• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan informasi guna memenuhi segala aspek kebutuhan akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan informasi guna memenuhi segala aspek kebutuhan akan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan arus informasi saat ini sangat pesat dan bebasnya. Banyaknya tuntutan akan informasi guna memenuhi segala aspek kebutuhan akan pengetahuan bagi manusia memacu lahirnya perkembangan teknologi informasi dari waktu ke waktu. Mengikuti trend pengantaran media saat ini, Indonesia tidak ketinggalan. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau revolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya secara online. Perkembangan media pemberitaan online sangat maju di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam dua tahun terakhir. Dengan banyak bermunculannya situs-situs berita berbasis data online, yang dapat dikatakan memuat berita hampir secara lengkap, cepat, akurat dan jelas.

Sisi baiknya media online, tentu jangkauannya lebih luas dan cepat, interaksi tinggi, selalu terdepan (up-date) dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih sedikit. Tapi hal tersebut justru akan menurunkan angka minat baca masyarakat terhadap buku dan media cetak. Media online memiliki permasalahan, yaitu kompetisi yang berat antara satu situs majalah online yang satu dengan yang lain, proliferasi penerbitan dan isi, gratis, serta ruang iklan yang terbatas, tidak seperti pada media non-online. Media elektronik ikut melakukan perkembangan sesuai permintaan pasar. Perkembangan media elektronik dapat dilihat dalam berbagai bentuk.

(2)

Bentuk TV digital mendapat kemajuan menjadi TV kabel dan situs Pada dunia penyiaran televisi, perkembangan ini juga terasa pada segmentasi yang diterapkan TV swasta di Indonesia. Media televisi yang sudah ada visualnya sejak dahulu bersifat kapitalis. Masuknya pebisnis sebagai pemimpin media menyebabkan muatan televisi penuh dengan kepentingan bisnis. Kepentingan ini diterapkan secara implisit bahkan terkadang sacara eksplisit.1 Kejenuhan masyarakat tidak dapat terhindarkan. Masyrakat tidak mempunyai alternatif tontonan.

Bidang komunikasi memang tidak dapat dipisahkan dari semua perkembangan teknologi yang berimbas pada perkembangan media. Semua perkembangan ini hendaknya dilihat dari sisi positif. Apabila berhasil memandang semua perkembangan ini dari sisi positif, tidak tertutup kemungkinan untuk menciptakan peluang baru bahkan inovasi baru tentang media dari semua perkembangan teknologi ini.

Dengan tuntutan dalam peningkatan pelayanan dan kepuasan terhadap pembaca, kemasan informasi yang disajikan dalam koran digital di dunia maya harus lebih menarik dibandingkan media massa jenis lain (cetak, radio dan televisi). Media online yang satu dengan lainnya harus mempunyai konsep yang jelas dan berbeda. Selain itu, pemilik media online harus menguasai teknologi untuk mengubah dunia. Perkembangan teknologi ICT (Information,

Communication dan Telecomunication) menjadikan jagad jurnalistik lebih

bercorak cyber.2

Perkembangan teknologi informasi lambat laun diprediksi akan mematikan teknologi lama. Setelah kantor pos kini bagaikan kenangan masa lalu setelah ada

1

Dja’far Husin Assegaff. Bunga Rampai Sejarah Media Massa. 1978. Hal.17

2

(3)

fasilitas e-mail dan chatting, surat kabar atau koran akan menjadi korban berikutnya seiring dengan perkembangan media online. Di samping beragam situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Twitter hingga blog.

Pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai sekitar 20 juta pengguna. Namun, jumlah tersebut bila dihitung dari seluruh jumlah penduduk, baru terhitung 9% dari total jumlah penduduk Indonesia. Kenaikan jumlah pengguna internet juga berpotensi meningkat lebih tinggi jika didukung dengan penetrasi kepemilikan komputer di Indonesia. Saat ini penambahan kepemilikan komputer diketahui bertambah 3 juta unit pertahunnya.3

Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet. Sebagai media massa, media online juga menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka.

Kecepatan perkembangan media online tidak lepas dari beberapa hal yang ditawarkan pada media online antara lain :

1. Mempublikasikan berita dapat dilakukan dengan sangat cepat.

2. Memberikan referensi silang, ke sumber berita lain yang berkaitan baik di dalam situs sendiri ataupun di situs lainnya. Dapat juga referensi pada data suara, video, dan gambar yang berkaitan. Kemampuan referensi silang ini tidak saja pada berita di situs internet, dapat juga dilakukan ekstraksi berita dan melakukan referensi silang dari acara TV dan radio.

(4)

3. Layanan pencarian arsip berita berita hari sebelumnya ataupun berita terkait dapat secara mudah. Bahkan pencarian dapat juga dilakukan pada bentuk data lain, seperti gambar, video dan suara.

4. Memudahkan pekerjaan pengarsipan, karena semuanya bersifat data, maka penyimpan dapat dilakukan dengan tidak memakan tempat. Bahkan memindahkan pengarsipan dapat dilakukan secara mudah.

5. Media online dapat di-output-kan pada beberapa model presentasi secara otomatis. Kemampuan ini menjadikan media online dapat menjangkau pembaca seluas mungkin.

Karakteristik penting lainnya adalah kecepatan dan kontinuitas dari media

online. Publik pun dapat mengakses media online secara gratis selama 24 jam

setiap harinya, dan informasi yang disajikan termutakhirkan secara konstan. Terdapat tiga karakteristik kunci dari media online, yaitu interaktivitas, personalisasi, dan konvergensi. Interaktivitas terkait adanya keterlibatan publik. Personalisasi terkait kebebasan pembaca terhadap apa yang diinginkannya. Sedangkan konvergensi merupakan penyatuan wadah-wadah penyampai informasi ke dalam sebuah media sinergi.

Kebutuhan ragam layanan media online begitu cepat berkembang. Jumlah meningkatnya pengunjung juga menuntut dipenuhinya kebutuhan reliabilitas dan kontinyuitas sistem. Sejatinya sejak beberapa tahun silam media online sudah tersebar dan melingkupi bumi yang satu adanya ini. Bahkan di dunia Barat telah dipakai untuk keperluan pendidikan dan pengajaran siswa di sekolah maupun universitas. Di negara seperti Inggris dan Amerika, media online mampu merambah ke pelosok (sub urban area) dan daerah terpencil lainnya. Sehingga

(5)

penduduk disana tak terisolir dan tetap bisa memamah beragam informasi mutakhir yang berguna bagi aktivitas keseharian penghidupan mereka.4

Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku mayarakat dan peradaban manusia secara global. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung demikian cepat. Tapi selain memfasilitasi manusia untuk menyebarkan informasi dan kesadaran, media online juga mengandung bahaya laten bila disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Misal dengan menyebarkan black campaign bernuansa SARA di milist-milist, film-film katarsis seksual via situs youtube, ancaman ataupun intimidasi lewat e-mail yang mendeskreditkan kelompok minoritas tertentu dan lain sebagainya.

Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi arena efektif perbuatan melawan hukum. Oleh sebab itu praktisi media online musti senantiasa mensortir dan memantau sajian berita sehingga perkakas tersebut tidak kontraproduktif dan justru merugikan kepentingan umum.

Mudahnya lalu lintas akses terhadap media ini pun membuat semua orang, tanpa mengenal batasan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, waktu, tempat dan tingkat pendapatan dapat menggunakan media online. Selain itu dengan hadirnya media online tersebut anak-anak dapat mengakses gambar, musik dan film yang berguna bagi pemekaran jiwa. Tapi tentu perlu pendampingan khusus.

4

(6)

Perkembangan internet termasuk juga media online yang semakin hari semakin meningkat baik teknologi dan penggunaanya, mempunyai banyak dampak baik positif maupun negatif. Untuk yang bersifat positif, banyak manfaat dan kemudahan yang didapat dari penggunaan teknologi ini. Mencari referensi atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga bukan hal yang sulit dengan kemudahan yang didapatkan dengan perkembangan internet. Tentunya, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi internet membawa dampak negatif yang tidak kalah banyak dengan manfaat yang ada. Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan menggunakan media komputer secara online dengan resiko tertangkap yang sangat kecil oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik untuk masyarakat maupun negara disamping menimbulkan kejahatan-kejahatan baru.

Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya haruslah diantisipasi dengan perangkat hukum yang mengaturnya. Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat internet, undang-undang yang diharapkan menjadi perangkat hukum yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan termasuk dampak negatif dari penyalahgunaan media internet yang didalamnya terdapat media online, dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi.

Keberadaan Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang pada akhirnya dalam rapat paripurna 25 Maret 2008 lalu, DPR menyetujui RUU ITE untuk disahkan menjadi Undang-undang. Dan pada tanggal 21 April

(7)

2008 lalu, UU ITE yang terdiri dari 13 bab dan 54 pasal ini telah mendapatkan nomor dan ditandatangani Presiden.

Hadirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk selanjutnya disebut dengan UU ITE tentang mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan internet yang dapat merugikan, merupakan payung hukum bagi pengguna layanan media internet termasuk layanan media online.

UU ITE mengatur mengenai masalah informasi elektronik, transaksi elektronik dan segala macam yang terkait dengan data elektronik. UU ini berguna untuk melindungi masyakat dari kejahatan maya (cyber crime) dan kejahatan perbankan yang menggunakan transaksi elektronik. Selain itu UU ini bertindak untuk melindungi masyarakat dari segala macam porno aksi yang beredar dalam situs-situs internet serta dari segala macam informasi yang tidak menyenangkan.

Undang-Undang Infomasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) ini pada dasarnya adalah salah satu konsekuensi dari skema konvergensi bidang telekomunikasi, computing dan entertainment (media), dimana pada awalnya masing-masing masih berbaur sendiri-sendiri.

Undang-undang ini dibuat untuk memberikan kepastian hukum dan implikasinya pada saat transaksi elektronik sampai dengan bagaimana pesan itu sampai ke recipient atau komunikan yang dituju. UU ITE yang diterbitkan per tanggal 25 Maret 2008 lalu oleh pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo), dengan cakupan materi yang cukup komprehensif atau menyeluruh. Didahului dengan berbagai pertimbangan yang mendasari dibuatnya

(8)

undang-undang ini, penekanan terhadap globalisasi, perkembangan teknologi informasi dan keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.5

Namun pada kenyataannya, perjalanan aplikasi payung hukum yang belum lama berjalan ini justru telah menelan korban masyarakat awam. Kasus seorang ibu rumah tangga biasa yang bernama Prita Mulyasari, yang pada mulanya hanya ingin menggunakan hak berpendapatnya dengan mengeluarkan keluhan yang dialaminya terhadap jasa pelayanan sebuah rumah sakit bertaraf internasional pada akhirnya dijerat dengan menggunakan pasal 27 ayat 3 UU ITE tentang pencemaran nama baik. Hal tersebut kemudian kembali memicu pro-kontra keberadaan UU ITE pasal 27 UU ITE, karena dianggap telah membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan bisa menghambat kreativitas dalam ber-internet.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebebasan pers adalah salah satu produk terbaik yang dihasilkan proses reformasi. Kebebasan pers yang sejak jaman penjajahan Belanda merupakan harga yang harus dibayar dengan mahal, perlahan-lahan mulai terbuka. namun belum lama produk kebebasan ini dirasakan manis oleh para insan pers, sudah ada regulasi yang kembali ingin mengekang kebebasan pers tersebut. Regulasi berupa RUU ITE dianggap membatasi hak kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat serta menghambat kreativitas. Dalam dunia maya, orang awam maupun insan media online umumnya menilai dan berpegang pada asas kebebasan dan keterbukaan.6

Belakangan ini, muncul reaksi dari berbagai kalangan atas disetujuinya UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) oleh DPR, yang dibeberapa pasalnya 5 http://www.serpong.org/2008/03/27/undang-undang-informasi-dan-transaksi-elektronik-uu-ite/ 6 http://fsldkn.org/ke-ummat-an/menjaga-integritas-bangsa-integrasikan-uu-ite-dengan-ruu-pornografi.html

(9)

disinyalir akan menghambat kebebasan pers. Dalam perjalanannya, UU ini menuai banyak kontroversi yang justru disebabkan oleh beberapa kelemahan yang terdapat dalam UU ITE ini. Kelemahan yang menjadi dasar bagi para kalangan yang kontra terhadap kehadiran UU ITE, antara lain:

UU ini dianggap dapat membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan bisa menghambat kreativitas dalam ber-internet, terutama pada pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (3), Pasal 28 ayat (2), dan Pasal 31 ayat (3). Pasal-pasal tersebut pada dianggap umumnya memuat aturan-aturan warisan pasal karet, karena bersifat lentur, subjektif dan sangat tergantung interpretasi pengguna UU ITE ini. Ancaman pidana untuk ketiganya pun tak main-main yaitu penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak 1 milyar rupiah.7

Pasal 27 ayat 3 UU ITE yang menuai kontroversi ini sendiri berbunyi, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, dengan ancaman dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)".

7

http://fsldkn.org/ke-ummat-an/menjaga-integritas-bangsa-integrasikan-uu-ite-dengan-ruu-pornografi.html

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis ingin mengetengahkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pemberlakuan pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 terhadap proses kerja jurnalis media online?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas adalah untuk memerikan gambaran yang menyeluruh dan memberikan informasi yang aktual secara terperinci mengenai pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik direpresentasikan, diapresiasikan serta diaplikasikan dalam proses kerja jurnalis media online.

1.4 Signifikasi Penelitian

1.4.1.Signifikasi Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya dibidang Broadcasting atau Penyiaran dan menjadi bahan kajian bagi peneliti berikutnya.

1.4.2.Signifikasi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang positif bagi penyusunan regulasi atau tentang komunikasi dan aturan kewartawanan.

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan yuridis atas Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Urusan /Bidang Urusan Pemerintah Daerah dan Program/Kegi atan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan (Output) Target Renstra SKPD pada Tahun 2018 Realisasi Capaian

Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam tahap pengolahan air atau makanan pernah dicemari dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan pengukuran suhu dan kebisingan di dalam dan di luar taman untuk mengetahui kemampuan

Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis (KBRM) Kemampuan tersebut mendukung keberhasilan dalam kemampuan berpikir kritis dan

deflksi ke masing-masing titik diberikan langsung di tabel 20 untuk semua nilai dari sudut spiral θ S. Lengkung Spiral Ganda. Superelevasi dapat dibuat konstan di

Tinggi rendahnya produksi dan produktivitas bawang merah sangat dipengaruhi oleh modal yang tersedia dan teknik budidaya yang dilakukan oleh petani. Produksi dan

Zed, 2003 (dalam Supriyadi, 2016:85) mendefinisikan Studi pustaka atau kepustakaan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,