• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa aktor sebagai bagian program yang terlibat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa aktor sebagai bagian program yang terlibat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

148 BAB VI

PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa aktor sebagai bagian program yang terlibat langsung dalam proses penyelesaian permasalahan angsuran memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu berbagai langkah penanganan harus dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi yang baik antar aktor sebagai penentu keberhasilan penyelesaian permasalahan angsuran P2KBERT. Adapun pelaksanaan peran aktor-aktor P2KBERT yaitu birokrasi, LPM dan kelompok sasaran adalah sebagai berikut :

A. Peran birokrasi yaitu aparat pelaksana program dalam menangani permasalahan angsuran P2KBERT di Kecamatan Polewali cukup baik memberi solusi bagi anggota kelompok yang bermasalah, yaitu dengan penjadwalan kembali bagi anggota kelompok yang angsurannya telah dinyatakan macet. Penjadwalan kembali pembayaran angsuran ini berfungsi dengan baik karena memberi kelonggaran dan kemudahan melalui penyesuaian masa angsuran, jumlah angsuran serta tanggal jatuh tempo angsuran. Pelaksanaan peran lainnya dengan memberikan surat teguran kepada anggota kelompok yang bermasalah tidak begitu efektif. Karena bentuk sanksi yang hanya sebatas peringatan tertulis tersebut tidak menimbulkan efek jera dan kurang tegas, sehingga anggota kelompok yang bermasalah tidak menanggapinya. Dalam hal ini dinas koperasi UMKM sebagai regulator tidak maksimal dalam mempersiapkan mekanisme pemberian sanksi yang tepat jika terjadi permasalahan angsuran P2KBERT. Begitupun dengan mendatangi atau bertemu langsung dengan anggota kelompok yang bermasalah, tidak cukup

(2)

149 memberi dampak positip karena keterbatasan jumlah personil dan waktu aparat pelaksana program yang juga harus mengurusi permasalahan yang sama di kecamatan lain. Sehingga peran LPM sangat dibutuhkan dalam membantu aparat pelaksana program termasuk proses negosiasi untuk penyelesaian permasalahan angsuran. Peran birokrasi lain yaitu kepala kelurahan di wilayah Polewali dan Sulewatang cukup kontributif. Lurah memposisikan diri sebagai mediator dan memfasilitasi pertemuan antara aparat pelaksana dengan kelompok sasaran serta ikut memberi pemahaman kepada anggota kelompok yang bermasalah. Peran aktif lurah di kedua wilayah tersebut didorong oleh rasa tanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan P2KBERT. Berbeda dengan Lurah Wattang yang tidak melibatkan diri dalam penyelesaian permasalahan P2KBERT.

B. Peran LPM cukup berhasil membantu penyelesaian masalah angsuran P2KBERT di wilayahnya terutama dalam pelaksanaan fungsi pembimbingan, yaitu dengan pengecekan dan perbaikan kembali administrasi pengelolaan keuangan serta pembukuan terhadap anggota kelompok yang bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan yang hanya dilaksanakan selama dua hari sebelum pelaksanaan program, tidak memberi pengetahuan yang cukup bagi kelompok sasaran. Sehingga kemunduran usaha akibat kegagalan manajemen usaha yang tidak proporsional kemudian berdampak pada pengembalian dana bantuan P2KBERT. Sementara pelaksanakan fungsi mediator/penghubung dan membantu proses negosiasi aparat pelaksana program dilakukan dengan baik. Fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik karena posisi strategis LPM di wilayah kelurahan yang memungkinkan untuk berinteraksi secara intens dengan kelompok sasaran dan anggotanya yang bermasalah. Posisi ketua LPM sebagai tokoh masyarakat

(3)

150 kharismatik dan dihormati oleh warga kelurahan yang notabene adalah anggota kelompok sasaran juga ikut berperan penting. Begitu pula dengan fungsi motivator sebagai bentuk dukungan emosional kepada anggota kelompok bermasalah dijalankan dengan baik. Peran penting tersebut LPM tidak terlepas dari bantuan lurah dan pengurus kelompok sasaran, meskipun di Kelurahan Wattang tidak mendapat dukungan dari kepala kelurahan.

C. Peran kelompok sasaran cukup membantu dalam menyelesaikan permasalahan angsuran yaitu dengan melakukan rapat pengurus dan pertemuan dengan anggota kelompok perihal anggota kelompok yang bermasalah. Terutama di Kelurahan Sulewatang sebagian besar pengurus kelompok memiliki inisiatif melibatkan peran serta anggota untuk berpartisipasi dalam pertemuan kelompok. Dari pertemuan tersebut seluruh informasi dan masukan dari anggota ditampung kemudian dilaporkan kepada LPM setempat serta aparat pelaksana program. Hanya saja tidak semua pengurus kelompok memiliki inisiatif yang sama, seperti di Kelurahan Wattang dan kelompok pandebassi di Kelurahan Sulewatang tidak pernah ada pertemuan kelompok yang khusus membahas permasalahan angsuran anggotanya. Peran berikutnya yaitu dengan mendekati dan memberi pemahaman kepada anggota yang bermasalah. Selain itu pengurus kelompok juga melakukan pendekatan terhadap keluarga anggota kelompok yang bermasalah agar memberi dukungan moril dan bila memungkinkan memberi bantuan materi kepada anggota bersangkutan. Hal tersebut cukup efektif mengingat keluarga adalah pihak yang secara emosional lebih dekat dan paling mengetahui kondisi faktual yang dihadapi oleh anggota kelompok yang bermasalah.

(4)

151 D. Komitmen yang kuat dari aktor-aktor P2KBERT menentukan keberhasilan

pelaksanaan peran untuk menyelesaikan permasalahan angsuran di Kecamatan Polewali sepert yang ditunjukkan oleh aparat pelaksana program dan LPM.

E. Pelaksanaan peran oleh birokrasi, LPM dan kelompok sasaran di Kecamatan Polewali cukup mampu mengatasi permasalahan angsuran P2KBERT, namun tidak sepenuhnya menyelesaikan pengembalian dana bantuan tersebut. Seperti yang terjadi pada salah satu anggota Kelompok Pandebassi di Kelurahan Sulewatang. Hal ini disebabkan karena usahanya tidak berjalan lagi, sementara pekerjaan alternatif yang digeluti upahnya kecil dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga anggota kelompok bersangkutan pinjamannya macet dan tidak memiliki kemampuan lagi untuk mengembalikan bantuan P2KBERT.

F. Pelaksanaan peran oleh aparat pelaksana program sangat dominan yang menyebabkan peran pengurus LPM dan kelompok sasaran menjadi tidak begitu efektif sehingga upaya penanganan permasalahan angsuran P2KBERT di Kecamatan Polewali menjadi tidak optimal.

G. Interaksi antar aktor (birokrasi, LPM, dan kelompok sasaran) dalam menjalankan peran untuk menyelesaikan permasalahan angsuran P2KBERT adalah sebagai berikut :

1. Terjalin kerjasama dan koordinasi yang baik antara birokrasi, LPM dan kelompok sasaran di wilayah sasaran baik di Kelurahan Sulewatang, Polewali maupun Wattang. Adanya kolaborasi dari aparat pelaksana program, kepala kelurahan, LPM dan kelompok cukup baik menyelesaikan permasalahan angsuran meskipun tidak semuanya dapat teratasi. Khusus di Kelurahan Wattang salah satu elemen

(5)

152 birokrasi yaitu kepala kelurahan tidak melibatkan diri dalam penanganan permasalahan angsuran di wilayahnya. Lurah Wattang tersebut hanya fokus menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan melihat P2KBERT bukanlah tanggung jawabnya;

2. Timbul konflik antara aparat pelaksana program dengan salah satu anggota kelompok sasaran di Kelurahan Sulewatang. Dengan adanya konflik tersebut semakin menyulitkan penanganan pengembalian dana bantuan P2KBERT. Sementara di Kelurahan Polewali dan Wattang tidak terjadi konflik yang berarti. 6.2 Saran

Dari semua uraian pembahasan pada bab V dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut :

A. Aktor P2KBERT baik birokrasi, LPM dan kelompok sasaran dalam upaya penyelesaian permasalahan angsuran, agar lebih memperhatikan sinergi dengan aktor lainnya berupa kerjasama, koordinasi dan kolaborasi yang lebih intens dan dilakukan terus menerus. Sinergi yang baik tidak hanya pada saat permasalahan program muncul, namun dilakukan dari sejak awal program termasuk dalam penentuan penerima bantuan, yang tidak lain bertujuan untuk menghindari timbulnya permasalahan pada pelaksanaan program di kemudian hari.

B. Dalam proses penentuan penerima bantuan P2KBERT dan atau program dengan tipikal yang sama diharapkan selalu memperhatikan dan menerapkan kehati-hatian dan melakukan analisa pinjaman dana bantuan secara cermat, teliti dan mendalam dari berbagai aspek berdasarkan prinsip prinsip yang berlaku secara universal dalam dunia perbankan. Hal ini untuk menjaga atau menghindari atau mengantisipasi munculnya pinajaman yang macet atau bermasalah dikemudian hari. Dalam proses penentuan

(6)

153 penerima bantuan sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip dalam dunia perbankan yaitu watak, modal,kemampuan dan kondisi ekonomi calon penerima bantuan. Aparat pelaksana program sebaiknya bekerjasama dengan analis kredit yang siap pakai secara periodik dan melakukan koordinasi dengan aparat dan LPM setempat terkait dengan watak dan kemampuan calon penerima bantaun.

C. Pelaksanaan pemberian bantuan dana dalam P2KBERT perlu dibarengi dengan pemberian mekanisme sanksi yang tepat. Mekanisme sanksi tersebut harus tegas dan dilakukan sungguh-sungguh sehingga ada efek jera bagi anggota kelompok dan kelompok sasaran. Dengan begitu diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi anggota kelompok dalam mengelola dana bantuan yang diberikan pemerintah. Meskipun hal tersebut memang sulit dilakukan mengingat pinjaman P2KBERT ini yang tanpa agunan sehingga tanggung jawab mengembalikan pinjaman tidak begitu besar. Namun sampai dmekanisme sanksi yang tepat belum ditemukan, P2KBERT atau program pemda kabupaten sejenisnya sebaiknya tidak dijalankan dulu.

D. Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar melalui Dinas Koperasi UMKM perlu memberikan kewenangan yang lebih besar dan mandiri kepada LPM agar menjadi lembaga independen yang mampu melaksanakan fungsi LSM dengan baik.

E. Semangat kewirausahaan dan kemampuan manajerial pengusaha kecil masih perlu ditingkatkan. Usaha peningkatan melalui pelatihan maupun penyuluhan yang lebih intensif dan tidak sekedarnya. Upaya peningkatan kemampuan kewiraswastaan dan kemampuan manajerial pengusaha kecil dapat dilakukan dengan peran serta Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat melalui pengembangan

(7)

154 kerjasama yang lebih efektif dengan Dinas Sektoral/Instansi Terkait dan Lembaga Perbankan.

F. Pelaksanaan peran dalam penyelesaian permasalah angsuran P2KBERT membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait langsung dengan program. Bahkan permasalahan angsuran sebenarnya tidak perlu terjadi jika saja dari awal pelaksanaan program semua pihak dapat menjalankan komitmennya masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

Rekan-rekan seperjuangan di Kelas Ekonomi Pembangunan C Angkatan 2017,serta rekan-rekan dekat lainnya di Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

Data pemeriksaan awal gangguan gerak motorik kasar anak ini diolah dengan RapidMiner Studio menggunakan metode Naive Bayes serta menggunakan metode optimasinya yaitu

Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation (GI) yang

Permasalahannya meliputi tidak tersedianya ruang konseling individu dan ruang konseling kelompok, tidak tersedianya jam khusus BK masuk kelas untuk bimbingan

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE

Sebagai upaya mengimplementasikan kedaulatan negara (rakyat) di bidang ekonomi. Pendekatan yang terlalu berat pada faktor-faktor ekonomi dan pertumbuhan saja tidak akan

Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya... Potential

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah