• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungan agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk aksebilitas terhadap sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain.1 Dari pengertian itu, jelaslah bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan agar bisa memenuhi kebutuhannya.

Inti dari kegiatan pemberdayaan bertujuan untuk mewujudkan perubahan masyarakat yang mandiri untuk terus-menerus melakukan perubahan. Dengan kata lain, dalam setiap upaya pemberdayaan harus terkandung upaya-upaya pembelajaran atau penyelenggaraan pelatihan. Pemberdayaan selalu merujuk pada upaya perbaikan mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi, maupun sosial budayanya.2Dapat disimpulkan pendidikan dan pelatihan merupakan suatu komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat, tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk membimbing dan membantu masyarakat dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya.

1Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik

(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 28.

(2)

Pemberdayaan masyarakat juga tidak terlepas dari kesadaran masyarakat untuk mau berubah dan ikut berperan aktif, berpartisipasi dalam setiap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan karena keberhasilan suatu program pemberdayaan terletak pada kemauan masyarakat itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Surah Ar-Ra’d ayat 11









































































Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Maksud dari ayat di atas adalah Allah menyerahkan perubahan diri individu atau kelompok tergantung niat mereka sendiri, jika individu atau suatu kaum menginginkan perubahan hidup kearah yang lebih baik maka Allah SWT akan mewujudkannya. Kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepada suatu masyarakat, bisa saja hilang dan berubah menjadi adzab apabila masyarakatnya berbuat durhaka dan maksiyat kepada Allah. Begitupun sebaliknya, keadaan yang buruk yang menimpa masyarakat akan berubah menjadi menyenangkan dan penuh nikmat apabila masyarakatnya berlaku takwa dan beramal sholeh.

(3)

Pendidikan sebagai pembangunan lebih mengutamakan sektor ekonomi sehingga sumber daya manusia, produktifitas, efektifitas, kreatifitas selalu menjadi selogan bagi masyarakat yang kuat. Dari hal itu munculah diskriminasi terhadap kaum penyandang cacat, karena penyandang cacat dipandang sebagai warganegara yang tidak produktif, tidak inovatif dan tidak kreatif serta merupakan manusia yang lemah mobilitasnya terbukti adanya pembatasan terhadap gerak mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek, baik aspek ekonomi, pendidikan, keagamaan dan lain-lainnya.

Penyandang cacat adalah manusia yang kurang beruntung karena mempunyai kekurangan fisik yang mengganggu mereka untuk melakukan aktifitas sehari-hari di dalam masyarakat. Sebagai warga Negara Indonesia kedudukan hak dan kewajiban penyandang tunanetra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, disabilitas terbagi atas tiga kelompok. Pertama, penyandang disabilitas fisik yaitu individu yang mengalami kelainan fisik seperti kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, misalnya ganguan penglihatan, pendengaran, gerak dan lain-lain. Kedua, penyandang disabilitas mental yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau tingkah laku akibat

(4)

bawaan atau penyakit. Ketiga, penyandang disabilitas fisik mental yaitu individu yang mengalami kelainan gabungan antara fisik dan mental.

Jumlah anak penyandang tunanetra semakin hari semakin bertambah,bahkan hal ini diperburuk lagi dengan penerimaan keluarga ataupun masyarakat yang kurang baik termasuk upaya-upaya pengucilan. Parahnya, beberapa keluarga atau pihak-pihak lainnya berusaha memanfaatkan keberadaan anak penderita cacat ini dengan motif ekonomi, yakni dengan memaksa/menyuruh anak untuk mengemis.

Penyandang cacat juga merupakan penerus dari cita-cita suatu bangsa, yang nantinya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara terhadap pembangunan di masa yang akan datang. Demikian juga para penderita tunanetra harus dipersiapkan agar mereka lebih bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu para penderita tunanetra perlu mendapatkan perlakuan yang lebih khusus.

Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) juga dinyatakan bahwa: “Setiap orang mempunyai hak atas standar hidup yang layak untuk menikmati kesehatan bagi dirinya dan keluarganya, termasuk ketercukupan pangan, pakaian, perumahan, pelayanan medis dan pelayanan-pelayanan sosial lainnya yang dibutuhkan”.3

Peran pemerintah daerah memang sangat dibutuhkan untuk pencapaian hak hak tunanetra. Kondisi riil penyandang tunanetra selama ini dinilai belum mendapat kesetaraan dengan masyarakat umum lainnya bahkan banyak yang

3Oman Sukmana, Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial(Malang: Intrans

(5)

masih meragukan dan belum mempercayai kemampuan para tunanetra untuk dilibatkan dalam berbagai aktivitas kehidupan, hal tersebut ditujukan ketika para penyandang tunanetra hendak melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah umum seringkali mendapat tanggapan yang kurang proporsional.

Pemberdayaan penyandang disabilitas perlu dilakukan secara menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak terkait mulai dari: orangtua, agen pemberdayaan, dunia usaha, lembaga sosial kemasyarakatan, pemerintah, masyarakat, dan juga penyandang disabilitasnya. Pemberdayaan ini dilakukan dalam satu visi yang sama, memberikan peran kepada penyandang disabilitas sesuai dengan potensi dan kebutuhannya.4 Peningkatan kesejahteraan sosial bagi tunanetra dapat dilakukan dengan memberdayakan mereka, menggali potensi yang dimilikinya serta mengembangkan potensi tersebut sehingga mereka menjadi manusia yang produktif tanpa bergantung pada orang lain.

Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya sendiri proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.5

Para penyandang cacat mereka mampu mengapresiasikan potensi yang terdapat pada dirinya hanya saja diperlukan sebuah arahan dan bimbingan

4

Oos M.Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 140

5Aprillia Theresia, dkk,Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2014),

(6)

yang bisa dikemas dalam bentuk pelatihan skill atau program-progaram pendidikan lain, sehingga diupayakan benar-benar menguasi suatu keahlian. Namun pada pelaksanaan di lapangan sering di temukan hambatan-hambatan dalam prosesnya, di antara hambatan tersebut adalah masalah dana dan sumber daya manusia.

Mengingat permasalahan tersebut diatas, sebuah lembaga sosial Panti Bina Netra (PSBN) yang bergerak pada bidang pendidikan dan sosial masyarakat, mencoba untuk memberdayakan para penyandang tunanetra dengan memberikan pendidikan dan pelatihan skill. Panti Sosial Bina Netra merupakan usaha pemerintah dalam mempersiapkan dan membekali penyandang tunanetra keahlian di bidang jasa dengan tujuan agar mereka dapat hidup mandiri danberusaha secara ekonomi.

Kementerian sosial sebagai pengelola yang mempersiapkan keterampilan bagi penyandang tunanetra telah berupaya memberikan layanan bimbingan yang mengarah pada beberapa keterampilan produktif bagi bekal hidup di masyarakat. Keterampilan tersebut mengacu pada keterampilan jasa yang diberikan dalam bentuk program pelatihan oleh panti.

Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang di bangun oleh Kantor Wilayah Kementerian Sosial Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 22 Juli 1993 melalui bantuan LOAN OECF Jepang tahun anggaran 1992/1993 dan 1997/1998. Panti mulai operasional pada tanggal 2 Desember 1994 dengan jumlah awal anak binaan 20 orang untuk wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat. Terhitung 1 April 1995 jumlah anak binaan di tambah

(7)

menjadi 30 orang dan selanjutnya tanggal 1 April 1996 bertambah lagi menjadi 50 orang. PSBN “TuahSakato” Padang mempunyai 3 (tiga) wilayah kerja yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu. Anak penyandang tunanetra yang dibina di panti PSBN “Tuah Sakato” saat ini ada 50 orang anak.

Panti Sosial Bina Netra ( PSBN ) Tuah Sakato Padang adalah suatu lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra, mempunyai tanggung jawab mewujudkan dan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan sosial penyandang tunanetra. Anak yang mengalami ketunanetraan dilatih orientasi mobilitasnya dan direhabilitasi fisik, mental, sosial, serta beberapa keterampilan seperti kerajinan tangan, belajar musik, pijat refleksi dan keterampilan lainnya. Panti Sosial Bina Netra menganjurkan agar anak yang keluar dari panti memiliki sebuah keahlian untuk bekal di kehidupan kelak.

Masing-masing siswa diberi uang saku Rp5.000 per hari jadi sebulan mereka mendapat Rp150.000. Sebanyak Rp100.000 diserahkan pada mereka, sementara sisanya diharuskan untuk ditabung agar mereka nanti punya modal awal setelah tamat belajar di PSBN. Semua pelajaran harus mereka kuasai dalam waktu maksimal 3 tahun setelah itu mereka di determinasi (semacamwisuda).

Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan bapak kepala panti, sasaran program di Panti Sosial Bina Netra “Tuah Sakato” Kalumbuk, Padang adalah:

(8)

a. Menciptakan penyandang cacat netra yang percaya diri.

b. Meningkatkan jumlah penyandang cacat netra yang produktif dan potensial sehingga mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.

c. Meningkatkan fungsi sosialnya yang kurang memiliki kemauan dan kemampuan bergaul dengan wajar, berkomunikasi melaksanakan kegiatan dan ketergantungan pada pihak lain.

d. Keluarga, masyarakat dan lingkungannya ikut berperan aktif6 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Panti Sosial Bina Netra (PSBN) adalah sebuah lembaga pelayanan sosial yang menampung dan memberdayakan penyandang cacat netra dengan pemberian pendidikan dan pelatihan skill untuk membentuk kepribadian mandiri tunanetra sehingga mampu berkarya menghasilkan sesuatu yang bernilai serta menjadi tunanetra yang percaya diri bersosialisasi dilingkungannya. Tunanetra harus mampu merubah pola pikirnya yang salah bahwa penyandang tunanetra tidak dapat menghasilkan, sebaliknya seorang tunanetra harus bisa berkarya demi merubah hidup ke arah yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni Pemberdayaan Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk, Padang.

6KamisarKamus, KepalaPantiSosialBinaNetra (PSBN) ”TuahSakato” Kalumbuk Padang,

(9)

Dari rumusan masalah tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberdayaan di PSBN Tuah Sakato Kalumbuk, Padang?

2. Apa dampak pemberdayaan PSBN Tuah Sakato terhadap anggota binaan? 3. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi PSBN Tuah Sakato dalam

memberdayakan anggota binaannya?

C. TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN)Tuah Sakato, Padang.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pemberdayaan PSBN Tuah Sakato, Padang terhadap anggota binaanya.

3. Untuk mengetahui bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi PSBN Tuah Sakato, Padang dalam memberdayakan anggota binaannya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan luar sekolah.

(10)

2. Manfaat praktis

Penelitian tentang pemberdayaan tunanetra oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN) diharapkan dapat menjadi :

1. Bahan referensi dan sekaligus merangsang minat peneliti lain untuk mengkaji masalah ini secara lebih mendalam lagi.

2. Bahan referensi dalam rangka mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan kajian kesejahteraan sosial. 3. Bagi Panti Sosial Bina Netra(PSBN) diharapkan dapat sebagai bahan

acuan dalam membenahi upaya-upaya yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang, serta acuan apakah usaha yang dilakukan selama ini berhasil atau tidak.

E. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman dan penafsiran serta untuk menyamakan persepsi dalam memahami penelitian ini, maka penulis memandang perlu terlebih dahulu menjelaskan tentang beberapa istilah yang terkandung dalam judul proposal skripsi “Pemberdayaan Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuak, Padang”yaitu sebagai berikut:

Pemberdayaan:

Pemberdayaan diartikan sebagai proses yang menekankan pada pemberian kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

(11)

menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.7

Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan upaya pemberian daya/kekuatan kepada masyarakat lemah, sehingga mereka mampu menggali potensi yang dimiliki dapat menentukan hidupnya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain dan mampu bersaing di tengah-tengah masyarakat.

Tunanetra :

Individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan yang baik.8 Dapat diartikan bahwa tunanetra adalah manusia yang memiliki kekurangan pada alat indera penglihatannya yang menyebabkan gangguan dalam melihat sehingga mereka mengalami kesulitan untuk beraktifitas dan hidup di lingkungan sosialnya.

Memberdayaan tunanetra maksudnya adalah memberikan upaya untuk pemberian daya dan kekuatan kepada penyandang tunanetra agar mereka dapat menggali potensi yang ada pada dirinya dan mampu hidup mandiri, tidak bergantung hidup pada orang lain.

Panti Sosial Bina Netra :

Sebuah lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra dibangun oleh Kantor Wilayah Kementerian Sosial Provinsi Sumatera

7

Totok Mardikanto, op.cit, h. 93

8Luthfiyah Mazidah, Kesejahteraan Psikologis Tunanetra Dewasa Dini, Skripsi, Fakultas

Ilmu Sosial Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012). Tidak Diterbitkan

(12)

Barat pada tanggal 22 Juli 1993. Panti Sosial Bina Netra mempunyai tanggung jawab mewujudkan dan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan sosial penyandang cacat netra.

Dapat disimpulkan pemberdayaan tunanetradi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) adalah suatu usaha melalui pendidikan dan pelatihan skill yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN) kepada tunanetra yang ada di panti tersebut agar tunanetra mampu memberdayakan diri dengan menggali potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mampu menemukan harapan-harapan baru dan kehidupan yang lebih baik.

F. Sistematika Penulisan

Agar dapat gambaran yang utuh tentang penelitian ini, penulis akan menampilkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Menjelaskan dan menguraikan hal-hal sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan landasan teori yang berisikan tentang Teori mengenai pemberdayaan yaitu: pengertian pemberdayaan, proses pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kaum disabilitas, dampak pemberdayaan, tentang tunanetra yang terdiri dari pengertian tunanetra, klasifikasi tunanetra, dampak ketunanetraan, dan tentang panti sosial.

(13)

BAB IV : Hasil penelitian yang mengungkap tentang bagaimana proses pemberdayaan tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) “Tuah Sakato” Kalumbuak, Padang.

BAB V : Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Proses berpikir kreatif siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata dalam memecahkan masalah pythagoras, siswa yang mempunyai intelegensi di atas

Illustration: Pernice Company applies revaluation to plant assets with a carrying value of $1,000,000, a useful life of 5 years, and no residual value.. Pernice makes the following

Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENETAPAN JALAN BEBAS HAMBATAN PALIMANAN-PLUMBON SEBAGAI JALAN TOL, PENAMBAHAN SIMPANG SUSUN KALIGAWE SEBAGAI BAGIAN DARI JALAN TOL

Cara hidup para patriarkh sebagai pengembara juga cocok dengan keterangan dari tulisan-tulisan Mesir tentang daerah Sabit Subur pada zaman tersebut, yaitu bahwa orang dapat

Pengadaan Reagen dan Media Mikrobiologi Sampel Makanan Tahun

[r]

Panitia Lelang Pengadaan Reagen dan Media Mikro Pengujian Laboratorium SAMPEL OBAT,OT,KOSMETIK, SUPLEMEN KESEHATAN Balai POM di Kupang tahun 2017akan melaksanakan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Sederhana Pengadaan Reagen dan Media Mikrobiologi (Lelang Ulang) Balai POM di Gorontalo T.A 2017 tanggal 03 Juli 2017,