 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Pustaka Utama : Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia, Nomor 6/15/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
R. Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE : Yogyakarta. Samuelson, Paul A. and Nordhaus, William D. 2004.Ilmu Makroekonomi. Media Global
Edikasi : Jakarta.
Siamat, Dahlan. 2003. Manajemen Bank Umum. Balai Pustaka : Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. 1997. Manajemen Dana Bank. Bumi Aksara : Jakarta. Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.
Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makroekonomi. Raja Grafindo. Jakarta.
Triandaru, S. dan Budisantoso, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain edisi ke2, Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2000. Research Method in Finance and Banking. Gramedia
Undang Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.