• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan di terima oleh komunikan ( Effendy, 2003:30) Hovland mendefenisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah prilaku orang lain ( Mulyana, 2002:62).

Menurut Everet M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan amerika yang telah banyak meberikan studi riset komunikasi, khususnya dalam penyebaran inovasi yang membuat defenisi bahwa komuniksi adalah satu proses, dimana suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dalam menciptakan saling pengertian dari orang – orang yang ikut serta dalam proses komunikasi ( Canggara 2004: 19)

Sedangakan menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sengaja ataupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada komunikasi menggunakan komunikasi

▸ Baca selengkapnya: apakah uraian dan essay sama

(2)

bahasa verbal. Tetapi dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara 2004 :20)

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki bebrapa kesamaan dengan orang kain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dalam simbil –simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Seperti yang di namakan Wilbur Schramm yaitu frame of reference atau dapat diartikan sebagai kerangka acuan, yaitu paduan pengalaman dan pengertian selain itu Schramm juga menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator tidak sama dengan bidang pengalaman komunikan maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu dengan yang lain dan situasi akan menjadi tidak komunikatif ( Effendy, 2003:30-31)

Komunikasi sendiri mempunyai fungsi. Fungsi adalah potensi yang dapat digunkan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan penyedia lapangan pekerjaan sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Komunikasi sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. Melalui komunikasi dengan diri sendiri, orang dapat berfikir dan mengendalikan bahwa apa yang ingin dilakukan mungkin saja tidak menyenangkan orang lain. Jadi komunikasi dengan diri sendiri dapat meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Komunikasi seperti ini disebut sebagai komunikasi internal yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu masalah ( Cangara 2004: 56 )

(3)

II.1.2 Fungsi Komunikasi

Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi secara umum, adalah : 1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini dapat diartikan, bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar ataupun pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh kyalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan segala informasi tentang segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

2. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik.

3. Fungsi Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dalam komunikasi, khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam komuniksai yang dilakukan, sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan yang diinginkan komunikator

4. Fungsi Proses Pengembangan Mental

Untuk mengembangkan wawasan , kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut di peroleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi. Karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.

(4)

5. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Setiap manusia berusaha unutuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerima pesan oleh komunikan dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga dapat menimbulkan kesamaan diantara komunikator dengan komunikan .

6. Fungsi Manipulasi Lingkungan

Manifulasi disini bukan diartikan sebagai suatu yang negative. Manifulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi komunikasi digunakan sebagai alat control utama dan pengaturan lingkungan.

7. Fungsi Meyakinkan

Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan kepada khalayaknya, namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi,persuasi menurut Devito dalam bentuk

a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.

b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu

(5)

II.2 Komunikasi Antarbudaya

II.2.1 Sejarah Komunikasi Antarbudaya

Istilah “Antarbudaya” pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropolog bernama Edward T. Hall pada 1959 dalam bukunya The Silent Language. Karya Hall tersebut hanya menerangkan tentang keberadaan konsep-konsep unsur kebudayaan.

Hakikat perbedaan antarbudayadalam proses komunikasi yang dijelaskan oleh David K. Berlo, bahwa semua tindakan komunikasi berasal dari konsep kebudayaan. Kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk melaksanakan tindakan itu. Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap prilaku komunikasi seseorang,termasuk memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda.

Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada tahun 1970-1980an. Pada tahun 1979 Molefi Asante, Cecil Blake dan Eileen Netmark menerbitkan sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi antarbudaya, yakni The Handbook of Intercultural Communication. Sejak itu banyak ahli mulai melakukan studi tentang komunikasi antarbudaya.

Menurut Alo Liliweri, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar pribadi diantara para peserta komunikasi yang berbeda latar belakang budayanya (Liliweri,2001:170). Menurut Proser dalam liliweri, komunikasi antarbudaya juga merupakan komunikasi antar pribadi pada tingkat individu dari anggota kelompok-kelompok budaya berbeda.

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam

(6)

keadaan demikian, kita dihadapkan pada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan sandi dalam suatu budaya dan harus di sandi balik dalam budaya lain. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbedaharaan prilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya,perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segala macam kesulitan.

II.2.2 Elemen-Elemen Komunikasi Antarbudaya

Adapun elemen-elemen dalam mempelajari komunikasi antarbudaya adalah sebagai berikut :

1. Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman bermakna. Secara umum dipercaya bahwa orang-orang berprilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsi segala sesuatunya sedemikian rupa pula.

Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dan komunikasi sering diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi yang terjadi.

(7)

Tiga unsur sosio-budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita. Unsur-unsur tersebut adalah :

a. Sistem-sistem Kepercayaan,Nilai,Sikap

Budaya memerankan suatu peran yang sangat penting dalam pembentukkan kepercayaan. Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada yang benar atau hal yang salah, sejauh hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan.

Nilai-nilai dalam suatu budaya menunjukkan diri dalam prilaku para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi pengembangan dan isi sikap. Kita dapat mendefinisikan sikap sebagai suatu kecend rungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespon suatu objek secara konsisten. Lingkungan sekitar kita turut membentuk sikap, kesiapan kita merespon, dan akhirnya prilaku kita.

b. Pandangan Dunia (world view)

Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Pandangan dunia juga mempengaruhi kepercayaan, nilai,sikap, penggunaan waktu dan banyak aspek budaya lainnya. Dengan cara-cara yang tidak terlihat, pandangan dunia sangat menpengaruhi komunikasi antarbudaya. Oleh karena sebagai anggota suatu budaya setiap prilaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam pada jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan otomatis

(8)

menganggap bahwa pihak lainnya memandang dunia sebagaimana ia memandangnya.

c. Organisasi Sosial

Cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya mempersepsi dunia, dan bagaimana mereka berkomunikasi. budaya,mempunyai pengaruh terpenting. Keluargalah yang paling berperan dalam mengembangkan anak selama periode formatif dalam kehidupannya.

Sekolah adalah organisasi sosial lainnya yang terpenting. Sekolah diberi tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan memberitahu anggota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang terpenting, dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya.

2. Proses-proses Verbal

Proses-proses verbal tidak hanya meliputi bagaiman kita berbicara dengan orang lain namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan.

a. Bahasa Verbal

Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan njuga sebagai alat untuk berpikir.Maka, bahasa berfungsi

(9)

sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa mempengaruhi persepsi, menyalurkan, dan turut membentuk pikiran.

b. Pola-Pola Berpikir

Pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang akan mempengaruhi bagaimana setiap orang merespon individu-individu dari suatu budaya lain. Kita tidak dapat mengharapkan setiap orang untuk menggunakan pola-pola berpikir yang sama, namun memahami bahwa terdapat banyak pola berpikir dan belajar menerima pola-pola tersebut akan memudahkan komunikasi antarbudaya kita.

3. Proses Non Verbal

Dalam proses non verbal, yang relevan dengan komunikasi antarbudaya, terdapat tiga aspek yaitu :

a. Perilaku Non Nerbal

Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi non verbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan system penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya.Seperti yang kita tahu, bahwa kata stop dapat berarti berhenti, demikian pula kita telah mengetahui bahwa lengan yang diangkat lurus diudara dan telapak tangan mengahadap ke muka sering diartikan berhenti

(10)

juga. Dengan Begitu, dapat dilihat bahwa kebanyakan komunikasi non verbal berlandaskan budaya,apa yang dilambangkannya sering kali merupakan hal yang telah budaya sebarkan kepada anggota-anggotanya.

b. Konsep Waktu

Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya dan perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi.

c. Penggunaan Ruang

Cara kita mengatur ruang merupakan suatu fungsi budaya. Contohnya, rumah kita secara non verbal menunjukkan kepercayaan dan nilai yang kita anut.

II.2.3 Hambatan-Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya ada beberapa hambatan yang akan kita jumpai, yaitu :

1. Prasangka Sosial

Prasangka sosial merupakan suatu sikap yang sangat negatif, yang diarahkan kepada kelompok tertentu dan lebih difokuskan kepada suatu ciri-ciri negatif pada kelompok tersebut.

2. Etnosentrisme

Dalam sikap etnosentrisme setiap kelompok budaya merasa arah pemikiran tentang budaya yang dianut lebih baik daripada arah

(11)

pemikiran kelompok budaya lainnya, sehingga meremehkan budaya kelompok lain dan memutlakkan kebudayaan sendiri.

II.3 Respresentasi

Respresentasi biasanya dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Respresentasi tidak hanya sebatas to present, to image, atau to depict. Representasi diartikan sebagai suatu cara dimana memaknai apa yang di berikan pada objek yang digambarkan. Konsep awal mengenai representasi didasarkan pada premis bahwa ada suatu gap representasi yang menjelaskan perbedaan makna yang diberikan oleh representasi dan arti objek yang sebenarnya di gambarkan.

Berlawanan dengan pemahaman awal tersebut, Stuart Hall menyatakan bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif memaknai dunia. “So the respresentation is the way which meaning is some how given to the things which are depicted through the image or wherever it is, on screens or the words on a page which stands what we ‘re talking about”

Hall menjelaskan bahwa sebuah imaji yang dibuat mempunyai makna yang berbeda dan tidak dapat di pastikan imaji tersebut dapat berfungsi dan bekerja sebagaimana mereka di ciptakan atau di kreasikan. Hall menyatakan bahwa resprentasi di anggap sebagai suatu konstitutif, ini karena representasi tidak akan terbentuk sebelum ada kajadian yang menyertainya. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian dan representasi merupakan sebuah objek dari bagian representasi itu sendiri.

(12)

Menurut Jhon Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan kelompok atau seseorang paling tidak ada proses yang dihadapi oleh wartawan. Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas.Pada level kedua, ketika kita sedang memandang sesuatu sebagai realitas, pernyataan berikut adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa itu diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut.

1. Bahasa

Respresentasi sekaligus misrepresentasi tersebut adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang ditampilkan dengan tidak baik, biasa terjadi pertama-tama dengan menggunakan bahasa. Melalui bahasalah berbagai tindakan mispresentasi tersebut ditampilkaan oleh media dan dihadirkan dalam pemberitaan. Oleh karena itu, yang perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak.

Ada dua proses yang dilakukan media untuk memaknai realitas yaitu pertama, memilih fakta. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi bahwa wartawan tidak mungkin, melihat peristiwa tanpa perspektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan preposisi apa, dengan bantuan aksentualisasi foto dan gambar apa dan sebagainya

(13)

Proses pemilihan kata mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai sekedar teknis jurnalistik, tetapi bagian penting kata-kata yang dipilih dapat menciptakan realitas tertentu pada khalayak. Kenneth Burke mengatakan bahwa kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu tapi juga membatasi persepsi kita dan mengarahkannya pada cara berfikir dan keyakinan tertentu.

2. Mispresentasi

Dalam respresentasi, sangat mungkin terjadi mispresentasi: ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran. Seseorang, suatu kelompok. Suatu pendapat, sebuah gagasan tidak ditampilkan sebagaimana semestinya atau adanya, tetapi digambarkan secara buruk. Setiap hari kita mendengar, membaca atau melihat bagaimana kesalahan respresentasi itu terjadi.

a. Ekskomunikasi (Excomunication)

Ekskomunikasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dikeluarkan dari pembicaraan public. Di sini mispresentasi terjadi karena seseorang atau suatu kelompok tidak diperkenalkan untuk berbicara. Ia dianggap (alien), bukan bagian dari kita. Karena tidak dianggap sebagai bagian dari partisipan publik, maka penggambaran hanya terjadi pada pihak kita, tidak ada kebutuhan untuk mendengarn suara dari pihal lain.

(14)

b. Eksklusif

Eksklusi berhubungan dengan bagaimana seseorang dikucilkan dalam pembicaraan. Mereka dibicarakan dan diajak bicara, tetapi mereka dipandang lain, mereka buruk dan mereka bukan kita. Di sisi, ada suatu sikap yang diwakili oleh wacana yang diwakili oleh wacana yang menyatakan bahwa kita baik, sementara mereka buruk. Menurut Faulcoult, suatu kelompok atau gagasan dapat dilakukan melalui berbagai prosedur, Pertama, Melakukan pembatasan apa yang bisa dan tidak boleh membicarakannya. Kedua, ekslusi sesuatu wacana public juga dilakukan dengan membuat klasifikasi mana yang baik mana yang buruk ,mana yang bisa diterima

c. Marjinalisasi

Praktek marjinalisasi adalah misinterpretasi yang berbeda dengan eksklusi dan pengucilan. Dalam marjinalisasi, terjadi penggambaran ada yang buruk terhadap pihak/kelompok lain. Akan tetapi, berbeda dengan eksklusi/ekskomunikasi, disini tidak terjadi pemilihan antar pihak mereka. Ada beberapa praktik pemakaian bahasa sebagai strategi wacana dari marjinalisasi ini. Pertama, penghalusan makna (Eufimisme). Kata eufimisme barangkali yang paling banyak dipakai oleh media. Kata ini pertama kali dipakai dalam bidang budaya, terutama untuk menjaga kesopanan dan norma-norma. Kedua, Pemakaian bahasa pengasaran (Disfemisme). Kalau eufimisme

(15)

dapat mengakibatkan realitas menjadi halus, disfemisme sebaliknya dapat mengakibatkan realitas menjadi kasar. Ketiga, Libelisasi. Libeling merupakan perangkat bahasa yang digunakan oleh mereka yang berada di kelas atas untuk menundukkan lawan-lawan. Keempat, steriotipe. Steriotipe adalah penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif (tapi umumnya negatif) dengan orang, kekas atau perangkat tindakan. Di sini steriotipe adalah praktik respresentasi yang menggambarkan sesuatu dengan penuh prasangka, konotasi yang negative dan bersifat subjektif.

d. Delegitimasi

Kalau marjinalisasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok digambarkan secara buruk, dikecilkan perannya, maka delegitimasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dianggap tidak absah, benar dan mempunyai dasar pembenaran tertentu ketika melakukan suatu tindakan. Praktik delegitimasi itu menekankan bahwa hanya kelompok sendiri (kami) yang benar, sedangkan kelompok lain tidaak benar, tidak layak dan tidak absah.

II.4 Ideologi

Menurut Sukarna (Sobur : 64) secara etimologis, ideology berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s New Colligiate Dictionary berarti

(16)

“something existing in the mind as the result of the formulation on an opinion, plan or like”( sesuatu yang ada dalam pikiran atau rencana). Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legein berarti science atau pengetahuan/teori. Jadi ideologi menurut kata adalah pencakupan dari yang terlihat atau mengutarakan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran.

Menurut Aart Van Zoest, dalam teks tidak akan pernah luput dari sebuah ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu ideologi (Sobur, 2004:60). Setiap makna yang di kontruksikan selayaknya memiliki suatu kecendrungan ideologi tertentu. Ideologi sebagai kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang di pakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya ( Sudibyo, 2001:12).

Dalam pengertian yang paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir yakni nilai, orientasi dan kecendrungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang di ungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi dipengaruhi oleh asal-usulnya, asosiasi kelembagaannya dan tujuan nya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungannya ini tidak pernah jelas seluruhnyab (Lull, 1998:1).

Raymond William (Eriyanto, 2001:87) mengklarifikasikan penggunaan ideology dalam tiga ranah. Pertama, suatu system kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok atas stratifikasi kelas tertentu. Definisi dalam ranah ini biasanya di gunakan oleh para psikologi yang melihat ideology sebagai suatu perangkat sikap yang di bentuk dan diorganisasikan ndalam bentuk yang koheren.

(17)

Sebuah ideology dipahami sebagai sesuatu yang berlaku di masyarakat dan tidak berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

Kedua adalah system kepercayaan yang dibuat, dalam ranah ini ideologi merupakan ide palsu atau kesadaran palsu yamh akan hancur ketika dihadapkan dengan pengetahuan ilmiah. Jika diartikan, Ideologi adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau yang menempatkan sebagai posisi dominan yang menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kelompok yang tidak dominant. Ideologi digambarkan bekerja dengan membuat hubungan-hubungan sosial yang tampak nyata, wajar dan alamiah. Dengan sadar ataupun tidak kita dibuat untuk menerima ideologi tersebut sebagai suatu kebenaran. Ranah yang ketiga, merupakan suatu proses umum produksi makna dan ide. Ideologi diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna. Berita yang di sajikan secara tidak sengaja merupakan gambaran dari ideology tertentu.

Asal mula ideologi sebagai sebuah konsep kritis dalam teori sosial dapat ditelusuri ke Perancis pada akhir abad ke-18. Sejak saat itu ideologi menurut definisi manapun menjadi perhatian utamma para sejarahwan, filsuf, kritikus, sastra ahli semiotika, ahli rethorika yang dapat mewakili semua bidang ilmu humaniora dan sosial (Lull, 1998:2). Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau di bentuk dan di perkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya (Lull, 1998:4)

Dalam konsep Marx, ideology adalah bentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka dan bagaimana mereka menghubungkan

(18)

dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh biologi yang ilmiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh masyarakat, tidak oleh psikologis individu. Menurut Hall (Eriyanto, 2001:94). Ada tiga bentuk hubungan pembaca dan penulisan dan bagaimana pesan itu dibaca oleh keduanya. Pertama, posisi pembaca dominan. Terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang diterima oleh umum, sehinga akan menafsirkan dan membaca pesan/tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Tidak tarjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca disebabkan keduanya mempunyai ideology yang sama.

Kedua, pembaca yang dinegosiasikan. Tidak ada pembacaan dominant. Yang terjadi adalah kode apa yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus menerus diantara kedua belah pihak. Ketiga, pembacaan oposisi. Pembaca akan menandakan secara berbeda atau membaca secara berseberangan dengan apa yang disampaikan oleh khalayak tersebut, arena keduanya memiliki ideologi yang berbeda.

Konsep ideologi yang penting diantaranya adalah pemikiran Althusser. Ideologi atau suprastruktur dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarateristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Salah satu hal yang paling penting dalam teori Althusser adalah konsepnya mengenai subjek dan ideology. Pada intinya, seperti yang ditulis oleh Hari Cahyadi (Eriyanto, 2001:99), ideologi dalam pengertian Althusser selalu memerlukan ideologi. Selain itu ideologi juga menciptakan subjek. Ideologi menempatkan seseorang bukan hanya dalam posisi tertentu dalam relasi sosial tetapi juga hubungan individu dengan relasi sosial tersebut.

(19)

Semantara itu, teori Antonio Gramsci tentang hemegoni membangun teori yang menekankan bagaimana penerimaan suatu kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominant berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media menjadi sasaran dimana suatu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Seperti yang dikatakan Raymond William (Eriyanto, 2001:104) hemegoni bekerja melalui dua saluran: ideology dan budaya melalui bagaimana nilai-nilai itu bekerja. Melalui hemegoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaannya dapat ditukarkan.

Ada beberapa pendekatan dalam mengkaji ideologi:

1. Orang dapat melihat ideology sebagai menifestasi popular filsafat atau tradisi politik tertentu suatu kumpulan, pandangan, ide-ide atau dogma yang cukup koheren yang dianut oleh suatu kelompok.

2. Menelaah ideology yang menyatakan “ Apakah factor-faktor pentingnya?”. Apakah kelas, kedudukan sosial atau afiliasi etnis atau agama.

3. Pengujian idelogi dengan melihat kebutuhan-kebutuhan individu maupun kebutuhan masyarakat yang dipenuhi.

4. Ideologi tidak hanya menghubungkan masyarakat secara prinsipil, tapi juga penguasa dengan rakyat. Ideologi merupakan bisnis legitimasi pemakaian kekuasaan yang sah.

David D. Apter melukiskan ideology itu berada pada perpotongan antarprinsip atau tujuan filosofis. Pilihan dan keyakinan individual serta nilai-nilai umum dan khusus.

(20)

Menurut Teun A. Van Dijk (Eriyanto, 2001:13-14), ideology terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam bentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini, ideology mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideology secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan shere di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektifitas dengan orang lainnya: Hal yang di-share-kan tersebut oleh anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap.

Sejumlah perangkat ideology yang diangkat dan diperkuat oleh media massa, diberikan legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering dengan menyolok, kepada khalayak yang besar jumlahnya. Dalam proses itu, konstalasi-konstalasi ide yang memperoleh arti pentingdan terus menerus meningkat, dengan memperkuat makna semula dan memperluas dampak sosialnya( Lull, 1998:4)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan Pendekatan Matematika Realistik pada materi bangun ruang sederhana yaitu : (1)dapat

Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian ini, salah satu diantaranya adalah metode “dye test” seperti yang dilakukan oleh Noakes dan Sleigh (2009). Pengujian yang dimaksud

Beberapa program hubungan antara Pondok Pesantren Darul Hikmah dengan Masyarakat adalah pendidikan formal untuk masyarakat sekitar agar masyarakat dapat menimba

Dalam laporan ini, Inspektorat Kabupaten Muaro Jambi dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target kegiatan dari masing-masing kelompok indikator

Sedangkan jika nilai yang dibaca sensor ultrasonik kanan dan kiri lebih besar dari 30 maka kursi bergerak maju dengan kecepatan putar motor DC adalah 50% dari kecepatan

16 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.. Kaitan antara harta gono-gini atau harta bersama dengan syirkah bisa dipahami

Oleh karena itu, diperlukan suatu model prediksi kesuksesan produk yang memper- timbangkan budaya untuk produk kendaraan roda empat sehingga tujuan penelitian ini sebagai

(1995) yang meneliti benih kedelai menghasilkan karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh benih yang dikendalikan secara genetik dan mempengaruhi produktivitas