• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO

METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA

(STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015).

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SITI FATIMAH NIM: 11150480000177

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO

METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA

(STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015).

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SITI FATIMAH NIM: 11150480000177

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO

METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA

(STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015).

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Siti Fatimah NIM: 11150480000177

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ria Safitri, S.H., M.Hum. Diana Mutia Habibaty, S.E.Sy., M.H. NIP. 19711120 200604 2 005 NUPN. 99201131

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)
(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Siti Fatimah NIM : 11150480000177 Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. Unta V RT 004 RW 006 No. 12. Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Kontak

Email : sitiifatimah1011@gmail.com Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2020

(6)

v

ABSTRAK

SITI FATIMAH, NIM 11150480000177, TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA (STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015). Program

Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sengketa persamaan merek pada pokoknya antar merek “Roket dan Lukisan” milik PT Kalimantan Steel dengan merek “Roket Emas dan Lukisan” milik PT Indo Metal Tech Products yang saat itu merek “Roket dan Lukisan” sudah terdaftar di DJKI menggugat ganti rugi kepada merek “Roket Emas dan Lukisan” yang saat itu merek nya belum terdaftar di DJKI. Namun putusan Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung sama yaitu menolak gugatan penggugat/pemohon yang menyatakan bahwa merek “Roket dan Lukisan” tidak memiliki persamaan merek pada pokoknya dengan merek “Roket Emas dan Lukisan”. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis dan memahami yang menjadi pertimbangan Hakim dalam memutus sengketa persamaan merek pada pokoknya antara PT Kalimantan Steel dengan PT Indo Metal Tech Products dan PD Berkat Jaya dan untuk memahami dapat tidaknya gugatan atas sengketa persamaan merek pada pokoknya dilakukan apabila pihak lawan yaitu PT Indo Metal Tech Products dalam tahap mendaftarkan merek yang di persengketakan.

Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu pendekatan yuridis normatif, penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk menganalisis putusan dengan dikaitkan pada peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertimbangan hakim Mahkamah Agung menyatakan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sudah tepat serta tidak salah dalam menerapkan hukum karena bukti P.1-P.12b yang diajukan oleh penggugat/pemohon dimuka pengadilan tidak dapat menyatakan bahwa merek tergugat I/termohon I memiliki persamaan merek pada pokoknya. PT Kalimantan Steel dapat menggugat PT Indo Metal Tech Products karena fakta yang terungkap di pengadilan bahwa penggugat menggugat ke Penggadilan Niaga pada 04 Juli 2014 sedangkan tergugat mendaftarkan merek “Roket Emas” pada 15 Juli 2014.

Kata Kunci : Persamaan Merek Pada Pokoknya dan Pendaftaran Merek Pembimbing Skripsi : 1. Dr. Ria Safitri. S.H., M.Hum.

2. Diana Mutia Habibaty. S.E.Sy., M.H. Daftar Pustaka : Tahun 1983 Sampai Tahun 2019.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

ِمي ِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِهللا ِمْسِب

Alhamdulillah Waasyukurillah, puji beserta syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu banyak. Shalawat dan salam tak lupa peneliti curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabatnya. Dalam hal ini peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT INDO METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA (STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015)”.

Peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini tidak lain karena berkat bimbingan, bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memberikan arahan di dibidang akademis dengan tulus dan ikhlas.

3. Dr. Ria Safitri, S.H., M.Hum. dan Diana Mutia Habibaty, S.E.Sy., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta dukungan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan Skripsi ini.

5. Kedua Orang Tua tercinta, Bapak Pundarto dan Almh. Ibu Rohwati Ismanah yang selalu memberikan kasih sayang tanpa henti, memberikan dukungan,

(8)

vii

semangat, nasehat, perhatian dan mendoakan peneliti. Mendidik peneliti dengan baik sampai peneliti dapat menyelesaikan Studi pada Jenjang Perguruan Tinggi dan banyak hal baik lainnya tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut berkontribusi dan selalu memberikan saran dan masukan ketika peneliti kesulitan dalam mengerjakan Skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-pihak yang ikut berkontribusi dalam penyelesaian Skripsi ini. Aamiin. Semoga Skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi peneliti dan khalayak umum yang membacanya dan khusus nya dibidang Hukum Bisnis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 13 September 2020

(9)

viii

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8 2. Manfaat Penelitian ... 8 D. Metode Penelitian ... 9 1. Jenis Penelitian ... 9 2. Pendekatan Penelitian ... 9 3. Sumber Penelitian ... 10

4. Teknik Pengumpulan data ... 11

5. Metode Analisis data ... 11

6. Metode Penulisan ... 11

E. Sistematika Pembahasan... 11

BAB II: TINJAUAN TENTANG HUKUM MEREK ... 13

(10)

ix

1. Merek ... 13

2. Persamaan Merek Pada Pokoknya ... 15

3. Pengakuan Hak Kepemilikan Merek Menurut Hukum Islam ... 22

4. Pendaftaran Merek ... 24

5. Merek Yang Tidak Dapat Didaftarkan ... 27

6. Perbuatan Melawan Hukum ... 30

7. Ganti Rugi ... 33

8. Itikad Tidak Baik ... 34

B. Kerangka Teori ... 37

1. Teori Perlindungan Hukum ... 37

2. Teori Kepastian Hukum ... 38

3. Teori Yang Berhak Atas Pemegang Merek ... 39

4. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual ... 39

C. Tinjauan (Review) Terdahulu ... 41

BAB III: PUTUSAN SENGKETA PERSAMAAN PADA POKOKNYA ... 43

A. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 48/PDT.Sus.Merek/2014/PN.NIAGA.JKT.PST ... 43

1. Identitas Pihak ... 43

2. Duduk Perkara ... 44

3. Petitum Penggugat ... 45

4. Pertimbangan Majelis Hakim ... 46

5. Amar Putusan Majelis Hakim ... 48

B. Putusan Mahkamah Agung Nomor 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015 ... 1. Identitas ... 48

2. Petitum Penggugat ... 49

3. Pertimbangan Majelis Hakim ... 49

(11)

x

C. Yurispridensi yang memutus Memutus Perkara Persamaan Merek Pada Pokoknya “KOPITIAM” V.s “KOK TONG

KOPITIAM” ... 52

BAB IV: PERTIMBANGAN HAKIM SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA YANG SEDANG DALAM TAHAP PENDAFTARAN ... 57

A. Pertimbangan Majelis Hakim Memutus Sengketa Persamaan Pada Pokoknya Merek “Roket dan Lukisan” dengan “Roket Emas dan Lukisan” Antara PT Kalimantan Steel Melawan PT Indo Metal Tech Products dan PD Berkat Jaya ... 58

B. Merek Yang Sedang Dalam Tahap Pendaftaran Digugat Dipengadilan Karena Persamaan Merek Pada Pokoknya... 77

BAB V: PENUTUP... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Rekomendasi ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 65

Gambar 4.2 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 65

Gambar 4.3 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 66

Gambar 4.4 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 66

Gambar 4.5 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 67

Gambar 4.6 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 74

Gambar 4.7 tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI ... 76

(13)

1

Berkembang nya sebuah merek di kehidupan masyarakat membuat merek sering sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sebuah merek yang berbentuk barang yaitu pakai-pakaianan, alat-alat perlengkepan rumah, makanan maupun minuman dan sebuah merek yang berbentuk jasa seperti mode transportasi atau hotel-hotel penginapan. Seperti yang sudah disebutkan diatas produk yang berbentuk barang maupun jasa rata-rata dari mereka menggunakan sebuah merek pada produknya yang berfungsi untuk membedakan produk satu dengan produk lainnya, yang membuat merek menjadi tidak dapat terlepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat.1

Dalam mengelola sebuah bisnis baik berbentuk barang maupun jasa setiap orang sangat membutuhkan suatu nama atau lambang-lambang untuk digunakan terhadap barang atau jasa tersebut, yang berfungsi sebagai tanda dari mana asal barang atau jasa tersebut berasal. Dalam kegiataan stratagi pasar/pangsa pasar suatu nama atau lambang-lambang yang digunakan tersebut disebut sebagai: merek (trademark), nama usaha (business name), dan nama perusahaan (company name).

Merek mempunyai fungsi sebagai berikut: untuk membedakan barang atau jasa produk satu dengan yang lainnya, sebagai jaminan mutu serta agar terhindar dari persaingan usaha tidak sehat yang mencoba untuk membonceng reputasi pemilik merek. Serta sebagai sarana pemasaran dan periklanan (a marketin an advertising device) dengan memasang iklan membuat masyarakat banyak mengetahui suatu merek tersebut, dengan media iklan pula sebuah merek dalam bentuk barang atau jasa dapat menggaet banyak konsumen agar tertarik kepada merek tersebut. Belakangan ini nilai sebuah merek semakin fantasti dikarenakan

1 Agung Indriyanto dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017) h. 1.

(14)

melabarnya suatu periklanan yang tidak hanya di lakukan dikanca nasional saja tetapi sampai internasional.2

Dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 juncto tentang Merek diberikan suatu definisi merek yaitu, tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan dalam perdagangan barang atau jasa..

H.M.N Purwo Sujipto memberikan rumusan bahwa, Merek Adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.3

Hukum merek merupakan bagian dari hukum yang mengatur tentang persaingan curang (unfair competition) dan pemalsuan barang. Suatu perlindungan merek pada awalnya hanya memberikan ketentuan bahwa pihak lain dilarang atau tidak diizinkan untuk memproduksi dan memperdagangkan kepada masyarakat barang yang menyerupai merek pihak lainnya yang telah diketahui masyarakat luas. Dengan berkembang nya merek menjadikan merek sesuatu yang begitu berharga, maka perlindungan hukum suatu merek pun mulai berkembang pula dan menjadikan suatu merek tanda yang diberikan pengakuan kepemilikannya. David Haigh mengatakan bahwa sumber tunggal terbesar dari nilai yang tak berwujud dalam suatu perusahaan adalah merek. Bahkan dengan hanya menggunakan perhitungan keuangan yang konservatif, merek masih terhitung sebagai aset yang berjumlah sangat besar. Oleh karena itu perlindungan hukum atas merek mutlak diperkuat.4

Seiring dengan pemakaian merek dan membawa merek tersebut menjadi dikenal oleh masyarakat banyak, terkadang membawa merek

2 Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Globalisasi dan Integrasi

Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015) h. 3-4.

3 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 343.

(15)

tersebut kedalam masalah yaitu salah satunya membuat merek tersebut menjadi lemah kekuatan nya sebagai sebuah merek karena dalam menyebut suatu barang yang diproduksi tersebut kebanyakan orang menyebut dengan nama merek tersebut, padahal merek nya terkadang berbeda hanya saja barang nya sejenis. Maka dari itu unsur dari keterkenalan merek tersebut menjadi tidak terlihat karena nama merek tersebut berganti menjadi nama barang. Sebagai contoh dapatlah disebutkan misalnya merek Tipp ex sejenis alat untuk mengkoreksi tulisan yang salah. Bahkan pekerjaan untuk mengerjakan koreksi tulisan yang salah itupun berubah menjadi menip-eks. Padahal kemungkinan besar produk barang yang digunakan bukan bermerek Tipp-ex tetapi mungkin Re-Type atau stipo.5

Suatu merek memiliki banyak permasalah-permasalah maka dari itu hukum merek ada untuk mengatur permasalahan-permasalahan tersebut termasuk persaingan tidak jujur. Pembisnis/perorangan yang mengelola suatu bisnis sudah barang tentu mempunyai saingan, persaingan disini dilakukan untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyak nya dengan cara melakukan sebaik-baik nya dalam menyediakan barang atau jasa yang di perdagangkan.

Dalam hal ini yang dibolehkan adalah persaingan secara sehat, karena sebenarnya adanya persaingan antar pembisnis adalah baik karena mempunyai dampak yang baik juga untuk konsumen, masyarakat banyak bahkan untuk pembisnis pula, dengan adanya persaingan pembisnis dapat mempertinggi mutu suatu barang atau jasa, berfikir lebih kreatif untuk menggaet konsumen sebanyak-banyaknya. Suatu persaingan dikatakan melanggar hukum apabila adanya kerugian yang diderita oleh pesaing lainnya karena perbuatan curang yang dilakukan pembisnis/perorangan untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebanyak-banyak.

(16)

Persaingan dianggap menjadi persaingan tidak sehat ketika sudah melanggar aturan-aturan yang tersedia dan melanggar norma-norma perdagangan yang hidup dimasyarakat.6

Menururt Molegraf, persaingan tidak jujur adalah peristiwa didalam mana seseorang untuk menarik para langganan orang lain kepada perusahaan diri nya sendiri atau demi perluasan penjualan omzet perusahaan nya, menggunakan cara-cara bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran didalam perdagangan.

Adapun ketentuan yang mengatur terkait persaingan tidak jujur dalam hal ini terdapat pada pasal 10 bis Konverensi Paris yang berisi bahwa negara yang mengikuti perjanjian tersebut harus memberikan perlindungan secara efektif terhadap persaingan tidak jujur. Pada ayat selanjutnya berisi suatu perbuatan persaingan yang bertentangan dengan praktek-praktek industri dan perdagangan sebagaimana biasanya maka dianggap sebagai persaingan tidak jujur. Pada ayat selanjutnya dijelaskan tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang seperti peniruan merek dan membuat kesesatan pada masyarakat konsumen terkait asal suatu barang atau jasa di produksi.

Tujuan dari seseorang atau suatu badan usaha melakukan persaingan tidak jujur ialah untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebesar-besar. Biasanya dilakukan dengan cara memproduksi barang/jasa sejenis atau tidak sejenisnya dengan menggunakan merek yang menyerupai merek terkenal atau telah dikenal oleh masyarakat banyak dengan tujuan agar masyarakat terkecoh dengan menganggap bahwa merek tersebut sama dengan merek terkenal. Serta dengan cara ini merek tersebut tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak untuk melakukan promosi dan hal-hal lainya yang biasanya dilakukan agar masyarakat cepat mengetahui suatu merek. Seperti contoh sebuah merek “Lux” yang memproduksi sabun mandi yang sudah dikenal di masyarakat banyak, lalu muncul sabun mandi bermerek “Lax”

(17)

maka pada contoh diatas sabun mandi merek “Lax” dianggap telah melakukan persaingan tidak jujur.7

Beberapa kasus yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta memperilihatkan praktik pelanggaran merek atas dasar persamaan pada pokonya. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat melalui Putusan No. 08/Merek/2001/PN.Niaga.Jkt.Pst antara Laboratoire Cosmetique De

Lacousse, sebagai pemilik merek G.M. Collin yang sudah terdaftar di

Denmark, Australia, Inggris, Prancis, Singapura, Brazil, Cina, Cyprus, Colombia, Hongkong, melawan PT Universe Lion yang mendaftarkan merek Collin.

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, melalui putusan Nomor 01/Merek/2001/PN.Niaga/Jkt.Pst. pihak-pihak yang bersengketa adalah PT Lautan Luas Tbk, sebagai pemakai pertama dari merek dagang “Lautan Luas” dan logo TLT” dengan lukisan “Matahari Terbit” melawan Utaya Yososudarmo, yang mendaftarkan merek “SUNSAE BRAND” dengan menggunkan logo “LTL” dengan lukisan “MATAHARI TERBIT”.8 Kasus

hak atas merek Rumah Makan Padang “Sedehana” dan Rumah Makan “Sederhana Bintaro” (2012).9

Adanya sengketa antara PT Kalimantan Steel sebagai penggugat di Pengadilan Niaga dan menjadi pemohon di Mahkamah Agung melawan PT Indo Metal Tech Products sebagai tergugat I dan termohon I dan PD. Berkat Jaya sebagai tergugat II dan termohon II di Mahkamah Agung dengan putusan Nomor 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015 dan di Pengadilan Niaga dengan putusan Nomor 48/Pdt.Sus-Merek/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst. Sebagaimana sengketa ini dimulai karena adanya sangkaan bahwa tergugat I/termohon I memproduksi seng gelombang yang mempunyai kesamaan merek dengan yang diproduksi oleh penggugat/pemohon. Tergugat I/termohon I disini

7 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right), … h. 357-358.

8 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right), … h. 361. 9 Iswi Hariyani, dkk, Penyelesaian Sengketa Bisnis Litigasi, Negoisasi, Konsultasi,

Pendapat Mengikat, Mediasi, Konsiliasi, Adjudikasi, Arbitrase, dan Penyelesaian Sengketa Daring,

(18)

menggunakan merek seng bergelombang tersebut dengan merek “Roket Emas dan Lukisan” dan juga pada saat itu merek “Roket Emas dan Lukisan” belum terdaftar di Daftar Umum Merek (DUM). Dengan demikian, penggugat/pemohon berperasangka merek tergugat I/termohon I memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek penggugat/pemohon yaitu merek “Roket dan Lukisan” yang sudah didaftarkan pada 30 Juli 2007, terlebih merek tergugat I/termohon I sama-sama berada pada kelas 6 dengan barang sejenis nya yaitu seng bergelombang dengan merek penggugat/pemohon. Disini tergugat II/termohon II sebagai pembeli seng gelombang atas merek “Roket Emas dan Lukisan” yang di produksi oleh tergugat I/termohon I, kemudian tergugat II/termohon II memperjualkan/memasarkannya di Kalimantan Barat. Maka berangkat dari sini penggugat/pemohon mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas sengketa merek yang mempunyai persaman pada pokoknya dengan gugatan ganti rugi dengan dasar dasar hukum Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek akan tetapi Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan penggugat atas dasar bahwa merek tergugat I/termohon I tidak mempunyai persamaan pada pokoknya. Tidak puas dengan hasil Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat penggugat/pemohon mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, namun justru Mahkamah Agung memperkuat dengan putusan yang berisi menolak permohonan pemohon/penggugat.

Yang menjadi titik masalah adalah Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung memutus perkara ini dengan menolak semua permohonan penggugat/pemohon, dimana sengketa ini dirasa kurang untuk melindungi merek yang sudah didaftarkan terlebih dahulu dan juga putusan Hakim akan dijadikan Yurisprudensi dalam memutus sengketa-sengketa terkait lainnya.

Berangkat dari uraian yang telah dipaparkan peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dan akan menuangkan dalam judul skripsi

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PERSAMAAN MEREK PADA POKOKNYA ANTARA PT KALIMANTAN STEEL MELAWAN PT

(19)

INDO METAL TECH PRODUCTS DAN PD BERKAT JAYA (STUDI PUTUSAN NO 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015).

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, pokok permasalahan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan pertimbangan Hakim Anggota Mahkamah Agung dalam memutus perkara

b. Adanya persamaan pada kata “Roket” yang sama-sama berada pada merek kelas 6 dan masuk pada barang sejenisnya yaitu seng bergelombang

c. Merek yang sedang dalam proses pendaftaran digugat ke Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan gugatan persamaan merek

d. Tahapan pendaftaran merek di Indonesia

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian yaitu memfokuskan tentang pertimbangan-pertimbangan Hakim dalam memutus sengketa merek, terkait adanya persamaan pada pokoknya antara “Roket dan Lukisan” milik PT Kalimantan Steel dengan “Roket Emas dan Lukisan” milik PT Indo Metal Tech Products

3. Perumusan Masalah

Yang menjadi masalah utama pada penelitian ini adalah putusan Majelis Hakim yang seolah-olah tidak melindungi pendaftaran merek “Roket dan Lukisan” melalui putusan Nomor 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015 berbunyi menolak permohonan pemohon. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka perumusan masalahnya adalah adanya persamaan pada pokoknya analisa “Roket dan Lukisan” dan “Roket

(20)

Emas dan Lukisan”. Untuk memudahkan peneliti maka perumusan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus sengketa persamaan pada pokoknya merek “Roket dan Lukisan” dengan “Roket Emas dan Lukisan” antara PT Kalimantan Steel melawan PT Indo Metal Tech Products dan PD Berkat Jaya?

b. Apakah gugatan terkait persamaan merek pada pokoknya oleh PT Kalimantan Steel dapat dilakukan kepada PT Indo Metal Tech Products apabila merek yang dipersengketakan dalam tahap mendaftarkan merek?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan tujuan dalam penelitian yang dilakukan, antara lain:

a. Untuk menganalisis dan memahami yang menjadi pertimbangan Hakim dalam memutus sengketa persamaan merek pada pokoknya antara PT Kalimantan Steel dengan PT Indo Metal Tech Products dan PD Berkat Jaya

b. Untuk memahami dapat tidaknya gugatan atas sengketa persamaan pada pokoknya dilakukan apabila pihak lawan yaitu PT Indo Metal Tech Products dalam tahap mendaftarkan merek yang di persengketakan

2. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan manfaat dalam penelitian yang dilakukan, antara lain:

Manfaat Teoritis:

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum khusus nya hukum bisnis yang berkaitan dengan hukum merek atas sengketa persamaan merek pada pokoknya

(21)

b. Hasil penelitian ini dapat diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk pembaca

Manfaat Praktis:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan untuk para pengusaha pada sengeketa tentang merek khususnya pada persamaan merek pada pokoknya

2) Untuk penegak hukum agar menjadi pertimbangan untuk mengkaji kembali permasalah tentang persamaan merek pada pokoknya khususnya terkait persamaan merek pada pokoknya pada kata yang orang banyak tahu makna nya dan dijadikan suatu merek

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian hukum yuridis normatif.Penelitian yuridis normatif mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.10 Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu bahwa peneliti dalam menganalisis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian.11

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.12

10 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafik, 2010) cet. kedua h. 105. 11 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) h. 183.

12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2014) cet. ke-9, h. 133.

(22)

Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian hukum normatif bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.13

3. Sumber Penelitian

Sumber data yang akan digunakan sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif). Bahan hukum tersebut terdiri atas (a) peraturan perundang-undangan, missal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketanakerjaan, dan sebagainya; (b) catatan-catatan risalah resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, misalnya kajian akademik yang diperlukan dalam pembuatan suatu rancangan peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan daerah; dan (c) putusan hakim, misalnya putusan Mahkamah Agung (MA) tentang hasil pemilihan Gubernur.14 Dalam hal ini peneliti menggunakan bahan-bahan primer sebagai berikut: Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Acara Perdata dan Putusan

Pegadilan Niaga No

48/PDT.Sus-Merek/2014/PN.NIAGA.JKT.PST dan Putusan Mahkamah Agung No 234 K/Pdt.Sus-HKI/2015.

b. Bahan Hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar hukum.15

13 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, … h. 190.

14 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, … h. 47.

(23)

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan pelengkap, seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.16

4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah studi pustaka yang mana dilakukan dengan menelaah semua undang-undang, regulasi, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

5. Metode Analisis data

Dalam menganalisis data peneliti menghubungkan setiap bahan-bahan hukum yang didapat kemudian juga di hubungkan dengan teori-teori yang berkaitan. Yang nantinya disajikan dalam penulisan yang sistematis, untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari sebuah rumusan masalah.

6. Metode Penulisan

Teknik penyusunan penulisan ini penulis menggunakan metode penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas sub-sub untuk lebih memperjelas ruang lingkup dan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

BAB I bab ini berupa pendahuluan yang didalam nya terdapat beberap sub yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

16 Munir Fuady, Metode Riset Hukum Pendekatan Teori dan Konsep, (Depok: Rajawali Pers, 2018) h. 158.

(24)

BAB II bab ini peneliti akan memaparkan mengenai Kerangka Konseptual, Kajian Tentang Merek, Kerangka Teori, dan Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu terkait merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya.

BAB III bab ini peneliti akan memaparkan tentang duduk perkara dan pertimbangan-pertimbangan Hakim dalam memutus perkara di tingkat Pengadilan Niaga dan di tingkat Mahkamah Agung yang terjadi antara PT Kalimantan Steel dengan PT Indo Metal Tech Products dan memaparkan perkara terdahulu yaitu Kopitiam melawan Kok Tong Kopitiam

BAB IV bab ini peneliti akan memaparkan analisis permasalahan sekaligus menjawab rumusan masalah mengenai pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara persamaan merek pada pokoknya “roket dan lukisan” dengan “roket emas dan lukisan” antara PT Kalimantan Steel melawan PT Indo Metal Products dan PD Berkat Jaya dan juga mengenai apakah gugatan atas persamaan pada pokoknya dapat dilakukan apabila pihak terkait dalam tahap mendaftarkan merek yang di persengketakan tersebut

(25)

13

“Kerangka Konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variable-variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan”.1 Sebagai berikut:

1. Merek

Menurut Prof. R. Soekardono, merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan suatu barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan perusahaan lain.2

Menurut R.M. Suryodiningrat, merek adalah barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakan dari barang-barang sejenis pabrik perusahaan lain, tanda itu disebut Merek Perusahaan.3

Menurut Kotler dan Keller (2009:172), merek adalah nama, istilah, lambang atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengindetifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensikan mereka dari pesaing.4

Pada era ini merek memegang peranan penting dalam perdagangan. Beberapa fungsi merek, yaitu:

1 Dodiet Aditya Setiawan, Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian Politeknik

Kesehatan Kemenkes Surakarta, 2014, h. 10. Dilihat pada

https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2014/03/tinjauan-pustaka-kerangka-teori-dan-kerangka-konsep_2014.pdf

2 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia Jilid I, (Jakarta: Dian Rakyat 1983) cet. kedelapan, h. 149.

3 R.M. Suryodiningrat, Pengantar Ilmu Hukum Merek, (Jakarta: Pradnya Paramitha, 1998) h. 3.

4https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3147/Bab%20 2.pdf?sequence=7 diakses pada 13 Oktober 2020 pukul 20.45 WIB.

(26)

a. Fungsi tanda untuk membedakan (distinctive function)

Merek digunakan sebagai tanda pembeda untuk memberikan identitas pada barang-barang atau jasa-jasa dan untuk membedakan barang-barang atau jasa-jasa yang diperdagangkan oleh produsen satu dengan produsen lainnya.

b. Fungsi jaminan mutu (quality product function)

Suatu merek akan membekas dibenak ingatan konsumen dari mutu barang-barangnya yang pernah dibeli oleh konsumen. Maka mutu membawa dampak bahwa merek sebagai jaminan kepada konsumen akan memberikan kualitas mutu yang sama.

c. Fungsi daya tarik dan promosi (promotion and impression

function)

Suatu merek sebagai daya tarik untuk menarik perhatian konsumen sangatlah penting, sehingga sering sekali merek diciptakan dengan unik yaitu dengan warna-warna yang menarik dan mudah diingat oleh konsumen, serta sebagai promosi, reklame atau iklan bagi barang-barang atau jasa-jasa yang ditandai merek tersebut, dimana kemasan dari produk tersebut ialah media promosi yang dapat dilihat langsung oleh konsumen dan dengan media iklan yang diputar terus menerus maka masyarakat konsumen akan mengingat merek tersebut.5

Adapun fungsi merek lainnya seperti: (a) Menjaga persaingan usaha yang sehat; (b) Melindungi dan memberikan kepastian hukum kepada konsumen; (c) Sebagai sarana bagi pengusaha untuk memperluas bidang usahanya; (d) Sebagai sarana untuk dapat menilai kualitas suatu barang; (e) Untuk memperkenalkan barang dan/atau jasa atas suatu produk serta; (f) Untuk memperkenalkan identitas perusahaan yang membuat barang dan/atau jasa tersebut.6

5 Suyud Margono, Hak Milik Industri, Pengaturan dan Praktik di Indonesia, (Bogor: Chalia Indonesia, 2011) h. 51-52.

6 Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011) h. 33.

(27)

Merek terbagi menjadi beberapa jenis yaitu merek dagang, merek jasa dan merek kolektif. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainya. Merek kolektif (collective

mark) adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan

karakteristik yang sama diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.7

2. Persamaan Pada Pokoknya

Pada Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menjelaskan yang dimaksud dengan “persamaan pada pokoknya” adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.

Suatu merek dikatagorikan mempunyai persamaan pada pokoknya ialah apabila merek tersebut menyerupai merek pihak lain atau menambahkan kata atau menambahkan simbol-simbol pada merek tersebut agar tidak mirip secara keseluruhan melainkan hanya sama pada penglihatan sekillan atau pada pokoknya. Pada merek yang demikian, membuat masyarakat beranggapan bahwa merek tersebut terasosiasi atau berasal dari satu produksi yang sama dengan merek yang diserupainya.8

7 Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2011) h. 212.

8 Agung Indriyanto, dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017) h. 112.

(28)

Dalam konsep “a likelihood of confusion” suatu merek dianggap memiliki persamaan pada pokoknya jika masyarakat beranggapan bahwa merek tersebut berasal dari perusahaan yang sama dengan merek yang diserupainya. Karena dalam konsep tersebut adanya “persamaan pada pokoknya” apabila menimbulkan persamaan membingungkan (a

likelihood of confusion) atau menimbulkan persamaan asosiasi (a likelihood of association) suatu merek tersebut di kalangan masyarakat

yang menyesatkan.

Dalam konsep “a likelihood of confusion” adanya kebingungan secara tidak langsung dikalangan masyarakat atau konsumen terkait asal suatu merek barang atau jasa yang dipakai, keadaan ini juga cenderung adanya kesalahan masyarakat atau konsumen dalam mengenal betul suatu tanda atau simbol pada merek barang atau jasa. Akan tetapi dalam hal adanya anggapan persamaan asosiasi (likelihood

of association) tidak menjadikan merek tersebut membingungkan (a likelihood of confusion), namun persamaan asosiasi dapat dijadikan

unsur untuk mendeskripsikan cakupan dalam persamaan yang membingungkan.

Persamaan yang membingungkan bagi masyarakat harus lebih diperhatikan, karena dalam hal ini adanya faktor yang saling berkaitan dengan kondisi kasus. Oleh karenanya suatu pengakuan merek di masyarakat harus diberikan perhatian yang lebih dan derajat persamaan yang timbul dari keseluruhan kesan (overall impression) antara merek dan produk yang didefinisikan. Pada praktik di Uni Eropa, ECI memberikan kesempatan kepada negara anggota merundingkan untuk menetapkan apakah standar a likelihood of confusion dibawah hukum merek dengan konsisten terhadap hukum persaingan (competition law atau antitrust law), apabila di kemudian hari terdapat suatu pernyataan yang menyesatkan.

Terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa suatu merek dapat ditolak permohonan pendaftarannya apabila merek terebut memiliki

(29)

persamaan pada pokoknya untuk barang atau jasa sejenis atau tidak sejenis. Kaitanya dengan konsep a likelihood of confusion apabila adanya persamaan pada pokoknya yang menyebabkan kebingungan dari masyarakat konsumen atas asal suatu merek barang atau jasa tersebut, yang kebanyakan beranggapan bahwa merek tersebut di produksi oleh perusahaan yang sama dengan merek yang diserupainya. Namun dalam persamaan asosiasi (a likelihood of association) apabila suatu merek mempunyai persamaan pada pokoknya sudah cukup dianggap adanya persamaan asosiasi (a likelihood of association) tanpa harus menimbulkan kebingungan pada masyarakat konsumen.9

Suatu merek dianggap mempunyai “persamaan pada pokoknya” dengan merek lain ditentukan dengan patokan yang lebih luwes dibanding doktrin entires. Dalam arti “persamaan pada pokoknya” (similar), dianggap terwujud apabila mereka hampir mirip (nearly

resembles) dengan merek lain yang didasarkan pada: (a) Persamaan

bunyi; (b) Persamaan arti; dan (c) Persamaan tampilan

a. Persamaan Bunyi

Persamaan pada pokoknya yang timbul karena persamaan bunyi, contoh dalam kasus Salonpas vs. Senoplas Rechtbank Den Haag 8 Desember.

b. Persamaan Arti

Persamaan pada pokoknya yang timbul karena persamaan arti, misalnya, Cap Mangkok Merah vs. Juanlo (Juanlo dalam bahasa Korea artinya Mangkok) Putusan Mahkamah Agung No. 352/Sip/1975 tanggal 2 Januari 1982.

c. Persamaan Tampilan

Persamaan pada pokoknya yang timbul karena persamaan tampilan, misalnya dari sisi bentuk, gambar, peneraan hurufnya,

9 Rahmi Jened, Hukum Merek Trademark Law Dalam Era Globalisasi dan Integrasi

(30)

contohnya, merek 739 vs. 234 (produk rokok), 234 vs 739 atau merek Surya untuk kopi dan merek Surya untuk rokok.10

Untuk menilai persamaan pada merek, unsur pembentuk merek harus dipertimbangkan secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan yang utuh tanpa mengadakan pemecahan atas bagian-bagianya dari merek tersebut. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan unsur fenotik, visual, dan konseptual dari suatu merek.

1) Persamaan Secara Fonetik

Persamaan fonetik ialah adanya bunyi pada suatu kata yang memiliki persamaan. Dalam menentukan persamaan fonetik pada suatu merek yang harus diperhatikan ialah suku kata, struktur kata, dan intonasi dalam kata. Bunyi pada suku kata sangat menentukan apakah terdapat persamaan fonetik pada suatu merek, persamaan secara fonetik umumnya ditentukan pada merek kata, nama ataupun slogan yang dalam pengucapannya dimungkinkan timbulnya kesamaan bunyi. Berikut adalah penjelasan mengenai unsur-unsur merek tersebut:

a) Unsur Kata

Unsur kata pada suatu merek boleh terdiri dari satu maupun lebih dari satu kata. Biasanya kata utama dalam merek mempunyai fungsi untuk menjadi pembeda diantara merek sejenis lainnya. Dalam hal memastikan adanya persamaan unsur kata dengan merek pihak lain maka yang dapat dilihat terlebih dahulu ialah kata mana yang menjadi identitas pada suatu merek untuk produk barang atau jasa.

Dalam menentukan adanya persamaan pada unsur-unsur kata terkadang memiliki pandangan yang berbeda satu orang

10 Rahmi Jened, Hukum Merek Trademark Law Dalam Era Globalisasi dan Integrasi

(31)

dengan lainnya. Merek pada kata dibagi menjadi dua yaitu kata tunggal dan kata majemuk.

1) Kata Tunggal

Dianggap adanya persamaan fonetik pada kata tunggal apabila kata tunggal yang dijadikan merek itu memiliki arti atau makna lebih dari satu, walaupun dalam pemakaian merek tersebut memiliki arti yang berbeda dalam pemakaiannya. Namun apabila merek tersebut dapat memunculkan daya pembeda pada masyarakat konsumen maka merek tersebut cukup dianggap berbeda. Contoh kata “Koki” dijadikan suatu merek, kata koki memiliki dua arti yaitu koki sebagai juru masak, dan koki dalam arti jenis ikan yaitu ikan koki. Apabila “Koki” dijadikan suatu merek, maka merek kedua “Koki” yang muncul/mendaftarkan itulah yang memiliki persamaan dengan merek “Koki” yang pertama kali muncul/mendaftarkan. Namun jika merek “Koki” yang kedua tersebut memunculkan daya pembeda dengan merek “Koki” yang pertama maka daya pembeda tersebut dapat menghilangkan persamaan pada kata tersebut. Serta dianggap memiliki persamaan apabila suatu merek pada kata tersebut mengeluarkan bunyi yang sama atau terdengar sama akan tetapi susunan huruf nya berbeda, walupun pada kata tersebut adanya penambahan kata. Beberapa kasus permohonan pendaftaran merek yang ditolak karena memiliki persamaan pada pokoknya secara fonetik. Merek terdaftar “INOLON” dan merek pemohon “INLON” yang ditolak karena memiliki persamaan secara fonetik dengan merek “INOLON” yang sudah terdaftar.

(32)

Merek terdaftar OSIMAX dan merek pemohon: OXIMAK.11

2) Kata Majemuk

Menentukan persamaan kata pada merek yang menggunakan kata majemuk dibutuhkan suatu kata yang mempunyai daya pembeda yang menonjol untuk mengukur persamaan pada kata. Namun pada persamaan salah satu kata pada merek yang menggunakan kata majemuk apakah membuat masyarakat tersesat dalam memilih barang/ jasa tersebut.

Merek yang menggunakan kata majemuk yaitu merek yang menggunakan lebih dari satu kata, jika salah satu kata pada merek hanya berfungsi untuk mendeskripsikan kata yang utama maka menjadikan merek tersebut lemah sebagai tanda pembeda, apabila jika pihak lain sudah lebih dulu menggunakan merek yang utama tersebut. Oleh karenanya untuk menentukan adanya persamaan pada kata majemuk perlu menemukan kata yang menonjol pada merek tersebut. Pada Merek “ABC HERBAL” yang dimohonkan untuk sediaan pembersih (NCL3) terdiri dari kata unsur kata “ABC” dan unsur kata “HERBAL”. Kata “HERBAL” dinilai bersifat deskriptif karena mengandung pengertian bahwa produk yang diperdagangkan mengandung unsur herbal yang aman bagi kesehatan. Kata “HERBAL” hanya berfungsi sebagai keterangan unsur merek lainnya, yaitu susunan huruf “ABC”.

Merek “ABC” telah terdaftar atas nama orang lain untuk jenis barang yang sama dengan merek pemohon. Apabila

11 Agung Indriyanto, dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, … h. 112-114.

(33)

pemohonan merek “ABC HERBAL” didaftar akan mengakibatkan konsumen terkecoh. Konsumen akan mengira bahwa merek “ABC HERBAL” diproduksi oleh produsen yang sama engan merek terdaftar merek ABC dan menganggap merek lawan merupakan varian dari merek terdaftar. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka merek ABC HERBAL dinilai mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek ABC.”12

b) Nama Orang

Nama seseorang dapat dijadikan suatu merek, dalam hal menentukan adanya persamaan merek pada nama orang sama halnya dengan ketentuan pada kata tunggal maupun kata majemuk. Tidak dianggap memiliki persaman apabila susunan huruf yang berbeda dan mengeluarkan bunyi yang berbeda pada merek dengan nama orang. Seperti contoh Gilardhino sebagai merek yang sudah terdaftar, dan merek GILARDINI sebagai merek pemohon.13

2) Persamaan Secara Visual

Persamaan secara visual ialah persamaan pada merek berdasarkan adanya kesamaan dalam unsur grafis yang berbentuk warna dan cara penulisan sebuah merek. Menentukan adanya persamaan secara visual dengan cara dilihat secara keseluruhan merek tidak memotong-motong suatu merek. Biasanya persamaan secara visual dilakukan pada merek yang mempunyai unsur grafis seperti unsur nama, kata, logo, susunan warna, serta kombinasi unsur-unsur tersebut.

a) Persamaan visual antara merek kata

12 Agung Indriyanto, dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, … h., 115-116.

(34)

Persamaan visual antara merek kata ialah adanya persamaan pada susunan huruf-huruf suatu merek yang di rubah sedikit agar terlihat berbeda. Melalui bunyi yang dikeluarkan pada pelafalan merek tersebut berbeda akan tetapi pengelihatan masyarakat konsumen secara visual terkadang kedua nya memiliki persamaan. Seperti merek BIORE merek yang sudah terdaftar dengan merek BIORF merek milik pemohon.

b) Persamaan visual antara merek figuratif

Merek figuratif ialah merek yang memasukan unsur logo, lukisan atau susunan warna. Pada merek ini dianggap memiliki persamaan apabila masyarakat konsumen tersesat karena adanya persamaan unsur diatas sepeti logo, lukisan atau susunan warna. Seperti merek ITU AIRCON (dengan logo), merek yang sudah terdaftar, dengan ITU (dengan logo yang hampir sama dengan merek terdaftar) merek milik pemohon.14

3) Persamaan Secara Konseptual

Persamaan secara konseptual ialah apabila suatu merek memiliki persamaan pada makna atau keterkaitan satu sama lain. Dalam menemukan adanya persamaan secara konseptual dibutuhkan suatu pemahaman yang lebih terkait tata bahasa, karena terkadang gaya bahasa atau olah bahasanya berbeda tetapi mengandung makna yang sama. dalam hal persamaan secara konseptual yang menjadi fokus ialah makna dari merek tersebut. Seperti contoh pada merek Doctor Coffe yang sudah terdaftar dengan merek DR Coffe sebagai merek milik pemohon.15

3. Pengakuan Hak Kepemilikan Merek Menurut Hukum Islam

Pada hukum islam, para ulama klasik belum membahas terkait merek, sebab merek pertama kali digunakan di Negara-negara Eropa,

14 Agung Indriyanto, dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, … h. 119-120.

(35)

dan Undang-Undang tentang perlindungan merek baru muncul pada pertengahan abad 19. Hanya saja, dalam fiqih klasik ditemukan topik pembahasan yang mirip dengan merek, yaitu mal (harta) dan milkiyyah (kepemilikan). Dari topik dimaksud, ulama fiqh kontemporer mengkaji dan menghukumi merek.16

Secara harfiah, harta (al-mal) adalah malaktahu min kulli sya’i (harta adalah segala sesuatu yang engkau punyai). Adapun dalam secara terminologis, harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut hukum syara’ (hukum islam).17 Secara

etimologi, kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk yang berarti penguasaan terhadap sesuatu. Secara terminologi, al-milk yaitu pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap benda itu (sesuai dengan keinginannya) selama tidak ada halangan syara’.18

Dalam Fatwa MUI Nomor 1/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pada ketentuan umum yang dimaksud dengan kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual dari yang bersangkutan sehingga memberikan hak privat baginya untuk mendaftarkan dan memperoleh perlindungan atas karya intelektualnya. Sebagai bentuk penghargaan atas karya kreativitas intelektualnya tersebut Negara memberikan hak eksklusif kepada pendaftarnya dan/atau pemiliknya sebagai pemegang hak yang sah dimana pemegang hak mempunyai hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya atau tanpa hak,

16 https://islam.nu.or.id/post/read/93065/merek-menurut-hukum-islam diakses

pada 06 Oktober 2020 pukul 23.28 WIB.

17 Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014) h. 127. 18 Mardani, Hukum Bisnis Syariah, … h. 113.

(36)

memperdagangkan atau memakai hak tersebut dalam segala bentuk dan cara. Tujuan pengakuan hak ini oleh Negara adalah agar setiap orang terpacu untuk menghasilkan kreativitas-kreativitasnya guna kepentingan masyarakat secara luas.

Hak atas merek, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain yang yang menggunakannya. (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek).

Pada ketentuan hukum, dalam hukum islam HKI dipandang sebagai salah satu huquq Maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashun) sebagaimana mal (kekayaan). HKI yang mendapatkan perlindungan dalam islam adalah HKI yang tidak bertentangan dengan hukum islam.19

Ditarik kesimpulan bahwa menurut Fatwa MUI Nomor 1/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pengakuan hak kepemilikan merek menurut hukum islam yaitu serupa dengan hukum konvesional yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang menyatakan bahwa pengakuan hak atas merek diberikan setelah merek terdaftar pada Daftar Umum Merek.

4. Pendaftaran Merek

Pendaftaran merek sangatlah penting serta undang-undang pun mengatur bahwa merek harus didaftarkan. Dengan didaftarkannya merek, merek tersebut berguna sebagai dasar penolakan atas merek yang mempunyai kesamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya yang sedang dimohonkan oleh orang lain untuk barang atau jasa sejenis

19 https://www.dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/FatwaMUI.pdf diakses pada 7 Oktober 2020 pukul 01.22 WIB.

(37)

maupun tidak sejenis nya. Serta dapat berguna sebagai alat bukti yang sah atas merek terdaftar jika di kemudian hari muncul sengeketa.20

Pada Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tetap konsisten menggunakan sistem konstitutif. Sistem konstitutif ini menganut prinsip first to file yang memiliki arti seseorang yang mendaftarkan lebih dulu sebuah merek maka yang dapat menggunakan merek tersebut. Serta negara tidak mengizinkan pihak lain mendaftarkan merek yang memiliki persamaan secara keseluruhan maupun pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan terlebih dahulu untuk barang atau jasa sejenisnya.21

Pada sistem konstitutif memberikan perlindungan terhadap sebuah merek yang sudah didadaftarkan atas perbuatan-perbuatan seseorang maupun badan hukum yang melanggar hak atas merek dengan cara menuntut ganti rugi, melaporkan ke polisi setempat agar di proses secara pidana serta dapat menuntut untuk membatalkan suatu merek yang didaftarkan dengan cara melanggar.22

Ketentuan permohonan merek yang diatur pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek sebagai berikut:

1. Permohonan diajukan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan: a. Tanggal, bulan dan tahun;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon; c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan

melalui kuasa;

20 Venantia Sri Hadiarianti, Memahami Hukum Atas Karya Intelektual, (Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2015) h. 56.

21 Tommy Hendra Purwaka, Perlindungan Merek, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018) h. 103.

22 Karlina Perdana, Kelemahan Undang-Undang Merek Dalam Hal Pendaftaran Merek

(Studi Atas Putusan Sengketa Merek Pierre Cardn), Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017,

(38)

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna;

e. Nama Negara dan tanggal permintan merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas;

2. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.

3. Pemohon sebagimana dimaksud pada ayat (b) dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum 4. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.

5. Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.

6. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (e), permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan.

7. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf (e), diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.

8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada huruf (g) ialah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.

Pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang menyatakan bahwa dalam hal seluruh Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 telah terpenuhi, terhadap permohonan diberikan tanggal penerimaan. Tanggal penerimaan sebagaimana dimaksud dicatat oleh Direktorat Jenderal.

Kemudian dilakukan pemeriksaan subtantif oleh Direktorat Jenderal sesuai Pasal 18 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pemeriksaan subtantif dilaksanakan berdasarkan Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6. Kemudian bunyi Pasal 20 Undang-Undang

(39)

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam hal pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan subtabtif bahwa permohonan dapat disetujui untuk didaftar, atas persetujuan Direktorat Jenderal, permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

5. Merek Yang Tidak Dapat Didaftarkan

Terdapat beberapa merek yang tidak dapat didaftarkan, karena tidak semua merek dapat didaftarkan. Merek yang tidak dapat didaftarkan dikarenakan adanya dugaan pemohon merek dalam mendaftarkan merek dengan dilandasi itikad tidak baik. Pemohon yang beritikad tidak baik yaitu pemohon yang dalam mendaftarkan merek tersebut dengan tidak jujur, mempunyai niat untuk membonceng, meniru dan menjiplak kepopuleran suatu merek tertentu untuk kepentingan pribadi, serta menimbulkan persaingan tidak sehat dan mengelabui atau menyesatkan konsumen. Dalam hal ini yang mendaftarkan mereknya adalah orang atau badan hukum.

Persyaratan untuk mendapatkan hak atas merek sebagai berikut; (a) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum; (b) Memiliki daya pembeda; (c) Bukan milik umum; (d) Bukan merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya; (e) Tidak merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum, kecuali atas persetujuan; (f) Tidak menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol Negara, stempel resmi Negara kecuali atas persetujuan; (g) Tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal.

Merek yang tidak dapat didaftarkan apabila, misalnya:

a. Merupakan tanda yang terlalu sederhana dan tidak memiliki daya pembeda. Contohnya garis atau titik. Terlalu rumit, misalnya benang kusut, susunan puisi;

(40)

b. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Misalnya kata atau lukisan/gambar yang melanggar kesusilaan, menyinggung kehormatan dan perasaan agama;

c. Tanda yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang yang dibubuh merek tersebut. Misalnya gambar jeruk untuk sirup jeruk mengandung rasa jeruk;

d. Tanda yang sudah menjadi milik umum. Misalnya jempol; e. Tanda kata-kata yang sudah umum. Misalnya kerbau.

Disamping itu, permohonan merek harus ditolak dengan alasan mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang/jasa sejenisnya dengan alasan: (a) Ada merek lain yang sudah terdaftar lebih dahulu; (b) Ada merek yang sudah terkenal milik pihak lain; (c) Berkaitan dengan indikasi geografis yang sudah terkenal.

Yang dimaksud dengan Persamaan Pada Pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antar merek yang satu dan merek lainya. Menurut yurisprudensi persamaan pada pokoknya adalah sebagai berikut:

1) Persamaan pada pokoknya yang menyangkut bunyi. Misalnya kasus Salonpas dengan Sanoplas. Akhirnya merek Sanoplas harus dihapus; merek Sony dengan Sonni.

2) Persamaan pada gambar. Misalnya kasus Miwon dan Ajinomoto yang keduanya bergambar mangkok merah, walau mangkok dalam posisi berbeda.

3) Persamaan yang berkaitan dengan arti sesungguhnya; Misal De Zon (Belanda berarti matahari, Solei (Prancis).

4) Persamaan pada pokoknya karena tambahan kata. Misalnya kasus minuman air mineral Aqua dengan Aquaria.

(41)

5) Indikasi Geografis. Misalnya Kopi Toraja dari daerah Toraja. Brem Bali dari Bali, Batik Pekalongan dari Pekalongan, dan lain-lain”.23

Pemeriksa merek melihat “daya pembeda” suatu merek dari 2 segi yaitu; (a) Daya pembeda yang kuat dan; (b) Daya pembeda yang lemah. Adanya daya pembeda kuat pada suatu merek mengakibatkan perlindungan yang kuat. Sebaliknuya lemahnya daya pembeda membuat perlindungan merek menjadi lemah. Perlindungan merek disini adalah perlindungan dalam hubungannya dengan kemampuan daya pembeda yang dimiliki oleh merek tersebut yang terkait dengan penilaian ada tidaknya persamaan pada pokoknya dengan merek milik pihak lain.

Menentukan kuat lemah nya daya pembeda tergantung pada unsur-unsur merek tersebut. Apabila sebuah merek tidak mencantumkan terkait barang yang dimintakan pendaftarannya dan tidak memiliki kesamaan dengan merek lain maka perlindungan terhadap merek tersebut menjadi kuat. Justru sebaliknya apabila sebuah merek mencantumkan terkait barang yang dimintakan pendaftarannya dan memiliki kesamaan dengan merek lain maka perlindungan terhadap merek tersebut menjadi lemah, dan peluang untuk ditolak nya suatu pendaftaran merek semakin besar.

Terdapat dua dasar atau alasan bagi Dirjen Hak Kekayaan Intelektual menolak pendaftaran merek yaitu penolakan secara absolut dan penolakan secara relatif. Penolakan secara absolut karena bersifat umum atau universal dan bersifat obyektif maka dalam hal ini setiap pemeriksa merek harus mengetahui dan mengerti, dan bisa juga dasar dalam penolakan pendaftaran merek yang sudah diatur dalam setiap perundang-undangan dibanyak negara. Penolakan secara relatif yang bersifat subyektif maka penolakan itu bergantung pada keahlian dan

(42)

kecakapan pemeriksa merek serta ketentuan tersebut tidak semua Negara mencantumkannya.

Diluar negeri banyak merek yang memiliki daya pembeda yang kuat karena merek tersebut diambil dari nama orang yang menjadi pendiri perusahaan, contohnya merek Ford, Toyota, Suzuki, Honda, Mercedes Benz, BMW, Harley-Davidson, Roll-Royce, Hewlett Packared, Dell, dan lain-lain. Ada pula merek luar negeri yang berasal dari penemuan nama yang bersifat unik dan berbeda dengan nama merek yang sudah ada, contohnya: Nokia, Samsung, LG, Kia, Yahoo, Google, Windows, Intel, Lenovo, Acer, Coca Cola, Fanta, Sprite, Chevrolet, CitiBank, Rolex, Thosiba, dan lain-lain”.

Dalam membuat suatu merek yang harus diperhatikan ialah unsur pembeda nya harus kuat, merek tersebut harus berbeda dengan merek lainnya yang sudah ada dan harus memiliki keunikan tersendiri. Yang membuat merek tersebut sulit untuk ditiru, dijiplak bahkan diikuti oleh pihak lain. Salah satu kiat untuk membuat membuat merek yang unik adalah dengan memakai nama pendiri perusahaan, contohnya: merek mobil ford yang berasal dari nama sang pendiri yaitu Henry Ford. Dengan cara ini orang lain akan kesulitan untuk mengklaim nama tersebut dikemudian hari.24

6. Perbuatan Melawan Hukum

Istilah “perbuatan melawan hukum” dalam bahasa Belanda disebut dengan onrechtmatige daad. Sebenarnya, istilah perbuatan melawan hukum ini bukanlah satu-satunya istilah yang dapat diambil sebagai terjemah dari onrechtmatige daad, akan tetapi masih ada istilah lainya seperti:

a. Perbuatan yang bertentangan dengan hukum

24 Iswi Hariyani dkk, HAKI dan Warisan Budaya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 2017) h. 119-120.

(43)

b. Perbuatan yang bertentangan dengan asas-asas hukum. c. Perbuatan yang melanggar hukum

d. Tindakan melawan hukum e. Penyelewengan perdata

Sebenarnya, semua istilah tersebut pada hakikatnya adalah bersumber dari ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata yang mengatakan, bahwa tiap perbuatan melawan hukum, yang menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.25

Suatu perkembangan yang penting dalam teori hukum adalah mengenai pengertian melawan hukum yang diatur dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Semula pengertian melawan hukum hanya diartikan secara sempit yaitu perbuatan yang melanggar undang-undang saja. Akan tetapi, kemudian Hoge Raad dalam kasus yang terkenal Lindenbaum melawan Cohen memperluas pengertian melawan hukum bukan hanya sebagai perbuatan yang melanggar undang-undang, tetapi juga kehati-hatian, dan kesusilaan dalam hubungan antara sesama masyarakat dan terhadap benda orang lain.26

Selanjutnya, dijelaskan bahwa syarat-syarat yang harus ada untuk menentukan suatu perbuatan sebagai melawan hukum, yaitu:

a. Harus ada perbuatan, yang dimaksud dengan perbuatan ini bersifat positif maupun negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat;

b. Perbuatan tersebut harus melawan hukum c. Ada kerugian

25 P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) cet. pertama, h. 303.

26 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 119.

(44)

d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;

e. Adanya kesalahan (schuld).

Hingga saat ini, perbuatan melawan hukum mengalami perkembangan. Sejak putusan Hoge Raad dalam perkara Lindenbaum vs. Cohen pada 13 Januari 1919, pengertian melawan hukum diartikan secara luas sebagai berikut:

1) Melanggar hak subjektif orang lain berarti melanggar wewenang khusus yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. Suatu perbuatan hukum apabila perbuatan itu secara langsung melanggar hak subjektif orang lain. Menurut pandangan dewasa ini, disyaratkan adanya pelanggaran terhadap tingkah laku berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis, yang seharusnya tidak dilanggar oleh pelaku dan tidak ada alasan pembenaran menurut hukum.

2) Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku. Kewajiban hukum diartikan sebagai kewajiban berdasarkan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk perbuatan pidana pencurian, penggelapan, penipuan dan pengrusakan.

3) Bertentangan dengan kaidah kesusilaan, yaitu bertentangan dengan norma-norma moral, sepanjang dalam kehidupan masyarakat diakui sebagai norma hukum. Utrech menulis bahwa yang dimaksud dengan kesusilaan ialah semua norma yang ada didalam kemasyarakatan, yang tidak merupakan hukum, kebiasaan, atau agama.

4) Bertentangan dengan kepatutan yang berlaku dalam lalu lintas masyarakat terhadap diri dan orang lain. Dalam hal ini harus dipertimbangkan kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain dan mengikuti apa yang menurut masyarakat patut dan layak.

Gambar

Gambar 4.1: tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI 5
Gambar 4.4: tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI
Gambar 4.5: tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI
Gambar 4.6: tangkapan layar merek terdaftar di situs DJKI 12
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pakaian adat batak karo untuk laki-laki menggunakan uis nipes beka buluh atau kain sebagai penutup kepala, sertali rumah-rumah atu hiasan leher, sertali rumah- rumah

berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bandeng Presto Sebagai Oleh-Oleh Khas Semarang (Studi Kasus Pada Pusat Oleh-Oleh Bandeng Juwana Semarang)”. Skripsi ini

Puji dan syukur kami panjatkan kepaada Allah SWT, karena berkat karunia dan rahmat-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bisa menyelesaikan makalah Hukum Pidana ini.. Untuk itu,

4 UUD RI tentang SISDIKNAS, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.. yang tinggi disertai dengan karakter yang baik atau Islam menyebutnya. dengan Akhlakul Karimah, maka dari

and fight back of Ann Eliza to rebel the polygamy law in Mormon

Buku Panduan Pendidikan Guru Pengajar Al- Qur’an (PGPQ) , Blitar: Lembaga Pendidikan Al- Qur’an Ponpes Nurul Iman.. Najibullah Abu Saiful

Bapak dan Ibu Staff TU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PemerintahanUniversitas Muhammadiyah Malangyang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan

Menimbang, bahwa dalam praktik peradilan niaga, pendaftaran merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan sebagai Merek terdaftar dalam Daftar Umum

dihasilkan oleh pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria nilai informasi yang diisyaratkan, diantaranya keterandalan. Mengingat bahwa keandalan merupakan unsur

Permasalahan utama dari kondisi di atas adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar SKI yang berakibat pada prestasi belajar siswa masih rendah,

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

[r]

Dengan dilakukannya perhitungan asuransi pendidikan berdasarkan sistem konvensional dan sistem syariah agar memudahkan dalam menjelaskan kepada masyarakat awam, asuransi mana

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa apabila digunakan UU No.36 tahun 2008, maka pajak yang terutang akan menjadi lebih kecil sehingga

bahwa dalam proses pengadaan pekerjaan konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas

Tujuan penelitian ini dimaksud untuk memperoleh bukti empiris bahwa faktor- faktor dari masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI seperti, ukuran

Jika biaya sesungguhnya dipakai melebihi anggaran yang ditentukan maka hal ini langsung dipandang sebagai selisih yang tidak menguntungkan atau rugi, begitupun sebaliknya..

Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang

Pada reaksi demineralisasi menggunakan HCl 0,6 N; 0,9 N dan 1,2 N didapat model kinetika jenis Difusi Lapisan Hasil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya

Pandangan lain dikemukakan oleh Martin (2008) yang menyatakan bahwa literasi digital merupakan gabungan dari beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, informasi,

Perencana telah menyesuaikan dan mengatur neraca dan arus kas klien sehingga aset dan disposable income dapat dialokasikan dengan optimal untuk mencapai tujuan

Metode wavelet merupakan suatu metode yang relatif lebih baru dan lebih efektif dari deret Fourier karena basis dalam wavelet mampu mena- ngani masalah-masalah lokal

Subjek penelitian yang diperoleh adalah data rekam medis pasien DBD anak sebanyak 70 sampel dan data rekam medis pasien DBD dewasa sebanyak 70 sampel yang dipilih berdasarkan