• Tidak ada hasil yang ditemukan

memungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "memungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Rantai pasok menggambarkan serangkaian aktivitas yang saling berhubungan antara mitra perusahaan mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Integrasi aktivitas dan informasi yang jelas dari hulu sampai ke hilir, sangat dibutuhkan untuk menunjang keberlangsungan proses bisnis perusahaan. Demikian halnya dengan sektor industry Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang ada di Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang fashion, update informasi mulai dari pembuatan bahan baku hingga penyelesaian produk akhir di dalam rantai pasok harus terintegrasi dengan baik agar dapat meningkatkan kinerja rantai pasoknya. Untuk mendukung kinerja rantai pasok dalam industry TPT, dibutuhkan nilai tambah yang dapat membantu keberlangsungan managemen rantai pasoknya, yaitu dengan mengimplementasikan Teknologi Informasi (TI) dan nilai fungsinya pada proses bisnis perusahaan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan survey terhadap perusahaan yang bergerak di sector industry TPT, yang hasilnya kemudian akan dilakukan analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS dan SEM-GeSCA.

Kata Kunci: Implementasi Teknologi Informasi, Integrasi rantai Pasok, Kinerja Rantai Pasok, Metode SEM

I. PENDAHULUAN

agi Indonesia, TPT yang semula hanya merupakan produksi substitusi impor saat ini telah berubah menjadi komoditi ekspor andalan. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), TPT Indonesia juga memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki industri pertekstilan yang lengkap dari hulu ke hilir.

Kompleksitas aktivitas yang ada pada industry TPT dari hulu ke hilir, menuntut para pelaku bisnis dapat melakukan integrasi yang baik dengan partner bisnis perusahaan. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing (Anggraeni, 2009)

Persaingan bisnis dalam era globalisasi yang diwarnai dengan ketidakstabilan pasar, menuntut perusahaan untuk terus memiliki keunggulan baik dalam hal harga maupun kualitas. Perusahaan dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam menghasilkan barang sesuai

permintaan dan kebutuhan para konsumennya. Seperti halnya pada industry TPT dalam menghasilkan sebuah produk busana. Untuk merancang produk busana yang berkualitas, dibutuhkan pengetahuan yang kompleks tentang desain, teknologi tekstil, manajemen produksi, serta trend mode, agar dapat diterima pasar (Triyanto, 2004).

Teknologi Informasi (TI) menjadi salah satu tawaran solusi dalam mengintegrasikan informasi pada alur rantai pasok industry tekstil. Simchi-Levi dkk (2004) mengartikan teknologi informasi (TI) sebagai alat-alat, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak, yang digunakan untuk mengetahui keberadaan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi rantai pasok. Implementasi TI secara umum diyakini dapat menjadi faktor utama dalam kesuksesan manajemen rantai pasok dan menjadi kebutuhan dalam mengoptimalkan kinerja rantai pasok (Lai dkk., 2006), (Handfield dan Nichols, 199).

II. TINJAUANPUSTAKA A. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Tekstil merupakan hasil dari proses pertenunan atau perajutan benang yang hasilnya akan berbentuk tekstil lembaran, tenunan dan rajutan. Produk tekstil adalah hasil proses lanjutan dari tekstil lembaran yang produknya antara lain berupa pakaian jadi untuk keperluan individu (Hartanto, NS dan Watanabe, 1993)

B. Kinerja Rantai Pasok

Menurut Bernaden dan Russel, sebagaimana dikutip oleh Gomes, Faustino Cardoso (2000) kinerja diartikan sebagai "Catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan karyawan selama suatu periode waktu tertentu". Ling Li (2007) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen.

Sistem pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan metrik pengukuran (Pujawan 2005)

Sehingga, kinerja rantai pasok bisa diartikan sebagai ukuran pencapaian perusahaan dalam menyelenggarakan proses rantai pasok dalam rentang waktu

Analisis Pengaruh Implementasi Teknologi Informasi terhadap Kinerja

Rantai Pasok dengan Integrasi Rantai Pasok sebagai Mediator pada Sektor

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Hesti Aprianiningsih [1], Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom [2], Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc [3] Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, Jawa Timur

e-mail: hesti09@mhs.is.its.ac.id[1], holil@its-sby.edu[2], anisah@is.its.ac.id [3]

(2)

tertentu. Menurut Gang Li dkk (2008) kinerja rantai pasok perusahaan dapat diukur dengan beberapa faktor, diantaranya: (1)Peningkatan aktivitas logistik (penghilangan waktu tunggu, aliran informasi); (2)Perputaran persediaan dan lamanya alur distribusi barang (cash-to-cash cycle); (3)Lead time pelanggan (mulai dari mengorder sampai menerima) dan efisiensi beban; (4)Kinerja dan kualitas pengiriman; (5)Sistem manajemen persediaan; (6)Total biaya logistic (biaya transportasi, penyimpanan persediaan, pengelolaan pesanan, biaya administrasi, dll).

C. Integrasi Rantai Pasok

Integrasi rantai pasok merupakan salah satu alat persaingan yang kuat dalam ekonomi bisnis global. Ada tiga kekuatan penggerak pasar yang mendorong mitra rantai pasok untuk bekerja sama yaitu segmentasi pasar, permintaan konsumen dan strategi biaya rendah (Roekel et al., 2002).

Tiga elemen utama integrasi rantai pasok adalah sistem informasi (manajemen aliran informasi dan dana), manajemen inventori (aliran produk dan bahan), kemitraan rantai pasok (manajemen kemitraan di antara mitra dagang). Dengan demikian, basis integrasi dicirikan oleh ko-operasi, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, penyebaran teknologi, pergeseran dari proses individual ke proses rantai terintegrasi (Power, 2005; Rahman et al., 2008; Thoo et al., 2011).

Saling pengertian di antara mitra dagang dan berbagi informasi merupakan komponen terpenting untuk menjamin kesuksesan integrasi rantai pasok dan kolaborasi. Komitmen terhadap relasi dan kepercayaan pemasok berdampak positif terhadap stabilitas hubungan kemitraan rantai pasok yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap kinerja kemitraan (Rahman et al., 2008; Yang et al., 2008; Naslund dan Williamson, 2010; Ren et al., 2010).

Menurut chen and Paulraj (2004) dalam Gang Li dkk (2008), integrasi rantai pasok dapat diukur berdasarkan 5 ukuran, yaitu: (1)Strategi untuk optimasi sumber daya sistem logistic; (2)Memahami trend pasar dan keakuratan ramalan permintaan; (3)Akurasi dan adaptabilitas dari rencana Supply Chain Management (SCM); (4)Kontrol dan pemantauan persediaan produk, keakuratan dan visibilitas; (5)Standarisasi dan visibilitas proses.

D. Implementasi Teknologi Informasi

Mengingat peran penting dari informasi dalam mendukung kinerja rantai pasok maka manajer harus memahami bagaimana informasi dikumpulkan dan dianalisis. Simchi-Levi dkk (2004) mengartikan teknologi informasi (TI) sebagai alat-alat, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak, yang digunakan untuk mengetahui keberadaan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi rantai pasok. Chopra & Meindl (2007) mengistilahkan TI sebagai mata dan telinga, bahkan sebagian dari otak, dari manajemen dalam sebuah rantai pasok yang menangkap dan menganalisis informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

Perusahaan manufaktur yang sehari-harinya harus mengelola berbagai aktivitas produksi yang kompleks akan lebih menekankan pada ketersediaan TI untuk membantu melakukan analisis dan perencanaan. Sehingga perlu adanya

pengimplementasian teknologi informasi untuk keunggulan kompetitif dalam operasioanal perusahaan pada era globalisasi.

Menurut Chen dan Paulraj (2004) dalam Gang Li dkk (2008), implementasi teknologi informasi diukur berdasarkan 5 ukuran, yaitu: (1)Penggunaan electronic data interchange (EDI); (2)Penggunaan barcode/identifikasi otomatis; (3)Penggunaan komputer dalam operasi dan pengambilan keputusan yang efektif antara perusahaan dan partner bisnis; (4)Kode identifikasi standard untuk produk dan proses; (5)Sistem Pembuatan Keputusan dan pendukung untuk partner rantai pasok1993)

E. Variabel Mediator

Menurut Tuckman (dalam Sugiyono, 2007) veriabel mediator (variabel intervening) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variable bebas (variabel independen) dengan variable terikat (variabel dependen) menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel mediator merupakan variabel penyela/perantara variabel independen dengan variabel dependen yang berfungsi memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

F. Variabel Kontrol

Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

G. Statistical Product and Service Solution (SPSS)

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) merupakan aplikasi statistik yang digunakan untuk melakukan pengelolaan dan analisis data. Sumber data sebuah penelitian ada kalanya menggunakan data dari hasil kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel).

H. Structural Equation Modeling (SEM)

Dalam suatu penelitian seringkali ditemui beberapa variabel pengamatan yang saling berpengaruh, maka dari itu pengaruh variabel satu terhadap variabel yang lainnya juga harus diperhatikan. Hal ini menyebabkan analisis univariate tidak bisa dilakukan, dalam permasalahan seperti ini maka diperlukan pendekatan analisis multivariate untuk memperhitungkan pengaruh antar variabel. Untuk itu diperlukan metode analisis yang tepat dalam menangani masalah yang kompleks, yaitu suatu perluasan atau kombinasi dari beberapa analisis multivariat yaitu metode Structural Equation Modeling atau dikenal dengan SEM.

Menurut Kaplan dalam Holbert dan Stephenson (2002), Structural Equation Modeling (SEM) merupakan perpaduan antara faktor analisis dan path analysis menjadi satu metodologi statistik yang komprehensif. Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan metode-metode statistika yang

(3)

memungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan.

III. KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teoritis

Model konseptual yang dibangun pada penelitian tugas akhir ini merupakan hubungan antara implementasi TI, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok. Menurut kerangka model ini, implementasi TI tidak hanya mempengaruhi kinerja rantai pasok secara langsung, namun juga melalui integrasi rantai pasok sebagai mediatornya. Selain itu dalam model konseptual juga ditambahkan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (firm size) sebagai pembanding pada pada hubungan antar variable tersebut -implementasi teknologi informasi, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok-.

Gambar 1 : Model Konseptual B. Implementasi TI dan Kinerja Rantai Pasok

Khaturia dkk (1999) menyatakan, “TI telah diakui secara luas sebagai faktor penting dalam rantai pasokan karena kemampuannya yang dapat meningkatkan kinerja kedua perusahaan, baik individu perusahaan sendiri maupun dengan rantai pasokan secara keseluruhan”. Selain itu TI telah hadir secara luas yang diyakini bahwa implementasi TI di sepanjang rantai pasokan merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan dalam SCM dan telah semakin menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok (Lai et al, 2006;. Handfield dan Nichols, 1999).

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka Gang Li membuat hipotesis bahwa Implementasi Teknologi Informasi memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap Kinerja Rantai Pasok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini :

H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok

Gambar 2 : Implementasi ITI berpengaruh terhadap peningkatan Kinerja Rantai Pasok(H1)

C. Implementasi TI dan Integrasi Rantai Pasok

Karoway (1997) berpendapat, bahwa TI memiliki potensi besar untuk memfasilitasi integrasi dan koordinasi antara mitra rantai pasok melalui berbagi informasi tentang perkiraan permintaan dan jadwal produksi yang mendikte kegiatan rantai pasokan. Karena TI memiliki kekuatan untuk memberikan informasi yang tepat waktu, akurat, dan dapat diandalkan, alternatif biaya rendah untuk mengurangi rasio komunikasi tatap muka, salah satu yang mengurangi

ketidakpastian informasi dan frekuensi transaksi. Dari dasar pemikiran tersebut, maka dibuat hipotesis bahwa Implementasi TI memiliki pengaruh positif terhadap Integrasi rantai pasok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3

H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan integrasi rantai pasok

Gambar 3 : Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan Integrasi Rantai Pasok (H2)

D. Integrasi Rantai Pasok dan Kinerja Rantai Pasok Keberhasilan pengelolaan rantai pasokan membutuhkan integrasi proses bisnis antara mitra di sepanjang rantai pasok (Porter 1980,1985). Pada penelitian sebelumnya, baik empiris dan teoritis, telah sepakat bahwa integrasi rantai pasok dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Stevens dkk, 1989).

Dari penjelesan tersebut menunjukkan, peningkatan integrasi pada fungsi sebuah perusahaan maupun di sepanjang rantai pasokan diharapkan berdampak pada banyak dimensi kinerja, termasuk biaya, kualitas, pengiriman, fleksibilitas, dan keuntungan. Sehingga, dibuat hipotesi bahwa integrasi rantai pasok memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan kinerja rantai pasok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

H3: Integrasi rantai pasok berpengaruh dalam peningkatan kinerja rantai pasok

Gambar 4 : Integrasi Rantai Pasok berpengaruh terhadap peningkatan Kinerja Rantai Pasok (H3)

E. Firm Size sebagai Variabel Kontrol

Ukuran perusahaan (firm size) memainkan peran penting dalam adopsi sistem infomasi, penggunaan TI, dan integrasi Sistem Informasi di dalam perusahaan dengan mitra rantai pasok (Rajaguru,2012). Karena kegiatan rantai pasok yang dilakukan dan yang terealisasi dapat bervariasi secara signifikan di seluruh perusahaan kecil dan besar (Rajaguru & Matanda, 2011), efek yang dirasakan kompatibilitas antar-organisasi dan integrasi sistem informasi perusahaan pada kemampuan rantai pasok dapat bervariasi dengan ukuran perusahaan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan ukuran perusahaan (firm size), yang diukur dengan menggunakan item (subsektor industri, pendapatan, dan jumlah karyawan) sebagai variabel kontrol (Gruning, 2007; Wang, 1991 dalam Rajaguru 2012).

F. Definisi Operasioneal

Pada model konseptual penelitian terdapat tiga variabel penelitian utama dan satu variable control seperti yang telah digambarkan pada Gamba 1r, yaitu: (1) implementasi TI; (2) integrasi rantai pasok; (3) kinerja rantai pasok; dan (4) Ukuran Perusahaan. Keempat variabel ini merupakan variabel laten, yaitu variabel abstrak yang hanya dapat diamati secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap variabel terukur atau indikator.

(4)

Secara khusus, tujuan dari implementasi TI ini adalah untuk menggantikan persediaan dengan informasi yang sempurna. Dengan demikian, indikator dalam variabel ini dikonsep untuk menunjukkan adanya transaksi elektronik dan komunikasi dalam berbagai bentuk antara mitra rantai pasok (Greis dan Kasarda, 1997; Carr dan Pearson, 1999). Sehingga, variabel ini diukur dengan 5 indikator yang ditunjukkan oleh Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 : Variabel Implementasi TI

Implementasi Teknologi Informasi ITI 1 Electronic data interchange (EDI) ITI 2 Penggunaan bar code

ITI 3 Penggunaan komputer secara efektif dalam operasional dan pembuatan keputusan ITI 4 Kode identifikasi unik dan standar terbuka ITI 5 DSS (decision support system) untuk partner rantai pasok 2. Integrasi Rantai Pasok

Sejalan dengan penelitian yang ada, penelitian ini mencirikan struktur jaringan pasokan untuk menekankan hubungan berbasis non-daya dan koordinasi antar-perusahaan serta sistem sosial informal yang terhubung melalui jaringan hubungan (Miles dan Snow, 1986; Salju et al. , 1992). Variabel ini diukur dengan 5 indikator yang ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 : Variabel Integrasi Rantai Pasok

Integrasi Rantai Pasok

IRP 1 Strategi untuk optimasi sumber daya sistem logistik

IRP 2 Memahami trend pasardan keakuratan ramalan permintaan

IRP 3 Standarisasi dan visibilitas proses

IRP 4 Strategi untuk optimasi sumber daya sistem logistik

IRP 5 Akurasi dan adaptabilitas dari rencana SCM 3. Kinerja Rantai Pasok

Pada penelitian kali ini, akan diukur kinerja yang berorientasi pelanggan yang terdiri dari langkah-langkah yang berkaitan dengan peningkatan kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan, atau terkait erat konstruksi. Selain itu akan diukur kinerja operasional yang terdiri dari peningkatan kemampuan kompetitif utama termasuk biaya, kualitas, pengiriman, fleksibilitas dan inovasi (Hill, 1994; Ward, McCreery, Rizman, & Sharma, 1998). Variabel kinerja rantai pasok diukur dengan 6 indikator yang ditunjukkan oleh Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3 : Kinerja Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok

KRP 1 Peningkatan aktivitas logistik (penghilangan waktu tunggu, aliran informasi)

KRP 2 Perputaran persediaan dan lamanya alur distribusi barang (cash-to-cash cycle) KRP 3 Lead time pelanggan (mulai dari mengorder

sampai menerima) dan efisiensi beban KRP 4 Kinerja dan kualitas pengiriman KRP 5 Sistem manajemen persediaan

KRP 6 Total biaya logistik (biaya-biaya transportasi, penyimpanan persediaan, pengelolaan pesanan, biaya adminsitrasi, dll) 4. Variabel Kontrol

Variabel control dibagi menjadi beberapa item, seperti subsektor industri, pendapatan, dan jumlah karyawan (Gruning, 2007; Wang, 1991 dalam Rajaguru 2012), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4 : Variabel Firm SIze

Ukuran Perusahaan (Firm Size) 1 Subsektor Industri

2 Pendapatan Tahunan Perusahaan 3 Jumlah Karyawan Perusahaan

Dari penjabaran pada masing-masing variable dengan indikator masing-masing, maka dpat dibentuk sebuah model konseptual. Pada Gambar 5 merupakan model konseptual penelitian dengan variabel, indikator dan item instrumen yang dibuat berdasarkan definisi operasional yang telah dijabarkan sebelumnya.

Gambar 5: Model Konseptual Penelitian

IV. METODEPENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu

1. Studi Literatur, dimana membahas teori-teori yang mendukung penelitian.

2. Desain dan Penentuan Variabel Penelitian, dimana membahas mengenai variable yang digunakan dalam penelitian serta metode yang dipakai untuk menganalisis seperti SPSS dan SEM-GeSCA.

3. Populasi dan Sampel yang digunakan sebagai data penelitian.

4. Jenis dan metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu dengan survey.

5. Analisis data yang sudah didaptkan

6. Penyususnan Buku Tugas Akhir keseluruhan.

V. PEMBAHASAN

A. Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang dianggap sebagai seseorang yang memiliki informasi terkait penelitian dalam kurun waktu 8 minggu.

B. Analisis Deskriptif Statistika 1. Demografi Data

Pada analisis deskriptif ini, akan disajikan demografi dari responden dan perusahaan responden. Demografi data meliputi jabatan, lokasi perusahaan, subsector industry, pendapatan per tahun, serta jumlah tenaga kerja. Demografi data diambil dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

(5)

2. Analisis Deskriptif Variabel

Pada analisis deskriptif ini akan dijelaskan gambaran data yang diperoleh dari tiap variabel. Pada masing-masing variable, diberikan pengukuran dengan menggunakan skala likert yaitu skala 1-5. Pilihan jawaban menunjukkan level keadaan perusahaan tersebut sekarang.

a. Analisis Deskriptif Variabel Implementasi TI Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan melihat hasil data pada masing-masing indikator pada variable Implementasi TI, dapat diketahui bahwa kebanyakana responden untuk variable Implementasi TI berada pada level 2. Sehingga, hal ini mengindikasikan bahwa Implementasi TI pada perusahaan responden, kebanyakan belum terlalu dioptimalkan, baik dalam segi penerapan dan penggunaannya.

b. Analisis Deskriptif Variabel Integrasi Rantai Pasok

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan melihat hasil data pada masing-masing indikator pada variable Integrasi Rantai Pasok, dapat diketahui bahwa kebanyakana responden untuk variable Integrasi Rantai Pasok berada pada level 2. Sehingga, hal ini mengindikasikan bahwa Integrasi di sepanjang rantai pasok belom dikoordinasikan keseluruh partner bisnis hanya sebatas integrasi dengan pemasok atau dengan pelanggan.

c. Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Rantai Pasok

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan melihat hasil pada masing-masing indikator pada variable Kinerja Rantai Pasok, dapat diketahui bahwa kebanyakana responden untuk variable Kinerja Rantai Pasok berada pada level 2. Sehingga, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja rantai pasok pada perusahaan yang dilakukan survey, kebanyakan belum mencapai hasil yang maksimal.

3. Uji validitas dan Uji reliabilitas

Pada penelitian Tugas Akhir ini, uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.

Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01. Pada software SPSS 16.0, korelasi yang signifikan ditandai dengan tanda dua bintang (**) atau satu bintang (*) pada nilai pearson correlation. Tanda (*) menunjukkan bahwa korelasi signifikan pada level 0,05, sedangkan tanda (**) menunjukkan bahwa korelasi signifikan pada level 0,01.

Pada Tabel 5 akan disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian dengan menggunakan software SPSS 16.0.

Tabel 5 : Hasil Uji Validitas

No Item Pearson Correlation Valid 1. Implementasi TI 1 - Tidak 2. Implementasi TI 2 .786** Ya 3. Implementasi TI 3 .899** Ya 4. Implementasi TI 4 .854** Ya 5. Implementasi TI 5 .887** Ya

6. Integrasi Rantai Pasok 1 .932** Ya

7. Integrasi Rantai Pasok 2 .753** Ya

8. Integrasi Rantai Pasok 3 .870** Ya

9. Integrasi Rantai Pasok 4 .839** Ya

10. Integrasi Rantai Pasok 5 .889** Ya

11. Kinerja Rantai Pasok 1 .874** Ya

12. Kinerja Rantai Pasok 2 .692** Ya

13. Kinerja Rantai Pasok 3 .795** Ya

14. Kinerja Rantai Pasok 4 .924** Ya

15. Kinerja Rantai Pasok 5 .767** Ya

16. Kinerja Rantai Pasok 6 .860** Ya

Dari hasil uji validitas pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan yang diuji menunjukkan nilai yang signifikan, kecuali pada item pertanyaan untuk indikator Implementasi ITI 1. Maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan yang digunakan pada semua instrumen kecuali ITI 1, dinyatakan valid. Sedangkan untuk instrument ITI 1 dikatakan tidak valid. Sehingga untuk proses analisis selanjutnya, indikator ITI 1 tidak diikut sertakan.

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung Cronbach’s Alpha pada tiap variabel. Data tersebut bisa dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan menggunakan software SPSS 16.0. Pada Tabel 6 akan disajikan hasil pengujian reliabilitas dan validitas instrumen penelitian dengan menggunakan software SPSS 16.0.

Tabel 6 : Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel/ Indikator Cronbach

s Alpha Reliabel

1. Implementasi TI 0,862 Ya

2. Integrasi Rantai Pasok 0,925 Ya 3. Kinerja Rantai Pasok 0,915 Ya

Dari hasil uji reliabilitas pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa semua variabel yang diuji memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang digunakan pada instrumen dinyatakan reliabel.

4. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pada uji linearitas ini dilakukan pengujian dengan metode curve FIT dan compare Means. Motode curve FIT dapat dilihat dengan batas nilai signifikansi mencapai kurang dari 0,05. Sedangkan compare Means dilihat dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel, dimana Fhitung < Ftabel. Dari Tabel 7 di bawah ini diketahui capaian nilai signifikansi variabel independen terhadap variable dependent.

Tabel 7 : Uji Linearitas

Variabel Nilai Signifi kansi

Fhitung Ftabel Prob .

Ket.

ITI  KRP 0,000 2,35 2,39 0,052 Linear

ITI  IRP 0,000 1,859 2,39 0,117 Linear

IRP KRP 0,000 2,26 2,27 0,051 Linear

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel independent dengan variable dependent telah signifikan, berarti model bersifat linear karena ketiga

(6)

hubungan diatas memenuhi syarat linearitas, yaitu nilai signifikansi < 0,05 ; Fhitung < Ftabel ; dan nilai probabilitas > 0,05. Asumsi mengenai uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah model layak untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode nonlinear ataukah linear. Dari hasil uji linearitas, maka dapat disimpulkan bahwa model yang diusulkan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode SEM.

C. Analisis Inferensia

Menurut Walpole (1995), teori inferensia statistik mencakup semua metode yang digunakan untuk penarikan kesimpulan atau generalisasi mengenai suatu populasi. Pada penelitian ini, analisis inferensia digunakan untuk mengolah data kuantitatif hasil dari penyebaran kuesioner pada perusahaan di sector industry TPT dengan tujuan untuk menguji kebenaran hipotesis hipotesis yang diajukan peneliti mengenai pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara integrasi rantai pasok pada sector industry tersebut.

Pada penelitian ini, analisis inferensia dilakukan dengan menggunakan aplikasi online GeSCA (dapat diakses di

www.sem-gesca.org ).

1. Identifikasi Goodness of FIT

Tabel 18 merupakan tabel Model Fit hasil dari Uji GSCA

Tabel 8 : Hasil Uji GSCA - Model Fit

Model Fit Cut-off Nilai Keterangan

FIT 0-1 0.738 baik AFIT 0-1 0.721 baik GFI ≥ 0,9 0.997 Sesuai SRMR ≤ 0,08 0.077 Sesuai NPAR - 33 banyaknya parameter bebas

a. Identifikasi Nilai FIT = 0,738

FIT menunjukan varian total dari semua variabel yang dapat dijelaskan oleh model tertentu. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa model yang terbentuk dapat menjelaskan semua variabel yang ada sebesar 0,738.

b. Identifikasi Nilai AFIT = 0,721

Adjusted dari FIT hampir sama dengan FIT. Namun, karena variabel yang mempengaruhi kinerja rantai pasok terdapat dua variabel, maka akan lebih baik menggunakan AFIT (FIT yang sudah terkoreksi). Jika dilihat dari nilai AFIT, keragaman implementasi TI, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok pada perusahaan di sector industry TPT dapat dijelaskan oleh model sebesar 72,1%. Berarti model cukup baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji.

c. Identifikasi Nilai GFI = 0,997

Goodness Fit Index (GFI) bertujuan untuk menguji apakah model yang dihasilkan menggambarkan kondisi aktualnya. GFI yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 0,997, ini menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai karena nilai GFI mendekati 1.

d. Identifikasi Nilai SRMR = 0,077

Standardize R oot M ean S quare R esidual (SRMR) merupakan penambahan ukuran model fit. Jika nilai SRMR mendekati 0 maka hal ini mengindikasikan kesesuaian

model keseluruhan. Pada penelitian ini nilai SRMR model sebesar 0,077 berarti model berdasarkan SRMR sesuai, karena mendekati 0.

e. Identifikasi NPAR = 33

Number of Free Parameters Estimated (NPAR) menunjukan banyaknya parameter bebas yang digunakan dalam perhitungan alat bantu GSCA, termasuk weights, loadings, and path coefficients. Pada penelitian ini, paramater bebas yang digunakan berjumlah 33 parameter.

2. Identifikasi R-Square

R Square menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Hasil Uji GeSCA berupa identifikasi R-Square dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :

Tabel 9 : Hasil Uji GeSCA - Identifikasi R-Square

R square of Latent Variable

Implementasi TI 0

Integrasi Rantai Pasok 0.849

Kinerja Rantai Pasok 0.925

3. Analisis Pengukuran Model

a) Implementasi Teknologi Informasi

Pada Tabel 10 akan disajikan data mengenai pengaruh masing-masing indikator implementasi TI terhadap variabel implementasi TI.

Tabel 10 : Hasil Uji GeSCA - Identifikasi Variabel ITI

Indikator Loading Estimate SE CR Implementasi TI AVE = 0.819, Alpha =0.920 ITI 2 0.872 0.044 19.6* ITI 3 0.911 0.023 38.91* ITI 4 0.886 0.041 21.4* ITI 5 0.950 0.014 66.2*

Dari hasil yang diperoleh pada perhitungan indikator variabel implementasi TI, dari empat indikator yang mempengaruhi variabel, indikator ITI 5 adalah indikator yang paling mendeskripsikan variable implementasi TI.

Jika dilihat dari keadaan lapangan, rata-rata perusahaan yang bergerak di sector industry TPT mengimplementasikan TI untuk mendukung system pembuatan keputusan. Hal ini karena produksi barang di industry TPT membutuhkan keakuratan data serta perkembangan data dari waktu ke waktu. Sehingga, dengan adanya bantuan TI, system pemasukan data dapat tercatat dengan baik untuk membantu proses pengambilan keputusan.

b) Integrasi Rantai Pasok

Pada Tabel 11 akan disajikan data mengenai pengaruh masing-masing indikator integrasi rantai pasok terhadap variabel integrasi rantai pasok.

(7)

Tabel 11 : Hasil Uji GeSCA - Identifikasi Variabel IRP

Indikator Loading

Estimate SE CR

Integrasi Rantai

Pasok AVE = 0.779, Alpha =0.925

IRP 1 0.954 0.017 56.0*

IRP 2 0.832 0.056 14.76*

IRP 3 0.849 0.036 23.33*

IRP 4 0.848 0.057 14.83*

IRP 5 0.925 0.019 48.52*

Dari hasil yang diperoleh pada perhitungan indikator variabel integrasi rantai pasok, dari lima indikator yang mempengaruhi variabel, indikator IRP 1 adalah indikator yang paling mendeskripsikan variable integrasi rantai pasok.

Meninjau dari perusahaan di sector industry TPT, optimasi sumber daya system logistic butuh untuk direncanakan dengan baik. Hal ini dikarenakan melihat kondisi pasar yang selalu berubah. Industri TPT adalah industry yang bergerak di bidang fashion, sehingga perusahaan harus dengan tepat dan tanggap dalam menghadapi pasar yang selalu berubah. Apabila pengoptimalan sumber daya system logistic sudah di rencanakan dengan baik, makan perusahaan tidak akan tertinggal dari perkembangan pasar yang cepat berubah.

c) Kinerja Rantai Pasok

Pada Tabel 12 akan disajikan data mengenai pengaruh masing-masing indikator kinerja rantai pasok terhadap variabel kinerja rantai pasok.

Tabel 12 : Hasil Uji GeSCA - Identifikasi Variabel KRP

Indikator Loading

Estimate SE CR

Kinerja Rantai

Pasok AVE = 0.724, Alpha =0.915

KRP 1 0.877 0.037 23.75* KRP 2 0.678 0.068 10.01* KRP 3 0.866 0.054 16.14* KRP 4 0.944 0.021 43.95* KRP 5 0.817 0.062 13.14* KRP 6 0.898 0.032 28.3*

Dari hasil yang diperoleh pada perhitungan indikator variabel kinerja rantai pasok, dari enam indikator yang mempengaruhi variabel, indikator KRP 4 adalah indikator yang paling mendeskripsikan variable kinerja rantai pasok.

Pada perusahaan di sector industry TPT, indikator ini merupakan factor yang penting karena kinerja serta kualitas pengiriman menjadi factor penentu untuk memuaskan pelanggan. Pelanggan yang puas akan kinerja dan pelayanan sebuah perusahaan akan senang untuk terus melakukan kerjasama dengan perusahaan yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, apabila pelanggan merasa kecewa atas kinerja dan kualitas pengriman yang dilakukan perusahaan, maka pelanggan tidak akan lagi melanjutkan kerjasama. Kinerja dan kualitas pengiriman bisa dilihat dari baik buruknya produk sampai ke tangan pelanggan serta lama tunggu pelanggan atas kiriman barang yang dipesan.

D. Pengujian Hipotesi

Pada tahap ini akan dilakukan uji hipotesis yang berdasarkan hasil analisis koefisien jalur menggunakan perangkat GeSCA. Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan pada tahap perumusan hipotesis. Berikut ini adalah hipotesis yang telah dirumuskan:

 H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan Kinerja Rantai Pasok

 H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan Integrasi Rantai Pasok

 H3: Integrasi Rantai Pasok tberpengaruh terhadap Kinerja Rantai Pasok.

Pada Tabel 13 akan disajikan hasil dari penghitungan koefisien jalur pada GeSCA yang menunjukkan pengaruh antar variabel laten.

Tabel 13 : Hasil Uji GeSCA –Koefisien Jalur

Path Coefficients Estimate SE CR Implementasi TI->Kinerja Rantai Pasok 0.517 0.167 3.09 * Implementasi TI->Integrasi Rantai Pasok 0.921 0.025 37.34*

Integrasi Rantai Pasok->Kinerja

Rantai Pasok 0.464 0.163 2.84

*

CR* = significant at .05 level

Berikut ini merupakan penjelasan hasil uji hipotesis dari tabel di atas:

1. H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan Kinerja Rantai Pasok

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios(CR) koefisien jalur variabel Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok sebesar 3,09* dengan kata lain hipotesis 1 diterima.

2. H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan Integrasi Rantai Pasok

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios(CR) koefisien jalur variabel Implementasi TI terhadap Integrasi Rantai Pasok sebesar 37,34* dengan kata lain hipotesis 2 diterima.

3. H3: Integrasi Rantai Pasok berpengaruh

terhadap Kinerja Rantai Pasok.

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios (CR) koefisien jalur variabel Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Rantai Pasok sebesar 2,84* dengan kata lain hipotesis 3 diterima.

Pada Gambar 6 berikut merupakan bentuk model konseptual beserta nilai hasil uji hipotesis.

(8)

E. Model Konseptual tanpa Variabel mediator

Untuk menjawab rumusan masalah mengenai pengaruh Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok secara langsung maka dilakukan running data tanpa menggunakan Variabel Integrasi Rantai Pasok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 berikut :

Gambar 7 : Pengaruh Implemantasi TI terhadap Kinerja Rantai secara Langsung

Pada Tabel 14 adalah hasil running data dua variable (Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok) tanpa variable mediator.

Tabel 14: Hasil running tanpa variabel mediator

Path Coefficients

Estimate SE CR

Implementasi TI->

Kinerja Rantai Pasok 0.945 0.029 32.38

*

Darri hasil running yang dilakukan diketahui bahwa nilai estimate sebesar 0.945 dan nilai signifikansi 32.38*, sehingga dapat diartikan bahwa implementasi TI berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasok pada perusahaan di sector industry TPT. Hal ini berarti jika pada perusahaan di sector industry TPT melakukan implementasi TI, maka pengaruh dari implementasi TI tersebut signifikan terhadap peningkatan kinerja rantai pasok di industry TPT sesuai dengan teori yang telah dikemukakan sebelumnya.

Selanjutnya menjawab dari rumusan permasalah yaitu mengetahui Pengaruh Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok dengan melalui variable mediator, maka variable Integrasi Rantai Pasok dimasukkan sebagai variable mediator.

Pada Tabel 15 adalah hasil running data setelah ditambahkan variable mediator yaitu Integrasi rantai Pasok.

Tabel 15 : Hasil running setelah ditambahkan variabel mediator Path Coefficients

Estimate SE CR Implementasi TI->

Integrasi Rantai Pasok 0.921 0.025 37.34

*

Implementasi TI->

Kinerja Rantai Pasok 0.517 0.167 3.09

*

Integrasi Rantai Pasok->

Kinerja Rantai Pasok 0.464 0.163 2.84

*

Dari hasil running 2 kondisi model konseptual diatas, diperoleh hasil nilai bahwa Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok secara langsung, menghasilkan nilai estimate sebesar 0.945, sedangkan pada model konseptual dengan menggunakan variable mediator nilai Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok, menghasilkan nilai 0.921 x 0.464 + 0.517 = 0.944. Kedua hasil data menunjukkan nilai yang hampir sama, yaitu 0.945 dan 0.944.

Nilai yang dihasilkan tersebut dapat diartikan bahwa sebelum ditambahkan variable mediator, pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok secara langsung memiliki hubungan yang signifikan, begitu juga

setelah ditambahkan variable mediator. Tetapi, apabila dilihat berdasarkan pengaruh masing-masing variable pada model konseptual dengan adanya variable mediator yaitu integrasi rantai pasok, nilai terbesar ditunjukkan oleh hubungan variable Implementasi TI terhadap Integrasi Rantai Pasok.

Dilitinjau dari segi indikator pada masing-masing variable menunjukkan bahwa indikator pada variable Implementasi TI lebih menggambarkan Implementasi TI untuk proses integrasi, hal tersebut yang mengakibatkankan adanya hasil yang bias untuk pengaruh Implementasi TI terhadap integrasi rantai pasok dan kinerja rantai pasok, yang akhirnya mengakibatkan nilai pengaruh Implementasi TI terhadap Integrasi Rantai Pasok, menunjukkan hasil yang paling tinggi yaitu, 0.921 dibandingkan dengan hasil pengaruh terhadap variable lainnya yaitu pengaruh Implementasi TI terhadap Kinerja Rantai Pasok sebesar 0.517 dan pengaruh Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Rantai Pasok sebesar 0.464.

F. Perbandingan Hasil dengan Variabel Kontrol

Model konseptual yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variable control sebagai pembanding hasil analisis. Tetapi data yang memenuhi untuk dilakukan running adalah data perusahaan hilir yaitu sebesar 30 dta. Sehingga dilakukan running data dengan item pembanding subsector industry Hasil running data, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 16 : Hubungan antar variabel menggunakan variabel control perusahaan bagian hilir

Path Coefficients

Estimate SE CR

Implementasi TI ->

Kinerja Rantai Pasok 0.552 0.203 2.72

*

Implementasi TI ->

Integrasi Rantai Pasok 0.912 0.033 27.53

*

Integrasi Rantai Pasok ->

Kinerja Rantai Pasok 0.430 0.204 2.11

*

Melihat hasil analisis yang dilakukan pada sector industry di bagian hilir, hubungan ketiga variable menunjukkan hasil yang sama dengan analisis secara keseluruhan. Sehingga hasil analisis model konseptual penelitian, mewakili perusahaan yang bergerak di sector industry hilir (pembuatan pakaian jadi). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa Implementasi TI lebih berpengaruh signifikan dengan adanya Integrasi Rantai Pasok sebagai penyela hubungan langsung dengan Kinerja Rantai Pasok.

VI. KESIMPULAN Simpulan:

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil:

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil:

1. Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner penelitian kepada responden pada perusahaan yang bergerak di sector industry tekstil dan produk tekstil, diperoleh hasil bahwa:

(9)

a. Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok dengan nilai signifikansi sebesar 3,09* dan nilai estimasi 0,517 b. Implementasi TI berpengaruh terhadap

peningkatan integrasi rantai pasok dengan nilai signifikansi sebesar 37,34* dan nilai estimasi 0,921 c. Integrasi rantai pasok berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok dengan nilai signifikansi sebesar 2,84* dan nilai estimasi 0,464 2. Berdasarkan hasil uji hipotesis, bisa disimpulkan

bahwa pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok secara langsung ataupun dengan menggunakan integrasi rantai pasok memiliki pengaruh yang signifikan.

3. Melihat nilai estimasi dan signifikansi pada ketiga hubungan antar variable (implementasi TI, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok) serta hasil dari analisis variable kontrol maka dapat disimpukan bahwa hubungan yang paling berpengaruh signifikan tertuju pada hubungan implementasi TI terhadap integrasi rantai pasok.

4. Berdasarkan hasil analisis pengukuran model pada setiap variable laten, diperoleh hasil bahwa :

a. Indikator ITI 5 (Dukungan dan sistem pembuatan keputusan untuk partner bisnis dalam rantai pasok) dan ITI 3 (penggunaan computer dalam operasi dan pengambilan keputusan yang efektif antara perusahaan dan partner bisnis) yang paling merepresentasikan variable implementasi TI. b. Indikator IRP 1 (strategi untuk optimasi sumber

daya system logistic) dan IRP 5 (standarisasi dan visibilitas proses) yang paling mereperesentasikan integrasi rantai pasok

c. Indikatro KRP 4 (kinerja dan kualitas pengiriman) dan KRP 1 (peningkatan aktivitas logistic) yang paling merepresentasikan kinerja rantai pasok Saran :

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tugas akhir ini, berikut ini merupakan saran yang diberikan agar bisa dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya:

1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistika dengan mencari nilai rata-rata pada setiap indikator yang ada pada variable Implementasi TI dari hasil jawaban responden yaitu sebesar 2,03 mengartikan bahwa rata-rata responden berada di level 2 yang berarti penggunaan TI pada perusahaan masih kurang dioptimalkan. Padahal dari hasil penelitian diketahui bahwa implementasi TI dapat meningkatkan integrasi rantai pasok dan kinerja rantai pasok secara signifikan. Sehinnga dapat menjadi masukan untuk lebih mengoptimalakan pemanfaatan TI pada perusahaan TPT.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh implementasi TI pada perusahaan di sector industry TPT. Berdasarkan hasil perhitungan analisis inferensia, penulis menyarankan untuk menambahkan indikator lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi TI pada perusahaan di sector industry TPT.

3. Penelitian ini dapat menjadi acuan, bahwa semakin banyak data yang didapatkan akan semakin banyak

yang dapat dibandingkan, sehingga penulis menyarankan agar pada penelitian selanjutnya didapatkan sampel data yang lebih besar.

DAFTARPUSTAKA

[1] Beaumaster, S., Information Technology Implementation Issues: An Analysis, Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, 1999.

[2] Beaumaster, S., Information Technology Implementation Issues: An Analysis, Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, 1999

[3] Chen, I. J., Paulraj, A., Towards a theory of supply chain management the constructs and measurements, Science Direct, Elsevier, 2003

[4] Costes, N., Jahre, M., Supply chain integration and performance : a review of the evidence, The international journal of logistic management, Emeral, 2008

[5] Ghozali, Imam., Generalized Structured Component Analysis (GSCA), Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2008

[6] Gunasekaran, A., Ngai, E.W.T., Information system in supply chain integration and management, Science Direct, Elsevier, 2003.

[7] Leuchner, R., Rogers, D. S., Charvet, F. F., A-meta analysis of supply chain integration and firm performance, journal of supply chain management, 2013

[8] Li, G., Yang, H., Sun, L., Sohal, A. S., The Impact of IT Implementation on Supply Chain Integration and Performance, Int. Journal Production Economics, Elsevier, 2008

[9] Liang, T., You, J., Liu, C., A-resource-based perspective on information technology and firm performance: a meta analysis, Industrial management & data system, Emeral, 2010

[10] Ling Li, Supply Chain Management: Concepts, Techniques and Practices Enhancing the Value Through Collaboration, World Scientific Publishing Company, 2007

[11] Pujawan, I. N., & Erawan, M., Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya, 2010

[12] Rajaguru, R., & Matanda, M.J., Effects of inter-organizational compatibility on supply chain capabilities: Exploring the mediating role of..., Industrial Marketing Management, Elsiver, 2012 [13] Wu, Fang, et al., The impact of information

technology on supply chain capabilities and firm performance: A resource-based view, Journal of Industrial Marketing Management, 2005

[14] Zailani, S., Rajagopal, P., Supply chain integration and performance: US versus East Asian companies, Supply Chain Management: An International Journal, Emerald, 2005

[15] Ziedonis, R., H., Don’t Fence me in: Fragmented markets for technology and the patent acquisition strategies of firms, Iniversity of Michigan Schhol, 2005

Referensi

Dokumen terkait

dipilih username pribadi. Host adalah mesin tersendiri yang terletak pada lokasi tertentu. Host dapat dibayangkan sebagai bangunan apartemen besar, sedangkan Internet account

Logam berat timbal (Pb) dapat berpindah dari lingkungan ke organisme perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimentasi dan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya semata penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

dari persamaan regresi tersebut diperoleh harga a (slope) = 0,007 dan b = 0 karena intersep yang digunakan pada larutan standar adalah 0, sedangkan absorbansi standar yang

penyidik guna mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam perlindungan hukum terhadap korban pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan dan Buku Pemilik Kendaraan

Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang matang akan menjadi pemicu tim bulnya berbagai

 Memahami makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana berbentuk report untuk berinteraksi dengan lingkungan

berlangsungnya ekonomi-politik kawasan dan global; (2) fenomena deglobalisasi merupakan konsekuensi logis dari keterpurukan ekonomi global dan AS pasca- krisis finansial;