SEKRETARIAT JENDERAL
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 6 Senayan Jakarta Io2T0
PERATURAN
SEKRETARIS JENDERAL DtrWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONBSIA
N O M O R 0 4 T A H U N 2OIB
TENTANG
PEDOMAN PENGtrMBANGAN BUDAYA KBRJA
DI LINGKUNGAN SBKRBTARIAT JENDERAL
DEWAN PERWAKILAN DAERAH RBPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JtrNDERAL
DtrWAN PERWAKILAN DABRAH RBPUBLIK INDONESIA,
Menimbang a. bahwa salah satu area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi sekretariat Jend.eral DPD RI adalah perubahan pola pikir (mind" sef) dan budaya kerja (calture se/);
b. bahwa untuk mempercepat keberhasilan proses perubahan pola pikir dan budaya kerja pegawai di lingkungan Sekretariat Jendeial npn
-
Rl perlu disusun pedoman untuk mend.orong perubahan sikap dan perilaku pejabat dan
-
plgawai di lingkungan Sekretariat Jenderal DpD Ri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf
b-, perlu menetapkan Peraturan sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia tentang Pedoman Budaya Kerja di Lingkungan sekretariat Jenderal Dewan perwakilan Daerah Republik I n d o n e s i a .
Mengingat
1. undang-undang Nomor L7 Tahun 2oor tentang
Rencana Pembangunan Jangka panjang Nasional Tahun 2oo5-2o25 (Lembaran Negara RI Tahun 2oa7 Nomor 33 dan Tambahan Lembaran Negara R I N o m o r 47OO);2. Undang-undang Nomor s rahun 2or4 tentang
Aparatur sipil Negara (Lembaran Negara Repubfil
Indonesia Tahun 2or4 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor sagal;
3. undang-undang Nomor LT TaLrun 2or4 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2oL4 Nomor rg2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
!568) sebagaimana telah diubah dengan
undang-undang Nomor 42 Tahun 2oL4 tentang
Majelis
Permusyawaratan
Ralryat,
Dewan
Perwakilan Ralryat, Dewan perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Ralryat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2oL4 Nomor 3g3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Ind.onesia
Nomor 5650);
4. Peraturan pemerintah Nomor s3 Tahun 2olo
tentang Disiplin pegawai Negeri sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun zotO womor 74,
Tambahan Lembaran Negara. Republik Indonesia
N o m o r 5 1 5 3 ) ;
5. Peraturan Dewan
Indonesia Nomor
Tertib;
Perwakilan
Daerah Republik
4 Tahun 2OIT tentang Tata
6. Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor g 1
Tahun 2oro tentang Grancl Design Reformasi
Birokrasi 20 IO_2025;
7. Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 2
Tahun
20rs
tentang Rencana pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2o|S_2or9;
B. Peraturan presiden Nomor rr Tahun 20 rr tentang
Sekretariat Jenderal DpD RI;
9. Peraturan Menteri Negara pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 1 Tahun 2oo'T tentang pedoman
Evaluasi pelaksanaan pengemb,angan
Budaya Kerja
Pada Instansi pemerintah;
10. Peraturan Menteri Negara pendayagunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun
2015 tentang Road Map Refornr.asi
Birokrasi
2015-2 0 L 9 ;
1 1. Peraturan Menteri Negara pend.ilyagunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrar;i Nomor 10 Tahun
20r l
tentang pedoman pelaksanaan program
Manajemen perubahan;
12. Peraturan Menteri Negara pend€qFagunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasri Nomor 39 Tahun
2012 tentang pedoman pengembangan
Budaya
Kerja;
Menetapkan
13. Peraturan Menteri Negara pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Ind.onesia
Nomor
27
Tahun
2ot4
tentang
pedoman
Pembangunan
Agen
perubahan
di
Instansi
Pemerintah;
14. Peraturan Sekretaris Jenderar Dewan perwakilan
Daerah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2oLL
tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia di provinsi;
1 5. Peraturan Sekretaris Jenderal Dewan perwakilan
Daerah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2oLT
tentang organisasi dan Tata Kerja sekretariat
Jenderal
Dewan perwakilan
Daerah
Republik
Indonesia;
16. Peraturan sekretaris Jenderal DpD RI Nomor 10
Tahun 2016 tentang sistem Manajemen perubahan
sekretariat Jenderal Dewan perwakilan Daerah
Republik Indonesia;
MEMUTUSI(AN:
PERATURAN SEKRtrTARIS JBNDERAL DEWAN
PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA
KBRJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL
DEWAN
PBRWAKILAN
DAERAH
REPUBLIK
INDONtrSIA.
Pasal 2
Pasal 1
Pedoman pengembangan budaya kerja ini berlaku
sebagai
panduan
d.alam
merencanakan,
mengimplementasikan,
serta melakukan
monitoring
dan evaluas-i penerapan dan pengembangan budaya
Leu1 di lingkungan Sekretariat Jenderal opo RI guna
meningkatkan kinerj a pegawai.
Pedoman pengembangan sebagaimana tersebut dalam bagian tidak terpisahkan dari
Budaya Kerja, adalah Lampiran yang merupakan peraturan ini.
Pasal 3
Pedoman Pengembangan Budaya Kerja dapat ditakukan perubahan
-d* penyesuaian sesuai- dengan nilai-nilai organisasi dan nilai-nilai buclaya sekretariat Jenderal D P D R I .
Paraf Hierarki Biro : Biro Administrasi
B a g i a n : O r g a n i s a s i d a n T a t a L a k s a n a J a b a t a n Paraf K e p a l a Biro
k
K e p a l a B a g i a n (G K e p a l a S u b B a g i a n Pasal 4Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
P a d a t a n g g a l Zt Februar i 2OL8 Plt. SEKRETARIS JENDERAL,
MA'RUF CAHYONO
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggaI2l Februari 2018
PIt. SEKRETARIS JENDERAL,
MA'RUF CAHYONO
LAMPIRAN
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DtrWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
N O M O R TAHUN 2OTB TENTANG
PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETAzuAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
PEDOMAN PENGBMBANGAN BUDAYA KERJA
DI LINGI(UNGAN StrKRBTARIAT JENDERAL
. B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi memiliki ruang lingkup pembenahan struktural, prosedural, kultural dan etika birokrasi yang bertujuan untuk menciptakan
birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas dari KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur neg ara.
Secara konseptual, birokrasi yang ideal adalah birokrasi yang profesional, yakni birokrasi yang
handal dalam memberikan pelayanan, aspiratif, akuntabel,
netral, dan dalam menjalankan aktivitasnya selalu dilandasi
etika. profesionalisme birokrasi menyangkut kemampuan yang dihubungkan dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam arti kata kemampuan untuk menggunakan fasiiitas teknologi modern. Dengan penguasaan d.aram menggunakan
fasilitas teknoiogi modern, kelemahan negatif berupa lambatnya proses kerja birokrasi dapat teratasi.
Secara ideal, birokrasi hanya akan bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil apabila mempunyai sikap dan perilaku netral' Maksudnya, birokrasi hendaknya bertindak sebagai lembaga administrasi publik yang berorientasi
pada pencapaian efisiensi dan efektivitas dalam setiap kegiatannya.
Reformasi kultural menyangkut perubahan komitmen dan etos kerja birokrasi yang semakin diorientasikan untuk meningkatkan pelayanan publik.
Ekses negatif budaya patrimonial
yang menempatkan birokrasi
sebagai atasan masyarakat yang harus clilayani harus diubah menjadi pelayan masyarakat.
Reformasi etika birokrasi menyangkut norma-norma
dan nilai-nilai )'ang harus menjadi pegangan bagi aparat birokrasi untuk bersikap pantas dalam
me njalankan tugasnya. Etika
birokrasi menun3ukkan adanya asas moral dalam profesi birokrasi. Reformasi etika birokrasi mengupayakan
agar nilai-nilai etika yang hidup dan berlaku dalam masyarakat profesi termasuk birokrasi bukan sekedar menjadi keyakinan
pribadi anggotanya tetapi
juga menjadi seperangkat norma yang terlembagakan.
acuan dalam berbuat, yang pelanggaran atasnya dapat dikenakan sanksi moral.
Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang
menjadi keyakinannya dan menjadi kebiasaan
dalam perilaku kerja atau organisasi' Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Membangun budaya berarti meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif,
serta berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang iebih baik. oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dikenar dengan bu,caya kerja.
Secara sederhana budaya kerja diartikan sebagai cara pandang seseorang dalam memberi makna terhadap "kerja',. Dengan demikian, budaya kerja diartikan sebagai perilaku individu dan kepompok yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi sifat serta kebiasaan yang dilakukan
berulang-ulang dalam suatu organisasi' Pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas' namun dari pelaku organisasi
secara morar telah menyepakati
bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati daiam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
Memperbaiki budaya kerja
ke arah yang lebih baik membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpin kemudian diikuti para bawahannya. Terbentuknya budaya kerja sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan, hubungan antara pemimpin dengan
bawahannya akan menentukan
suatu cara tersendiri apa yang dijalankan
dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.
Budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau organisasi itu berdiri' artinya pembentukan
budaya kerja terjadi ketika lingkungan keqa atau organisasi
belajar dalam menghadapi permasalahan. cakupan makna setiap nilai budaya kerja, antara rain:
1' Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak
meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-und.angan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2' Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan organisasi.
3' saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4' Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target organisasi.
Ke suksesan organisasi bermula
dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi keterbukaan, yaitu keadaan yang selaiu jauh dari prasangka negatif karena segala sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).
Selanjutnya,
situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan komunikasi
hortzontal dan vertikal, membina hubungan
personal baik formal maupun informal di antara jajaran mana-1emen, sehingga tumbuh sikap saring menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi unit kerja dan antar pegawai semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling koordinasi manajemen atau pegawai, menjaga kekompakkan manajemen' mendukung
dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta saling mengisi dan melengkapi. Hal initah yang menjadi tujuan bersama daram rangka membentuk budaya kerja.
Uraian tersebut memberikan
pemahaman akan pentingnya perubahan budaya kerja melalui perubahan pola pikir dalam konteks reformasi birokrasi' selanjutnya untuk mempercepat
keberhasilan proses perubahan budaya kerja di Lingkungan sekretariat Jenderal DPD RI' disusun acuan yang dapat digunakan sebagai landasan dalam bentuk pedoman untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku pejabat dan pegawai di iingkungan Sekretariat Jenderal DpD RI.
B. Tujuan
Tujuan dari penetapan pedoman pengembangan budaya kerja di lingkungan sekretariat Jenderar DpD RI adalah:
1. Membantu Pengembangan Budaya Kerja dalam pelaksanaan reformasi birokrasi;
2. Menciptakan perubahan sikap dan perilaku pejabat serta pegawai di lingkungan Sekretariat Jend.eral DPD RI agar dapat meningkatkan kineda untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi;
3' Memberikan panduan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan budaya kerja di iingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI sesuai dengan tujuan Reformasi Birokrasi di sekretariat Jend.eral DpD RI;
4 ' Menjadi instrumen untuk melihat sejauh mana keberhasilan reformasi birokrasi telah dicapai.
C. Sasaran
Sasaran penetapan Pedoman Pengembangan Budaya Kerja adalah:
1' Terbangunnya kesamaan persepsi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan
pengembangan budaya kerja.
2 ' Terciptanya perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur Sekretariat Jenderal DPD RI menjadi bud ayayang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang berorientasi pada manfaa t (outcome) yang diperole h dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi untuk memberikan pelayanan kepada Anggota DpD RI.
A.
BAB II BUDAYA KERJA
PENGERTIAN
Budaya kerja dapat dipahami sebagai sebuah keterkaitan unsur-unsur penting dalam organisasi yang dijalankan oleh para pegawai. Budaya kerja bukanlah sebuah unsur yang berdiri sendiri.
unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Budaya Organisasi.
Budaya organisasi adalah sistem nilai bersama d.alam suatu organisasi yang me njadi acuan bagaimana para pegawai melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan atau cita-cita organisasi' Hal ini biasanya dinyatakan sebagai visi, misi, dan tujuan organisasi. Budaya organisasi dikembangkan dari kumpulan norma-norma, nilai, keyakinan, harapan, asumsi, dan filsafat dari orang-orang di dalamnya. oleh karenanya
tidak mengherankan bila kemudian terlihat jelas dalam perilaku individu dan kelompok' Budaya organisasi juga menjadi dasar praktik di dalam organisasi, termasuk bagaimana
anggota organisasi menyelesaikan pekerjaan maupun berinteraksi satu sama lain.
Budaya organisasi tumbuh menjadi mekanisme
kontrol, mempengaruhi
cara pegawai berinteraksi dengan para pemangku kepentingan
di luar organisasi. Perubahan budaya organisasi berpengaruh pada perubahan perilaku pegawai dalam organisasi tersebut' Perubahan budaya organisasi
berlaku dari tingkat tertinggi hingga satuan terkecil dalam organisasi. Keberhasilan dalam mengembangkan dan menumbuhkembangkan
budaya organisasi sangat ditentukan
oreh perilaku pimpinan organisasi. Dalam pengembangan
budaya organisasi, hampir selalu dipastikan bahwa pimpinan
organisasi menjadi agen perubahan (agent of changel. Sebagai agen perubahan, salah satu kontribusi
signifikan yang diharapkan adalah berperan sebagai panutan
(role model). Gmabar 1 di bawah ini mempedelas pemahaman mengenai budaya organisasi.
Terlihat jelas dalam perilaku rndividu dan kelompok B u d a y a O r g a n i s a s i Terlihat pada bagaimana cara anggota a r a a n i ^ ^ ^ i u t g d t i l J d J l menyelesaikan n a k a n t 2 n n n v l Keyakinan, nilai, asumsibersama yang dipegang oleh anggota organisasi Gambar 1 Budaya Organisasi
Budaya organisasi di lingkungan Kemen tertanflembaga dan Pemerintah Daerah dapat dikenali sebagai keunggulan organisasi dalam menjawab tantangan dan perubahan. Kemen terian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat
menciptakan dan mengembangkan budaya organisasi
yang berorientasi pad.a peningkatan
kinerja, antara lain melalui diklat, evaluasi kineda unit ker.l'a dan pegawai, sosiarisasi,
benchmarking, d.an iaboratorium pembelaj aran.
Beberapa manfad-t budaya organisasi, adalah: a' Menerjemahkan peran yang membedakan
satu organisasi dengan organisasi yang rain, karena setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat daram sistem dan kegiatan yang ada di dalamnya;
b' Menjadi identitas bagi anggota organisasi. Budaya yang kuat rnernbuat anggota organisasi merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasinya;
c' Mendorong setiap anggota organisasi untuk lebih mementingkan tujuan bersama di atas kepentingan individu; dan
d. Menjaga stabilitas organisasi. Komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi internal organisasi menjadi lebih stabil.
2. Budaya Kerja (Culture Set)
Dalam Grand Design Reformasi Birokrasi, budaya
kerja dipahami sebagai Culture Se/. Secara sederhana budaya kerja diartikan sebagai cara pandang seseorang dalam memberi makna terhadap "kerja". Dengan demikian bud aya kerja diartikan sebagai sikap dan perilaku individu dan kelompok yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya
dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam rnelaksanakan
tugas dan pekerjaan sehari-hari' Pada praktekoy&, budaya
kerja diturunkan dari budaya organisasi. Budaya ker.la merupakan
suatu komitmen organisasi, dalam upaya membangun
sumber daya manusia, proses kerja, dan hasil kerja yang rebih baik.
Pencapaian peningkatan kualitas yang lebih baik tersebut, diharapkan bersumber
dari setiap individu yang terkait d.alam organisasi ker-Ja itu sendiri. Budaya kerja berkaitan erat dengan perilaku dalam menyelesaikan
pekerjaan. perilaku ini merupakan cerminan
dari sikap kerja yang didasari oleh nilai-nilai dan norma-norma
yang dimiliki oleh setiap individu. Ketika individu-individu
ini masuk ke dalam sebuah organisasi, maka akan terjadi penyesuaian nilai-nilai, norma-norma, sikap d.an perilaku yang dimiliki individu ke dalam nilai-nilai, norma-norma, sikap dan perilaku yang diinginkan oleh organisasi demi mencapai cita-cita atau tujuannya. Perubahan tersebut memakan waktu, komitmen, kedisiplinan
dan upaya yang ruar biasa. organisasi yang memiliki budaya kerja yang kuat akan dapat memperoreh hasil yang lebih baik' Hal ini dikarenakan para pegawainya telah mengetahui dan memahami "pekerjaan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara menyeresaikan pekerjaan tersebut,,.
Aktualisasi budaya kerja antara lain dapat dilihat hal berikut:
a. Pemahaman terhadap makna bekerja;
b' Sikap terhadap pekeriaan atau apa vans dikeriakan;
hal-c. Sikap terhadap lingkungan pekerjaan; d. Sikap terhadap waktu;
e. Sikap terhadap alat yang digunakan untuk bekerja; f. Etos k"r:a; dan
g. Periiaku ketika bekerja atau mengambil keputusan. Manfaat budaya kerja bagi instansi, antara rain: a' Meningkatkan kerja sama antarindividu,
antarkelompok, dan antarunit kerja;
b' Meningkatkan koordinasi sebagai akibat adanya kerjasama yang baik antarindividu, antarkeiompok, dan antarunit kerja;
c' Mengefektifkan integrasi, sinkronisasi,
keselarasan, dan dinamika yang terjadi dalam organisasi;
d. Memperlancar komunikasi dan hubungan kerja; e' Menumbuhkan kepemimpinan yang partisipatif; f' Mengeliminasi hambatan-hambatan
psikologis dan kultural; dan g' Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga dapat
mendorong kreativitas pegawai.
Dalam konteks reformasi birokrasi, tujuan fundamental dari pengembangan budaya kerja adalah untuk membangun sumber da5ra manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat, peran, dan komunikasi yang saling bergantung satu sama lain. oleh karenaflys, reformasi birokrasi
berupaya mengubah budaya kerja saat ini, menjadi budaya yang mengembangkan sikap dan per'aku
kerja yang berorientasi pada hasil (outcome) yangdiperoleh dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi.
Secara khusus, daram konteks pembinaan aparatur Negara dapat dikatakan bahwa pengembangan
budaya kerja aparatur Negara merupakan upaya d'an langkah terencana secara sistematis untuk menerapkan nilai-nilai
dan norma etika budaya kerja aparatur Negara, dan melaksanakan
secara konsisten dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan organisasi pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Nilai-Nilai Organisasi
Nilai-nilai organisasi merupakan dasar acuan dan motor penggerak motivasi, sikap, dan tindakan. Dalam konteks organisasi, nilai-nilai organisasi harus dikembangkan atau sejalan dengan visi dan misi organisasi. Nilai-nilai organisasi merupakan sebuah tuntunan atau ped.oman yang mendasari: "Bagaimana individu di dalam sebuah organisasi berpikir, bersikap, bertindak, dan mengambil keputusan." Biasanya nilai-nilai ini sulit untuk dipalsukan karena apa yang dipikirkan dan dilakukan, merupakan refleksi dari nilai-nilai yang ,Cianut dan dijalankan pegawai dalam organisasi' Nilai-nilai inilah yang
menjadi faktor penentu: "Bagaimana
suatu organisasi secara kolektif memiliki kualitas, kapasitas, dan kapabilitas daram pengambilan keputusan.,,
Dalam konteks reformasi birokrasi, perlu dan penting dilakukan perubahan nilai-nilai
organisasi yang akan menjadi dasar dalam mengembangkan budaya kerja. perubahan
nilai organisasi bisa dilakukan rnelalui dua cara yang harus dilakukan secara bersamaan. Cara yang dimaksud, adalah:
a' Melalui praktek keteladanan penerapan nilai-nilai oleh para pimpinan organisasi. Dalam
hal ini, pimpinan organisasi
menjadi panutan (role model).
b' Melalui penciptaan system organisasi dan
mengarahkan individu daram organisasi
diri dengan nilai-nilai yang baru.
Nilai-nilai organisasi memiliki fungsi antara lain:
a' Menjadi alat dalam pengendalian perilaku setiap individu dalam meraksanakan perannya masing_masing
daram o r g a n i s a s i ;
b' Mendorong terjadinya kondisi kerja yang saling menghormati, mau mendengar, memberikan teladan, saling mengingatkan, dan bekerja sama dengan baik;
c' Meningkatkan tenggung jawab individual terhadap peran ,'ya; dan
d' Mendorong peningkatan akuntabilitas organisasi.
Dalam konteks aparatur Negara, nilai-nilai organisasi dapat dipahami sebagai pitihan n'ai-n'ai moral dan sociar vang
teknologi yang dapat
untuk menyesuaikan
disepakati dan dianggap balklpositif serta relevan untuk duadikan pedoman dan dipegang teguh dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan organisasi pemerintahan dan pelayanan kepada stakehotd"er I masyarakat.
4. Etos Kerja
Etos kerja dibentuk oleh nilai budaya kerja. Etos kerja
adaiah suatu paradigm kerja yang diyakini oleh seseorang atau
sekelompok orang yang diwujudkan secara nyata berupa perilaku
khas kerja mereka. secara umum, etos kerja berfungsi sebagai
pendorong atau penggerak terbangunnya perilaku
kerja yang
diinginkan.
5. Pola Pikir (Mind Set)
Dalam Grand' Design Reformasi Birokrasi pola pikir
dipahami
sebagat mind" se/. pola pikir adarah kerangka
mental yang
membangun
sebuah
makna
tertentu,
yang
menentukan
pandang&r, sikap, dan perilaku seseorang.
Dengan kata lain, pora
pikir menentukan: "Apa yang akan dilakukan,,. pola
pikir sangat
dipengaruhi oleh sistem kepercayaan atau sistem
nitai yang
dimiliki, nilai-nilai keruarga, pendidikan,
dan ringkungan. oteh
karena itu harus dipastikan agar pola pikir hanya
dibentuk dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang baik dan benar.
Jadi pola pikir sudah terbentuk sesuai dengan organisasi, budaya kerja, dan etos kerja, maka pola memiliki fungsi antara lain:
a' Membantu pembentukan
etos kerja individu dalam dan
b' Membantu setiap individu dalam organisasi
untuk memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.
Budaya kerja terbentuk dari nilai-nilai yang
telah disepakati
secara konsisten, dan telah disosialisasikan
di lingkungan
Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
Hasil
dari
terinternalisasi nitai-nilai tersebut
diekspresikan dalam perilaku
keria sehari-hari pada setiap pegawai.
Budaya keria yang telah
nilai-nilai
pikir akan
terinternalisasi tersebut dapat dilihat dari etos kerja yang ditampilkan.
Proses dari nilai-nilai menjadi budaya kerja dan kemudian muncul sebagai etos kerja, akan bisa menjadi daya ungkit perubahan pola pikir bagi setiap pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal DpD RI.
B. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar budaya kerja, yaitu :
1. Budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi;
2' Budaya ker-1a merupakan hasil dari proses internalisasi nilai-nilai organisasi yang diekpresikan dalam perilaku kerja sehari-hari; 3' Budaya kerja merupakan sikap mental yang dikembangkan untuk
selalu mencari perbaikan, penyempurnaan, d,an/atau peningkatan terhadap apa yang telah dicapai;
4. Budaya kerja dikembangkan
antara lain dengan mempertimbangkan ajaran-ajaran
agama, konstitusi (peraturan perundang-undangan),
kondisi sosiar dan budaya setempat; 5' Perubahan budaya kerja
harus berjalan secara terencana, terstruktur, komprehensif, dan berkelanjutan ;
6' Budaya ker-1a ditanamkan atau diubah melalui perubahan nilai-nilai organisasi.
C. SYARAT.SYARAT
KEBERHASILAN
PENGEMBANGAN
KERJA
BUDAYA
untuk
dapat mengelola perubahan budaya kerja dengan baik, perlu dikenali proses perubahan
karakter budaya kerja itu send.iri, antara iain :
1' Perubahan budaya
kerja dilakukan secara evolusioner, tidak revolusioner.
Hal ini karena orang yang mengalami perubahan budaya kerja akan berada pada kondisi psikologis "kejutan
budaya,, (czttfure shock) yang terladi karena seseorang diminta bahkan dipaksa untuk keluar dari area nyama n (comfort zone).
2 ' Perubahan budaya
kerja merupakan aktifitas
yang sangat kompleks.
Oleh karenanya harus dilakukan secara terencana melalui sistem
yang terukur dan komprehensif,
3' Perubahan budaya kerja memerlukan proses yang berkelanjutan
atau terLIS menerus.Agar perubahan budaya kerja dapat ditakukan d.engan baik d.an memberikan hasil yang diharapkan, perlu adanya pengelolaan yang baik' Pengeloiaan terhadap perubahan biasa dikenal dengan istilah manajemen perubahan. Manajemen perubahan adalah pendekatan sistematis untuk menghadapi perubahan, baik dari perspektif organisasi maupun pada tataran individu.
Selain itu, agar pengembangan bud aya kerja berhasil diperlukan pengorganisasian budaya kerja yang merupakan tanggung jawab Tim Reformasi Birokrasi khustrsnya Tim Manajemen perubahan.
Terdapat 3 (tiga) hal yang perlu dilakukan oleh Tim Manajemen Perubahan, yaitu :
1' Mendorong keinginan untuk berubah, d'akukan dengan (1) menciptakan sense of urgenca
dan kepedurian terhadap perubahan;
dan (2) memahami kepentingan dan ketakutan orang akan perubahan serta menJruarakan keberhasilan perubahan.
2' Mengajak iebih banyak orang, dilakukan dengan (1) membangun strategi dan melaksanakannya
secara reguler; dan (2) efektif memberikan tanggung jawab pada mereka yang terribat, sehingga mereka merasa berkontribusi terhadap perubahan yang terjadi 3' Memelihara momentum, dilakukan dengan (1) mengembangkan
kompetensi dan keterampilan
baru yang diperrukan daram perubahan; dan (2) memperkuat komitmen pegawai secara berkala dan berkelanjutan
syarat-syarat yang dipenuhi agar pengembangan
budaya kerja
lingkungan Sekretariat Jenderal DpD RI berhasil, yaitu
:
Komitmen dari Pimpinan tertinggi sekretariat Jenderal DpD RI; Nilai-nilai pembentuk
sikap prilaku posiif dan produktif dapat dipahami dengan mudah
oleh seluruh pejabat dan pegawai Sekretariat Jenderal DpD RI;
Pejabat pada setiap jenjang menjadi panu tan/contoh penerapan nilai-nilai di lingkungan sekretariat Jenderar DpD RI;
di
1 .
2 .
/^t
4. Terdapat saling terbuka, saling percaya, dan menerima perubahan antara Pimpinan dam pegawai Sekretariat Jenderal DPD RI;
5. Budaya kerja terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan tugas, pekerjaan dan masalah-masalah yang dihadapi bersama oleh Sekretariat Jenderal DPD RI;
6. Budaya kerja dilaksanakan secara konsisten, disiplin, dan berkelaniutan
BAB III
LANGKAH.LANGI(AH PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI
Pada prinsipnya pengembangan budaya kerja merupakan proses yang paryang dan tidak mudah, harus dilakukan secara terus menerus, dengan strategi yang tepat dan konsisten. Budaya kerja merupakan hasil dari proses internalisasi nilai-nilai organisasi yang selanjutnya diekspresikan dalam perilaku kerja sehari-hari. Secara sederhana untuk mengembangkan budaya kerja, Sekretariat Jenderal DPD RI perlu menempuh 3 (tiga) tahapan besar, yaitu:
1. Perumusan nilai-nilai: 2 . I m p l e m e n t a s i ; dan
3. Monitoring dan evaluasi.
A. PERUMUSAN NILAI-NILAI
Hal pertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan budaya kerja adalah merumuskan nilai-nilai baru yang diinginkan, merumuskan nilai-nilai yang dipercaya akan membawa organisasi mencapai visi dan menuntaskan misinya. Hal penting yang harus diingat dalam merumuskan nilai organisasi adalah bahwa nilai-nilai harus didasarkan pada praktik yang dikenal dan dapat dilaksanakan setiap pegawai di lingkungan Sekretariat
Jenderal DPD RI. Nilai-nilai tersebut harus berakar pada apa yang sesungguhnya berlaku dalam organisasi dari hari ke hari untuk menjadi lebih baik.
Terdapat 3 (tiga) mekanisme yang dapat dilakukan
untuk merumuskan dan kemudian menetapkan nilai-nilai organisasi :
1' Pimpinan tertinggi dan Pejabat Eselon I duduk bersama untuk menetapkan nilai-nilai organisasi dengan melihat visi, misi, tugas fungsi, aturan-aturan dan kebijakan atau perund.ang-und.angan. Mekanisme ini memiliki efisien waktu, namun
rasa memiliki terhadap nilai-niIai tersebut lebih lambat terbangun dan muncul resistensi atau keengganan pegawai untuk berubah.
2' Pimpinan tertinggi dan Pejabat Eselon I duduk bersama dengan perwakilan trerabat (esel0n II, III, dan esel0n IV) dan perwakilan staf
untuk bersama-sama merulrluskan nilai-nilai organisasi. Dalam mekanisme ini, rasa memiliki terhadap nilai-nilai lebih cepat terbangtln, namun waktu untuk mencapai kesepakatan lebih lama. 3. Pimpinan tertinggi mengumpulkan seluruh pejabat dan staf untuk
bersama-sama merumuskan nilai-nilai organisasi. Mekanisme ini membangun rasa memiliki terhadap nilai-nilai lebih cepat dan resistensi untuk berubah lebih kecil, namun sangat menyita waktu/ iama sekali.
Sekretariat Jenderal DPD RI telah menetapkan nilai-nilai o r g a n i s a s i melalui mekanisme di point2 dlatas, yaitu:
1' Profesional, berarti ahli di bidangnya dan patuh terhadap kode etik profesi;
2 ' Pelayanan Prima, berarti selalu berupaya dalam memberikan pelayanan terbaik dan optimal kepada stakeholder yang tercermin dalam semangat kerja;
3 ' Terpercaya, berarti sangat mengutamakan kepercayaan stakeholder atas jaminan akibat dari kesalahan;
4 ' Tanggung Jawab, berarti adanya kesesuaiang antara perkataan 4an perbuatan serta bersedia menanggung aki.bat dari kesalahan;
5' Jiwa Korsa, berarti tumbuhnya semangat bekerja sama serta loyal terhadap instansi;
6 ' Netral, berarti memberikan
layanan kepada stakeholder tanpa berpihak pada kekuatan politik manapun;
7 ' Mandiri, berarti memanfaatkan kemampuan
dan sumber daya dalam negeri dan tidak bergantung pada sumber daya asing; dan B' visioner, berarti memiliki wawasan ke depan dan tidak terbelenggu
pada pemikiran sekarang atau pemikiran terdahulu B. IMPLEMENTASI
Tahap selanjutnya adalah mend.eklarasikan
nilai-nilai dan membangun komitmen untuk
menerapkan budaya kerja serta dilarHutkan dengan menyosialisasikan dan menginternalisasikan.
1. Deklarasi Nilai-Nilai Mendeklarasikan
Deklarasi dilakukan oleh Pimpinan tertinggi Sekretariat Jend.eral, Sekretaris Jenderal DPD RI, yang dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan iainnya serta seluruh pegawai Sekretariat Jenderal DpD R I .
2. Sosialisasi
Sosialisasi yaitu proses mengomunikasikan apa yang telah disepakati agar membangun penerimaan dan keterlibatan seluruh pega\vai yang dilakukan secara terus menerus dan melibatkan Pimpinan tertinggi Sekretariat Jenderal DpD RI.
Hal-hal yang dilakukan Sekretariat Jenderal DpD RI dalam menyosialisasikan budaya kerja, yaitu:
a' Menerbitkan Peraturan Sekretaris
Jend.eral tentang sistem manaJemen perubahan sekretariat Jenderal DpD RI;
b' Menerbitkan Peraturan sekretaris
Jenderal DpD RI tentang budaya kerja;
c' Mempersiapkan materi sosiarisasi tentang anggapan ,c.asar, tata nilai, norrna, dan sikap serta perilaku kerja;
d' Membentuk tim perubahan budaya kerja; e' Menyelenggarakan pertemuan
berkala dalam bentuk coffee morning;
3. Internalisasi
Sasaran internalisasi adalah meningkatnya penerimaan konsep budaya kerja baru dan menguatnya perilaku kerja produktif datam konteks Reformasi Birokrasi Sekretariat Jend.eral DpD RI.
Proses internarisasi adarah
proses yang terus menerus. Pimpinan
tertinggi sekretariat Jenderal DpD RI terlibat penuh dalam proses ini karena kepemimpinannya secara simbolis sangat penting dan sangat diperlukan untuk membangun
kepemilikan nilai-nilai pada setiap unit kerja.
Internalisasi budaya kerja di lingkungan sekretariat Jenderal DPD RI dilaksanakan dengan :
a' Meiaksanakan orientasi budaya kerja bagi pejabat dan pegawai melalui sejumiah kegiatan;
b' Mengembangkan keteladanan melalui pemberian penghargaan kepada setiap peiabat dan pegawai yang berprestasi;
c. Memasang kotak saran perbaikan kinerja setiap Pegawai;
d. Memberlakukan pembuatan laporan kinerja setiap Pegawai secara berlenjang pada setiap bulan;
e. Menegakan disiplin waktu kerja melalui pengendalian kehadiran setiap pegawai dengan pemanfaatan komputerisasi;
f. Melaksanakan pembekalan atau diklat teknis perubahan budaya k.r:a di kalangan pegawai;
g. Meny'r-rsun silabi atau kurikulum budaya kerja sebagai bahan ajar di berbagai pendidikan dan pelatihan teknis, struktural, dan fungsional secara berjenjang baik formal maupun non formal; h. Membentuk dan memantapkan tim evaluasi kinerja pada setiap
unit kerja;
i. Menyelenggarakan kajian dan penelitian perubahan bu,Caya kerja secara simultan;
j Menyelenggarakan promosi dan kampanye budaya kerja baru; k' I{eterlibatan Pemimpin dalam mencegah hal-hal yang negatif; 1. Membangun ringkungan kerja yang kondusif;
m' Melakukan pendekatan kepada semua orang untuk melakukan perubahan;
n. Mendorong partisipasi semua orang; o. Mendorong pegawai untuk berinovasi;
C. MONITORING DAN EVALUASI
Pada dasarnya aktivitas monitoring dan evaluasi untuk melihat seberapa besar kemajuan dari proses pengembangan budaya kerja.
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi, Sekretariat Jenderal DPD RI akan menJrusun pedoman monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan budaya kerja. Dalam pedoman tersebut dapat dievaluasi nilai-nilai budaya kerja
untuk penguatan pelaksanaan pengembangan budaya kerja di lingkungan Sekretariat .Ienderal DpD Ri yang meliputi :
1' Penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja dalam kepemimpinan 6an manajemen;
2' Penerapan niiai-nilai dasar budaya kerJa dalam pola pikir dan cara kerja;
Secara prinsip, sebagai proses penguatan hampir apa yang disebut sebagai pemberian sanksi, karena itu menjadi hal yang penting untuk dipikirkan.
tidak dikenal penghargaan
BAB IV PENUTUP
Pengembangan budaya kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI menjadi satu hal yang sangat penting untuk disegerakan karena menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi.
Perubahan budaya kerja yang positif menjadi salah satu titik utama daiam melakukan perubahan yang menjadi dasar filosofi dari Reformasi Birokrasi, dan perubahan tersebut dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang 1ama. oleh karenanya dibutuhkan komitmen seluruh ja-1aran di Sekretariat Jenderal DPD RI dalam upaya mewujudkannya.
paraf Hierarki Biro : Biro Administrasi
B a g i a n : O r g a n i s a s i d a n T a t a L a k s a n a J a b a t a n
Kepala Biro K e p a l a B a g i a n K e p a l a S u b B a g i a n
BAB IV PENUTUP
Pengembangan budaya kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal DPD Ri menjadi satu hal yang sangat penting untuk disegerakan karena menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi.
Perubahan budaya kerja yang positif menjadi salah satu titik utama dalam melakukan perubahan yang menjadi dasar filosofi dari Reformasi Birokrasi, dan perubahan tersebut dilakukan secara terus menerus dalam jangka u'aktu yang lama. oleh karenanya dibutuhkan komitmen seluruh jajaran di sekretariat Jenderal DPD RI dalam upaya mewujudkannya.
P E R I H A L
K E P A L A B I R O A D M I NISTRASI
Peraturan d i L i n q k u
Sekretaris J enderat. Dp_D-! lan Sekretariat Jendral DpD Rl
p! Kabag. Organisasi dan Ketatalaksanaan I X a O a g . A d m i n i s t r a s i K e a n g g o t a a n d a n Kepegawaian I X a U a g . p e n g e m b a n g a n S u m b e r D a y a M a n u s i a I X a O a g . H u k u m I P e n a n g g u n g Jawab P o l i k l i n i k
! Staf Biro Organisasi K e a n g g o t a a n d a n K e p e g a w a i a n
t s t ! ! y , f F g j : 3 . : r y ' ' - _ r r y i q r y w b ! , ' J . p , - j . , n i r t . t
T ' \
SEKRE"IhNTIIT
J E N DE
RAL
DEWAN PERWAKII-.AN
DAERAH
REPUBLIK
INDONESIA
:-j,,'1*ii,-* .
Jl. Jenderal
Gatot
Subroto
No 6 Senayan
Jakafta
LOZTO
.r\ !-f v i L-.1
{e L,
Kepada Yth, Dari H a l T a n g g a l NOTA DINASNO MOR: 41 ffU.ROMIN/ND lilt2017 Plt. Sekretaris Jenderal DPD Rl
Kepal a Biro Adm inistrasi
Konsep Surat Sekretaris Jenderal 5 Februari 2O1B
Menindaklanjuti Nota Dinas Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Nomor oT 040/0llDPDlll/ND/2O18 tanggal B Februari 2018, bersama ini dengan hormat kami sampaikan Draft Peraturan Sekretaris Jenderal DPD Rl tentang pedoman pedoman Pengembanga Budaya Kerja di Lingkungan Sekretariat Jenderal DpD Rl.
Apabila tidak ada koreksi/penyempurnaan atas Draft Peraturan Sekretaris Jenderal dimaksud, mohon untuk dapat ditandatangani
oleh Yth. Bapak plt. Sekretaris Jenderal DpD R I
Demikian atas perkenan Yth. Bapak. Plt. Sekretaris Jenderal, kami sampaikan terimakasih.
{Tv,tv-PJnruanto
N I P. 19621204199203
1 00 1
r , . - - 1 ' : -' ."
' , , ' . : );at .
,lb .,
l i: r-i:'L
i'.' I
] 3 o
?6r
SEKRETARIAT
JENDERAL
DEWAN
PERWAKILAN
DAERAH
R E P U B L I K
I N D O N E S I A
Jl. Jenderal Gatot Subroto No.6, Jakarta _ 192ZO
Kepada Dari H a l
NOTA DINAS
NOMOR OT.040/01/DPD/il/ND/2ol 8 Kepala Biro Administrasi
Kepala Bagian organisasi dan Tata'Laksana''
Penyampaian Draft persesjen DpD Rl tentang pedoman P e n g e m b a n g a n B u d a y a Kerja di Lingkungan
S e k r e t a r i a t J e n d e r a l D p D R l 8 F e b r u a r i 2 0 1 8
T a n g g a l
D e n g a n hormat, disampaikan s e b a g a i t i n d a k lanjut ketentuan p a s a l 194 Peraturan sekretaris Jenderal DPD Rl Nomor 6 Tahun 2017 tentang organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal DpD Rl, bersama ini kami sampaikan draft Peraturan Sekretaris Jenderal DpD Rl tentang pedoman P e n g e m b a n g a n B u d a y a K e r j a d i L i n g k u n g a n
s e k r e t a r i a t J e n d e r a l D p D Rl. Apabila tidak ada koreksi/penyempurnaan dari Bapak Kepala Biro Administrasi, mohon perkenan meneruskan
draft dirnaksr.rd untuk mendapat t a n d a t a n g a n y t h . p r t . sekretaris J e n d e r a r D p D Rr.
D e m i k i a n k a m i sampaikan, a t a s p e r k e n a n
B a p a k kami ucapkan t e r i m a k a s i h