• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dr. Invan Pravitno. M.Sc RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KETENAGALISTRIKAN. Paul S. Baut SMF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dr. Invan Pravitno. M.Sc RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KETENAGALISTRIKAN. Paul S. Baut SMF"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BELUM DIKOREKSI

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENT ANG

KETENAGALISTRIKAN

Tahun Sidang Masa

Persidangan

Jenis

R.apat

Rapat ke

Hari, ta.D.ggat Pukul Tern

pat

Acara Ketua rapat Sekretaris Rapat Hadir Anggota Pemerintah ANGCGOTA KOMIS! Vlll : I. 2. .., .) . 4. 5. 6. 7.

Dr.

Invan Pravitno. M.Sc Ir.

Ernie Moe1s, MSc

Ir. Agusman Effendi Ors. Anthonis Rahail Rcyani Haminullah

Paul S. Baut SMF

Muhammad Yamin, SH P.M. Saul de Ornav Firman Jaya Daeli · Mudahir

Ors. Simon Patrice Morin Hj. Evita Asmalda

Syamsui Bachri

Ors. Priyo Budi Santoso Drs. Nur H-asan

2001-2002 IV

Rapat Panitia Kerja

19

Ka.mis, 27 Juni 2002 14. 00 WIB - selesai

Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI

Pembahasan DIM

Sandingan

RUU tentang

Ketenagalistrikan yang diserahkan ke Panja.

Ir.

Agusrnan

Effendi

Ors. Muhono Ba.suki

21 dari 33 Anggota Panja Komisi VIII

Direktur Jenderal Listrik dan

Pemanfaatan

Energi beserta jajarannya 8.

9.

10.

11. 12. 13. 14. 15. 16. \ 7. 18. lo. 20. : l

Prof. Dr. Ing. K. Tunggul Sirait H. Noor Adcnan Razal. SE Drs. Zulkifli Halim. MSc Ruktnini, SIP

Ir. Dannansvah Husein Tlr-.;. A sn;\\.\; l ,1i.i1•f

(2)

PEMERI'NTAH :

1.

2.

Dr. Ir. Luluk Sumiarso, MSc

Ir. J. Purwono, M.SEE

Or.

Ir. Yogo Pratomo, M.Sc 4. Dr. Ir. Hardi Prasetyo 5. Ir. Sumaryanto, MM 6. Ors. TA. Nurwinakum 7.

Dr.

Ir. Bambang Arfi Winarso 8. Ir. Eddi Widiono, MSc, MM 9. Pamudji Slamet, SH, MPA 10. Sri Maharani, SH

11. Ir. Ariefindarto 12. Ir. Budi Santoso 13.

Drs.

Suladi 14. Ir. Aman Subagio 15. Ir. Handani Rismasini

16. Ir. Agoes Triboesono, M.SEE 17. Ir. Jhonny R Simanjuntak

(3)

Panja llstrik 27 Junl 2002

KETUA RAPAT (IR. AGUSMAN EFFENDI): Assalamu'alaikum Wr. Wb.

~·-Cengan mengueapkan blsmlllanlrotimannlrolilm Rapat Penja yang klta skors pada hari Rabu kemarin sore kita buka kemball dan hitungan kita sudah lima fraksi. Saya yakin dalam waktu singkat teman-teman rnasuk dan untuk itu sebelum kita mulai kita berharap foto copy ini segera selesai. Bisa l<ita mulai

?

(RAPAT SETUJU)

Kesepakatan kita dulu kita sampai jam 17.00. Setuju ?

(RAPAT SETUJU)

Dan setelah 17.00 membuka kesempatan dari jam 19.30 sampai kita bicarakan nanti, atau sekarang. Baik nanti saja, sementara sampai jam 17. 00. Kalau rnasih kuat terus, tapi kalau sudah lemah.

Kami persilakan Pemerintah sambil menunggu foto copy yang telah disiapkan. PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Melanjutkan pembahasan tadi malam jadi kami berusaha untuk menuangkan apa-apa yang telah dibahas tadi malam. Kami mulai dari DIM 80 yang bahannya dibagikan, tapi mohon maaf baru Pak Ketua, tapi ditayangkan di sini sebentar akan katrii bagikan.

Jadi kami berusaha untuk memperinci perijinan itu supaya betul-betul mencerminkan. Artinya persyaratan ijin yang memang berat seperti untuk pembangkit segala macam itu dipecah menjadi dua dan yang relatif tidak terlalu berat ini disatukan.

Jadi alternatif b. Kalau yang untuk pembangkit itu kita pakai alternatif c. Jadi rumusannya seperti dalam pasal-pasal. Jadi kalau diijinkan kami serahkan kepada . Bapak Pimpinan, apakah kami bacakan satu paket ini ataukah Bapak.

Terirna kasih. KETUA RAPAT:

Saya berharap kita membacanya supaya tidak terlalu berkepanjangan kita masuk dulu kepada hal yang berkaitan dengan Badan X yang mengeluarkan. Oleh sebab itu kita persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH : Terima kasih. Kami mulai dari Pasal8

Ayat (1)

Kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dapat dilaksanakan oleh badan usaha setelah mendapat ijin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPL) sesuai dengan jenis usahanya d°ari Sadan X.

ljin Usaha Penyediaan ·renaga Listrik sebag·aimana dimaksud

Pa,,.,~ ay...,• /-<I ,J,1--•1 .. lr·•.- ~A...,.~;;, .. l l r .... i-. ... ,., ... lfit~f'I liif'I

Uc.4 ut. \ 1 I ""''...,-"--""'''....,.., ... ._.._, •J•• • ..,.. - - · ·- • -· ... ·w· .... k . . . , . ,

(4)

Usaha Agen Penjualan, ljin Usaha Pengelola Pasar, ljin Usaha Pengelola Sistem.

i ~

Sadat! X mengatur tata cara dan syarat-syarat IUPL sebagairnana dimaksud dalam ayat (1 ).

Ada penjelasannya di sebelah kanan.

Khusus usaha pembangkitan tenaga listrik diterbitkan ijin prins1p kepada badan usaha yang telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Sadan X.

Selanjutnya

ljin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) baru dapat dikeluarkan setelah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan administratif serta kelengkapan ijin lainnya yang ditetapkan oleh Sadan X sesuai dengan peraturari perundangan yang berlaku.

Masih selanjutnya yang

81

dan

82

itu kita hapuskan, DIM

83

ini masih berkaitan dengan Sadan X.

Apabila da!am batas waktu yang ditetapkan oleh Sadan X pemegang IUPL tidak dapat merealisasikan kegiatan usahan}1a maka IUPL

dimaksudkan dinyatakan tidak berlaku lagi.

ltu untuk menggantikan istilah "batal demi hukum" yang semula kami sampaikan.

Pemegang IUPL dilarang meiakukan penggabungan usaha yang sejenis dalam suatu jaringan terinterkoneksi yang dikompetisikan tanpa persetujuan dari Sadan X.

Yang berikutnya adalah yang berkaitan dengan. KETUA RAPAT:

Saya pikir cukui;) dulu terima kasih.

Kami persilakan kepada masing-masing fraksi yang ingin m:lngomentari ini dari DIM 80 sampai 80a, 80b, 80c, 80d, dan terakhir 83 serta 84 termasuk Pasal 9 ini.

Kami persilakan kalau ada yang ingin langsung. Kalau belum masih baca-baca, mungkin kami dari meja pimpinan satu saja ingin bertanya.

Khusus usaha pembangkitan tenaga listrik diterbitkan ijin prinsip.

Maksudnya ada istilah diterbitkan terlebih dahulu ijin prinsip. Maksudnya itu kan

?

Tapi kalau kalimatnya seperti ini, atau bagaimana caranya supaya kalimatnya ini jadi tidal< rancu.

Sebelurt'I ijin usaha pembangkitan tenaga listrik dikeluarka~i terlebih dahulu diberikan ijin prinsip.

Kalau yang c'ii b~wah ayr.H (5) ju~~

(5)

Setelah ada perubahan ini yang tatabahasanya leblh balk, tapi mungkin juga ada koreksi dari Lembaga Bahasa atau teman-teman yang lain maupun juga substansi yang dltawa'rkan oleh Pemerinta.ti.

Kalau rnemang sudah siap untuk rnengomentari kami persilakan.

ANGGOT A F .PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAff) :

Terima kasih; yaitu mengenai DIM 80c.

Pertama kalau 80a saya kira tidak ada masalah, 80b apa saja yang diatur kira-kira, karena badan ini nanti sudah bekerja secara independen, lalu 80c ini. Sebetulnya kemarin malam saya sudah tanyakan tapi karena waktu sudah larut dan Saudara Zainal Arifin sudah menyampaikan. Hanya ingin gambaran dulu atau kalau perlu itu masuk di dalam penjelasan.

Di dalam aplikasi ijin prinsip itu apa yang harus dilampirkan, karena kalau itu ur'ltuk pembangkitan tentu itu harus ada feasibility study, apakah itu berupa desk study dulu, nah baru nanti setelah berdasarkan survey. Jadi perlu ada dulu feasibility study-r'lya lalu aspek-aspek saja itu. Kami ingin mendapat gambaran dulu, supaya kar'ni punya bayangan bahwa apakah dalal'n persyaratan-persyaratan itu ada persyaratan minimal disusun oleh Sadan X atau yang disyaratkan oleh Sadan X itu yang tertnasuk persyaratan teknis dan persyaratar'l administratif.

Di ayat (1) termuat hanya semacam persyaratan teknis saja, jadi nama, alamat, dan jenis usaha, kewajiban, penyelenggaraan usaha, serta syarat-syarat teknis sanksi. Tapi karni ingin tahu, apa yang mendukung aplikasiny~ itu untuk mendapatkan ijin prinsip ini. ltu saja dulu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Silakan Pak Zul.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Saya kira secara umum ini sudah mencerminkan, Cuma ada hal-hal yang belum diatur itu seperti ;uga yang disinggung oleh Pak Dirut PLN dan pada awalnya juga saya tanyakan tentang "kesempatan pertama" itu. Dan dari pelajaran kita pada kasus KPC itu, di sini itu penting karena di sana akan dibeli oleh Pemerintah atau BUMD dan macam-macam.

Ncih, ir'li yang saya kira perlu ditambahkan nanti pada pasal berikutnya kemudian ditambati lagi yang juga belum tertuangkan sampai Pasal 12 ini saya kira, dari

8

ke

12

ini. Nanti kita akan perdalam ini satu persatu, tapi secara umum yang ada dalatn penjelasan ini bahwa setelah beroperasi pemegang ijin usalia itu tidak bbleh dicabut ijinnya selama dia melaksanakan tugasnya.

Kemudiar'1 apabila terjadi, pokoknya kita mengantisipasi apabila terjadi sengketa tente1ng soal ijin ini. Nanti yang penting setelah Pasat

12

ini yang perlu kita pikirkan. Dan mengenai Pasal 8 dan 9 ini saya pikir karena umum sudah sejalan dengan apa yang kita diskusikan tadi malam.

KETUA RAPA T :

Ok. Sementara kalau tidak ada silakan lbu Evita.

.,

(6)

ANGGOTA F.PG (Hj. EVITA ASMALDA): Terima kasih Ketua.

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bapak-lbu yang saya hormati.

_,.;

Mungkln ini ada pertanyaan juga dari yang disampaikan oleh Petnerintah, Pasal 8 ayat (1) saya pikir kami prinsip setuju hal ini kemudian juga ayat (2)-nya demikian, ayat (3) mungkin kita bisa lihat struktur bahasa tentang penulisannya apakah dia sebagai subyek di depan atau itu nanti penjelasan dult..1 tatacara syarat-syarat dan seterusnya baru nanti diatur oleh Sadan

X,

tetapi pada prinsipnya substarisi dapat kami terirna.

Nah, hanya berkait dengan ayat (4) ini pada DIM

soc,

itu kalau kita kaitkan dengan yang di bawahnya ini memang ada kekhususan sehingga r'lanti perlu sinkror"lisasi soal penempatan. Kekhususan mengenai usaha pembangkit, sedangkan untuk ijin usaha-usaha lainnya yang b sampai dengan daerah-daerah itu polanya kalau kita lihat diagram kemarin malam itu yang mana ada alternatif 1, 2, dan 3 berkembang diskusi kita, bahwa kelihatannya kalau khusus untuk pembangkit itu adalah yang pola

3

sedangkan yang lain kita sepakat bahwa bagaimana kita strukturkan dalam pasal-pasal ini yang berkaitan dengan alternatif 2.

Nah, berkait dengan itu kami melihat bahwa dalam DIM 83, ayat (e). Di sini kan "apabila dalam batas waktu" itu sebetulnya yang dimaksud adalah terker'lanya itu adalah, ini ada kaitannya dengan kekhususan tadi.

Nah, tentunya ayat (6) ini kelihatannya tidak berlaku sebetulnya untuk yang berkaita dengan

o

dan

g.

Apakah betul demikian

?

Atau kaiau betul mernang den"likian maka perlu satu ayat lagi yang menampung maksudnya, walaupun untuk b

dan

g

itu persyaratan ijin dan segala macam itu sudah dipenuhi namur'l dalam pelaksanaannya nanti ada aturan di luar ijin-ijin tersebut yang memang dikeluarkan oleh Sadan

X

tersebut dia juga memang melalaikan, rnaka itu ada batasan waktu yang menyebabkan dia dinyatakan tidak bi$a lanjut.

Tapi pertanyaannya adalah apakah itu bisa gabung dalam ayat (6) ini. Kalau ini saya melihat sebenarnya ini tidak pas, karena kalau kita lihat yang kajian kemarin ini ayat (6) ini berkait dengan DIM 80c yang ayat (4), tapi l<.alau Pemerintah menganggap bahwa rnemang dia termasuk keseluruhan. Jadi maksudnya ayat (6) ini adalah menaungi ayat (2) dan kemudian juga ayat (5) itu sendiri. Lain kalau yang dimaksudkan demikian.

Nah, kita perlu kesepakatan lagi apakah memang demikian. Jadi pada batas waktu yar'lg telah ditetapkan kemudian dia memang dia tidak dapat merealisasikan. n'laka ini dinyatakan tidak berlaku lagi. lni kami mohon penjelasan atau kalau memang rumusan ini sudah merangkum itu semua ya kita pertimbangkan.

Terima kasih. KETUA ~APAT : Terima kasih lbu Evita.

Kalau boleh saya membuat kesepahaman, bahwa pada prinsipnya 1,

2

tidak ada masalah, lalu masuk 3 mungkin perlu bahasanya dihaluskan atau disempurnakan. Tadi banyak pertanyaan dengan

Soc

juga dikaitkan dengan

b

dan DIM 83. Kami persilakan apakah Pak Anthony mau ngomong dulu karena bar\yak pertanyaan.

(7)

Tadl 'yang

soc

lnl adalah khusus untuk ljln usaha pembangklt, bagaimana untuk ijin usaha distribusi dan ijin usaha penjualan karena ijin-ijin usaha distribusi dan penjualan juga memerlukan investasi,:,Kaleu mengenai d kalau saya tidak salah sudah ada dalam pasal-pasal sebelumnya itu adalah BUMN dan yang c dan d itu bagaimana.

Kalau yang d, e, f, g lain lagi persyaratannya, dan juga mengenai pengelola sub tenaga listrik ini rnasih kita definisikan lagi, rnasih kita rumuskan lagi karena persoalan penguasaan itu. Jadi saya kira juga harus kita kaitkan. Oleh k~rena itu ada baiknya kita lihat satu per satu ada di mana yang b bagaimana. Ap~kah nanti

ada

yang digabung di dalam formulasinya silakan. Supaya hal ini kita lihat agak cermat masing-masing satu, karena bentuk dari kegiatan niaganya berbeda.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Sebelum kepada Menteri supaya kita ngutak-ngutik, kita sepakati dulu 1 dan

S

? .

2. etuju .

(RAPAT SETUJU)

Sekarang silakan dalam rangka menterjemahkan ijin akibat dari Pasal

6

ayat (1) dan perincian dari ayat (2) dengan segala ma cam tadi.

Kami persilakan untuk dijawab. PEMERINTAH :

Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati.

Dari beberapa pertanyaan tadi yang pertama adalah masalah syarat ijin prinsip seperti yang dikatakan oleh Pak Prbfesor, bahwa dikeluarkanriya ijin prinsip itu khusus untuk usaha pembangkitan seperti kita diskusikan kemarin adalah dalam rangka memberikan kepastian hukum untuk investasi dari badan usaha yang ingin invest di bidang pembangkit dan yang harus mereka penuhi pertama adalah selain persyaratan adrninistrasi juga syarat teknis.

Syarat teknis ini tentunya berupa suatu feasibility study yang berisi selain speck daripada spesifikasi dari pembangkit yang akan dibangun, iokasinya, bahan bakarnya

apa,

kapasitasnya berapa, dan sebagainya juga hasil studi dia rnengenai kondisi katakanlah supply c'.:lan demandnya, dia Harus masuk dalam studi itu, termasuk studi mengenai analisis dampak lingkungan.

lni rnerupakan suatu feasibility study yang kornplit yang l'larus mereka lakukan sebelum Sadan X menetapkan bahwa usulannya itu adalah layak untuk dipertimbangkan dikeluarkannya ijin prinsip.

Kernudian mengenai kapan ijin dapat dicabut. Jadi yang pertama itu kalau ijin itu sudah dikeluarkan tapi belum ada realisasi rnaka pada DIM 83 itulah ada batasannya ijin itu tidak bisa seumur hidup untuk menunggu direalisasikan oleh pemegang ijin, tetapi harus ada batas waktu apakah satu tahun untuk financial housir1g atau pun berapa nanti yang ditetapkan oleh Sadan X. Kalau dia dalam batas waktu itu tidak dapat tlierealisasikan kegiatannya maka ijin itu dapat dibatalkan.

Bagi ijin-ijin yang sudah beroperasi katakanlah pernbangkit yang sudah beroperasi maka ijin !tu tentunya untuk mencapai dicabut ijin itu prosesnya akan panjang tergantung p3d::t pPl~rnag.~:ua11 yan!) m~reka lakukan. Apakah mereka katakartlah melanggar kode etik atau aturan pasar aan seoagarnya, nu nanti ditetapkar'1 di pasal-pasal tersendiri nantinya di dalam penetapal"I hukuman.

(8)

Kemudian mengenal Bu Evita, saya klra kaml merumuskan ayat (e) ini juga mencakup untuk ayat (4) dar'l (5). Kemudian juga ijin-ijin lain seperti yang ditanyakan

oleh Prof. Tunggul. ,

Jadl dalam pemahaman kami kalau yang namanya ijin transniisi, ijin disfribusi,

p~ngelola sistem, pengelola pasar itu praktis diberikE1n kepada satu badan usaha. Jadi katakanlah transmisi, sekali kita memberikan katakanlah

PLN

ijin transmisi

maka

praktis ijin itulah hanya satu-satunya yang dikeluarkan oleh Sadan X untuk usaha transmisi di satu wilayah, karena itu monopoli.

Begitu juga distribusi, untuk suatu wilayah tertentu maka hanya satu pelaku usaha yang diberi ijin dan yang lain-lainnya. Jadi yang pemainnya yang akan banyak nanti adalah hanya pada sisi pembangkit dan sisi agen penjualan. Kegiatan usaha itu yang banyak pelakunya, sedangkan yang dilainnya hanya satu mungkin sementara itu penjelasan kami.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

lerima kasih pemerintah.

Kita sudah sepakat tadi satu dua prinsipnya sudah tidak ada masalah. Ketiga tadi masih ada mungkin ada pembenaran bahasanya nanti dan keempat tadi sudah ada penjelasan, untuk pertanyaan-pertanyaan dari pak Tunggul dan untuk yang · keenam selain ada juga pertanyaan dari ibu Evita, mungkin dibutuhkan kalau penjelasan seperti ini apa sudah cocok dengan penjelasan seperti ini apa sudah cocok dengan penjelasan itu kalimat seperti ini.

Oleh sebab itu kalau memang masih ingin di diskusikan, tapi kalau tidak saya ingin bertanya dulu yang point DIM 80 b ayat 3, penyempurnaannya apakah cukup seperti ini badan X rnengatur tata cara dan syarat-syarat IUPL sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.

Lalu penjelasannya syarat-syarat IUPL mer'lcakup persyaratan administratif dan persyaratan tekhnis sesuai jenis usaha serta kelengkapan ijin lainnya sesuai dengan i::>erundan9-undangan yang berlaku.

Silakah Pak Zul.

ANGGOTA F.~EFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Meskipun sudah kita setujui saya ingin kalrifikasi dulu yang pasal

80

a

itu, itu keserflpatari per'tatna untuk transmisi itu bagi BUMN itu

apa

termasuk di daerah kompetisi. Jadi untuk daerah yang kompetisi sekalipun kalau BUMN tidak bisa, itu swasta bisa masuk. Kalau di daerah non kompetisi sudah jelaskan. sehingga memang sebenarnya pengertian ejensi ini pengertian ijin itukan hanya terutama pada ur'ltuk pembangkit.

Yang kedua untuk usaha penjualan sedangkan yang lain itukan sebenarnya kan prosedurnya itu bukan ijin kan sebenarnya, ini mungkin terikut dalam pembagian jenis-jenis kegiatan itukan. Seperti juga badan pengelola pasar itukan sudah dengan sendirinya, karena disitu tidak ada alternatif lain kan. Sebenarnya kan bukan sebuah ijin yang diperlukan disitu.

Kemudian dalam kandungan ijin itu, ini kan karena kita harus melihat kedepan. Kita inikan seperti redaktur majalah menulis sesuatu yang akan dibacakan orang 3 hari yang akan datang, sementara 3 hari yang akan datang itu kan isyu sudah herub::ih.

(9)

Maksud saya termasuk yang banyak bermunculan sekarang ltukan apablla terjadi sengketa kepentingan, ini saya mau klarifikasi dengan Biro Hukum termasuk darl

Cepartemen

l<ehaklman. ltu akan y..ang 1kan menjadl

eorotan

naritl ltu soal dlmana sengketa hukumnya, ltu masuk dalam ljln tldak ltu atau dalam ljln investasl atau apa. Sebab kalau bisa itu kalau bisa tidak semua ujug-ujug mesti peradilan International.

Sebab di beberapa negara kan juga ada juga investor itu yang mengajak investor itu untuk tunduk pada hukum setempat, dengan catatan Undang-undangnya itu mernang mengatur, haknya kita atur.

Nah ini dimungkinkan tidak dalam ijin itu disebutkan tidak itu nanti apabila terjadi sengketa akan tunduk kepada peradilan rnana. Kalau toh disebut tentu akan disebut peradilan International, karena investor asing tapi bisa tidak ada opsi pada kondisi tertentu juga bisa diselesaikan di peradilar'l di Indonesia ini bagaimana pak.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Mungkin belum banyak lagi silakan lbu Evita. ANGGOTA F.PG (Hj. EVITA ASMALDA): Terima kasih Ketua.

Tadi kami dapat memahami apa yang disampaikan penjelasan oleh pemerintah. Namun ada yang masih mengganjal, kalau l<ita lihat DIM

80

d, disini disebutkan bahwa, ijin usaha itu jadi IUPL nya itu baru dikeluarkan setelah memenuhi semua. ltu persyaratan tekhnis, administrasi, kelengkapan ijinnya yang semua itu diatur oleh badan X.

Jadi dengan syarat-syarat itu semua dengan lengkap maka IUPL ini dikeluarkan, berarti jelas ini sudah ada untuk melakukan kegiatan. Sedangkn ayat yang diatasnya 4, itu memang ada kekhususan masalah kaitan dengan pertibangkit . ini. Oleh karena itu dia bisa diberikan ijin prinsip dulu, kemudian nanti dilihat ada

ter'lggang waktunya itu, nah kakau tidak berlakukah ayat 6 ini.

Tadi penjelasan dari pemerintah bahwa ayat 6 ini menaungi juga keseluruhan , pertanyaan saya bagaimana dengan ayat 5 ini. Sedangkan disini tidal< mungkin dia akan dikeluarkan di IUPL oleh si badan X. Kalau satu saja mungkin ada syaratnya memang masih menggantung dia tidak akan melakukan kegiatan apa-apa. Serbeda tadi dengan yang ayat 4, walaupun misalnya ijin atau apa segala macamnya r'J'lemang belum lengkap tetapi dia sudah mulai bisa. ltu ada yang membedakan seperti gambar kita kemarin alternatif 2 dan 3 itu.

Jadi saya melihat ini ya memang tidak ada lagi hak untuk dianulir istilahnya IUPL nya itu tidak ada, karena persyaratan-persyaratan itu memang disini lebih yang tadi malam kita debatkan ketat maksudnya disini. Dalam artian bahwa tidak akan dikeluarkan IUPLnya ini untuk ayat 5.

Untuk ayat 4 memang ada kelonggaran disitu masih dirnungkinkan, tapi ada batas waktu. Kalau terlihat dia istilahnya mau didagangkan lagi itukan sudah terbaca itu tidak bisa akan dicabut, istilahnya dinyatakan sudah tidak boleh lagi ijin itu juga. lni pemahaman saya dan itu bagaimana, jadi kalau itu dianalogkan kesana saya pikir ini harus betul-betul tidak cukup jelas, harus dijelaskan betul supaya ad·a perbedaan itu.

Sekian terima kasih.

(10)

KETUA RAPAT :

lni kaitannya dengan ayat 4. _,,,

Terlma kaslh jadi bapak/ibu sekalian pada prinsipnya ini sebenarnya substansinya sudah agak sedikit mengarah hanya mengatur kalimatnya supaya tidak nanti penafsiran orang-orang mungkin tidak terlalu jelas.

Tapi apakah masih ada yang ingin, Pak Tunggul silakan. ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT):

Saya tadi masih belum bisa memahami betul apa yang dir1tarakan saudara Purwono, yaitu ini baru yang ayat 4 itu baru mengenai ijin usaha pembangkit tenaga listrik. Lalu bagaimana mengenai ijin usaha penjualan tenaga listrik dan ijin usaha agen penjualan tenaga listrik. ltukan perlu juga saya kira l<ita tuliskan disini, kemudian DIM 80 c dan 80 d.

80

c berkaitan dengan ijin prinsip dan 80 d adalah ijin usaha. Menanggapi 80 c ijin prinsip disini disebutkan yang telah memenuhi persyaratan adminstratif dan

persyar~tan tekhnis. Menurut saya didalam penjelasan perlu disebutki:tn apa itu

syarat adminsitratif. Syarat adminisitratif mencakup antara lain, syarat tekhnis mencakup antara lain supaya jelas karena baru saja ada bersaing mendapat ijin prinsip siapa yang paling cepat nanti pergi lender.

Oleh karena itu kalau tidak jelas disini maka, bisa saja permainan dari pada yang memberi ijin itu nanti. Siapa yang diberikan itu cepat-cepat pergi ke lender supaya dapat ijin prinsip dan untuk bisa melanjutkan sebelumnya. Saya mengusulkar'I saya condong supaya dalam penjelasan dijelaskan yang mana itu syarat administratif, tadi sudah diutarakan, tapi saya kira lebih baik kita cantumkan disini demikian juga secara tekhnis supaya masing-masing melakukan aplikasi itu sudah melampirkan itu untuk dinilai oleh -badan X. Sadan X masih bisa lagi nanti memantl'lbah persyaratan-persyaratan tergantung dari pada diri.amil<a persaingan diwaktu pada saat-saat itu.

Lalu mengenai 80 d, ijin usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, dapat dikeluarkan selama menurut pers~raratan tekhnis ser'ta kelengkapan ijin lainnya.

ljin lainnya ini yang ditetapkan oleh badan X sebetulnya, tentu ada nanti suatu dinamika, tetapi kalau ada yang sudah pasti kita tahu sekarang a.pakah IMB nya atau ijin apa saya kira ada baiknya kita sebutkan juga disini.

Sampai disini dulu terima kasih. KETUA RAPAT :

Oke sekarang begini saja dulu supaya kita urutan, ayat 1 sudah kita setujui. Sudah diketok, ayat 2 sudah kita ketok. Ayat 3 kalimatnya sep1:Hti ini atau memang ada sedikit tadi ada semacam usulan ap~ cukup seperti ini. Cukup, badan X tl'lengatur tata cara dan sya~at-syarat IUPL sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.

Syarat-syarat yang mencakup persyaratan administrasi, persyarata'"l tekhnis sesuai jenis usahanya serta lengkap ijin lainnya sesuai dengan Perundangan yang t)erlaku. Setuju

?

(RAPAT SETUJU)

~ekarang ayat 4 80 c ini, karena tadi kalau ini khusus masalah pembangkit artinya ada yang lain. Apakah yang 1a1n d1benKan pengert1an Knu~us, mu11y"'ir1 uC:11 i

(11)

PEMERINTAH:

Kimi 1aul

••b•tulnya butlr

eo d ltJJ.

dldahulukari, karena ltu slfatnya umum

ayat 4, Jedi ljln usaha pe,.,yed111n tenaga llstrlk sebaga1mana dlmakud dalam ay1t 2, baru dapat dikeluarkan belum lama ini karena sifatnya umum dia di atas dari yang khusus. Baru setelah itu berikutnya 80

c

nya.

KETUA RAPAT: Yang pertama. PEMERINTAH :

Yang pertama 80 d menjadi ayat 4. KETUA RAPAT:

Jadi kalau kita putuskan dulu 80 d nanti ada masalah kekhususan. ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Pak Ketua, inikan ada catatan penjelasan, untuk pembangkit alternatif 3 untuk lainnya alternatif

2

Pas ayat

5

ini, ini untuk penjualan ini syarat-syaratnya. Kalau yang ayat 4, itu untuk pembangkit ayat 4 dan ayat 6 itu untuk pembangkit alternatif

3.

Kalau yar'lg ayat 5 ini, itukan alternatif 2 itu untuk penjualan.

Sekarang yang mana kita bicarakan dulu, apakah iJin untuk pembangkit atau ijin penjualan. Kalau kita bicarakan ijin untuk penjualan oke ayat 5 ini yang kita naikkan, kemudian kalau nanti kita bicara ijin untuk pembangkit kita rnembicarakan ayat 4 dari ayat 6.

KETUA RAPAT: Silakan Pak Simon.

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN):

Pak Ketua antara 4 dan 5 ini, jadi sekarang perusahaan itu mendapat ijin prinsip. Tetapi sesudah ijin prinsipnya dia harus meminta ijin usaha per\yediaan tenaga listrik.

Oleh karena itu apakah di penjelasan atau dimana harus ada suatu katakanlah suatu penjelasan dan apakah perlu ada batasan waktu sesudah ijin prinsip. Maka untuk dia memproses ijin usaha itu harus berapa larna. Apakah itu nanti masuk di mengenai tata cara itu ~pakah nanti masuk disitu perusahaan itu. Ataukah harus bisa masuk di penjelasan 80 c itu, bahwa sesudah ijin prinsip mal<a dalam batas waktu tertentu perusahaan ini tlarus mengajukan ijin usaha yang menyangkut ijin pembangkitan itu. Apakah ini masuk dimana di point 80

c

itu, kan dia dapat ijin prinsip. Tetapi pada akhirnya dia harus rnendapat ijm usaha. Jadi ini bagaimana posisinya.

Demikian pak Ketua terima kasih. KETUA RAPA T :

Terima kasih Pak Simon.

Si?laf"liutnya 8u RukJ"llini k8mi persilakan.

(12)

ANGGOTA F.TNl-POLRI (RUKMINI, S.lp): Terima kasih Pimpinan. ,,,

Saya setuju dengan pendapat pemerintah, bahwa yang umurn yaitu DIM no. 80 d ini didulukan, kemudian baru 80 c dan kemudian dbawahnya ayat 6 halaman berikuntnya. Kemudian saya setuju dengan pak Simon seperti kemarin dijelaskan Oleh pemerintah, setelah mendapatkan ijin prinsip itu harus memenuhi persyaaratan lain juga untuk mehdapatkan IUPL yang sebenarnya itu juga perlu ada kejelasan disini munkin ditambahkan di 80 c ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT: T erima kasih. Pak Royani.

ANGGOTA F.PDIP (ROYANI HAMINULLAH) :

Seperti yang dimaksud ibu Rukmini tadi dan pemerintah, sebab kita sudah sepakat diayat 2 pasal 8, ijin usaha penyediaan tenaga listrik. Secara umum penyediaan itu jadi 80 d itu harus keatas karena secara umum. Khusus mengenai yang dari ayat 2 untuk pembangkitan, itu adalah ayat 4. Mungkin jadi pertanyaan yang penyediaan tenaga listrik b,c,d itu bagaimana redaksinya ijinnya kira-kira mungkin itu yang kurang jelas.

KETUA RAPA T :

Kalau kita boleh disini karena inikan nanti ada kekhususan, ternyata kekhususan itu, tidak hanya pada ijin usaha pembangkit tenaga l1strik menurut pak Tunggul karena distribusi tenaga listrik juga ada kekhususan. Dan tadi pak Zul mengatakan ya juga, pengelola pasar itukan juga dan tamsmisi juga ada kekhususan.

Kalau kita boleh sepakat dulu supaya ada kesepahaman dan kita putuskan 80 d, ayat 5 menjadi ayat 4, supaya nanti khususnya dibawah setuju.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

lnikan kita membicarakan ijin apa, kalau ijin pembangkit ijin pembangkit. Karena prosedur pemberi ijinkan beda-beda jenis usahanya. Apa ngak perjenis usahanya kita clearkan satu-satu. ljin untuk pembangkit prosedurnya begini, ijin penjualan begini itu akan lebih cnak. Jadi tidak ada istilah umum dan khusus.

KETUA RAPAT:

Jadi ada dua pilihan, kalau pilihannya sebenarnya sama saja ini pak. Kalau pilihannya satu persatu artinya kita bredel satu persatu a,b,c,d sampai dengan itu. Artinya dari 80 ayat 3, lalu ke ayat 4 nya mulai satu persatu. Tapi ada pilihan sebenarnya juga baryu mungkin, bisa saja sama apakah ini secara legal drafter baik atau tidak tolong dijawab nantinya. Kalau ini 80 d ayat 5 ini naik ke atas baru dibawahnya ada kekhususan, ta pi khususnya tidak khusus pembangkit

masing-masin~l lagi begitukan.

Silakan dijawab dulu. karena inikan tadi pertanyaannya juga tidak hanya kepada kita pertanyaan kepada legal drafter dulu boleh tidak seperti itu begitukan oak dan st3u ka!3u tid2k sep""rti i~u tidal< bole~ be.rarti h~rus dihagi satu persatu.

(13)

ANG<30TA F.PDIP (ROYANI HAMINULLAH):

Pak ketua mungkin says koreksi ~e,dlkit 80 c ltu, saya sarankan khususnyB tldak usah. Hanya untuk usaha pembangkit tenaga listrik diteroitkan ini. Bisa saja tetapi untuk yang satu ini untuk pembangkit dulu.

Lalu untuk b, c, d itu apakah menjadi satu ataukah sendiri-sendiri terserah saja itu.

KETUA RAPAT:

Kalau bisa ini dijawab dulu legal drafter supaya kita nanti enak diskusinya. Apakah seperti ini legal darfter yang bisa ngurus ijin-ijin ini.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) :

Kalau saya usulkan satu persatu supaya jelas, saya kira satu persatu supaya jelas karena transrnisi khusus dia tersendiri lagi. Demikian juga pengelola pasar, kita kaitkan nanti dengan pasal-pasal sebelumnya, sesuai dengan pasal sekian. Demikian juga dengan pengelola pasar, demikian juga ijin usaha petlgelola sistem tenaga listrik. Saya kira satu persatu supaya jelas, jangan ada nanti multi interpertasi didalam pelaksanaanr'lya dimasyarakat.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Pak Simon.

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN):

Jadi kalau memag kita mau mestinya ada legal drafte; ini, jadi maksudnya supaya kita review seluruh pasal 80 ini. Misalnya yang menyangkut iJin ini, misalnya ijin yang satu oleh sesuai dari badan X. Kemudian masuklah butir 80 d itu pada posisi berikutnya, kernudian setelah itu tatacara itu masuk pada posisi berikutnya, lalu masuk kepada yang ijin-ijin itu. ljin atas usaha ini-ini sesudah itu kekhususan itu masuk.

Jadi rnaksud saya urutannya 80 d itu kalau memang masih bersifat general, maka itu dibawa yang

80

yang satu masuk disitu. Kemudian apakah ini dulu ataukah tatacaranya dulu, jadi inilah yang kita ingin supaya legal drafter bisa mernberikan. Jadi sistematikanya yang harus bisa kita lihat dari situ, yang bersifat general. kemudian kita rnasuk kepada yang bersifat khusus.

KETUA RAPA T :

Atau begini saja karena kita juga mungkin kalau terlalu terburu-buru ini juga nanti masuk Tim Sinkronisasi, tetapi kita ingin sepakat dulu disini apakah urgensinya satu persatu kita akan buatkan.

Untuk usaha penyediaan tenaga listrik, untuk usaha ini apakah seperti itu lalu nanti akan kita atur. Tetapi yang pasti urutannya tadi pasal 8 ini ayat 1 pasti, ayat 2 pasti, lalu ayat 3 nya bisa saja yang 80 d menjadi ayat 3 yang 80 b. ayat 4 kan begitukan urutannya. Sebab kita belurn tahu, karena tapi yang pasti 80 b kita sudah setuju. 80 d kita kan juga setuju, hanya tinggal taruh-taruhnya saja. Setuju ya. Oke sPtuju

(RAPAT SETUJU)

(14)

Sel<arang masalahnya jadi ditulis saja 80 b Tim Sinkronisas!, 80 d juga di Tim Sinkronisasi, sekarang masalahnya tentang satu persatunya permasalahannya kan. Nah satu persatunya nanti, jadi 80 b Tirri:,Sinkronisasi, 80 d ju9a Tim Sinkronisasi bicara sekarang masalah satu persatu. Lalu khusw; sekarang ada kata bukan khusus, jadi kita satu persatu.

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN):

Pak Ketua saya kira dengan menyebut semua secara eksplisit diatas. sebenarnya sudah. Kemudian badan X rnengatur tata cara, dengan mengatur tatacara itu sebenarnya didalamnya itu sudah tatacara itu sudah mencakup masing-masing itu satu-satu itu. Jadi tidak perlu lagi di rinci kebawah lagi. Tetapi khusus mengenai pembangkit ini karena menyangkut ijin prinsip, maka memang harus disebut secara khusus disini karena dia sesudah memegang prinsip yang persoalan kita adalah berikutnya soal batas waktu ijin prinsip ini berlaku sampai berapa lama sebelum ijin yang lain.

Terima kasih. KETUA RAPA T :

Kalau urutannya seperti ini pak, tolong urutannya karena ini substansinya sudah disetujui. Pasal 8 ayat 1 oke diatas, pasal 8 ayat 2 80 a, pasal 8 ayat 3 itu adalah 80 d. Pasal 8 ayat 4 itu 80 b, karena badan X yang mengatur semuanya itu.

Lalu pasal yang c nya untuk usaha pembangkitan tenaga listrik khusus. Permasalahannya sekarang apakah pada saat kita mengatur tadi yang disebut yang ·lain itu ada penjelasannya itu saja permasalahannya.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRJ\IT}:

Belurn jelas, apakah tidak berbeda ijln usaha penjualan tenaga listrik daripada ijin usaha pembangkit tenaga listrik.

KETUA RAPAT: ljin apa Pak ?

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT} : . Distribusi tenaga listrik

KETUA RAPAT:

Oke sementara kita sepakat dahulu, ayat (1), (2), ayat (3) nya menjadi yang 80 d, ayat (4) nya menjadi 80 b.

(RAPAT SETUJU) Terima kasih.

Sekarang silakan pemerintah tentang yang untuk-untuk ini karena pertanyaa~ Pak Tunggul itukan tidak hanya pembangkit, apa cukup untul< usaha per:ibangk1t tenaga listrik diperlukan ijin prinsip ok, untuk usaha ini apalagikan ? ~ol~ng d1Jelaskan tapi ada pemerintah ingin menyampaikan sesuatu karena ada yang rng1n keluar kota silakan Pak.

(15)

PEMERINTAH :

t<1ml ltu

mlrtQllJ

depan

h1ru1

ke 1'1111 fl'ak karena

memlrt11'ln del•;atl uMtL1k

pertemu1u,, A1ean1 l<aml monon ijin jadi w111<ll ketua panja 1<alau dlljin1<an wak11 rj&r1 pemerlntati Pak Yogo yang akan menerusJ(an dlskusl, kalau memang dlijinkan 1tu berati mungkin sekarang mulai memimpin kami mendampingi beliau kalau diijinkan.

KETUA RAPAT : Kapan?

PEMERINTAH :

Hari Selasa, Senin sore kami berangkat mungkin sampai Sabtu. Kalau tidak diijinkan biar llominya yang batal.

KETUA RAPAT :

Diijinkan, yang penting ada Pak Edi dan Pak Bambang, silakan supaya ini permintaannya Pak Tunggul kalau pembangkit seperti ini kalau usaha distribusi bagaimana, nah itu yang paling penting.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT):

Bahwa proporsi untuk investasi pembangkit kira-kira 50 %, untuk distribusi juga bisa 80 % tergantung pada luasnya. Jadi dari pada investasi sarna sedangkan untul< transmisi antara 10 sampai 20 persen itu maksimum ya 20. Jadi supaya jelas bagaimana kalau distribusi walaupun makanya kita kaitkan dengan faktcr-faktor sebelumnya.

Terima kasih.

ANGGOT A F .PDIP (ROY ANI HAMINULLAH) : Pak Ketua.

KETUA RAPAT Silakan Pak.

ANGGOTA F.PDIP (ROYANI HAMINULLAH):

Pertanyaan Pak Tunggul, selain pertanyaan Pak Tunggul perlu dijawab dulu apakah kita sudah sepakat apa yang dikatakan Pak Simon tadi. Kalau itu sudah sepakat untuk menjawab pertanyaan Pak Tunggul dipertanyakM1 lagi, apakah perlu dimasuk di dalam undang-undang yang detail yang sedetail itu.

KETUA RAPA T : Terima kasih.

Jadi seperti ini supaya kita melihat yang sudah kita putuskci:-i, bahwa yang sudah kita putuskan bahwa yang 81 kita sudah lihat kegiatan usal1a, coba dari atas kegiatan usaha lalu yang ayat (2) nya ijin usaha, ayat (3)-nya adalah tentang ijin usaha penyelenggara tenaga listrik sebagaimana dimaksud- ayat (2) dapat dikeluarkan setelah memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Badan X lalau Sadan X mengatur tata cara syarat IUPL ini dua kali nggak ini ?

Lalu disini disebutkan syarat-syarat IUPL menyangkut administras1 dan lain sebagainya, nah yang punya kekhususan hanya satu yaitu di ayat berikutnya yaitu

(16)

hanya untuk usaha pembangklt tenaga llstrlk sebelum dlterbltkan IUF*l. dldahulukan ijin prinsip. lni saja, yang lainnya ditentukan oleh Sadan X, silakan Pak.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. INCf K. TUNGGUL SIRAIT):

ltu yang saya pertanyakan karena ijin prinsip itukan maksudnya untuk mencari modalkan sartla juga untuk distribusi sama juga ijin prinsip untuk itu oleh !<arena itu ia juga bobot permodalan sama oleh karena itu kita sebut disini bahwa yang ditentukan Sadan X itu adalah hal-hal yang tidak bisa dicabut dan dinamika daripada perkembangan pasar itu nanti, tapi yang sudah jelas ada disini ya sama distribusi dan pembangkitan sama bobot investasinya.

Terima kasih. KETUA RAPA T :

Jadi karena dua hal jenis usaha ini juga memerlukan investas1 yang cukup besar dan juga memerlukan persiapan yang sama seperti di pembangkit Pak runggul merasa ini juga memerlukan sesuatu kekhususan atau ada tidak seperti usaha yang lain, kami persilakan pemerintah dulu.

PEMERINTAH :

Terima kasih Bapnk Pimpinan.

Jadi memang ada benarnya pendapat dari Bapak-bapak, lbu-ibu apakah perlu . kekhususan itu dimasukan kedalam undang-undang atau tidak sebab kalau urusan dimasukan l<e dalam undang-undang atau tidak inungkin terlalu detail. Kami berper'ldapat bahwa ini memang karena ( .... ?) tidak perlu dimasukkan dalam undang-undang maka DIM 80 C ini karni usulkan untuk ditiadakan nanti akan diatur oleh Sadan X jadi kalau tiap-tiap pembangkit ini khusus transmisi, transmisi nanti Badan X yang mengatur jadi tidak perlu dimasukan ke dalam undang-undang. Jadi usul kami DIM no. 80 C ini ditiadakan. ·

Terima kasih.

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN): Pak Ketua, boleh respon.

KETUA RAPAT:

lni mungkin keliru yang ditanya mungkin dari pemerintah nambah dahulu atau ada yang ingin ditambah ?

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN) :

Saya mau merespon langsung, soal kekhususan yang dibicarakan mengenai pembangkit ini karena ijin prinsif itu, kalau tidak ada ijin prinsip sebenarnya semuanya sama Badan Pengaturlah yang mengatur seluruhnya, tetapi karena ada klausul yang menyangkut ijin prinsip itu!Jh yang kekhususannya.

ANGGOTA F.PDIP (ROYANI HAMINULLAH):

Pak

Ketua.

Saya ingin menambahkan karena ini ada ijin pnns1p har.us ada di dalam undang-undang ini tapi kalau yang seperti diusulkan oleh Pak Simon tadi, boleh dimasukan di ayat (3) mungkin apa yang dikemukan Pak Tunggul juga perlu dibahas d:sini.

(17)

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT):

9111 tambah Pak. juetru kalau IJ)i dlmasukan ke dalaMl undang-undang Investor akan dateng, lender akan percaya, kolau ltu dalam Badan X lender tldak akan percaya sebab kalau sudah masuk ke undang-undang kepastian hukum akan yang menarik investor adalah soal keamanan, lalu kemudian l<epastian hukum. ketiga TDL, keempat ekseption, fasilities apa pajak atau

ROR

ditentukan ini salah satu kepastian hukum kitakan akan menarik investor untuk distribusi atau pembangkitan.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT Pak Zul silakan.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

lya jadi saya mengikuti alur diskusi kita yang tertulis C:isini lho, untuk pembangkit alternatif tiga. Jadikan ada ijin prinsip, kemudian ada syarat-syarat kemudian kalau syarat-syarat itu ternyata tidak dipenuhi ijin itu akan batal, kan begitu nah itu kalau disini tertulis dalam ayat (4) dan (6) nah ini yang mustinya digabungkan. Kemudian untuk penjualan yang kita diskusi tadi malam, alurnya itu alternatif 2 yaitu tertulis disini ayat (5) nah kalau sekarang ada perkembangan Pak Tunggul minta distribusi juga perlu mengikuti alternatif 3 ya sudah tinggal kita tulis saja pembangkit dan distribusi proses perijinannya dimulai diijin prinsip melengkapi syarat-syarat apabila sekian lama syarat-syarat tidak terpenuhi ijin cilbatalkan.

Nah, ayat (5) ini kita kembangkan penjualan dan ini ini ya mengikuti kalimat ini, sebenarnya dua ayat saja begitu lho.

KETUA RAPAT :

Jadi Pak, pada prinsipnya karena ini ada ijin prinsip dibutuhkan satu ayat F'ak, tapi ada penambahan baru ternyata di pembangkit juga sama persentasenya dalam jumlah investasi didistribusi juga untuk menarik investor supaya ada kepastian hukum juga harus diberik3n kesempatan. Oleh sebab itu kembali lagi ke pemerintah.

Silakan mungkin ada PLN mau nambah silakanlah. PEMERINT AH (PLN) :

Begini Pak.

Mengenai investasi di bidang didtribusi ini ada bedanya dengan investasi dibidang pembangkitan, seperti yang kalau mengenai istilah Pak Menke investasi pen'lbangkitai1 itu lampi besar dan dilakukan dalam suasana kompetitif artinya kapan investasi itu dilakukan dan kapan mulai menghasilkan itu sangat menentukan posisi kompetisi dari pembangkit tersebut kalau didistribusi investasinya tidak lapi itu gradual satu penyulang tunggu pelanggan baru tambah lagi tunggu pelanggan baru tambah travo tunggu lagi begitu Pak. Jadi dan juga distribusi ini sifatnyakan tidak kompetisi, monopoli. Jadi tidak dirasakan satu kebutuhan disana untuk mengatur kapan dia harus selesai begitu tidak sebesar kalau itu di dalam pembnagkitan.

Jadi kalau kembali kepada penjelasan kami kemarin kenapa di pembangkitan ada dua ijin. ljin yang pertarna adalah untuk memberi kepastian kepada investor karena dia besar investasinya. ljin yang kedua dipakai sebagai alat untuk

rnena~ndalikan kapan in·.1est3si te:sebut mu!ai masuk l<e dalam berop1=>.rac;i ini untuk menentukan posisi komp~tisinya, itu sebabnya saya l<ira pendapat kami hanya untuk dipembangkitan saja diperlukan 2 perijinan tadi kalau untuk transrnisi dan distribusi

(18)

yang suasanya tidak kompetisi tidak berapa menonjol kebutuhari itu Pak. Jadi rnasih bisa diatasi dengan satu ijin saja.

KETUA RAPA T :

Silakan Pak Tunggul kalau langsung.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING.

K.

TUNGGUL SIRAIT) : Apakah memang sudah kita tentukan bahwa distribusi itu monopoli. KETUA RAPAT:

Monopoli Pak, diutamakan monopoli alamiah.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT): Monopoli alamiah transmisi.

KETUA RAPA T : Saya bacakan Pak.

Usalia distribusi tenaga listrik dilaksanakan dengan memterikan kesempatan pertama kepada BUMN.

75 e. Usaha distribusi tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (2) tidak dikompetisikan.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) :

Tadi saya bilang dikaitkan dengan pasal-pasal sebelurnnya, tapi saya ingin tambahkan bahwa distribusi juga bisa dengan model besar, bisa saja tergantung pada daerah yang disupply. Misalnya ada daerah perkotaan yang baru kalau seal itu sama juga, tapi kalau itu sudah ada dalam pasal sebelumnya merL!pakan monopoli, itu argumennya ya silakan saja. Oke

KETUA RAPAT: rerima kasih.

Jadi kita sepall.at tidak dimasukan nah permasalahan sekarang ya kita hidupkan lagi ijin prinsip ini Pak, kan tidak mungkin tidak harus ada ijin prinsip. Jadi kita sepakat ijin prinsip dihidupkan dengan catatan apakah ayat (6) ini untuk menjelaskan bagian tadi pembangkit saja apakah memang keseluruhan, itukan pertanyaannya. Kalau itu keseluruhan artinya apabila dalam batas waktu ditetapan oleh Badan X pemegang IUPL tidak dapat merealisasikan kegiatan usahanya maka IUPL dimaksud dinyatakan tidak berlaku lagi, artinya tidak masalah l'JPL nya tenaga listrik tapi pembangkit tapi keseluruhannya kalau itu yang dimaksudkan ya harus dipisahkan tapi kalau maksudnya khusus yang ijin prinsip saja ya mungkin digabungkan.

Pak Simon mungkin ada tambahan.

ANGGOTA F.PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN):

Ya, saya ingin catatan kalau memang berlaku untuk ini berarti selain IUPL apakah ijin prinsip masuk disini kan dia juga batas waktu tertentu kalau dia tidak menunjukan tanda-tanda serius untuk itu jadi itu juga ada batas waktu tertentu ijin prinsip itu jadi boleh digabung ke butir 6 apakah itu mungkin.

(19)

KETUA RAPAT :

Jadi sebelum ·ke Pak Royani kit~ sepakat kemarin ijin pnns1p pun bisa dlbatalkan kalau dla tldak melakukan kemarin kan kesepakatan kits sepertl itu jadi tidak saja IUPL ijin prinsipnya pun dicabut karena yang paling dominan disinikan pembangkit.

Silakan F>ak Royani, sudah sehati Pak. Silakan pemerintah. PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan

Jadi kami menampung usulan perlunya pembatasan waktu ijin prinsip sebagai111ana halnya IUPL rnaka ini kami usulkan untuk disisipkan sehingga bunyinya DIM 83 adalah apabila dalam batas waktu yang ditetapkan oelh Sadan X pemegang ijin prinsip atau IUPL tidak dapat merealisasikan kegi8tan usahanya maka ijin prinsip atau IUPL dimaksud dinyatakan tidak berlaku lagi.

KETUA RAPAT:

Jelaskan, kalau jelas artinya setuju, setuju? (RAPAT SETUJU) Sudah selesai.

Sekarang masalah penjelasannya, kita mulai lagi dari awal Pak, penjelasannya silakan dibuka Pasal 80 ayat (1) tolong Pak.

Pasal80 Ayat(1)

Kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) dc.ipat dilaksanakan oleh badan usaha setelah mendapatkan ijin- usaha penyediaan tenaga listrik (IUPL). Apal<ah perlu dalam kurung IUPL? Bapak lbu sekalian.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) :

Tergantung apakah itu pertama kali disebut itu pertama kali kalau tai sudah ada IUPLnya.

KETUA RAPA T :

Saya kurang tahu persis karena di depan belum ada ini. ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT): Dan selainya disebut IUPL

KETUA RAPA T :

Kalau sekali saja IUPL saja supaya nanti jangan LPND lagi kan. ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) :

Kalau ditanbah U sebetulnya IUPL karena itu ada yang unt.uk umum ada yang

untuk umum ada yang untuk sendiri. ·

(20)

KETUA RAPAT :

Jadl tldak perlu ada dislngkat IUPt.;ya, nggak usah ya, ke1teinya nggak bo!eh ada dalam kurung nggak enak nanti sama Pak Tamburaka, dibuang saja ya. Sudah selesai ke kanannya apakah cukup penjelasannya cukup seperti ir1i

?

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Saya mau nanya Pak Ketua tadi itu, tentang apakah sengketa itu disebut dalam ijin atau bagaimana

?

KETUA RAPA T :

lni, apakah rnemang lazim disebutkan seperti ini kan nggak perlu nama dan alamat badan usaha jenis usaha yang diberikan, syarat teknis saya pikirkan ini bad an X mengatur itu.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Teknisnya jangan pakai garis begitu dibuat saja menjadi satu kalimat nama apa titik ko111a sambung begitu 1110 Pak. Cuma unsurnya kalau bisa disebutkan

Pak.

KETUA RAPAT:

Silakan, kalau menurut kami nama dan alamat badan usatia ya otomatis Pak, jenis usahnya ya.

PEMERINTAH :

Pimpinan, memang kami mengusulkan ini penjelasannya karena seperti yang penjelasannya memang ditanyakan apa itu ijin uraiannya, tapi kalau memang ini tidak diperlukan dengan ditulis cukup bisa diterima ya cukup jelas itu yang akan kami cantumkan.

ANGGOTA F.REFORMASI (H. NOOR ADENAN RAZAK, SE):

Ndak, jadi betul yang diusulkan Saudara Zul tadi sebutkan saja tapi jangan begitu jadi satu kalimat saja, koma, koma.

KETUA RAPAT :

Legal Orafternya cob a to long. LEGAL DRAFTER :

Terinia kasih.

Tidak ada suatu persyaratan baku mengenai apakah harus ke kanan atau terinci secara ke bawah, disini hanya estetika saja, kalau memang estetika ini kelihatannnya lebih jelas terlihat itu terurut ke bawah.

T erima kasih. KETUA RAPAT:

Sekarang masalahnya, tad1 pertanyaannya Pak Zul belum dijciwab apakah yang tadi disebutkan dispute itu dimasukan dalam ijin itukan atau perlu dipasang atau tidak itu permasalahannya.

(21)

PEMERINTAH :

Terlma kaslh. ,,.

lnl mungkln bedanya yang namanya ljln dengan yang namanya kcntrak Pak. k1l1u kontrak kan kesepakatan kalau ljln take In or leave it jadi memang bisa saja sepanjang apakah nanti itu kondusif atau tidak buat investor, nah ka1tan dengan penamaman modal itu sebetulnya di dalam formulir yang disyaratkan oleh BKPM itu ada ketentuan tunduk kepada Arbitrase itu.

KETUA RAPAT : Terima kasih,

Jadi, Pak Tunggul

?

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) :

Ndak, saya kira harus kita masukan disini apa yang penting-penting itu ya. saya ndak tahu menurut undang-undang satu perusahaan itu apakah nama harus jelas alamat atau kedudukan hukumnya atau alamat head officenya m1~nurut udang-undang yang berlakulah.

Jenis usaha perlu ini kewajiban dalam penyelenggaraan usaha maksudnya kewajiban dalam penyelenggaraan usaha. lni semacam kontraknya begitu nanti ya, ya ini harus jelas apaka syarat-syarat teknis, sanksi, ini ya seperti perasaan saya apa yang betul-betul ya essensial karena syarat-syarat teknis ini nanti tentu sudah ditentukan cleh Badab X, apakah hak dan kewajiban atau apa hak kewajibannya saya kira yang perlu kewajiban dalam penyelenggaraan usaha, syarat-syarat teknis, sanksi, bentuk-bentuk dari ijin usaha itu kira-kira bagaimana nanti kami ingin tahu dulu per.galamannya bagaimana apa yang dalam bentuk ijin usaha yang sekarang itu apa saja yang dicantumkan disitu supaya kita tahu apa yang harus kita masukan disini.

Terima kasih. KETUA RAPA T : Terima kasih.

Mungkin ini supaya kita tidak rasanya ini kalau in£1in mencantumkan ini tidak disini karena kalau tidak salah urutannya :

Pasal8

Ayat (1 ), (2), (3) nya

ljin usaha penyediaan tenaga listrik dimaksud ayat (2) dapat.. ... ?

Ayat (3)

baru badan x syarat-syaratnya. Ayat (5) nya

Untuk usaha pembangkit dan ayat (6)nya.

Jadi rnenurut saya ini yang ditanyakan oleh Pak Tunggul sebenarnya tidak masuk disini karena masuk di ayat nomor, jadi kalau urutannya yang nomor satu tentang ijin usaha, mendapatkan ijin usaha penyediaan tenaga listrik cukup jelas kalau disitu karena tidak ada syarat-syaratnya disana. Lalu turun kebawah ijin usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana yang dimaksud dimaksud. dalam ayat (1) dibedakan atas juga cukup jelas.Tulis dulu Pak Cukup jelas, langsung yang lain yang dihapus.

(22)

Ayat (2) berkaitan dengan BO A ayat (2) f!'E~nJetasaumya juga eukuf' Jel1H, ayat (3) nya kalau tidak salah itu menjadi ayat 80 d ini yang sebenarnya ada kaitannya karena disini ada persyaratan, ini yang harJJs disebutkan persyarat8:i apa disini.

Silakan pemerintah. PEMERINTAH :

Penjelasan disini persyaratan administrasi meliputi antara lain data perusahaan, kemampuan finansial, kemudian persyaratan teknis meliputi antara lain hasil dan studi kelayakan yang mencakup spesifikasi teknis yang berkaitan dengan jenis usaha dan analisis mengenai dampak lingkungan. ljin lainnya adalah ijin yang diterbitkan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya seperti IMB, ijin gangguan dan ijin penanaman modal.

KETUA RAPAT:

Nggak usah adalah karena IMS itu sangat spesifik sekali jadi nggak usah disebutkan seperti apa ya nggak usah disebutkan silakan saja nantikan banyak sekali nanti, jadi disini pak. Setuju pak. kalimatnya silakan Pak Syarn~ul.

ANGGOTA F.PG (SYAMSUL BACHRI, M.Sc):

Jadi saya kira ada dua hal yang harus dibedakan yang pertama adalah syarat-syarat dikeluarkannya ijin itu, jadi badan usaha bagi yang minta ijin, ijinnya baru dikeluarkan apabila dia memenuhi syarat yang mungkin seperti i11i, tapi dalam ijin itu sendiri, itu ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh yang punya yang mendapatkan ijin usaha itu.

Tadi saya kira terlalu terburu-buru menghilangkan penjelasan ynag pertama tadi. dalarn pengalaman diijin industri, dalam ijin usaha itu tercantum apa hak dan kewajiban dari pengusaha yang bersangkutan yang memegang ijin itu, dan selalu dicantumkan sangsinya, apabila dalam ketentuan-ketentuan perijinan itu dilanggar atau tidak dipenuhi.

Jadi saudara ketua, saya sependapat dengan Pak Tunggul tadi, dalam ijin usaha itu ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh si pengusaha. jadi itu kewajiban dalam penyelenggaraan usaha syarat-syarat teknis, rnisalnya menjaga lingkungan ada didalamnya disitu, tapi sebelum ijin usaha itu dikeluarkan ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengusaha itu, tanpa memenuhi itu ijin itu tidak keluar, tapi begitu keluar ada lagi ketentuan-ketentuan didalamnya yang harus menjadi worning, harus menjadi perhatian bagi si pemegang ijin.

Oleh karena itu saya menyarankan tetap ada penjelasan, komponen apa saja yang harus diperhatikan oleh pengusaha yang tercantum dalam ijin itu, kalau cukup jelas nanti malah tidak jelas bagi calon investor.

Terima kasih. KtTUA RAPA T :

Kalau melihat seperti itu, saya dibisiki oleh Pak Anthoni, apa lebih baik masuk kedalam pasal, karena didalam sini tidak ada yang perlu dijelasl<an sebenarnya. Kegiatan usaha penyediaan tenaga listril< sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat

2

dapat dilaksankan oleh badan usaha setelah mendapatkan ijin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai jenis usahanya dari badan X. lalu menurutnya rnemang ini taadi penting, tetapi kalau hanya ingin menjelaskan ini mungkin sebaiknya didalam pasal acia ciyRt

2

nya, ijin tadi yang disebutkan.

(23)

ANGGOTA F.PG (SYAMSUL BACHRI, M.Sc) :

Beglnl kalau

maeuk dalam

batang;itubuh pasal bislil saja, aturan·aturan itu

a111m IJln

ltu

1111 ioar1<emb1ng pak, bl11

t>erkembang

aturan-11tur1n yang l'larua dloantumkan menglngat perkembangan teknologl, perkembangan situasl llngkungen dan lain sebagainya, tidak perlu dipatok ke dalam pasal, cukup di penjelasan.

Kasarnya antara !ai11 yang pokok-pokok itu yang paling penting harus dicantumkan, tidak perlu harus di fail seperti IMB apa segala macam tidak perlu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Jadi rumusannya sifakan pemerintah merumuskan ijin usaha listrik rnemuat paling sedikit syarat-syarat teknis dan sangsi sebagainya, mungkin ada rumuskan.

Silakan.

PEME~INTAH :

Terima kasih bapak pimpinan.

Jadi kalau boleh kami akan menghidupkan kembali penjelasan disini, dan memang paling sedikit hal-hal seperti itulall diminta untuk menetapkan ijin usaha. Tapi kalau boleh ingin pula menyampaikan beberapa informas: di rnigas juga ada sebenarnya ijin usaha itu apa saja, kemudian kalau terjadi pelanggaran apa saja

ANGGOTA F.REFORMASI (H. NOOR ADENAN RAZAK, SE):

Mernang harus ringcit juga ditulis itu syarat-syarat ijin itu, sebat. saya dapat ijin diprinsif itu, tidak usah disebutlah rahasia dapur. Jadi setelah memenuhi syarat ini baru terbit ijin usahanya. Dan yang terakhir kan, karena itu dinamis berkembang sekarang ada lagi ketentuan baru harus ada amdal, ini kan perkembangan selanjutnya. Jadia memang benar itu harus ricit juga. Jadi betul di RUU Migas syarat-syarat itu.

KETUA RAPA T :

Karena Pak Zul belum punya ijin jadi tidak bisa ngomong. ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc}:

Di pasal sebelumnya juga kan ada kewajiban ganti rug1 kompensasi itu. kenapa tidak nanti di usaha, ditransmisi tidak masuk itu.

KE:TUA RAPAT : Terima kasih.

Kami persilakan pemerintah. PEMERINTAH:

Kami. mohon waktu pak untuk mengetik apa yang ada di UU Migas dulu, kemudian nanti akan kita tampilkan.

KETUA RAPA

I :

Kami persilakan oemerintah untuk mengetik, nanti tolong disampaikan.

(24)

Jlilll MIUlll WlfA~D•ll llllflWll p111111111l1 o MVbiii 1 .:211\11 N.t:irribr ii~ 11102~ jlHll~J~lil~ s4i, yei,;r:;;

tadi kita anggap cukup jelas, dirubah jad1 ada penjelasannya akan disiapkan oleh

pemerintah. Setuju. p

(RAPAT SETUJU)

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Tadi pak ketua, saya belurn selesai soal sengketa itu, itu rnasih menganggu pikiran saya terus, karena bisa jadi nanti kalau terjadi komplik antara pihak pemberi ijin dengan badan usaha begitu nampaknya serius itu, mereka tidak rnau operasi nat"lti, soal sengketanya kalau tadi, kalau tadi harus terirna kalau jjin itu kan, bisa kita masukan di persyaratan ijin. sebagai suatu ketentuan yang dia harus patuhi pak.

Jadi begini jangan kita bayangkan bahwa dengan surat keluar ijin semuanyha akan lancar begitu kaya divestasi, sekian persen-sekian persen ternyata numpuk. Sekarang kalau misalnya ijin keluar, kemudian nanti ada proses sehingga ujujng-ujungnya saling mengancam, ini akan cari ijin kemana mereka akan komplen, ini komponin yang juga yang harus dipersiapkan ini pengaturannya, supaya nanti kalau ada muncul masalah tidak lagi nanti portemen habis waktunya untuk menyelesaikan itu, tapi langsung merujuk kepada ketentuan-ketentuan yang ada disini sudah ada penyelesaian kalau terjadi sengketa.

KETUA RAPA T :

Saya pikir nanti ada sangsinya. Silakan pemerintah.

PEMERINTAH : Bapak pimpinan.

Kalau diijinkan bagaimana kalau dilanjutl<an dengan pasal selanjutnya, katena masih ada kaitan dengan pasal yang kita bahas ini sambil menunggu ini supaya ada efisien waktu.

KETUA RAPAT: Silakan pak. PEMERINTAH : Jadi pasal

9

ini. KETUA RAPAT :

Kalau langsung pasal 9 yang tadi soal penjelasannya, jadi pasal, 80 penjelasannya sedang dibuat, Dim Nomor 80 A cukup jelas, 80 B sudah setuju, 80 C.

PEMERINT AH :

Sekarang kita sedang membuat 8Q D, kemudian 80 C.

KEZTUA RAPA T :

Dari semuanya pemerintah dari 80 sampai dengan 83 sedang dibuat, jadi helum kita bacakan sekarang. Sedang dibuat oemereintah dari DIM Nomor 80, 80 A,

(25)

-ANG.GOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K TUNGGUL SIRAIT) : Tapi kita perpanjang nanti bukan be;akhir jam lima.

KETUA RAPAT :

Jadi paralel saja silakan ada yang menyiapkan. Langsung kita yang lain. Silakan.

PEMERINTAH :

Jadi pasal 9 disini pemegang IUPL dilarang melakukan penggabungan usaha yang sejenis dalam suatu jaringan yang terintoneksi, yang dikompetisikan tanpa persetujuan badan X.

KETUA RAPAT : Kami persilakan.

Jadi boleh digabung ini. Pak Tunggul.

ANGGOT A F .PKB (PROF. DR. ING. K TUNGGUL SIRAIT ) :

Saya kira dilare3ng penggabungan, artinya penggabungan usaha kan, bagaimana kalau pemilik-pemiliknya dibelakang yang pemilik usahanya itu, jadi nama usahanya berbeda tapi pemiliknya sama, bagaimana kira-kira itu. saya tidak bisa bayangkan itu, tolong dijelaskan kepada kami.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Silakan Pak Zul.

ANGGOTA F.~EFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Saya bisa bayangkan pak. ini bisa digabung kalau ada ijin dari badan X kan begitu, yang dilarang kan menggabung tanpa persetujuan dari bada11 X, berarti bisa digabung, kalau badan X suka, sekarang apa pijakan badan X begitu prinsipnya atau memang ini dinyatakan dilarang digabung bagaimana arahnya ini, inikan memang· menyangkut persoalan penguasaan pasar nanti dampaknya. Apakah ini memang sekedar prosedur bahwa kalau mau gabung silakan minta persetujuan badan X. ini harus lebih tegas lagi nanti disini. Kalaupun ini memang melarang untuk menggabung ya dipertegas dilarang bergabung, ditambah lagi dengan larangan-larangan yang lain.

KETUA RAPAT: Silakan pemerintah. PEME:RINTAH :

Jadi dalarn perkembangannya nanti memang ada saat-saat dimana tidak mungkin selalu ada investor yang datang kesatu daerah; kemudian m~ka investor yang sudah ada itu bisa melakukan usaha, jadi kita tidak menutup kernungkinan seperti itu. jadi hal-hal seperti itu pasti terjadi, dan ini perlu persetujuan tiadan X, karena badan X yang menentukan aoakah penggabunqan itu akan rnendominan pasar atau t1dak, tidak ada satu Ketentuan-ketentuan ya11y i::1i\d1 I uiLt::LafJf.-Cll I u;..:.:11

badan X.

'"')''

(26)

ANGGOTA F.PG (SYA.MSUL BACHRI, M.Sc) :

Atau beginl mungkin ads pertany.aan1 katakanlah ini didaerah kompetisi. mungkln pemerlntah bisa menjelaskan sediklt dalam kondisi apa penggabungan

1tu

dimungkinkan pada daerah dikompetisikan, mungkin bisa sedikit memberikan gambaran ilustrasi kepada kita, bahwa badan X memang bisa melakukan itu. karena kondisinya demikian. Silakan.

KETUA RAPAT :

lni pertanyaan kami langsung silakan. PEMERINTAH :

Bapak pimpinan.

Jadi pada dasarnya penggabungan itu dilarang, kecuali ada persetujuan badan X, jadia badan X itu kapan memberi persetujuan adalah kalau penggabungan ini tidak menyebabkan dominasi pasar begitu. jadi prinsipnya dilarang digabung dulu.

Terima kasih pak. KETUA RAPAT :

Jadi pada prinsipnya tidak boleh ada penggabungan usaha itu kan intinya. · Kalau ada persetujuan apakah digabung dalam ayatnya atau dibedakan ayatnya itu permasalahannya. Kalau ini dasarnya memang tidak boleh tidak dilarang ya satu ayat, kalau ini digabungkan didalam seperti ini dengan persetujuan badan X bisa digabungkan kan itu masalahnya, ini kan dalam satu ayat yang sama masalahnya, padahal sebenarnya pada prinsipnya tidak boleh.

Kami persilakan Pak P.nthoni.

ANGGOTA F.KKI (DRS. ANTHONIUS RAHAil) :

Baik, tadi telah dijelaskan pada prinsipnya tidak boleh, kecuali atas persetujuan dari pada badan X. yang ingin kami kemukakan adalah UU anti monopoli memang punya posisi yang lebih kuat dari pada badan X itu. oleh karena itu menyangkut penggabungan dimana pasar nanti me!ihat bahwa itu adalah bentuk dari pada monopoli, maka tidak menutup kemungkinan bahwa berkenaan dengan anti monopoli juga akan menimbulkan rnasalah.

Terima kasih.

ANGGOTA r=.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc) :

Jadi kalau bisa, kalau semangatnya itu pasal 9 ini bisa dibagi menjacii '2 ayat, ayat 1 ini yang dikompetisikan, terkecuali dengan persetujuan badan X. baru ayat 2 badan X dapat memberikan ijin penggabungan apabila tidak menimbulkan. Jadi larangan yang ditunjukan baru ada kasus pengecualian badan X boleh. Dasar badan X melakukan pengecualian sepanjang itu tidak menirnbulkan moncpoli. Penjelasannya harus lebih jelas lagi sepanjang itu nanti berapa kilometer panjangnya.

KETUA RAPA T :

Jadi pada prinsipnya kami substansinya sudah kita sepakati, tapi permasalahannya kan kalau digabung seperti ini yang kita sepal<ati tadi jadi rancu. Oleh sebab itu pemerintat1 dipersilakan membuat rumusan yang seperti yang kita sepakati ini, ta.pi kalci.u pernerintah juga setu]11

(27)

Pemerlntah setuju, kalau pemerintah setuju klta sudah slap atau belum, kalau belum siap kita skors lima menit.

Rapat diskors.

Skors dicabut.

Kami persilakan pemerintah. PEMERINTAH :

Terirr:a kasih bapak pimpinan.

Jadi tadi kita sampai kepada DIM Nomor 84 penggabungan usaha. Bapak pitnpinan sebetulnya pada DIM Nomor

73

A, kita sudah pernah membahas masalah tentang penggabungan ini, sebenarnya DIM Nomor

73

ini adalah yang muncul belakangan, sehingga kalau kita membaca DIM Nomor

73

A ini, itu pasal 7 ayat 3 yang bunyinya badan usaha dibidang pembangkitan tenaga listrik disatu wilayah kompetisi dilarang menguasai pasar berdasarkan UU ini.

Jadi sebenarnya intinya ini serupa dengan DIM Nomor 84 pasal 9, karena dim Nomor

73

A ini keluar belakangan waktu panja, maka ini bisa meniadakan DIM Nomolr 84.

Terima kasih. KETUA R.APAT :

Jadi intinya pemegang IUPL dilarang melakukan penggabungan usaha yang sejer'lis, jadi misalnya pembangkit dengan pembangkit begitu kan. l<alau ini khusus masalah pembangkit apakah yang di pasal 9 ini adalah misalnya antara distribu$i dengan distribusi, antara usaha dengan usaha.

PEMERINTAH :

Kalau antara distribusi transmisic itu masih monopoli pak, tidak ada penggabungan, yang ada penggabungan hanya dipembangkitan.

KETUA RAPA T :

Jadi yahg masuk disini khusus untuk, karena disini pemegang IUPL dilarang melakukan usaha yang sejenis, yang sejenis itu kan artinya usaha ~enjualan dengan usaha penjualan, agen penjualan dengan agen penjualan.

PEMERINTAH :

lni hanyalah untuk usaha yang dikompetisikan. KETUA RAPA

T :

Agen penjualan kan dikompetisikan. PEMERINTAH :

Kalau agen itu adalah usaha yang cikompetisikan, cuman dalam pertimbangan kami waktu DIM Nomor

73

A ini dibahas juga, kalau disisi kompetisi penjualan itu masalah penguasaan pasar itu tidak perlu dimasul<an kedalam UU ini. karena rr1emang pada saatnya nanti diberlakukan sebetulnya _Pada kenyataannya nanti PLN

100

1% memegang penguasaan pasar itu. jadi kita tidak bisa membatasi

apa yang akan terjadi pada saat UU diberlakukan, tapi kalau pada pembangkitan akan diatur sL1pr.iya tidak adri oP-nguasaan pasar.

(28)

KETUA RAPAT : Kami persilakan.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc) :

Kalau ini mau digabung dengan itu, karena barangkali ini mempertegas bahwa penguasaan pasar itu dilarang dengan satu badan usaha, satu IUF>L. Bisa juga penguasaan pasar baru terjadi setelah ada proses penggabungan. Jadi memperjelas sebetulnya, itu yang pasal teidahulu itu yang jelas mengenai itu kan dengan satu usaha tidak boleh menguasai, tetapi proses penguasaan itu bisa terjadi setelah berjalan, setelah sama-sama memegang IUPL merjer kan ini, dan merjer itu memang trens yang sangat banyak berkembang, kalau memang mau digabung · pasal ini tetap penting untuk menyatakan bahwa dilarang.

Jadi begini, kalau saya menangkap semangat pasal ini pemegang IUPL dilarar\g melakukan penggabungan usaha yang sejenis yang frekwensi berakibat menimbulkan praktek monopoli dan seterusnya, tetap kan ini tidak bisa hantam kromo, baru muncul pengecualian tadi bahwa metjer yang dilakukan tidak berakibat menimbulkan praktek monopoli dapat dilakukan dengan persetujuan badan X tadi.

Jadi tidak hantem kromo penggabungan itu tidak boleh, tapi dampaknya kan yang dilarang. Jadi antara penguasaan pasar dengan penggabungan ini bisa saja menjadi satu kelanjutan, tapi ini bagus pasal ini bagus untuk mempettegas.

Terima kasih. KETUA RAPA T :

Supaya dilihat konteks pasal ini adalah konteks perijinan. Kal<1u konteks pasal 73 A hanya konteks dalarn rangka medinamiskan jenis usaha. Dan kebetulan pada 73 A hanya satu aitem saja mengatakan pada badan suaha dibidang pembangkitan tenaga listrik satu wilayah kompetisi dilarang menguasai pasar berdasarkan UU ini. kalau kalimat yang ada di dim ini pemegang ijin usaha dilarang melakukan pi:nggabungan usaha yang sejenis dalam satu jaringan terinterkoneksi. Sebenarnya ini tidak ada masalah ini kalaupun.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K TUNGGUL SIRAIT):

Saya kira ini tidak ada masalah ini dimasukan, misalnya ada kasus Jawa-Bali dulu yang masuk daerah kompetisi, kemungkinan juga Sumatera nanti daerah kompetisi juga, kemudian dia terintekoneksi Jawa - Bali, ada disana us~ha distribusi, disini ada usaha distribusi yang sama kenapa tidak bisa digabung, tapi tentu atas pengendalian atau pengawasan dari badan X. saya kira perlu ini.

Jadi tadi dibuat dua ayat, ayat pertama titik dulu sampai pemegang IUPL dilarang melakukan penggabungan usaha yang sejenis dalam satu jaringan yang terintekoneksi yang dikompetisikan terkecuali atas persetujuan badan X. Terkecualian tersebut hanya dapat diberikan jika penggabungan tidak menganggu pasar dan tetap memelihara persaingan yang sehat.

KE TUA

RAP

AT :

8agaimana pak. PEMERINTAH :

Referensi

Dokumen terkait

rambunya dan persenjataannya atau peralatannya untuk melakukan pekerjaannya bisa mengakibatkan malapetaka bagi manusia dan lingkungan, oleh karena itu syarat dengan.. 6

Memang terus terang, ini ada satu kesalahan dari fraksi kita, pada waktu kita mengirimkan ke sekretariat, bahwa ada yang kita tidak mengisi itu, ditulis tetap,

Apakah tidak dipikirkan hal seperti itu, Pak, atau sekalian saja yang menegakkan dewan etik itu adalah komisi nasional itu yang anggota-anggotanya bukan hanya para Advokat tapi

Tahun 62, misalnya dibawah Pimpinan Kapten (siapa yang kemudian menjadi panglima TNI, ya?) Pak Beni Moerdani misalnya satu kompi. Veteran Pembela Dwikora. Sama, ada

RI.. bisa saja tidak konsisten tidak bisa optimal oleh karena itu penerapannya melalui kewenangan Gubernur dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota karena kita

~tu, memang sejalan.. Kernudian masalah pendidikan, saya kira kita semua sependapat bahwa. pcranserta masyarakat itu sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu

Bapak/lbu sekalian, kita masih ketinggalan, negara-negara lain tetangga kita Malaysia, dia sudah punya ibu kota negara bukan lagi KL (Kuala Lumpur). Sudah ada